22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 61/M- DAG/PER/8/2015 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, perdangan merupakan tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/ atau jasa di dalam negeri dan luar negeri dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/ atau jasa intuk memperoleh imbalan serta kompensasi, sedangkan sarana perdagangan merupakan sarana berupa pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, dan pusat distribusi untuk mendukung kelancaran distribusi arus barang. Pasar rakyat adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik Negara, dan atau badan usaha milik daerah dapat berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli barang melalui tawar menawar. Pusat distribusi merupakan sarana perdagangan lainnya yang berfungsi sebagai peyangga persediaan (buffer stock) barang kebutuhan pokok dan barang penting (strategis) untuk menunjang kelancaran arus barang baik antarprovinsi maupun antar kabupaten/kota untuk tujuan pasar dalam negeri dan atau pasar luar negeri. Sedangkan gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang tertutup dan atau terbuka dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan barang yang dapat diperdagangkan dan tidak untuk kebutuhan sendiri. Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, sarana perdagangan dan niaga tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Jenis sarana perdagangan menurut sarana perdagangan, terdiri dari: 1. Toko/warung Skala pelayanan toko/warung yaitu init RT atau sama dengan 250 penduduk, toko dan warung memiliki fungsi untuk menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sarana Perdagangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 61/M-

DAG/PER/8/2015 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan,

perdangan merupakan tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang dan/ atau jasa

di dalam negeri dan luar negeri dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/ atau jasa

intuk memperoleh imbalan serta kompensasi, sedangkan sarana perdagangan merupakan

sarana berupa pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, dan pusat distribusi untuk

mendukung kelancaran distribusi arus barang.

Pasar rakyat adalah tempat usaha yang ditata, dibangun, dan dikelola oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik Negara, dan atau badan usaha milik

daerah dapat berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil

dan menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah

dengan proses jual beli barang melalui tawar menawar. Pusat distribusi merupakan sarana

perdagangan lainnya yang berfungsi sebagai peyangga persediaan (buffer stock) barang

kebutuhan pokok dan barang penting (strategis) untuk menunjang kelancaran arus barang

baik antarprovinsi maupun antar kabupaten/kota untuk tujuan pasar dalam negeri dan atau

pasar luar negeri. Sedangkan gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang tertutup

dan atau terbuka dengan tujuan tidak untuk dikunjungi oleh umum, tetapi untuk dipakai

khusus sebagai tempat penyimpanan barang yang dapat diperdagangkan dan tidak untuk

kebutuhan sendiri.

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan, sarana perdagangan dan niaga tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan

bangunan sarana yang lain. Jenis sarana perdagangan menurut sarana perdagangan, terdiri

dari:

1. Toko/warung

Skala pelayanan toko/warung yaitu init RT atau sama dengan 250 penduduk, toko

dan warung memiliki fungsi untuk menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

10

2. Pertokoan

Skala pelayanan pertokoan yaitu 6000 penduduk. Fungsi pertokoan yaitu untuk

menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap serta pelayanan

jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya.

3. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan

Skala pelayanan pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan yaitu unit kelurahan

atau sama dengan 30.000 penduduk. Fungsi dari pusat pertokoan dan atau pasar

lingkungan yaitu menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan,

buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang

kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa

seperti warnet, wartel, dan sebagainya.

4. Pusat perbelanjaan dan niaga

Skala pelayanan pusat perbelanjaan dan niaga yaitu unit kecamatan atau 120.000

penduduk. Fungsi dari pusat perbelanjaan dan niaga yaitu selain menjual

kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk

pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak

menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-

kantor, bank, industri kecil dan lain-lain.

Penyediaan sarana perdagangan berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayani,

serta mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok

lingkungan yang ada. Penempatan atau penyediaan fasilitas sarana perdagangan akan

mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana

yang harus dipenuhi untuk melayani suatu area tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu

variasi sarana perdagangan semakin banyak salah satunya yaitu Distro dan Kafe.

2.2 Distro

A. Definisi Distro

Pada awalnya distro merupakan wadah bagi penjualan album, merchandise, serta

pernak pernik band-band indie yang memasarkan produknya secara independent. Granito

(2008:10) menjelaskan bahwa distro merupakan singkatan dari distribution store atau

distribution outlet yang berfungsi menerima titipan dari berbagai macam clothing

company lokal yang memproduksi sendiri produknya seperti t-shirt, tas, dompet, jaket, dll.

Clothing company merupakan sebuah produsen kaos yang memiliki brand dan design kaos

sendiri, namun seiring dengan berkembangnya waktu distro-distro banyak membuat merek

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

11

atau label sendiri selain merchandise band. Saat ini telah banyak industri besar yang

meniru konsep sampai design dari distro.

Distro merupakan sebuah konsep jaringan pemasaran yang berawal dari idealism

untuk tidak mau masuk ke jaringan-jaringan pasar besar sehingga dalam pemasarannya

mencoba untuk memasarkan sendiri. Dahulu distro-distro tidak ditemukan di toko-toko

besar, melainkan pada pelosok kota, di gang-gang, serta dikompleks perumahan. Promosi

yang dilakukan lebih banyak menggunakan penjualan pribadi atau personal selling dan

promosi dari mulut ke mulut. Namun tuntutan pasarlah yang kemudian membuat distro

membuka jaringan atau berubah menjadi distributor yang tidak menjual produknya sendiri.

Media komunikasi pemasarannya lebih beragam dari personal selling, sponsorship,

pemasaran online, sampai dengan pengadaan event.

B. Produk Distro

Produk-produk distro awalnya hanya dikonsumsi oleh komunitas (scene music, scene

design, scene extreme sport, dll). Distro berkembang menjadi distro dengan merek clothing

(segala jenis pakaian), namun tetap didasarkan pada kreativitas dan bukan mass product

yaitu produksi tetap pada jumlah yang terbatas (Wicaksono, 2012)

Terdapat pengelompokan untuk usaha distro (Granito, 2008), antara lain yaitu:

1. Pengusaha distro yang mempunyai brand clothing, mulai dari label sampai

produknya dibuat sendiri.

2. Pengusaha yang mempunyai brand clothing tapi tidak mempunyai distro,

sehingga dalam pendistribusian produknya didistribusikan ke distro-distro dan

jaringan pemasarannya.

3. Pengusaha distro yang hanya menjual kembali produk dari clothing company.

Pasar distro umumnya seputar fashion dan pernak pernik kaum muda, yang

dikarenakan jumlah produksi yang tidak terlalu banyak, produk keluaran distro terlihat

ekslusif dan unik. Distro merupakan tempat dimana mendidtribusikan produk-produk lokal

yang merupakan hasil dari desain lokal atau indie. Kegiatan usaha distro berdasarkan

kepemilikannya termasuk dalam jenis single store retail, sedangkan jika dilihat

berdasarkan dari merchandise category distro termasuk ke dalam jenis speciality store

(Charisma, 2008).

Menurut Soei, 2015 key success factors agar perusahaan sukses terutama untuk

industry clothing yaitu brand image, komunitas, design, harga, serta time to market.

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing key success factors:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

12

1. Brand image merupakan salah satu faktor penentu yang paling utama pada bisnis

clothing karena dengan brand image yang jelas dan kuat yang dapat membentuk

karakter perusahaan di persepsi masyarakat dan hal tersebut yang menjadikan

diversifikasi pada perusahaan sehingga masyarakat mudah mengenali, mengerti

dan mempercayai suatu brand seperti merek pada produk.

2. Komunitas merupakan orang-orang yang berperan sebagai konsumen atau buyer

dan juga memiliki peran sebagai pembangun brand image serta menjadi penentu

identitas perusahan clothing tersebut.

3. Design merupakan hal yang relatif dan tidak dapat dipastikan baik atau tidaknya

karena setiap orang memiliki selera, pemikiran, dan ketertarikan yang berbeda-

beda. Suatu design diharapkan memiliki karakter yang kuat dan menjadi pembeda

antara suatu perusahaan clothing satu dengan clothing lainnya karena masayarakat

dapat menentukan dengan bebas pilihannya. Suatu perusahaan dalam mendesign

juga perlu untuk mengikuti trend yang sedang berlaku namun tetap dengan

sentuhan karakter masing-masing.

4. Harga merupakan salah satu faktor yang ditetapkan pada produk perusahaan yang

ditentukan berdasarkan dampak brand image dan nilai yang dimiliki oleh sebuah

produk sehingga konsumen dapat menerima harga yang tertera pada produk

tersebut.

5. Time to market merupakan faktor yang berhubungan dengan sistem internal

perusahaan, yang terdiri dari kedisiplinan dan konsistensi jadwal mulai dari

concepting, proses produksi hingga distribusi ke tangan konsumen. Time to

market merupakan ketepatan barang jadi siap untuk dijual kepada pelanggan.

Perlunya time to market pada industri ini yaitu karena industry clothing

merupakan salah satu industri yang bergerak sangat dinamis dan penuh dengan

inovasi sehingga ketepatan waktu untuk memenuhi keinginan pasar sangat

diperlukan.

2.3 Kafe

Pada kamus besar Bahasa Indonesia, kafe diartikan sebagai 1) tempat minum kopi

yang pengunjungnya dihibur dengan musik, 2) tempat minum yang pengunjungnya dapat

memesan minuman seperti kopi, teh, bir, kue-kue; kedai kopi. Kafe adalah tempat untuk

makan dan minum saji sajian yang menyuguhkan suasana santai atau tidak resmi (Marsum,

2005).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

13

Kafe pertama muncul di daerah barat. Istilah kafe berasal dari bahasa Prancis café

yang secara harfiah adalah (minuman) kopi, namun kemudian menjadi tempat seseorang

biasa minum-minum tidak hanya kopi, tetapi juga minuman lainnya. Menurut (Kusasi,

2010) dalam bukunya GLOBUCKSISASI, mulanya kafe merupakan perkembangan dari

kedai kopi. Pada tahun 1975 kopi merupakan benda yang sangat penting dan merupakan

minuman yang disajikan ditempat umum yaitu di kedai kopi Kiva Han yang berada di Kota

Konstantinopel. Pada perkembangannya minuman kopi mulai ditambahkan dengan krim

dan pemanis, serta pada kedai-kedai kopi juga menyajikan kue-kue dan kudapan lannya.

Sejak saat itu kafe menjadi popular dan menyebar di Eropa. Pada saat itu harga kopi sangat

tinggi, yang bisa menghabiskan waktu di kafe adalah orang-orang dari kelas sosial atas.

Kafe terus berkembang seiring dengan proses globalisasi yang berkembang pesat. Kafe

yang dulu hanya menjadi budaya milik kaum kelas atas, kini berubah menjadi budaya dari

semua golongan.

Di Indonesia kafe berupa tempat sederhana, tetapi cukup menarik dimana seseorang

bisa makan makanan ringan, dan kafe berbeda dengan warung. Kafe merupakan tempat

yang cocok untuk bersantai, melepas kepenatan, serta bertemu dengan kerabat. Kafe

merupakan suatu tipe restoran yang menyediakan tempat duduk didalam serta diluar

ruangan. Kafe biasanya tidak menyediakan makanan berat namun lebih berfokus pada

menu makanan ringan seperti kue, roti, dan sup. Untuk minuman biasanya disajikan seperti

teh, kopi, juice, serta susu coklat (Dimyati, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2014 tentang standar usaha kafe, usaha kafe merupakan penyediaan

makanan ringan dan minuman ringan yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan

untuk proses pembuatan, penyimpanan dan atau penyajiannya di dalam satu tempat tetap

yang tidak berpindah pindah. Standar usaha kafe yaitu meliputi klasifikasi usaha kafe yang

mencakup tiga aspek, antara lain:

1. Aspek produk yang meliputi unsur ruang makan dan minum sesuai dengan rasio

kapasitas tempat duduk, makanan ringan dan minuman ringan, fasilitas

penunjang, dan kelengkapan bangunan

2. Aspek pelayanan yaitu mengenai prosedur operasional standar seperti

penyambutan dan penerimaan pengunjung, pemesanan, pengolahan dan penyajian

makanan sesuai dengan standart kesehatan dan keamanan pangan, pembayaran

secara tunai dan atau non tunai, dan penanganan keluhan pengunjung

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

14

3. Aspek pengelolaan yaitu mengenai kelengkapan organisasi, manajemen,

penanganan produk, sumber daya manusia (karyawan), serta sarana dan prasarana

(peralatan komunikasi, fasilitas pembuangan limbah, instalasi listrik, gas, air,

ruang ibadah dan gudang).

2.4 Sebaran

Sebaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari kata “Sebar”

berarti bertabur, berpencar, berserak, sedangkan sebaran adalah (1) hal bersebar.

Identifikasi sebaran objek yaitu dapat teridentifikasi dari jumlah, dan lokasi terhadap objek

yang akan diteliti (Setyawarman, 2009). Sebaran pada penelitian ini yaitu berisikan

mengenai jumlah serta lokasi distro dan kafe.

2.5 Konsumen

Konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingandiri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan bukan untuk diperdagangkan. Menurut Ma’ruf, 2006 karakteristik

konsumen yaitu didasarkan pada karakteristik demografi, geografi, perilaku, dan

psikografi. Berikut merupakan penjelasan dari karakteristik konsumen:

a. Segmentasi demografi yaitu terdiri dari pengelompokan usia yang berdasarkan

atasa faktor usia, jenis kelamin, besarnya keluarga, pendidikan, siklus kehidupan

rumah tangga, suku bangsa, pekerjaan, sosial ekonomi, pendidikan, dan suku.

b. Segmentasi geografis yaitu pengelompokan konsumen berdasarkan penyebaran

lokasi permukiman, wilayah kota besar, kota kecil, pedesaan, bedasarkan wilayah

regional atau provinsi, berdasarkan kepadatan penduduk, berdasarkan lingkungan

tinggal.

c. Segmentasi perilaku merupakan pengelompokan konsumen berdasarkan sikap

mereka terhadap peristiwa (kebiasaan pemilihan), frekuensi kunjungan, manfaat

produk/ jasa, produk baru, atau berdasarkan pada cara penggunaan, loyalitas, serta

tahu tidaknya tentang produk yang dicarinya.

d. Segmentasi psikografis yaitu pengelompokan konsumen berdasarkan pada

motivasi, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian.

2.6 Motivasi Konsumen

Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan dorongan yang timbul

pada diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Dorongan tersebut pada hakikatnya bearsal dari yang bersangkutan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

15

(konsumen), baik dorongan yang berasal dari luar diri seseorang maupun dorongan yang

tidak perlu disertai dengan perangsang dari luar.

Menurut Akbar (2010) motivasi pembelian terbagi menjadi motivasi rasional dan

emosional. Motivasi rasional adalah motivasi pembelian yang didasarkan pada kenyataan-

kenyataan yang ditunjukkan oleh produk yang fungsional serta objektif keadaanya seperti

kualitas produk, harga produk, ketersediaan barang, serta efisiensi kegunaan barang.

Sedangkan motivasi emosional dalam pembeliaan yaitu berkaitan dengan peraaan,

kesenangan yang dapat ditangkap oleh pancaindera seperti suatu barang yang dapat

meingkatkan status sosial, peran merek yang dapat menunjukkan status ekonominya yang

pada umumnya bersifat subyektif dan simbolik. Dan pada saat seseorang akan mengambil

keputusan untuk membeli produk maka akan dipengauhi oleh kedua jenis motivasi yaitu

rasional dan emosional.

Terdapat beberapa teori motivasi menurut Kotler (2008), terdapat 3 macam teori

motivasi antara lain, yaitu Teori Motivasi Freud, Teori Motivasi Hezberg, dan Teori

Motivasi Abraham Maslow

Teori Maslow dikenal juga sebagai Teori Hirarki disebutkan darimana kebutuhan

manusia dapat disusun secara hirarki. Kebutuhan paling atas menjadi motivator utama jika

kebutuhan tingkat bawah semua sudah terpenuhi. Dari teori hirarki kebutuhan tersebut,

oleh Maslow dikembangkan atas dasar tiga asumsi pokok, yaitu:

a. Manusia adalah makhluk yang selalu berkeinginan, dan keinginannya tidak selalu

terpenuhi

b. Kebutuhan yang sudah terpenuhi, tidak akan menjadi pendorong lagi

c. Kebutuhan manusia tersusun menurut hirarki tingkat pentingnya kebutuhan.

Berikut ini merupakan teori Motivasi yang digagas oleh Maslow, digambarkan dengan

piramida (Hierarchy of needs):

Gambar 2.1 Hierarki Motivasi Kebutuhan Maslow Sumber: Anggraeni. 2013

Berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow orang-orang akan berusaha memuaskan

kebutuhan terpenting terlebih dahulu, kemudian setelah terpenuhi maka akan berusaha

memuaskan kebutuhan penting berikutnya. Kebutuhan fisiologis (makanan, air, tempat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

16

berlindung), kebutuhan keamanan (keamanan, perlindungan), kebutuhan sosial (rasa

memiliki, cinta), Kebutuhan penghargaan diri (penghargaan diri, pengakuan, dan status),

serta Kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan dan realisasi diri).

Motivasi yang ada pada seseorang (konsumen) akan mewujudkan suatu tingkah laku

yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi bukanlah sesuatu

yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan. Tiap kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dalam diri orang tersebut,

kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.

2.7 Perilaku Keruangan

Perilaku keruangan menurut Widiastuti (2014) yaitu hasil dari fungsi suatu tempat,

yang diubah menjadi presepsi manusia mengenai tempat tersebut, melalui keterjangkauan

atau kemampuan manusia untuk sampai pada tempat tersebut. Perilaku keruangan dapat

mempengaruhi presepsi dan orientasi manusia dalam berkunjung ke suatu tempat (Bulkia,

2012). Perilaku keruangan manusia banyak ditentukan oleh beberapa faktor-faktor, berikut

merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku keruangan menurut Widiastuti (2014)

yaitu:

1. Keterjangkauan

Keterjangkauan atau dalam bahasa inggris disebut dengan accesability tidak selalu

berkaitan dengan jarak, tetapi berkaitan dengan medan atau ada tidaknya sarana dan

prasarana yang digunakan. Rintangan medan berupa pegunungan tinggi, hutan lebat, rawa-

rawa maupun gurun pasir yang luas merupakan penyebab suatu tempat sulit untuk

dijangkau dari tempat lain. Bahasa serta sikap penduduk yang berlainan juga dapat menjadi

penyebab terjangkau atau tidaknya suatu tempat.

2. Jarak

Jarak digunakan sebagai konsep geografi memiliki arti penting dalam kehidupan

sosial, ekonomi maupn pertahanan. Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami,

yang memiliki arti penting bersifat relatif sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologo. Jarak yaitu berkaitan dengan lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan,

pengangkutan barang dan penumpang.

3. Lokasi

Lokasi adalah suatu tempat, benda, peristiwa ataupun gejala dipermukaan bumi yang

berhubungan dengan tempat, benda, gejala atau peristiwa lain. Terdapat dua komponen

lokasi yaitu arah atau jarak yang menunjukkan suatu tempat bila dibandinglan dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

17

tempat dimana kita berada sedangkan jarak yaitu ukuran jauh dekatnya dua benda atau

gejala tersebut.

4. Hubungan timbal balik (Interrelation)

Setiap gejala yang ada dipermukaan bumi pada dasarnya yaitu hasil hubungan timbal

balik antara faktor hubungan, yang dapat berubah antara faktor fisik dengan fisik, faktor

fisik dengan manusia, dan faktor manusia dengan manusia.

2.8 Orientasi dan Preferensi

Orientasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan tinjauan untuk

menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar, atau pandangan

yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Orientasi pembelian menurut

Brown et al. (2003) dalam Yin-Fah (2013) orientasi adalah salah satu konsep yang

mengacu pada sikap dan minat terhadap tindakan pembelian. Menurut Pamungkas (2012)

orientasi pembelian merupakan bagian dari gaya hidup individu dengan menekankan pada

kegiatan pembelian yang dapat menggambarkan keinginan dan kebutuhan setiap individu

ketika melakukan kegiatan pembelian suatu produk atau jasa yang dituju atau dikunjungi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia preferensi adalah (hak untuk) didahulukan

dan diutamakan daripada yang lain (prioritas, pilihan, kecenderungan dan kesukaan).

Preferensi berasal dari bahasa Inggris preference yaitu something prefered, one’s first

choice, greter liking, giving of priority advantage to something, yang berarti sesuatu yang

lebih diminati, suatu pilihan utama, yang merupakan kebutuhan prioritas dan member

keuntungan yang lebih baik. Preferensi dapat juga diartikan sebagai kecenderungan

terhadap sesuatu hal atau pilihan yang lebih disenangi (Wambes, 2015).

Teori Preferensi konsumen didasari oleh teori perilaku konsumen (Salvatore dalam

Widodo A. J. 2014) yaitu permintaan konsumen terhadap barang dan jasa dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendapatan, konsumen, dan harga barang disat

kondisi lain tidak berubah. Preferensi Konsumen merupakan kecenderungan seseorang

dalam memilih menggunakan barang dan jasa tertentu untuk dirasakan serta dinikmati

sehingga dapat mencapai kepuasan atas pemakaian barang dan jas yang akhirnya

konsumen dapat loyal terhadap merek tertentu. Preferensi adalah pilihan yang dibuat oleh

konsumen atas produk yang dipilih untuk dikonsumsi, kekuatan preferensi akan

menentukan produk-produk yang akan dibeli dari pendapatan mereka serta permintaan

untuk suatu produk.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

18

Preferensi dapat terbentuk melalui pola pikir konsumen yang didasari oleh beberapa

alasan (Widodo, 2014), antara lain:

a. Pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu konsumen yang merasakan

kepuasan dalam membeli produk dan merasakan kecocokan dalam mengkonsumsi

produk yang telah dibeli sehingga konsumen akan terus memakai maupun

menggunakan produk dengan produk tersebut sehingga konsumen akan

mengambil keputusan untuk membeli.

b. Kepercayaan yang terjadi turun temurun akibat dari kebiasaan keluarga dalam

menggunakan suatu produk sejak lama, yaitu konsumen setia terhadap produk

yang selalu dipakainya karena merasakan manfaat dalam pemakaiannya sehingga

konsumen merasakan kepuasan dan manfaat dari produk yang telah dibeli.

Menurt Kotler (2008) preferensi konsumen terbentuk dari variabel-variabel antara lain

yaitu kebiasaan, kecenderungan, dan kesesuaian terhadap berbagai variasi produk atau

pemasok yang tersedia. Menurut Kotler (2002), keinginan, preferensi serta tingkat

pemakaian konsumen sangat berhubungan dengan variabel-variabel demografi seperti usia,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

2.9 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan proses mengenai individu, kelompok, dan organisasi

tentang memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, serta

pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka (Kotler, 2008). Sehingga

perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu maupun

kelompok mengenai proses pengambilan keptusan untuk memilih atau menggunakan

produk yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Kotler, 2008 salah satu

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor pribadi.

Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang untuk membeli yang dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi, seperti:

a. Usia dan tahap siklus hidup

Manusia melakukan pembelian setiap orang akan membeli barang-barang yang

berbeda pada usia-usia tertentu dan tingkat manusia terhadap pakaian, perabot yang

berhubungan dengan manusia.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

19

b. Pekerjaan, lingkungan ekonomi

Pekerjaan, lingkungkan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya

seperti seseorang direktur perusahaan akan memiliki pola konsumsi yang berbeda

dengan seorang dokter ataupun yang lainnya.

c. Gaya hidup

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas

minat serta opini. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang

berinteraksi dengan lingkungan, serta mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial

seseorang, misalnya kepribadian.

d. Kepribadian dan konsep diri

Kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan

orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama

terhadap lingkungannya.

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berhubungan dengan pilihan

keputusan atau preferensi konsumen. Pada kehidupan sehari-hari maka keputusan

pembelian yang dilakukan oleh konsumen didasarkan pada pertimbangan yang berbeda-

beda antara satu dengan yang lainnya. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui

pemasaran yang terampil karena dapat meningkatkan motivasi maupun perilaku apabila

didukung dengan produk atau jasa yang didesai semenarik mungkin untk memenuhi

kebutuhan pelanggan.

2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan pembelian konsumen adalah keputusan membeli merek yang paling

disukai dari berbagai alternatif yang ada. Proses pengambilan keputusan merupakan

perilaku yang harus dilakukan untuk dapat mencapai sasaran. Menurut Loekito (2014)

keputusan pembelian dipengaruhi oleh 7P yaitu product, price, promotion, physical

evidence, people, dan process. Berikut merupakan penjelasan dari 7P yaitu:

1. Product

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) produk merupakan segala sesuatu yang

ditawarkan produsen atau produsen untuk diperhatikan, dicari, dibeli, diminta, digunakan,

ataupun dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan baik berupa barang maupun jasa.

Produk dapat diukur melalui variasi produk, kualitas produk dah tampilan produk (Kotler,

2005)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

20

2. Promotion

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) promosi merupakan aktivitas yang

menyamaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membeli. Pada hakikatnya

promosi merupakan aktivitas pemasaran dengan usaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar dapat

menerima, memberi, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Penentuan media promosi

yang digunakan tergantung pada informasi promosi dan bentuk produk itu sendiri.

3. Price

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) price atau harga merupakan jmlah uang yang

harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Penentuan harga yaitu tergantung

kepada kebijakan masing-masing perusahaan tetapi tetap dengan mempertimbangkan

berbagai hal. Harga dikatakan mahal, murah, atau biasa-biasa saja bagi masing-masing

individu tidaklah sama tergantung latar belakan individu seperti kehidupan dan kondisi

individu. Harga sangat penting karena menentukan keuntungan dan kelangsungan hidup

perusahaan. Menurut Chandra (2002) harga dapat diukur melalui variasi, harga produk

pesaing dan diskon.

4. Place

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) place atau tempat yaitu terdiri dari kegiatan

perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan. Tempat bukan hanya lokasi

suatu perusahaan melainkan termasuk juga kondisi yang ada didalamnya, seperti

pengaturan lokasi, persediaan serta transportasi. Lokasi dapat diukur melalui seberapa

strategis tempat tersebut, fasilitas yang bisa didapatkan oleh calon konsumen (tempat

parkir), serta kemudahan dalam mengakses lokasi tersebut.

5. People

Menurut Kotler dan Amstrong (2012) people adalah orang yang memiliki andil dalam

memberikan atau menunjukkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen selama

melakukan suatu pembelian. Karyawan merupakan orang yang memberikan pelayanan

kepada konsumen selama melakukan pembelian. Sikap dan tindakan karyawan, cara

berpakaian karyawan dan penampilan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan

penyampaian.

6. Physical Evidence

Menurut Kotler dan Amstrong (2012) physical evidence atau bukti fisik merupakan

bagian dari pemasaran yang memiliki peranan penting, karena memerlukan adanya wujud

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

21

nyata yang ditawarkan kepada konsumen seperti fasilitas pendukung. Adanya fasilitas

pendukung secara fisik, maka akan dapat lebih mudah dipahami oleh konsumen. Prasarana

yang berkaitan dengan konsumen harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan, seperti

gedung yang dilengkapi dengan fasilitas pendingin, alat telekomunikasi yang canggih

maupun perabot yang berkualitas, dll dapat menjadi pertimbangan konsumen dalam

memilih suatu produk/jasa.

7. Process

Menurut Kotler dan Amstrong (2012), proses (Process) merupakan semua prosedur

yang dilakukan, mekanisme, dan aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa.

Proses yaitu dimulai dari konsumen memesan hingga mereka mendapatkan apa yang

mereka inginkan.

2.11 Analisis Faktor

Menurut Santoso (2015), proses pada analisa faktor yaitu mencoba untuk menemukan

hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen

dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih

sedikit dari jumlah variabel awal. Pada dasarnya analisis faktor yaitu mendekatkan data

pada suatu pengelompokan atau pembentukan suatu variabel baru yang berdasarkan

adanya keeratan hubungan pembentuk faktor atau adanya konfirmatori sebagai variabel

baru.

Analisa faktor sering dilakukan tidak hanya merupakan analisis akhir dari suatu

analisis statistika, tetapi merupakan tahapan atau langkah antara dalam analisa statistika

yang lebih kompleks. Seperti misalnya analisa faktor digunakan sebagai input untuk

analisis regresi atau analisis cluster yaitu dengan menggunakan variabel yang terbentuk

yang digunakan sebai input untuk melakuka analisis pengelompokan terhadap satu set data.

Tujuan dari analisa faktor yaitu:

1. Mereduksi sejumlah variabel asal yang jumlahnya banyak menjadi sejumlah variabel

baru yang jumlahnya lebih sedikit dari variabel asal, dan variabel baru tersebut

dinamakan faktor atau variabel laten atau konstruk atau variabel bentukan.

2. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan antarvariabel penyusun faktor atau dimensi

dengan faktor yang terbentuk, dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi antar

faktor dengan komponen pembentuknya. Analisis faktor ini disebut analisis faktor

konfirmatori.

3. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen dengan analisis faktor konfirmatori.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

22

4. Validasi data untuk mengetahui apakah hasil analisis faktor tersebut dapat

digeneralisasi ke dalam populasinya, sehingga setelah terbentuk faktor, maka peneliti

sudah mempunyai suatu hipotesis baru berdasarkan hasil analisis tersebut.

Analisa faktor dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Exploratory Factor Analysis (EFA) atau analisis faktor eksploratori yaitu suatu teknik

analisis faktor dengan beberapa faktor yang akan terbentuk berupa variabel laten yang

belum dapat ditentukan sebelum analisis dilakukan. Pada prinsipnya analisis faktor

eksploratori yaitu terbentuknya faktor-faktor atau variabel laten baru adalah bersifat

acak yang selanjutnya dapat diinterprestasi sesuai dengan faktor atau konstruk yang

terbentuk. Dalam analisis faktor eksploratori di mana peneliti tidak atau belum

mempunyai pengetahuan atau teori atau suatu hipotesis yang menyusun struktur

faktor-faktornya yang akan dibentuk atau yang terbentuk, sehingga dengan demikian

pada analisis faktor eksploratori merupakan teknik untuk membantu membangun teori

baru.

2. Confirmatory Factor Analysis (CFA) atau analisis faktor konfirmatori yaitu suatu

teknik analisis faktor berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui atau

ditentukan sebelumnya. Pembentukan faktor konfirmatori (CFA) secara sengaja

berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau

faktor yang mewakili beberapa item atau sub-variabel, yang merupakan variabel

teramati. Pada dasarnya tujuan analisis faktor konfirmatori adalah pertama untuk

mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi.

Tujuan kedua untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam pengujian

terhadap validitas dan reliabilitas instrumen atau kuesioner untuk mendapatkan data

penelitian yang valid dan reliabel dengan analisis faktor konfirmatori.

2.12 Analisis Regresi

Analisis regresi adalah sebuah metode statistik yang digunakan untuk memodelkan

fungsi hubungan diantara variabel. Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel

yang dijelaskan oleh variabel lainnya atau variabel yang kedudukannya dipengaruhi oleh

variabel independen. Setiap perubahan nilai atau skor dalam variabel dependen bergatung

pada variabel independen. Sedangkan variabel independen adalah variabel bebas, yang

berkedudukan sebagai penjelas, variabel yang mempengaruhi atau variabel prediksi bagi

variabel dependen (Yamin, 2011).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

23

Terdapat dua jenis analisis regresi yaitu resgresi linier dan regresi non linier. Regresi

linier dapat digunakan oleh data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penggunaan

data kualitatif diperlukan proses lebih lanjut berupa pengelompokan data sehingga data

yang ada dapat berupa data ordinal maupun nominal. Pada data yang bersifat kuantitatif

dapat dilakukan proses regresi secara langsung sehingga dapat diketahui besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Regresi Linier, yaitu memprediksikan peranan predictor dalam persamaan linear.

Regresi linear merupakan bentuk hubungan variabel bebas X maupun variabel tergantung

Y sebagai faktor yang berpangkat satu. Regresi linear dibedakan menjadi dua antara lain:

a. Regresi linier sederhana dengan bentuk fungsi: Y = a + bX

b. Regresi linier berganda dengan bentuk fungsi: Y = a + b1X1 + … + bpXp

Pada kedua fungsi tersebut masing-masing berbentuk garis lurus (linier sederhana) dan

bidang datar (linier berganda).

2.13 Analisis Regresi Linier Berganda

Proses yang dilakukan dalam analisis regresi yaitu dengan menggunakan beberapa

serangkaian pengujian terhadap data yang diperoleh. Serangkaian uji tersebut dilakukan

untuk menguji apakah data yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk dilakukannya

analisis regresi. Uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji asumsi

klasik yang meliputi uji multikoleniaritas, uji homoskedastisitas, dan uji normalitas, yang

selanjutnya yaitu dilakukan interpretasi hasil analisis (Yamin, 2011).

Regresi linier berganda merupakan teknik analisis regresi yang menghubungkan 1

(satu) variabel terikat dengan 2 (dua) atau lebih variabel bebas yang dianggap dapat

mempengaruhi perubahan variabel terikat yang kita amati (Miro, 2004:71)

Model untuk regresi linear berganda adalah sebagai berikut.

Y = α + b1X1 + b2X2 … + bpXp………………………………………………….(2-1)

Keterangan:

Y = variabel terikat (variabel dependen)

Α = intersep atau konstanta regresi

b1, b2, dan bp = koefisien regresi

X1, X2, dan Xp = variabel-variabel bebas (variabel independen)

Tujuan dari pemodelan menggunakan regresi berganda yaitu untuk mengetahui

pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat, namun tidak sedikit pula

pada tahap pemodelan regresi linier berganda yang menghasilkan regresi tunggal karena

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

24

ternyata nilai dari regresi bebas tidak banyak yang mempengaruhi variabel terikat.

Permodelan untuk memperoleh hasil regresi yang terbaik yaitu harus memenuhi kriteria

statistik, antara lain lain (Miro, 2004:76):

1. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Nilai R2 memiliki range antara 0 sampai 1 atau (0 ≤ R

2 ≤ 1). Semakin besar R

2

(mendekati satu) semakin baik hasil regresi tersebut dan semakin 0, maka variabel bebas

secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel tidak bebas. Variabel terikat akan

dinilai melalui korelasi yang nanti akan didapatkan hasil dengan variabel yang memiliki

pearson korelasi yang kuat.

2. Uji F

Uji F bertujuan untuk melihat apakah semua koefisien regresi dan variabel bebas yang

ada pada model regresi linier berganda berbeda dari nol atau nilai konstanta tertentu. Hasil

Uji F yang menunjukkan variabel independen secara bersama- sama berpengaruh terhadap

variabel dependen, jika p-value (pada kolom sig) lebih kecil dari level of significant yang

ditentukan, atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel.

3. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen. Nilai dari uji t dapat dilihat dari p-value lebih kecil

dari level of significant yang ditentukan atau t hitung lebih besar dari t tabel maka nilai

variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

25

25

2.14 Studi Terdahulu

Tabel 2. 1

Studi Terdahulu Nama

Peneliti

Judul dan

Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian

Mustika,

R

Perbandingan

Karakteristik

Pengunjung

Ritel Modern

Skala Besar di

Pusat dan

Pinggiran Kota

Semarang

(Jurnal Teknik

PWK Vol.3 No.

4. 2014)

Karakteristik

konsumen

didasarkan

atas:

Karakteristi

k demografi

Karakteristi

k geografi

Karakteristi

k perilaku

Karakteristi

k psikografi

Mengkaji

perbandingan

karakteristik

pengunjung ritel

modern skala

besar di pusat dan

pinggiran Kota

Semarang

Penentuan minimal sampel

yaitu menggunakan rumus

Metode pengolahan dan

Analisis data:

- Karakteristik Konsumen

- Karakteristik Ritel

Modern

- Analisis perbandingan

karakteristik pengunjung

ritel modern skala besar

di pusat dan pinggiran

Kota Semarang

Terdapat perbedaan

karakteristik konsumen pada

tinggkat pendapatan

konsumen ritel modern yang

pinggir kota dan pusat kota. Jangkauan pelayanan ritel

modern pusat kota dapat

menjangkau konsumen

secara keseluruhan wilayah

Kota Semarang bahkan

dapat menjangkau sampai ke

Kabupaten sekitar Kota

Semarang.

Jangkauan pelayanan ritel

modern pinggir kota dapat

menjangkau konsumen

hanya masyarakat sekitar

ritel modern

Perbedaan penelitian yaitu

pada tujuan penelitian yang

membandingkan antara

karakteristik pengunjung ritel

modern skala besar di pusat

dan pinggiran Kota Semarang

sedangkan pada penelitian

yang akan dilakukan yaitu

salahsatunya bertujuan untuk

mengidentifikasi karakteristik

konsumen sarana

perdagangan pada kafe dan

distro di Kota Malang.

Nugroho,

R

Pengaruh

People, Physical,

Evidence,

Product,

Promotion, Price

dan Place

Terhadap

Tingkat

Kunjungan di

Kafe Coffee

Cozies Surabaya

(Jurnal

Manajemen

Variabel yang

digunakan

untuk

mengetahui

tingkat

kunjungan

yaitu:

Product

Promotion

Price

Place

People, dan

Mengetahui

apakah product

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Coffee

CoziesSurabaya

Mengetahui

apakah price

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Analisa Regresi Linear

Berganda untuk

mengetahui ketergantungan

variabel dependent dengan

salah satu atau lebih

variabel independent

Uji Sinultan (Uji F) untuk

menguju besarnya

pengaruh semua variabel

terhadap variabel terikat.

Uji Signifikan (Uji T)

untuk menguji besarnya

Dari uji F, signifikansi di

bawah 0,05 maka, secara

silmultan product,

promotion, price, place,

people dan physical evidence

mempengaruhi tingkat

kunjungan di Coffee Cozies

Surabaya.

Dari uji t berdasarkan nilai

signifikansi variabel yang

berpengaruh yaitu product,

promotion, place, dan pada

Perbedaan penelitian yaitu

terletak pada variabel yang

digunakan yaitu untuk

mengidentifikasi tingkat

kunjungan di kafe., sedangkan

pada penelitian yang akan

dilakukan yaitu untuk

mengetahui faktor yang

mempengaruhi preferensi

masyarakat terhadap sarana

perdangan pada distro dan

kafe di Kota Malang adalah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

26

26

Nama

Peneliti

Judul dan

Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian

Pemasaran Petra

Vol. 1 No.2

(2013) 1-9)

Physical

Evidence

Coffee

CoziesSurabaya.

Mengetahui

apakah

promotion

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Coffee Cozies

Surabaya.

Mengetahui

apakah place

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Coffee Cozies

Surabaya.

Mengetahui

apakah people

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Coffee Cozies

Surabaya.

Mengetahui

apakah physical

evidence

berpengaruh

terhadap tingkat

kunjungan di

Coffee Cozies

Surabaya.

pengaruh semua variabel

bebas terhadap variabel

terikat.

Analisa Koefisien

DeterminasiR2 untuk

mengetahui pengaruh dari

variabel bebas terhadap

variabel terikat.

variabel people serta physical

evidence tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap

tingkat kunjungan

Product memiliki pengaruh

paling besar diantara

variabel-variabel lain.

adanya penambahan variabel

yaitu process.

Setyawar

man, A.

2009

Pola Sebaran

dan Faktor-

Faktor yang

Variabel yang

digunakan

yaitu:

Tujuan dari

penelitian ini adalah

untuk mengkaji

Analisis yang digunakan

yaitu Analisis Tetangga

terdekat (Nearest Neighbour

Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan

pemilihan lokasi retai modern,

Perbedaan penelitian yaitu

terletak pada tujuan penelitian

yaitu untuk mengkaji pola

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

27

27

Nama

Peneliti

Judul dan

Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian

Mempengaruhi

Pemilihan

Lokasi Retail

Modern (Tesis,

Universitas

Diponegoro,

2009)

Demografi

Sosioekono

mi

konsumen

Psikografis

Lokasi fisik

Harga tanah

Sewa lahan

Jarak dari

pusat kota

Aksesibilita

s

Persaingan

Perubahan

permintaan

Perubahan

organisasi

Perubahan

teknologi

Kebijakan

perencanaan

pola sebaran dan

faktor-faktor

apa yang

mempengaruhi

keputusan

pemilihan lokasi

retail modern di

Kota

Surakarta

Analysis) dengan

mengaitkan pola sebaran

retail modern dan pasar

tradisional, serta Analisa

Faktor untuk mengetahui

hubungan antar variabel

menjadi faktor yang lebih

sederhana.

yaitu:

- Sebaran pada analisis

tetangga terdekat ditemukan

pola sebaran retail modern

yang cenderung

mengelompok.

- Hasil analisis terhadap 13

variabel terseleksi menjadi 6

variabel yang berpengaruh

terhadap pemilihan lokasi

ritail, yaitu variabel

demografi, sosioekonomi

konsumen, psikografis,

aksesibilitas, persaingan, dan

perubahan permintaan.

- Dari analisis struktur kota

teridentifikasi pola sektoral

lebih menonjol dibandingkan

dengan pola konsentris, serta

struktur kota lebih

digerakkan oleh elemen arah

(directional element)

daripada elemen jarak

(distance element)

sebaran dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan

pemilihan lokasi retail modern,

serta analais yang digunakan

yaitu menggunakan analisis

tetangga terdekat atau Nearest

Neighbour Analysis. Sedangkan

pada penelitian yang akan

dilakukan yaitu hanya

mengidentifikasi lokasi sebaran

lokasi distro dan kafe yang ada

di Kota Malang.

Soei,

C.T.L,

2015

Identifikasi Key

Success Faktor

Pada Industri

Clothing di Kota

Bandung

(Lembaga

Penelitian dan

Pengabdian

kepada

Masyarakat

Universitas

Katolik

Variabel yang

digunakan

adalah:

Brand

Image

Komunitas

Design

Harga

Time to

Market

Tujuan dari

penelitian ini yaitu:

1. Mendiskripsikan

perkembangan

usaha industry

clothing di Kota

Bandung

2. Mendiskripsikan

industry dan

keadaan

persaingan

clothing local

Analisis yang digunakan

yaitu analisis deskriptif, dan

analisis perkembangan

industry clothing di

Bandung

Hasil dari penelitian ini yaitu

dapat diketahui bahwa:

- Perkembangan industry

clothing di Bandung mulai

terkenal sejak tahun 1980an,

kemudian pada tahun

1990an yang terkenal adalah

Distro.

- Struktur industry clothing di

bandung yaitu fragmented

industry, karena perusahaan

clothing local Bandung

Perbedaan penelitian yaitu

terletak pada objek penelitian,

tujuan, dan analisis yang

digunakan, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan

yaitu mengenai karakteristik

dan preferensi masyarakat

terhadap sarana perdagangan

pada distro dan kafe di Kota

Malang.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

28

28

Nama

Peneliti

Judul dan

Publikasi Variabel Tujuan Metode Analisis Output Perbedaan Penelitian

Parahyangan.

2015)

Kota Bandung

3. Mengidentifikasi

Key Success

Factors industry

clothing local di

Bandung

4. Memberikan

masukan kepada

para pembuat

kebijakan dala

industry clothing

guna menyusun

kebijakan yang

sesuai untuk

mendorong

pertumbuhan

industry clothing

terdiri dari usaha mikro,

kecil dan menengah, dan

tidak ada perusahaan

clothing yang mendominasi

pasar.

- Strategi bisnis perusahaan

clothing local merupakan

differentiation strategy dan

focus competitive

advantages karena

perusahaan dikelola secara

desentralisasi yang ketat.

- Key success factors

perusahaan clothing local

Kota Bandung adalah Brand

Image, Komunitas, Design,

Harga, dan Time to Market

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

29

2.15 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarana Perdagangan

30

“Halaman ini sengaja dikosongkan”