32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1.1 Lansia Lansia merupakan tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Menurut WHO, batasan umur lanjut usia dibedakan menjadi empat antara lain usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998, lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahap lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan terutama pada perubahan fisiologis karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler yaitu terjadi penurunan elastisitas dinding aorta, katup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

  • Upload
    vophuc

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah Lansia

2.1.1 Lansia

Lansia merupakan tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Menurut WHO, batasan umur lanjut usia dibedakan menjadi empat antara

lain usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun,

lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75

sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun. Sedangkan

menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998, lanjut usia merupakan seseorang

yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

Pada tahap lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan terutama pada

perubahan fisiologis karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ

tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit.

Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah

pada sistem kardiovaskuler yaitu terjadi penurunan elastisitas dinding aorta, katup

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

11

jantung menebal dan menjadi kaku, serta penurunan kemampuan jantung untuk

memompa darah. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume darah,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer (Ismayadi, 2004).

2.1.2 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding

pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai dengan pembuluh darah terkait dan

denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang

meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke arteriol. Akhirnya

setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah sehingga tekanan ringan

dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar. Tekanan

darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena

manometer air raksa telah dipakai sejak lama sebagai rujukan baku untuk

pengukuran tekanan. Sebenarnya tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh

darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Terkadang tekanan

dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O) (Guyton & Hall, 2008:172).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan cara langsung maupun

tidak langsung. Cara langsung pengukuran tekanan darah dilakukan dengan

memasukkan kateter arteri ke dalam arteri kemudian diukur tekanannya.

Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

12

sphygmomanometer dan stetoskop (Smeltzer & Bare, 2002:731). Cara pengukuran

tekanan darah secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

A. Cara Palpasi (metode Riva Rocci)

Pada metode ini semua pakaian harus dibebaskan dari lengan atas dan

manset dipasang pada lengan. Saluran karet dari manset kemudian

dihubungkan dengan manometer. Kemudian raba arteri radialis pada

pergelangan tangan dan tekanan dalam manset kemudian diturunkan

memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan

sekitar 3 mm/detik. Ketika denyut arteri radialis teraba kembali, itu

menunjukkan tekanan darah sistolik. Metode palpasi harus dilakukan

sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolik

yang diharapkan. Palpasi dilakukan bila tekanan darah sulit didengarkan

tetapi dengan palpasi tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan

akurat (Smeltzer & Bare, 2002:732).

B. Cara Auskultasi

Metode standar dalam pengukuran tekanan darah seseorang dengan

metode auskultasi pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh

Korotkov pada tahun 1905. Metode auskultasi dapat mengukur tekanan

sistolik dan diastolik dengan lebih akurat. Untuk mengauskultasi tekanan

darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan

pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital),

yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul di antara kedua

kaput otot biseps. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

13

terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm antara manset dan tempat

meletakkan stetoskop. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3

mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak

yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut yang dikenal

sebagai bunyi Korotkoff, terjadi bersamaan dengan detak jantung dan

akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset

turun di bawah tekanan diastolik. Pada titik tersebut bunyi akan

menghilang. Dalam praktik sebenarnya bunyi menjadi lebih sember

(karakternya berubah) saat distolik tercapai dan kemudian menghilang

sekitar 10 mmHg di bawah tekanan diastolik. Hilangnya bunyi sangat

dekat dengan tekanan diastolik yang sebenarnya (Smeltzer & Bare,

2002:732).

C. Cara Osilasi

Metode ini dilakukan dengan cara melihat osilasi air raksa pada

manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi

tekanan sistolik yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan

manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa

manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan

tekanan sistolik. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi

menghilang yang menunjukkan tekanan diastole (Smeltzer & Bare,

2002:732).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

14

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada

arteri. Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, di mana tekanan

tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah sehingga

hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik dan tekanan diastolik.

Tekanan darah orang dewasa normal yaitu 120 mmHg ketika jantung

berdetak (sistolik) dan 80 mmHg pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Ketika

tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan

darah diastolik sama dengan/atau di atas 90 mm Hg, maka tekanan darah dianggap

tinggi. Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi risiko kerusakan pada

jantung dan pembuluh darah pada organ utama seperti otak dan ginjal (WHO,

2013).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan

menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh

kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan

serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas menjadi dua yaitu:

1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan

atau tekanan distolik sama atau lebih dari 90 mmHg. Hipertensi ini biasanya

dijumpai pada usia pertengahan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

15

2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan

tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Hipertensi ini biasanya

dijumpai pada usia di atas 65 tahun (Nugroho, 2008).

2.2.2 Manifestasi Klinis Hipertensi

Secara umum pasien dapat terlihat sehat atau beberapa di antaranya sudah

mempunyai faktor risiko tambahan, tetapi kebanyakan asimptomatik. Menurut

Elizabeth J. Corwin (2005), manifestasi klinis yang timbul setelah mengetahui

hipertensi bertahun-tahun antara lain:

A. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat

tekanan darah intrakranium.

B. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

C. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf.

D. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

E. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah didasarkan pada The Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC 7) untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran

dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Chobaniam

AV et al, 2003). Klasifikasi tekanan darah mencakup empat kategori, dengan nilai

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

16

normal pada tekanan darah sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah

diastolik (TDD) <80 mmHg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori

penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung

meningkat ke klasifikasi hipertensi di masa yang akan datang.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan darah pada orang dewasa (≥18 tahun) berdasarkan JNC 7 (The

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure)

Klasifikasi tekanan darah Tekanan darah

sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100

Sumber: Chobaniam AV et al, 2003

Menurut WHO, tekanan sistolik dan diastolik bervariasi pada berbagai

individu. Tetapi umumnya disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang

sama atau lebih besar dari 140/90 mmHg adalah khas untuk hipertensi.

Tabel 2. Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah dari International Society of Hypertension (ISH)

For Recently Updated WHO tahun 2003

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 Dan < 80

Normal <130 Dan < 85

Normal Tinggi/ Pra

Hipertensi

130 – 139 atau 85 – 89

Hipertensi Derajat I 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi Derajat II 160 – 179 atau 100 – 109

Hipertensi Derajat III ≥ 180 atau ≥ 110

Sumber: Linda Brookes, 2004

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

17

2.2.4 Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi hipertensi dibedakan menjadi dua

yaitu:

A. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

1. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin

besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai

risiko terkena hipertensi (Yundini, 2006). Dengan bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di

kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian

sekitar 50% di atas umur 60 tahun (Nurkhalida, 2003). Tekanan darah

sedikit meningkat dengan bertambahnya umur merupakan hal yang

wajar. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,

pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai

faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Staessen A

Jan et al, 2003).

2. Jenis kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat

angka yang cukup bervariasi. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria

dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta

(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini,

2006). Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

18

peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003). Sedangkan menurut Arif

Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang

sama untuk terjadinya hipertensi.

3. Riwayat Keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat

keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.

Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan

risiko hipertensi 2-5 kali lipat (Chunfang Qiu et al, 2003).

4. Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar

monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,

bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang

dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala

(Chunfang Qiu et al, 2003).

B. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

1. Merokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Selain dari lamanya, risiko

merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

19

Merokok lebih dari satu pak rokok sehari berisiko 2 kali lebih rentan

mengalami hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Price &

Wilson, 2006). Nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui

rokok, masuk ke dalam aliran darah dan merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri serta mengakibatkan proses aterosklerosis dan

hipertensi (Nurkhalida, 2003).

2. Konsumsi garam

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya

hipertensi. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh,

karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Seseorang yang

mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah

rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan

darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak

lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400

mg/hari (Nurkhalida, 2003).

3. Konsumsi lemak jenuh

Konsumsi lemak jenuh meningkatkan risiko aterosklerosis yang

berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak

jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan

peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari

minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari

tanaman dapat menurunkan tekanan darah (Sheps, 2005).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

20

4. Konsumsi alkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Konsumsi alkohol harus

diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi

berkaitan dengan konsumsi alkohol (Khomsan, 2003). Mekanisme

peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun

diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah

merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan

darah (Nurkhalida, 2003).

5. Kurang Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena

olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan

risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat

badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja

lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung

harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri

(Sheps, 2005).

6. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah

menjadi tetap tinggi. Stres dapat merangsang kelenjar adrenal

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

21

melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih

cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika

stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian

sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang

muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Gunawan, 2005).

7. Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya

hipertensi. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,

sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin

plasma yang rendah. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi

karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah

yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan

tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah

menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding

arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut

jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin

menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Sheps, 2005; Yundini,

2006).

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut

usia adalah :

1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses

menua.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

22

2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya

usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer sehingga resistensi

pembuluh darah perifer meningkat yang mengakibatkan hipertensi sistolik.

4. Perubahan ateromatous yang menyebabkan disfungsi endotel yang

berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain

yang kemudian menyebabkan reabsopsi natrium di tubulus ginjal,

meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer, dan keadaan lain

berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Beberapa faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relakasi pembuluh

darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Bila seseorang emosi, maka

sebagai respon korteks adrenal mengekskresikan epinefrin yang menyebabkan

vasokonstriksi. Selain itu, korteks adrenal mengekskresi kortisol dan steroid

lainnya yang bersifat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

23

Gambar 1. Mekanisme Patofisiologi Hipertensi

Sumber: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2006

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan

usia, terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah, dan kemampuan meregang

pada arteri besar. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai dengan

penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar, resistensi perifer yang tinggi,

pengisian diastolik yang abnormal, dan bertambahnya masa ventrikel kiri.

Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar

menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik

dan diastolik memiliki output jantung, volume intravaskuler, aliran darah ke ginjal

dan aktivitas plasma renin yang lebih rendah, serta terjadi resistensi perifer.

Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin

menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik

sehingga terjadi penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah

Geriatri, 2008). Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

24

arteri besar yang membawa darah dari jantung yang menyebabkan semakin

parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endotel

arteri dan mempercepat aterosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk

rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah

besar. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain,

maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan

kardiovaskularnya tersebut (Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2006).

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat hipertensi antara lain:

A. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat perdarahan di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh darah non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan sehingga aliran darah ke daerah-

daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

ateroskelosis dapat melemah dan kehilangan elastisitas sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

B. Infark miokardium

Penyakit ini dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat

menyuplai darah yang cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

trombus yang menghambat aliran darah melalui arteri koroner. Karena

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

25

hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga

terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan pembentukan pembekuan

darah.

C. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan yang

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus. Dengan rusaknya

glomerulus, aliran darah ke unit-unit fungsional ginjal terganggu, nefron akan

terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia serta kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga

tekanan osmotik koloid plasma berkurang menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik.

D. Enselopati (kerusakan otak)

Enselopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini dapat

menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam

ruang interstitium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya

kolaps dan terjadi koma serta kematian mendadak.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

26

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu:

A. Penatalaksanaan Farmakologis

1. Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui

urin. Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya

pompa jantung lebih ringan (Dalimartha et al, 2008). Menurut Hayens (2003),

diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah air dan

garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah. Sehingga tekanan

darah secara perlahan-lahan mengalami penurunan. Selain itu, jumlah garam

di dinding pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan vasodilatasi.

Kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal kembali.

2. Penghambat adrenergik (β-bloker)

Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa

jantung. Jenis beta bloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial (Lenny, 2008).

Pemberian β-bloker tidak dianjurkan pada penderita gangguan pernapasan

seperti asma bronkial karena pada pemberian β-bloker dapat menghambat

reseptor β 2 di jantung lebih banyak dibandingkan reseptor β 2 di tempat lain.

Penghambatan β 2 ini dapat membuka pembuluh darah dan saluran udara

(bronki) yang menuju ke paru-paru. Sehingga penghambatan β 2 dari aksi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

27

pembukaan ini dengan β-bloker dapat memperburuk penderita asma (Hayens,

2003).

3. Vasodilator

Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi

otot pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis vasodilator adalah

prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian

obat ini adalah sakit kepala dan pusing (Dalimartha et al, 2008).

4. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin.

Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek ACE. Kondisi ini akan

menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah

(Hayens, 2003).

5. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium adalah sekelompok obat yang berkerja mempengaruhi

jalan masuk kalsium ke sel-sel dan mengendurkan otot-otot di dalam dinding

pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan

tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator (Hayens,

2003). Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat

ini adalah nifedipin, diltiasem dan verapamil. Efek samping yang mungkin

timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah (Lenny, 2008).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

28

B. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Menurut Dalimartha et al (2008), upaya pengobatan hipertensi dapat

dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya

hidup yang tidak sehat. Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat

penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang

penting dalam penanganan hipertensi (Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat

Kesehatan, 2006). Penatalaksanaan non farmakologis hipertensi antara lain:

1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis seperti

berhenti merokok, pengurangan asupan makanan berlemak, dan

mengurangi asupan alkohol (Nurkhalida, 2003).

2. Meningkatkan olahraga dan aktifitas fisik seperti jogging dan berenang.

Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan

demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum

tentu turun (Nurkhalida, 2003). Olahraga dapat menimbulkan perasaan

santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan

darah (Gunawan, 2005).

3. Perubahan pola makan

a. Mengurangi asupan garam dengan memperbanyak makanan segar,

mengurangi makan yang diproses, dan memilih produk dengan

kandungan natrium rendah (Sheps, 2005).

b. Diet rendah lemak jenuh yang dapat dilakukan dengan meningkatkan

konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak

sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

29

c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah

lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral

bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya

dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko

terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium

bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-

sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak mineral dapat

mengatasi hipertensi (Khomsan, 2003; Nurkhalida, 2003).

4. Menghilangkan stres. Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan

sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Perubahan pola

hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat

meringankan beban stres (Sheps, 2005).

2.3 Pengobatan Komplementer

2.3.1 Definisi Pengobatan Komplementer

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan

komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan pasal 1 dijelaskan bahwa

yang dimaksud pengobatan komplementer-alternatif adalah pengobatan non

konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh

melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

30

tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam

kedokteran konvensional.

The National Center for Complementary and Alternative Medicine

(NCCAM) mendefinisikan pengobatan alternatif dan komplementer sebagai

sekelompok sistem, praktek dan produk perawatan kesehatan dan medis yang

terdiri dari beberapa jenis dan bukan merupakan bagian dari pengobatan

konvensional (Snyder, 2006:4)

2.3.2 Jenis-Jenis Pengobatan Komplementer

Menurut The National Center for Complementary and Alternative

Medicine (NCCAM), pengobatan komplementer dapat diklasifikasikan menjadi

lima yaitu:

A. Alternatif System of Care

Alternatif System of Care merupakan sistem perawatan kesehatan yang telah

dikembangkan terpisah dari pendekatan biomedis Barat untuk perawatan.

Contoh: Pengobatan Tradisional Cina, Ayurvedic, obat asli Amerika,

curanderismo, homeopati, naturopati.

B. Mind-Body Terapies

Mind-Body Terapies merupakan intervensi yang menggunakan berbagai

teknik untuk memfasilitasi pikiran yang berdampak pada gejala fisik dan

fungsi tubuh. Contoh: imagery, meditasi, yoga, terapi musik, doa, journaling,

biofeedback, humor, tai chi, art therapy.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

31

C. Biologically Based Therapies

Terapi ini merupakan terapi yang didasarkan pada praktik biologi dan

produk/bahan dari alam. Contoh: terapi herbal, diet khusus seperti Pritikin dan

Ornish, obat orthomolecular (suplemen gizi dan makanan), serta produk lain

seperti kartilago.

D. Manipulative and Body-Based Systems

Terapi ini merupakaan terapi yang didasarkan pada manipulasi dan gerakan

tubuh. Contoh: chiropractic, massage, body work seperti Rolfing, terapi

cahaya dan warna, serta hidroterapi.

E. Energy Therapies

Terapi ini merupakan terapi yang berfokus pada energi yang berasal dari

dalam tubuh (biofields) atau energi yang berasal dari sumber eksternal.

Contoh: healing touch, therapeutic touch, Reiki, external Qi Gong, dan

magnet (Snyder, 2006:5)

2.4 Mentimun

2.4.1 Taksonomi Mentimun

Berikut ini merupakan taksonomi tanaman mentimun yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Magnoliopsida-Dicotyledoneae

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

32

Ordo : Violales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis L.

Species : Cucumis sativus L. (US National Plant Database, 2004).

2.4.2 Deskripsi Mentimun

Mentimun termasuk keluarga besar suku labu-labuan atau Cucurbitaceae.

Para ahli menamai mentimun Cucumis sativus L. Mentimun biasanya dipanen

sebelum matang benar dan merupakan herbal menjalar atau setengah merambat. Ia

termasuk tanaman semusim (Citrosupomo, 2007). Mentimun berasal dari

Himalaya di benua Asia Utara, dan meluas ke seluruh daratan baik tropis atau

subtropis, kemudian terus meluas hingga ke Indonesia (Direktorat Jendral

Hortikultura, 2010).

Ada empat jenis mentimun yang bisa ditemukan antara lain mentimun

lokal, mentimun Jepang, mentimun Gherkin, dan zucchini. Mentimun lokal yaitu

mentimun yang berbentuk bulat panjang dengan kulit berwarna hijau berlarik-

larik putih kekuningan dan dapat dimakan mentah karena mengandung vitamin

dan mineral. Mentimun Jepang (kyuri) yaitu mentimun yang berasal dari negeri

sakura, memiliki bentuk yang lebih ramping dan panjang dibandingkan mentimun

lokal. Kulitnya berwarna hijau gelap dengan bintik-bintik putih timbul yang

membuat permukaannya tidak rata. Rasa dan teksturnya lebih lembut daripada

mentimun lokal. Mentimun Gherkin yang disebut juga mentimun acar atau baby

kyuri. Ukurannya lebih kecil, dengan kulit berwarna hijau tua dan terdapat bintik-

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

33

bintik yang timbul seperti kyuri. Rasanya renyah, tidak terlalu berair, dan tidak

bergetah. Zucchini merupakan sayuran yang masih bersaudara dengan mentimun

dan sering disebut sukini atau timun Italia. Memiliki ukuran lebih besar dan tidak

terlalu berair dibandingkan mentimun. Bentuknya tidak bulat sempurna, tapi

bersegi-segi. Warna kulitnya hijau lumut tua dan mengkilap. Bagian dalamnya

berwarna putih menyerupai oyong dan jarang dimakan mentah (Majalah Nirmala,

2008).

2.4.3 Kandungan Mentimun

Kandungan alami yang dimiliki buah mentimun di antaranya vitamin A, B,

C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, glutation, karoten, terpenoid, belerang,

flavonoid dan polifenol. Sumber lain juga menyebutkan bahwa kandungan yang

terdapat pada mentimun adalah karbohidrat, vitamin A,C, B1, B2, B6, air, serta

mineral (Rohmatussolihat, 2009). Kandungan mineral yang terdapat pada

mentimun adalah, magnesium, kalium, zat besi dan fosfor. Kandungan kalium,

magnesium, dan fosfor ini menyebabkan mentimun dapat digunakan sebagai obat

alami untuk hipertensi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

34

Tabel 3. Kandungan dan Komposisi Gizi Mentimun tiap 100 g bahan

Sumber: USDA National Nutrient Data Base, 2004.

2.4.4 Manfaat Mentimun

Mentimun mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai uji coba yang

dilakukan, ekstrak mentimun berdampak positif jika digunakan untuk mengobati

penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol, meningkatkan

kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, Ekstrakawan, demam, hipertensi dan

beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting et al, 2008). Kandungan serat

dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh dan kolesterol serta

memberi efek mengenyangkan. Selain itu, mentimun juga mengandung asam

malonat yang dapat mencegah gula darah berubah menjadi lemak, sehingga sangat

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

35

membantu menurunkan berat badan. Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan

tubuh (Mangonting et al, 2008). Selain itu mentimun juga bersifat diuretik karena

mengandung banyak air sehingga menbantu menurunkan tekanan darah (Myrank,

2009).

2.4.5 Pengaruh Mentimun terhadap Tekanan Darah

Kandungan kalium dalam mentimun dapat menurunkan sekresi renin yang

mengakibatkan penghambatan pada Renin-Angiotensin System (penurunan

angiotensin I dan II sehingga vasokonstriksi pembuluh darah berkurang).

Akibatnya terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan air pada ginjal.

Penghambatan pada Renin-Angiotensin System juga turut menyebabkan terjadinya

penurunan ekskresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan

air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme tersebut, maka terjadi peningkatan

diuresis yang menyebabkan berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah

pun menjadi turun.

Kalium juga merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Kalium

mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa dari cairan ekstra

selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar sel. Ginjal sebagai regulator

utama kalium di dalam tubuh menjaga agar kadarnya tetap di dalam darah dengan

mengontrol eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan eksresi

natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah (Guyton

and Hall, 2008:55). Mentimun diduga mengandung zat yang berperan sebagai

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

36

alpha-bloker, yang turut menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah

perifer, sehingga tekanan darah menjadi turun. Banyaknya kandungan air pada

mentimun pun bertindak sebagai diuretik (Myrank, 2009).

2.5 Jahe

2.5.1 Taksonomi Jahe

Berikut ini merupakan taksonomi tanaman jahe yaitu:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta/Pteridophyyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Liliopsida-Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber Mill.

Species : Zingiber officinale Rosc. (US National Plant Database,

2004).

2.5.2 Deskripsi Jahe

Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale. Ahli

botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopulerkan nama Zingiber

officinale pada tahun 1807. Jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

37

Rimpang jahe dimanfaatkan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada

makanan dan minuman. Jahe juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi

dan jamu tradisional. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,

terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200

spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies tanaman

obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis (Aminah, 2004).

Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi

tiga varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe

besar (jahe gajah) mempunyai ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau

kuning, berserat halus, beraroma serta berasa kurang tajam. Jahe putih kecil

memiliki ukuran rimpang sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih,

berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam, sedangkan jahe merah memiliki

ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta

berasa sangat tajam (pedas). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan

sebagai bahan obat-obatan karena kandungan minyak atsiri pada jahe merah lebih

banyak sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak (Bermawie,

2003).

2.5.3 Kandungan Jahe

Rimpang jahe mengandung dua komponen utama yaitu:

A. Komponen volatile

Komponen volatile memberi bau yang khas pada jahe. Komponen

volatile terdiri dari oleoresin (4,0-7,5%), yang sangat berpotensi

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

38

sebagai antioksidan (Balachandran et al, 2006). Komponen ini

bertanggung jawab terhadap aroma jahe (minyak atsiri) dengan

komponen terbanyak adalah zingiberen dan zingiberol. Minyak atsiri

atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial,

minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak

nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah

menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri jahe

berwarna bening sampai kuning tua dan memiliki nilai ekonomi tinggi

karena banyak digunakan dalam industri parfum, kosmetik, essence,

farmasi dan flavoring agent (Bermawie, 2011).

B. Komponen non-volatile

Komponen non-volatile pada jahe bertanggung jawab terhadap rasa

pedas, salah satu di antaranya adalah gingerol. Gingerol memiliki

rumus kimia 1-[4-hidroksi-3- methoksifenil]-5-hidrokasi-alkan-3ol

dengan rantai samping yang bervariasi. Gingerol merupakan senyawa

identitas untuk tanaman jahe dan berfungsi sebagai senyawa yang

berkhasiat obat. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan

pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas

dibandingkan gingerol, merupakan komponen utama jahe kering

(Mishra, 2009). Konsentrasi gingerol dari jahe kering akan berkurang

dibandingkan dalam jahe segar, sedangkan shogaol akan meningkat.

Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat terkonversi menjadi

shogaol atau zingeron. Senyawa paradol sangat serupa dengan gingerol

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

39

yang merupakan hasil hidrogenasi dari shogaol. Shogaol terbentuk dari

gingerol selama proses pemanasan (Wohlmuth et al, 2005). Gingerol

yang terkandung di dalam jahe memiliki efek sebagai antiinflamasi,

antipiretik, gastroprotective, cardiotonic dan antihepatoksik (Jolad et

al, 2004), antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antiangiogenesis dan

antiartherosclerotic (Shukla dan Singh, 2007). Selain komponen

volatile dan non volatile, pada jahe juga terkandung sejumlah nutrisi,

seperti vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak yang

bermanfaat untuk kesehatan.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Jahe dalam 100 g

Sumber: USDA National Nutrient Data Base, 2004.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

40

2.5.4 Manfaat Jahe

Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease

yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah lemak.

Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan. Jahe dapat

menghambat serotonin sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang

menyebabkan perut berkontraksi dan menimbulkan rasa mual (Amalia, 2004).

Jahe sekurang-kurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang

berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat

antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga

membantu menurunkan kadar kolesterol. Gingerol telah dibuktikan mempunyai

aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif, antiinflamasi dan analgesik

(Kim et al, 2005), antitumor, antikanker (Dorai et al, 2004), antioksidan (Masuda

et al, 2004), dan antifungal (Ficker et al, 2003). Pada konsentrasi rendah ternyata

gingerol and shogaol dapat menurunkan tekanan darah. Secara invitro telah

dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe berpotensi dan prospektif untuk

mengobati penyakit kronik seperti diabetes (Sekiya et al, 2004) dan hipertensi

(Ghayur dan Gilani, 2005).

Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe bermanfaat yaitu

sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan pangan yang

mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan. Jahe juga

termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah kanker karena

terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker (antikarsinogenik) yang

tinggi.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah Lansia 2.1 ... - … II.pdf · perifer untuk oksigenisasi, serta terjadinya hipertensi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

41

2.5.5 Pengaruh Jahe terhadap Tekanan Darah

Jahe sangat populer sebagai tanaman herbal yang akan membantu

mengembalikan kesegaran tubuh. Manfaat jahe yang ditemukan antara lain dapat

membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh kandungan

bioaktif yang dimiliki jahe. Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul

radikal bebas yang kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan yang bermanfaat

menetralkan efek merusak dari radikal bebas di dalam tubuh (Koswara, 2010).

Gingerol pada jahe juga bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan

darah. Gingerol dapat memperlebar pembuluh darah sehingga peredaran darah

menjadi lancar dan tekanan darah menurun (Elkhishin, 2009).

Adanya sejumlah mineral seperti kalium, mangan tembaga, dan

magnesium juga sangat membantu. Kalium adalah sebuah komponen penting dari

sel dan cairan tubuh yang membantu mengendalikan detak jantung dan tekanan

darah (Anon, 2010). Kalium juga merupakan ion utama di dalam cairan

intraseluler. Kalium mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium dipompa

dari cairan ekstra selular ke dalam sel, dan natrium dipompa keluar sel. Ginjal

sebagai regulator utama kalium di dalam tubuh menjaga agar kadarnya tetap di

dalam darah dengan mengontrol eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat

meningkatkan eksresi natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan

tekanan darah (Guyton and Hall, 2008:55).