Upload
phamngoc
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2010:50-52) Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam
6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati seseuatu.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu obek tertentu.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan (Anonim, 2010)
1) usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
(Nursalam & Siti Pariani 2000:134).
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu (Suwono, 1992) jadi
dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima
pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam & Pariani 2000:133).
3) Pekerjaaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam & Pariani
2000:133).
4) sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu
memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan
kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi Nasrul,
1998:248).
2.1.4 Sumber Pengetahuan Manusia
1) Tradisi
Dengan adat istiadat kita dan profesi keperawatan beberapa pendapat
diterima sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan
banyak permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi. Tradisi
adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak dianjurkan
untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi tradisi
mungkin terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena beberapa
tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat, dan kebenarannya
tidak pernah dicoba/diteliti.
2) Autoritas
Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas
seseorang dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau
dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika
keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya
tidak teruji secara ilmiah.
3) Pengalaman Seseorang
Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan
pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting
dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan
dan membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola
penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai
keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin
terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b)
pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.
4) Trial dan Error
Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita
dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah.
Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering
tidak efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi,
penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.
5) Alasan yang Logis
Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran
yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam
pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas
karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana
seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk
mengevaluasi akurasi permasalahan.
6) Metode Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari
suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan
sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya
didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas. (Anonim, 2010)
2.2 Posyandu
2.2.1 Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dan keluarga yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari
masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan
teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini dalam rangka pembinaan kelangsungan hidup anak
(Child Survival) yang ditunjukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin
dalam kandungan ibu sampai usia balita (Fallen, 2010:43).
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang di kelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian bayi (Kemenkes, 2011:7).
Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga
dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaanya dilakukan
secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program
untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal
yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat
(Kemenkes, 2011:3).
2.2.2 Sasaran dan Fungsi
Dalam buku modul pelatihan kader posyandu, sasaran Posyandu adalah seluruh
masyarakat terutama:
a. Bayi ;
b. Anak balita ;
c. Ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui ;
d. Pasangan usia subur (PUS).
Sedang dari segi Fungsi, posyandu berfungsi sebagai berikut :
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB, AKABA.
b. Sebagai wadah untuk mendekati pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
2.2.3 Manfaat Posyandu
a. Bagi masyarakat
1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
dan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB,
dan AKABA.
2) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain.
b. Bagi kader dan tokoh mayarakat
1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB,
dan AKABA.
c. Bagi puskesmas
1) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer.
2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi tempat.
3) Mendekati akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
d. Bagi sektor lain
1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunana AKI, AKB, dn AKABA.
2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi masing-masing sektor.
2.2.4 Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada
saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,
sekertaris, dan bendahara serta kader poyandu yang merangkap sebagai
anggota. Struktur organisasi bersifat fleksibel, sehinggah dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya.
b. Pengelola posyandu
Pengelola poyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra
pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki
waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.
Kriteria pengelola posyandu antara lain :
1) Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat
2) Memilki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat
3) Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat.
c. Kader posyandu
Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memilki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela
(Kemenkes, 2011:12)
Menurut Kemenkes (2011:36-40) Tugas kader posyandu dalam rangka
menyelenggarakan posyandu, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
1) Sebelum hari buka posyandu
a) Melakukan persiapan penyelengggaraan kegiatan posyandu.
b) Menyebarluaskan informasi tentang hari buka posyandu melalui
pertemuan warga setempat atau surat edaran.
c) Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi kader yang
menangani pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan,
pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan
oleh kader.
d) Kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan atau petugas
kesehatan lainnya.
e) Menyiapkan bahan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan.
Bahan penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang ada yang
dihadapi oleh para orang tua di wilayah kerjanya serta disesuaikan
dengan metode penyuluhan.
f) Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan posyandu.
2) Saat hari buka posyandu
a) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyususui dan sasaran lainnya.
b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
c) Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai
hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
d) Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita, agar anak
tumbuh sehat, cerdas, aktif, dan tanggap. Dalam kegiatan ini kader
bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok
dan demonstrasi dengan orang tua atau keluarga anak balita.
e) Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang
baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asah, asih, asuh.
f) Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang
keposyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari posyandu
berikutnya.
g) Menyampaikan informasi pada orang tua agar menghubungi kader
apabila ada permasalahan yang terkait dengan anak balitanya, jangan
segan atau malu.
h) Melakukan pencatatan kegiatan yang telah di lakukan pada hari buka
poyandu.
3) Sesudah hari buka poyandu
a) Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari
buka posyandu, pada anak yang kurang gizi, atau pada anak yang
mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.
b) Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dalam
rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam obat keluarga,
membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman.
c) Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah
untuk menyampaikan atau menginformasi hasil kegiatan posyandu
serta mengusulkan dukungan agar posyandu dapat terus berjalan
dengan baik.
d) Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, diskusi atau forum
komunikasi dengan masyarakat.
e) Mempelajari sistem informasi posyandu.
Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan kader dalam memberikan
pelayanan di posyandu, yaitu:
1) Melakukan pendataan atau pemetaan anak balita di wilayahnya.
2) Menggerakkan dan memotivasi keluarga yang punya anak balita untuk
datang dan mendapatkan pelayanan poyandu.
3) Memberitahu waktu buka posyandu, lokasi poyandu, jenis layanan yang
bisa diterima sasaran, petugas pemberi layanan, manfaat apabila
membawa anaknya ke posyandu, dan lain-lain.
4) Menyiapkan sarana dan prasarana, buku catatan, bahan bahan
penyuluhan, mungkin juga makanan yang akan di bagikan pada anak
balita dan lain-lain.
5) Memberikan pelayanan anak balita di posyandu secara rutin. Sasaranya
adalah orang tua dan keluarga anak balita, serta anak balita itu sendiri.
6) Melakukan pencatatan kegiatan pelayanan posyandu. Peran kader
lainnya adalah melakukan pencatatan dan pelaporan.
7) Membuat dokumentasi kegiatan posyandu.
8) Menyusun program kerja/rencana aksi untuk kegiatan berikutnya.
9) Penyusunan rencana aksi dibuat secara lebih rinci dan jelas, meliputi
jenis kegiatan , tujuan, sasaran, peran dan tanggung jawab berbagai
pihak yag terlibat, serta waktu pelaksanaan kegiatan.
Peran kader dalam memberikan layanan pada anak balita meliputi :
1) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi anak balita,
dengan jalan:
a) Mendampingi orang tua untuk menimbang anaknya.
b) Mendampingi orang tua untuk mengukur tinggi badan anak balitanya
dan mencatat hasil pengukurannya. Dengan bertambahnya umur,
maka bertambanh tinggi pula badan anak tersebut. Hasil pengukuran
tinggi badan digunakan untuk menilai status anak.
c) Mendampingi orang tua untuk mengukur lingkar kepala anak
balitanya dan mencatat hasil pengukurannya. Hasil pengukuran
lingkar kepala, merupakan indikator perkembangan otak anak.
d) Melakukan pemantauan terhadap status imunisasi pada anak serta
pemberian suplemen makanan atau vitamin (vitamin A)
e) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi keaktifan
anak balita, dengan jalan memberikan stimulasi dan melihat respon
anak tersebut.
f) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi anak
balitanya dalam merespon keadaan lingkungan sekitar.
2) Melakukan penyuluhan atau menyampaikan informasi tentang pola asuh
anak balita.
3) Membimbing orang tua untuk melakukan stimulasi yang sesuai dengan
usia anak, agar anak menjadi sehat, cerdas dan aktif.
4) Melakukan rujukan pada anak balita yang bermasalah dengan
menghubungi petugas yang ahli. Rujukan dilakukan agar anak mendapat
penanganan yang lebih baik dari petugas yang ahli di bidangnya. Rujukan
sebaiknya dilakukan oleh kader, sedini mungkin, artinya setelah
mengetahui ada masalah hendaknya segera di rujuk. Rujukan dilakukan
berdasarkan hasil pemantauan terhadap adanya permasalahan pada anak,
maupun karena pola asuh orang tua yang tidak sesuai.
5) Melakukan pemantauan pasca rujukan. Peran kader disini adalah
membimbing dan memantau pola asuh yang dilakukan ibu atau keluarga,
setelah rujukan.
2.3 Gizi Kurang
Kata gizi berasal dari Bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut
dialek mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menerjemahkan nutrition
dengan mengejanya sebagai “nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum
Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994 (Ari Yuniastuti, 2008:1).
Menurut Almatsier (2001: 4) mendefenisikan status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan
antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang berdasarkan pada data antropometri serta biokimia
(Beck dalam Catur Rahman, 2012).
Menurut Mitayani dan Wiwi sartika ( 2010:136) faktor menurunnya status gizi
pada bayi dan balita adalah:
1) Pola makan yang salah
2) Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala
(sebulan sekali pada tahun pertama)
3) Faktor sosial
4) Faktor ekonomi
5) Faktor infeksi
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau
ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk partumbuhan, aktivitas berfikir
dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif
bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia
kurang dari 5 tahun (Khaidirmuhaj dalam Ferry, 2012).
Gizi kurang pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan
keterbatasan kenaikan berat badan yang cukup tinggi. Perubahan berat badan balita
dari waktu kewaktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam
periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik dua kali beresiko mengalami
gizi kurang 12,6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus.
Adapun ciri klinis dari gizi kurang antara lain :
a. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti atau bahkan menurun.
b. Ukuran lingkar lengan atas menurun.
c. Maturasi tulang terhambat.
d. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
e. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.
Secara umum penyebab terjadinya gizi kurang pada balita di pengaruhi oleh
faktor tertentu. Adapun faktor penyebab gizi kurang adalah sebagai berikut :
a. Faktor sosial
Faktor sosial yang dimaksud disini adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak
balita yang diberi makan “sekadarnya” atau asal kenyang padahal miskin
gizi.
b. Kemiskinan
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat
menyebabkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali
tidak bisa terpenuhi.
c. Laju pertambahan penduduk
Pertambahan penduduk yang tidak imbangai dengan bertambahnya
ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan.
d. Infeksi
Infeksi adalah masuknya, bertumbuh dan berkembangnya agen penytakit
menular dalam tubuh manusia atau hewan. Infeksi tidaklah sama dengan
penyakit menular karena akibatnya mungkin tidak kelihatan atau nyata.
Infeksi tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat dengan malnutrisi.
Infeksi sekecil apapun akan berpengaruh pada tubuh.
Gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian
diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok
masalah dan akar masalah (Unicef dalam Anwar Sasake, 2009).
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan
adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula
kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis
pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan
secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat,
dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001).
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak
yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,
sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah
terkena gizi kurang (Soekirman dalam Anwar Sasake, 2009). Sehingga disini terlihat
interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi.
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan
pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi
lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor
yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta
makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah
dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit
dan kekurangan gizi (Unicef dalam Anwar Sasake, 2009).
Pengelompokkan gizi kurang menurut Z-skore dalam 3 kategori (Departemen
Gizi dan Kesmas UI, 2011) :
a. Gizi kurang tingkat ringan ( nilai Z_BBU ≥ - 2.5 SD dan < - 2.0 SD ).
b. Gizi kurang tingkat sedang ( nilai Z_BBU ≥ 3.0 SD dan < 2.5 SD ).
c. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai Z_BBU < - 3.0 SD ).
Penyakit gizi semakin lengkap diketahui dengan kemajuan-kemajuan dibidang
ilmu gizi dan teknik risetnya. Banyak penyakit yang tadinya tidak diketahui sebabnya
dan dimasukkan dalam golongan penyakit disposisi, kini ternyata merupakan
penyakit kelainan gizi. Berikut adalah diantara dari penyakit masalah gizi :
1. Kwashiorkhor (Kekurangan Protein)
Kwashiorkhor adalah nama penyakit yang diberikan terhadap suku Gad
an terhadap penduduk kota Akra ibukota Ghana. Kwashiorkhor merupakan
“penyakit yang diderita bayi yang berhenti menyusui dikarenakan ibunya
melahirkan lagi”. Gejala-gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis;
b. Edema;
c. Otot menyusut (kurus);
d. Depigmentasi rambut dan kulit;
e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut flaky paint
dermatosis;
f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversible;
g. Atropi dari kelenjar Acini dan pankreas sehingga produksi enzim untuk
meransang aktifitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum
terhambat , diare;
h. Anemia moderat (selalu bentuk normokhromik, tetapi sering kali bentuk
makrositik;
i. Masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejala klinis;
j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan
sitesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala
kebutaan yang tetap permanen.
2. Marasmus
Istilah marasmus sudah digunakan di dalam literature kedokteran sejak
kedokteran ada. Marasmus yang terjadi pada balita ekuivalen dengan busung
lapar pada orang dewasa, artinya pada balita marasmus ditandai dengan
gejala klinis tertentu, sedangkan pada dewasa ditandai dengan busung lapar.
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilokalori yang
kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah.
Adapun gejala umum daripada marasmus adalah :
a. Kurus kering;
b. Tampak hanya tulang dan kulit;
c. Otot dan lemak bawah kulit atropi (mengecil);
d. Wajah seperti orang tua;
e. Berkerut/keriput;
f. Layu dan kering;
g. Diare umum terjadi.
Masalah penyebab terjadinya marasmus karena faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Masalah sosial yang kurang menguntungkan;
b. Kemiskinan;
c. Infeksi;
d. Mikroorganisme pathogen penyebab diare;
e. Kecepatan pertumbuhan melampat;
f. Tidak ada dermatitis depigmentasi;
g. Tidak ada edema;
h. Tumbuh kerdil, mental dan emosi terganggu;
2.4 Kerangka Berpikir
2.4.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.4.2 Kerangka Konsep
: Variabel yang diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Gizi kurang :
1) Pengertian
2) Ciri klinis
3) Penyebab
4) Pengelompok-
kan gizi
kurang
menurut Z-
skore
Kader Posyandu Pengetahuan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
1) Usia
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Sosial ekonomi
Pengetahuan
Kader
Posyandu
Gizi Kurang