Upload
ledung
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat
Tumbuhan pisang klutuk merupakan tumbuhan yang mudah diperoleh
dapat tumbuh dimana saja, biasanya sebagai tanaman liar atau dibudidayakan.
Pisang yang umum dibudidayakan sekarang yaituMusa balbisiana BB dan Musa
acuminatacolla yang banyak memiliki keanekaragaman di Indonesia, Malaysia
dan Papua Nugini (Anonim, 2015). Tumbuhan pisang klutuksebaiknya ditanam di
dataran rendah, ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (Prahasta, 2009).
2.1.2 Morfologi tumbuhan
Tumbuhan pisang klutuk memiliki ciri-ciri yaitu tumbuhan semak,
berumpun, tinggi tanaman kurang lebih 3 meter dengan lingkar batang 60-70 cm,
memiliki batang semu, berpelepah, berwarna hijau, memiliki daun tunggal yang
panjangnya 60-200 cm, bentuk lansetmemanjang, Tandan buah mencapai panjang
80-100 cm. Bunga pisang klutuk berbentuk lonjong dengan ujung meruncing,
panjang bunga pisang klutuk 40-55 cm, lebar 10-15 cm.memiliki daun pelindung
berwarna ungu kemerahan, mahkota bunga berwarna putih kekuningan (Anonim,
2015). Menurut I Wayan Mudita (2012), akhir pertumbuhan vegetatif, batang
pisang akan menghasilkan pertumbuhan memanjang untuk membentuk rangkaian
bunga yang terdiri atas beberapa baris bunga, masing-masing ditutupi dengan
seludang. Bunga pisang tergolong sebagai bunga unisexualis berumah satu, bunga
Universitas Sumatera Utara
7
pisang juga termasuk dalam golongan bunga majemuk dengan karangan bunga
berbentuk bulir (Spica) yang diselubungi.Bagian sphata adalah bagian dari bunga
yang paling sering dimanfaatkan sebagai obat (Wardhany, 2014).
2.1.3 Sistematika tumbuhan
Menurut Prahasta (2009), sistematika dari tumbuhan pisang klutuk adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Species : Musa balbisiana BB
2.1.4 Nama daerah
Gedang (Jawa), Cau (Sunda), Biu (Bali), Puti (Lampung), Wusak lambi, Lutu
(Gorontalo), Kulo (Ambon), Uki (Timor).
2.1.5 Nama asing
Banana (Inggris, Jepang) Tsiu, Cha (Cina), Pisyanga, Kila (India), Klue
(Thailand), Pyaw, Nget (Burma).
2.1.6 Kandungan kimia dan kegunaan
Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah bunga. Bunga yang
diambil yaitu bunga setelah pisang terbentuk. Bunga mengandung senyawa kimia
seperti Flavonoida dan tannin yang dapat berpotensi sebagai antioksidan.
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti diabetes,melancarkan asi,
Universitas Sumatera Utara
8
stroke, hipertensi, diare, diabetes, dan mencegah kanker (Wardhany, 2014).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum
ekstraksidilakukan biasanya bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian
dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1996).
Tujuan utama dari ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan yang terdapat dalam
simplisia tersebut (Depkes, RI., 2000).
Hasil ekstraksi disebut ekstrak, yaitu sediaan kental atau cair yang
diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan pelarut yang sesuai
kemudian menguapkan semua atau hampir semua pelarut yang digunakan pada
ekstraksi (Depkes, RI., 1995).
Menurut Depkes, RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering
digunakan yaitu:
2.2.1 Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut disertai sesekali pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus menerus disebut maserasi
kinetik sedangkan yang dilakukan penambahan ulang pelarut setelah dilakukan
penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi. Metode
maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari.
b. Perkolasi
Universitas Sumatera Utara
9
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur kamar.Proses perkolasi terdiri dari tahap
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan perkolat) terus menerus sampai diperoleh ekstrak.
Keuntungan proses perkolasi adalah proses penyarian sempurna.
2.2.2 Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia pada temperatur titik didihnya
menggunakan alat dengan pendingin balik dalam waktu tertentu dimana pelarut
akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian menggunakan pelarut yang selalu baru,
dilakukan dengan menggunakan alat khusus (soklet) dimana pelarut akan
terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.
c. Digestiasi
Digestiasi adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-500C.
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 15 menit.
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 30 menit.
Universitas Sumatera Utara
10
2.3 Radikal bebas
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas sangat reaktif dan dengan mudah
menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol menghasilkan ikatan silang pada DNA,
protein, lipida atau kerusakan oksidatif pada gugus fungsional yang penting pada
biomolekul. Perubahan ini akan menyebabkan proses penuaan. Radikal bebas juga
terlibat dan berperan dalam patologi penyakit degeneratif, yakni kanker,
aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak(Silalahi, 2006).
Radikal bebas ini antara lain radikal superoksida, hidroksil, peroksil,
alkoksil, hidroperoksil, nitrit oksida, nitrogen dioksida, lipid peroksil dan
kelompok non-radikal yang kurang reaktif namun masih tergolong radikal bebas
seperti hidrogen peroksida, asam hipoklorit, oksigen singlet, peroksinitrat, asam
nitrit, dinitrogen trioksida dan lipid peroksida (Sen, dkk., 2010). Berdasarkan
sumbernya jenis radikal bebas dalam tubuh ada dua macam yaitu:
1. Radikal Bebas Endogen
Merupakan bentuk radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh yaitu:
a. Oksidasi Enzimatik
Radikal bebas ini dihasilkan oleh enzim, misalnya pada proses sintesis
prostaglandin, oksidasi aldehida, oksidasi xantin, oksidasi asam amino.
b. Autoksidasi
Radikal bebas yang berasal dari proses metabolisme aerobik, misalnya pada
hemoglobin, katekolamin.
c. Respiratory Burst
Radikal bebas berasal dari hasil sampingan proses pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Radikal Bebas Eksogen
Merupakan bentuk radikal bebas yang berasal dari luar tubuh yaitu:
a. Asap Rokok
Asap rokok mengandung epoksida, aldehida, peroksida, dan radikal bebas
lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada alveoli di paru- paru.
b. Polusi Udara.
Polusi udara yang berasal dari asap pabrik, asap kenderaan bermotor dan debu
merupakan bentuk radikal bebas yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.
c. Radiasi Ultraviolet
Pancaran sinar matahari yang mengandung ultraviolet merupakan sumber
radikal bebas yang masuk melalui kulit (Irmawati, 2014).
Menurut Kumalaningsih (2006), radikal bebas terbentuk dari 3 tahapan reaksi
berantai berikut:
a. Tahap Inisiasi yaitu tahap awal terbentuknya radikal bebas.
b. Tahap Propagasi, yaitu tahap perpanjangan radikal berantai, terjadi reaksi
antara radikal bebas dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru.
c. Tahap Terminasi, yaitu tahap akhir, terjadi pengikatan suatu radikal bebas
dengan radikal bebas yang lain sehingga membentuk senyawa non-radikal
yang biasanya kurang reaktif dari radikal induknya.
Reaktivitas radikal bebas merupakan upaya untuk mencari pasangan
elektron. Sebagai dampak kerja radikal bebas tersebut, akan terbentuk radikal
bebas baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil untuk
berpasangan dengan radikal sebelumnya (Winarsi, 2007).
Universitas Sumatera Utara
12
Meningkatnya jumlah radikal bebas dalam tubuh yang dikenal sebagai
kondisi stress oksidatif, akan memulai oksidasi asam lemak tidak jenuh, protein,
DNA, dan sterol didalam tubuh. Meningkatnya jumlah protein teroksidasi, DNA
teroksidasi, sterol teroksidasi dan lipid teroksidasi, seiring dengan bertambahnya
umur, mendukung hipotesis bahwa ROS dan radikal bebas tersangkut dalam
proses penuaan. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang kaya akan nutraceutical
antioksidatif berhubungan dengan status keseimbangan antara radikal bebas dan
antioksidan, yang membantu meminimumkan stress oksidatif dalam tubuh
(Muchtadi, 2013).
Radikal bebas dapat merusak membran sel, kemudian merusak komponen
sel termasuk inti sel dan berakibat mati nya sel. Proses ini akan berlangsung terus
menerus dalam tubuhsehingga menimbulkan penyakit, Reaktivitas radikal bebas
ini dapat diredam oleh antioksidan (Winarsi, 2007).
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang dapat menetralkan radikal bebas dengan
cara menerima atau mendonorkan satu elektron sehingga radikal bebas menjadi
tidak reaktif dan stabil (Muchtadi, 2013). Antioksidan atau reduktor berfungsi
untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah
teroksidasi, dengan cara menyumbangkan hidrogen atau elektron. Antioksidan
pangan adalah suatu zat dalam makanan yang menghambat akibat buruk dari efek
senyawa oksigen reaktif, senyawa nitrogen reaktif dalam fungsi fisiologis normal
pada manusia. Antioksidan dalam makanan dapat berperan dalam pencegahan
berbagai penyakit meliputi penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit yang
berkaitan dengan proses penuaan (Silalahi, 2006).
Universitas Sumatera Utara
13
Menurut Kumalaningsih (2006) dan Winarsi (2007), antioksidan dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Antioksidan primer
Antioksidan primer adalah antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru atau mengubah radikal bebas yang telah
terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif. Antioksidan ini berupa enzim
yang diproduksi oleh tubuh, meliputi: SOD (superoksida dismutase), CAT
(katalase) dan GSH-Px (glutation peroksidase). Enzim SOD berperan dalam
mengubah radikal superoksida (O2•‾) menjadi hidrogen peroksida (H2O2), enzim
CAT dan GSH-Px akan mengubah hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O).
b. Antioksidan sekunder
Antioksidan ini adalah senyawa fenol yang berfungsi untuk menangkap radikal
bebas dan menghentikan reaksi berantai.Antioksidan sekunder disebut juga
sebagai antioksidan preventif, dimana pembentukan senyawa oksigen reaktif
dihambat dengan cara pengkelatan metal. antioksidan ini meliputi:
- Antioksidan golongan vitamin, contoh: vitamin A, C, E.
- Antioksidan alamiah, contoh: flavonoid, katekin, karotenoid, β-karoten.
- Antioksidan sintetik, contoh: BHA (butylated hydroxyl anisole), BHT
(butylated hydroxyrotoluene), PG (propyl gallate).
c. Antioksidan tersier.
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang dapat memperbaiki sel-sel
jaringan yang rusak akibat radikal bebas. Senyawa yang termasuk dalam jenis ini
adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang mampu
memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim ini sangat bermanfaat untuk perbaikan
DNA pada penderita kanker.
Universitas Sumatera Utara
14
2.4.1 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan
rumus molekul C6H8O6. Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna
putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna
gelap, dalam keadaan kering stabil di udara namun dalam larutan cepat teroksidasi
Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, praktis tidak
larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen (Depkes, RI., 1979).
Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Rumus vitamin C
Vitamin C (asam ascorbat) merupakan suatu antioksidan penting yang
larut dalam air. Vitamin C secara efektif menangkap radikal-radikal seperti
peroksil dan oksigen singlet, dan juga berperan dalam regenerasi vitamin E.
Vitamin C dapat melindungi membran biologis dan LDL dari kerusakan oksidatif
(Silalahi, 2006).Vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas dan
mengubahnya menjadi radikal ascorbil yang kurang reaktif, kemudian membentuk
asam monodehidroaskorbat atau asam dehidroaskorbat. Bentuk tereduksi ini dapat
diubah kembali menjadi asam askorbat oleh enzim monodehidroaskorbat
reduktase dan dehidroaskorbat reduktase (Packer, 2002).Vitamin C dapat
mencegah timbulnya penyakit kanker, penyakit jantung, dan influenza. Pemberian
vitamin C dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada tubuh (Muchtadi, 2013).
Universitas Sumatera Utara
15
2.4.2 Flavonoid
Flavonoid adalah suatu senyawa polifenol. Polifenol sangat tersebar di
alam, dan dilaporkan lebih dari 8000 struktur polifenol tanaman telah
diidentifikasi (Muchtadi, 2013). Senyawa flavonoid mengandung 15 atom karbon
dalam inti dasarnya, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi
satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon, tersusun dalam konfigurasi.
Menurut Robinson (1995) Rumus bangun turunan flavonoid dapat dilihat pada
Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Rumus flavonoid
Umumnya senyawa flavonoid dalam tumbuhan terikat dengan gula yang
disebut dengan glikosida sehingga untuk menganalisis flavonoid, lebih baik
ekstrak tumbuhan dihidrolisis terlebih dahulu untuk memecah ikatan gula dengan
aglikon. Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi
(Harborne, 1996).
Senyawa flavonoid berperan sebagai penangkap radikal bebas karena
mengandung gugus hidroksil dan bersifat reduktor, dan dapat bertindak sebagai
donor hidrogen terhadap radikal bebas. senyawa flavonoid seperti quarsetin,
morin, mirisetin, kaemferol, asam tanat, dan asam elegat merupakan antioksidan
kuat yang dapat melindungi makanan dari kerusakan oksidatif. (Silalahi, 2006).
Universitas Sumatera Utara
16
2.4.3 Vitamin E
Vitamin E atau tokoferol berupa minyak kental jernih, warna kuning atau
kuning kehijauan, dengan rumus kimia C29H50O2 dan bobot molekul 430,71.
Vitamin E tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam minyak nabati, sangat
mudah larut dalam kloroform (Depkes, RI., 1995).Rumus bangun vitamin E dapat
dilihat pada Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Rumus vitamin E
Fungsi terpenting vitamin E adalah sebagai antioksidan, adapun fungsi lain yaitu
menstimulasi respon imunologi. Vitamin E bekerja sebagai antioksidan karena
vitamin E mudah teroksidasi, dengan demikian dapat melindungi senyawa lain
dari oksidasi (Silalahi, 2006). Vitamin E berfungsi sebagai donor hidrogen yang
mampu mengubah radikal peroksil menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif
sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak (Winarsi, 2007).
Vitamin E dapat mencegah serangan jantung, penyumbatan pembuluh
darah perifer, dan stroke. Selain menghambat oksidasi kolesterol LDL vitamin E
juga memperlambat agregasi alamiah. Sebagai antikanker vitamin E akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menghambat pertumbuhan sel kanker.
Khasiat lain adalah menunda terjadinya katarak, memperlambat kemunduran
fungsi otak, dan berkhasiat pada kesuburan. Vitamin E juga berperan mengatasi
gangguan fungsi sistem saraf akibat tekanan oksidatif (Silalahi, 2006).
Universitas Sumatera Utara
17
2.5 Spektrofotometer UV-Visibel
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Visibel adalah sinar/cahaya dilewatkan
melalui sebuah wadah (kuvet) yang berisi larutan. Dimana akan menghasilkan
spektrum. Alat ini menggunakan hukum Lamber Beer sebagai acuan.
Spektrofotometer UV-Visibel terdiri dari sumber sinar monokromator, tempat sel
untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat.
Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang
gelombang untuk sinar tampak antara 400-800 nm (Rohman, 2007)
Spektrofotometer UV-Visibel pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom
dari suatu senyawa organik
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa
3. Menganalisis senyawa organik secara kuantitatif.
Berdasarkan aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada
cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan kemudian ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang
diserap (Rohman, 2007).
2.6 Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH
DPPH pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan
Renn. DPPH bersifat tidak larut dalam air, memberikan serapan maksimum pada
panjang gelombang 516 nm, berwarna ungu pekat seperti KMnO4, warna ini akan
berubah menjadi jingga kekuningan setelah tereduksi, hasil tereduksinya yaitu
Universitas Sumatera Utara
18
1,1-diphenyl-2-picrylhydrazine (DPPH-H) (Ionita, 2005). Metode pemerangkapan
radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) merupakan metode yang
sederhana untuk mengukur kemampuan berbagai senyawa dalam memerangkap
radikal bebas serta untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan pada bahan makanan
(Marinova dan Batchvarov, 2011).Rumus bangun DPPH dapat dilihat pada
Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Rumus DPPH
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar. Prinsip
metode pemerangkapan radikal bebas DPPH, yaitu elektron ganjil pada molekul
DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm.
Interaksi antioksidan dengan DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari
DPPH (Molyneux, 2004). Warna ungu larutan DPPH akan berubah menjadi
kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen
yang dari senyawa antioksidan (Prakash, 2001).
Mekanisme reaksi antioksidan dengan radikal bebas DPPH dapat dilihat pada
Gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5 Mekanisme reaksi antioksidan dengan radikal bebas DPPH
AH + A• +
H
Universitas Sumatera Utara
19
Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibitory
Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
antioksidan yang memberikan persen peredaman sebesar 50% (Molyneux, 2004).
2.6.1 Pelarut DPPH
Metode DPPH akan memberikan hasil yang baik dengan menggunakan pelarut
metanol atau etanol karena kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi
antarasampel uji antioksidan dengan radikal bebas DPPH (Molyneux, 2004).
2.6.2 Pengukuran panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal (Gandjar dan Abdul,
2007). Panjang gelombang maksimum (ʎmaks) yang digunakan dalam pengukuran
sampel uji pada metode pemerangkapan radikal bebas DPPH sangat
bervariasi.Menurut beberapa literatur, panjang gelombang maksimum untuk
DPPH antara lain 515-520 nm (Molyneux, 2004)
2.6.3 Waktu pengukuran
Waktu pengukuran atau waktu kerja (operating time) bertujuan untuk
mengetahui waktu yang tepat dalam melakukan pengukuran, yakni saat sampel
telah mencapai kesetimbangan sehingga dalam kondisi stabil. Waktu pengukuran
yang digunakan dalam beberapa penelitian sangatlah bervariasi, yaitu 1-240
menit. Waktu pengukuran yang paling banyak direkomendasikan adalah 60 menit.
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di
dalam sampel (Molyneux, 2004; Rosidah, dkk., 2008).
Universitas Sumatera Utara