Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing,
morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan.
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Sistematika tumbuhan binara menurut Tjitrosoepomo (2010), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Artemisia
Spesies : Artemisia vulgaris L.
Sinonim : Artemisia chinensis, Artemisia igniaria, Artemisia indica,
Artemisia integrifolia, Artemisia moxa, Artemisia
lavandulaefolia, Crossostephium artemesioides.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
7
Gambar 2.1 Tumbuhan Binara
2.1.2 Nama Daerah
Nama daerah dari tumbuhan ini adalah binara. Daun manis, brobos, krebo,
beunghar, kucicing, jukut lokot mala (Sunda). Suket gajahan (Jawa). Baru cina
(Sumatera). Kolo, goro-goro cina (Maluku). Baru cina, daun sundalama, daun manis,
cam cao (Melayu) (Duryatmo,2007).
2.1.3 Nama Asing
Tumbuhan ini pada beberapa negara lain dikenal dengan nama Hia dan ai ye
(Cina), ngai curu dan nha ngai (Thailand), mugwoert,felon herb, wormwood,
St.john’s plant (Inggris) (Duryatmo,2007).
2.1.4 Morfologi Tumbuhan
Tanaman binara (baru cina) adalah tanaman semak dari salah satu jenis
tanaman berbunga (Asteraceae). Tanaman ini memiliki percabangan banyak, beralur,
terdapat bulu halus dibatang tanaman, dan ukuran tanaman baru cina ini dapat
mencapai 1 meter, batang bewarna merah kecoklatan. Tumbuh ditanah yang lembab
dan tumbuh liar dihutan dan diladang. Tumbuhan ini tumbuh 3000 meter diatas
permukaan laut yang berasal dari cina. Daun tanaman binara berbentuk bulat seperti
telur, tepi daun terbagi, atau menjari, daun meruncing pada ujungnya. Daun tanaman
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
8
ini tumbuh berseling diantara batang tanaman, warna daun hijau pada bagian
belakang daun berwarna putih, duduk berseling, panjang 8-12 cm, lebar 6-8 cm.
Bunga majemuk dengan ukuran bunga tergolong kecil berbentuk bonggol yang
tersusun dalam rangkaian berbentuk melalai, berwarna putih kekuningan. Buah kotak,
bentuk jarum, kecil, coklat. Biji kecil bewarna coklat. Akar tunggang kecoklatan
(Widyaningrum, dkk., 2011).
2.1.5 Khasiat Tumbuhan
Tumbuhan ini digunakan sebagai obat pebghilang nyeri (analgetik),
menghangatkan meridian, menghilangkan rasa dingin, penghenti perdarahan
(hemostatis), peluruh kencing (diuretic), peluruh kentut, peluruh keringat, diare,
mulas, konstipasi, meningkatkan nafsu makan (stomakik), astringen, tonik stimulant,
melancarkan peredaran darah dan menghilangkan pembekuan, mencegah keguguran
dan gangguan menstruasi (Djauriyah,2004).
2.2 Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM,1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dalam pelarut. Diketahui dengan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
9
senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut
dengan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 1995).
Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) dan Syamsuni (2006) ada
beberapa cara, yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah cara penarikan simplisia dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari dengan beberapa kali pengadukan pada
temperatur kamar, sedangkan remaserasi merupakan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan pengeringan maserat pertama
(Depkes RI, 2000)
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.
Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampung ekstrak) secara
terus menerus sampai diperoleh perkolat (Depkes RI,2000)
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
10
b. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi daripada temperatur kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-500C (Depkes RI, 2000).
c. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik (Depkes RI,2000).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 15 menit (Depkes RI,2000).
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 30 menit (Depkes RI,2000).
2.3 Radikal bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan bersifat reaktif. Suatu
atom atau molekul akan tetap stabil bila elektronnya berpasangan, untuk mencapai
kondisi stabil tersebut radikal bebas dapat menyerang bagian tubuh seperti sel, dan
menyebabkan kerusakan sel yang berimbas pada kinerja sel yang akhirnya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
11
mempengaruhi metabolisme tubuh. Radikal bebas dapat berasal dari tubuh mahkluk
hidup itu sendiri sebagai akibat aktifitas tubuh seperti autooksidasi, oksidasi
enzimatika, organel subseluler, aktivitas ion logam transisi, dan berbagai enzim
lainnya (Darmawan & Artanti, 2009).
Radikal bebas ini antara lain radikal superoksida, hidroksil, peroksil, alkoksil,
hidroperoksil, nitrit oksida, lipid peroksil dan kelompok non-radikal yang kurang
reaktif namun masih tergolong radikal bebas seperti hydrogen peroksida, asam
hipoklorit, oksigen singlet, peroksinitrat, asam nitrit, dinitrogen trioksida dan lipid
peroksida (Sen, dkk, 2010). Berdasarkan sumbernya jenis radikal bebas dalam tubuh
ada dua macam yaitu:
1. Radikal Bebas Endogen
Merupakan bentuk radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh yaitu:
a. Oksidasi Enzimatik
Radikal bebas ini dihasilkan oleh enzim, misalnys pada proses sintesis
prostaglandin, oksidasi aldehida, oksidasi xantin, oksidasi asam amino.
b. Autoksidasi
Radikal bebas yang berasal dari proses metabolism aerobic, misalnya
pada hemoglobin, katekolamin.
c. Respiratory Bust
Radikal bebas berasal dari hasil sampingan proses pernapasan.
2. Radikal Bebas Eksogen
Merupakan bentuk radikal bebas yang berasal dari luar tubuh yaitu:
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
12
a. Asap Rokok
Asap rokok mengandung epoksida, aldehida, peroksida, dan radikal bebas
lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada alveoli di paru-paru.
b. Polusi Udara
Polusi udara yang berasal dari asap pabrik, asap kendaraan bermotor dan
debu merupakan bentuk radikal bebas yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
c. Radiasi Ultraviolet
Pancaran sinar matahari yang mengandung ultraviolet merupakan sumber
radikal bebas yang masuk melalui kulit (Irmawati, 2014).
Ketika kita bernafas terjadi reaksi oksidasi. Reaksi ini mencetuskan
terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta
fungsi sel. Radikal bebas juga terlihat dan berperan patologi dan berbagai penyakit
degeneratif, yakni kanker, aterosklerosis, rematik, jantung koroner, katarak dan
penyakit degeneratif saraf seperti parkinson (Silalahi, 2006). Reaktivitas dari radikal
bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan
tubuh (Winarsi, 2007).
Secara umum tahapan reaksi pembentukan radikal bebas adalah sebagai
berikut:
1. Inisiasi
Tahap inisiasi adalah tahap awal terbentuknya radikal bebas.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
13
2. Propagasi
Tahap propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi
reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal
baru.
3. Terminasi
Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadinya pengikatan suatu radikal bebas
dengan radikal bebas yang lain sehingga menjadi tidak reaktif lagi
(Kumalaningsih, 2006).
Target utama radikal bebas adalah protein, karbohidrat, asam lemak tak jenuh
dan lippprotein, serta unsur-unsur DNA. Dari molekul-molekul target tersebut, yang
paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Senyawa
radikal bebas didalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada
membran sel sehingga dinding sel menjadi rapuh, merusak basa DNA sehingga
mengacaukan sistem genetika, dan berlanjut pada pembentukan sel kanker. Radikal
bebas akan terus mencari elektron dari molekul-molekul disekitarnya dan apabila
tidak dikendalikan reaksi berantai ini dapat berlangsung secara terus menerus
(Halliwell dan Gutteridge, 2000).
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam efek
negatif oksidan dalam tubuh, bekerja dengan cara menangkal satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas sentawa oksidan tersebut dapat
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
14
dihambat. Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang
disebabkan radikal bebas sehingga mencegah terjadinya berbagai macam penyakit
seperti penyakit kardiovaskuler, jantung koroner, kanker sera penuaan dini.
Penambahan antioksidan kedalam formulasi makanan, juga efektif mengurangi
oksidasi yang menyebabkan ketengikan, toksisitas dan destruksi biomolekul yang ada
dalam makanan (Ramadhan, 2015).
Antioksidan merupakan suatu sistem pertahanan dalam tubuh yang berguna
untuk menangkal kerusakan sel tubuh yang disebabkan oleh radikal bebas. Menurut
Subiyandini (2009) senyawa antioksidan merupakam senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan juga berperan
melindungi sel dan jaringan tubuh dari efek berbahaya radikal bebas. Secara alami
tubuh memiliki antioksidan untuk mencegah kerusakan akibat radikal bebas, seperti
enxim SOD (Super Oksidasi Dismutase), katalase, glutatione peroksidase dan
persidase. Beberapa antioksidan alami yang sangat efektif seperti tokoferol, vitamin
A dan vitamin C. Vitamin ini sangat efektif terhadap radikal bebas dan terkadang
dapat bekerja secara bersamaan (Young, 2005).
Antioksidan digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu antioksidan primer,
sekunder dan tersier (Winarsi, 2007).
1. Antioksidan primer (antioksidan endogenus)
Antioksidan primer disebut sebagai antioksidan enzimatis. Suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan primer, apabila dapat memberikan atom hidrogen
secara cepat kepada radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera
berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan primer bekerja dengan cara
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
15
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau mengubah radikal bebas
yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang reaktif (Winarsi, 2007).
2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogenus)
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau non enzimatis.
Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut sebagai sistem pertahanan, preventif.
Sistem pertahanan ini, terbentuknya senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara
pengkekatan metal atau dirusak pembentukannya. Antioksidan non-enzimatis dapat
berupa komponen non-nutrisi dan komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan.
Kerja sistem antioksidan non-enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi
berantai dari radikal bebas atau dengan komponen seluler (Winarsi, 2007)
3. Antioksidan tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-repair dan
metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan
biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas (Winarsi, 2007).
Senyawa yang menjadi sumber antioksidan pada tumbuhan adalah senyawa
fenolik yang tersebar diseluruh bagian tumbuhan seperti kayu, biji, buah, akar, daun,
maupun batang.Beberapa penelitian yang telah dilakukan, bahwa penurunan kanker
seperti kanker prostat, paru-paru, perut dan payudara lebih lebih meningkat dengan
mengkonsumsi antioksidan dan vitamin. Oleh karena itu, penggunaan antioksidan
harus hati-hati dan sesuai dengan anjuran yang diterapkan (Zuhra, 2008).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
16
2.5 Radikal Bebas dan Pengaruh Antioksidan
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena mengandung satu atau lebih electron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangannya. Reaksi ini
akan berlangsung terus menerus dalam tubuh kita dan bila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta
penyaki degeneratif lainnya. Oleh karena itu tubuh memerlukan suatu substansi
penting yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga
tidak dapat menginduksi suatu penyakit (Kikuzaki, et al, 2002 ; Sibuea, 2003)
Keseimbangan antara kandungan antioksidan dan radikal bebas didalam tubuh
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Apabila jumlah
radikal bebas terus bertambah sedangkan antioksidan endogen jumlahnya tetap, maka
kelebihan radikal bebas tidak dapat dinetralkan. Akibatnya radikal bebas akan
bereaksi dengan komponen sel dan menimbulkan kerusakan sel dan terjadinya
penyakit(Arnelia, 2002).
Antioksidan dalam makanan dapat didefenisikan sebagai zat yang mampu
menunda, memperlambat atau mencegah pengembangan ketengikan dan rasa dalam
makanan atau kerusakan lainnya akibat oksidasi. Antioksidan menunda
pengembangan aroma tak sedap dengan memperpanjang periode induksi.
Penambahan Antioksidan dapat menghambat atau memperlambat oksidasi dalam dua
cara yaitu dengan perendaman cara radikal bebas, dalam hal ini senyawa tersebut
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
17
digambarkan sebagai antioksidan primer dan mekanisme yang tidak melibatkan
perendaman radikal bebas dalam hal ini adalah senyawa antioksidan sekunder.
Antioksidan primer termasuk senyawa fenolik. Komponen ini dikonsumsi selama
periode induksi. Antioksidan sekunder beroperasi dengan berbagai mekanisme
termasuk mengikat ion logam, perendaman oksigen, mengubah hidroperoksida untuk
spesi non-radikal, menyerap UV atau menonaktifkan oksigen singlet (Pokorny,
2001).
Antioksidan yang berasal dari senyawa fenolik yaitu flavonoid dimana
terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang dilaporkan digunakan sebagai
kemoprevensif kanker. Sumber utama dari golongan flavonol (kuersetin) yaitu
dengan mengkonsumsi bawang dan apel. Antioksidan tersebut dapat meningkatkan
kekebalan tubuh (sistem imun) pada penyakit kanker. Hal tersebut untuk
memberitahukan kepada masyarakat bahwa menjaga kesehatan diperlukan konsumsi
tambahan yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran (Sullivan, 2014).
2.5.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa yang paling luas
terdistribusi di tanaman. Senyawa-senyawa ini terdapat hampir dalam semua bagian
tanaman. Kelompok flavonoid yaitu flavonol, flavon, isoflavon, katekin,
proantosianidin dan antosianin (Santoso, 2016). Senyawa flavonoid berperan sebagai
penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil. Karena bersifat
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
18
sebagai reduktor, flavonoid dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal
bebas (Silalahi, 2006).
Bahan pangan sumber flavonoid antara lain teh, coklat (kokos), minuman
anggur merah (red wine), buah-buahan, sayur-sayuran dan kacang-kacangan
(Muchtadi, 2012). Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat penggumpalan
keping-keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan
pembuluh darah dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Flavonoid juga berpotensi
sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, serta memiliki berbagai sifat
seperti hepatoprotektif, antitrombotik, antiinflamasi dan antivirus (Winarsi, 2007).
Senyawa flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang berbobot
molekul rendah. Strukturnya merupakan turunan dari inti aromatik flavan atau 2-
fenilbenzopiran. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-
C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena
tersubsitusi) disambungkan oleh rantai tiga karbon (Rohman, 2016).
Gambar 2.1 Struktur dasar flavonoid (Silalahi, 2006)
2.5.2 Kuersetin
Kuersetin adalah senyawa golongan flavonoid (bagian dari flavonoid) yang
banyak terkandung dalam buah-buahan dan sayuran, misalnya apel, anggur, teh,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
19
bawang merah dan kopi. Kuarsetin memiliki 5 gugus –OH bebas yang dapat
diperoleh oleh gugus asil melalui reaksi esterifikasi. Eter kuersetin dapat diperoleh
dengan mereaksikan kuersetin dengan senyawa golongan asam karboksilat, halida
asam karboksilat dan antihidrida karboksilat (Silalahi, 2006).
Kuetsetin seperti semua antioksidan lainnya telah diteliti untuk memenuhi
kemampuannya dalam melawan kanker. Kuersetin sebagai antioksidan, melindungi
sel dari radikal bebas dengan menetralisir efek buruknya terhadap sel tubuh.
Kuersetin adalah bentuk aglikon dari sejumlah glikosida flavonoid lainnya., seperti
halnya rutin dan kuersitrin, ditemukan dalam buah jeruk, gandum dengan ramnosa
dan rutinosa, secara berturut-turut. Beberapa sumber kuersetin yaitu teh hitam, teh
hijau, bawang, apel, anggur dan spesies berry (Silalahi, 2006).
Gambar 2.2 Struktur kimia kuersetin (Silalahi, 2006)
2.6 Metode Pengukuran Antioksidan
Menurut Santoso (2016), metode untuk pengujian aktivitas antioksidan invitro
yang paling umum digunakan, yang umumnya mendasarkan daya tangkap atau
penetralan terhadap senyawa-senyawa turunan oksigen reaktif (ROS) yaitu:
1. ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity)
2. TRAP (Total Radical Trapping Antioxidant Parameter)
3. TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant capacity)
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
20
4. PSC (Peroxyl Radical Scavenging Capacity)
5. FRAP (Ferric Reducing/Antioxidant Power)
6. Folin Ciocalteau untuk menentukan kandungan fenolat total
7. Penentuan kandungan flavonoid total
8. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil)
Perkiraan aktivitas antioksidan bergantung kepada sistem pengujiannya.
Spesifitas dan sensitifitas satu metode saja tidak dapat menguji seluruh senyawa fenol
yang terdapat pada ekstrak. Aktivitas anntioksidan membutuhkan kombinasi
pengujian lebih dari satu (Sun dan Ho, 2005).
2.6.1 Uji Aktifitas Antioksidan dengan Menggunakan Metode DPPH
Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazil) merupakan salah satu uji untuk
menentukan aktivitas antioksidan. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang
gelombang 516 nm dengan warna violet gelap. Pemerangkapan radikal bebas
menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan
penghilangan elektron warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil
(Kuncahyo, 2007).
Gambar 2.3 Struktur kimia DPPH
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
21
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
harga konsentrasi efisiensi atau efficient concentration (EC50) atau inhibition
Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi zat suatu
antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai nilai
EC50 atau IC50 yang rendah (Molyneux, 2004). Menurut literatur panjang gelombang
maksimum DPPH antara lain 515-517 nm. Lama pengukuran metode DPPH menurut
beberapa literatur yang direkomendasikan adalah 60 menit, tetapi dalam beberapa
penelitian waktu yang digunakan bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30
menit, dan 60 menit (Molyneux, 2004). Waktu reaksi yang paling tepat adalah ketika
reaksi sudah mencapai keseimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dan
aktivitas yang terdapat didalam sampel (Rosidah, 2008).
2.7 Spektrofotometri UV-Visible
Metode spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak (visible) telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya digunakan
untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Spektrofotometri pada
dasarnya terdiri dari sumber sinar, monokromator, sel untuk zat yang diperiksa,
detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat. Panjang gelombang untuk sinar
ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampak
antara 400-800 nm (Rohman, 2007).
Spektrofotometer UV-Visibel pada umumnya digunakan untuk:
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA
22
1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom
dari suatu senyawa organik.
2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa.
3. Menganalisis senyawa organic secara kuantitatif.
Dalam suatu larutan, gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya
dinamakan gugus kromofor. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus
kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang. Molekul yang
mempunyai dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang
gelombang yang hampir sama dengan molekul yang mempunyai satu gugus kromofor
tertentu, tetapi absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada
(Rohman, 2007).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA-INDONESIA