39
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bronchopneumonia 1. Definisi Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat (irman Somantri, 2007). Pneumonia adalah proses inflamasi paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda- benda asing (Arif Muttaqin, 2011). Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer, 2008).

BAB II - Tinjauan Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bronchopneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat

(irman Somantri, 2007).

Pneumonia adalah proses inflamasi paru yang terdapat konsolidasi

dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan

oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Arif Muttaqin, 2011).

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia

yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau

lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area

berbercak. (Smeltzer, 2008).

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk

bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013).

6

2. Etiologi

a. Bakteri

Diplococus pneumonia, pneumococcus, streptococcus hemoliticus

aerus, haemophilus influenza, basilus Friedlander (klebsia

pneumoni), mycobacterium tuberculosis.

b. Jamur

Citoplasma capsulatum, criptococcus neptromas, blastomices

dermatides, aspengillus Sp, candida albicans, mycoplasma

pneumonia, aspirasi benda asing

c. Virus

Respiratoty syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

d. Factor lain

1) Factor predisposisi

a) Umur

b) Genetic

2) Factor pencetus

a) Gizi buruk

b) Bayi berat lahir rendan

c) Tidak mendapatkan ASI yang memadai

d) Imunisasi tidak lengkap

e) Polusi udara

f) Kepadatan tempat tinggal

7

3. Manifestasi Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran

pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita

bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti

menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung

kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul

sianosis.

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar

ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

1) Nyeri pleuritik

2) Nafas dangkal dan mendengkur

3) Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

1) Mengecil, kemudian menjadi hilang

2) Krekels, ronki

3) Gerakan dada tidak simetris

c. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

d. Diafoesis

e. Anoreksia

f. Malaise

g. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian

berubah menjadi kemerahan atau berkarat

8

h. Gelisah

i. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

j. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.

4. Komplikasi

a. Atelektasis

Pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang.

b. Emfisema

Keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat

disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru

Pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

d. Infeksi sistemik

e. Endokarditis

Peradangan katup endokardial.

f. Meningitis

9

5. Patofisiologi

Virus, bakteri, jamur, factor lain↓

Infeksi saluran napas atas

↓ ↓ ↓Kuman berlebih kuman terbawa infeksi saluran napas bawah

Di bronkus disaluran pencernaan↓ ↓ dilatasi ↑suhu edema antara

Proses peradangan infeksi saluran pembuluh ↓ kapiler & alveoli↓ pencernaan darah septikimia ↓

Akumuasi secret ↓ ↓ ↓ iritasi PMNDi broncus ↑floral normal eksudat ↑metabolisme eritrosit pecah

↓ dalam usus plasma masuk ↓ ↓Bersihan mucus ↓ alveoli evaporasi↑ edema paruJalan napas broncus↑ ↑peristaltik ↓ ↓Tdk efektif ↓ usus gangguan difusi pengerasan

Bau mulut ↓ dlm plasma dinding paruTdk sedap malabsorpsi ↓ ↓

↓ ↓ gangguan ↓compliance paruAnoreksia diare pertukaran gas ↓

↓ ↓ suplai O2 ↓Intake kurang gangguan

keseimbangan cairan hiperventilasi hipoksiaNutrisi kurang dan elektrolit ↓ ↓Dari kebutuhan dipsneu metabolisme

↓ anaerob ↑Retraksi dada ↓Atau PCH akumulasi

↓ asam laktat ↑Gangguan pola ↓

Napas fatigue↓

IntoleransiAktifitas

6. Penatalaksanaan

Terapi medis

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic.

Pada penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi

antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan

umum penderita dan dugaan kuman penyebab.

10

a. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh

Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus.

Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka

secara praktis dipakai :

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,

dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.

Atau kombinasi :

Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan

Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.

Atau kombinasi :

Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol

(dosis sda).

b. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia,

Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.

Kombinasi :  

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari,

dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

Atau kombinasi :

Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin

5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan

malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.

c. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :

11

Streptokokus pneumonia :

- Penisilin prokain IM atau

- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali

sehari atau

- Eritromisin (dosis sda) atau

- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

Mikoplasma pneumonia : Eritromisin

- Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping

obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan,

perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.

Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :

- Kemajuan klinis penderita

- Jenis kuman penyebab

Indikasi rawat inap :

- Ada kesukaran  napas, toksis.

- Sianosis

- Umur kurang dari 6 bulan

- Adanya penyulit seperti empiemaa

- Diduga infeksi Stafilokokus

- Perawatan di rumah kurang baik.

Pengobatan simptomatis:

- Zat asam dan uap.

- Ekspetoran bila perlu

Fisioterapi :

12

- Postural drainase.

- Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien

bronkopneumonia adalah:

a. Menjaga kelancaran pernapasan

b. Kebutuhan istirahat

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

d. Mengontrol suhu tubuh

e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman

Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:

a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)

b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier.

d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

7. Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari

kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit

yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu

hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan

tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti halnya

sebagai berikut :

13

a. Pola Hidup Sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga

kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga.

b. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi

kemungkinan terinfeksi antara lain : Vaksinasi Pneumokokus,

Vaksinasi H. influenza, Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada

anak dengan daya tahan tubuh rendah, Vaksin influenza yang

diberikan pada anak sebelum anak sakit.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas anak

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, no

medrek, diagnose medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian.

2) Identitas orang tua

Nama orang tua, umur, pekerjaan, pendidikan, pendidikan,

agama, alamat.

3) Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,

diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar

hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare,

tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

4) Riwayat penyakit sekarang

14

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat

naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai

kejang karena demam yang tinggi.

5) Riwayat penyakit dahulu

Anak pernah menderita penyakit saluran pernapasan atau

penyakit infeksi sebelumnya. Riwayat pernah dirawat di rumah

sakit sebelumnya.

6) Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang

lainnya.

7) Riwayat kesehatan lingkungan

Bronchopneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal

musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan

lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak

menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu

ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

8) Riwayat kehamilan dan kelahiran

a) Prenatal

Riwayat kehamilan ibu, frekuensi pemberian imunisasi

TT.

b) Intranatal

15

Anak yang lahir dengan BBLR mempengaruhi timbulnya

penyakit saluran pernapasan.

c) Postnatal

Riwayat penyakit infeksi pada post natal akan berpengaruh

terhadap respon imun anak serta anak yang kurang

mendapat asupan ASI beresiko timbulnya

bronchopneumonia.

9) Riwayat imunisasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk

mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah

karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk

melawan infeksi sekunder.

10) Riwayat tumbuh kembang

Motorik halus, motorik kasar, bahasa dan perilaku social

disesuaikan dengan usia anak.

11) Pola fungsi kesehatan

a) Nutrisi

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi

protein = MEP), kehilangan nafsu makan, mual, muntah.

b) Eliminasi

Adanya diare.

c) Istirahat tidur

16

Letargi, kelemahan, kelelahan, insomnia.

d) Neurosensori

Sakit kepala, nyeri dada, mialgya.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Lemas, tampak sakit

2) Kesadaran

Compos mentis/somnolen

3) Tanda-tanda vital

Respirasi : dipsneu

Suhu : demam

Nadi : takikardi

4) Sistem pancaindra

Tidak ada kelainan.

5) Sistem pernapasan

Dipsneu/takipneu, retraksi intersocta, Sesak napas, pernapasan

cuping hidung, ronchi, wheezing, batuk produktif atau non

produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak

teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada

daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret.

6) Sistem kardiovaskular

Takikardi, sianosis, CRT normal.

7) Sistem gastrointestinal

17

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,

lemah.

8) Sistem genitourinaria

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi.

9) Sistem neurosensori

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis

terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

10) Sistem musculoskeletal

Tonus otot menurun, lemah secara umum.

11) Sistem integument

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis,

pucat, akral hangat, kulit kering, berkeringat.

12) Sistem endokrin

Tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga

menyatakan abses luas/infilrat, empiema

(stapilococcus);infiltrate menyebar atau terlokalisasi

(bacterial);atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus).

Pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih.

2) GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

18

3) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan

biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberotik atau

biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.

4) Jumlah Darah Lengkap: leukositosis biasanya ada, meski sel

darah putih rendah terjadi pada infekksi virus, kondisi tekanan

imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5) Pemeriksan serologi; titer virus atau legionella, aglutinin

dingin.

6) Laju Endap Darah: meningkat

7) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti

dan kolaps); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan

komplain menurun, hipoksemia.elektrolit natrium dan klorida

mungkin rendah.

8) Bilirubin mungkin meningkat.

9) Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan

intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik.

2. Analisa Data

Data Etilogi Masalah

DS:Ibu klien mengatakan anaknya batukDS:- Batuk berdahak- Ronkhi/whezzing- Napas ireguler- sianosis

Virus, jamur, bakteri, factor lain

↓Infeksi saluran napas atas

↓Kuman berlebih di bronkus

↓Proses peradangan

↓Akumulasi secret di

Bersihan jalan napas tidak efektif

19

bronkus↓

Bersihan jalan napas tidak efektif

DS:Ibu klien mengatakan anaknya demamDO:- suhu meningkat- akral hangat- leukosit meningkat

Virus, bakteri, jamur, factor lain

↓Infeksi saluran napas

bawah↓

Peningkatan suhu↓

Hipertermi

Hipertermi

DS:Ibu klien mengatakan anaknya sesakDO:- dipsneu - sianosis- takikardi- gelisah

Virus, bakteri, jamur, factor lain

↓Infeksi saluran napas

bawah↓

Dilatasi pembuluh darah↓

Eksudat plasma masuk alveoli

↓Gangguan difusi dalam

plasma↓

Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas

DS:Ibu klien mengatakan anaknya sesak.DO:- PCH- Retraksi dada- dipsneu- sianosis

Virus, bakteri, jamur, factor lain

↓Infeksi saluran napas

bawah↓

Edema antara kepiler dan alveoli

↓Iritasi PMN eritrosit pecah

↓Edema paru

↓Pengerasan dinding paru

↓Penurunan compliance

paru↓

Suplai O2 menurun↓

Gangguan pola napas

20

Hiperventilasi↓

Dipsneu↓

Retraksi dada/PCH↓

Gangguan pola napasDS:Ibu klien mengatakan anaknya demam dan berkeringat.DO:- ubun-ubun cekung- kulit kering- mukosa bibir kering- turgor menurun

Virus, bakteri, jamur, factor lain

↓Infeksi saluran napas

bawah↓

Kuman terbawa di saluran pencernaan

↓Infeksi saluran cerna

↓Peningkatan flora normal

dalam usus↓

Peningkatan peristaltic usus

↓Malabsorpsi

↓Diare

↓Gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

DS:Ibu klien mengatakan anaknya malas makan.DO:- BB turun- Mual, muntah- Bau mulut- Anoreksia

Virus, jamur, bakteri, factor lain

↓Infeksi saluran napas atas

↓Kuman berlebih di bronkus

↓Proses peradangan

↓Akumulasi secret di

bronkus↓

Mucus di bronkus meningkat

↓Bau mulut tidak sedap

↓Anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

21

↓Intake kurang

↓Nutrisi kurang dari

kebutuhanDS:Ibu klien mangatakan anaknya lemas.DO:- Dipsneu- Takikardi- Pucat/sianosis- Tonus otot menurun

Virus, bakteri, jamur, factor lain

↓Infeksi saluran napas

bawah↓

Edema antara kepiler dan alveoli

↓Iritasi PMN eritrosit pecah

↓Edema paru

↓Pengerasan dinding paru

↓Penurunan compliance

paru↓

Suplai O2 menurun↓

Hipoksia↓

Metabolism anaerob meningkat

↓Akumulasi asam laktat

meningkat↓

fatigue↓

Intoleransi aktifitas

Intoleransi aktifitas

3. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi

secret di bronkus ditandai dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya batuk

DS:

22

- Batuk berdahak

- Ronkhi/whezzing

- Napas ireguler

- sianosis

b. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan ditandai

dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya demam

DO:

- suhu meningkat

- akral hangat

- leukosit meningkat

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membrane alveolar dan kapiler ditandai dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya sesak

DO:

- dipsneu

- sianosis

- takikardi

- gelisah

d. Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

compliance paru ditandai dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya sesak.

DO:

- PCH

23

- Retraksi dada

- Dipsneu

- sianosis

e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih (demam, berkeringat, hiperventilasi,

muntah) ditandai dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya demam dan berkeringat.

DO:

- ubun-ubun cekung

- kulit kering

- mukosa bibir kering

- turgor menurun

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan

intake makanan ditandai dengan:

DS: Ibu klien mengatakan anaknya malas makan.

DO:

- BB turun

- Mual, muntah

- Bau mulut

- Anoreksia

g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2

ditandai dengan:

DS: Ibu klien mangatakan anaknya lemas.

DO:

24

- Dipsneu

- Takikardi

- Pucat/sianosis

- Tonus otot menurun

4. Nursing Care Planning

Dx Tujuan Intervensi Rasional1 Setelah dilakukan

asuhan keperawatan diharapkan jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil:- Tidak batuk- Suara napas

vesikuler

- Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

- Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi napas edventisius.

- Bantu klien untuk napas dalam dan batuk efektif.

- Berikan air minum (hangat) sesuai kebutuhan.

- Lakukan pengisapan bila perlu.

Kolaborasi- Awasi efek nebulizer

dan fisioterapi lain.

- Berikan obat sesuai indikasi.

- Takipneu, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/cairan paru.

- Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

- Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas lebih kecil. Batuk menekan pembersihan jalan napas.

- Cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret.

- Merangsang batuk atau membersihkan jalan napas secara mekanik.

- Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

- Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.

25

- Beri cairan tambahan IV

- Awasi seri sinar X dada dan GDA.

- Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan dan memobilisasi secret.

- Mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.

2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tidak ada hipertemi dengan kriteria hasil:- Suhu normal- Akral hangat

- Kaji penyebab hipertermi

- Observasi suhu tubuh

- Berikan kompres hangat pada dahi/aksila

- Anjurkan banyak minum

- Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat.

- Kolaborasi pemberian antipiretik.

- Menentukan intervensi yang sesuai.

- Peningkatan suhu tubuh menunjukan proses penyakit infeksius akut.

- Daerah dahi/aksila merupakan daerah tipis dan terdapat pembuluh darah. Sehingga proses vasodilatasi lebih cepat.

- Menggantikan cairan yang hilang selama proses evaporasi.

- Pakaian yang tipis membantu mempercepat proses evaporasi.

- Antipiretik bekerja sebagai penatur kembali pusat pengatur suhu.

3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ventilasi tidak terganggu dengan kriteria hasil:- Tidak sesak- GDA normal

- Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.

- Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis perifer dan setral.

- Kaji status mental

- Manifestasi distress pernapasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

- Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi dan sianosis sentral menunjukan hipoksemia sistemik.

- Penurunan kesadaran

26

- Awasi frekuensi jantung

- Awasi suhu tubuh

- Pertahankan istirahat tidur, dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.

- Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk efektif.

- Kaji tingkat ansietas

- Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, jumlah sputum, warna sputum, pucat, sianosis, dipsneu berat dan gelisah.Kolaborasi

- Berikan terapi oksigenasi sesuai indikasi.

- Awasi GDA.

menunjukan hipoksemia serebral.

- Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.

- Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigen seluler.

- Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

- Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi.

- Ansietas adalah manfestasi klinis masalah psikolog sesuai dengan respon fisiologi terhadap hipoksia.

- Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada bronchopneumonia dan membutuhkan intervensi segera.

- Mempertahankan PaO2 diatas 60mmHg.

- Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

27

4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola napas kembali normal dengan kriteria hasil:- Tidak ada PCH

dan retraksi dada- Respirasi normal

- Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi dada.

- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi adventisius.

- Berikan posisi semifowler

- Observasi pola batuk dan karakteristik secret.

- Bantu untuk napas dalam dan batuk efektif.

- Kolaborasi pemberian O2.

- Berikan hemudifikasi tambahan.

- Bantu fisioterapi dada dan postural drainase.

- Kecepatan biasanya meningka, dipsneu dan terjadi peningkatan kerja napas, kedalaman bervariasi.

- Bunyi napas menurun atau tidak ada bila jalan napas terdapat obstruksi kecil.

- Meningkatkan ekspansi paru.

- Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasi adanya kelainan.

- Meningkatkan pengeluaran sputum.

- Memaksimalkan pernapasan dan menurunkan kerja paru.

- Memberikan kelembaban pada membrane mukosa dan membantu mengencerkan secret untuk memudahkan pembersihan.

- Memudahkan upaya pernapasan dan mengingkatkan drainase secret dari segmen paru kedalam bronkus.

5 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan volume cairan dan elektrolit kembali seimbang dengan kriteria hasil:- Turgor kulit baik- CRT <2detik- TTV stabil- Mukosa bibir

lembab

- Kaji perubahan tanda vital

- Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa

- Demam meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui evaporasi. Tekanan darah berubah dan takikardi menunjukan kekurangan cairan sistemik.

- Indicator langsung keadekuatan volume

28

bibir.

- Catat laporan mual/muntah.

- Pantau intake dan output, warna dan karakteristik urin. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai indikasi.

- Tekankan masukan cairan peroral sesuai kebutuhan.

Kolaborasi - Beri obat sesuai

indikasi- Berikan cairan

tambatah via IV

cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.

- Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.

- Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.

- Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi.

- Menurukan kehilangan cairan.

- Penggunaan cairan parenteral dapat memperbaiki/mencegah kekurangan.

6 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:- BB

meningkat/stabil- Nafsu makan

meningkat

- Identifikasi factor yang menimbulkan mual/muntah

- Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan bantuan kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural dan sebelum makan.

- Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

- Auskultasi bunyi usus. Observasi/palpasi distensi abdomen.

- Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

- Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

- Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.

- Bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi

29

- Berikan makanan porsi kecil dan sering termasuk cemilan dan atau makanan yang menarik untuk anak.

- Evaluasi status nutrisi, ukur berat badan.

berat/memanjang. Disten abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.

- Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

- Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahny tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respon terhadap terapi.

7 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:- Tidak ada dipsneu- Tidak ada

kelemahan berlebih

- TTV normal

- Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsneu, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

- Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stress dan pengalihan yang cepat.

- Jelaskan pentingnya istirahat pada orang tua anak selama pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

- Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

- Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

- Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan

30

- Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

- Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

respons individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.

- Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menundukan kedepan meja atau bantal.

- Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.