Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Untuk menunjang proses penelitian yang dilakukan terdapat
beberapa teori yang mendukung penelitian tersebut. Adapun landasan teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas
a. Definisi Kualitas
Kualitas pada dasarnya menjadi salah satu landasan utama
dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Kualitas
sebenarnya memiliki artian yang sangat luas dan beraneka ragam,
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya. Definisi
kualitas secara luas dapat meliputi mutu kerja, mutu proses, mutu
produk, mutu manajemen atau bahkan mutu karyawan. Banyaknya
pandangan mengenai arti dari kualitas membuat beberapa ahli pun
memberikan pendapatnya masing-masing tentang definisi kualitas.
Juran didalam buku M.N.Nasution (2010) menyatakan
bahwa kualitas merupakan kecocokan penggunaan produk (fitness
of use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Sedangkan menurut Crosby menyatakan bahwa kualitas adalah
conformance to requirement yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan
atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Garvin dan Davis
9
10
juga memiliki pendapat yang lebih kompleks mengenai definisi
dari kualitas. Mereka menyatakan bahwa kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang definisi teori
tersebut disimpulkan bahwa definisi kualitas adalah suatu standar
yang telah memenuhi kebutuhan penggunanya atau konsumen
sehingga dapat memberikan kepuasan.
b. Dimensi Kualitas
Karakteristik kualitas dari suatu produk dinilai sangat
penting, karena produk dapat memberikan kepuasan dan nilai
kepada pelanggan dalam banyak cara. Karakteristik beberapa
produk secara kuatitatif lebih mudah ditentukan, seperti berat,
panjang dan waktu penggunaan. Tetapi beberapa karakteristik yang
lain, seperti daya produk adalah bersifat kualitatif.
Beberapa dimensi kualitas diteliti oleh beberapa ahli.
Berdasarkan perspektif kualitas, David Gavin mengembangkan
dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau
manufaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi
tersebut seperti pada Yuri dan Nurcahyo (2013) sebagai berikut:
11
1) Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari produk
inti
2) Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan
3) Reliability (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan
pemakaian
4) Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik
desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5) Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus
digunakan
6) Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan
keluhan yang memuaskan
7) Aesthetic, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk
8) Perception, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh David Gavin
berpengaruh terhadap harapan pelanggan dan kenyataan yang
diterima. Jika kenyataan pelanggan menerima produk dan
pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan
produk dan pelayanannya berkualitas dan jika kenyataan
sebaliknya maka pelanggan akan mengatakan produk dan
pelayanannya tidak berkualitas dan tidak memuaskan.
12
Dimensi kualitas pada perusahaan manufaktur berbeda
dengan perusahaan jasa. Menurut Berry dan Parasuraman pada
Yuri dan Nurcahyo (2013) yang mengidentifikasi lima kelompok
karakteristik yang digunakan oleh konsumen dalam memberi
evaluasi atau nilai pada kualitas jasa, yaitu sebagai berikut:
1) Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi
2) Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan
3) Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan suatu pelayanan
dengan tanggap
4) Jaminan (assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para karyawan/staff;
bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan
5) Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para
pelanggan.
Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa karakteristik atau
dimensi pada produk barang dan jasa sangat berbeda. Dimensi
kualitas tersebut dapat dijadikan dasar bagi pelaku bisnis untuk
mengetahui adanya kesenjangan atau perbedaan antara harapan
pelanggan dan kenyataan yang mereka terima.
13
2. Sistem Manajemen Mutu
Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa
harus dapat survive karena persaingan semakin luas bukan hanya
persaingan lokal melainkan persaingan global. Untuk bertahan dari
situasi persaingan yang ketat ini, perusahaan harus memberikan produk
atau jasa yang berkualitas, dengan harga yang terjangkau, pelayanan
lebih unggul daripada pesaingnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara melakukan inovasi yang berkesinambungan terhadap
kualitas produk atau jasa maupun kualitas manusianya.
Beberapa perusahaan tentu menerapkan kebijakan sistem
manajemen yang berbeda sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
M.Nasution (2010) menyatakan sistem adalah serangkaian prosedur
dan kegiatan individu di dalam tim untuk menjamin kualitas. Wibowo
(2008) menyatakan manajemen adalah proses penggunaan sumber daya
organisasi dengan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif. Sistem manajemen ini seiring
berjalannya suatu perusahaan harus selalu disempurnakan sebagai tolak
ukur bagi manajemen agar kualitas produk atau jasa yang diberikan
kepada pelanggan semakin optimal. Hal inilah yang mendasari
pemikiran akan perlunya sistem manajemen mutu terpadu seperti Total
Quality Management (TQM) dan standar sistem manajemen mutu
seperti ISO.
14
Total Quality Management disingkat TQM merupakan salah satu
alat pengendalian kualitas yang dapat diterapkan pada perusahaan
manufaktur atau jasa. Menurut M. Nasution (2010) TQM adalah suatu
pendekatan yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungannya. Banyak perusahaan telah menerapkan
TQM, tetapi ada yang mengalami kegagalan. TQM berhasil diterapkan
apabila ada komitmen seluruh lini organisasi dalam mendukung
pelaksanaannya.
ISO merupakan standar sistem manajemen kualitas yang bersifat
generik, artinya dapat diaplikasikan pada bidang manufaktur dan jasa.
Sistem manajemen kualitas ISO menurut Yuri dan Nurcahyo (2013)
adalah standar internasional sistem manajemen kualitas terdiri dari
persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian
sistem manajemen kualitas yang bertujuan menjamin bahwa organisasi
akan memberikan produk yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Persyaratan tersebut dapat merupakan kebutuhan spesifik
pelanggan, dimana perusahaan bertanggung jawab untuk
memenuhinya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan istilah TQM
dikalangan masyarakat lebih familiar dengan sistem manajemen mutu
(SMM). Tujuan dari sistem manajemen mutu adalah kepuasan
pelanggan. Kepuasan ditunjukkan melalui terpenuhinya standar ISO
15
yang disepakati. Dari sinilah dikenal istilah sistem manajemen mutu
berstandar ISO yang berguna untuk menentukan mutu dari perusahaan
sehingga dapat diakui dan dipercaya oleh banyak masyarakat.
3. Standar ISO
a. Definisi ISO
ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama, kata
ISO bukan diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau
banyak orang awam mengira ISO berasal dari International
Standard of Organization. ISO adalah badan standar dunia yang
dibentuk untuk meningkatkan perdagangan internasional yang
berkaitan dengan perubahan barang dan jasa. ISO mempunyai
beberapa seri yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu
organisasi.
ISO memiliki perjalanan sejarah yang panjang dimulai dari
tahun 1943 hingga resmi didirikan pada 23 Februari 1947
bermarkas di Jenewa, Swiss. Saat ini anggota ISO sudah lebih dari
147 negara . ISO 9000 memiliki 4 seri, yaitu ISO 9000, ISO 9001,
ISO 9004 dan ISO 19011. Dari beberapa seri ISO tersebut terdapat
sebuah seri yang berkaitan dengan mutu yaitu seri ISO 9001. ISO
9001 merupakan standar yang diterbitkan untuk standar yang berisi
berbagai persyaratan dalam manajemen mutu.
16
b. ISO 9001
ISO 9001 telah menjalani perjalanan yang panjang dan juga
telah mengalami beberapa kali perubahan. Pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1987. Kemudian pada tahun 1994
dilakukan perubahan dan lahir ISO 9001:1994 yang menekankan
pada pentingnya menghindari kesalahan pada proses dengan
tindakan pencegahan (preventive action) yang dapat menyebabkan
ketidaksesuaian produk. Namun hal itu tidaklah cukup, pada tahun
2000 dilakukan tinjauan dan lahir revisi menjadi ISO 9001:2000
yang menekankan pada pendekatan proses bisnis.
ISO 9001 adalah model sistem jaminan mutu dalam desain,
produksi, pengembangan,dan pelayanan. Pada November 2008
kembali dilakukan revisi yaitu menjadi ISO 9001:2008 yang lebih
kompleks terdiri dari pengelolaan program perencanaan, kegiatan
bisnis, sumber daya, dan kegiatan yang didorong manajemen. Pada
versi 2008 badan sertifikasi akan meminta perusahaan untuk
mengirimkan dokumen ISO 9001 seperti pedoman mutu,
kebijakan mutu, sasaran mutu, 6 prosedur wajib, prosedur kerja
departemen / bagian, bukti pelaksanaan internal audit dan rapat
tinjauan manajemen. Perkembangan ISO edisi terbaru yaitu pada
September 2015 menjadi ISO 9001:2015.
Sertifikat ISO 9001 berlaku untuk 3 tahun. Di antara 3 tahun
itu, badan sertifikasi akan melakukan audit surveillance 6 bulan
17
sekali atau satu tahun sekali untuk memastikan konsistensi
penerapan ISO 9001 di perusahaan/organisasi. Bila di Indonesia,
lembaga ini disebut Komite Akreditasi Nasional (KAN). Setelah 3
tahun, perusahaan/ organisasi akan diaudit re-sertifikasi, untuk
pembaharuan dan perpanjangan sertifikat.
Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa ISO
9001 merupakan persyaratan minimum dalam membangun sistem
jaminan mutu, sehingga perusahaan dapat mengembangkan lebih
jauh sistem mutunya melalui perbaikan terus-menerus, bukan
sekedar memiliki sertifikasi ISO.
c. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Organisasi yang baik adalah yang bisa mengelola berbagai
aspek manajemen salah satunya adalah aspek mutu. Aspek mutu
perlu ditingkatkan tidak hanya pada produk saja melainkan pada
segi internal organisasinya.
ISO 9001:2008 yang membahas mengenai manajemen mutu
organisasi memiliki prinsip yang dapat diterapkan oleh manajemen
senior. Menurut Yuri dan Nurcahyo (2013) terdapat delapan
prinsip untuk melakukan peningkatan mutu organisasi meliputi:
1) Fokus pada pelanggan
Organisasi bergantung pada pelanggannya. Sehingga
organisasi hendaknya memenuhi dan berusaha untuk
melampaui harapan pelanggan.
18
2) Kepemimpinan
Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah
organisasi, menciptakan dan memelihara lingkungan intern
tempat karyawan. Selain itu seorang pemimpin dituntut
memiliki kemampuran dapat melibatkan dirinya secara penuh
dalam pencapaian sasaran suatu organisasi.
3) Keterlibatan semua orang
Karyawan pada seluruh tingkatan organisasi adalah inti
organisasi dan pelibatan penuh mereka memungkinkan
kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi.
4) Pendekatan proses
Hasil yang dikehendaki tercapai lebih efisien bila kegiatan
dan sumber daya terkait dikelola sebagai suatu proses.
5) Pendekatan sistem manajemen
Mengetahui, memahami, dan mengelola proses yang
saling terkait sebagai sistem yang memberi sumbangan pada
keefektifan dan efisiensi dalam mencapai sasarannya.
6) Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan yang dilakukan organisasi
secara menyeluruh hendaknya dijadikan tujuan tetap
organisasi tersebut. Dengan hal tersebut, maka mutu proses
dan keluaran akan semakin baik melalui usaha perbaikan
berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan.
19
7) Pendekatan berbasis fakta dalam pengambilan keputusan
Keputusan yang efektif selalu didasarkan pada analisis
data dan informasi yang terkini , lengkap, dan relevan.
8) Hubungan dengan suplier yang saling menguntungkan
Organisasi dan pemasoknya adalah komponen yang saling
bergantung sehingga hubungan yang baik akan meningkatkan
kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai.
Berdasarkan penjelasan diatas terkait delapan prinsip ISO
9001:2008 ini baik untuk dimasukkan ke dalam praktek di sebuah
perusahaan. Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat digunakan
sebagai pedoman peningkatan organisasi secara berkelanjutan dan
menyesuaikan seiring berubahnya waktu.
c. Klausul - Klausul ISO 9001:2008
Perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu
berstandar ISO 9001:2008 berusaha memenuhi persyaratan yang
mempengaruhi semua aspek dalam perusahaan. Semua aspek telah
diatur dan ditetapkan dalam pedoman penerapan ISO 9001:2008.
ISO 9001:2008 dapat diperoleh apabila perusahaan atau
organisasi berhasil melaksanakan persyaratan yang tertuang pada
dokumen klausul – klausul ISO 9001:2008 dimulai dari klausul 1
sampai klausul 8. Secara rinci, isi dan sub-isi klausul sistem mutu
pada ISO 9001:2008 menurut BSN (2013) adalah sebagai berikut :
20
1) Lingkup
Ruang lingkup ISO 9001:2008 memuat persyaratan standar
yang menekankan upaya untuk memenuhi kepuasan pelanggan
melalui efektivitas dari aplikasi sistem mutu, termasuk proses
perbaikan terus-menerus dan jaminan kesesuaian pelaksanaan
pengelolaan mutu.
2) Acuan yang Mengatur
Dokumen yang berisi dalam naskah ISO merupakan
ketentuan standar internasional. BSN (2013) menyatakan bahwa
dianjurkan menyelidiki kemungkinan memberlakukan edisi
terkini dari dokumen teratur, anggota ISO memelihara daftar
dari ISO yang berlaku.
Semua dokumen yang ada dalam pedoman mutu digunakan
sebagai acuan pelaksanaan sistem manajemen mutu di
perusahaan. Dokumen perenapan ISO yang berlaku adalah edisi
yang terakhir dari pedoman mutu, meskipun dokumen yang ada
dalam pedoman mutu mengalami perubahan.
3) Istilah dan Definisi
BSN (2013) menyatakan bahwa semua istilah yang ada
dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu didefinisikan dalam
pedoman mutu perusahaan. Istilah dan definisi yang berlaku
adalah edisi yang terakhir, apabila terjadi perubahan dari
pedoman mutu.
21
4) Sistem Manajemen Mutu
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Persyaratan Dokumen
4.2.1 Umum
4.2.2 Manual Mutu
4.2.3 Pengendalian Dokumen
4.2.4 Pengendalian Rekaman
Klausul 4 secara umum berisi tentang persyaratan umum
yang mencakup semua persyaratan yang ada pada klausul-
klausul selanjutnya. Penekanan klausul 4 yaitu sebagai
konsekuensi penerapan ISO 9001:2008 maka anda diwajibkan
memiliki dokumen-dokumen tertulis seperti Manual Mutu,
Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur Wajib, prosedur kerja
bagian / divisi / departemen, instruksi kerja (bila diperlukan),
rekaman mutu (form dan semua hal yang digunakan sebagai
bukti pelaksanaan suatu kegiatan) yang dipersyaratkan oleh ISO
9001. Manajemen juga diminta untuk mengendalikan dokumen
dan form / catatan mutu / rekaman mutu termasuk tata cara
penetapan atau pengesahan, revisi, distribusi, penyimpanan dan
cara pemusnahannya.
5) Tanggung Jawab Manajemen
5.1 Komitmen Manajemen
5.2 Pengutamaan Pelanggan
22
5.3 Kebijakan Mutu
5.4 Perencanaan
5.4.1 Sasaran Mutu
5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
5.5 Tanggung Jawab, Wewenang, dan Komunikasi
5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang
5.5.2 Wakil Manajemen
5.5.3 Komunikasi Internal
5.6 Tinjauan Manajemen
5.6.1 Umum
5.6.2 Masukan dari Tinjauan
5.6.3 Keluaran dari Tinjauan
Klausul 5 berisi beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Top Manajemen seperti penetapan struktur organisasi, job
description, penetapan sasaran mutu, penunjukkan management
representative (perwakilan manajemen), dan pelaksanaan salah
satu dari dua kegiatan yang harus dijalankan secara rutin dalam
periode waktu tertentu yaitu rapat tinjauan manajemen.
6) Pengelolaan Sumber Daya
6.1 Ketersediaan Sumber Daya
6.2 Sumber Daya Manusia
6.2.1 Umum
6.2.2 Kompetensi, Kepedulian, dan Pelatihan
23
6.3 Infrastruktur
6.4 Lingkungan Kerja
Klausul 6 secara umum berisi persyaratan yang berkaitan
dengan pekerjaan top management yakni seputar kepegawaian,
Sarana dan Prasarana. Manajemen diminta untuk menetapkan
kompetensi, mengadakan seleksi dan evaluasi karyawan, selain
itu juga mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
dari para karyawan, serta mengelola sarana dan prasarana
organisasinya.
7) Realisasi Produk
7.1 Perencanaan Realisasi Produk
7.2 Proses yang Berhubungan dengan Pelanggan
7.2.1 Menentukan Persyaratan yang Berhubungan dengan
Produk
7.2.2 Tinjauan Persyaratan yang Berhubungan dengan
Produk
7.2.3 Komunikasi dengan Pelanggan
7.3 Desain dan Pengembangan
7.3.1 Perencanaan Desain dan Pengembangan
7.3.2 Masukan untuk Desain dan Pengembangan
7.3.3 Keluaran dari Desain dan Pengembangan
7.3.4 Tinjauan Desain dan Pengembangan
7.3.5 Verifikasi Desain dan Pengembangan
24
7.3.6 Validasi Desain dan Pengembangan
7.3.7 Pengendalian Perubahan Desain dan Pengembangan
7.4 Pembelian
7.4.1 Proses Pembelian
7.4.2 Informasi Pembelian
7.4.3 Verifikasi Produk yang Dibeli
7.5 Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.1 Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.2 Validasi Proses Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.3 Identifikasi dan Mampu Telusur
7.5.4 Properti Pelanggan
7.5.5 Pemeliharaan Produk
7.6 Pengendalian Pemantauan dan Pengukuran Alat
Klausul 7 berisi persyaratan ISO yang berkaitan dengan
realisasi produk dan jasa mulai dari kontrak atau kesepakatan
dengan pelanggan sampai produk atau jasa sampai ke tangan
pelanggan. Bila diurutkan, klausul 7 ini mengatur mulai dari
tinjauan order, perencanaan (schedule), pembelian jasa
pendukung, pelaksanaan produksi atau pemberian jasa,
penyimpanan, pengiriman, sampai barang / jasa diterima oleh
pelanggan. Selain itu manajemen diminta untuk memantau
kepuasan pelanggan dan menangani keluhan pelanggan untuk
25
diberikan solusi perbaikan dan pencegahannya di masa
mendatang.
8) Pengukuran, Analisa, dan Peningkatan
8.1 Umum
8.2 Pemantauan dan Pengukuran
8.2.1 Kepuasan Pelanggan
8.2.2 Audit Internal
8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses
8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk
8.3 Pengendalian Produk yang Tidak Sesuai
8.4 Analisis Data
8.5 Peningkatan
8.5.1 Peningkatan Berkelanjutan
8.5.2 Tindakan Perbaikan
8.5.3 Tindakan Pencegahan
Secara umum Klausul 8 berisi bahwa manajemen dituntut
untuk terus menerus melakukan perbaikan dengan cara:
menganalisis semua data masukkan (survei kepuasan
pelanggan, keluhan pelangggan, produk reject, kesalahan kerja,
dll). Selain itu juga melaksanakan kegiatan audit internal dalam
periode waktu tertentu dengan tujuan memastikan kesesuaian
antara penerapan dengan standar ISO 9001:2008 dan prosedur
atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
26
Berdasarkan penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa klausul
1 (satu) sampai 3 (tiga) hanya bersifat sebagai pengantar standar
ISO 9001:2008. Dalam 3 klausul ini, belum ada persyaratan yang
harus dijalankan. Untuk klausul 4 -8 wajib untuk diterapkan secara
penuh kecuali klausul 7, maka salah satu atau lebih Sub Klausul
boleh tidak diterapkan bila memang tidak terdapat proses atau
kegiatan di organisasi yang berkaitan dengan klausul tersebut.
d. Manfaat ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 yang diterapkan secara baik dan konsisten
dapat memberikan kontribusi signifikan, baik terhadap pelanggan,
pemilik perusahaan, karyawan, maupun masyarakat. Menurut BSN
(2013), penerapan ISO 9001:2008 di dalam perusahaan atau
organisasi sedikitnya mendatangkan delapan manfaat, yaitu
sebagai berikut:
1) Pengendalian Mutu Secara Sistematik
Dalam ISO 9001:2008 pengendalian mutu harus dimulai
dari masing-masing proses yang terdapat dalam perusahaan.
Setiap proses menghasilkan output yang menjadi input bagi
proses berikutnya. Karena proses-proses tersebut saling
berinteraksi satu sama lain dalam satu sistem, maka
pengendalian mutu yang baik pada setiap proses tentunya secara
keseluruhan akan menghasilkan suatu pengendalian mutu
secara sistematik.
27
2) Konsisten Mutu yang Lebih Baik
Jika semua unsur yang membentuk sistem manajemen mutu
melakukan upaya terus menerus untuk memperbaiki kinerja
dengan berdasar kepada pedoman dan prosedur yang telah
didokumentasikan, maka dihasilkan konsistensi pengendalian
mutu yang lebih baik.
3) Kordinasi yang Lebih Baik
Adanya kesamaan persepsi untuk menghasilkan output
yang memenuhi persyaratan dan kebutuhan untuk mendorong
terjadinya koordinasi antar proses dalam sistem tersebut.
4) Deteksi Awal Ketidaksesuaian
Dengan adanya sistem pengendalian mutu yang baik dan
didukung oleh koordinasi antar proses, maka setiap
ketidaksesuaian akan dapat dideteksi lebih dini. Karena pada
setiap proses selalu dilakukan pemeriksaan terhadap output dari
proses lain (sebelumnya), maka diharapkan setiap
ketidaksesuaian yang terjadi dapat segera dikenali, diperbaiki
dan dicegah agar tidak berulang kembali.
5) Dokumentasi Mutu yang Lebih Baik
SNI ISO 9001:2008 memberikan pedoman dalam
mengelola sistem dokumentasi. Pedomean tersebut bertujuan
agar dokumen-dokumen yang dibuat oleh suatu perusahaan
dapat memiliki sifat efektif dan efisien.
28
6) Kepercayaan Pelanggan Bertambah
Suatu perusahaan yang menerapkan sistem manajemen
mutu SNI ISO 9001:2008 dengan baik, akan memberikan rasa
aman terhadap pelanggan produk atau pelayanannya, dan pada
akhirnya meningkatkan kepercayaan (reliability).
7) Disiplin dalam Pencatatan Mutu Bertambah
SNI ISO 9001:2008 mensyaratkan adanya pengelolaan
sistem pencatatan mutu yang baik. Setiap catatan harus jelas,
mudah dibaca, dapat diidentifikasi dan diperoleh kembali
dengan mudah.
8) Lebih Banyak Kesempatan untuk Peningkatan
Pada akhirnya penerapan SNI ISO 9001:2008 akan
memberikan peluang-peluang bagi peningkatan kinerja
perusahaan yang diperoleh dari sistem dokumentasi yang baik,
pengendalian mutu secara sistematik, koordinasi antar proses
dalam sistem dan disiplin dalam pencatatan. Sehingga setiap
ketidaksesuaian dapat dideteksi lebih awal untuk diperbaiki dan
dicegah agar tidak berulang kembali. Sedangkan potensi-
potensi munculnya ketidaksesuaian yang belum terjadi akan
dapat dikenali, kemudian dicegah agar tidak terjadi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa apabila
ISO 9001:2008 diterapkan dengan baik oleh manajemen maka
akan memberikan beberapa manfaat bagi organisasi. Manfaat
29
inilah yang akan secara tidak langsung memberikan dampak
terhadap nilai organisasi serta meningkatkan daya saing organisasi
atau perusahaan tersebut terhadap para pesaingnya. Sehingga
peluang organisasi tersebut dalam memenangkan tingkat
persaingan menjadi semakin besar.
4. Metode Pengendalian Kualitas
a. Alat Pengendalian Kualitas
Untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan
stabil atau output yang dihasilkan sesuai dengan standar makan
diperlukan metode aktivitas pengendalian. Aktivitas tersebut dapat
berupa pemeriksaan yang bertujuan untuk menjaga dan
memperbaiki kualitas produk atau jasa sesuai dengan harapan.
Metode pengendalian kualitas juga semakin berkembang dan
bertambah sehingga semakin memberikan kemudahan.
Dalam pengendalian proses kualitas terdapat istilah “seven
tools”. Seven tools ini adalah metode grafik paling sederhana untuk
menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut terdiri dari
(Prihantoro, 2012):
1) Lembar pengamatan (cheek sheet)
Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk
mencatat data produk termasuk juga waktu pengamatan,
30
permasalahan yang dicari, dan jumlah cacat pada setiap
permasalahan.
2) Stratifikasi (run chart)
Stratifikasi adalah suatu upaya untuk mengurai atau
mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan
sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari
persoalan.
3) Histogram
Histogram adalah diagram batang yang menunjukkan
tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya.
Penggunaan histogram akan memberikan gambaran
karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi menjadi
beberapa kelas.
4) Grafik kendali (control chart)
Grafik pengendali adalah suatu alat yang secara grafis
digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat
diterima sebagai proses yang terkendali. Grafik ini memiliki tiga
garis yaitu center line, upper limit control, dan lower limit
control. Jika terdapat data yang diluar batas pengendali maka
dapat disimpulkan data tersebut berada diluar kendali statistik.
5) Diagram pareto
Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto
sehingga disebut diagram pareto. Fungsi diagram ini adalah
31
untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama
peningkatan kualitas. Prinsip diagram ini yaitu kategori masalah
diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah tidak
penting. Sehingga, diagram pareto membantu pihak manajemen
untuk secara cepat menemukan permasalahan yang kritis dan
membutuhkan perhatian secepatnya untuk diberikan kebijakan
dalam mengatasinya.
6) Diagram sebab-akibat
Diagram sebab-akibat diperkenalkan pertama kali oleh Dr.
Kaoru Ishikawa, sehingga sering juga disebut dengan diagram
ishikawa. Diagram ini digambarkan dengan garis horizontal
yang panjang sebagai panah dan garis radial dari garis panah
tersebut. Garis – garis tersebut menggambarkan penyebab dan
subpenyebab permasalahan yang terjadi.
7) Diagram sebar (scatter diagram)
Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan
antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel
tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang
mempengaruhi proses dengan kualitas produk.
Berdasarkan penjelasan diatas, disimpulkan bahwa alat-alat
pengendali kualitas tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Hal itu dikarenakan fungsi dari masing-masing
seven tools berbeda.
32
b. Diagram Sebab – Akibat (Cause and Effect Diagram)
1) Pengertian diagram sebab akibat
Diagram sebab – akibat adalah suatu diagram yang
menunjukkan beberapa hubungan antara adanya sebab dan
akibat. Diagram sebab-akibat dapat disebut juga sebagai
diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuk dari
diagramnya yang menyerupai kerangka ikan. Selain itu juga
disebut Ishikawa Diagram karena diagram ini diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1943 oleh Dr. Kaoru Ishikawa.
Beberapa ahli memberikan pernyataannya terkait arti dari
diagram sebab-akibat. Menurut Nasution (2010) diagram sebab
akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan
dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan
penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan
kesenjangan yang terjadi. Selain itu Prihantoro (2012) juga
memberikan penjelasan bahwa diagram sebab – akibat adalah
diagram yang terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang
dengan beberapa deskripsi masalah. Penyebab-penyebab
masalah tersebut digambarkan dengan garis radial dari garis
panah yang menunjukkan masalah.
Berdasarkan penjelasan diatas maka gambar diagram
sebab-akibat atau (fishbone diagram) dapat dilihat seperti pada
contoh gambar 2.1 berikut :
33
Sumber: Jay Heizer dan Render, 2015
Gambar 2.1 Diagram Sebab – Akibat
2) Manfaat Diagram Sebab – Akibat
Faktor yang menjadi penyebab suatu permasalahan kualitas
di dalam organisasi maupun industri pada umumnya hampir
tidak terhitung. Salah satu alat untuk mengendalikan kualitas ini
adalah dengan diagram sebab-akibat. Hal tersebut menjadikan
diagram sebab-akibat memiliki beberapa manfaat diantaranya
sebagai berikut (Prihantoro, 2012):
1) Menganalisis sebab dan akibat
2) Menentukan penyebab permasalahan
3) Menyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui
sumber – sumber variasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, menjelaskan bahwa diagram
sebab – akibat menjadi sebuah jawaban untuk membantu memilih
dan memilah terjadinya suatu penyebab dan mengorganisasikan
hubungannya.
Environment
34
5. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan
mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEA digunakan
untuk mengidentifikasi sumber - sumber akar penyebab dari suatu
masalah. FMEA juga digunakan sebagai alternatif strategi perbaikan
pada proses produksi peusahaan yang mengalami kegagalan
dikarenakan sebab tertentu.
a. Pengertian FMEA
Menurut Ramindo M. Pasabiru (2015), FMEA merupakan
desain dan tehnik perencanaan pra barang yang terstruktur dari
proses pemikiran para insinyur untuk mempertimbangkan segala
cara, dimana suatu barang atau komponen dari barang yang
kemungkinan akan mengalami kegagalan. Romindo M. Pasaribu
(2015) menyebutkan FMEA adalah tehnik analisis yang digunakan
untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi poteni kegagalan
2) Menilai efek potensial pada pelanggan
3) Mengidentifikasi potensi penyebab kegagalan
4) Mengidentifiasi kebutuhan akan perubahan
5) Meminimalkan potensi penyebab kegagalan
6) Memfasilitasi dialog antar departemen
7) Memfasilitasi identifikasi karakteristi yang penting pada proses.
35
Jadi FMEA memungkinkan perusahaan untuk melihat semua
aspek dari kegiatan rancangan (desain) dengan cara yang formal dan
terstruktur. Mulai dari masalah yang potensial, dinilai secara
numerik lalu digolongkan dalam urutan, kemudian diambil tindakan.
b. Kegunaan dan Manfaat FMEA
Kegunaan FMEA menurut Romindo M. Pasaribu (2015)
1) Ketika diperlukan tindakan pencegahan sebelum masalah terjadi
2) Ketika ingin mengetahui/mendata alat detesi yang ada jika terjadi
kegagalan
3) Pemakaian proses baru
4) Perubahan/pergantian komponen peralatan
5) Memindahkan komponen atau proses ke arah baru
Sedangkan manfaat FMEA adalah sebagai berikut :
1) Hemat biaya, kerena sistematis maka penyelesaiannya tertuju
pada potensial couse (penyebab yang potensi)
2) Hemat watu karena lebih tepat sasaran.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dapat
dijadikan bahan referensi, perbandingan teori, dan hasil bagi peneliti pada
penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu didapatkan hasil prosentase
rata-rata penilaian dari penerapan klausul 4 sampai dengan klausul 8.
Prosentase tersebut berada pada besaran 85,69% dan termasuk dalam
36
kategori “sangat baik”. Faktor-faktor yang menjadi kendala adalah tenaga
kerja, metode, material, dan form tidak mencapai 100%. Hal tersebut sesuai
dengan penelitan Made Arya, Rai Widhiawati, dan Gede Astawa (2013),
yang berjudul Penerapan Standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
pada Kontraktor PT Tunas Jaya Sanur, yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat penerapan ISO 9001:2008 dan kendala yang dihadapi PT Tunas Jaya
Sanur pada proyek pembangunan apartment & shopping Arcade Sea
Sentosa Hotel. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah analisis
rentang skala.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putu Gede Artha, Rai Adyana,
dan Rai Widhiawati (2013), mengenai implementasi sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 pada proyek Alaya Resort Ubud yang menggunakan
instrumen analisis sama seperti yang dilakukan pada penelitian sebelumnya
yaitu rentang skala. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
implementasi dari standar manajemen mutu ISO 9001:2008 dan kendala
dalam implementasi pada proyek pembangunan Alaya Resort Ubud. Hasil
penelitian menunjukkan prosentase sebesar 88,57% dan angka tersebut
masuk pada kategori “sangat baik”. Faktor yang menjadi kendala yaitu
dokumentasi dan tenaga kerja.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ariesta Saputri,
Putiri Bhuana, Ade Irman Saeful (2017), mengenai Analisis Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di PT XYZ bertujuan untuk
menganalisis tingkat penerapan dan mengetahui faktor-faktor kendala pada
37
sistem manajemen mutu ISO di perusahaan PT XYZ. Pada penelitian ini
menggunakan tiga instrumen analisis yaitu: 1) Diagram Pareto, 2) diagram
sebab-akibat (fishbone diagram), 3) usulan perbaikan 5W – 1H. Hasil dari
penelitian menunjukkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di PT
XYZ sudah berjalan dengan baik dibuktikan dengan penurunan jumlah
komplain pelanggan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab adanya kendala adalah faktor tenaga kerja,
metode, material, lingkungan, dan mesin.
Beberapa jurnal yang telah dijelaskan diatas merupakan hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi. Dari berbagai jurnal tersebut
dapat diketahui persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan
yang dapat diangkat adalah pembahasan tentang penerapan ISO 9001:2008
untuk menganalisis tingkat penerapan dan faktor-faktor kendala yang
dihadapi. Persamaan lain juga dapat dilihat pada alat analisis yang
menggunakan rentang skala dan fishbone diagram. Adapun perbedaan dari
penelitian ini dengan referensi yang digunakan. Perbedaan yang ada terletak
pada waktu pelaksanaan penelitian dan objek penelitian.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran dapat digunakan untuk mempermudah alur
pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif ini
bertujuan untuk mengetahui fenomena tertentu seperti penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada perusahaan. Konsep pemikiran pada
penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:
38
Sumber: Yuri dan Nurcahyo (2013), diolah
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Klausul 4
Sistem Manajemen Mutu
Persyaratan Umum
Persyaratan
Dokumentasi Umum
Pengendalian Dokumen
Klausul 5
Tanggung Jawab Manajemen
Komitmen Manajemen
Fokus Pada Pelanggan
Kebijakan Mutu
Perencanaan
Tanggung jawab,
wewenang, dan
Komunikasi
Tinjauan Manajemen
Klausul 6
Manajemen Sumber Daya
Penyediaan Sumber
Daya
Sumber Daya Manusia
Prasarana
Lingkungan Kerja
Klausul 7 Realisasi Produk
Perencanaan Realisasi
Produk
Proses yang Berkaitan
dengan Pelanggan
Pembelian
Produksi dan Penyedia
Jasa
Pengendalian, peralatan,
pemantauan, dan
pengukuran
Klausul 8
Pengukuran, Analisa, dan
Perbaikan
Umum, Pemantauan, dan
Pengukuran
Perbaikan dan Analisis
Data
Pengendalian Produk yang
Tidak Sesuai
Metode
Manusia
Material
Lingkungan
SESUAI
TIDAK
SESUAI
Severity
Occurate
Detection
39
Peneliti menentukan objek penelitian yang telah menerapkan ISO
9001:2008 yaitu di PT Pratama Kinerja Perkasa. Data yang dikumpulkan
kemudian dianalisis menggunakan dua teknik analisis yang disesuaikan
dengan rumusan permasalahan yang ada. Teknik analisis yang digunakan
adalah dengan teknik analisis rentang skala yang skala pengukurannya
menggunakan skala likert dilanjutkan analisis dengan diagram sebab-akibat.
Dari kerangka pikir diatas dapat disimpulkan alur penelitian yaitu
dalam penerapan dari 5 klausul sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
apakah sudah diterapkan di PT Pratama Kinerja Perkasa dengan baik, yang
kemudian dievaluasi penyebab kendala yang terjadi dianalisis
menggunakan diagram tulang ikan agar lebih terperinci. Selain itu, Tahap
prioritas untuk mengetahui tahap perbaikan berdasarkan diagram sebab
akibat maka dibuatlah table FMEA.
FMEA dirancang untuk membantu perusahaan meningkatkan
kehandalan dan kualitas desain dengan cara mengidentifikasi sebab dan
akibat permasalahan dan melakukan pengukuran berupa nilai-nilai
berdasarkan Severity, Occurance dan Detection. Kemudian akan ditemukan
masalah yang akan dijadikan prioritas untuk ditangani terlebih dahulu.
Selanjutya dapat dilakukan perhitungan RPN untuk masing-masing sebab
proses buruk tersebut. Nilai RPN ini merupakan hasil dari perkalian tingkat
keparahan, tingkat kejadian, tingkat deteksi. RPN menentukan prioritas
kegagalan berupa nilai yang digunakan untuk merangking kegagalan proses
yang potensial (Robin E. McDermott, 2009)