40
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KABUPATEN BANJAR 1. Budaya Tradisional Suku Banjar Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai macam suku budaya di seluruh nusantara, atau dari sabang sampai merauke. Suku Banjar merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang memiliki suatu karya seni yang memicu pada Hak terhadap suatu ciptaan, Desain dan Industri. Hak merupakan suatu nilai yang didapatkan seseorang atas suatu hasil karya cipta yang dibuat dan kemudian dipublikasikan sebagai konsumsi masyarakat. Desain merupakan suatu aset pada produk yang termasuk bagian dari kreativitas manusia, sedangkan Industri cenderung rendah dalam pengembangan Desain. 1 Suku Banjar juga merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia. Hampir seluruh penganut Suku Banjar terletak di Kalimantan Selatan, banyak juga yang tersebar di Pulau Kalimantan yang lain dan juga Pulau Jawa. Penyebaran ini sebenarnya bisa 1 IlmuSeni.com, Kebudayaan Suku Banjar di Kalimantan Selatan, https://ilmuseni.com, access 28 Mei 2019

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL KABUPATEN BANJAR

1. Budaya Tradisional Suku Banjar

Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai macam

suku budaya di seluruh nusantara, atau dari sabang sampai merauke.

Suku Banjar merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang

memiliki suatu karya seni yang memicu pada Hak terhadap suatu

ciptaan, Desain dan Industri. Hak merupakan suatu nilai yang

didapatkan seseorang atas suatu hasil karya cipta yang dibuat dan

kemudian dipublikasikan sebagai konsumsi masyarakat. Desain

merupakan suatu aset pada produk yang termasuk bagian dari kreativitas

manusia, sedangkan Industri cenderung rendah dalam pengembangan

Desain.1

Suku Banjar juga merupakan salah satu suku terbesar yang ada

di Indonesia. Hampir seluruh penganut Suku Banjar terletak di

Kalimantan Selatan, banyak juga yang tersebar di Pulau Kalimantan

yang lain dan juga Pulau Jawa. Penyebaran ini sebenarnya bisa

1 IlmuSeni.com, Kebudayaan Suku Banjar di Kalimantan Selatan, https://ilmuseni.com,

access 28 Mei 2019

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

22

membantu dalam teknik pengembangan suatu Industri yang lemah

dalam mengambil kesempatan dalam bentuk hal pemasaran.

Budaya dasar Suku Banjar bersalah dari percampuran produk

dari pengadaptasian, pengasimilasian dan pengakulturasian budaya

Banjar pribumi dengan kebudayaan Hindu, Budha dan Islam itu sendiri.

Sehingga, dalam suatu tuangan bentuk adat istiadat di Banjar merupakan

suatu tradisi yang akan selalu dapat dijumpai dengan hasil dari

perpaduan tersebut, seperti :

a. Rumah Adat

b. Kesenian Adat

1. Tarian Baksa

2. Teater Mamanda

3. Musik Bapanting

c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan

d. Pasar Terapung (Floating Market)

Beberapa sajian Adat Istiadat Banjar yang sering dijumpai di

dalam kehidupan budaya masyarakat Suku Banjar.2 Tabel di bawah

merupakan beberapa Motif dari Kain Sasirangan yang sering digunakan

atau sudah ada sejak legenda itu terjadi hingga sekarang. Namun, pada

era sekrang untuk menjumpai motif asli ini hanya dapat ditemukan pada

paguyuban atau Kampung Sasirangan ataupun paguyuban yang ada di

2 Ibid

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

23

wilayah Belitung. Karena Kampung Sasirangan maupun paguyuban

yang ada di Belitung merupakan suatu perkumpulan masyarakat

pendesain atau pengrajin yang bertempat tinggal menetap dan

meneruskan kebiasaan atau meneruskan keturunan keluarganya yang

terdahulu. Berikut tabel tersebut berisi :

Tabel 1

Tentang Nama Nama Motif Kain Sasirangan yang asli sejak jaman dahulu

No Nama – Nama Motif Kain

Sasirangan

Gambar

1 Garis pertama adalah Kulat karikit

Garis kedua adalah Gigi Haruan

Garis ketiga adalah Iris Pudak

Garis keempat adalah Ular Lidi

2 Daun Jaruju, & Tampuk Manggis

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

24

3 Hiris Gagatas & Kambang Sasaki

4 Bintang Sudut Ampat

Bintang Sudut Lima

Bintang Sudut Tujuh

Gugusan bintang

Bintang Bahambur

5 Kambang Kacang & Bayam Raja

Ramak Sahang, Daun Katu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

25

6 Kangkung, kaumbakan & Ombak

7 Sinampur Karang

8 Turun Dayang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

26

9 Mayang Maurai & Naga Balimbur

Sumber Data : Data diperoleh dari internet dalam pengambilan lampiran

gambar.

2. Sejarah Kain Sasirangan

Pada cerita legenda zaman dahulu, awal mula Kain Sasirangan

di buat pada saat Patih Lambung Mangkurat akan melakukan Tapaan

selama empat puluh hari empat puluh malam di atas rakit mengikuti

aliran arus air (balarut dibanyu). Pada saat menjelang berakhir tapaanya

tersebut, tibalah Patih di daerah Rantau Kota Bagantung. Dilihatnya ada

segumpalan buih (gelembung) yang menimbulkan suara seorang wanita

yang berasal dari buih (gelembung) tersebut. Ternyata wanita itu adalah

Putri Junjung Buih yang merupakan Raja di daerah ini. Putri ini akan

muncul kepermukaan apabila syarat untuk dipenuhinya sebuah Istana

Batung yang diselesaikan dalam jangka waktu satu hari bersama dengan

sebuah kain yang jelujur dan dicalap (di celupkan) dan diberikan warna

oleh 40 orang dengan motif wadi atau Padi Waringin. Sejak saat legenda

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

27

itu berlangsung, budaya masyarakat banjar pun tidak pernah lepas dari

yang namanya Kain Batatamba atau Kain Sasirangan ini. 3

Kain Sasirangan disebut sebagai Kain Batatamba karena

dipercayai sebagai bentuk kain berkekuatan magis yang dapat

digunakan untuk pengobatan (Batatamba). Khususnya dalam mengusir

Roh Jahat, atau merupakan suatu hal yang berada jauh diluar nalar

manusia. Bukan hanya untuk menyembuhkan, kain ini pun juga

dipercaya dapat melindungi (pelindung) diri dari gangguan makhluk

halus. Agar bisa digunakan menjadi alat pengusir untuk roh jahat, Kain

Sasirangan dibuat berdasarkan pamintaan (permintan).4

3. Ekspresi Budaya Kain Sasirangan di Banjar

Dengan adanya sejarah dari awal mula pembuatan Kain

Sasirangan, itu membuktikan bahwa kain merupakan bentuk dari local

knowledge atau pengetahuan lokal masyarakat yang berada di

Kalimantan Selatan. Dengan bentuk pencapaiannya sampai sekarang,

dalam pemilihan bahan, cara pewarnaan, pembuatan desain motif, dan

lainnya, memahami bahwa adanya pengetahuan lokal terhadap alam dan

fenomenanya. Pada zaman dahulu, Kain Sasirangan diberi warna sesuai

dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam

3 YuliaEkaSafitri, Kampung Sasirangan, https://yuliaekasafitri039283.wordpress.com,

access 25 April 2019

4 Galeri Umzara, Kain Sasirangan Banjar, http://inasforfun.multiply.com, access 25 April

2019

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

28

terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh

seseorang. Inilah arti dari warna-warna Kain Sasisangan :

a. Kain Sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik

bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit

kuning atau Hepatitis dan dalam bahasa Banjar terkenal dengan

sebutan (kana wisa);

b. Kain Sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa

pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit

kepala, dan sulit tidur (imsonia);

c. Kain Sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa

pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh

(stroke);

d. Kain Sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa

pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam

dan kulit gatal-gatal;

e. Kain Sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa

pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut

(diare, disentri, dan kolera);

f. Kain Sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa

pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan

jiwa (stress).5

5 Asik Belajar, Kain Sasirangan : Sejarah, Arti dan Motif, https://www.asikbelajar.com,

access 25 April 2019

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

29

Sehingga, Ekspresi Budaya yang dituangkan dalam Kain

Sasirangan tidak hanya dapat dilihat dari segi warna dan

kepentingannya saja, namun dapat juga terinovasi dari tumbuhan,

binatang, seni budaya, dan juga dari logo atau ciri khas disuatu daerah

yang ada di Kalimantan. Sehingga dapat terlihat bahwa kini desain motif

yang bisa dikatakan telah lama atau asli sejak kain sasirangan diketahui

oleh orang banjar seperti gigi haruan, iris pudak, gegatas, ombak

sinapur karang dan lain lainnya dengan warna yang mencolok dengan

arti dan makna yang berbeda ini sudah mulai tergeser dengan adanya

motif yang sekarang banyak di pasaran. Sebenarnya tidak hilang secara

langsung, namun jika ada pemesanan untuk motif tersebut yang penuh

dan asli maka pengrajin baru akan membuatnya. Ada beberapa motif

jaman dulu atau asli yang digunakan sebagai dasar dari suatu motif yang

lain, sehingga tidak menimbulkan kehilangan motif tradisional yang

telah ada di jaman dahulu.6

Dalam ekspresi budaya tradisional Kain Sasirangan merupakan

sebuah kain yang di jelujur dengan makna bahwa kain tersebut jaman

dahulu dengan motif dan warna yang memiliki makna tertentu dapat

menjadikan Kain Sasirangan sebagai kain tetamba atau penyembuh dari

makhluk halus atau dari beberapa penyakit. Dengan motif yang sederhana

dan warna yang monoton tersebut, Om Nonoy menggunakan salah satu

6

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

30

contohnya adalah tumbuhan sebagai salah satu inspirasi dari Kain

Sasirangan tersebut, dapat juga berupa ciri khas daerah yang ada di wilayah

Kabupaten Banjar, atau mengikuti trend fashion saat ini. Bisa di

kembangkan dari motif yang lama, motif baru sepenuhnya, printing, atas

permintaan dan lain halnya.7

4. Cara Pembuatan Kain Sasirangan Secara Tradisional

Dalam pembuatan Kain Sasirangan itu sendiri memiliki tata cara

seperti berikut :

1. Hal pertama yang dilakukan adalah menyediakan kain putih

polos, biasanya normal kain yang digunakan oleh Om Nonoy

sebesar 2,6 sampai 3 meter kain putih untuk satu desain kain.

Pada awal kemunculannya bahan baku yang digunakan untuk

membuat Kain Sasirangan yaitu berupa serat kapas (cotton),

namun seiring berjalannya waktu saat ini lebih banyak

memanfaatkan material lain seperti santung, balacu, kaci, king,

satin, polyester, rayon, dan sutera.

Ibid7 Hasil Wawancara penulis dengan narasumber pada tanggal 11 Juni 2019

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

31

Gambar 1.1

Tentang Kain dan Pemotongan Kain

Sumber Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah Produksi Om Nonoy

dan internet dalam pengambilan lampiran gambar

2. Kemudian pembuatan pola gambar tradisional sesuai dengan

motif yang dikehendaki. Pola atau hasil gambaran inilah yang

kemudian dijadikan patokan dalam menjahit kain tersebut.

Gambar 1.2

Tentang Pembuatan Pola Pada Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah Produksi Om

Nonoy

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

32

3. Setelah gambaran pola sudah tertuang pada kain, pekerjaan

berikutnya adalah menjahit. Dengan mempergunakan jarum

tangan yang telah diberi benang yang kuat. Kain tersebut

dijelujur (dijahit) mengikuti garis-garis hasil lukisan dengan

jarak 1 - 2 mm atau 2 – 3 mm. Setelah jelujur dengan benang

telah selesai untuk selembar kain, maka benang-benang tersebut

disisit (ditarik kuat), sehingga tampak hasilnya berupa kain yang

dijelujur tersebut menjadi takarucut (mengkerut).

Gambar 1.3

Tentang Menjahit atau Menjelujur Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari internet dalam pengambilan

lampiran gambar

4. Setelah jahitan atau jelujuran pada kain sudah terikat dengan

rapi, hal yang harus dilakukan adalah pemberian warna. Pada

saat memberikan warna, harus teliti dan merata pada sifat kain

untuk mendapatkan hasil yang lebih permanent. Proses

pewarnaan itu sendiri terdiri dari adanya pelarutan zat warna ke

dalam air atau cairan khusus, lalu hasil dari jahitan kain tersebut

dimasukkan atau dioleskan dengan larutan khusus, untuk adanya

penyerapan zat warna kedalam zat kain.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

33

Gambar 1.4

Tentang Pewarnaan Terhadap Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah Produksi Om

Nonoy

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah Produksi Om

Nonoy

5. Selanjutnya benang-benang hasil dari jelujuran atau ikatan pada

kain yang digunakan untuk menjelujur tersebut kemudian

dilepaskan seluruhnya, apabila kain dirasa sudah agak kering.

Sehingga akan terlihat motif-motif bekas jahitan yang tampak

diantara kain tersebut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

34

Gambar 1.5

Tentang Pelepasan Jahitan Pada Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah

Produksi Om Nonoy

6. Setelah seluruh perintang dilepaskan, barulah kemudian dicuci

sampai bersih ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih

atau tidak berwarna lagi.

Gambar 1.6

Tentang Final Cuci Pada Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah

Produksi Om Nonoy

7. Tahap selanjutnya, kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak

terkena paparan sinar matahari langsung. Mengeringkan kain

tersebut dengan cara didadai (digelar) ditempat yang naung

(teduh) dan tidak kena sinar matahari secara langsung.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

35

8. Proses selanjutnya adalah merapikan kain atas hasil jelujuran

yang tidak rapi, dengan cara menyetrika kain tersebut.

Gambar 1.7

Tentang Penyempurnaan / Penyetrikaan Kain

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah Produksi Om

Nonoy

9. Kain Sasirangan sudah siap di pakai dan bisa diperjual belikan.8

Gambar 1.8

Tentang Kain Sasirangan Sudah Jadi

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah

Produksi Om Nonoy

8 Fitinline, 9 Proses Pembuatan Kain Sasirangan, https://fitinline.com, access 01 Juli 2019

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

36

Sumber Data : Data diperoleh dari hasil penelitian di Rumah

Produksi Om Nonoy

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM

1. Pengertian dan Bentuk- Bentuk Perlindungan Hukum

Soedikno Mertokusumo menjelaskan bahwa perlindungan

hukum adalah suatu jaminan hak dan adanya kewajiban yang diberikan

kepada manusia dalam memenuhi kepentingan pribadi ataupun dalam

hubungan individu yang lain.9 Perlindungan hukum merupakan suatu

bentuk yang dapat melindungi subyek hukum melalui peraturan yang di

muat di dalam Undang-Undang dan berlaku serta memiliki sifat

memaksa dengan adanya sanksi dalam pelaksanaannya.10 Perlindungan

terbagi menjadi dua, yaitu :

a) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran.

9 Mertokusuma, Soedikno. 1988. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta:

Liberty), hlm.38

10 Musrihah. 2000. “Dasar dan Teori Hukum”, Bandung. PT. Grafika

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

37

Perlindungan ini mengacu pada Perundang-undangan yang

berlaku.

b) Perlindungan Hukum Represif

Merupakan perlindungan akhir yang dapat berupa adanya

sanksi seperti, denda, penjara dan hukuman yang lain apabila

telah terjadi suatu pelanggaran.11

2. Teori Perlindungan Hukum

Pentingnya perlindungan hukum bagi masyarakat yang memiliki

kemampuan atau pengetahuan yang lemah juga terdapat pada teori

Grotius, Thomas Hobbes, Spinoza, dan John Locke. Mereka merupakan

para ahli pada jaman kebangkitan teori hukum alam pada abad XVII.

Grotius mengungkapkan bahwa sebenarnya adanya hukum dikarenakan

terdapat suatu perjanjian dan juga kontrak, perjanjian itu terjadi hanya

karena manusia adalah makhluk sosial, itu terjadi karena adanya suatu

keinginan untuk hidup bermasyarakat atau bersosialisasi.12 Negara dan

Hukum memiliki sebuah aturan yang dimana bertujuan untuk

melindungi, mentertibkan dan memberikan keamanan untuk masyarakat

untuk terciptanya suatu negara yang tentram dan damai. Setiap warga

negara berhak memperoleh keadilan tanpa adanya diskriminasi, dengan

11 Sucipto, Raharjo. 2005. Ilmu Hukum, (Bandung: Cipta Aditya Bakti 2005), hlm. 45.

12 Satya Arianto dan Ninuk Triyanti, Memahami Hukum Dari Kontruksi Sampai

Implementasi, PT. Raja Grafindo. Jakarta, 2001, hlm.11.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

38

cara mengajukan permohonan, aduan bahkan suatu gugatan ke

pengadilan.13

C. TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1. Pengertian Kekayaan Intelektual

Sejak masyarakat berada pada zaman dahulu hingga sekarang,

yang namanya sejarah merekam tentang hak untuk menguasai tanah dan

barang oleh seseorang telah diakui dan dihormati oleh pemerintah

sebagai bentuk perlindungan pada kepentingan dan kekayaannya.

Sekarang, sistem hukum meletakkan kekayaan kedalam tigas kategori,

yaitu :

a) Sebagian masyarakat mengakui akan hak kepemilikan

pribadinya kedalam kekayaan pribadi (in tangible things)

b) Kekayaan dengan pengertian riil seperti tanah dan bangunan

c) Kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual.

Hampir semua Negara mengakui akan Hak Kekayaan itu tertuang dalam

bentuk atau produk ide, seperti halnya Hak Cipta, Paten, Merek dan

Rahasia Dagang, Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Varietas Tanaman.14

Konsepsi KI didasarkan pada akal atau pemikiran tentang karya

intelektual yang dihasilkan oleh manusia dengan mengorbankan waktu,

tenaga dan biaya pastinya. Dari beberapa pengorbanan tersebut,

13 UU RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 12.

14 Carolyn Hotckis, International Law for Bisnis, New York: McGraw-Hill, 1994, hlm.303

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

39

sehingga menjadkan sebuah karya yang dihasilkan jadi memiliki suatu

nilai ekonomi karena manfaatnya yang dapat dinikmati. Sehingga,

konsep tersebut dapat mendorong adanya suatu penghargaan atas

terciptanya sebuah hasil karya berupa perlindungan bagi KI.15

2. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual atau Intellectual Property Right (IPR)

diartikan sebagai hasil dari olah pikir manusia yang menghasilkan suatu

produk atau progres yang berguna dan bermanfaat bagi manusia. World

Intellectual Property Organization (WIPO) memberi padanan

Intellectual Property sebagai Creation Of Mind. Pada pasal 27 ayat (2)

Deklarasi Hak Asasi Manusia sedunia pada tahun 1948 menyatakan

bahwa :

“Setiap orang memiliki hak untuk mendapat perlindungan moral

dan kepentingan material yang diperoleh dari produksi secara ilmiah,

kesusastraan artistik dalam ide sebagai pencipta.” 16

Dalam hal ini, dapat di telaah bahwa hukum KI melindungi

semua karya intelektual yang dihasilkan oleh para pencipta, pendesain

atau investor yang dieksploitasi oleh pihak lain tanpa ijin, melindungi

15 Bambang Kesowo, “Pengantar Umum Mengenai KI di Indonesia”, makalah pada

Pelatihan teknis Yustisial Peningkatan Pengetahuan Hukum Bagi Wakil Ketua Hakim

Tinggi se-Indonesia yang diselenggarakan di Semarang, pada tanggal 20-24 Juni 1995,

hlm. 206.

16 Achmad Zen Purba, KI Pasca TRIPs, edisi pertama, Alumni, Bandung, 2005. hlm. 48.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

40

merek yang telah dimiliki seseorang atau suatu perusahaan yang

mempresentasikan reputasi atau kualitas suatu barang atau jasa,

melindungi berbagai informasi yang biasanya dinilai komersial atau

bisnis, melindungi karya yang sudah timbul dan lahir dari hasil

intelektual manusia itu sendiri. Dengan bentukan seperti seni, karya

sastra, ilmu pengetahuan dan invensi. Dengan itu menyebutkan bahwa

KI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu hasil

kreativitas intelektual seseorang.

Sistem yang dituangkan pada KI merupakan hak privat, yaitu

suatu hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada seseorang

individu yaitu sebagai penghargaan atas karya atau kreativitasnya

sendiri. Dengan acuan kepada orang lain agar mendapatkan acuan untuk

dapat lebih mengembangkan lebih baik lagi dari sebelumnya.17

3. Bentuk Kepemilikan Kekayaan Intelektual

Bentuk kepemilikan KI sebenanrya terbentuk dari dua macam

bentuk, yaitu Komunal dan Individual. Kedua bentuk ini memiliki ciri

dan perbedaan namun masih berada pada satu makna dan asal usul. KI

Komunal merupakan sebuah kekayaan yang dimiliki oleh perkumpulan

kelompok masyarakat yang berada di dalam satu lingkup tempat tingal

yang sama dan menetap di wilayah itu. Sedangkan yang dimaksud

dengan KI Individual merupakan suatu kekayaan yang dimiliki oleh

17 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, PT. Radjawali Grafindo, 2004, hlm. 24.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

41

perorangan atau sepenuhnya dimiliki oleh individu. Kedua bentuk HKI

ini sebenarnya wajib dalam mendaftarkan HKI dari hasil olah pikir

komunal maupun individual.18

4. Prinsip Hak Kekayaan Intelektual

Dalam hasil kajian yang dilakukan oleh WIPO, dikatakan bahwa

KI merupakan suatu kekuatan yang dapat menunjang pembanguan

ekonomi masyarakat yang sudah menerapkan sistem KI dan juga dapat

dipergunakan untuk memperkaya sebuah kehidupan seseorang dan

masa depan suatu bangsa dengan prinsip :

a) Material / ekonomi

HKI yang berasal dari suatu kegiatan yang menimbulkan ke

kreativitasan daya pikir manusia yang memiliki nilai

ekonomi, manfaat dan mendatangkan keuntungan kepada

pemilik karya cipta.

b) Budaya, dan

Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan tradisional

tentang karya seni dan sastra demi terciptanya kenaikan taraf

kehidupan dan juga mendapatkan keuntungan tidak hanya

untuk negara namun juga untuk masyarakat.

c) Sosial

18 Blog Ruangguru, Perhatikan 3 Hal ini Sebelum Mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual

(HKI) Usaha Anda, https://blog.ruangguru.com, access 30 Juni 2019

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

42

Mengatur kepentingan manusia sebagai warga negara untuk

melindungi hak yang sudah diberikan oleh hukum atas suatu

karya baru yang menjadi suatu perlindungan berdasarkan

keseimbangan individu, masyarakat dan juga lingkungan.19

5. Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual

Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

sebenanrnya memiliki keprihatinan menurut penelitian dari Peter Jaszi,

yang terkhusus dikalangan pendesain atau seniman yang berhubungan

dengan Desain Tradisional. Diketahui bahwa untuk mengamankan dan

memberikan kepastian hukum terhadap suatu karya cipta hasil inovasi

maupun baru dapat dilindungi dengan mendaftarkan HKI. Secara umum

dilihat berdasarkan hasil inovasi milik daerah, sebenarnya dapat

dilakukan dengan mendatangi kantor HKI untuk memenuhi tujuan dari

pendaftaran HKI ini yaitu dalam terpenuhinya tuntutan globalisasi

terutama pada suatu produk yang dapat berorientasi ekspor guna untuk

memberikan kepastian hukum terhadap calon investor. Guna

bermanfaat dan menjadi acuan serta untuk memotivasi individu atau

kelompok agar menghasilkan inovasi baru. Juga dapat membantu

pemerintah pusat dalam meningkatkan jumlah Paten nasional.

19 Rahayu Hartini, Kajian Implementasi Prinsip-Prinsip Perlindungan HKI dalam Peraturan

HKI di Indonesia, Malang, http://ejournal.umm.ac.id, access 30 Maret 2019

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

43

Dalam perlindungan HKI, ditemukan dua sistem perlindungan

yang dapat berupaya dalam melindungi suatu karya. Sistem yang

pertama adalah sistem Konstitutif, yang mana mengharuskan adanya

pendaftaran KI demi terciptanya perlindungan hukum yang dapat

memberikan kepastian hukum pada karya tersebut. Untuk itu menurut

sistem konstitutif HKI, jika pendesain atau seniman mendaftarkan KI

nya, maka sebagai pemberian kepastian hukum, seseorang itu akan

mendapatkan pengakuan data terhadap karya dan jelasnya telah

dilindungi oleh UU. Akan tetapi, apabila tidak mendaftarkan KI, juga

tidak dapat diberikan perlindungan hukum dan pengakuan oleh UU.

Yang kedua yaitu sistem Deklaratif, yang mana hal ini tidak

mengharuskan adanya pendaftaran HKI namun membenarkan adanya

pendaftaran dapat melindungi dan memberikan kepastian hukum pada

karya seseorang. Sistem ini dapat memberikan perlindungan hukum

kepada pencipta, pemegang dan pemakai pertama KI, sehigga sistem

deklaratif sering disebut juga First to Use System. Sistem ini tidak

menyelidiki siapa yang sebenanrnya pemilik asli atas suatu karya yang

bersangkutan, akan tetapi hanya memeriksa dan memastikan bahwa

tidak ada pihak lain yang sudah mendaftarkan KI tersebut.

Dalam pendaftaran HKI sebenanrnya tidak semudah seperti apa

yang dikatakan, ada berbagai kendala yang juga menjadi salah satu

alasan oleh para seniman atau pendesain untuk mendaftarkan hasil

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

44

inovasi maupun hasil karya baru yang dimiliki. Kendala itu seperti biaya

yang tidak sedikit untuk pendaftaran, pemeliharaan dan konsultan HKI.

D. TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA (COPYRIGHT)

1. Pengertian dan Prinsip Dasar Perlindungan Hukum Hak Cipta

(Copyright)

Hak Cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaotu hak dan

cipta. Dalam KBBI kata “hak” berarti suatu kewenangan yang diberikan

kepada seseorang yang bersifat bebas untuk dapat digunakan maupun

tidak. Sedangkan “cipta” atau “ciptaan” merupakan suatu dari hasil

karya atau olahan atau buatan manusia dengan menggunakan akal

pikiran, perasaan, imajinasi,pengetahuan serta pengalaman yang di

dapatkan. Dengan kata lain, Hak Cipta sangat berkatan erat dengan yang

namanya intelektual manusia.20

Dalam UU RI Nomor 28 Tahun 2014 pasal 1 angka 1 berbunyi:

“Suatu hak yang eksklusif oleh pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan

diwujudkan dalam bentuk nyata, tanpa mengurangi pembatasan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.”21

Hak Cipta juga merupakan jenis kepemilikan individu atau

pribadi yang berhubungan dengan suatu ciptaan yang berwujud dan

20 Harris Munandar & Sally Sitanggang. 2011. “Mengenal HKI, Hak Kekayaan Intelektual”.

Jakarta: Erlangga.

21 UU Republik Indonesia, Nomor 28 Tahun 2014. Tentang Hak Cipta pada Pasal 1 angka 1

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

45

berasal dari akal pikiran atau ide dari pencipta di bidang seni, sastra dan

pengetahuan. Sehingga, HC memiliki beberapa sifat-sifat yaitu :

a) Hak Cipta adalah Hak Eksklusif

Hak cipta adalah hak eksklusif, sesuai pada UU RI Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 1 angka 1, karena

hak eksklusif merupakan hak cipta yang hanya diberikan

kepada penciptanya dan orang lain tidak dapat menggunakan

hak tersebut dengan berbagai macam alasan tanpa seizin

penciptanya, atau orang yang menerima hak atas pemegang

hak.

b) Hak Cipta berkaitan dengan Kepentingan Umum

Secara umum, Hak Cipta merupakan suatu hak eksklusif

yang istimewa dan masyarakat umum juga dapat

memanfaatkan ciptaan tersebut. Sehingga hak cipta atas

suatu ciptaan tertentu yang dinilai penting demi kepentingan

umum dibatasi penggunaannya sehingga menimbulkan

keseimbangan yang serasi antara kepentingan individu dan

kepentingan masyarakat umum. Kepentingan masyarakat

umum tersebut seperti halnya pendidikan, ilmu pengetahuan

dan kegiatan penelitian serta pengembangan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

46

c) Hak Cipta dapat Beralih dan dialihkan

Hak cipta juga memiliki sifat dapat dialihkan atau beralih

seperti halnya benda yang bergerak, dan hak cipta memiliki

dua cara untuk mengalihkan atau beralih dengan cara :

1. Transfer, pengalihan hak cipta berupa pelepasan kepada

orang lain dengan cara pewarisan, hibab, wasiat,

perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan oleh

UU.

2. Assigment, pengalihan hak cipta dari satu pihak kepada

pihak lain berupa pemberian izin persetujuan untuk

pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu atau

disebut dengan perjanjian lisensi.

d) Hak Cipta dapat dibagi atau di perinci (divisibility)

Berdasarkan pada pelaksanaan hak cipta dan norma

“Principle of Specification” maka dibatasi oleh waktu (lama

produksi suatu barang sekian tahun), jumlah (jumlah barang

sekian unit dalam satu tahun), dan Geografis (pada sampul

yang bertulisan “For Sale in Indonesia Only” atau slogan

“Bandung Euy”.22

Perjanjian multilateral baik Berne Convention maupun TRIPs

Agreement mengatur tentag konsep dasar perlindungan Hak Cipta.

22 Suyud Margono, Aspek Hukum Komersial Aset Intelektual, Nuansa Aulis, Bandung,

2010. hlm. 14-15.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

47

Salah satu konsep dasar dari pengakuan lahirnya hak atas Hak Cipta

adalah sejak saat suatu gagasan itu dituangkan atau diwujudkan dalam

bentuk nyata (tangible form).23 Pengakuan tersebut liperlukan hanya

untuk suatu formalitas atau adanya bukti, berbeda dengan hak-hak dari

pada HKI lainnya seperti Paten, Desain Industri, Merek, dan Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu. Timbulnya atau lahirnya hak tersebut

diperlukan suatu formalitas tertentu yaitu dengan terlebih dahulu

mengajukan permohonan pemberian hak. Dengan demikian lahirnya

hak atas paten, merek, desain industri dan desain tata letak sirkuit

terpadu terlebih dahulu melalui suatu permohonan, tanpa adanya

permohonan, maka tidaklah ada pengakuan terhadapnya. Berbeda

dengan hak cipta, hak cipta secara otomatis lahir sejak ciptaan itu

diciptakan atau diwujudkan dalam bentuk nyata.24

Di samping prinsip yang paling fundamental tersebut, di dalam

perlindungan hak cipta dikenal juga prinsip atas asas orisinalitas

(keaslian). Asas orisinalitas ini merupakan suatu syarat adanya

perlindungan hukum di bidang hak cipta. Orisinalitas ini tidak bisa

dilakukan seperti halnya novelty (kebaruan) yang ada dalam paten,

23 Bandingan dengan Article 9 ayat (1) TRIPs Agreement, yang menyatakan:

“Copyrights protection shall extend to expressions and not to ideas,

procedures, methods of operation or mathematical concepts as such”

Bandingkan juga dengan Eddy Damian, Hukum Hak Cipta. (Bandung:

Alumni, 2005), Hal. 99.

24 Bandingan dengan Mckeough Stewart, Intellectual Property in Australia 2nd

edition, Butterworth, hlm. 125.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

48

karena prinsip originalitas adalah tidak meniru ciptaan lain, jadi hanya

dapat dibuktikan dengan suatu pembuktian oleh penciptanya.25

Landasan hukum dari segi formal maupun segi material adalah

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 28 C dan Pasal 33 Undang-

undang Dasar RI Tahun 1945. Dasar hukum bidang Hak Cipta ini sangat

penting diketahui, karena Indonesia telah ikut serta dalam pergaulan

masyarakat dunia dan menjadi anggota dalam Agreement Establishing

The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia) yang mencakup pula Agreement on Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-

aspek RI Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property

Organization (Dagang Hak Kekayaan Intelektual), selanjutnya disebut

TRIPs, melalui Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1994, Lembaran

Negara RI Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI

Tahun 1994 Nomor 3564, disahkan dan diundangkan di Jakarta pada

tanggal 2 November 1994. Indonesia juga meratifikasi Berne

Convention for The Protection of Artistic and Literary Works (Konvensi

Berne tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan

Presiden Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) selanjutnya

disebut WTC melalui Keputusan Presiden RI Nomor 19 Tahun 1997.26

25 Ibid

26 Ibid.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

49

Pada mulanya hak cipta diatur menurut Auteurswet Staatsblad

1912 Nomor 600, kemudian diubah dan diganti dengan Undang-undang

RI Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI

Tahun 1982 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3217),

yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1982,

kemudian diubah dengan Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1987

(Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3362), disahkan dan diundangkan di Jakarta pada

tanggal 19 September 1987, yang diubah lagi dengan Undang-undang

RI Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI

Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2679),

disahkan dan diundangkan pada tanggal 7 Mei 1997, dan terakhir diubah

dengan Undang-undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

(Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 4220), yang disahkan dan diundangkan di Jakarta

pada tanggal 29 Juli 2002, selanjutnya disebut Undang-undang RI

Nomor 28 Tahun 2014 (UU No. 28 Tahun 2014).

Pada permulaan abad ke-18 Hak Cipta tidak diakui sebagai hak

tersendiri. Hak cipta melekat erat dengan objek materiil yang

didalamnya ciptaan ini berbentuk. Sehingga apabila dimisalkan pada

suatu perjanjian kerja, atas suatu Hak Cipta otomatis akan beralih

haknya ketika suatu barang / benda diserahkan dari tangan yang

mengerjakan kepada pemberi kerja. Istilah “hak” berasal dari bahasa

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

50

Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan. Milik adalah penguasaan

terhadap sesuatu, yang penguasaannya dapat melakukan sendiri

tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu dan dapat

menikmati manfaatnya. Dalam bahasa Belanda dikenal istilah Auters

Rechts yang berarti hak pengarang. Kemudian istilah hak pengarang itu

diganti dengan istilah Hak Cipta, dan pertama kali istilah hak cipta itu

disampaikan oleh Sutan Mohammad Syah dalam Kongres Kebudayaan

di Bandung pada tahun 1951.27

2. Hak Moral atau Hak yang Melekat

Berbicara tentang hak moral yang ada di dalam HKI, hak moral

tidak akan bisa dipisahkan dengan Hak Cipta. Karena sepanjang hak

cipta masih mendapatkan perlindungan maka hak moral tersebut akan

terus melekat di dalam Hak Cipta. Hak moral muncul pada dasarnya

karena setiap orang atau individu mempunyai keharusan dalam

hidupnya untuk menghargai dan menghormati orang lain, begitu juga

dengan adanya hasil karya cipta yang buat oleh orang lain. Sehingga,

betapa pentingnya Hak Moral yang diberikan kepada seniman atau

pendesain sebagai penghargaan atas apa yang sudah dibuat dan

dihasilkan yang berupa karya seni dan juga dapat bermanfaat bagi

masyarakat. Penghargaan yang diberikan bukan berasal dari uang,

27 Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual. (Bandung: PT. Eresco,1995.

Cetakan Kedua),hlm. 10

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

51

namun terwujud berdasarkan pemberian kekuasaan atau wewenang

terhadapnya untuk melakukan sesuatu atas karya ciptanya dan orang

lain tidak dapat mengubah atau meniru sesuka hati untuk menjadikan

karya cipta orang lain menjadi karya cipta miliknya.28

Hak moral pada suatu karya cipta sangat melekat pada

kepribadian yang membuatnya. Sehingga apabila Hak Cipta dapat

dialihkan kepada orang lain, maka hak moral yang ada pada karya cipta

tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penciptanya karena itu bersifat

kekal dan abadi. Melekat pada kepribadian yang dimaksud adalah sifat

pribadi yang menjadi ciri khas dari penciptanya dan juga berkenaan

dengan nama baik, keahlian dan integritas yang dimiliki oleh pencipta

itu tersebut.29

Sesuai dengan UU RI Nomor 28 Tahun 2014 pada pasal 5, yaitu

Hak moral merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri

pencipta untuk :

a) Tetap mencantumkan atau tidak namanya, terhadap salinan

yang berhubungan dengan pemakaian ciptanya untuk umum;

b) Dengan menggunakan nama asli ataupun nama samaran;

c) Merubah hasil ciptaannya sesuai dengan kepatutan yang ada

di dalam masyarakat;

28 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.19

29 Ibid

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

52

d) Mengubah judul maupun anak judul terhadap ciptaannya;

dan

e) Dapat mempertahankan haknya pada saat terjadi hal yang

tidak diinginkan seperti :

1. Distrosi ciptaan

Suatu tindakan pemutarbalikan fakta atau identitas

ciptaan.

2. Mutilasi ciptaan

Suatu proses dimana menghilangkan sebagian ciptaan.

3. Modifikasi ciptaan.

Suatu hal yang dapat merubah suatu atas ciptaan.

Dan juga berbagai macam hal lain yang dapat merugikan

kehormatan serta reputasi pencipta.30 Hak moral juga tidak dapat

dialihkan dengan berbagai alasan selama pencipta masih hidup.

Akan tetapi hak moral dapat dialihkan melalui wasiat atau cara

lain, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

setelah pencipta meninggal dunia.31

3. Ciptaan yang Dilindungi dan Pelanggaran Pada Hak Cipta

Menurut L.J. Taylor dalam bukunya Copyright for Librarians

menyatakan bahwa yang dilindungi oleh Hak Cipta adalah ekspresinya

30 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Tentang Hak Cipta, pada Pasal 5.

31 Ibid

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

53

dari sebuah ide, jadi bukan untuk melindungi idenya. Itu mengartikan

bahwa yang dilindungi oleh Hak Cipta adalah dalam bentuk nyata

sebagai sebuah karya ciptaan, bukan merupakan sebuah gagasan.32

Dalam pasal 9 ayat (2) TRIPs juga menyatakan hal yang sama, yaitu :

“Perlindungan Hak Cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu

ciptaan dan bukan berasal pada ide, prosedur, metode pelaksanaan dan

konsep matematis lainnya.”33

Sehingga, terdapatlah dua persyaratan pokok untuk

mendapatkan sebuah perlindungan hak cipta. Persyaratan yang pertama

adalah adanya unsur keaslian, dan yang kedua adalah adanya kreativitas

dari suatu karya cipta. Suatu karya cipta berasal dari hasil

kekreativitasan pencipta dan bukan berasal dari hasil tiruan serta tidak

harus baru atau unik, namun harus dapat menunjukkan keasliannya.

Untuk membuktikan bahwa ciptaan tersebut atas hasil dari dasar

kemampuannya sendiri. Pada UU RI Nomor 28 Tahun 2014 pada pasal

40 sudah tertera beberapa hasil ciptaan yang dilindungi, salah satunya

adalah karya seni rupa dalam bentuk lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,

seni pahat, patung, serta kolase (misalnya dari kain, kertas atau kayu),

karya seni batik atau seni motif lain, dan lainnya yang tercantum pada

pasal tersebut.34

32 L.J. Taylor, Copyright for Librarians, English: 1931

33 Baca Ketentuan Pasal 9 ayat (2) TRIPs

34 Ibid

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

54

Definisi pelanggaran hak cipta tidak dijelaskan secara eksplisit

dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Namun, pelanggaran

hak cipta dapat dijelaskan dengan pengertian sebagai berikut:35

Pelanggaran Hak Cipta berarti tindakan yang melanggar hak cipta,

seperti penggunaan hak cipta, yang adalah hak pribadi milik pencipta,

tanpa izin, dan pendaftaran hak cipta oleh orang lain yang bukan

pemegang hak cipta. Jika seseorang mencuri barang milik orang lain

yang diperolehnya dengan kerja keras atau mengambil dan

menggunakannya tanpa izin, termasuk kejahatan besar. Setiap orang

tahu bahwa mencuri barang milik orang lain adalah salah. Tetapi dalam

hal barang tidak dapat diraba seperti hak cipta, orang tampaknya tidak

merasa bersalah bila mencurinya.

Pencipta atau ahli warisnya atau pemegang hak cipta berhak

mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas

pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang

diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Pemegang hak cipta

juga berhak memohon kepada Pengadilan Niaga agar memerintahkan

penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang diperoleh dari

penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran

karya ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.

Ketentuan penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal 95 sampai dengan

Pasal 105 No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hak untuk

35 Lihat Ketentuan Tentang Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahu 2014

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

55

mengajukan gugatan itu tidak mengurangi hak negara untuk melakukan

tuntutan pidana terhadap pelanggaran hak cipta dalam hal penyidikan di

bidang hak cipta bahwa selain penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan

departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

pembinaan hak kekayaan intelektual diberi wewenang khusus sebagai

penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang hak cipta.36

E. TINJAUAN UMUM TENTANG DESAIN INDUSTRI

1. Pemegang Hak Desain Industri

Pemegang Hak atas Desain Industri diperoleh dari orang yang

menghasilkan rancangan untuk Desain Industri tersebut. Dengan kata

lain, ada beberapa keterangan untuk mendapatkan hak atas Desain

Industri, diantaranya :

a) pendesain atau yang mendapatkan hak dari pendesain;

b) Apabila desain diciptakan atas beberapa orang, maka hak

desain industri pun diberikan kepada mereka secara

bersamaan, terkecuali jika memiliki perjanjian lain diluar

dari apa yang mereka janjikan;

36 Tamotsu Hozumi, Asian Copyright Handbook: Indonesian Version, (Jakarta: Ikatan

Penerbit Indonesia, 2006), hlm. 39.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

56

c) Desain yang dibuat dengan hubungan dinas atau dengan

pihak lain, atau dalam lingkungan pekerjaannya, maupun

yang dibuat oleh orang lain atas permintaan. Hak Desain

Industri diberikan kepada pihak yang untuk dan atau dalam

keperluan dinas itu dikerjakan.37

Desain merupakan aset dari adanya sebuah produk dan

merupakan bagian dari suatu kreativitas yang dimiliki oleh manusia.

Desain Industri berasal dari dua hal yang sebenanrnya terpisah dan

memiliki pengertian yang berbeda, karena Industri cenderung rendah

dalam pengembangan desain. Seringnya terdengar permasalahan

tentang sebuah kreativitas yang dibajak.38

Kasus pembajakan kreativitas sering dijumpai pada saat

pameran contohnya, karena di pameran secara mudah dapat dibajak

dengan cara memotret produk. Sehingga, pembajakan dengan membuat

desain yang sama dan mereka yang memiliki kekreativitasan dengan

cara “curang” mendaftarkan desain tersebut atas nama dirinya, yang

membuat dia mendapatkan hak atas desain produk tersebut. Jadi secara

tidak langsung seseorang dapat mendapatkan hak desain industri yang

37 Djumhana, Muhammad & Djubaedillah R. 2003. Hak Milik Kekayaan Intelektual

(HAKI), Peraturan Baru Desain Industri, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hlm. 220.

38 Dilansir dari Sinar Harapan. 2003. (Hak Cipta)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

57

seharusnya milik orang lain secara legal, dan hal ini sering dijumpai

pada kalangan pendesain atau seniman di Kabupaten Banjar.39

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 31 Tahun

2000 tentang Desain Industri pada pasal 1 angka 1, berbunyi :

“Desain Industri merupakan suatu kreasi tentang bentuk,

konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau

gabungan dari padanya yang membentuk tiga dimensi atau dua dimensi

yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga

dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai unutk menghasilkan suatu

produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.”40

Dari definisi di atas merupakan arti penting dari semua pihak

yang mengetahui ruang lingkup dari kreativitas yang dapat didaftarkan

sebagai Desain Industri sesuai dengan UU yang ada di Indonesia.

Desain Industri sebenanrnya merupakan “pattern” yang dipakai dalam

bentuk proses pemproduksian barang secara komersial dan dipakai

secara berulang-ulang, itulah yang membedakan dari ciptaan yang

diatur dalam Hak Cipta.41

39 Sukarni. Januari - April 2016. “Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang

Berkeadilan Sosial”. Vol. III. Jurnal Pembaharuan Hukum. hlm. 101-102

40 Lihat ketentuan UU RI Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, pada Pasal 1

angka 1.

41 Ibid

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

58

2. Desain Industri yang Mendapat Perlindungan

Desain Industri dinyatakan mendapatkan perlindungan dengan

memenuhi persyaratan tertentu. Akan tetapi UU RI nomor 31 Tahun

2000 tentang DI juga menyebutkan bahwa hak yang diberikan

perlindungan untuk DI yang baru, bukan yang sudah lama. Akan tetapi,

hampir semua desain yang didaftarkan merupakan desain lama karena

sistem pendaftaran tidak memungkinkan adanya pemeriksaan substantif

seperti paten dan merek.42 Hal ini sejalan dengan TRIPs Agreement dan

Paris Convention yang mengatur tentang Desain Industri yang dapat

dilindungi yaitu desain yang “baru” (Original), dan/atau yang secara

signifikan “berbeda” (Different) dengan DI sebelumnya (Significantly

differ from known design).43 Desain Industri yang membedakan antara

satu dengan yang lainnya adalah dilihat berdasarkan kesan estetika yang

ditimbulkan pada desain tersebut. Sehingga suatu DI dapat dikatakan

baru apabila memiliki kesan estetika yang berbeda secara signifikan dan

juga merupakan hasil kombinasi dari berbagai fitur DI atau sebutannya

adalah Inovasi maupun Modifikasi dari desain yang sudah lama.44

42 Sukarni. Januari - April 2016. “Perlindungan Desain Industri Bagi UMKM yang

berkeadilan Sosial”. Vol. III. Jurnal Pembaharuan Hukum. hlm. 102

43 Perjanjian TRIPs pada Pasal 25 ayat (1) tentang “(Agreement on Trade of Related

Aspects on Intellectual Property Rights”

44 Insan Budi Maulana. 2010. A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek di Indonesia.

Bandung, Citra Aditya Bakti. Hlm.7

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

59

Akan tetapi, pelaksanaan TRIPs di Indonesia juga memiliki

berbagai kendala. Seperti persiapan lembaga yang tidak memadai atau

fasilitas yang kurang mendukung, antara instansi pemerintah yang tidak

memliki koordinasi yang bagus, sehingga menimbulkan suatu

kelemahan, sumber daya manusia dan dana yang masih terbatas, dan

yang terpenting adalah kurangnya pengetahuan akan Hak Kekayaan

Intelektual oleh masyarakat, yang akhirnya menimbulkan penegakan

hukum yang lemah dan tidak teratur. TRIPs juga menegaskan tentang

kepemilikan dan hasil dari inovasi komunal, yang mana kebanyakan

subyek HKI itu merupakan perusahaan dan invidu. Padahal lazimnya

diketahui, bahwasanya jika terdapat hasil suatu karya dari

komunal,maka pemiliknya adalah masyarakat. TRIPs juga tidak

mengakui adanya inovasi yang tidak ditujukan untuk industri, seperti

inovasi lokal yang bertujuan untuk mensejahterakan perekonomian,

sosial serta budaya setempat. Kemudian dengan adanya pemerataan

perlindungan HKI yang diberlakukan oleh TRIPs antara negara maju

dan berkembang, itu juga menjadi salah satu permaslaahan, dimana isi

dari pada UU Hak Cipta Pasal 1 angka 1, juga sama seperti pada sistem

perlindungan modern yang memberikan Hak Eksklusif pada individu

atas ilmu dan penemuannya. Sedangkan pada masyarakat tradisional

justru menilai bahwa adanya peniruan dan jiplakan serta pengetahuan

menjadikan itu sebagai penghargaan tertinggi atas suatu karya. Itu

berarti, TRIPs secara tidak demokratis menghukum Negara berkembang

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ...eprints.umm.ac.id/50350/39/BAB II.pdf · 3. Musik Bapanting c. Upacara Adat Baayun Maulid ( Mengayun Anak), dan d. ... Tentang

60

atas perbedaan pendapat dan pikiran ini. Maka, pada saat Negara

memberlakukan TRIPs dan mengharmonisasikan peraturan tentang

perlindungan HKI, maka ancaman terhadap pengetahuan atau hasil

karya baru pendesain akan mendapatkan tantangan yang besar, karena

pengetahuan / ide pencipta akan dirambah dan diprivatisasikan oleh

perusahaan serta individu. Apabila suatu Negara juga mengadakan

peraturan untuk melindungi hasil inovasi pendesain tradisional dan

lokal, Negara juga akan mendapatkan berbagai macam rintangan dan

tantangan dari Negara lain yang menganut sistem kepemilikan HKI

secara Individual yang justru mempermudah perambahan pengetahuan

tradisional dan lokal.