Upload
others
View
50
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi Tiruan
1. Pengertian gigi tiruan
Gigi tiruan adalah suatu alat tiruan yang digunakan untuk
menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang sudah hilang serta
mengembalikan perubahan-perubahan struktur jaringan yang terjadi akibat
hilangnya gigi asli. Tujuan pembuatan gigi tiruan pada hakikatnya adalah
untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, pengecapan, estetik, menjaga
kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut (Z Gaib, 2013:58).
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Gigi tiruan lepasan/removable
denture (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dibagi menjadi dua
bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan
cekat/fixed yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen (Wahjuni; dkk,
2017:76).
2. Macam-macam gigi tiruan
Menurut Wahjuni, dkk (2017:76-77) , ada beberapa macam-macam
gigi tiruan, yaitu sebagai berikut :
a. Gigi tiruan cekat
Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang direkatkan secara permanen
pada gigi yang telah dipersiapkan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh
permukaan gigi yang mengalami kerusakan atau kelainan untuk menggantikan
kehilangan gigi.
b. Gigi tiruan sebagian lepasan
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebuah protesa yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah
dan dapat dilepas pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter gigi. Gigi
tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang
tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien
dengan kehilangan gigi.
5
c. Gigi tiruan lengkap lepasan
Gigi tiruan lengkap lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
rahang penuh pada rahang atas maupun rahang bawah. Namun dapat dilepas
dan dipasang kembali oleh pasien.
B. Akibat-akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian
Menurut Gunadi (1991:31) berbagai akibat yang biasanya terasa karena
hilangnya gigi, yaitu :
1. Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Gigi yang tidak lagi menempati
posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat
pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.
2. Resorpsi berlebihan
Bila gigi sudah tidak punya antagonis lagi, maka akan terjadi resorpsi
berlebih. Resorpsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan
tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang alveolar, maka
struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ektrusi.
Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka
akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan
geligi tiruan lengkap.
3. Beban berlebihan
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran
periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya
terpaksa dicabut.
6
4. Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan
gigi depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi
pandang manusia modern.
C. Mahkota (Crown)
1. Pengertian mahkota (Crown)
Mahkota (Crown) adalah jenis protesa yang menggantikan kehilangan
struktur gigi yang disebabkan oleh karies, trauma, atau penyebab lain, untuk
mengembalikan kenyamanan, fungsi dan rasa percaya diri pasien. Mahkota
merupakan restorasi ekstrakoronal yang disementasikan pada permukaan luar
mahkota klinis dengan menyerupai morfologi dan kontur bagian koronal gigi
yang rusak. Mahkota melindungi struktur gigi yang tersisa dari kerusakan
yang lebih lanjut (Rikmasari; dkk, 2015:5).
Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi yang menutupi seluruh
mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota juga berupa mahkota penuh atau
sebagian dari suatu gigi atau geraham yang dibuat dari porselen, logam, damar
buatan (resin) atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut (Martanto, 1981:4).
2. Macam-macam mahkota (Crown)
Menurut Martanto (1981:61) mahkota penuh merupakan restorasi yang
menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini
merupakan restorasi yang berdiri sendiri (single unit restoration) atau sebagai
retainer dari jembatan. Mahkota penuh yang khusus dipakai pada gigi-gigi
anterior dan dibuat seluruhnya dari porselen atau akrilik yang disebut mahkota
jaket (jacket crown).
a. Indikasi
1) Indikasi untuk gigi depan (anterior) dipakai untuk mahkota all
acrylic dan porcelain, yaitu :
a) Mempunyai permukaan labial yang berkaries, yang
mengalami erosi, perubahan warna (stained).
b) Mempunyai permukaan proximal yang ada tambalan besar
atau berkaries dalam.
7
c) Memerlukan perubahan kedudukan dan perubahan bentuk.
2) Indikasi untuk gigi belakang (posterior) dipakai untuk mahkota
penuh logam dan porcelain, yaitu :
a) Gigi-gigi (geraham) yang terkena karies (karies indeks
tinggi)
b) Oleh karena kerusakan-kerusakan akibat karies atau fraktur.
Menurut Fatmawati (2011:96), mahkota penuh/complete crown
merupakan restorasi yang menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari
suatu gigi asli. Terdapat berbagai jenis mahkota penuh/complete crown
diantaranya :
a. Mahkota penuh logam
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi dari
logam campur yang dituang (Gambar 2.1).
1) Indikasi
a) Untuk gigi molar dan premolar rahang atas dan rahang bawah
b) Penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat
c) Tekanan kunyah besar
d) Tidak memerlukan estetik
e) Gigi dengan karies servikal
2) Kontra indikasi
a) Mahkota gigi tidak cukup terutama pada gigi dengan pulpa
vital
b) Pasien memerlukan estetik
c) Gusi sensitif terhadap logam
Gambar 2.1
Mahkota penuh logam
(Fatmawati, 2011:97)
8
b. Mahkota penuh porselen
Porselen gigi umumnya digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak
ataupun patah dikarenakan faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi
pemakaian, perubahan kimiawi yang lambat, dan konduktifitas panas yang
rendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik
dengan karakteristik struktur gigi (Gambar 2.2).
1) Indikasi
a) Membutuhkan estetik tinggi
b) Malposisi
c) Gigi yang telah dirawat endodonsi dengan pasak dan inti
2) Kontra indikasi
a) Indeks karies tinggi
b) Distribusi beban dioklusal tidak baik
c) Bruxism
Gambar 2.2
Mahkota penuh porselen
(Fatmawati, 2011:97)
c. Mahkota kombinasi porselen-logam
Lapisan logam sebagai substruktur mahkota jaket kombinasi porselen-
logam akan mendukung lapisan porselen diatasnya sehingga mengurangi sifat
getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya tahan
yang baik (Gambar 2.3).
1) Indikasi
a) Gigi dengan kebutuhan estetik yang membutuhkan kekuatan
restorasi
b) Ukuran gigi normal atau lebih dari normal
9
c) Kerusakan luas gigi yang tidak dapat diperbaiki dengan
restorasi sederhana
d) Sebagai retainer GTJ dan penjangkaran GTSL
e) Pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya
Gambar 2.3
Porcelain fused to metal
(Fatmawati, 2011:98)
d. Mahkota jaket akrilik
Menurut Martanto (1981:61) , Mahkota penuh yang menutupi seluruh
permukaan mahkota klinis gigi dengan menggunakan bahan campuran dari
akrilik, dimana liquid sebagai monomer dan resin sebagai polimer. Resin
dental adalah sintetik resin yang dipergunakan untuk bahan tambal gigi,
landasan gigi tiruan, landasan pesawat orthodontic dan juga untuk gigi
tiruannya sendiri (Gambar 2.4).
1) Indikasi
Pemakaian protesa jacket crown all acrylic bertujuan untuk
memperbaiki gigi anterior yang terindikasi mengalami masalah yang
memungkinkan dibuatkan jacket.
Indikasi pemakaian protesa jacket crown all acrylic adalah :
a) Gigi anterior rahang atas dan bawah.
b) Berkaries yang sedemikian luasnya, sehingga tidak dapat
ditambal secara konvensional.
c) Mengalami fraktur (patah)
d) Berkedudukan tidak normal.
e) Mengalami abrasi.
10
2) Kontra indikasi
Mahkota jacket crown all acrylic mempunyai kontra indikasi dalam
pembuatan dan pemakaiannya, yaitu :
a) Tidak dapat dipakai pada gigi posterior.
b) Gigi-gigi yang tipis. (karena gigi harus digerinda sedalam
0,5-0,75 mm)
c) Tidak dapat dipakai pada pasien yang memiliki gigitan yang
rapat. (cross-bite)
d) Gigi-gigi yang pendek atau tidak memiliki singulum.
Gambar 2.4
Mahkota jaket akrilik
(McLean, 1980)
3. Prosedur pembuatan mahkota jaket akrilik
Menurut Anonim (2009), setelah melakukan pencetakan pada hasil
preparasi, tahap selanjutnya adalah pembuatan mahkota jaket yang terdiri dari
beberapa tahapan, antara lain :
a. Persiapan model kerja
Model kerja yang baik adalah yang bersih dari nodul atau porus dan
batas anatomi terbentuk dengan jelas. Tahap ini bertujuan agar pembuatan gigi
tiruan sesuai dengan yang diinginkan (Gunadi, 1991).
b. Pemasangan model pada okludator
Okludator merupakan alat yang digunakan untuk meniru gerakan
oklusi. Bertujuan untuk membantu dalam proses penyusunan elemen gigi
tiruan (Martanto, 1981)
11
c. Radir servikal
Radir servikal bertujuan untuk memperjelas batas-batas servikal agar
tidak melebihi servikal saat pembentukan pola malam. Saat proses radir
servikal harus hati-hati dan teliti.
d. Pembentukan pola malam
Pembentukan pola malam harus teliti dan perlu perhatikan. Bagian
yang sangat penting yaitu daerah servikal tertutup semua, oklusi dengan gigi
antagonis, kontak dengan gigi tetangga, inklinasi/kemiringannya.
e. Flasking
Flasking adalah proses penanaman pola malam pada kuvet untuk
mendapatkan mould space. Sebelum ditanam dalam kuvet model malam diisi
menggunakan stone. Model malam ditanamkan pada tengah-tengah kuvet
bawah dengan membentuk 45º dan model malam bagian labial menghadap
keatas.
f. Boiling out
Bertujuan untuk menghilangkan wax dari model yang telah ditanam
dikuvet untuk mendapatkan mould space. Proses boiling out dengan cara
memasukan kuvet ke dalam air mendidih kurang lebih 10-15 menit, lalu kuvet
dibuka dan disiram ke model malam yang telah ditanam lalu dibersihkan
sampai tidak ada malam yang tersisa.
g. Packing
Packing adalah proses pencampuran antara monomer dan polimer resin
akrilik, kemudian dimasukan kedalam mould space yang terdapat pada kuvet.
Metode yang digunakan ialah dry pack technic : pengisian polimer akrilik
sedikit demi sedikit dan kemudian ditetesi dengan monomer sampai
bercampur lalu digetarkan menggunakan vibrator agar terisi merata.
h. Curing
Proses perebusan akrilik dimana kuvet dalam keadaan di press
dimasukan kedalam tempat perebusan yang berisi air pada temperatur kamar
lalu dinaikan sampai suhu 100º dan dibiarkan sampai ± 30menit.
i. Deflasking
Deflasking adalah proses pembongkaran atau pengeluaran mahkota
dari kuvet. Bila pemberian bahan separating baik pembongkaran atau
pengeluaran mahkota mudah.
12
j. Finishing
Finishing adalah proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dan
membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan. Hal ini bertujuan
untuk menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.
k. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan gigi tiruan yang bertujuan untuk
menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa mengubah konturnya.
Untuk resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus dibuang
menggunakan serangkaian alat-alat abrasif seperti feltcone dan white brush
untuk menghasilkan permukaan gigi tiruan yang licin dan mengkilat. Untuk
permukaan landasan yang menghadap jaringan tidak boleh dipoles.
D. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
1. Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan
Gigi tiruan ini digunakan dengan tujuan agar mengembalikan fungsi
pengunyahan, fungsi berbicara dan fungsi estetik. Menjaga kesehatan jaringan
pendukung tetap dipertahankan dalam keadaan optimal (Adnan, 2016:6-8).
Adapun fungsi dari gigi tiruan sebagian lepasan menurut Gunadi
(1991:33) adalah sebagai berikut :
a. Mengembalikan fungsi estetik
Alasan utama pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik. Mereka yang kehilangan gigi depan biasanya memperlihatkan
wajah dan bibir masuk kedalam, sehingga dengan menggunakan gigi tiruan
akan membantu mengembalikan bentuk bibir.
b. Peningkatan fungsi bicara
Pada pasien dengan kehilangan gigi depan akan sulit untuk
menyebutkan beberapa huruf, sehingga dengan menggunakan gigi tiruan
pasien akan lebih mudah menyebutkan beberapa huruf abjad.
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya
mengalami perubahan. Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan
bertambah beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Setelah
13
memakai protesa pasien akan merasakan perbaikan dan peningkatan fungsi
kunyah karena tekanan kunyah dapat disalurkan lebih merata keseluruh bagian
jaringan pendukung sehingga berhasil memperbaiki dan meningkatkan fungsi
kunyah.
d. Pelestarian jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan berperan dalam mencegah atau
mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi. Resorpsi tulang alveolar
yang terjadi akibat tidak adanya rangsangan fungsional dari gigi dapat dicegah
dengan pemakaian gigi tiruan lepasan. Terpeliharnya gigi asli yang masih ada,
akar gigi, tulang alveolar dan mukosa rongga mulut merupakan faktor yang
penting untuk keberhasilan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan.
e. Pencegahan migrasi gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Penggunaan gigi tiruan dapat
mencegah terjadinya migrasi gigi.
2. Komponen gigi tiruan sebagian lepasan
Menurut Gunadi (1991:154), komponen yang terdapat pada gigi tiruan
sebagian lepasan terdiri dari tiga yaitu, sebagai berikut :
a. Cengkram kawat
Cengkram kawat merupakan jenis cengkram yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrought wire). Ukuran yang sering dipakai untuk
keperluan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah diameter 0,8 mm.
Keuntungan pemakaian cengkram kawat adalah bersifat lentur, retensinya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan, dapat dibuat dengan diameter lebih kecil
tanpa resiko mudah patah, sehingga dapat memberi efek estetik yang lebih
baik. Kerugian pemakaian cengkram kawat adalah mudah terjadi distorsi, ada
kecendrungan penderita melepas gigi tiruan dari mulut dengan menarik lengan
retentifnya, mudah patah bila pembuatan nya kurang hati-hati karena banyak
bekas tang pada permukaan kawat.
Secara garis besar cengkram kawat dikelompokan menjadi dua yaitu,
cengkram kawat oklusal dan cengkram kawat gingival dimana masing-masing
terdiri dari beberapa, dapat dilihat pada gambar berikut:
14
1) Cengkeram kawat oklusal
a) Cengkeram half jackson
Cengkeram ini pada gigi posterior yang mempunyai kontak yang baik
dibagian mesial dan distalnya (Gambar 2.5).
Gambar 2.5
Cengkeram half jackson
(Gunadi, 1991:164)
b) Cengkeram S
Berbentuk seperti huruf S bersandar pada singulum gigi kaninus, biasa
digunakan pada kaninus bawah. Dapat juga digunakan untuk kaninus atas
(Gambar 2.6).
Gambar 2.6
Cengkeram S
(Gunadi, 1991:165)
c) Cengkeram panah
Berbentuk anak panah yang ditempatkan pada interdental gigi,
diperuntukkan bagi anak-anak dimana retensinya kurang. Itulah sebabnya
cengkeram ini dipakai untuk protesa sementara selama masa pertumbuhan
(Gambar 2.7).
15
Gambar 2.7
Cengkeram panah
(Gunadi, 1991:165)
2) Cengkeram kawat gingival
Cengkeram bar type clasp ini berasal dari basis gigi tiruan atau arah
gingival, diantaranya yaitu :
a) Cengkeram maecock
Pemakainya sama seperti cengkeram panah anker, dan biasa disebut
ball retainer clasp (Gambar 2.8).
Gambar 2.8
Cengkeram maecock
(Gunadi, 1991:166)
b) Cengkeram panah anker
Dikenal sebagai arrow ancor clasp, merupakan cengkeram interdental
atau proksimal. Tersedia juga dalam bentuk siap pakai disolder pada kerangka
atau ditanam dalam basis (Gambar 2.9).
Gambar 2.9
Cengkeram panah anker
(Gunadi, 1991:166)
16
c) Cengkeram C
Cengkeram ini seperti cengkeram setengah jackson dengan standar
(pangkal) ditanam pada basis (Gambar 2.10).
Gambar 2.10
Cengkeram C
(Gunadi, 1991:167)
b. Elemen gigi
Elemen gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan
yang menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi elemen gigi tiruan
merupakan tahap yang cukup sulit pada proses pembuatan protesa, kecuali
pada kasus dimana gigi asli masih ada yang dapat dijadikan panduan. Berikut
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen gigi tiruan :
(Gunadi, 1991)
1) Ukuran gigi
Ukuran panjang dan lebar gigi harus sesuai dengan gigi sebelahnya.
Ukuran gigi harus seimbang dengan ukuran wajah dan kepala terutama gigi
anterior.
2) Bentuk gigi
Bentuk gigi tiruan hendaknya dibuat harmonis dengan bentuk wajah.
Ada tiga bentuk dasar dari wajah yaitu, persegi, oval, dan segitiga. Selain
bentuk wajah pemilihan bentuk gigi dapat dilihat dari jenis kelamin pasien,
gigi bentuk segitiga dengan kontur membulat lebih cocok untuk wanita.
3) Warna gigi
Warna elemen gigi tiruan dicocokan dan dipilih dari suatu contoh
warna yaitu, shade guide. Biasanya warna disesuaikan dengan warna gigi yang
masih ada dan semakin lanjut usia pasien biasanya warna gigi akan semakin
tua.
17
c. Basis gigi tiruan
Basis gigi tiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar
yang sudah hilang dan berfungsi mendukung gigi tiruan. Fungsi basis gigi
tiruan adalah memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan,
mendukung gigi tiruan, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung,
gigi penyangga atau linggir sisa. Basis gigi tiruan juga dapat mengembalikan
kontur wajah penderita sehingga keliatan alamiah.
Secara garis besar basis gigi tiruan dibagi menjadi tiga macam bahan
basis yaitu, sebagai berikut :
1) Bahan basis akrilik
Kelebihan bahan basis akrilik yaitu warnanya harmonis dengan
jaringan sekitarnya sehingga memenuhi faktor estetik, dapat dilapis dan
dicekatkan kembali, relatif lebih ringan, teknik pembuatannya lebih mudah,
harganya murah. Kekurangan bahan basis akrilik yaitu penghantar panas yang
buruk, dimensinya tidak stabil pada waktu pembuatan, mudah abrasi pada saat
pembersihan maupun pemakaian, mudah berubah warna, sisa makanan mudah
melekat pada basis sehingga mudah berbau.
2) Bahan basis metal/kerangka logam
Kelebihan dari bahan basis metal/kerangka logam yaitu penghantar
panas yang baik, ketepatan dimensional lebih baik, permukaan licin, tidak
menyerap cairan mulut sehingga tidak mudah berbau. Kekurangan dari basis
bahan metal adalah tidak mungkin dilapis atau dicekatkan kembali, warna
basis tidak harmonis dengan warna jaringan sekitarnya, relatif lebih berat,
teknik pembuatannya lebih rumit dan mahal.
3) Bahan kombinasi metal-akrilik
Tujuan pemakaian basis kombinasi adalah memanfaatkan kelebihan
masing-masing bahan. Basis kombinasi ini berupa rangka dari metal yang
dilapisi bahan akrilik untuk tempat pelekatan elemen gigi tiruan dan yang
berkontak dengan mukosa mulut.
d. Macam-macam dukungan sadel
Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan gigi,
mukosa dan kombinasi, sedangkan untuk sadel berujung bebas dukungan
didapatkan dari mukosa. Dukungan terbaik untuk protesa diperoleh bila
memperhatikan faktor keadaan jaringan, panjang sadel dan keadaan rahang
18
yang akan dipasang gigi tiruan. Berikut macam-macam dukungan gigi tiruan
sebagian lepasan. (Gunadi, 1995)
1) Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi
Pada dukungan gigi, tekanan oklusal secara langsung disalurkan
kepada gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Basis bersama elemen
gigi berfungsi mencegah migrasi horizontal gigi tetangga dan migrasi vertikal
gigi antagonis (Gambar 2.11).
Gambar 2.11 Tooth-borne
(Watt & Macgregor, 1992)
2) Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan jaringan
Sebagai pendukung gigi tiruan, mukosa sebetulnya merupakan jaringan
yang kurang menguntungkan. Hanya rahang atas yang boleh mendukung gigi
tiruan, sebab palatum lebih luas dibanding rahang bawah. Selanjutnya protesa
dukungan jaringan hanya dibuat bila dukungan lain sudah tidak mungkin
diperoleh lagi (Gambar 2.12).
Gambar 2.12
Mucosa-borne
(Watt & Macgregor, 1992)
19
3) Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan kombinasi
Pada kasus berujung bebas, gigi tiruan mendapatkan dukungan
kombinasi antara jaringan dan gigi karena pada salah satu ujung sadel bebas.
Semua kasus semacam ini hendaknya diusahakan mendapatkan dukungan
kombinasi, oleh karena itu gigi penyangga yang masih ada perlu
dipertahankan selama mungkin (Gambar 2.13).
Gambar 2.13
Tooth & Mucosa-borne
(Watt & Macgregor, 1992)
3. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan sebagian lepasan
Pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan salah satu faktor yang
penting adalah retensi dan stabilisasi.
a. Retensi
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya-gaya yang
akan memindahkan protesa ke arah oklusal. Contoh gaya pemindah adalah
aktivitas otot-otot pada saat bicara, mastikasi, tertawa, menelan, batuk, bersin,
makanan lengket atau gravitasi untuk gigi tiruan atas (Gunadi, 1991:156).
Retensi dapat didefinisikan sebagai ketahanan gigi tiruan terhadap
pengangkatanya dari mulut. Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasang
gigi tiruan kuat–kuat didalam mulut, dan mencoba melepaskannya dengan
gaya yang tegak lurus dalam bidang oklusal (Watt, MacGregor, 1992:54).
b. Stabilisasi
Stabilisasi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tetap duduk, stabil
dan konstan pada posisinya ketika menerima tekanan dan pergerakan yang
disebabkan oleh gaya fungsional, baik horizontal maupun rotasi. Stabilisasi
dapat diperoleh dengan lengan cengkram kedua yang terletak pada sisi lain
dari elemen penyangga. Hal ini akan menjaga setiap gaya yang dibebankan
20
pada elemen oleh lengan retensi akan dinetralisir oleh gaya yang sama.
(Gunadi, 1991:157)
4. Prosedur pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
Dalam pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik teknisi laboratorium
teknik gigi harus mengetahui tahap-tahap yang harus dikerjakan dari awal
sampai akhir agar mendapatkan hasil protesa gigi tiruan yang baik sesuai
dengan yang diharapkan. Adapun tahap-tahap yang dikerjakan (Itjinginsih,
1991:33), yaitu :
a. Model kerja
Syarat model kerja yang baik adalah bersih dari nodul dan batas
anatomi terbentuk jelas. Tahap ini bertujuan agar pembuatan gigi tiruan sesuai
dengan yang diinginkan.
b. Penentuan dan pembuatan desain
Desain merupakan rencana awal yang berfungsi sebagai panduan
dalam proses pembuatan gigi tiruan. Desain dibuat dengan cara
menggambarkan model kerja dengan menggunakan pensil.
c. Penanaman model pada okludator
Okludator merupakan alat yang digunakan untuk meniru gerakan
oklusi sentris. Tujuan penanaman model pada okludator ini untuk membantu
dalam proses penyusunan elemen gigi tiruan.
d. Pembuatan cengkram
Cengkram mengelilingi gigi serta menyentuh sebagian besar kontur
gigi. Cengkeram harus didesain berdasarkan retensi, dukungan dan stabilisasi.
e. Penyusunan elemen gigi tiruan
Penyusunan gigi tiruan merupakan salah satu yang penting, hal ini
disebabkan oleh hubungan diantara gigi-gigi tersebut dengan faktor gigi yang
masih ada. Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu gigi anterior atas,
gigi anterior bawah, posterior atas, molar satu bawah dan posterior bawah
lainnya.
f. Wax counturing
Wax counturing yaitu membentuk pola malam gigi tiruan menyerupai
anatomi gigi/jaringan. Kontur permukaan luar gigi dibentuk sesuai dengan
bentuk anatomis gigi dan jaringan lunak mulut.
21
g. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model malam dalam suatu kuvet
untuk mendapatkan mould space. Metode flasking dalam pembuatan gigi
tiruan dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Pulling the casting : setelah boiling out, model kerja tetap
berada pada kuvet bagian bawah dan elemen gigi tiruan akan
ikut pada kuvet bagian atas.
2) Holding the casting : model gigi tiruan berada dikuvet bagian
bawah dan seluruh elemen gigi tiruan ditutup dengan gips,
sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti ruang kecil.
h. Boiling out
Boiling out bertujuan untuk menghilangkan wax dari model yang telah
ditanam dikuvet untuk mendapatkan mould space. Proses boiling out dengan
cara memasukan kuvet ke dalam air mendidih kurang lebih 10-15 menit, lalu
kuvet dibuka dan disiram ke model malam yang telah ditanam lalu dibersihkan
sampai tidak ada malam yang tersisa.
i. Packing
Packing adalah proses pencampuran antara monomer dan polimer resin
akrilik, kemudian dimasukan kedalam mould space yang terdapat pada kuvet.
Ada dua metode packing, yaitu Dry method dan Wet method dimana pada
kasus gtsl biasa digunakan teknik Wet method. Wet method merupakan cara
mencampur monomer dan polimer diluar mold dan bila sudah mencapai
stadium dought stage baru dimasukan ke dalam mold.
j. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi
dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lain. Pada proses
curing terdapat dua cara polimerisasi yaitu secara thermis yang disebut heat
curing dan secara khemis (zat kimia sudah ditambahkan dalam monomer)
yang disebut cold/self curing.
k. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan protesa gigi tiruan resin akrilik
dari kuvet dan bahan tanamnya. Proses ini dilakukan dengan cara memotong-
motong gips sehingga model dikeluarkan secara utuh.
22
l. Finishing
Finishing adalah proses membersihkan sisa-sisa bahan tanam dan
membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan. Hal ini bertujuan
untuk menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan sesuai dengan bentuk yang
diinginkan.
m. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan gigi tiruan yang bertujuan untuk
menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa mengubah konturnya.
Untuk resin akrilik, semua guratan dan daerah kasar harus dibuang
menggunakan serangkaian alat-alat abrasif seperti feldcone dan white brush
untuk menghasilkan permukaan gigi tiruan yang licin dan mengkilap. Untuk
permukaan landasan yang menghadap jaringan tidak boleh dipoles.