15
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny et al pada tahun 2016 melakukan penelitian yang berjudul Antioxidant Activities of Arabica Green Coffee from Three Regions Using ABTS and DPPH Assays” dan dari hasil penelitiannya diketahui bahwa nilai IC 50 ekstrak biji kopi hijau arabika adalah 0,7 134,56 ppm yang merupakan antioksidan kuat hingga sedang. Penelitian tersebut tidak dibuat sediaan. Izzati, M.K pada tahun 2014 melakukan penelitian dengan judul Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ”. Penelitian tersebut menggunakan ekstrak kulit buah manggis sedangkan penelitian kali ini digunakan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika. Mutiara, et al pada tahun 2015 meneliti tentang Uji Aktivitas Antioksidan Ekastrak Kulit Batang Kayu Manis ( Cinnamomum burmani Ness ex BI. ) dan Formulasinya dalam Bentuk Sediaan Masker Gel Peel-Off”. Penelitian tersebut menggunakan ekstrak kulit batang kayu manis sedangkan penelitian kali ini digunakan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika. B. Landasan Teori 1. Tanaman Kopi Arabika a. Klasifikasi Gambar 2.1. Coffea arabica L. Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Fidrianny et al pada tahun 2016 melakukan penelitian yang berjudul

“Antioxidant Activities of Arabica Green Coffee from Three Regions Using

ABTS and DPPH Assays” dan dari hasil penelitiannya diketahui bahwa nilai

IC50 ekstrak biji kopi hijau arabika adalah 0,7 – 134,56 ppm yang merupakan

antioksidan kuat hingga sedang. Penelitian tersebut tidak dibuat sediaan.

Izzati, M.K pada tahun 2014 melakukan penelitian dengan judul

“Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off

Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis”. Penelitian tersebut menggunakan

ekstrak kulit buah manggis sedangkan penelitian kali ini digunakan ekstrak

etanol biji kopi hijau arabika.

Mutiara, et al pada tahun 2015 meneliti tentang “Uji Aktivitas

Antioksidan Ekastrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmani Ness

ex BI. ) dan Formulasinya dalam Bentuk Sediaan Masker Gel Peel-Off”.

Penelitian tersebut menggunakan ekstrak kulit batang kayu manis sedangkan

penelitian kali ini digunakan ekstrak etanol biji kopi hijau arabika.

B. Landasan Teori

1. Tanaman Kopi Arabika

a. Klasifikasi

Gambar 2.1. Coffea arabica L.

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

5

Klasifikasi kopi arabika secara taksonomi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Trachebionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Species : Coffea arabica L.

(Rahardjo, 2012)

b. Karakteristik tumbuhan kopi arabika

Kopi Arabika termasuk ke dalam genus Coffea dengan famili

Rubiaceae (suku kopi – kopian). Tanaman kopi Arabika merupakan

jenis tanaman berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang.

Pada akar tunggang, ada beberapa akar kecil yang tumbuh ke samping

(melebar) yang sering disebut akar lateral. Pada akar lateral ini

terdapat akar rambut, bulu – bulu akar, dan tudung akar (Panggabean,

2011).

Kopi Arabika merupakan tanaman berbentuk semak tegak atau

pohon kecil yang memiliki tinggi 5 - 6 m dan memiliki diameter 7 cm

saat tingginya setinggi dada orang dewasa. Kopi Arabika memiliki dua

jenis cabang, yaitu orthogeotropic yang tumbuh secara vertikal dan

plagiogeotropic cabang yang memiliki sudut orientasi yang berbeda

dalam kaitannya dengan batang utama. Selain itu, kopi Arabika

memiliki warna kulit abu - abu, tipis, dan menjadi pecah - pecah dan

kasar ketika tua, (Hiwot, 2011).

Daun kopi Arabika berwarna hijau gelap dan dengan lapisan

lilin mengkilap. Daun ini memiliki panjang empat hingga enam inci

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

6

dan juga berbentuk oval atau lonjong. Menurut Hiwot (2011), daun

kopi Arabika juga merupakan daun sederhana dengan tangkai yang

pendek dengan masa pakai daun kopi Arabika adalah kurang dari satu

tahun. Pohon kopi Arabika memiliki susunan daun bilateral, yang

berarti bahwa dua daun tumbuh dari batang berlawanan satu sama lain

(Roche dan Robert, 2007).

Bunga kopi Arabika memiliki mahkota yang berukuran kecil,

kelopak bunga berwarna hijau, dan pangkalnya menutupi bakal buah

yang mengandung dua bakal biji. Benang sari pada bunga ini terdiri

dari 5 – 7 tangkai yang berukuran pendek. Kopi Arabika umumnya

akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula – mula bunga

ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau

cabang reproduksi. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari

ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari

kuncup – kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya

menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi

bunga secara serempak dan bergerombol (Budiman, 2012).

Buah tanaman kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging

buah terdiri atas tiga lapisan, yaitu kulit luar (eksokarp), lapisan daging

(mesokarp) dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tapi keras.

Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang –

kadang hanya mengandung satu butir atau bahkan tidak berbiji

(hampa) sama sekali (Budiman, 2012). Biji kopi terdiri atas kulit biji

dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan

bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kopi

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

2. Kandungan Kimia

Kopi jenis arabika memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.Menurut

(Nicoli et al., (1997); Del et al., (2002); dan Nebesny (2003)) salah

satunya pada biji kopi hijau arabika, banyak senyawa yang terkandung

dalam biji kopi hijau arabika yang berperan sebagai antioksidan

diantaranya adalah asam clorogenik, asam ferulat, asam kafeat, asam

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

7

n-kumarat, kafein, trigonelina, dan antioksidan volatil berupa furan

dan pirol (Alexander et al, 2013). Polifenol merupakan senyawa kimia

yang bekerja sebagai antioksidan kuat di dalam kopi (Almada 2009,

dan Lelyana 2008).Kadar polifenol pada biji kopi arabika bervariasi

antara 6 - 7 %, sedangkan pada robusta sekitar 10 % (Septianus, 2011).

3. Radikal Bebas

Radikal bebas (Bahasa Latin: radicalis) adalah atom atau

molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada

orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and Thompson,

2000). Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas

akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh

pasangan elektron dan reaksi ini akan berlangsung terus menerus

dalam tubuh (Kikuzaki et al, 2002). Radikal bebas sangat reaktif dan

mempunyai waktu paruh yang sangat pendek, yang jika tidak

diinaktivasi, reaktivitasnya dapat merusak seluruh tipe makromolekul

seluler, termasuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat (Marks

et al, 2000).

Mekanisme terbentuknya radikal bebas dapat dimulai oleh

banyak hal, baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Reaksi

selanjutnya adalah peroksidasi lipid membran dan sitosol yang

mengakibatkan terjadinya serangkaian reduksi asam lemak sehingga

terjadi kerusakan membran dan organel sel. Peroksidasi (otooksidasi)

lipid bertanggung jawab tidak hanya pada kerusakan makanan, tapi

juga menyebabkan kerusakan jaringan in vivo karena dapat

menyebabkan kanker, penyakit inflamasi, aterosklerosis, dan penuaan.

Efek merusak tersebut akibat produksi radikal bebas (ROO•, RO•,

OH•) pada proses pembentukan peroksida dari asam lemak.

Peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang memberikan pasokan

radikal bebas secara terus-menerus yang menginisiasi peroksidasi lebih

lanjut. Proses pembentukan radikal bebas tersebut secara keseluruhan

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

8

dapat digambarkan sebagai berikut (Marks et al, 2000):

a. Inisiasi

ROOH + logam (n) ROO• + Logam(n-1) + H+

X• + RH R• + XH

b. Propagasi

R• + O2 ROO•

ROO• + RH ROOH + R•

c. Terminasi

ROO• + ROO• ROOR + O2

ROO• + R• ROOR

R• + R• RR

Radikal bebas sering disamakan dengan oksidan karena

memiliki sifat yang mirip dan dapat menyebabkan kerusakan yang

sama walaupun prosesnya berbeda (Halliwel, 1999). Efek radikal

bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang dibentuk

oleh tubuh sendiri dan suplemen luar melalui makanan, minuman atau

obat-obatan, seperti karotenoid, vitamin C, E dan lain-lain

(Qomariyatus et al, 2008).

4. Antioksidan

Antioksidan merupakan substansi yang mampu menetralkan

radikal bebas dengan cara mengorbankan dirinya agar teroksidasi.

Antioksidan berperan dalam mencegah kerusakan yang ditimbulkan

oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak.

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi

kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat

terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat

menimbulkan stress oksidatif (Muray et al, 2003).

a. Penggolongan antioksidan

Antioksidan digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Antioksidan primer

Antioksidan primer berfungsi mencegah terbentuknya

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

9

radikal bebas yang baru dengan mengubah radikal bebas yang

ada menjadi molekul yang berkurang efek negatifnya sebelum

sempat bereaksi. Contoh dari antioksidan primer yaitu enzim

superperoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPx)

dan katalase. Kerjanya sangat dipengaruhi oleh mineral-

mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium.

2) Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi

kerusakan yang lebih besar, contoknya adalah asam askorbat

dan alfa tokoferol.

3) Antioksidan tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang

memperbaiki sel-sel dan jaringan-jaringan yang rusak karena

serangan radikal bebas (Sidik, 1997).

b. Mekanisme antioksidan

Mekanisme reaksi antioksidan yang paling penting adalah

reaksi antara antioksidan dengan radikal bebas. Biasanya

antioksidan bereaksi dengan radikal bebas peroksil atau hidroksil

yang terbentuk dari hidroperoksida yang berasal dari lipid.

Senyawa antioksidan lain dapat menstabilkan hidroperoksida

dengan menghambat peruraian hidroperoksida menjadi radikal

bebas. Peruraian hidroperoksida dapat dikatalisis oleh logam berat

akibatnya senyawa-senyawa yang dapat mengkelat logam juga

termasuk antioksidan. Beberapa senyawa disebut sebagai sinergis

karena senyawa tersebut dengan sendirinya tidak mempunyai

aktivitas antioksidan akan tetapi senyawa tersebut dapat

meningkatkan aktivitas antioksidan senyawa lain. Kelompok lain

adalah senyawa-senyawa yang mampu menguraikan

hidroperoksida melalui jalur non radikal sehingga senyawa ini

dapat mengurangi kandungan radikal bebas (Pokorny et al, 2001).

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

10

5. Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)

Gambar 2.2. Rumus bangun DPPH (Molyneux, 2004)

DPPH biasanya digunakan sebagai substrat untuk menguji

aktivitas antioksidan beberapa senyawa antioksidan (Kumaran &

Karunakaran, 2006). DPPH merupakan senyawa berwarna ungu yang

merupakan suatu radikal stabil. Metode DPPH adalah sebuah metode

yang sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan

antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode DPPH dapat

digunakan untuk sampel yang padat dan juga dalam bentuk larutan.

Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH memberikan

serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm yang berwarna

ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila

elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang

disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan

reaksi kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).

Gambar 2.3. Struktur DPPH sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) menerima

atom H (Molyneux, 2004)

6. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan

pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung berbagai

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

11

senyaawa aktif yang dapat larut dan senyawa aktif yang tidak dapat

larut seperti serat, karbohdrat, protein dan lain-lain (DitJen POM,

2000). Menurut Harbone (1987), prinsip ekstraksi adalah melarutkan

senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam

pelarut non-polar.

a. Metode ekstraksi

Beberapa metode yang digunakan dalam ekstraksi antara lain

(DitJen POM, 2000):

1) Cara dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan

di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar (DitJen POM,

2000).

b) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan

cara maserasi karena:

(1) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian

larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya

lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan

konsentrasi.

(2) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk

saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

12

saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup

untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

meningkatkan perbedaan konsentrasi (DitJen POM,

2000).

2) Cara panas

a) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat

khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut

relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DitJen POM,

2000).

b) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DitJen

POM, 2000).

c) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50

oC (DitJen POM, 2000).

d) Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya

dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam

air dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90

oC selama 15 menit (DitJen POM, 2000).

e) Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-

100 oC (DitJen POM, 2000).

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

13

7. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh

suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan

analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektroskopi ultraviolet UV-Vis

berarti spektrofotometri yang bekerja pada panjang gelombang

ultraviolet dan visible. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet

antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar

tampak/visible antara 400-750 nm (Rohman, 2007).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah dimana

sinar/cahaya dilewatkan melewati sebuah wadah (kuvet) yang berisi

larutan, dimana akan menghasilkan spektrum. Alat ini menggunakan

hukum Lambert Beer sebagai acuan (Ewing, 1975).

Shutter

Gambar 2.4. Skema alat spektrofotometer UV-Vis (Harvey, 2000)

Fungsi masing-masing bagian :

a. Lampu wolfram dan lampu deuterium berfungsi sebagai sumber

sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang

gelombang. Lampu wolfram merupakan sumber energi untuk

mengukur sampel pada daerah sinar tampak (350-2200 nm),

sedangkan lampu deuterium digunakan untuk mengukur sampel

pada daerah UV (190-380 nm).

b. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang

yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar

polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Monokromator

disebut juga sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. Dengan

adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan

panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel.

Source Monokromator Sample Detector Signal

proscessor

Blank

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

14

c. Kuvet berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. Kuvet biasanya

terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang

terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini

disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV

sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar

tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan

lebar 1 cm.

d. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel

dan mengubahnya menjadi arus listrik.

e. Read out (recorder) merupakan suatu sistem baca yang menangkap

besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor (Yahya, 2013)

Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas

antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004).

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban

dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan

transmitan. Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = ε.b.c

dimana : A = absorban

ε = absorptivitas molar

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa syarat, yaitu

(Arsyad, 2013):

1) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

2) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai

penampang yang sama

3) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung

terhadap yang lain dalam larutan tersebut

4) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi

5) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

15

8. Kosmetik

Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun

2015 tentang persyaratan teknis kosmetika, yang dimaksud kosmetika

adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ

genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama

untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau

memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik.

a. Penggolongan kosmetik

Penggolongan kosmetik berdasarkan Keputusan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor:

HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik, berdasarkan

bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk

kosmetik dibagi 2 (dua) golongan, yaitu :

1) Kosmetik golongan I adalah :

a) Kosmetik yang digunakan untuk bayi;

b) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan

mukosa lainnya;

c) Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar

dan penandaan;

d) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum

lazim serta belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

2) Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk

golongan I

b. Kategori Kosmetik

Berdasarkan fungsi, kosmetik terdiri dari 13 (tiga belas) kategori,

yaitu (BPOM, 2003):

1) Sediaan bayi;

2) Sediaan mandi;

3) Sediaan kebersihan badan;

4) Sediaan cukur;

5) Sediaan wangi-wangian;

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

16

6) Sediaan rambut;

7) Sediaan pewarna rambut;

8) Sediaan rias mata;

9) Sediaan rias wajah;

10) Sediaan perawatan kulit;

11) Sediaan mandi surya dan tabir surya;

12) Sediaan kuku;

13) Sediaan hygiene mulut.

9. Masker Gel Peel-off

Masker gel peel-off merupakan masker yang memiliki bahan

pembawa berupa gel yang biasanya dioleskan ke kulit wajah. Masker

gel peel-off mengandung alkohol yang setelah menguap, terbentuk

lapisan film yang tipis dan transparan pada kulit wajah. Setelah

berkontak selama 15-30 menit, lapisan tersebut diangkat dari

permukaan kulit dengan cara dikelupas (Slavtcheff, 2000). Masker

peel-off memiliki beberapa manfaat di antaranya mampu merilekskan

otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan

melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009).

1) Formulasi masker gel peel-off

a) Polivinil alkohol (PVA)

Polivinil alkohol merupakan suatu material yang

dibuat melalui proses alkoholisis dari polivinil asetat (PVAc).

Polivinil alkohol memiliki sifat tidak berwarna, padatan

termoplastik yang tidak larut pada sebagian besar pelarut

organik dan minyak, tetapi larut dalam air bila jumlah dari

gugus hidroksil dari polimer tersebut cukup tinggi (Harper &

Petrie 2003). Berbeda dari senyawa polimer pada umumnya

yang diproduksi melalui reaksi polimerisasi, polivinil alkohol

diproduksi secara komersial melalui hidrolisis polivinil asetat

dengan alkohol karena monomer dari vinil alkohol tidak dapat

dipolimerisasi secara alami menjadi PVA (Kirk & Othmer,

1982). Secara komersial, polivinil alkohol adalah plastik yang

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

17

paling penting dalam pembuatan film yang dapat larut dalam

air. Hal ini ditandai dengan kemampuannya dalam

pembentukan film, pengemulsi, dan sifat adesifnya. Polivinil

alkohol memiliki kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas yang

baik, dan sifat penghalang oksigen yang baik (Ogur, 2005).

b) HPMC

Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) secara luas

digunakan sebagai eksipien dalam formulasi dalam sediaan

topikal dan oral. Dibandingkan metilsellulosa, HPMC

menghasilkan cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan

sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan agen penstabil

didalam sediaan gel. Pemerianya adalah serbuk hablur putih,

tidak berasa, tidak berbau, larut dalam air dingin, dan

membentuk koloid yang melekat. Tidak larut dalam kloroform,

etanol 95%, eter tetapi dapat larut dalam diklorometana.

Berfungsi sebagai suspending agent (Rowe et al, 2009).

HPMC mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas

banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi

lainnya (Anonim, 2006; Rowe et al., 2005).

c) Propilen glikol

Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet antibakeri,

disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer untuk

vitamin dan water-miscible cosolvent (Rowe et al, 2005).

Propilen glikol dapat menahan lembab, memungkinkan

kelembutan dan daya sebar yang tinggi dari sediaan, dan

melindungi gel dari kemungkinan pengeringan (Voigt, 1984).

Propilen glikol stabil secara kimia bila dikombinasikan dengan

etanol, gliserin, atau air.

d) Gliserin

Gliserin (CAS No 56-81-5) adalah alkohol polihidrat

dengan rumus molekul C3H8O3. Gliserin (juga disebut sebagai

gliserol dalam literatur) adalah senyawa poliol sederhana yang

memiliki tiga gugus hidroksil. Gliserin secara alami terjadi

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/5143/3/ATIA ASKARIMA....BAB II.pdf · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . A. Hasil Penelitian Terdahulu Fidrianny

18

dalam semua hewan dan materi tanaman dalam bentuk

gabungan sebagai gliserida dalam lemak dan ruang intraseluler.

Gliserin alam diperoleh sebagai hasil sampingan dalam

konversi lemak dan minyak menjadi asam lemak atau lemak

metil asam esters sedangkan gliserin sintetis mengacu pada

materi yang diperoleh dari sumber-sumber non-trigliserida.

Gliserin berfungsi sebagai humektan (Chirman et al, 2014).

e) Akuades

Aqua destilata (Aquadest) atau air murni adalah air yang

dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan

menggunakan penukar ion, osmotik balik, atau proses lain yang

sesuai. Aquadest merupakan air murni yang tidak mengandung

zat tambahan lain (Anonim, 1995). Fungsi dari aquadest adalah

sebagai pelarut.

C. Kerangka konssep

Pembuatan ekstrak etanol 70% biji kopi hijau arabika

Uji aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH

Formulasi sediaan masker gel peel-off

Evaluasi sifat fisik dan uji aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH

Masker gel peel-off yang memiliki sifat fisik dan aktivitas penangkapan radikal

bebas terhadap DPPH yang paling baik

Gambar 2.5, Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pada konsentrasi tertentu ekstrak kopi biji

kopi hijau arabika dapat memberikan aktivitas penangkapan radikal bebas

terhadap DPPH yang tinggi.

Formulasi Sediaan Masker…… Atia Askarima, Fakultas Farmasi, UMP 2017