Upload
dangphuc
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel II.1 Matriks Hasil Penelitian Terdauhulu
No
Judul dan
Tahun
Penelitian
Nama
Peneliti
Variabel
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5 6
1. Pengelolaan
Limbah
Bahan Berbahaya
Beracun di
PT Bayer Indonesia-
Bayer
Cropscience Surabaya
(2011)
Endah
Yuliani, Ipop
Sjarifah dan Lusi
Ismayenti
Variabel
penelitian :
pengelolaan limbah B3
Deskriptif Pengelolaan limbah B3 pada
perusahaan PT Bayer
Indonesia Bayer Crop Science meliputi : reduksi,
pewadahan atau
pengumpulan, penyimpanan sementara, pengemasan,
pelabelan bahan dan simbol,
pengangkutan intern, pemanfaatan, sedangkan
untuk pengolahan dan
pemusnahan dilakukan oleh
pihak ke-3 telah sesuai dengan Peraturan pemerintah
No. 85 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun akan tetapi terdapat
ketidaksesuaian dengan
Kep.01/BAPEDDAL/09/1999 yaitu mengenai pemberian
simbol dan label yang jelas
dalam kemasan B3.
2. Kegiatan Pengelolaan
Bahan
Berbahaya dan Beracun
Ditinjau Dari
Aspek
Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja di PT. Pupuk
Yuliana Zahra, Rico
Januar
Sitorus dan Hamzah
Hasyim
Pengelolaan B3 Deskriptif dengan
pendekatan
kualitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya keselamatan
dan kesehatan kerja dalam
kegiatan pengelolaan B3 di PT. Pusri masih memerlukan
perbaikan. Sulitnya
melengkapi lembar data
keselamatan bahan yang dipesan, belum memadainya
sistem tanggap darurat
gudang penyimpanan, belum dilengkapinya beberapa
sarana keselamatan bagi
petugas pengangkut, masih
adanya pekerja yang belum
8
No
Judul dan
Tahun
Penelitian
Nama
Peneliti
Variabel
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5 6
Sriwidjaja
Palembang
(2011)
menggunakan alat pelindung
diri dan masih adanya
beberapa kemasan limbah B3 yang belum memiliki simbol.
3. Keamanan
Bahan Kimia
Berbahaya Pada
Karyawan
Percetakan Kota
Makassar
(2013)
Masita
Rahmatullah,
M.Furqan Naiem dan
Masyitha
Muis
Variabel
penelitian
meliputi : pengetahuan
penanganan,
pengetahuan penyimpanan,
tindakan
penanganan dan
tindakan penyimpanan.
Deskriptif
Survei
Hasil penelitian yang
dilakukan di industri
percetakan Kota Makassar tahun 2013
dapat disimpulkan bahwa :
tindakan penyimpanan responden tertinggi terdapat
pada kategori positif
sebanyak 107 orang (73,3%)
dan pada kategori negatif sebanyak 39 orang (26,7%).
Karyawan dengan
pengetahuan penanganan bahan kimia responden pada
kelompok pengetahuan
sedang yaitu sebanyak yaitu 60 orang (41,1%). Karyawan
dengan pengetahuan
penyimpanan bahan kimia
terbesar terdapat pada tingkat pengetahuan sedang sebanyak
95 orang (65,1%). Karyawan
dengan tindakan responden tertinggi pada penanganan
bahan kimia terdapat pada
kategori postif sebanyak 65 orang (44,5%). Karyawan
dengan tindakan responden
tertinggi pada penyimpanan
bahan kimia terdapat pada kategori positif sebanyak 107
orang (73,3%).
4. Pengelolaan dan
Karakterisasi
Limbah B3
Niken Hayudanti
Anggarini,
Megi
dan
Pengelompokkan dan
penyimpanan
limbah B3
Telah dilakukan pengelompokan dan
penyimpanan limbah B3
berdasarkan sifat fisik, kimia
dan berdasarkan potensi bahaya untuk tujuan
keamanan dan keselamatan di
Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 pada
tahun 2014.
9
No
Judul dan
Tahun
Penelitian
Nama
Peneliti
Variabel
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Hasil Penelitian
1 2 3 4 5 6
di PAIR
(Pusat
Aplikasi Isotop dan
Radiasi)
Berdasarkan Potensi
Bahaya
(2014)
berdasarkan sifat
fisik, dan kimia
dan berdasarkan potensi bahaya
Dari hasil pendataan limbah
B3 yang paling dominan
adalah limbah cair organik mencapai 61% kemudian
diikuti limbah cair anorganik
33% sedangkan sisanya sebesar 6% merupakan
limbah padat organik dan
limbah padat anorganik. Jika
dilihat dari potensi bahayanya, limbah cair yang
mudah terbakar mempunyai
persentase volume paling besar yaitu 47% dan diikuti
limbah cair korosif sebesar
26%, sedangkan limbah cair
yang belum teridentifikasi jumlahnya cukup besar, yaitu
9%. Dengan melihat dari
potensi bahaya tertinggi, Gudang Penyimpanan
Limbah B3 di Bidang KKL
diharuskan memiliki sirkulasi udara yang baik dan rak
penyimpanan limbah yang
terhindar dari panas matahari
langsung. 5. Studi
Tentang
Pengelolaan B3 di PT
Indopherin
Jaya
Probolinggo (2018)
Miflathul
Jannah
Pengelolaan B3 Deskriptif
-
10
B. Telaah Pustaka Yang Sesuai
1. Industri Kimia
a. Definisi Industri Kimia
Industri kimia merujuk pada suatu industri yang terlibat dalam
produksi zat kimia. Industri ini mencakup petrokimia, agrokimia,
farmasi, polimer, cat, dan oleokimia. Industri ini menggunakan proses
kimia, termasuk reaksi kimia untuk membentuk zat baru, pemisahan
berdasarkan sifat seperti kelarutan atau muatan ion, distilasi, transformasi
oleh panas, serta metode-metode lain.
Industri kimia terlibat dalam pemrosesan bahan mentah yang
diperoleh melalui penambangan, pertanian, dan sumber-sumber lain,
menjadi material, zat kimia, serta senyawa kimia yang dapat berupa
produk akhir atau produk antara yang akan digunakan di industri lain.
b. Industri Proses Kimia
Industri proses kimia adalah industri yang mengolah bahan baku atau
bahan mentah menjadi suatu hasil atau produk dengan memanfaatkan
proses-proses kimia. Proses-proses kimia yang dilakukan dalam industri
proses kimia adalah reaksi kimia dan peristiwa kimia fisik.
Peristiwa kimia fisik antara lain :
1) Pencampuran molekuler bahan-bahan dengan rumus dan struktur
molekul yang berlainan.
2) Pengubahan fase, antara lain : penguapan, pengembunan,
pengkristalan.
3) Pemisahan campuran menjadi zat-zat penyusunnya yang lebih murni.
Yang termasuk ke dalam industri proses kimia adalah :
1) Industri kimia dasar : yaitu industri proses kimia yang menghasilkan
produk zat kimia dasar, seperti asam sulfat (H2SO4) dan ammonia
(NH3).
2) Industri pengolahan minyak bumi atau petroleum refinery : pada
industri ini biasanya dihasilkan komponen-komponen bahan bakar
minyak (BBM), seperti : bensin, kerosene, bahan bakar penerbangan,
11
solar, minyak diesel. Di samping itu dihasilkan juga produk-produk
selain komponen bahan bakar minyak (non BBM), seperti, pelumas,
wax, aspal, solvent maupun produk petrokimia.
3) Industri petrokimia : yaitu industri yang mengolah zat atau bahan
yang berasal dari fraksi minyak bumi, seperti : etilen (C2H4) dan
propilen (C3H6).
4) Industri pengolahan logam.
5) Industri oleokimia : yaitu industri yang mengolah zat atau bahan
yang berasal dari fraksi minyak atau lemak nabati atau hewani,
seperti pabrik CPO (Crude Palm Oil).
6) Industri agrokimia : yaitu industri yang memproduksi aneka pupuk
dan bahan kimia untuk budidaya pertanian, seperti pestisida, urea,
ammonium sulfat.
7) Industri makanan dan minuman, seperti : susu, gula, garam.
8) Industri bahan pewarna dan pencelup.
9) Industri bahan peledak.
10) Industri pulp dan kertas.
11) Industri semen dan keramik.
12) Industri karet, kulit dan plastik.
2. Bahan Kimia Berbahaya dan Bahan Berbahaya Beracun
a. Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Bahan Berbahaya Beracun
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal
atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau
toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan
(Kepmenaker No. 187 Tahun 1999).
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
12
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya (PP No.74 Tahun 2001).
Definisi lain dari B3 adalah bahan buangan bentuk (padat, cair dan
gas) yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun dari proses
pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya
dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat korosif,
ekplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif
dan bersifat karsinogenik maupun mutagenik terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan.
b. Kriteria bahan kimia berbahaya
Kriteria bahan kimia berbahaya meliputi :
1) Bahan beracun
2) Sangat beracun
3) Cairan mudah terbakar
4) Cairan sangat mudah terbakar
5) Gas mudah terbakar
6) Bahan mudah meledak
7) Bahan reaktif
8) Bahan oksidator
c. Klasifikasi bahan berbahaya dan beracun
Menurut PP No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Mudah meledak (explosive)
2) Pengoksidasi (oxidizing)
3) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4) Sangat mudah menyala (highly flammable)
5) Mudah menyala (flammable)
6) Amat sangat beracun (extremely toxic)
7) Sangat beracun (highly toxic)
8) Beracun (moderately toxic)
9) Berbahaya (harmful)
13
10) Korosif (corrosive)
11) Bersifat iritasi (irritant)
12) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
13) Karsinogenik (carcinogenic)
14) Teratogenik (teratogenic)
15) Mutagenik (mutagenic)
d. Sifat-sifat Bahan Kimia Berbahaya
1) Bahaya Kesehatan :
a) Bahaya terhadap kesehatan dinyatakan dalam bahaya jangka
pendek (akut) dan jangka panjang (kronis).
b) NAB (Nilai Ambang Batas) diberikan dalam satuan mg/m3 atau
ppm.
c) NAB adalah konsentrasi pencemaran dalam udara yang boleh
dihirup seseorang yang bekerja selama 8 jam/hari selama 5 hari.
Beberapa data berkaitan dengan bahaya kesehatan juga diberikan,
yakni :
(a) LD50 (lethal doses) : dosis yang berakibat fatal terhadap 50
persen binatang percobaan mati.
(b) LC50 (lethal concentration) : konsentrasi yang berakibat fatal
terhadap 50 persen binatang percobaan.
(c) IDLH (immediately dangerous to life and health) : pemaparan
yang berbahaya terhadap kehidupan dan kesehatan.
2) Bahaya Kebakaran :
Kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar
atau membakar bahan lain. Kemudahan zat terbakar ditentukan oleh :
a) Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
b) Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang
dapat dinyalakan. Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat
dibakar disebut LFL (low flammable limit) dan konsentrasi
tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper
14
flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain
ditentukan oleh kekuatan oksidasinya.
c) Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
3) Bahaya Reaktivitas
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi
dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik sehingga
eksplosif. Atau reaktivitasnya terhadap gas lain menghasilkan gas
beracun.
3. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. Dalam
hal ini, pengaturan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau
mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manusia dan makhluk hidup lainnya (PP No 74 tahun 2001).
Pengelolaan bahan berbahaya beracun meliputi :
a. Pengadaan B3
1) Setiap pembelian atau pengadaan bahan kimia (bahan kimia pabrik)
harus dicantumkan dengan jelas di dalam lembar PP atau PO tentang
kelengkapan informasi bahan berupa :
a) Labeling
b) Informasi dampak bahaya
c) Informasi P3K , APD, dan penaganan darurat.
2) Spesifikasi mutu kemasan atau wadah harus tertulis dengan jelas
dalam lembaran PP atau PO dengan memperhatikan keamanan,
ketahanan, efektifitas dan efisiensi. Khusus dalam hal drum (plastik
atau besi), botol atau bejana bertekanan, harus dicantumkan warna
yang disesuaikan dengan jenis atau golongan gas.
3) Setiap wadah bahan kimia harus dilengkapi dengan tanda resiko
bahaya serta tindakan pencegahan dan penanggulangannya. Pengguna
yang mengajukan pembelian bahan kimia berkewajiban melengkapi
15
syarat-syarat K3. Bila spesifikasi dan syarat K3 yang dimaksud sudah
cukup lengkap dan memenuhi standart K3, maka pengajuan
pembelian dapat diproses dan direalisasikan pengadaannya.
4) Penerimaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Untuk memastikan penerimaan bahan kimia yang tepat, dapat
dilakukan dengan cara :
a) Melatih pegawai ruang penerimaan, tempat bongkar muat, dan tata
usaha untuk mengenali bahaya yang mungkin terkait dengan bahan
kimia khususnya B3 yang datang ke fasilitas. Mereka perlu tahu
apa yang harus dilakukan jika terjadi masalah, seperti kemasan
bocor atau terjadi tumpahan.
b) Melengkapi ruang penerimaan dengan peralatan yang sesuai untuk
bahan kimia. Ini meliputi rantai yang menahan silinder dan kereta
yang dirancang untuk memindah berbagai jenis kemasan bahan
kimia dengan selamat. Menyiapkan rak, meja, atau area terkunci
untuk kemasan untuk menghindari kerusakan akibat kendaraan
ruang penerimaan..
c) Jika pegawai pengiriman luar tidak menangani bahan sesuai standar
fasilitas penerimaan, segera perbaiki atau cari pengangkut atau
pemasok lain.
d) Nilai ambang batas (NAB ) bahan kimia ditetapkan sebagai
berikut:
1) Bahan kimia kriteria beracun : 10 ton
2) Bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton
3) Bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton
4) Bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton
5) Bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton
6) Bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton
7) Bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton
8) Bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton
16
b. Pengangkutan B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun, pengangkutan B3 adalah
kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain dengan sarana
angkutan. Tata cara pengangkutan B3 meliputi:
1) Sebelum melaksanakan pekerjaaan pengangkutan bahan kimia
khususnya B3, pengawas atau atasan berkewajiban menyampaikan
informasi K3 serta resiko bahaya yang ada pada setiap pekerja.
2) Hanya pekerja yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawab serta
adanya rekomendasi dari atasannya dibenarkan menangani pekerjaan
pengangkutan bahan berbahaya dan beracun.
3) Upaya preventif, pencegahan harus tetap dilakukan secara teratur
berupa pemeriksaan kelayakan peralatan kerja, kondisi muatan dan
kondisi fisik pekerja sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.
4) Menaikkan dan menurunkan bahan berbahaya dan beracun harus
dilakukan dengan hati-hati, jika perlu buatkan bantalan karet atau
kayu.
5) Perlengkapan K3 (APD, APAR, P3K) harus tersedia dalam kondisi
siap pakai di lokasi kerja.
6) Kapasitas angkut alat angkut dan angkutan tidak diperbolehkan
melebihi kapasitas yang ada dan tidak boleh menghalangi pandangan
pengemudi atau sopir.
7) Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang ada dengan
selalu hati-hati dan waspada. Hindari tindakan tidak aman dan tetap
disiplin dalam mengemudikan kendaraan.
8) Jika kontak dengan bahan kimia, segera lakukan pertolongan pertama
pada korban dengan benar. Hubungi dokter atau tim medis untuk
penanganan selanjutnya.
Keamanan pengangkutan B3 merupakan faktor yang paling penting
untuk menghindari bahaya pada para pekerja. Untuk itu, dalam
pengangkutan B3, pengemudi atau setiap orang yang terlibat dalam
17
proses pengangkutan harus dibekali pengetahuan mengenai informasi K3
dan resiko bahaya B3 yang diangkut dan juga perlu mempertimbangkan
pengaturan muatan dalam proses pengangkutan.
c. Penyimpanan B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun, penyimpanan B3 adalah teknik
kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan kuantitas B3.
Penyimpanan B3 meliputi :
1) Gudang tempat penyimpanan bahan kimia harus dibuat sedemikian
rupa, hingga aman dari pengaruh alam dan lingkungan sekitarnya :
a) Memiliki sistem sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.
b) Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap saat.
c) Harus memiliki fasilitas air bersih yang mengalir
d) Aman dari beberapa gangguan biologis (burung, tikus, rayap, dan
lain-lain).
e) Aman dari potensi bencana.
2) Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Pemisahan dan pengelompokan masing-masing bahan kimia untuk
menghindari adanya bahaya reaktivitas.
b) Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan
manufaktur untuk menghindari roboh (ambruk), sehingga tidak
mengakibatkan kerusakan dan mudah pembongkaran serta
kelihatan rapi.
c) Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun
untuk melakukan inspeksi, jika perlu dibuatkan garis pembatas
lintasan alat angkat dan angkut.
d) Khusus bahan dalam wadah silinder atau tabung gas bertekanan
agar ditempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab dan aman
dari sumber panas seperti (listrik, api, ruang terbuka).
18
e) Bahan kimia tidak langsung bersentuhan dengan lantai gudang
(menggunakan alas).
Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan yang meliputi: kebersihan, kerapihan dan
keselamatan.
3) Sarana K3 dan penanganan kondisi darurat haruslah disiapkan sesuai
dengan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan tindakan
pengendalian (HIRAC) dan digunakan sebagaimana mestinya
(peralatan safety atau APD, alat dan bahan untuk menangani
tumpahan dan ceceran, APAR, P3K, sarana untuk cuci tangan dan eye
wash).
4) Setiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang
penyimpanan bahan kimia dan setiap pekerja yang memasuki gudang
harus memakai APD yang disyaratkan.
5) Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur
atau periodik yang meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan,
bahan, peralatan dan sistem. Segera amankan atau laporkan, jika
menemukan kondisi tidak aman kepada atasan.
6) Pada setiap penyimpanan bahan kimia harus dilengkapi dengan
labeling (label isi, safety, resiko bahaya) dan MSDS atau Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 87/M-Ind/Per/9/2009
tentang Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan
Kimia.
7) Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk atau pedoman K3
yang berkaitan dengan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan
beracun.
8) Setiap pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan
bahan kimia terutama yang beracun.
19
9) Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera
hubungi dokter atau tim medis atau bawa korban ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya yaitu :
1) Penyimpanan bahan-bahan kimia berbahaya harus diawasi oleh
seorang yang kompeten dan tenaga kerja yang bersangkutan harus
terlatih dalam praktek keselamatan kerja.
2) Tenaga kerja dengan kelainan penglihatan, pendengaran atau
penciuman dan mereka yang berusia kurang dari 18 tidak dibenarkan
bekerja dengan bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3) Dalam hal bahan peledak, yang berwenang mungkin mensyaratkan
bahwa tenaga kerja yang memasuki tempat penyimpanan bahan
demikian harus memiliki izin khusus sesudah pemeriksaan tentang
bahaya-bahaya yang mungkin ada.
4) Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan eksplosif atau
dapat terbakar tidak boleh membawa korek api dan harus dilarang
merokok.
5) Jika perlu, pakaian pelindung yang tepat harus dipakai.
6) Inspeksi periodik terhadap semua tempat penyimpanan bagi bahan-
bahan kimia berbahaya harus dilakukan oleh pengawas atau ahli
keselamatan kerja atau orang-orang yang kompeten
7) Kebersihan sebaik-baiknya harus diperhatikan
8) Bila ada bahaya kebakaran, tanda bahaya harus dipasang di dalam dan
juga diberi tanda keluar.
20
d. Penggunaan B3
1) Sebelum menggunakan bahan kimia khususnya B3 harus diketahui
terlebih dahulu informasi bahayanya baik dari segi kebakaran,
kesehatan, reaktifitas, keracunan, korosif tumpahan dan peledakan)
serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya.
2) Perencanaan dan penerapan K3L harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya pada setiap pekerjaan penggunaan bahan kimia berbahaya
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) APD yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya (HIRAC), APAR
dan P3K harus disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.
b) Kondisi kerja, lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak yang
berwenang (Safety).
c) Peralatan kerja harus layak pakai.
d) Metode kerja atau cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.
e) Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan (perijinan angkut,
perintah kerja, daftar pekerja).
f) Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan bahan kimia, hindari
tindakan yang tidak aman. Bekerja sesuai dengan SOP dan MSDS
masing-masing bahan.
g) Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya diatur
secara shift, maka setiap serah terima tugas dan tanggung jawab
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Situasi dan kondisi kerja
menyeluruh harus dilaporkan dengan jelas terutama kondisi kerja
yang kurang aman dan perlu penanganan yang intensif.
h) Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja,
lingkungan kerja, wadah sisa-sisa bahan agar segera dibersihkan
sampai betul-betul kondisi keseluruhan sudah aman.
i) Lakukan tindakan P3K dengan segera, jika terjadi kecelakaan
hubungi tim medis atau dokter untuk penanganan lebih lanjut.
21
e. Pembuangan Limbah B3
1) Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa, maupun sisa hasil
proses yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran khusus yang
disiapkan atau tempat sampah khusus B3
2) Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang.
Untuk zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga
buangan aman tidak lebih ambang.
3) Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan.
4) Semua wadah atau kemasan B3 harus dibakar dengan benar.
5) Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang
sesuai.
6) Hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram
7) Pemilihan wadah yang tepat di wadah yang terpecaya yang cocok
dengan isinya.
Dalam hal ini unsur pengelolaan bahan kimia meliputi : perencanaan
(Planing), pengorganisasian (Organizing), pelaksanaan (Actuating) dan
pengendalian (Controlling).
a. Perencanaan (Planing)
Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan
bahan yang tidak sesuai dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu
agar tidak terjadi penumpukan bahan kimia yang berlebihan disatu sisi
dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain yang dapat
mengganggu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan
bahan khususnya B3 akan mengganggu dan mambahayakan lingkungan,
serta dapat menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah
kadaluarsa atau habis masa penggunaannya.
Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu 1(satu) tahun
mulai dari perencanaan pengadaan, penyimpanan atau penggudangan,
dan penggunaannya. Dalam perencanaan ini meliputi identifikasi
kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan.
22
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan
wewenang personil pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam
pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang
berkepentingan dengan B3 tersebut. Selain itu juga dilakukan penetapan
persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat
penyimpanan tertentu.
Tabel II.2 Syarat Penyimpanan Bahan tertentu
Jenis atau Sifat Syarat Penyimpanan
Bahan Beracun Ruangan dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber panas
Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif
Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian
pelindung, sarung tangan dan lain-lain
Bahan Korosif Ruang dingin dan berventilasi
Wadah tertutup dan berlabel
Terpisah dari zat beracun
Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker,
kacamata dan lain-lain
Bahan mudah
terbakar Ruang dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber panas atau api
Tersedia alat pemadam kebakaran
Bahan mudah
meledak Ruang dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber panas atau api
Bahan Oksidator Ruang dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber panas atau api dan dilarang merokok
Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar
Bahan reaktif
terhadap air Suhu ruangan dingin dan berventilasi
Bangunan kedap air
Pemadam kebakaran tersedia tidak menggunakan air
seperti CO2, Halon, Dry powder
Bahan rektif
terhadap asam Ruang dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber api dan sumber api dan panas
Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantong-kantong hidrogen
karena reaksi asam akan terbentuk gas hidrogen yang
mudah terbakar
23
Jenis atau Sifat Syarat Penyimpanan
Gas bertekanan Disimpan dalam keadaan tegak atau berdiri dan terikat
Ruang dingin dan tidak terkena langsung panas matahari
Jauh dari api dan panas
Jauh dari bahan korosif yang merusak kran dan katup
Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis
bahan kimia berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat
interaksi dari bahan-bahan yang disimpan. Interaksi dapat berupa tiga hal
yaitu :
1) Interaksi antara bahan dan lingkungannya
2) Interaksi antara bahan dan wadah
3) Interaksi antar bahan
Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani bahan kimia
berbahaya adalah faktor penyimpanan. Banyak sekali kebakaran dan
ledakan berasal dari tempat penyimpanan. Untuk dapat memahami cara
penyimpanan yang aman, maka selain harus mengetahui sifat-sifat
berbagai jenis bahan kimia berbahaya, juga perlu memahami reaksi kimia
akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan. Faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan),
pemakaian dan pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Prosedur harus digunakan untuk setiap kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan B3 oleh semua personil, baik sebagai
pengelola, pemakai maupun pengawas. Prosedur yang telah ditetapkan
harus telah teruji dan mengacu pada informasi yang telah ada pada setiap
bahan kimia.
d. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian (controlling) bahan kimia khusunya yang berbahaya
dan beracun (B3) merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan
pada setiap unsur-unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan,
24
pengorganisasian (organizing), dan pelaksanaan (actuating). Controlling
dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit terhadap dokumen dan
rekaman yang ada.
4. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan
yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat
penggunaan bahan kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja,
alat-alat kerja dan lingkungan (Kepmenaker No. 187 Tahun 1999).
Setiap industri yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Kepmenaker No. 187 Tahun
1999).
Pengendalian bahan kimia berbahaya dan beracun meliputi :
a. Penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
1) Pengertian LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) atau MSDS
(material safety data sheet)
LDKB merupakan kumpulan data-data atau dokumen tentang sifat-
sifat suatu zat atau bahan baik sifat fisika maupun sifat kimia, cara
penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah
buangan bahan kimia tersebut.
2) LDKB meliputi keterangan tentang :
a) Identitas bahan dan perusahaan.
b) Komposisi bahan.
c) Identifikasi bahaya.
d) Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e) Tindakan penanggulangan kebakaran.
f) Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g) Penyimpanan dan penanganan bahan.
h) Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
25
i) Sifat fisika dan kimia.
j) Stabilitas dan reaktifitas bahan.
k) Informasi toksikologi.
l) Informasi ekologi.
m) Pembuangan limbah.
n) Pengangkutan bahan.
o) Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Informsi lain yang diperlukan pada MSDS berisikan :
a) Informasi umum
(1) Tanggal pembuatan
(2) Alamat produsen atau suplier
(3) Nomor seri CAS (Chemical Abstract Serial Number)
(4) Nama kimia
(5) Nama perdagangan dan sinonim
(6) Nama kimia lainnya
(7) Rumus struktur dan rumus kimia
(8) Tanda bahaya bahan kimia
b) Informasi komponen berbahaya
(1) Batas paparan tiap komponen
(2) Komposisi
(3) Persen berat
c) Informasi data sifat fisika
(1) Titik didih
(2) Tekanan uap
(3) Kerapatan uap
(4) Titik beku atau titik lelah
(5) Kerapatan cairan
(6) Persen penguapan
(7) Kelarutan
(8) Penampakan fisik dan bau
26
d) Informasi tentang data kemudahan terbakar dan ledakan
(1) Titik nyala
(2) Kemampuan terbakar
(3) Batas temperatur terendah yang menimbulkan ledakan
(4) Batas temperatur tertinggi yang menimbulkan ledakan
(5) Media atau bahan kimia yang digunakan untuk pemadaman
(6) Prosedur khusus untuk pemadaman
e) Informasi dan rektifitas
(1) Stabilitas bahan
(2) Pengaturan lokasi penempatan bahan
(3) Produk dekomposisi yang berbahaya
(4) Produk polimerisasi yang berbahaya
f) Informasi tentang bahaya kesehatan
(1) Efek terkena paparan yang berlebihan
(2) Prosedur pertolongan darurat dan pertolongan akibat
kecelakaan
(3) Kontak pada mata
(4) Kontak pada kulit
(5) Terhirup pada pernafasan
g) Informasi pengumpulan, pengelolaan, dan pengolahan limbah
(1) Langkah-langkah yang harus diambil untuk pengumpulan
limbah
(2) Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan
(3) Prosedur pengolahan dan pengolahan limbah di industri
(4) Metode pemusnahan limbah bahan kimia
h) Informasi perlindungan bahan kimia
(1) Perlindungan respiratory
(2) Ventilasi
(3) Sarung tangan pelindung lainnya
(4) Pelindung mata
27
(5) Peralatan pelindung lainnya
(6) Pengawasan perlindungan
i) Informasi penaganan awal khusus
(1) Penganan khusus dalam penggunaan dan penyimpanan
(2) Penanganan awal lainnya
j) Informasi dan transportasi
(1) Nama dan jenis transportasi
(2) Tanda kelas bahaya bahan
(3) Tanda label
(4) Tanda merk
(5) Prosedur darurat akibat kecelakaan
(6) Prosedur penganan awal yang harus dilakukan selama
transportasi
Untuk MSDS yang dibuat dari beberapa penyusun sering berbeda dalam
hal urutan penyajian, penonjolan dan prioritas materi, tidak memuat
beberapa prosedur pendukung, atau detail proses yang berlaku standar
tidak dituliskan secara lengkap. Meskipun demikian pengguna dapat
merujuk MSDS dari beberapa sumber untuk dikomparasikan sehingga
saling melengkapi.
1) Pelabelan dan Simbol Pada MSDS dan Bahan Berbahaya dan Beracun
a) Pelabelan dan Simbol Pada MSDS
Salah satu hal penting yang harus diketahui pada MSDS yakni
simbol tanda bahaya yang digunakan di MSDS. Pada MSDS tanda
bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal yakni bahaya dari segi
kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya
khusus, dan digunakan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4
bagian (lihat gambar). Arti simbol tersebut adalah :
(1) Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya
kesehatan.
(2) Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala
bahaya kemudahan terbakar.
28
(3) Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala
bahaya reaktivitas.
(4) Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala
bahaya khusus lainnya.
Simbol 2.1 Pada MSDS
Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skore tertentu dengan
nilai 0, 1, 2, 3 atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia.
Skore 0 mengindikasikan bahan kimia tidak berbahaya, sedangkan
skore 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan skore 4
menunjukkan bahan tersebut termasuk sangat berbahaya. Detail arti
tingkat bahaya tersebut diuraikan pada tabel berikut. Untuk MSDS
yang dibuat dalam file teks, maka tanda bahaya di atas dituliskan
dalam bentuk 4 atau 3 angka berturutan. Penulisan pada jenis MSDS
ini adalah sebagai berikut : [4,1,1,0] atau [4,1,1] Kode angka tersebut
secara berturut-turut mengartikan tingkat bahaya dari segi kesehatan,
kemudahan terbakar, reaktivitas dan bahaya khusus lainnya.
Tabel II.3. Arti tingkat bahaya pada dokumen MSDS
Skor Arti
Bahaya Terhadap Kesehatan
4 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan (exposure)
dapat menyebabkan kematian atau sakit parah.
3 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan dapat
menyebabkan kematian atau sakit parah.
2 Bahan kimia yang dengan paparan cukup intens atau
berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit parah
atau penyakit menahun.
1 Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat
menyebabkan iritasi atau sakit.
0 Bahan kimia yang akibat paparan termasuk dalam kondisi
terbakar tidak mengakibatkan sakit atau bahaya kesehatan.
29
Skor Arti
Bahaya kemudahan Terbakar
4 Bahan kimia yang akan teruapkan dengan cepat atau sempurna
pada tekanan atmosfer dan temperatur kamar atau bahan kimia
yang segera terdispersi di udara dan bahan kimia tersebut akan
terbakar dengan cepat.
3 Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala
pada semua temperatur kamar.
2 Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada
temperatur tinggi tertentu sehingga dapat menyala.
1 Bahan kimia yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum
nyala dapat terjadi.
0 Bahan kimia yang tidak dapat terbakar.
Bahaya Reaktivitas
4 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan
meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau
bereaksi pada tekanan dan temperatur normal.
3 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan
meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau
bereaksi tetapi membutuhkan bahan inisiator atau harus
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan
yang bereaksi dengan air dan menimbulkan ledakan.
2 Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia
drastis akibat kenaikan temperatur atau tekanan atau reaksi
secara cepat dengan air dan mungkin membentuk campuran
bahan peledak dengan air.
1 Bahan kimia yang secara sendirian stabil tetapi dapat menjadi
tidak stabil akibat kenaikan temperatur atau tekanan.
0 Bahan kimia yang secara sendirian stabil kecuali pada kondisi
nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air.
b) Pelabelan dan Simbol Bahan Kimia
Label adalah setiap keterangan mengenai bahan kimia yang
berbentuk gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain.
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia
Nomor: 87/M-Ind/Per/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi Global
Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia, pada pelabelan terdiri dari
unsur :
1) Penanda Produk
2) Piktogram Bahaya
30
Piktogram Bahaya adalah suatu komposisi grafis yang terdiri dari
suatu simbol bahaya dan elemen–elemen grafis lainnya seperti
bingkai, pola latar belakang atau warna yang dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi spesifik tentang suatu bahaya.
3) Kata Sinyal
Kata Sinyal adalah suatu kata, yaitu ”Bahaya” dan ”Awas”, yang
digunakan untuk menunjukkan tingkatan relatif suatu bahaya agar
pengguna waspada terhadap potensi bahaya suatu bahan kimia.
4) Pernyataan Bahaya
Pernyataan Bahaya adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk
tiap kategori dan kelas bahaya yang menguraikan sifat dasar
bahaya suatu bahan kimia dan jika perlu termasuk tingkat
bahayanya.
5) Identifikasi Produsen.
Dalam hal ini, pelabelan bahan kimia khususya B3 harus : mudah
terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, tidak mudah lepas dari
kemasannya dan tidak mudah luntur karena pengaruh sinar, udara
atau lainnya.
Simbol bahan berbahaya dan beracun diatur oleh Peraturan
Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2008 tentang tata cara
pemberian simbol dan label bahan berbahaya dan beracun bahwa :
simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat, warna dasar putih
dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah. Simbol yang
dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan.
Sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat
penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm.
Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air air, goresan
dan bahan kimia yang mengenainya. Untuk di kendaraan
pengangkut, simbol dibuat dengan cat yang dapat berpendar. Simbol
pada bahan kimia disesuaikan dengan pelabelan dari klasifikasi
berdasarkan sifat bahan kimia itu sendiri, antara lain :
31
(1) Mudah meledak (explosive)
Simbol 2.2 Bahan Mudah Meledak
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar bom meledak (explosive atau exploded bomb)
berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada
suhu dan tekanan standar (25 ⁰C, 760 mmHg) dapat meledak dan
menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan disekitarnya..
(2) Pengoksidasi (oxsidizing)
Simbol 2.3 Bahan Pengoksidasi
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya,
terutama bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun
dalam keadaan hampa udara.
(3) Mudah menyala (flammable)
Simbol 2.4 Bahan Mudah Menyala
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam.
32
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
(a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
(b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api;
(c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
(d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
(e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0oC dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;
(f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC -21oC;
(g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF)
akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api
atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-
UpTest”.
(h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC dan
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang
hasil pengujiannya ”Set a Closed Cup Flash Point Test”-nya
menununjukkan titik nyala kurang dari 40oC;
(i) Aerosol yang mudah menyala;
(j) Padatan atau cairan piroforik;
(k) Peroksida organik.
33
(4) Beracun (toxic)
Simbol 2.5 Bahan Beracun
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang.
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
(a) Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan
atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat sifat
racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat
beracun dan beracun);
(b) Sifat bahaya toksisitas akut.
(5) Berbahaya ( harmful )
Simbol 2.6 Bahan Berbahaya
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk
menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
34
(6) Bersifat iritasi ( irritant)
Simbol 2.7 Bahan Bersifat Iritasi
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan
suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
(a) Padatan maupun cairan yang terjadi kontak secara langsung dan
atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan iritasi atau peradangan;
(b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan
tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau
pusing;
(c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit;
(d) Iritasi atau kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan
iritasi serius pada mata.
(7) Korosif (corrosive)
Simbol 2.8 Bahan Bersifat Korosif
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif.
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
35
(a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
(b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 55oC;
(c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
(8) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment)
Simbol 2.9 Bahan Bersifat Berbahaya Bagi Lingkungan
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta
ikan berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan
yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia
ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau
organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan,
seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon),
persistent di lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated
Biphenyls).
(9) Karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
Simbol 2.10 Bahan Bersifat Karsinogenik, Teratogenik, dan
Mutagenik
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan
gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada.
36
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang
atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan
sebagai berikut :
(a) Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
(b) Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio;
(c) Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika;
(d) Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
(e) Toksisitas terhadap sistem reproduksi dan/atau gangguan
saluran pernafasan.
(10) Bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)
Simbol 2.11 Bahan Dengan Bahaya Lain Berupa Gas
Bertekanan
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk
menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan
tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan atau terkena panas
atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
b. Penunjukan Petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia Pada Industri atau
Perusahaan
1) Petugas K3 Kimia mempunyai kewajiban yaitu :
a) Melakukan identifikasi bahaya.
b) Melaksanakan prosedur kerja aman.
c) Melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat.
d) Mengembangkan pengetahuan K3 bidang kimia.
37
2) Untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas K3 Kimia ditetapkan :
a) Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan.
b) Tidak dalam masa percobaan.
c) Hubungan kerja tidak didasarkan perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT).
d) Telah mengikuti kursus teknis K3 Kimia.
3) Ahli K3 Kimia mempunyai kewajiban :
a) Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-
undangan K3 bahan kimia berbahaya.
b) Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugasnya.
c) Merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia
perusahaan atau instansi yang didapat karena jabatannya.
d) Menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya
di tempat kerja.
e) Melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko.
f) Mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan
penanggulangan keadaan darurat kepada pengusaha atau
pengurus.
4) Penunjukan Ahli K3 Kimia dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu alat atau pengaman yang
berguna untuk melindungi atau meminimalisir kecelakaan yang terjadi.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut yang
terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari
bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan, benda atau
38
terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar
matahari, dan lain-lain. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
1) Topi pelindung (Safety Helmets)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras
yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi
pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan
terhadap perubaha iklim, dan tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Topi pelidung dapat terbuat dari plastik (Bakelite), serat gelas
(fiberglass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak
dipakai karena ringan, tahan terhadap benturan, dan benda keras serta
tidak menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung dari bahan
fiberglass tahan terhadap asam dan basa kuat. Bagian dalam dari topi
pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang
berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.
2) Tutup Kepala
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi,
suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari
asbestos, kain tahan api atau korosi, kulit dan kain tahan air.
3) Topi (Hats/Cap)
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran
atau debu atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dai kain
katun.
b. Alat Pelindung Mata (Eye Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di
udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi
gelombang elektromagnetik, panas radiasi matahari, pukulan atau
benturan, benda keras, dan lain-lain.
1) Kacamata (Spectacles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil,
debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.
39
2) Goggles
Alat ini berfungsi untuk melindungi dari mata gas, debu, uap dan
percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik
transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya
radiasi gelombang eletromagnetik mangion.
c. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara
yang masuk ke dalam telinga.
1) Sumbat telinga (Ear plug)
Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu bahkan untuk
kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda. Untuk itu ear
plug harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan
bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran
telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umunya berbentuk
lonjong dan tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, spon dan
malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (Disposable).
Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak
(Molded rubber atau plastic) dapat digunakan berulang kali (Non
Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB(A).
2) Tutup telinga (Ear muff)
Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buat tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa
yang berfungsi untuk menyerap suara frekuesi tinggi. Pada pemakaian
untuk waktu lama yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat
menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai
akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada
permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30
dB(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan
benda keras atau percikan bahan kimia.
40
d. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari
resiko, paparan gas, uap, debu, atau udara yang terkontiminasi atau
beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan
pemilihan terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar
kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui
antara lain :
a) Bentuk kontaminan di udara (gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut).
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
c) Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
d) Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi
mata dan kulit.
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dan lain-lain.
Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan
perusahaan-perusahaan Antara lain:
1) Masker : alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau
partikel-partikel yang lebih besar masuk kedalam saluran perfasan.
2) Respirator : alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari
paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-
jenis respirator ini Antara lain :
a) Chemical Respirator : merupakan catridge respirator
terkontaminasi gas dan uap dengan tiksisitas rendah. Catridge ini
berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silicagel. Sedangkan
canister digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat
organik.
b) Mechanical Filter Respirator : alat pelindung ini berguna untuk
menangkap partikel-partikel zat padat, kabut, uap logam dan asap.
Resiptor ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk
41
menangkap debu dan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi
atau pertikelo yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini
terbuat dari fiberglass atau wol dan serat sintetis yang dilapisi
dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.
e. Alat Pelindung Tangan (Hand’ Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dan bagian
lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, beda panas dan
dingin, kontak arus dengan listrik. Sarung tangan terbuat dari karet untuk
melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik; sarung
tangan dari kulit untuk melindungi terhadap benda tajam, gorean; sarung
tangan dari kain atau katun untuk melindungi kontak dengan panas dan
dingin; dll. Dalam pemilihan sarung tangan yang tepat, sebelumnya perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Potensi bahaya yang ada ditempat kerja, apakah berupa bahan kimia
korosif, benda panas, dingin, tajam atau benda keras.
2) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet
alami tidak tepat pada pemaparan pelarut organik, karena karet alami
larut dalam pelarut organik.
3) Kepekaan objek yang dikerjakan, seperti pekerjaan yang halus dengan
membedakan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung
tangan yang tipis.
4) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan
atau sampai bagian lengan dii.
f. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam atau kaca, lautan
kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Menurut jenis pekerjaan
yang dilakukan, sepatu keselamatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Sepatu pengaman pada pengecoran (Foundry Leggings). Sepatu ini
harus terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan
tingginya sekitar 35 cm, pada pemakaian sepatu ini, celana
42
dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkangkan dengan tali
pengikat sepatu.
2) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya
peledakan. Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat
menimbulkan percikan bunga api.
3) Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik.
Sepatu ini terbuat dari karet anti elektrostatik, tahan terhadaptegangan
listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit.
4) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan kontruksi. Sepatu ini
terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung
depannya (Steel box toe) .
g. Pakaian Pelindung (Body Protection)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan
kimia, dll. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi
sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut,
atau overallyaitu menutupi bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain
dril, kulit, plastik PVC atau Polythyline, karet, asbes atau kain yang
dilapisi aluminium. Apron tidak boleh digunakan di tempat–tempat kerja
dimana terdapat mesin–mesin yang berputar.
h. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi tubuh dari
kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan mendaki,
memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.
43
Table II.4 Inventarisasi Alat Pelindung Diri Menurut Faktor Bahaya
dan Bagian Tubuh yang Dilindungi
No. Faktor/Resiko
Bahaya
Bagian Tubuh Yang
Dilindungi
Jenis Alat Pelindung Diri
1. Benda berat / karet a. Kepala
b. Pergelangan kaki,
kaki dan jari kaki
a. Topi logam
b. Sepatu stellbox toe
2. Benda sedang tidak
terlalu berat
a. Kepala a. Topi alumunium / plastik
3. Benda berterbangan a. Kepala
b. Mata
c. Muka
d. Lengan, tangan dan
jari
e. Tubuh
a. Topi plastik / logam
b. Goggles
c. Tameng plastik
d. Sarung tangan kulit lengan
panjang
e. Jaket / jas kulit
4. Debu a. Mata
b. Muka
c. Pernapasan
a. Goggles
b. Penutup muka dari plastik
c. Respirator / masker
5. Percikan api dan
logam
a. Kepala
b. Mata
c. Muka
d. Bagian tubuh
e. Lengan, tangan dan
jari
f. Jari, kaki dan
tungkai
a. Topi plastik berlapis asbes
b. Goggles, kaca mata
keselamatan
c. Penutup muka dari plastik
d. Jaket dari asbes atau kulit
e. Sarung tangan asbes lengan
panjang
f. Sepatu kulit
6. Gas, asap, fume a. Mata
b. Muka
c. Pernafasan
d. Lengan, tangan dan
jari
e. Daerah kaki dan
tukai
a. Goggles
b. Penutup muka khusus
c. Gas masker yang
dilengkapi filter
d. Sarung tangan plastik /
karet lengan panajng
e. Sepatu yang konduktif
7. Cairan bahan kimia a. Kepala
b. Mata
c. Muka
d. Pernafasan
e. Lengan dan jari
tangan
f. Bagian tubuh
g. Daerah kaki dan
tungkai
a. Topi plastik/ karet
b. Goggles
c. Penutup dari plastik
d. Respirator tahan kimiawi
e. Sarung tangan plastik/ karet
f. Pakaian dari plastik / karet
g. Sepatu karet / plastik
44
No. Faktor/Resiko
Bahaya
Bagian Tubuh Yang
Dilindungi
Jenis Alat Pelindung Diri
8. Lingkungan panas a. Kepala
b. Mata
c. Bagian kaki dan
tungkai
d. Bagian tubuh
lainnya
a. Topi bahan asbes
b. Goggles dengan lensatahan
sinar infra
c. Sepatu tahan panas
d. Pakaian pelindung dari
asbes / bahan lain tanas
panas
9. Lingkungan basah /
berair
a. Kepala
b. Lengan, tangan dan
jari
c. Bagian tubuh
d. Daerah kaki dan
tungkai
a. Topi bahan asbes
b. Sarung tangan plastik
c. Pakaian khusus tahan air
d. Sepatu bot dari karet
10. Arus Listrik a. Kepala
b. Lengan, tangan dan
jari
c. Bagian Tubuh
a. Topi plastik / karet
b. Sarng tangan karet tahan
sampai 10.000 volt selama
3 menit
c. Pakaian dari bahan karet
11. Sinar yang
menyilaukan
a. Mata a. Goggles degan lensa
polaroid
12. Percikan api dan sinar
pada pengelasan
a. Mata
b. Muka
c. Bagian tubuh
d. Bagian kaki dan
tungkai
a. Googles dengan lensa
polaroid
b. Penutup muka dengan kaca
mata filter khusus
c. Jaket dari asbes / kulit
d. Sepatu lapis baja
13. Penyinaran radio aktif a. Bagian tubuh
b. Lengan, tangan dan
jari
a. Jaket karet / kulit dilapisi
timah hitam
b. Sarung tangan karet lapis
timah hitam
14. Kebisingan intensitas
tinggi
a. Telinga a. Ear muff atau ear plug
15. Lingkungan
menyebabkan
terpeleset
a. Kaki
b. Kepala
c. Bagian tubuh
a. Sepatu anti slip
b. Topi plastik / ogam
c. Jaket kulit
16. Dermatitis atau radang
pada kulit
a. Kepala
b. Bgian tubuh
c. Lengan, tangan dan
jari
d. Bagian kaik dan
tungkai
a. Topi plastik / karet, peci
b. Pakaian dari karet / palstik
c. Sarungan tangan karet/
plastik
d. Sepatu karet, zool bahan
kayu
45
6. Potensi Bahaya Bahan Kimia
Potensi bahaya bahan kimia yaitu potensi bahaya yang berasal dari
bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya
ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh pekerja melalui : inhalation
(melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut kesaluran pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
pekerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya dapat berupa debu, gas, uap, asap, daya racun bahan
(toksisitas) dan cara masuk kedalam tubuh.
Potensi bahaya bahan kimia terdiri dari :
a. Potensi bahaya besar
Apabila : kuantitas bahan kimia berbahaya yang digunakan melebihi
atau lebih besar dari nilai ambang kuantitas (NAK)
b. Potensi bahaya menengah
Apabila : kuantitas bahan kimia berbahaya yang digunakan sama atau
lebih kecil dari nilai ambang kuantitas (NAK).
7. Penanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat
Bila terjadi kecelakaan dan atau keadaan darurat yang diakibatkan Bahan
Berbahaya dan beracun, maka setipa orang yang melakukan kegiatan
pengolahan B3 wajib :
a. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
b. Menginformasikan tentang adanya kecelakaan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan
sistim tanggap darurat.
c. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap
penanggulangan kecelakaan dan melakukan evakuasi bila diperlukan.
d. Melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah kota setempat.
46
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
e.
f.
g.
Manajemen
Pengelolaan
B3
Pengadaan
Pengangkutan
Penyimpanan
Penggunaan
Penmbuangan
Limbah
Bahan Kimia
B3 Non B3
Landasan atau Dasar
Peraturan
PT INDOPHERIN JAYA PROBOLINGGO
(Industri Kimia)
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti