30
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran a. Hakikat Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah rangkaian yang sudah terkonsep dan direncanakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, sehingga siswa mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joyce dan Weil dalam Maolani (2017: 53) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi, pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran maupun setting lainnya. Sementara Maolani (2017: 54) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pola yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi belajar dikelas yang merupakan pengejawantahan dari penyusunan kurikulum, pengaturan materi, serta pemberian petunjuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pembelajaran. Soekamto dalam Shoimin (2014: 23) lebih menekankan bahwa model pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam proses pembelajaran. - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaranrepository.umtas.ac.id/210/3/BAB 2 ANNISA.pdf · 2021. 3. 21. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

a. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah rangkaian yang sudah terkonsep dan

direncanakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, sehingga siswa

mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru, sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Joyce dan Weil dalam Maolani (2017: 53) menyatakan

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan

dalam menyusun kurikulum, mengatur materi, pelajaran dan memberi

petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran maupun setting

lainnya. Sementara Maolani (2017: 54) menyatakan bahwa model

pembelajaran adalah pola yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi belajar dikelas

yang merupakan pengejawantahan dari penyusunan kurikulum, pengaturan

materi, serta pemberian petunjuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

dalam pembelajaran.

Soekamto dalam Shoimin (2014: 23) lebih menekankan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam proses pembelajaran.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

8

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu rencana terkonsep yang digunakan pendidik

untuk melakukan kegiatan pembelajaran serta evaluasi belajar menciptakan

suasana belajar aktif. Dalam menentukan model pembelajaran yang akan

diterapkan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran. Model

pembelajaran yang akan dikembangkan guru pada dasarnya memberikan

kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan

atau pelajaran tertentu. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman

bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menjadikan kelas aktif.

Menurut Kardi dan Nur dalam Shoimin (2014: 24), model

pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh

strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1) Teori yang rasional dan logis telah disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

bertujuan siswa akan belajar dengan baik.

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.

Dalam interaksi belajar mengajar, model pembelajaran merupakan

salah satu komponen untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai,

semakin baik memilih dan menggunakan model pembelajaran maka

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

9

semakin berhasillah pencapaian tujuan yang diharapkan. Model

pembelajaran yang digunakan peneliti dalam penelitian eksperimen yaitu

model pembelajaran take and give yang berarti siswa akan saling menerima

dan memberi materi yang diketahuinya.

b. Hakikat Model Pembelajaran Take and Give

Model pembelajaran take and give merupakan salah satu model

pembelajaran yang membantu siswa untuk saling menerima dan memberi

informasi sehingga siswa akan aktif dikelas, dan memungkinkan peserta

didik memperoleh pengalaman belajar yang dapat membangun pengetahuan

yang diketahuinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Slavin dalam

Shoimin (2014: 195) model pembelajaran take and give pada dasarnya

mengacu konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa

itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.

Berdasarkan pendapat Slavin tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

model pembelajaran menerima dan memberi (take and give) merupakan

metode pembelajaran menuntut peserta didik mampu memahami materi

pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).

Pembelajaran take and give merupakan proses pembelajaran yang berusaha

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki

siswa.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Take and Give

Menurut Shoimin (2014: 195) dalam melakukan model pembelajaran

take and give ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pendidik

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

10

dalam pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah model pembelajaran

take and give yaitu:

1) Siapkan media yang terbuat dari kartu.

2) Menjelaskan materi.

3) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap siswa diberi

masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) kurang lebih 5

menit, dan tiap kartu diberi sub materi yang berbeda dengan kartu

lainnya.

4) Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling

menginformasi. Kemudian tiap siswa harus mencatat nama

pasangannya pada kartu.

5) Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan

menerima materi masing-masing.

6) Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.

7) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang tak

sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

8) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan penguatan.

9) Kesimpulan.

Dari langkah-langkah model pembelajaran take and give penulis

memodifikasi langkah-langkah tersebut, karena disesuaikan dengan keadaan

dikelas dan materi yang akan dipelajari. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan sebagai berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

11

1) Guru menyiapkan media kartu yang didalam kartu tersebut telah diisi

dengan materi yang berbeda-beda.

2) Guru menjelaskan materi.

3) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, setiap kelompok 1 dan 2

siswa perorangnya diberi nama yang sama dengan kelompok lain.

4) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap kelompok diberi

media kartu untuk dipelajari (dihafal) kurang lebih 5 menit. Tiap kartu

diberi sub materi yang berbeda dengan kartu lainnya.

5) Setelah dipelajari dan dihafal, siswa melakukan kegiatan take and give

secara berpasang-pasangan.

6) Semua kelompok harus berdiri dan saling bertatap muka kelompok 1

dengan kelompok 2 dan lari mencari pasangan yang sesuai dengan

namanya untuk saling menginformasikan.

7) Demikian seterusnya sampai tiap siswa saling menerima dan memberi

materi masing-masing.

8) Selanjutnya siswa mencari teman untuk berpasang-pasangan tetapi

tidak boleh sama dengan namanya sendiri, dan melakukan kegiatan

take and give.

9) Setelah melakukan kegiatan take and give, siswa kembali pada

kelompoknya masing-masing.

10) Setiap siswa diminta bergiliran untuk menjelaskan materi yang telah

dihafal.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

12

11) Guru mengevaluasi keberhasilan, memberikan siswa pertanyaan yang

tak sesuai dengan kartunya.

12) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan penguatan dengan diselipkan media

pembelajaran konkrit yang sesuai dengan materi.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give

Menurut Shoimin (2014: 197) model pembelajaran take and give

terdapat kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangannya

sebagai berikut:

1) Kelebihan Model Pembelajaran Take and Give

a) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan

informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik

yang lain.

b) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan

peserta didik akan informasi.

c) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.

d) Melatih kepekaan diri, empati melalui bermacam perbedaan sikap

tingkah laku selama bekerja sama.

e) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa

percaya diri.

f) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri

dan sikap tingkah laku yang positif serta meningkatkan prestasi

belajarnya.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

13

2) Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give

a) Jika informasi yang disampaikan peserta didik kurang tepat/salah,

informasi yang diterima peserta didik lain pun akan kurang tepat.

b) Terlalu banyak langkah dan strategi.

2. Prestasi Belajar

a. Hakikat Prestasi

Prestasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok

dengan hasil yang baik, sehingga prestasi yang dicapaipun akan baik.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Djamarah (2017: 19) bahwa

prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,

baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah

dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan, hanya dengan

keuletan dan percaya dirilah yang dapat membantu seseorang mencapai

prestasi yang baik. Banyak kegiatan yang bisa mencapai prestasi.

Adapun menurut beberapa para ahli dalam Djamarah (2017: 20-21)

prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud

adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Dibawah ini terdapat beberapa

pendapat para ahli dalam memahami kata “prestasi” yaitu:

1) Poerdaminta dalam Djamarah (2017: 20), menyatakan bahwa “prestasi

adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain

sebagainya)”.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

14

2) Qodar dalam Djamarah (2017: 20), menyatakan bahwa “prestasi

adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan

hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.

3) Harahap dkk dalam Djamarah (2017: 21), menyatakan bahwa

“prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan

kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-

nilai yang terdapat dalam kurikulum”.

4) Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli

tersebut terlihat perbedaan kata-kata, namun intinya sama yakni hasil

yang dicapai dari suatu kegiatan. Maka dapat diambil kesimpulan

bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan berupa

penilaian terhadap proses yang telah dilalui. Dimana didalam

pendidikan, prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang didapat

serta penguasaan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, sehingga

prestasi dapat diukur dengan nilai yang didapat dari pengadaan tes

maupun evaluasi belajar.

b. Hakikat Belajar

Hamalik dalam Djamarah (2017: 10) menyatakan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungannya. Sementara itu Purwanto dalam Djamarah (2017: 11)

yang dikemukakan oleh Whiterington menyatakan bahwa belajar adalah

suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola

baru dari pada interaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

15

kepandaian, atau suatu pengertian. Lebih lanjut lagi Nasution dalam

Djamarah (2017: 11) menganggap pengertian belajar sebagai perubahan

kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Sardiman dalam Djamarah (2017:

21) lebih menekankan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,

psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari

pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar juga

dapat dikatakan perubahan seluruh tingkah laku individu yang didapat dari

sesuatu yang baru. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan

dalam diri individu. Setiap individu yang melakukan aktivitas belajar, akan

ada yang berhasil dan tidak berhasil. Maksudnya, individu yang telah

melakukan aktivitas belajar tetapi tidak ada perubahan dalam dirinya maka

itu adalah aktivitas yang sangat sia-sia. Ini artinya aktivitas belajar tidak

mampu dicapai. Sedangkan aktivitas belajar yang dapat dikatakan berhasil

yaitu pembelajaran yang diajarkan atau diketahui oleh individu tetap

tersimpan dalam otak dan sewaktu-waktu bila diperlukan akan ingat.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi pada

dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan belajar

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan perubahan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

16

dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Prestasi belajar

siswa dapat dilihat dari hasil penilaian/evaluasi yang dilakukan guru.

Dengan adanya penialain/evaluasi dalam prestasi belajar maka guru dapat

dengan mudah menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Azwar (2016: 11) menyatakan bahwa “tes prestasi belajar berupa tes

yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal

subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Tes-

tes tersebut dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, atau tes

sumatif”.

Dalam melakukan tes prestasi belajar, penulis menggunakan tes

sumatif. Karena penggunaan hasil dari prestasi belajar tes surmatif dilihat

sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam

pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan penggunaan tes sumatif

guru dapat memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang

telah direncanakan sebelumnya. Pengukuran tes sumatif dilakukan diakhir

suatu program yang hasilnya dipakai untuk menentukan siswa dinyatakan

mampu atau tidak mampu memahami materi yang diberikan.

3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Darmojo dalam Samatowa (2016: 2) menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

17

alam semesta dengan segala isinya. Sementara Nash dalam Samatowa

(2016: 3) menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk

mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia

ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antar suatu

fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk

suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Lebih lanjut lagi

Winaputra dalam Samatowa (2016: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan

ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis

yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari

hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu

tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling

berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan

yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya

berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi

yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisiten. Carin and

Sund dalam Wisudawati dan Sulistyo (2017: 24) lebih menekankan bahwa

IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,

berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

eksperimen.

Dari pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

ilmu tentang alam semesta dan segala isinya dan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar mengembangkan aktivitas siswa untuk mencari tahu tentang

materi IPA melalui penemuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

18

manusia khususnya, umumnya semua aspek hidup dan kehidupan. IPA di

Sekolah Dasar tidak hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa

konsep, atau prinsip saja tetapi suatu proses penemuan. Penemuan disini

dimaksudkan siswa Sekolah Dasar dapat menemukan/membuktikan sendiri

benar atau salahnya pengetahuan yang didapat saat belajar disekolah.

Menurut Baseet et. al. dalam Agustiana dan Tika (2013: 275), secara

umum ciri siswa SD adalah sebagai berikut:

1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik

akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira.

3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,

mengeksplorasi situasi, dan mencobakan berbagai upaya baru.

4) Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi

serta tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan.

5) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan

situasi yang terjadi.

6) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengamati, berinisiatif, dan

mengajari anak-anak lainnya.

Proses pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari ciri siswa tersebut,

karena dalam perkembangan proses berpikir, siswa menempuh berbagai

tingkat pengetahuan. Oleh karena itu, peneliti mengambil tema 6 subtema 3

pembelajaran ke 1, 2, dan 5 tentang panas dan perpindahannya, tujuannya

agar siswa dapat menjelaskan, mengamati, berpikir ilmiah, dan dapat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

19

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serta dalam penyampaianpun

pendidik harus bisa menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa

sesuai dengan ciri siswa SD tersebut.

Adapun tujuan pembelajaran IPA dalam Badan Nasional Standar

Pendidikan (BSNP, 2006) pada buku Sutanto (2015: 171) dimaksudkan

untuk:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hati.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkunga alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturanyya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

20

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran

pendidikan ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar ditekankan terhadap

pengembangan keterampilan proses melalui pembelajaran tentang alam dan

lingkungan. Sehingga pada akhirnya siswa dapat memecahkan masalah dan

membuat keputusan didalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran

IPA akan berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi. Interaksi

tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan guru,

interaksi siswa dengan siswa, juga interaksi siswa dengan lingkungannya.

Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil bila ditunjang oleh

suasana kondusif, yaitu suasana yang dapat memfasilitasi keberhasilan

proses kegiatan pembelajaran, sehingga mampu membangkitkan minat

siswa dari ketidaktahuan menjadi keingintahuan.

b. Materi Pembelajaran IPA Tentang Panas dan Perpindahannya

Dalam materi pembelajaran IPA tentang panas dan perpindahannya,

pada subtema 3 kebanyakan membahas mengenai kalor. Maka dari itu dapat

dilihat dibawah ini materi yang akan diajarkan kepada siswa pada Tema 6

Panas dan Perpindahannya, Subtema 3 Pengaruh Kalor Terhadap

Kehidupan.

1) Sumber Kalor

Energi panas disebut juga dengan kalor. Kalor adalah suatu bentuk

energi yang diterima oleh suatu benda tersebut berubah suhu atau

wujudnya. Kalor dihasilkan oleh sumber kalor. Matahari merupakan

salah satu contoh sumber kalor. Kalor yang bersumber dari matahari

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

21

bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya untuk mengeringkan baju

dan menghangatkan tubuh.

a) Matahari

Matahari merupakan sumber kalor utama di bumi. Matahari

memberikan panas yang diperlukan oleh seluruh makhluk hidup di

bumi. Misalnya untuk mengeringkan baju, mengeringkan padi, dan

membuat garam.

Selain memberikan kalor, matahari juga memberikan cahaya.

Cahaya matahari diperlukan tumbuhan hijau untuk melakukan

fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa oksigen diperlukan

manusia untuk bernapas serta hasil fotosintesis berupa cadangan

makanan digunakan oleh manusia sebagai sumber energi.

b) Api

Api juga merupakan sumber kalor. Api dapat memberikan panas

dan cahaya. Panas dari api dimanfaatkan untuk memasak makanan

dan menghangatkan badan di musim dingin. Sedangkan cahaya api

dapat dimanfaatkan untuk penerangan di malam hari.

c) Gesekan Benda

Sebelum korek api ditemukan, orang-orang pada zaman dahulu

menggunakan batu untuk membuat api. Dua batu yang saling

digosokkan dapat menimbulkan percikan api. Kedua telapak tangan

yang digosokkan juga akan menimbulkan panas. Contohnya seperti

pipimu akan terasa panas setelah kamu menggosokkan kedua telapak

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

22

tanganmu dan menempelkannya dipipi. Oleh sebab itu, orang

kedinginan akan terasa hangat jika menggosokkan kedua telapak

tangannya.

2) Perubahan Kalor

Kalor merupakan energi panas yang tersimpan pada suatu benda.

Sama seperti energi lain, kalor tidak dapat dilihat tetapi dapat dibuktikan

dan dirasakan keberadaannya. Misalnya saat kamu melakukan upacara

bendera di lapangan atau halaman sekolah, maka tubuhmu menjadi

hangat dan lama kelamaan akan terasa panas. Hal tersebut membuktikan

bahwa kalor dapat berpindah. Kalor dapat berpindah dengan 3 macam

cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

a) Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi terjadi apabila kalor

berpindah melalui zat perantara, sedangkan zat perantara tersebut

tidak ikut berpindah. Contohnya kalor dari air panas berpindah

melalui ujung sendok yang tercelup air panas menuju ujung yang tidak

tercelup air panas. Hal ini menunjukkan kalor dapat berpindah melalui

zat perantara (sendok) tanpa disertai perpindahan zat perantara

tersebut.

Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dapat

dikelompokkan menjadi 2, yakni konduktor dan isolator. Konduktor

adalah zat yang mudah menghantarkan kalor (penghantar yang baik).

Contoh benda yang termasuk konduktor adalah benda yang terbuat

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

23

dari logam (baja, besi, alumunium, emas, dan perak). Isolator adalah

zat yang sulit menghantarkan kalor (penghantar yang buruk). Contoh

isolator yaitu kayu, plastik, dan kain wol.

b) Konveksi

Konveksi terjadi apabila kalor berpindah melalui zat perantara

dengan diikuti perpindahan zat perantara tersebut. Contoh konverksi

terjadi pada air yang direbus. Saat air direbus, maka air bagian bawah

akan panas terlebih dahulu, sehingga air akan bergerak ke atas.

Dengan demikian air yang berada diatas akan terdorong bergerak ke

bawah, begitu seterusnya. Akibatnya terjadilah gerakan air yang

berputar naik turun.

c) Radiasi

Perpindahan kalor juga dapat terjadi melalui zat perantara.

Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara ini disebut dengan

radiasi. Radiasi terjadi dengan memancarkan kalor secara langsung.

Contoh radiasi yaitu panas matahari yang kita rasakan saat upacara

atau berada di luar ruangan pada siang hari. Api juga dapat

memancarkan kalor secara radiasi, misalnya saat kita berada didekat

api unggun (suhu tinggi) maka tubuh (suhu lebih rendah) akan merasa

hangat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

24

3) Pemanfaatan Konduktor dan Isolator Panas

a) Termos

Dalam keseharian, kita menggunakan termos untuk menyimpan

air panas, air tersebut akan tetap panas meskipun disimpan selama

beberapa waktu. Bagaimana termos dapat menjaga air tetap panas?

Kalian telah mengetahui bahwa panas dapat mengalir. Panas

mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Nah, termos seperti sebuah

bendungan. Termos membendung dan menahan aliran panas. Panas

dari dalam termos tidak dapat mengalir keluar. Panas dari luarpun

tidak dapat masuk ke dalam termos. Dengan begitu, termos dapat

berfungsi sebagai isolator.

b) Baju

Apa yang kalian lakukan saat udara dingin? Salah satunya tentu

memakai baju hangat. Contohnya jaket dan sweter. Baju hangat

merupakan isolator panas. Baju hangat dapat mencegah panas dari

tubuh mengalir keluar. Tubuh menjadi hangat dan tidak kedinginan.

c) Alat Masak

Pemanfaatan konduktor banyak kita temui dalam alat masak.

Contohnya panci, cerek, wajan. Ketiganya terbuat dari alumunium.

Alumunium termasuk penghantar panas yang baik. Karena itu, panas

yang dihantarkannya dapat mematangkan masakan.

Sekarang perhatikan gagang panci atau wajan. Gagang tersebut

biasanya dilapisi plastik atau kayu. Plastik dan kayu merupakan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

25

isolator panas. Jadi, kalian tidak perlu takut kepanasan saat

mengangkat panci dan kompor.

d) Setrika

Alas setrika terbuat dari logam agar cepat panas. Panas ini

digunakan untuk menghaluskan dan merapikan pakaian. Gagang

setrika biasanya terbuat dari plastic. Meskipun alas setrika panas,

gagangnya tidak ikut panas. Kita dapat menyetikanya dengan nyaman.

e) Logam

Logam memeiliki sifat mudah menghantarkan panas. Jadi logam

merupakan konduktor panas. Hal itu bisa dibuktikan dengan

memasukkan sendok dan paku ke dalam air panas. Tak lama

kemudian, sendok dan paku terasa panas. Karena keras dan bersifat

konduktor panas, maka logam digunakan untuk membuat setrika,

wajan, dan ceret. Dengan menggunakan logam maka benda-benda ini

dapat menghantarkan panas yang berasal dari api atau listrik dengan

cepat. Selanjutnya, panas dari listrik dihantarkan oleh setrika ke

pakaian. Panas dari api juga dihantarkan panci atau wajan ke air atau

makanan yang dimasak.

f) Kayu dan Plastik

Kayu dan plastik merupakan bahan yang lambat menghantarkan

panas. Dengan kata lain, kayu dan plastik tergolong isolator panas.

Karena bersifat isolator panas, maka kayu dan plastik digunakna

sebagai bahan untuk membuat pegangan (gagang) payung, gagang

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

26

setrika, gagang wajan, tatakan gelas, dan tatakan piring. Gagang

payung terbuat dari bahan kayu atau plastik sehingga tidak mudah

menghantarkan panas yang berasal dari sinar matahari. Gagang setrika

dan gagang wajan biasanya terbuat dari kayu atau plastik. Karena

terbuat dari bahan isolator panas, maka gagang strika dan wajan bisa

kita pegang langsung dengan tangan atnpa melukai. Demikian pula

tataka mangkuk dan tatakan gelas. Kedua benda ini digunakan untuk

mencegah panas berpindah dari gelas atau mangkuk yang berisi air

panas ke meja. Dengan demikian, meja bisa terhindar dari kerusakan.

g) Kertas

Kertas merupakan bahan yang sulit atau lambat menghantarkan

panas. Oleh karena itu kertas digolongkan sebagai isolator panas.

Sifat isolator panas pada kertas dimanfaatkan antara lain untuk

membuat gelas kertas. Kertas tersebut dilapisi bahan yang tidak

menyerap air, yaitu plastik. Gelas kertas banyak digunakan di restoran

siap saji. Gelas kertas itu dapat digunakan untuk wadah teh panas.

Orang yang memegang gelas kertas itu tidak akan kepanasan seperti

saat memegang gelas kaca.

h) Kain (Bahan Sandang)

Kain merupakan isolator panas. Oleh karena itu, bahan ini

digunakan untuk membuat cempal, yiatu pelapis atau pelindung

tangan saat mengangkat panci atau penggorengan panas. Panas dan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

27

panci dapat ditahan oleh kain sehingga tidak berpindah ke tangan.

Jadi, tangan tidak melepuh kepanasan.

Dalam materi pembelajaran tentang panas dan perpindahannya mata

pelajaran IPA pada Tema 6 Subtema 3 ada 3 pembelajaran IPA yaitu

pembelajaran ke 1, 2 dan 5. Adapun Kompetensi Dasar IPA pembelajaran

ke 1, 2, dan 5 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.

Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 1

No Kompetensi Dasar Indikator

1. 3.6 Menerapkan konsep

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

3.6.1 Mengidentifikasi sumber

panas.

2. 4.6 Melaporkan hasil

pengamatan tentang

perpindahan kalor.

4.6.1 Melaporkan hasil pengamatan

tentang sumber panas

Tabel 2.

Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 2

No Kompetensi Dasar Indikator

1. 3.6 Menerapkan konsep

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

3.6.1 Mengetahui peristiwa

perpindahan kalor secara konduksi,

konveksi, dan radiasi.

2. 4.6 Melaporkan hasil

pengamatan tentang perpindahan

kalor.

4.6.1 Menjabarkan hasil

pengamatan terhadap sifat hantaran

benda dengan kegunaannya.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

28

Tabel 3.

Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 5

No Kompetensi Dasar Indikator

1. 3.6 Menerapkan konsep

perpindahan kalor dalam

kehidupan sehari-hari.

3.6.1 Mengidentifikasi pemanfaatan

panas pada benda-benda sekitar.

2. 4.6 Melaporkan hasil

pengamatan tentang perpindahan

kalor.

4.6.1 Menuliskan bahan-bahan

yang temasuk konduktor dan

isolator disekitar kita.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:

1. Hasil Penelitian Ermawan dan Sari (2017: 135)

Hasil penelitian Ermawan dan Sari (2017), yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Take and Give terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis peserta Didik”, menujukkan bahwa model pembelajaran take and

give berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

peserta didik. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian penulis yaitu

menerapkan model pembelajaran take and give dan saling bertukar pikiran.

Adapun perbedaan penelitiannya, Ermawan dan Sari mengukur kemampuan

memecahkan masalah matematis peserta didik, sedangkan peneliti mengukur

prestasi belajar siswa dalam model pembelajaran take and give.

Hasil dari penelitian ini yaitu data tentang kemampuan pemecahan

masalah matematis pada peserta didik kelas eksperimen dan kelas control

diperoleh setelah melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

29

trigonometri sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran take

and give dan memberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis

berbentuk soal essay sebanyak 5 butir soal. Pelaksanaan tes ini diikuti oleh 30

orang peserta didik disebabkan 11 peserta didik berhalangan hadir. Berikut

adalan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian.

a. Guru menyiapkan peserta didik dan menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Guru menjelaskan materi sesuai dengan indikator pembelajaran

c. Peserta didik diberi satu kartu yang berisikan materi trigonometri untuk

dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit.

d. Semua peserta didik diminta berdiri dan mencari pasangan untuk saling

memberi informasi. Setiap peserta didik harus mencatat nama

pasangannya pada kartu.

e. Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik sesuai dengan materi

yang dipelajari sebagai evaluasi.

f. Pada pertemuan selanjutnya guru memberikan postes sebanyak 5 butir

soal untuk menguji kemampuan pemecahan masalah matematis peserta

didik.

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran take and give dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Hal tersebut

diperoleh berdasarkan hasil postes yang didapat peserta didik yaitu sebanyak

24 peserta didik mendapat nilai ≥ 75, sebanyak 6 peserta didik mendapat nilai

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

30

< 75 dan nilai rata-rata 30 peserta didik yang mencapai 80,00 sehingga

melebihi 75 (KKM).

2. Hasil Penelitian Rizky N.P, Erna Y, dan Kuncahyono (2017: 750-757)

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Rizky N.P, Erna Y, dan

Kuncahyono (2017) yang berjudul “Pengaruh Media LKS Berbasis Model

Take and Give Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Jabung

01 Kec. Jabung Kab. Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

menggunakan LKS berbasis model pembelajaran take and give dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti terletak pada model

pembelajaran dan mata pelajarannya. Perbedaannya terletak pada penerapan

media, dan dalam penelitian ini ingin meningkatkan hasil belajar siswa,

sedangkan peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil observasi awal yang dikemukakan oleh jurnal Rizky N.P, Erna Y,

dan Kuncahyono (2017) bahwa hasil belajar IPA rendah, akan tetapi dengan

dibuatnya media LKS berbasis model take and give, terbukti mampu

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut

dibuktikan dengan perolehan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

yang sangat berbeda. Nilai rata-rata yang didapatkan pada kelas eksperimen

adalah 78,22 sedangkan untuk kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata

sebesar 67,33 dengan Sig.(2-tailed) pada uji hipotesis adalah sebesar 0,032

yang artinya nilai tersebut kurang dari 0,05 dengan taraf kepercayaan sebesar

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

31

95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis model take and give

berpengaruh baik terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V.

3. Hasil Penelitian I. A. G. Sri Udayanti, dan P. Nanci Riastini (2017: 51-56)

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh I. A. G. Sri Udayanti, dan P.

Nanci Riastini (2017), yang berjudul “Penerapan Metode Take and Give Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas IV A”, menunjukkan bahwa

penelitian menggunakan metode take and give pada materi IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A. Persamaan penelitian ini dengan

peneliti terletak pada model pembelajaran dan mata pelajarannya.

Perbedaannya terletak pada variabel terikat. Variabel terikat yang dilakukan

oleh I. A. G. Sri Udayanti dan P. Nanci Riastini adalah meningkatkan hasil

belajar siswa, sedangkan peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa.

Jenis penelitian dalam jurnal ini dengan peneliti juga berbeda, jenis penelitian

ini yaitu menggunakan jenis penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

melalui 2 siklus. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu

jenis penelitian eksperimen.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa penggunaan metode pembelajaran

take and give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan

persentase pada rata-rata dari pra siklus hingga siklus II dapat terjadi karena

pertama, pembelajaran yang menerapkan metode take and give dapat

mengubah pembelajaran yang awalnya hanya berpusat kepada guru menjadi

pembelajaran berpusat siswa. Penerapan metode pembelajaran take and give

mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA di SD Nomor 2 Sempidi,

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

32

metode take and give dapat menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa.

Siswa akan lebih aktif dan mampu membangun pengetahuan yang akan

menjadi miliknya. Selain itu, siswa akan lebih cepat memahami penguasaan

materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan temannya.

Hal ini membuat siswa belajar bermakna sehingga berdampak terhadap

perolehan hasil belajar siswa.

Keberhasilan penerapan metode take and give dalam penelitian ini,

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiantari (2016), “ Penerapan

Metode pembelajaran Take and Give berbantuan media Mind Mapping

membantu meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA kelas IV SDN

2 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Semester II Tahun

Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian, persentase rata-rata

keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 31,82%. Pada siklus I, persentase

rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 67,41% dan pada siklus II

meningkat menjadi 81,25 %. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pra

siklus sebesar 46,67%. Pada siklus I, persentase rata-rata hasil belajar IPA

meningkat menjadi 67,75 % dan pada siklus II meningkat menjadi 80,75 %.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Osok (2014), dengan judul

“Penerapan Metode Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Tentang Mengenal Bagian-bagian Utama Tubuh Pada Siswa kelas II SD

Negeri Teluk Dore Tahun Ajaran 2013/2014 “. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukannya, setelah menerapkan metode pembelajaran take and

give, hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Teluk Dore mengalami

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

33

peningkatan. Sebelum diberikan tindakan penelitian, rata-rata hasil belajar

siswa hanya sebesar 45,68%. Pada siklus I, rata-rata belajar IPA 71,43% dan

pada siklus II meningkat menjadi 82,22 %.

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sugiantari dan Osok

yang menyatakan keberhasilannya dalam menerapkan metode take and give,

peneliti juga mendapatkan hasil yang baik dengan menerapkan metode

pembelajaran yang sama. Berdasarkan paparan diatas, dengan metode

pembelajaran take and give memberikan hasil yang positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa baik dari ranah kognitif khususnya. Ini berarti

hipotesis yang diajukan peneliti yaitu penerapan metode take and give untuk

meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV A SD Negeri 2 sempidi kecamatan

mengawi tahun pelajaran 2016/2017 “ dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode take and give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas IVA Semester ganjil SD Nomor 2 Sempidi Tahun Pembelajaran

2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata hasil

belajar yang diperoleh. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar

70,9% yang berada pada kriteria ”sedang”. Pada siklus II diperoleh rata-rata

hasil belajar sebesar 81,4% berada pada kriteria “Tinggi”.

C. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran saat ini masih mengandalkan model pembelajaran

konvensional sebagai salah satu model yang biasa diterapkan dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran konvensional dianggap lebih mudah dan tidak

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

34

membutuhkan persiapan yang panjang sehingga metode ini sangat diminati oleh

guru. namun dengan penggunaan metode konvensional, guru menjadi kurang

kreatif dan pembelajaran menjadi monoton sehingga siswa todak memperhatikan

guur, melakukan kegiatan diluar pembelajaran karena pada model pembelajaran

konvensional guru menjadi lebih sering melakukan kegiatan sendiri sehingga

siswa menjadi sulit menyerap pembelajaran yang disampaikan guru dan

berdampak prestasi belajar siswa pada aspek kognitif rendah. Maka perlu adanya

kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa SD.

Dalam mencipatakan pembelajaran aktif dan menarik minat siswa adalah

dengan penggunaan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

cocok diterapkan pada siswa SD yaitu model pembelajaran take and give karena

model ini adalah model pembelajaran yang saling menerima dan memberi

informasi yang dapat membuat siswa aktif, sehingga memudahkan guru

menyampaikan materi pembelajaran. Kerangka pikir dalam penelitian ini

disajikan pada gambar berikut:

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

35

Gambar 1.

Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menjadi

monoton

Siswa melakukan kegiatan

diluar proses pembelajaran

Prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA

materi panas dan perpindahannya menjadi

rendah

Model pembelajaran take and give

Siswa menjadi berpartisifasi

Pembelajaran dilakukan

secara berkelompok

Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA

materi panas dan perpindahannyan mengalami

peningkatan dengan menggunakan model

pembelajaran take and give

Guru menggunakan

model pembelajaran

konvensional

Pembelajaran dilakukan

dengan saling menerima dan

memberi materi

Proses pembelajaran

menjadikan siswa aktif

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

36

D. Hipotesis Penelitian

Hadi dalam Widodo (2017: 58) menyatakan bahwa “hipotesis adalah

dugaan yang bersifat sementara yang masih memerlukan pembuktian”. Ada dua

jenis hipotesis penelitian, yaitu hipotesis nihil (Hₒ) dan hipotesis alternatif (Hₐ).

Hipotesis nihil (Hₒ) adalah dugaan yang menyatakan kesamaan atau tidak adanya

perbedaan antara dua kelompok atau lebih tentang suatu perkara yang

dipersoalkan. Sedangkan hipotesis alternatif (Hₐ) terkait dengan dugaan yang

menyatakan ketidaksamaan atau perbedaan.

Dalam penelitian ini, untuk mencari tahu pengaruh model pembelajaran take

and give terhadap prestasi belajar siswa tentang materi panas dan perpindahannya,

yaitu dengan membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa berdasarkan

hasil pretest dan posttest. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang

dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis Nihil (Hₒ)

Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give

pada rata-rata nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa tentang materi

panas dan perpindahannya.

2. Hipotesis Alternatif (Hₐ)

Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give pada

rata-rata nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa tentang materi panas

dan perpindahannya.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--