Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah rangkaian yang sudah terkonsep dan
direncanakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, sehingga siswa
mampu menguasai materi yang diberikan oleh guru, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Joyce dan Weil dalam Maolani (2017: 53) menyatakan
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi, pelajaran dan memberi
petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran maupun setting
lainnya. Sementara Maolani (2017: 54) menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah pola yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
dijadikan pedoman pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi belajar dikelas
yang merupakan pengejawantahan dari penyusunan kurikulum, pengaturan
materi, serta pemberian petunjuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
dalam pembelajaran.
Soekamto dalam Shoimin (2014: 23) lebih menekankan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam proses pembelajaran.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
8
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana terkonsep yang digunakan pendidik
untuk melakukan kegiatan pembelajaran serta evaluasi belajar menciptakan
suasana belajar aktif. Dalam menentukan model pembelajaran yang akan
diterapkan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran. Model
pembelajaran yang akan dikembangkan guru pada dasarnya memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami dan menguasai suatu pengetahuan
atau pelajaran tertentu. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang menjadikan kelas aktif.
Menurut Kardi dan Nur dalam Shoimin (2014: 24), model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1) Teori yang rasional dan logis telah disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
bertujuan siswa akan belajar dengan baik.
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Dalam interaksi belajar mengajar, model pembelajaran merupakan
salah satu komponen untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai,
semakin baik memilih dan menggunakan model pembelajaran maka
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
9
semakin berhasillah pencapaian tujuan yang diharapkan. Model
pembelajaran yang digunakan peneliti dalam penelitian eksperimen yaitu
model pembelajaran take and give yang berarti siswa akan saling menerima
dan memberi materi yang diketahuinya.
b. Hakikat Model Pembelajaran Take and Give
Model pembelajaran take and give merupakan salah satu model
pembelajaran yang membantu siswa untuk saling menerima dan memberi
informasi sehingga siswa akan aktif dikelas, dan memungkinkan peserta
didik memperoleh pengalaman belajar yang dapat membangun pengetahuan
yang diketahuinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Slavin dalam
Shoimin (2014: 195) model pembelajaran take and give pada dasarnya
mengacu konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa
itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.
Berdasarkan pendapat Slavin tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
model pembelajaran menerima dan memberi (take and give) merupakan
metode pembelajaran menuntut peserta didik mampu memahami materi
pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).
Pembelajaran take and give merupakan proses pembelajaran yang berusaha
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Take and Give
Menurut Shoimin (2014: 195) dalam melakukan model pembelajaran
take and give ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh pendidik
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
10
dalam pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah model pembelajaran
take and give yaitu:
1) Siapkan media yang terbuat dari kartu.
2) Menjelaskan materi.
3) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap siswa diberi
masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) kurang lebih 5
menit, dan tiap kartu diberi sub materi yang berbeda dengan kartu
lainnya.
4) Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling
menginformasi. Kemudian tiap siswa harus mencatat nama
pasangannya pada kartu.
5) Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan
menerima materi masing-masing.
6) Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.
7) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
8) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan memberikan penguatan.
9) Kesimpulan.
Dari langkah-langkah model pembelajaran take and give penulis
memodifikasi langkah-langkah tersebut, karena disesuaikan dengan keadaan
dikelas dan materi yang akan dipelajari. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
11
1) Guru menyiapkan media kartu yang didalam kartu tersebut telah diisi
dengan materi yang berbeda-beda.
2) Guru menjelaskan materi.
3) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, setiap kelompok 1 dan 2
siswa perorangnya diberi nama yang sama dengan kelompok lain.
4) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap kelompok diberi
media kartu untuk dipelajari (dihafal) kurang lebih 5 menit. Tiap kartu
diberi sub materi yang berbeda dengan kartu lainnya.
5) Setelah dipelajari dan dihafal, siswa melakukan kegiatan take and give
secara berpasang-pasangan.
6) Semua kelompok harus berdiri dan saling bertatap muka kelompok 1
dengan kelompok 2 dan lari mencari pasangan yang sesuai dengan
namanya untuk saling menginformasikan.
7) Demikian seterusnya sampai tiap siswa saling menerima dan memberi
materi masing-masing.
8) Selanjutnya siswa mencari teman untuk berpasang-pasangan tetapi
tidak boleh sama dengan namanya sendiri, dan melakukan kegiatan
take and give.
9) Setelah melakukan kegiatan take and give, siswa kembali pada
kelompoknya masing-masing.
10) Setiap siswa diminta bergiliran untuk menjelaskan materi yang telah
dihafal.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
12
11) Guru mengevaluasi keberhasilan, memberikan siswa pertanyaan yang
tak sesuai dengan kartunya.
12) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan memberikan penguatan dengan diselipkan media
pembelajaran konkrit yang sesuai dengan materi.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give
Menurut Shoimin (2014: 197) model pembelajaran take and give
terdapat kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangannya
sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran Take and Give
a) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan
informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik
yang lain.
b) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan
peserta didik akan informasi.
c) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
d) Melatih kepekaan diri, empati melalui bermacam perbedaan sikap
tingkah laku selama bekerja sama.
e) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa
percaya diri.
f) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri
dan sikap tingkah laku yang positif serta meningkatkan prestasi
belajarnya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
13
2) Kekurangan Model Pembelajaran Take and Give
a) Jika informasi yang disampaikan peserta didik kurang tepat/salah,
informasi yang diterima peserta didik lain pun akan kurang tepat.
b) Terlalu banyak langkah dan strategi.
2. Prestasi Belajar
a. Hakikat Prestasi
Prestasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
dengan hasil yang baik, sehingga prestasi yang dicapaipun akan baik.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Djamarah (2017: 19) bahwa
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan, hanya dengan
keuletan dan percaya dirilah yang dapat membantu seseorang mencapai
prestasi yang baik. Banyak kegiatan yang bisa mencapai prestasi.
Adapun menurut beberapa para ahli dalam Djamarah (2017: 20-21)
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Dimana hasil yang dimaksud
adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Dibawah ini terdapat beberapa
pendapat para ahli dalam memahami kata “prestasi” yaitu:
1) Poerdaminta dalam Djamarah (2017: 20), menyatakan bahwa “prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain
sebagainya)”.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
14
2) Qodar dalam Djamarah (2017: 20), menyatakan bahwa “prestasi
adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan
hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.
3) Harahap dkk dalam Djamarah (2017: 21), menyatakan bahwa
“prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan
kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan terhadap nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum”.
4) Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli
tersebut terlihat perbedaan kata-kata, namun intinya sama yakni hasil
yang dicapai dari suatu kegiatan. Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan berupa
penilaian terhadap proses yang telah dilalui. Dimana didalam
pendidikan, prestasi merupakan hasil dari pemahaman yang didapat
serta penguasaan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, sehingga
prestasi dapat diukur dengan nilai yang didapat dari pengadaan tes
maupun evaluasi belajar.
b. Hakikat Belajar
Hamalik dalam Djamarah (2017: 10) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungannya. Sementara itu Purwanto dalam Djamarah (2017: 11)
yang dikemukakan oleh Whiterington menyatakan bahwa belajar adalah
suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari pada interaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
15
kepandaian, atau suatu pengertian. Lebih lanjut lagi Nasution dalam
Djamarah (2017: 11) menganggap pengertian belajar sebagai perubahan
kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Sardiman dalam Djamarah (2017:
21) lebih menekankan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari
pengalaman seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar juga
dapat dikatakan perubahan seluruh tingkah laku individu yang didapat dari
sesuatu yang baru. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan
dalam diri individu. Setiap individu yang melakukan aktivitas belajar, akan
ada yang berhasil dan tidak berhasil. Maksudnya, individu yang telah
melakukan aktivitas belajar tetapi tidak ada perubahan dalam dirinya maka
itu adalah aktivitas yang sangat sia-sia. Ini artinya aktivitas belajar tidak
mampu dicapai. Sedangkan aktivitas belajar yang dapat dikatakan berhasil
yaitu pembelajaran yang diajarkan atau diketahui oleh individu tetap
tersimpan dalam otak dan sewaktu-waktu bila diperlukan akan ingat.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi pada
dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas. Sedangkan belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang mengakibatkan perubahan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
16
dalam diri individu yaitu perubahan tingkah laku. Jadi prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar. Prestasi belajar
siswa dapat dilihat dari hasil penilaian/evaluasi yang dilakukan guru.
Dengan adanya penialain/evaluasi dalam prestasi belajar maka guru dapat
dengan mudah menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Azwar (2016: 11) menyatakan bahwa “tes prestasi belajar berupa tes
yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal
subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Tes-
tes tersebut dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, atau tes
sumatif”.
Dalam melakukan tes prestasi belajar, penulis menggunakan tes
sumatif. Karena penggunaan hasil dari prestasi belajar tes surmatif dilihat
sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan penggunaan tes sumatif
guru dapat memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Pengukuran tes sumatif dilakukan diakhir
suatu program yang hasilnya dipakai untuk menentukan siswa dinyatakan
mampu atau tidak mampu memahami materi yang diberikan.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Darmojo dalam Samatowa (2016: 2) menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
17
alam semesta dengan segala isinya. Sementara Nash dalam Samatowa
(2016: 3) menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk
mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia
ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antar suatu
fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk
suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Lebih lanjut lagi
Winaputra dalam Samatowa (2016: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu
tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling
berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan
yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya
berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi
yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisiten. Carin and
Sund dalam Wisudawati dan Sulistyo (2017: 24) lebih menekankan bahwa
IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur,
berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen.
Dari pengertian IPA tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
ilmu tentang alam semesta dan segala isinya dan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar mengembangkan aktivitas siswa untuk mencari tahu tentang
materi IPA melalui penemuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
18
manusia khususnya, umumnya semua aspek hidup dan kehidupan. IPA di
Sekolah Dasar tidak hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa
konsep, atau prinsip saja tetapi suatu proses penemuan. Penemuan disini
dimaksudkan siswa Sekolah Dasar dapat menemukan/membuktikan sendiri
benar atau salahnya pengetahuan yang didapat saat belajar disekolah.
Menurut Baseet et. al. dalam Agustiana dan Tika (2013: 275), secara
umum ciri siswa SD adalah sebagai berikut:
1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik
akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
2) Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira.
3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,
mengeksplorasi situasi, dan mencobakan berbagai upaya baru.
4) Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi
serta tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan.
5) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan
situasi yang terjadi.
6) Mereka belajar dengan cara bekerja, mengamati, berinisiatif, dan
mengajari anak-anak lainnya.
Proses pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari ciri siswa tersebut,
karena dalam perkembangan proses berpikir, siswa menempuh berbagai
tingkat pengetahuan. Oleh karena itu, peneliti mengambil tema 6 subtema 3
pembelajaran ke 1, 2, dan 5 tentang panas dan perpindahannya, tujuannya
agar siswa dapat menjelaskan, mengamati, berpikir ilmiah, dan dapat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
19
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Serta dalam penyampaianpun
pendidik harus bisa menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
sesuai dengan ciri siswa SD tersebut.
Adapun tujuan pembelajaran IPA dalam Badan Nasional Standar
Pendidikan (BSNP, 2006) pada buku Sutanto (2015: 171) dimaksudkan
untuk:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hati.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkunga alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturanyya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
20
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran
pendidikan ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar ditekankan terhadap
pengembangan keterampilan proses melalui pembelajaran tentang alam dan
lingkungan. Sehingga pada akhirnya siswa dapat memecahkan masalah dan
membuat keputusan didalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran
IPA akan berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi. Interaksi
tersebut meliputi interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan guru,
interaksi siswa dengan siswa, juga interaksi siswa dengan lingkungannya.
Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil bila ditunjang oleh
suasana kondusif, yaitu suasana yang dapat memfasilitasi keberhasilan
proses kegiatan pembelajaran, sehingga mampu membangkitkan minat
siswa dari ketidaktahuan menjadi keingintahuan.
b. Materi Pembelajaran IPA Tentang Panas dan Perpindahannya
Dalam materi pembelajaran IPA tentang panas dan perpindahannya,
pada subtema 3 kebanyakan membahas mengenai kalor. Maka dari itu dapat
dilihat dibawah ini materi yang akan diajarkan kepada siswa pada Tema 6
Panas dan Perpindahannya, Subtema 3 Pengaruh Kalor Terhadap
Kehidupan.
1) Sumber Kalor
Energi panas disebut juga dengan kalor. Kalor adalah suatu bentuk
energi yang diterima oleh suatu benda tersebut berubah suhu atau
wujudnya. Kalor dihasilkan oleh sumber kalor. Matahari merupakan
salah satu contoh sumber kalor. Kalor yang bersumber dari matahari
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
21
bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya untuk mengeringkan baju
dan menghangatkan tubuh.
a) Matahari
Matahari merupakan sumber kalor utama di bumi. Matahari
memberikan panas yang diperlukan oleh seluruh makhluk hidup di
bumi. Misalnya untuk mengeringkan baju, mengeringkan padi, dan
membuat garam.
Selain memberikan kalor, matahari juga memberikan cahaya.
Cahaya matahari diperlukan tumbuhan hijau untuk melakukan
fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa oksigen diperlukan
manusia untuk bernapas serta hasil fotosintesis berupa cadangan
makanan digunakan oleh manusia sebagai sumber energi.
b) Api
Api juga merupakan sumber kalor. Api dapat memberikan panas
dan cahaya. Panas dari api dimanfaatkan untuk memasak makanan
dan menghangatkan badan di musim dingin. Sedangkan cahaya api
dapat dimanfaatkan untuk penerangan di malam hari.
c) Gesekan Benda
Sebelum korek api ditemukan, orang-orang pada zaman dahulu
menggunakan batu untuk membuat api. Dua batu yang saling
digosokkan dapat menimbulkan percikan api. Kedua telapak tangan
yang digosokkan juga akan menimbulkan panas. Contohnya seperti
pipimu akan terasa panas setelah kamu menggosokkan kedua telapak
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
22
tanganmu dan menempelkannya dipipi. Oleh sebab itu, orang
kedinginan akan terasa hangat jika menggosokkan kedua telapak
tangannya.
2) Perubahan Kalor
Kalor merupakan energi panas yang tersimpan pada suatu benda.
Sama seperti energi lain, kalor tidak dapat dilihat tetapi dapat dibuktikan
dan dirasakan keberadaannya. Misalnya saat kamu melakukan upacara
bendera di lapangan atau halaman sekolah, maka tubuhmu menjadi
hangat dan lama kelamaan akan terasa panas. Hal tersebut membuktikan
bahwa kalor dapat berpindah. Kalor dapat berpindah dengan 3 macam
cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
a) Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi terjadi apabila kalor
berpindah melalui zat perantara, sedangkan zat perantara tersebut
tidak ikut berpindah. Contohnya kalor dari air panas berpindah
melalui ujung sendok yang tercelup air panas menuju ujung yang tidak
tercelup air panas. Hal ini menunjukkan kalor dapat berpindah melalui
zat perantara (sendok) tanpa disertai perpindahan zat perantara
tersebut.
Berdasarkan kemampuan menghantarkan kalor, zat dapat
dikelompokkan menjadi 2, yakni konduktor dan isolator. Konduktor
adalah zat yang mudah menghantarkan kalor (penghantar yang baik).
Contoh benda yang termasuk konduktor adalah benda yang terbuat
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
23
dari logam (baja, besi, alumunium, emas, dan perak). Isolator adalah
zat yang sulit menghantarkan kalor (penghantar yang buruk). Contoh
isolator yaitu kayu, plastik, dan kain wol.
b) Konveksi
Konveksi terjadi apabila kalor berpindah melalui zat perantara
dengan diikuti perpindahan zat perantara tersebut. Contoh konverksi
terjadi pada air yang direbus. Saat air direbus, maka air bagian bawah
akan panas terlebih dahulu, sehingga air akan bergerak ke atas.
Dengan demikian air yang berada diatas akan terdorong bergerak ke
bawah, begitu seterusnya. Akibatnya terjadilah gerakan air yang
berputar naik turun.
c) Radiasi
Perpindahan kalor juga dapat terjadi melalui zat perantara.
Perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara ini disebut dengan
radiasi. Radiasi terjadi dengan memancarkan kalor secara langsung.
Contoh radiasi yaitu panas matahari yang kita rasakan saat upacara
atau berada di luar ruangan pada siang hari. Api juga dapat
memancarkan kalor secara radiasi, misalnya saat kita berada didekat
api unggun (suhu tinggi) maka tubuh (suhu lebih rendah) akan merasa
hangat.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
24
3) Pemanfaatan Konduktor dan Isolator Panas
a) Termos
Dalam keseharian, kita menggunakan termos untuk menyimpan
air panas, air tersebut akan tetap panas meskipun disimpan selama
beberapa waktu. Bagaimana termos dapat menjaga air tetap panas?
Kalian telah mengetahui bahwa panas dapat mengalir. Panas
mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah. Nah, termos seperti sebuah
bendungan. Termos membendung dan menahan aliran panas. Panas
dari dalam termos tidak dapat mengalir keluar. Panas dari luarpun
tidak dapat masuk ke dalam termos. Dengan begitu, termos dapat
berfungsi sebagai isolator.
b) Baju
Apa yang kalian lakukan saat udara dingin? Salah satunya tentu
memakai baju hangat. Contohnya jaket dan sweter. Baju hangat
merupakan isolator panas. Baju hangat dapat mencegah panas dari
tubuh mengalir keluar. Tubuh menjadi hangat dan tidak kedinginan.
c) Alat Masak
Pemanfaatan konduktor banyak kita temui dalam alat masak.
Contohnya panci, cerek, wajan. Ketiganya terbuat dari alumunium.
Alumunium termasuk penghantar panas yang baik. Karena itu, panas
yang dihantarkannya dapat mematangkan masakan.
Sekarang perhatikan gagang panci atau wajan. Gagang tersebut
biasanya dilapisi plastik atau kayu. Plastik dan kayu merupakan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
25
isolator panas. Jadi, kalian tidak perlu takut kepanasan saat
mengangkat panci dan kompor.
d) Setrika
Alas setrika terbuat dari logam agar cepat panas. Panas ini
digunakan untuk menghaluskan dan merapikan pakaian. Gagang
setrika biasanya terbuat dari plastic. Meskipun alas setrika panas,
gagangnya tidak ikut panas. Kita dapat menyetikanya dengan nyaman.
e) Logam
Logam memeiliki sifat mudah menghantarkan panas. Jadi logam
merupakan konduktor panas. Hal itu bisa dibuktikan dengan
memasukkan sendok dan paku ke dalam air panas. Tak lama
kemudian, sendok dan paku terasa panas. Karena keras dan bersifat
konduktor panas, maka logam digunakan untuk membuat setrika,
wajan, dan ceret. Dengan menggunakan logam maka benda-benda ini
dapat menghantarkan panas yang berasal dari api atau listrik dengan
cepat. Selanjutnya, panas dari listrik dihantarkan oleh setrika ke
pakaian. Panas dari api juga dihantarkan panci atau wajan ke air atau
makanan yang dimasak.
f) Kayu dan Plastik
Kayu dan plastik merupakan bahan yang lambat menghantarkan
panas. Dengan kata lain, kayu dan plastik tergolong isolator panas.
Karena bersifat isolator panas, maka kayu dan plastik digunakna
sebagai bahan untuk membuat pegangan (gagang) payung, gagang
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
26
setrika, gagang wajan, tatakan gelas, dan tatakan piring. Gagang
payung terbuat dari bahan kayu atau plastik sehingga tidak mudah
menghantarkan panas yang berasal dari sinar matahari. Gagang setrika
dan gagang wajan biasanya terbuat dari kayu atau plastik. Karena
terbuat dari bahan isolator panas, maka gagang strika dan wajan bisa
kita pegang langsung dengan tangan atnpa melukai. Demikian pula
tataka mangkuk dan tatakan gelas. Kedua benda ini digunakan untuk
mencegah panas berpindah dari gelas atau mangkuk yang berisi air
panas ke meja. Dengan demikian, meja bisa terhindar dari kerusakan.
g) Kertas
Kertas merupakan bahan yang sulit atau lambat menghantarkan
panas. Oleh karena itu kertas digolongkan sebagai isolator panas.
Sifat isolator panas pada kertas dimanfaatkan antara lain untuk
membuat gelas kertas. Kertas tersebut dilapisi bahan yang tidak
menyerap air, yaitu plastik. Gelas kertas banyak digunakan di restoran
siap saji. Gelas kertas itu dapat digunakan untuk wadah teh panas.
Orang yang memegang gelas kertas itu tidak akan kepanasan seperti
saat memegang gelas kaca.
h) Kain (Bahan Sandang)
Kain merupakan isolator panas. Oleh karena itu, bahan ini
digunakan untuk membuat cempal, yiatu pelapis atau pelindung
tangan saat mengangkat panci atau penggorengan panas. Panas dan
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
27
panci dapat ditahan oleh kain sehingga tidak berpindah ke tangan.
Jadi, tangan tidak melepuh kepanasan.
Dalam materi pembelajaran tentang panas dan perpindahannya mata
pelajaran IPA pada Tema 6 Subtema 3 ada 3 pembelajaran IPA yaitu
pembelajaran ke 1, 2 dan 5. Adapun Kompetensi Dasar IPA pembelajaran
ke 1, 2, dan 5 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.
Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 1
No Kompetensi Dasar Indikator
1. 3.6 Menerapkan konsep
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
3.6.1 Mengidentifikasi sumber
panas.
2. 4.6 Melaporkan hasil
pengamatan tentang
perpindahan kalor.
4.6.1 Melaporkan hasil pengamatan
tentang sumber panas
Tabel 2.
Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 2
No Kompetensi Dasar Indikator
1. 3.6 Menerapkan konsep
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
3.6.1 Mengetahui peristiwa
perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
2. 4.6 Melaporkan hasil
pengamatan tentang perpindahan
kalor.
4.6.1 Menjabarkan hasil
pengamatan terhadap sifat hantaran
benda dengan kegunaannya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
28
Tabel 3.
Kompetensi Dasar IPA pada Pembelajaran Ke 5
No Kompetensi Dasar Indikator
1. 3.6 Menerapkan konsep
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari.
3.6.1 Mengidentifikasi pemanfaatan
panas pada benda-benda sekitar.
2. 4.6 Melaporkan hasil
pengamatan tentang perpindahan
kalor.
4.6.1 Menuliskan bahan-bahan
yang temasuk konduktor dan
isolator disekitar kita.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil Penelitian Ermawan dan Sari (2017: 135)
Hasil penelitian Ermawan dan Sari (2017), yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Take and Give terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis peserta Didik”, menujukkan bahwa model pembelajaran take and
give berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
peserta didik. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian penulis yaitu
menerapkan model pembelajaran take and give dan saling bertukar pikiran.
Adapun perbedaan penelitiannya, Ermawan dan Sari mengukur kemampuan
memecahkan masalah matematis peserta didik, sedangkan peneliti mengukur
prestasi belajar siswa dalam model pembelajaran take and give.
Hasil dari penelitian ini yaitu data tentang kemampuan pemecahan
masalah matematis pada peserta didik kelas eksperimen dan kelas control
diperoleh setelah melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
29
trigonometri sesuai dengan langkah-langkah pada model pembelajaran take
and give dan memberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis
berbentuk soal essay sebanyak 5 butir soal. Pelaksanaan tes ini diikuti oleh 30
orang peserta didik disebabkan 11 peserta didik berhalangan hadir. Berikut
adalan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian.
a. Guru menyiapkan peserta didik dan menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru menjelaskan materi sesuai dengan indikator pembelajaran
c. Peserta didik diberi satu kartu yang berisikan materi trigonometri untuk
dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit.
d. Semua peserta didik diminta berdiri dan mencari pasangan untuk saling
memberi informasi. Setiap peserta didik harus mencatat nama
pasangannya pada kartu.
e. Guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik sesuai dengan materi
yang dipelajari sebagai evaluasi.
f. Pada pertemuan selanjutnya guru memberikan postes sebanyak 5 butir
soal untuk menguji kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran take and give dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Hal tersebut
diperoleh berdasarkan hasil postes yang didapat peserta didik yaitu sebanyak
24 peserta didik mendapat nilai ≥ 75, sebanyak 6 peserta didik mendapat nilai
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
30
< 75 dan nilai rata-rata 30 peserta didik yang mencapai 80,00 sehingga
melebihi 75 (KKM).
2. Hasil Penelitian Rizky N.P, Erna Y, dan Kuncahyono (2017: 750-757)
Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Rizky N.P, Erna Y, dan
Kuncahyono (2017) yang berjudul “Pengaruh Media LKS Berbasis Model
Take and Give Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Jabung
01 Kec. Jabung Kab. Malang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
menggunakan LKS berbasis model pembelajaran take and give dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti terletak pada model
pembelajaran dan mata pelajarannya. Perbedaannya terletak pada penerapan
media, dan dalam penelitian ini ingin meningkatkan hasil belajar siswa,
sedangkan peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hasil observasi awal yang dikemukakan oleh jurnal Rizky N.P, Erna Y,
dan Kuncahyono (2017) bahwa hasil belajar IPA rendah, akan tetapi dengan
dibuatnya media LKS berbasis model take and give, terbukti mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut
dibuktikan dengan perolehan nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang sangat berbeda. Nilai rata-rata yang didapatkan pada kelas eksperimen
adalah 78,22 sedangkan untuk kelas kontrol mendapatkan nilai rata-rata
sebesar 67,33 dengan Sig.(2-tailed) pada uji hipotesis adalah sebesar 0,032
yang artinya nilai tersebut kurang dari 0,05 dengan taraf kepercayaan sebesar
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
31
95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis model take and give
berpengaruh baik terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V.
3. Hasil Penelitian I. A. G. Sri Udayanti, dan P. Nanci Riastini (2017: 51-56)
Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh I. A. G. Sri Udayanti, dan P.
Nanci Riastini (2017), yang berjudul “Penerapan Metode Take and Give Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas IV A”, menunjukkan bahwa
penelitian menggunakan metode take and give pada materi IPA dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A. Persamaan penelitian ini dengan
peneliti terletak pada model pembelajaran dan mata pelajarannya.
Perbedaannya terletak pada variabel terikat. Variabel terikat yang dilakukan
oleh I. A. G. Sri Udayanti dan P. Nanci Riastini adalah meningkatkan hasil
belajar siswa, sedangkan peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian dalam jurnal ini dengan peneliti juga berbeda, jenis penelitian
ini yaitu menggunakan jenis penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
melalui 2 siklus. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu
jenis penelitian eksperimen.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa penggunaan metode pembelajaran
take and give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Peningkatan
persentase pada rata-rata dari pra siklus hingga siklus II dapat terjadi karena
pertama, pembelajaran yang menerapkan metode take and give dapat
mengubah pembelajaran yang awalnya hanya berpusat kepada guru menjadi
pembelajaran berpusat siswa. Penerapan metode pembelajaran take and give
mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA di SD Nomor 2 Sempidi,
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
32
metode take and give dapat menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa.
Siswa akan lebih aktif dan mampu membangun pengetahuan yang akan
menjadi miliknya. Selain itu, siswa akan lebih cepat memahami penguasaan
materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan temannya.
Hal ini membuat siswa belajar bermakna sehingga berdampak terhadap
perolehan hasil belajar siswa.
Keberhasilan penerapan metode take and give dalam penelitian ini,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiantari (2016), “ Penerapan
Metode pembelajaran Take and Give berbantuan media Mind Mapping
membantu meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA kelas IV SDN
2 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Semester II Tahun
Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian, persentase rata-rata
keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 31,82%. Pada siklus I, persentase
rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 67,41% dan pada siklus II
meningkat menjadi 81,25 %. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pra
siklus sebesar 46,67%. Pada siklus I, persentase rata-rata hasil belajar IPA
meningkat menjadi 67,75 % dan pada siklus II meningkat menjadi 80,75 %.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Osok (2014), dengan judul
“Penerapan Metode Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Tentang Mengenal Bagian-bagian Utama Tubuh Pada Siswa kelas II SD
Negeri Teluk Dore Tahun Ajaran 2013/2014 “. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukannya, setelah menerapkan metode pembelajaran take and
give, hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Teluk Dore mengalami
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
33
peningkatan. Sebelum diberikan tindakan penelitian, rata-rata hasil belajar
siswa hanya sebesar 45,68%. Pada siklus I, rata-rata belajar IPA 71,43% dan
pada siklus II meningkat menjadi 82,22 %.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sugiantari dan Osok
yang menyatakan keberhasilannya dalam menerapkan metode take and give,
peneliti juga mendapatkan hasil yang baik dengan menerapkan metode
pembelajaran yang sama. Berdasarkan paparan diatas, dengan metode
pembelajaran take and give memberikan hasil yang positif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa baik dari ranah kognitif khususnya. Ini berarti
hipotesis yang diajukan peneliti yaitu penerapan metode take and give untuk
meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV A SD Negeri 2 sempidi kecamatan
mengawi tahun pelajaran 2016/2017 “ dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode take and give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas IVA Semester ganjil SD Nomor 2 Sempidi Tahun Pembelajaran
2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata hasil
belajar yang diperoleh. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar
70,9% yang berada pada kriteria ”sedang”. Pada siklus II diperoleh rata-rata
hasil belajar sebesar 81,4% berada pada kriteria “Tinggi”.
C. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran saat ini masih mengandalkan model pembelajaran
konvensional sebagai salah satu model yang biasa diterapkan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran konvensional dianggap lebih mudah dan tidak
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
34
membutuhkan persiapan yang panjang sehingga metode ini sangat diminati oleh
guru. namun dengan penggunaan metode konvensional, guru menjadi kurang
kreatif dan pembelajaran menjadi monoton sehingga siswa todak memperhatikan
guur, melakukan kegiatan diluar pembelajaran karena pada model pembelajaran
konvensional guru menjadi lebih sering melakukan kegiatan sendiri sehingga
siswa menjadi sulit menyerap pembelajaran yang disampaikan guru dan
berdampak prestasi belajar siswa pada aspek kognitif rendah. Maka perlu adanya
kreatifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa SD.
Dalam mencipatakan pembelajaran aktif dan menarik minat siswa adalah
dengan penggunaan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
cocok diterapkan pada siswa SD yaitu model pembelajaran take and give karena
model ini adalah model pembelajaran yang saling menerima dan memberi
informasi yang dapat membuat siswa aktif, sehingga memudahkan guru
menyampaikan materi pembelajaran. Kerangka pikir dalam penelitian ini
disajikan pada gambar berikut:
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
35
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran
Pembelajaran menjadi
monoton
Siswa melakukan kegiatan
diluar proses pembelajaran
Prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA
materi panas dan perpindahannya menjadi
rendah
Model pembelajaran take and give
Siswa menjadi berpartisifasi
Pembelajaran dilakukan
secara berkelompok
Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA
materi panas dan perpindahannyan mengalami
peningkatan dengan menggunakan model
pembelajaran take and give
Guru menggunakan
model pembelajaran
konvensional
Pembelajaran dilakukan
dengan saling menerima dan
memberi materi
Proses pembelajaran
menjadikan siswa aktif
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--
36
D. Hipotesis Penelitian
Hadi dalam Widodo (2017: 58) menyatakan bahwa “hipotesis adalah
dugaan yang bersifat sementara yang masih memerlukan pembuktian”. Ada dua
jenis hipotesis penelitian, yaitu hipotesis nihil (Hₒ) dan hipotesis alternatif (Hₐ).
Hipotesis nihil (Hₒ) adalah dugaan yang menyatakan kesamaan atau tidak adanya
perbedaan antara dua kelompok atau lebih tentang suatu perkara yang
dipersoalkan. Sedangkan hipotesis alternatif (Hₐ) terkait dengan dugaan yang
menyatakan ketidaksamaan atau perbedaan.
Dalam penelitian ini, untuk mencari tahu pengaruh model pembelajaran take
and give terhadap prestasi belajar siswa tentang materi panas dan perpindahannya,
yaitu dengan membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa berdasarkan
hasil pretest dan posttest. Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Hipotesis Nihil (Hₒ)
Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give
pada rata-rata nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa tentang materi
panas dan perpindahannya.
2. Hipotesis Alternatif (Hₐ)
Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran take and give pada
rata-rata nilai pretest dan posttest prestasi belajar siswa tentang materi panas
dan perpindahannya.
--
www.lib.umtas.ac.id
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--