20
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1. Pengertian kelompok Page dan Iver (Soekanto, 2006) menjelaskan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk saling tolong- menolong. Sarwono (2009) mendefinisikan kelompok sebagai sekelompok (dua orang atau lebih) yang memiliki persepsi sebagai satu kesatuan serta memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok, memiliki tujuan bersama dan saling ketergantungan satu sama lain. Menurut Polak (2004) Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. Jhonson & Jhonson (Sarwono 2009) mengatakan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung, peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, saling peduli antara anggota grup, dan saling peduli dengan ketergantungan positif untuk berusaha mencapai tujuan bersama. Kelompok merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi, dan eksistensi dirinya. Hal ini Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelompok

1. Pengertian kelompok

Page dan Iver (Soekanto, 2006) menjelaskan kelompok sebagai

himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki

hubungan timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk saling tolong-

menolong. Sarwono (2009) mendefinisikan kelompok sebagai sekelompok

(dua orang atau lebih) yang memiliki persepsi sebagai satu kesatuan serta

memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok, memiliki tujuan bersama

dan saling ketergantungan satu sama lain.

Menurut Polak (2004) Kelompok sosial adalah satu group, yaitu

sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu

bersifat sebagai sebuah struktur. Jhonson & Jhonson (Sarwono 2009)

mengatakan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu berinteraksi

secara langsung, peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, saling

peduli antara anggota grup, dan saling peduli dengan ketergantungan

positif untuk berusaha mencapai tujuan bersama.

Kelompok merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun

kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat

mengembangkan potensi, aktualisasi, dan eksistensi dirinya. Hal ini

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

12

disebabkan oleh adanya naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang

lain atau gregariousness sehingga manusia juga disebut social animal

(Soekanto, 2006). Schein (2003) memberikan pengertian kelompok

sebagai sejumlah orang yang berbagi nilai (share) terhadap pandangan

yang sama dari suatu masalah dan mengembangkan penyelesaian share

tersebut.

Kelompok dibedakan atas sifat sifat yang merupakan pengaruh dari

faktor faktor seperti kepribadian individu individu yang membentuk,

hakikat hubungan hubungan antar individu dalam kelompok dan peranan

kelompok dalam organisasi. Di dalam dan diantara kelompok kelompok

kerja yang telah diorganisasikan secara formal yang menuntut pola

pekerjaan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi,

terdapat sub-subkelompok yang timbul secara informal. Kelompok

kelompok ini disebut sebagai organisasi informal.

Setelah mengetahui tentang apa itu kelompok dan pengertian

kelompok. Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok.

Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat 5 alasan pembentukan

kelompok yaitu :

a. Kebutuhan Interaksi sosial

Kebutuhan dalam melakukan interaksi sosial (baca pengertian

interaksi sosial) merupakan salah satu alasan pembentukan kelompok.

Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu mencari

hubungan dengan orang lain. Dengan membentuk kelompok, manusia

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

13

dapat menyalurkan keinginan mereka. Dalam berkelompok, manusia

dapat berbagi rasa dengan teman temannya dalam kelompok.

b. Kebutuhan akan keamanan

Semua orang memiliki kebutuhan pokok terhadap rasa aman

terhadap sekitarnya. Kebutuhan akan keamanan inilah yang

memberikan mereka dorongan dan alasan untuk membentuk kelompok.

Dalam sebuah organisasi, para anggota ataupun karyawan dalam

perusahaan akan takut dipecat serta dipindahkan. Oleh karena itu,

ketakutan akan tidak amannya mereka maka mereka membentuk serikat

buruh.

c. Kebutuhan akan status

Dalam membentuk kelompok, salah satu alasannya dapat berupa

kebutuhan akan status atau diakui oleh masyarakat dikarenakan mampu

menjadi anggota sebuah kelompok. Kelompok ini dapat merupakan

kelompok pekerjaan dan identitas sosial lainnya yang akan menaikkan

status mereka dalam masyarakat.

d. Kedekatan tempat kerja

Sesuai dengan pengertiannya, memberi dan berbagi nilai

dibutuhkan dimensi tempat atau ruang yang dapat mendukung adanya

interaksi atau komunikasi antara anggota atau manusia. Dengan adanya

kedekatan tempat kerja atau kedekatan ruang, mereka akan membentuk

kelompok baik secara sadar ataupun secara alamiah.

e. Tujuan bersama

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

14

Hal ini sering kita dengar dalam istilah kesamaan visi dan misi

anggota. Yah betul, manusia atau individu individu akan berkumpul dan

membentuk suatu kelompok apabila mereka memiliki tujuan yang

sama. Tujuan tersebut mereka dapat deklarasikan dalam bentuk tekstual

ataupun hanya lewat mulut dan perilaku. Umumnya, kelompok yang

terbentuk dengan alasan ini, akan menjadi lebih besar tergantung dari

tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok dan pengembangan tujuan itu

sendiri.

Berdasarkan penjelasaan diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok

adalah tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik

kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun kebutuhan psikologisnya.

Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi,

dan eksistensi dirinya. Hal ini disebabkan oleh adanya naluri manusia

untuk selalu hidup dengan orang lain.

2. Jenis - jenis kelompok

Menurut Bierstedt (Sarwono, 2009), kelompok memiliki banyak

jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial

antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi

kelompok menjadi empat macam:

a. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak

memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya.

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

15

b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan

tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara

anggotanya.

c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran

jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat

dalam ikatan organisasi.

d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai

kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun

kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan

hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan

organisasi formal.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis

kelompok terdiri dari 4 jenis, yaitu kelompok statistik, kelompok

kemasyarakatan, kelompok sosial dan kelompok asosiasi.

3. Teori terbentuknya kelompok

Thomas (2005) mengemukakan beberapa teori tentang terbentuknya

kelompok, antara lain :

a. Teori Kontrak Sosial/Perjanjian Sosial

Teori yang berangkat dari sebuah pemikiran awal yang

menyatakan bahwa terbentuknya sebuah negara adalah karena adanya

kesepakatan dari masyarakat atau individu-individu dalam masyarakat

untuk melakukan kesepakatan atau perjanjian. Mereka sama-sama

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

16

mendasarkan analisis-analisis mereka pada anggapan dasar bahwa

manusialah sebagai sumber dari kewenangan sebuah negara.

b. Teori Hasrat Sosial

Teori ini berpendapat, manusia yang tadinya hidup terpisah-pisah

kemudian hidup dalam pergaulan antarmanusia disebabkan karena pada

diri tiap individu terdapat hasrat sosial yang senantiasa mendorong

untuk bergaul dengan sesamanya.

c. Teori Tenaga yang Menggabungkan

Kelompok terbentuk karena manusia senantiasa hidup bersama

dalam suatu pergaulan yang didorong oleh tenaga-tenaga yang

menggabungkan atau mengintegrasikan individu ke dalam suatu

pergaulan.

d. Teori Kedekatan (Propinguity Theory)

Merupakan teori yang sangat dasar tentang terbentuknya

kelompok, yang menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena adanya

afiliasi (perkenalan) di antara orang-orang tertentu.

e. Teori Keseimbangan

Salah satu teori yang agak menyeluruh. (comprehensive)

penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori

keseimbangan (a balance theory of group formation) yang

dikembangkan oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa

seseorang tertarik pada yang lain karena ada kesamaan sikap di dalam

menanggapi suatu tujuan.

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

17

f. Teori Alasan Praktis (Practical Theory).

Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena

kelompok cenderung memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan

sosial yang mendasar dari orang-orang yang berkelompok. Kebutuhan-

kebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa alasan ekonomi, status

sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.

Berdasarkan teori- teori diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok

dibedakan atas sifat sifat yang merupakan pengaruh dari faktor faktor

seperti kepribadian individu individu yang membentuk, hakikat hubungan

hubungan antar individu dalam kelompok dan peranan kelompok dalam

organisasi.

B. Kohesivitas Kelompok

1. Pengertian Kohesivitas Kelompok

Ivancevich (2004) mengklasifikasikan kelompok menjadi dua bagian

yaitu: kelompok formal dan informal yang mana cenderung memiliki

kedekatan atau keseragaman dalam hal sikap, perilaku dan kinerja.

Kedekatan ini sering kali disebut sebagai kohesivitas. Kohesivitas

biasanya dianggap sebagai suatu kekuatan. Kohesivitas mengikat seluruh

anggota tim agar berada dalam kelompok dan menangkal pengaruh yang

menarik anggota agar keluar dari kelompok. Sebuah kelompok yang

kohesif terdiri dari individu yang saling tertarik satu dengan yang lain.

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

18

Sebuah kelompok yang memiliki kohesivitas rendah tidak memiliki

ketertarikan interpersonal antar anggota kelompoknya.

Menurut Newcomb (Dian & Safitri, 2011) kohesivitas kelompok

diistilahkan dengan kekompakkan. Kekompakkan adalah sejauh mana

anggota kelompok melekat menjadi satu kesatuan yang dapat

menampakkan diri dengan banyak cara dan bermacam-macam faktor yang

berbeda serta dapat membantu satu sama lain. Sedangkan Robbins (2012),

mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai sejauh mana para anggota

kelompok tertarik terhadap satu sama lain dan termotivasi untuk tetap

dalam suatu kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa kohesivitas kelompok merupakan daya tarik emosional

sesama anggota kelompok kerja dimana adanya rasa saling menyukai,

membantu, dan secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap

bertahan dalam kelompok kerja dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut George & Jones (2002) menerangkan kohesivitas sebagai

suatu sikap positif yaitu anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu

sama lain. Meshane & Glinow menjelaskan bahwa kohesivitas itu

dianggap sebagai perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan

motivasi untuk tetap bersama kelompok yang menjadi faktor penting

dalam keberhasilan kelompok. Oleh Greenberg (2005), menjelaskan

kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok.

Robbins (2001), menjelaskan bahwa kohesivitas merupakan sejauh mana

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

19

anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada

dalam kelompok tersebut.

Gibson (2003), membuat suatu perbandingan yang menjelaskan

bahwa kohesivitas merupakan kekuatan ketertarikan anggota yang tetap

pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain. Certo (2003)

menambahkan suatu pertimbangan bahwa kohesivitas adalah memiliki

anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami

tekanan dalam kelompok. Artinya kohesivitas kelompok akan membuat

anggota tetap tinggal di dalam kelompok meski dalam keadaan tertekan.

Forsyth (2010) memandang kohesivitas adalah sesuatu yang

terlaksana tanpa disengaja dimana kohesivitas itu dijelaskan sebagai

kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama

lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan di dalamnya terdapat

semangat yang tinggi.

Kelompok yang sangat kohesif lazimnya terdiri dari individu-

individu yang termotivasi untuk bersatu. Akibatnya, manajemen

cenderung mengharapkan kelompok kohesif tersebut menunjukkan kinerja

yang efektif. Secara umum, seiring peningkatan kohesivitas kelompok,

tingkat konformitas terhadap norma-norma kelompok juga akan

meningkat.

Forsyth (2010) mengatakan kohesivitas kelompok dapat diklaim

untuk menjadi teori yang paling penting dalam grup dynamic (dinamika

kelompok). Tanpa adanya kohesivitas kelompok, kelompok akan terpecah

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

20

dimana anggota kelompok menarik diri dari kelompoknya, selain itu

kohesivitas kelompok menjadi indikasi dari keberhasilan dalam kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kohesivitas kelompok adalah rasa tertarik yang dimiliki seseorang terhadap

orang lainnya yang ada dalam suatu kelompok dan kepada kelompok

tersebut. Rasa tertariknya membuat seseorang bersikap membantu

termotivasi dan saling mendukung antar anggota di dalam kelompok untuk

mencapai suatu tujuan bersama dalam kelompok tersebut.

2. Faktor-faktor Kohesivitas Kelompok

Menurut Robbins (Munandar 2001) ada terdapat beberapa faktor

yang menentukan tinggi rendahnya kohesivitas kelompok, yaitu:

a. Lamanya waktu bersama dalam kelompok, makin lama berada bersama

dalam kelompok maka akan saling mengenal, makin dapat timbul sikap

toleran terhadap yang lain.

b. Parahnya masa awal, maksudnya adalah makin sulit seseorang diterima

didalam kelompok kerja sebagai anggota, makin lekat kelompoknya.

c. Besarnya kelompok, makin besar kelompoknya maka makin sulit

terjadi interaksi yang intensif antar anggotanya, makin kurang lekat

kelompoknya.

d. Ancaman dari luar, kebanyakan penelitian mengatakan bahwa kelekatan

kelompok akan bertambah jika kelompok mendapat ancaman dari luar.

e. Keberhasilan dimasa lalu, setiap orang menyenangi pemenang. Jika

satu kelompok kerja, memiliki sejarah yang gemilang, maka

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

21

terbentuklah esprit de crops yang menarik anggota-anggota baru,

kelekatan kelompok akan tetap tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya

adalah : lamanya waktu bersama dalam kelompok, parahnya masa awal,

besarnya kelompok, ancaman dari luar, keberhasilan di masa lalu,

kesamaan nilai dan tujuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, status

kelompok, penyelesaian perbedaan, kecocokan terhadap norma-norma,

daya tarik pribadi, persaingan antara kelompok dan pengakuan serta

penghargaan.

3. Dimensi Kohesivitas Kelompok

Forsyth (2010) mengemukakan bahwa ada empat dimensi

kohesivitas kelompok, yaitu:

a. Kekuatan Sosial: Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh

kekuatan atau keinginan individu dalam kelompok untuk tetap berada

dalam kelompoknya. Kekuatan yang dirasakan oleh pengurus ILMPI

untuk tetap berada didalam kepengurusan. Dimana kekuatan tersebut

membuat pengurus ILMPI untuk tetap saling berhubungan dan bersatu

untuk menghadapi kekuatan lain yang akan menyerangnya. Diukur

melalui besarnya keinginan pengurus untuk tidak meninggalkan

kelompok, tingkat kebersamaan pengurus di dalam kelompok, dan

seringnya interaksi bersama yang dilakukan pengurus dan anggota

pengurus yang lainnya.

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

22

b. Kesatuan dalam Kelompok: Perasaan saling memiliki yang dirasakan

pengurus ILMPI terhadap ILMPI itu sendiri dan memiliki perasaan

moral yang berkaitan dengan keanggotaannya dalam ILMPI. Setiap

pengurus ILMPI merasa semua pengurus adalah sebuah keluarga, tim

dan kelompoknya serta memiliki perasaan kebersamaan. Diukur

melalui kekuatan rasa kepemilikan pengurus untuk bergabung dalam

ILMPI, dorongan yang dirasakan pengurus untuk lebih aktif terlibat

pada kepengurusannya, besarnya kepedulian pengurus untuk merasakan

penderitaan jika terjadi beberapa permasalahan sosial dan interpersonal,

pengurus lebih antusias terhadap kelompoknya, dan pengurus rela

mengorbankan kepentingan individu untuk kepentingan organisasi.

c. Daya Tarik: Pengurus akan lebih tertarik melihat banyaknya manfaat

dan keuntungan positif yang diperoleh dari ILMPI daripada melihat dari

pengurusnya secara spesifik.. Diukur melalui manfaat yang dirasakan

pengurus dari pengalaman-pengalaman kepengurusannyanya,

terpenuhinya sumber daya yang dibutuhkan pengurus untuk kegiatan

ILMPI, penghargaan (reward) yang diberikan bagi ILMPI.

d. Kerjasama Kelompok: Individu memiliki keinginan yang lebih besar

untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Proses yang

dinamis yang mencerminkan kecenderungan pengurus ILMPI untuk

tetap bersatu dan bekerja bersama dengan tujuan mencapai tujuan dari

ILMPI. Diukur melalui : besarnya saling ketergantungan yang

dirasakan pengurus dengan ILMPI, kestabilan kepengurusan di dalam

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

23

ILMPI, perasaan bertanggungjawab yang dirasakan pengurus terhadap

pencapaian ILMPI, pengurus mengurangi ketidakhadiran di dalam

kegiatan ILMPI, besarnya kemampuan pengurus untuk resisten pada

gangguan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

kohesivitas kelompok terdiri dari 4 dimensi, yaitu kekuatan sosial,

kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerjasama kelompok.

C. Organisasi

1. Pengertian organisasi

Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok

orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial,

organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama

sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian

mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational

studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisis

organisasi (organization analysis).

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada

yang cocok sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi

pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang

berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,

terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya

(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

24

lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai

tujuan organisasi.

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi Stoner

(Judge 2015) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-

hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan

mengejar tujuan bersama. Mooney (2015) mengemukakan bahwa

organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai

tujuan bersama. Bernard (2015) berpendapat bahwa organisasi adalah

merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih. Robbins (2015) menyatakan bahwa Organisasi adalah

kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah

batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang

relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau

sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa

aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan

perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui

keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan

kontribusi seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat

sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu

keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

25

keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi

menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,

meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam

organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua

struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak

langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi

secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang

bersangkutan. Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih

mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya organisasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran

dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam

usaha mencapai tujuan. Aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti

keterlibatan jasmaniah semata. Tetapi juga keterlibatan mental, pikiran,

dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam

usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan.

2. Unsur-unsur Organisasi

Menurut Davis (Pearson 2015) ada tiga unsur penting partisipasi

dalam organisasi:

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

26

a. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya

merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-

mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

b. Unsur kedua adalah kesediaan memberi suatu sumbangan usaha

mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang,

kesukarelaan untuk membantu kelompok.

c. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan

segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota yaitu ada rasa memiliki.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-

unsur dalam organisasi terdiri dari 3 unsur, yaitu partisipasi, kesediaan,

dan tanggung jawab.

3. Syarat-syarat Organisasi

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan

efektif, membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu :

a. Waktu. Untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang

dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan

oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa

dan bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta.

b. Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang,

hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan

“memanjakan”, yang akan menimbulkan efek negatif.

c. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi

dimana individu yang bersangkutan itu tergabung atau sesuatau yang

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

27

menjadi perhatian.

d. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti

kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan

pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada,

maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.

e. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi

timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang

sama-sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif

atau berhasil.

f. Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta

tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

g. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya

didasarkan pada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan

pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau

gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal

ini didasarkan pada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat persuasif.

h. Partisipasi dalam organisasi menekankan pada pembagian wewenang

atau tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatannya dengan maksud

meningkatkan efektif tugas yang diberikan secara terstruktur dan lebih

jelas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa syarat organisasi

didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau

perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

28

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan

bersama.

D. Kerangka Berfikir

Psikologi merupakan ilmu keprofesian mengenai ilmu kejiwaan

manusia. Ilmuwan Psikologi baik para dosen, psikolog atau pun guru besar

membentuk lembaga yang bergerak untuk memperkokoh dan

mengembangkan ilmu Psikologi. Psikologi di Indonesia memiliki beberapa

lembaga keprofesian yang sudah diakui oleh pemerintah yaitu HIMPSI

(Himpunan Psikologi Indonesia) dan AP2TPI (Asosiasi Penyelenggara

Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia). Para mahasiswa Psikologi di

Indonesia membentuk ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi

Indonesia).

Organisasi merupakan suatu wadah dari sekelompok individu untuk

berkumpul dan bersatu dengan berbagai aktivitas dan rutinitas yang sama.

Menurut Bierstedt (Sarwono 2009), kelompok memiliki banyak jenis dan

dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara

kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok

menjadi empat macam, dan ILMPI termasuk kedalam kelompok asosiasi,

yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada

persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam

asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan

komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal.

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

29

Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) merupakan

sebuah wadah organisasi kemahasiswaan psikologi Indonesia pada tingkat

eksekutif dalam lingkup nasional yang berlandaskan Tridharma Perguruan

Tinggi. ILMPI merupakan Ikatan Organisasi Mahasiswa sejenis (IOMS)

berdasarkan Surat Keputusan Dikti No : 82/DIKTI/Kep/2012 yang memiliki

tujuan bersama yaitu “Indonesia Tersenyum Bersama Psikologi”.

Pengurus Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI)

merasa semangat dalam pelaksanakan tugas organisasi hingga dapat

mencapai tujuan organisasi, karena pengurus sudah merasa bahwa ILMPI

adalah seperti keluarga yang harus dipertahankan dan rekan kerja adalah

saudara yang terus memotivasi untuk mempertahankan ILMPI. Pengurus

merasa adanya keterikatan pada ILMPI dan merasa bahwa pengurus adalah

bagian penting dari ILMPI. Namun tidak semua pengurus ILMPI berfikir

seperti itu, ada juga pengurus yang merasa malas dan tidak semangat untuk

menjalankan tugasnya sehingga tidak optimal dalam berorganisasi dan

seringkali mangkir dari tugasnya. Ada pula pengurus yang kurang merasa

adanya keterikatan dengan ILMPI sehingga dengan mudahnya meninggalkan

tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengurus, sehingga tidak dapat

membangun hubungan yang baik dengan sesama pengurus. Hal ini juga

disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak tercapainya tujuan utama dari

pengurus untuk tergabung di ILMPI. Terdapat beberapa pengurus yang

awalnya ingin bergabung di ILMPI hanya karena ingin mendapat sertifikat

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok 1.repository.ump.ac.id/2318/3/BAB II.pdf · Kali ini kita akan mempelajari tentang pembentukan kelompok. Menurut Muhyadi (Sarwono, 2009), terdapat

30

atau penghargaan-penghargaan yang dapat menunjang kariernya dikemudian

hari.

Rasa yang dimiliki pengurus di dalam organisasi tersebut merupakan

salah satu unsur dalam membentuk kohesivitas kelompok. Kohesivitas

umumnya dikaitkan dengan dorongan anggota untuk tetap bersama dalam

kelompoknya dibanding dorongan untuk mendesak anggota keluar dari

kelompok. Robbins (2002) menyatakan bahwa semakin kohesif suatu

kelompok, para anggota semakin mengarah ke tujuan. Selanjutnya tingkat

kohesivitas secara tidak langsung dipengaruhi rasa kesamaan tujuan

kelompok dengan organisasi. Pada kelompok dengan kohesivitas tinggi yang

disertai adanya penyesuaian yang tinggi dengan tujuan organisasi maka

kelompok tersebut akan berorientasi pada hasil ke arah pencapaian tujuan.

Bagan 1

Kerangka Berfikir

Organisasi Psikologi

ILMPI

(Ikatan Lembaga Mahasiswa

Psikologi Indonesia)

attraction (daya

tarik),

social force (kekuatan

sosial),

group unity

(kesatuan dalam

kelompok),

teamwork

(kerja sama

kelompok).

Kohesivitas Kelompok

Studi Deskriptif Tentang..., Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP, 2016