Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Okupasi Aktivitas Menggambar
1. Pengertian
Terapi okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat
atau pasien yang mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan
latian/aktivitas mengerjakan sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk
meningkatkan kemandirian (World Federation of Occupation Therapy, 2010).
Terapi menggambar adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni
untuk berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil , kapur bewarna, warna,
cat, potongan-potongan kertas dan tanah liat (Adriani & Satiadarma, 2011).
Terapi menggambar selain untuk penyembuhan juga dapat untuk meningkatkan
kreativitass pasien. Menurut The British Association of Art Therapist (2018)
mendefinisikan Art therapy sebagai suatu bentuk psikoterapi yang
menggunakan media seni sebagai cara utama ekspresi dan komunikasi. Art
therapy atau terapi menggambar telah banyak di lingkungan medis, salah
satunya untuk pengobatan penyakit gangguan jiwa seperti halusinasi. Melalui
terapi ini pasien dapat melepaskan emosi, mengekspresikan diri melalui cara-
cara non verbal dan membangun komunikasi .
2. Manfaat
Tujuan terapi menggambar pada dasarnya adalah salah satu penyembuhan.
Terapi menggambar ini bermanfaat bagi pasien agar pasien dapat melepaskan emosi,
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengekspresikan diri, mengurangi stress, media untuk membangun
komunikasi serta meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan jiwa.
3. Mekanisme Kerja Terapi Menggambar
a) Penyembuhan pribadi. Terapi seni bisa membantu memahami perasaan pribadi
dengan mengenali dan mengatasi kemarahan, kekesalan dan emosi-emosi
lainnya. Terapi ini bisa membantu menyegarkan kembali semangat pasien.
b) Pencapaian pribadi. Menciptakan sebuah karya seni bisa membangun rasa
percaya diri dan memelihara rasa cinta dan menghargai diri sendiri.
c) Menguatkan. Terapi seni bisa membantu menggambarkan emosi dan ketakutan
yang tidak bisa Anda ungkapkan dengan kata-kata. Dengan cara ini, pasien
lebih bisa mengontrol perasaan-perasaan.
d) Relaksasi dan meredakan stres. Stres kronis bisa membahayakan baik tubuh
maupun pikiran. Terapi menggambar bisa digunakan sebagai penanganan
tunggal atau dipadukan dengan teknik relaksasi lainnya untuk meredakan stres
dan kecemasan.
e) Meredakan sakit. Terapi seni juga bisa membantu Anda mengatasi rasa sakit.
Terapi ini bisa digunakan sebagai terapi pelengkap untuk mengobati pasien
yang sakit.
4. Hormon Yang Berperan
Hormon yang berperan dalam terapi menggambar adalah hormon
oksitosin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon cinta ini dipercaya
berperan penting dalam tingkah laku manusia. Hormon oksitosin berada dalam
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
hipotolamus pada otak. Hormon tersebut dikeluarkan oleh kelenjar pituitari
yang terletak di dasar otak. Dampak oksitosin pada tingkah laku dan respon
emosi juga terlihat dalam membangun ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas
psikologi. Oksitosin juga dianggap sebagai obat ajaib yang dapat membantu
meningkatkan perasaan positif serta kecakapan sosial. Cara supaya hormon
oksitosin dapat meningkat adalah melakukan kegiatan, karena oksitosin dalam
darah akan meningkat yang juga akan bermanfaat bagi seluruh kesehatan
tubuh. Dengan melakukan kegiatan , pasien halusinasi diharapkan akan
mengurangi gejala dari halusinasi tersebut.
5. Prosedur Terapi Menggambar
Menurut Wahyu (2012) tahapan terapi menggambar antara lain :
TUJUAN
a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
b. Pasien dapat memberi makna gambar
c. Pasien dapat melakukan aktivitas terjadwal untuk mengurangi halusinasi
PERSIAPAN ALAT
a. Buku Gambar
b. Pensil
c. Pensil warna
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
TABEL 2.1 SOP TERAPI MENGGAMBAR
A PERSIAPAN (5 Menit) 1 Membuat kontrak dengan klien 2 Mempersiapkan alat dan tempat B ORIENTASI (5 Menit) 1 Mengucapkan salam terapeutik 2 Menanyakan perasaan klien hari ini 3 Menjelaskan tujuan kegiatan 4 Menjelaskan aturan main :
a.Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b.Bila ingin keluar harus meminta izin c.Lama kegiatan 35 menit
C KERJA (20 Menit) 1 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan
menceritakan tentang hasil gambarnya 2 Membagikan kertas, pensil, pensil warna, krayon kepada klien 3 Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuatu yang disukai atau
perasaan saat ini 4 Setelah selesai menggambar terapis mempinta klien untuk menjelaskan
gambar apa dan makna gambar yang telah dibuat 5 Terapis memberikan pujian kepada klien setelah klien selesai menjelaskan
isi gambarnya D TERMINASI (5 Menit) 1 Evaluasi
1.Menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakan 2.Terapis memberikan pujian pada klien
2 Rencana tindak lanjut: Terapis menuliskan kegiatan menggambar pada tindakan harian klien
3 Kontrak yang akan datang 1.Menyepakati tindakan terapi menggambar yang akan datang 2.Menyepakati waktu dan tempat 3.Berpamitan dan mengucapkan salam
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu objek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indra.
Halusinasi merupakan suatu gelaja gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara,
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
penglihatan, perabaan dan penciuman. Seseorang merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang lagi berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (Nanda-1, 2012). Dalam asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
terdapat beberapa tahapan antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dalam proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
masalah. Pengkajian yang dilakukan pada pasien halusinansi meliputi data:
a. Faktor predisposisi menurut Yosep (2011) :
1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kuranganya mengontrol
emosi dan keharmonisan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi hilang percaya diri.
2) Faktor sosialkultural
Seseorang yang merasa tidak terima di lingkungan sejak bayi akan
membekas di ingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa di singkirkan,
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kesepian dan tidak percaya pada lingkunganya.
3) Faktor biokimia Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka di
dalam tubuhnya akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia sehingga menjadi ketidak seimbangan asetil
kolin dan dopamine.
4) Faktor psikologis Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyelah guna zat adaptif. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam nyata.
5) Pola genetik dan pola asuh Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Penyebab halusinasi dapat di lihat dari lima dimensi menurut (Yosep, 2011).
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat di timbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, pengguanaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan waktu tidur dalam waktu yang
lama.
2) Dimensi emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat di atasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
halusinasi dapat berupa printah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut sehingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
implus yang menekan, namum merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengembil seluruh perhatian klien dan tidak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi sosial Klien mengaggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata itu
sangatlah membahayakan, klien asik dengan halusinasinya. Seolah-olah
dia merupakan tempat akan memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi di jadikan system kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
sistem halusinasi berupa ancaman, dirinya maumpun orang lain.
5) Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menysucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Manifestasi Klinis
1. Bicara , senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri, menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara yang nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya)
6. Ekspresi muka tegang , mudah tersinggung (Keliat,2005)
d. Jenis Halusinasi
Menurut Yusuf (2015) jenis halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu: a. Halusinasi pendengaran (audiktif, akustik)
Paling sering di jumpai dapat beruba bunyi mendenging atau bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering mendengar sebuah kata atau kalimat
yang bermakna. Biasanya suara tersebut di tunjukan oleh penderita sehingga
penderita tidak jarang bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut dapat di rasakan dari jauh atau dekat, bahkan mungkin
datang dari tiap tubuh nya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh
berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau
bahkan menakutkan dan kadang- kadang mendesak atau memerintah untuk
berbuat sesuatu seperti membunuh atau merusak.
b. Halusinasi penglihatan (Visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organic). Biasanya
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan atau tidak menyenangkan.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya mencium sesuatu bau tertentu dan merasakan
tidak enak, melambungkan rasa bersalah pada penderita. Bau ditambah
dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu
kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gustorik lebih
jarang timbang halusinasi gustatorik.
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau merasa ada sesuatu yang bergerak di
bawah kulit. Terutama pada skizofrenia.
e. Tahapan Halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2010), tahapan halusinasi terdiri dari
4 fase yaitu:
a. Fase I (Comforting)
Comforting disebut juga fase menyenangkan, pada tahapan ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik dari fase ini klien mengalami
stress, cemas, perasaan perpisahan, perasaan rasa bersalah, kesepian yang
memuncak, dan tidak dapat di selesaikan. pada fase ini klien berperilaku
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan
hausinasinya dan suka menyendiri.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Fase II (Conndeming) Pengalaman sensori menjijihkan dan menakutkan termasuk dalam
psikotik ringan. karakteristik klien pada fase ini menjadi pengalaman sensori
menjijihkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir
sendiri menjadi dominan, mulai merasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien
tidak ingin orang lain tau dan klien ingin mengontrolnya. Perilaku klien pada
fase ini biasanya meningkatkan tanda tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realita.
c. Fase III (Controling)
Controlling disebut juga ansietas berat, yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Karakteristik klien meliputi bisikan, suara, bayangan, isi
halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Tanda-tanda
fisik berupa berkeringat, tremor, dan tidak mampu memenuhi perintah.
d. Fase IV (Conquering)
Conquering disebut juga fase panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya termasuk dalam psikorik berat. Karakteristik yang muncul pada
klien meliputi halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dan lingkunga.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
e. Rentang Respon
GAMBAR 2.1 RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
a. Pikiran logis
b. Persepsi akurat
c. Emosi konsistensi
dengan
Pengalaman
d. Perilaku cocok
e. Hubungan social
humoris
a. proses pikir terganggu
b. Ilusi
c. Emosi berlebihan
d. Perilaku yang
tidak biasa
e. Menarik diri ,
a. Waham, Halusinasi
b. Kerusakan
proses emosi
c. Perilaku
tidak
terorganisasi
d. Isolasi sosial
1. Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut (Yusuf,
Rizki & Hanik, 2015) Meliputi :
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat di terima
akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang sesuatau
peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantepan perasaan
jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah di alami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan
yang tidak bertentangan denagn moral.
e. Hubungan sosial dapat di ketahui melalui hubungan seseorang dengan
orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif berdasarkan rentang respon halusinasi
menurut (Yusuf, Rizki & Hanik, 2015) meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang
salah terhadap rangsangan.
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau
menurunya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban, dan kedekatan.
d. Ketiak teraturan perilaku berupa ketidak selarasan antara perilaku dan
gerakan yang di timbulkan.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh individu
karna orang lain menyatakan sikap yang negativ dan mengancam.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan data dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian
yang beresiko mengalami gangguan jiwa (keliat, 2010). Diagnosa keperawatan
merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien mencangkup baik
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
respon sehat adatif maupun maladaptive serta stresor yang menunjang
(Kusumawati & Hartono, 2010). Menurut teori keliat (2010) diagnosa
keperawatan halusinasi ada 4 yaitu : Resiko perilaku kekerasan, gangguan
persepsi sensori : Halusinasi, isolasi sosial dan harga diri rendah.
a. Akibat : Resiko perilaku kekerasan
b. Masalah utama : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
c. Penyebab :Isolasi sosial : menarik diri,
POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
Isolasi Sosial
gambar 2.2 pohon masslsh
3. Tindakan Keperawatan
Setelah diagnosis keperawatan ditegakan , perawat melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien. Tindakan keperawatan pasien halusinasi , yaitu
sebagai berikut:
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Problem
Cause
Effect
(Keliat, 2010)
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a. Tujuan Keperawatan :
a) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
b) Pasien dapat mengontol halusinasinya
c) Pasien mengikuti progam pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
a) Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar, dilihat, atau dirasa),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul.
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi
Terdapat empat cara untuk mengontrol halusinasi , keempat cara
mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Menghardik halusinasi
Menghardik adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusiansi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi
dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut menuruti halusinasinya.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan
pasien :
a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b. Memeragakan cara menghardik
c. Meminta pasien meragakan ulang
d. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi distraksi.
Fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang
sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol
dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.
Tahapan intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal , yaitu:
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
c. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih.
d. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan motivasi
terhadap perilaku pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien harus
dilatih untuk meminum obat secara teratur sesuai dengan progam terapi dokter.
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010)
adalah:
a. Anti psikotik
Jenis: Clorpromazin , Haloperidol
Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai
penenang, penurunan aktifitas motoric, mengurangi insomnia, sangat efektif
untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir.
Efek samping :
1)Gejala ekstrapiramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur condong
kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dan
kejang.
2)Gastrointestinal seperti mulut kering, anoreksia, mual, muntah, berat
badan bertambah.
3)sering berkemih,retensi urine, hipertensi, anemia,dan dermatitis.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. Anti Ansietas
Jenis: Atarax,Diazepam
Mekanisme kerja : Meradakan ansietas atau ketegangan yang
berhubungan dengan situasi tertentu.
Efek samping:
1)Pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,letih,depresi,
sakit kepala, ansietas, insomnia, bicara tidak jelas.
2)Anoreksia, mual, muntah, diare, kontipasi, kemerahan, dan gatal- gatal
c. Anti Depresan
Jenis: Elavil,asendin,anafranil, norpamin, ainequan, tofranil,ludiomil,
pamelor, vivacetil, surmontil.
Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.
Efek samping :
1)Tremor,gerakantersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas,
dan insomnia.
2)pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, kram abdomen, diare,
hepatitis, icterus
3)retensi urine, perubahan libido, disfungsi ereksi.
d.Anti Manik
Jenis: Lithoid, klonopin, lamictal
Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamine
Efek samping : sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori,
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
suara tidak jelas, otot lemas, hilang koordinasi.
e.Anti Parkinson
Jenis: Levodova, trihexpenidyl
Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik, menurunkan ansietas,
irritabilitas.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan,
rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang cepat, intervensi
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung
dan meningkatkam status kesehatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses penilaian bersinambungan tentang pengaruh
intervensi keperawatan dan progam pengobatan terhadap status kesehatan
pasien dan hasil kesehatan yang diharapkan. (Stuart, 2013). Proses evaluasi
dapat dilakukan setelah terapi menggambar yang diberikan pada pasien
maupun pada akhir kegiatan. Alat ukur yang digunakan yaitu wawancara
langsung secara terstruktur. wawancara dalam hal ini antara lain, tentang jenis
halusinasi, isi halusinasi, waktu, frekuensi, serta mengkaji respon pasien
setelah melakukan tindakan keperawatan.
Asuhan Keperawatan Pada..., Nurul Ramadhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019