39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian dan Kemandirian dalam belajar Pengertian Kemandirian Kata mandiri Rusman (2011:353) mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Aspek yang ditekankan berusaha sendiri terlebih dahulu dalam melakukan suatu hal. Kata mandiri sering kali diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda, tergantung dari pendapat masing-masing individu dalam mengartikan kemandirian. Seperti menurut Mudjiman (2011:1) kemandirian merupakan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Aspek yang ditekankan yaitu motivasi/keinginan dalam menguasai suatu permasalahan. Aunillah (2011:72) berpendapat mempunyai peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap itu, proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas 10 Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teorirepository.ump.ac.id/6169/3/BAB II.pdf · 2017-12-14 · Aspek yang ditekankan berusaha sendiri terlebih dahulu dalam ... berpendapat mempunyai

Embed Size (px)

Citation preview

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kemandirian Belajar

a. Pengertian Kemandirian dan Kemandirian dalam belajar

Pengertian Kemandirian

Kata mandiri Rusman (2011:353) mengandung arti tidak

tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri.

Aspek yang ditekankan berusaha sendiri terlebih dahulu dalam

melakukan suatu hal. Kata mandiri sering kali diterapkan untuk

pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda, tergantung

dari pendapat masing-masing individu dalam mengartikan

kemandirian. Seperti menurut Mudjiman (2011:1) kemandirian

merupakan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif

untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,

dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki. Aspek yang ditekankan yaitu motivasi/keinginan dalam

menguasai suatu permasalahan.

Aunillah (2011:72) berpendapat mempunyai peserta didik

yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab,

dengan sikap itu, proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan

menjadi lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas

10

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

11

mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya

sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Peserta

didik yang mandiri akan dapat memenuhi segala sesuatu sendiri,

sehingga memiliki tanggung jawab atas setiap tindakannya dalam

mengambil suatu keputusan.

Jadi dapat disimpulkan kemandirian adalah suatu sikap yang

mencerminkan kegiatan belajar aktif, tidak tergantung kepada orang

lain, yang berbekal pada pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki, bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Kemandirian dalam belajar menurut Wedemeyer (Rusman,

2011: 354) perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka

mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan

dirinya dan dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan

sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki peserta didik karena hal

tersebut merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar.

Menurut Knowless, Panen (Rusman, 2011: 356) Peserta didik

yang yang belajar mandiri tidak boleh menggantungkan diri dari

bantuan, pengawasan, dan arahan orang lain termasuk

guru/instrukturnya, secara terus menerus. Peserta didik harus

mempunyai kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu bekerja

sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

Menurut Mujiman (2011:1) Belajar mandiri adalah kegiatan

belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai kompetensi,

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

12

dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki. Sedangkan menurut Rusman (2011:357) belajar mandiri

merupakan kemampuan yang tidak banyak berkaitan dengan

pembelajaran apa, tetapi lebih berkaitan dengan bagaiman proses

belajar tersebut dilaksanakan. Kegiatan belajar mandiri merupakan

salah satu bentuk kegiatan belajar yang lebih menitik beratkan pada

kesadaran belajar seseorang atau lebih banyak menyerahkan kendali

pembelajaran kepada diri siswa sendiri.

Belajar mandiri bukan berarti harus belajar sendiri (Rusman

2011:358) belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif dengan

ataupun tanpa guru. Sebagai seorang yang mandiri, siswa tidak harus

mengetahui semua hal, tetapi tidak juga diharapkan menjadi siswa

yang jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas sehingga disimpulkan

kemandirian dalam belajar adalah belajar yang tidak harus sendiri, dan

tidak pula selalu menggantungkan belajarnya kepada orang lain, tetapi

lebih menekankan pada proses belajar yang berdasarkan kesadaran

belajar seseorang atau lebih banyak menyerahkan kendali

pembelajaran pada diri siswa sendiri, mampu berinisiatif sendiri

dengan atau tanpa seorang guru.

b. Teori Kemandirian

Istilah kemandirian menurut Desmita (2009:185) berasal dari

kata “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

13

membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian

berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai

kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan

diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah

self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Sehingga dapat

dipahami kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk

mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri

secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan keragu-raguan.

Sedangkan kemandirian menurut Mustari (2011:94) adalah

suatu sifat yang harus dibentuk orang tua dalam membangun

kepribadian anak-anak mereka.

c. Ciri-Ciri Kemandirian

Menurut Moore, Rusman (2011: 354) berpendapat bahwa ciri

umum suatu proses pembelajaran mandiri ialah adanya kesempatan

yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan tujuan,

sumber, dan evaluasi belajarnya, karena itu, program pembelajaran

mandiri dapat diklasifikasikan berdasarkan besar kecilnya kebebasan

(otonomi) yang diberikan kepada peserta didik untuk ikut menentukan

program pembelajarannya. Seperti yang tertulis dalam jurnalnya

According to Wedemeyer and Moore (1983)

however,independent/autonomous learning depends on three

aspects: independent/autonomous (1) in determining learning

objectives, (2) in selecting learning mode and resources, and

(3) in determining learning evaluation techniques and criteria.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

14

Tingkat kemandirian Moore, Rusman (2011: 354)

pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Otonomi dalam menentukan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai. Tujuan pembelajaran itu ditentukan oleh peserta didik,

oleh guru/instruktur atau oleh guru/instruktur dan peserta didik?

Semakin besar kesempatan yang diberikan kepada peserta didik

untuk ikut menentukan tujuan pembelajarannya, berarti semakin

besar kesempatan peserta didik untuk belajar sesuai dengan

kebutuhan belajarnya, semakin besar pula kesempatan peserta didik

untuk bersikap mandiri.

2. Otonomi dalam belajar. Siapakah yang menentukan bahan belajar

atau media yang akan dipakai dalam belajar? Apakah semuanya

ditentukan oleh guru/instruktur, oleh peserta didik, atau oleh

guru/instruktur dan peserta didik? Kalau peserta didik dapat ikut

menentukan bahan ajar, media belajar, dan cara-cara belajar yang

akan digunakan untuk mencapai tujuan itu, berarti peserta didik

telah diberi kesempatan untuk bersikap mandiri.

3. Otonomi dalam Evaluasi Hasil Belajar. Siapakah yang menentukan

cara dan kriteria evaluasi hasil belajar, dapatkah peserta didik ikut

menentukan cara evaluasi dari kriteria penilaian yang akan

dipakai?

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

15

Robert Havighurst (Desmita, 2009: 186) membedakan

kemandirian atas tiga bentuk kemandirian, yaitu:

1. Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri

dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain

2. Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi

sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang

lain.

3. Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang

lain.

Menurut Moore (Rusman, 2011: 366) karakter kemandirian

adalah sebagai berikut:

1. Sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin dia capai dalam

kegiatan belajarnya.

2. Sudah dapat memilih sumber belajar sendiri dan mengetahui ke

mana dia dapat menemukan bahan-bahan belajar yang diinginkan.

3. Sudah dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk

melaksanakan pekerjaannya atau untuk memecahkan permasalah

yang dijumpainya dalam kehidupannya.

Tingkatan dan karakteristik kemandirian menurut Lovinger,

(Sunaryo Kartadinata, 1988), (Desmita 2009: 187) yaitu:

Tingkat pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri. Ciri-

cirinya:

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

16

a. Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari

interaksinya dengan orang lain

b. Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistik

c. Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu

(stereotype).

d. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games

e. Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta

lingkungannya.

Tingkat kedua, adalah tingkatan konfirmastik. Ciri-cirinya:

a. Peduli terhadap penampilan diri dan penampilan sosial

b. Cenderung berpikir stereotype dan klise

c. Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal

d. Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian

e. Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya instrospeksi

f. Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-cirinya eksternal

g. Takut tidak diterima kelompok

h. Tidak sensitif terhadap keindividualan

i. Merasa berdosa jika melanggar aturan

Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-cirinya:

a. Mampu berpikir alternatif

b. Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi

c. Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada

d. Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

17

e. Memikirkan cara hidup

f. Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

Tingkat keempat, adalah tingkat seksama (conscientious). Ciri-

cirinya:

a. Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

b. Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan

c. Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri

maupun orang lain.

d. Sadar akan tanggung jawab

e. Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

f. Peduli akan hubungan mutualistik

g. Memiliki tujuan jangka panjang

h. Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial

i. Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analistis

Tingkat kelima, adalah tingkat individualitas. Ciri-cirinya:

a. Peningkatan kesadaran individualitas

b. Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan

ketergantungan

c. Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

d. Mengenal eksistensi perbedaan individual

e. Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan

f. Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya

g. Mengenal kompleksitas diri

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

18

h. Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial

Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-cirinya

a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri dan

orang lain

c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial

d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan

e. Toleran terhadap ambiguitas

f. Peduli akan pemahaman diri (self-fulfilment)

g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal

h. Responssif terhadap kemandirian orang lain

i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain

j. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan

penuh keceriaan

Sedangkan menurut Mujiman (2011:10) ciri-ciri kemandirian

adalah sebagai berikut:

a. Penahapan: ada 5 penahapan dalam belajar mandiri, yaitu tahap

masuknya rangsangan yang menarik perhatian pembelajar, tahap

tumbuhnya niat untuk merespons rangsangan, tahap pembuatan

keputusan atau tahap penumbuhan motivasi, tahap pelaksanaan

tindakan belajar, dan tahap evaluasi

Tahap masuknya rangsangan

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

19

Pada tahap ini pembelajar menerima rangsangan dari dalam

ataupun dari luar dirinya yang berupa masalah untuk dipecahkan,

atau kebutuhan untuk dipenuhi.

Tahap tumbuhnya niat belajar untuk menguasai kompetensi

Niat belajar timbul apabila pembelajar tertarik kepada

bahan yang diajarkan oleh instruktur

Tahap pembuatan keputusan

Memiliki niat untuk belajar belum menjamin pembelajar

akan melakukan kegiatan belajar

Tahap melaksanakan keputusan

Bila jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu positif, ia akan

memutuskan untuk belajar.

Tahap evaluasi

Setelah keputusan untuk belajar (atau tidak belajar)

dijalankan, pembelajar melakukan evaluasi

b. Piramid tujuan: Telah disinggung di atas bahwa dalam belajar

mandiri terbentuk struktur tujuan belajar berbentuk piramid.

c. Sumber dan media belajar: Belajar mandiri dapat menggunakan

berbagai sumber dan media belajar.

d. Tempat belajar: Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di

rumah, di perpustakaan, di warnet, dan dimanapun yang

memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

20

e. Waktu belajar: Belajar mandiri dapat dilaksanakan disetiap waktu

yang dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan

untuk kegiatan-kegiatan lain.

f. Tempo dan irama belajar: Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan

belajar ditentukan sendiri oleh pembelajar sesuai dengan

kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.

g. Cara belajar: Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk

dirinya sendiri.

h. Evaluasi hasil belajar: Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan

oleh pembelajar sendiri.

i. Refleksi: Refleksi merupakan penilaian terhadap proses

pembelajaran yang telah dijalani.

j. Konteks sistem pembelajaran: Dengan mengingat batasan belajar

mandiri yang telah dikemukakan, konteks sistem belajar dimana

pembelajar mandiri melakukan kegiatan belajarnya dapat berupa

sistem pendidikan tradisional ataupun sistem-sistem lain yang lebih

progresif.

k. Status konsep belajar mandiri: Konsep belajar mandiri,

memberikan latihan kemampuan belajar mandiri kepada para

siswanya.

d. Fungsi Kemandirian

Menurut Rusman (2011:358) siswa yang belajar mandiri

diharapkan dapat:

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

21

1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap

ada, namun hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media

belajar

2. Mengetahui konsep belajar mandiri

3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan

bantuan atau dukungan

4. Mengetahui kepada siapa dan dimana ia dapat atau harus

memperoleh bantuan/dukungan

Peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian dalam belajar

dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengatur kegiatan

belajar yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah dibuat

siswa, selain itu juga dapat memacu siswa dalam mengeksplor

kemampuan yang dimiliki.

Upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik Desmita

(2009:190)

1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis,

yang memungkinkan anak merasa dihargai

2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan

keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah

3. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi

lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka

4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak

5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

22

2. Pengertian Belajar

Belajar menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya

Belajar menurut Sagala (2010:13) terjadi bila tampak tanda-tanda

bahwa perilaku manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses

pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari

manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses pembelajaran. Perhatian

utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu

kemampuan manusia untuk menangkap informasi mengenai ilmu

pengetahuan yang diterimanya dalam belajar.

Belajar menurut Smith et al. (1986:197) We define learning as a change in behavior or a potential behavior

that occurs as a result of experience. the learning is actually a

construct referring to some hypothesized change that occurs

within the organism as the result of experience. We can't see this

internal process; all we can see is some change in performence.

Jadi Smith et al. (1986:197) mendefinisikan belajar sebagai

perubahan dalam perilaku atau perilaku potensial yang terjadi sebagai hasil

dari pengalaman. pembelajaran sebenarnya adalah membangun mengacu

pada beberapa perubahan hipotesis yang terjadi dalam organisme sebagai

hasil pengalaman, yang tidak bisa melihat proses internal, akan tetapi bisa

dilihat dengan beberapa perubahan dalam kinerja.

Belajar menurut Gagne (Sagala, 2010: 17) adalah perubahan yang

terjadi pada kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

23

menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah

dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia

mengalami situasi tadi. Sedangkan belajar menurut Syah (2010: 90) adalah

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif

Berdasarkan pendapat para pakar seperti telah disebutkan pada

awal penjelasan tentang belajar, maka peneliti menyimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia berdasarkan

suatu pengalaman-pengalaman dalam diri manusia dari suatu pembelajaran

yang dilakukan, mampu menangkap segala bentuk informasi ilmu

pengetahuan yang diterima dalam belajar.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi dan Prestasi Belajar

Pengertian Prestasi belajar

Prestasi belajar menurut Arifin (2011:12), kata “presatsi”

berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa

Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar

merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam kehidupan

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

24

manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu

mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan manusia.

Prestasi belajar Ahmadi dan Supriyono (2004:138) yang dicapai

seseorang individu merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor

yang mempengaruhi baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar

diri (faktor eksternal) individu pengenalan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka

membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya

Tes prestasi belajar

Tes Prestasi Belajar menurut Benyamin S. Bloom dkk. (Azwar,

2009: 8) membagi kawasan belajar yang mereka sebut sebagai tujuan

pendidikan menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif, kawasan

afektif, dan kawasan psikomotor.

Azwar (2009:9) Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun

secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek

dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam

kegiatan pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk

ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian

masuk perguruan tinggi.

Tes prestasi menurut Morris dan Gibbon (1966:9) As a program

evaluator, the amount of effort you invest in selecting,

contructing, administering, and scoring achievement

instruments-as well as the amount of information you need to

collect concerning each instrument’s measurement accuarcy-

will be largely determined by the role you play with respect to

the program being evaluated.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

25

Komponen dalam melakukan evaluasi yaitu memilih dan

membangun dan mengelola jumlah instrumen serta informasi yang

dibutuhkan menjadi sebuah prestasi menjadi sebuah instrumen yang

menjadi acuan dalam menentukan program yang akan dievaluasi.

Morris dan Gibbon (1966:11) The Prespective of the Formative

Evalutor, the formative evaluator’s major responsibility

concerning achievement is to make progress checks throughout

the course of the program and to ensure that students are

learning what is expected and keeping to the anticipated pace.

Menurut Morris dan Gibbon (1966:11) Para prespektif dari

Evalutor Formatif, memiliki tanggung jawab utama sebagai evaluator

formatif anak tentang prestasi yaitu untuk membuat cek kemajuan

sepanjang perjalanan program dan untuk memastikan bahwa siswa

belajar sesuai dengan yang diharapkan dan mempertahankan laju

prestasi dan dapat diantisipasi hal-hal yang mengganggu laju prestasi.

Target utama dari informasi ini adalah staf program dan perencana.

Karena keseriusan mereka dalam program ini yang menentukan,

anggota staf biasanya tidak bersikeras demonstrasi keunggulan teknis

instument, namun akan membuktikan keberhasilan instrumen melalui

tindakan.

Dapat disimpulkan prestasi belajar merupakan, hasil usaha yang

dicapai oleh seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran, prestasi

belajar merupakan hasil interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran,

yang dapat diukur dalam jangka waktu tertentu, dalam setiap semester,

dan didokumentasikan dalam laporan akademik, berupa rapor.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

26

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah prestasi belajar

IPS, adalah hasil belajar IPS yang diukur melalui tes pada materi

kepahlawanan dan patriotisme. Prestasi belajar dapat ditingkatkan

melalui model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

Jadi dapat disimpulkan prestasi belajar IPS, adalah prestasi belajar yang

diperoleh siswa selama melakukan tes dari materi yang diajarkan oleh

guru, dan hasilnya berupa nilai atau angka.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu menurut

Ahmadi dan Supriyono (2004:138) merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali

artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi sebaik-

baiknya.

Faktor internal:

1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

yang terdiri atas:

a. Faktor Interaktif yang meliputi:

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

27

b. Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

1. Faktor sosial yang terdiri atas:

a. Lingkungan keluarga

b. Lingkungan sekolah

c. Lingkungan masyarakat

d. Lingkungan kelompok

2. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim

4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung

ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

4. Pengetian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu sosial menurut The leading national association of social

studies education profesionals in the National Council for the Social

Studies (NCSS). In November 1992 the House of Delegates of the NCSS

adopted the definition of the field (Minuts of the 36th Delegate Assembly."

19903), Savage dan Armstrong (1996:9)

Social studies is the integrated study of the social sciences and

humanities to promote civic competence. Within the school program,

social studies provides coordinated. Syistematic study drawing upon such

discriplines as antropology, archaeologhy, economies, geography, history

law, philosophy, political sciences, psychology, religion, and sociology, as

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

28

well as appropiate content from the humanities, mathematies, and natural

sciences. The primary purpose of social studies is to help young people

develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public

good as citizens of a culturally diverse democratic society in a

interdependent world. (p194)

Nasional asosiasi terkemuka pendidikan studi profesionals di

Dewan Nasional untuk Ilmu Sosial (NCSS) sosial. Pada November 1992

Dewan Delegasi dari NCSS mengadopsi definisi lapangan (minuts Majelis

Delegasi 36 "19903), Savage dan Armstrong (1996: 9)

Ilmu sosial adalah studi terintegrasi dari ilmu sosial dan humaniora

untuk mempromosikan kompetensi kewarganegaraan. Dalam program

sekolah, studi sosial menyediakan terkoordinasi. Studi Syistematic gambar

pada discriplines seperti antropology, archaeologhy, ekonomi, geografi,

hukum sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, serta

konten-konten sesuai jika dari humaniora, mathematies, dan ilmu alam.

Tujuan utama dari penelitian sosial adalah untuk membantu kaum muda

mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan informasi dan

beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga suatu masyarakat

demokratis beragam budaya dalam dunia yang saling tergantung. (p194)

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS menurut Sapriya

(2011:19), merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan

menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik

dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara

lain. Nama “IPS” yang lebih dikenal social studies di negara lain

merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di

Indonesia.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

29

Menurut Sapriya (2011:48) ilmu pengetahuan sosial pada

hakekatnya dapat dipandang dari segi pengetahuan (Knowladge),

ketrampilan (skiills) dan dimensi nilai dan sikap (values and attitudes),

dimensi tindakan (action). Keempat dimensi tersebut bersifat saling

terkait. Yang berarti bahwa proses belajar mengajar IPS seharusnya

mengandung keempat dimensi IPS tersebut. Dimensi yang telah

disebutkan antara lain :

IPS sebagai pengetahuan (Knowladge) yaitu IPS sebagai

pengetahuan mencakup (1) fakta, (2) konsep, dan (3) generalisasi yang

dipahami oleh siswa, dalam pembelajaran IPS. IPS sebagai ketrampilan

(skiills) yaitu ketrampilan meneliti, ketrampilan berpikir, ketrampilan

berpartisipasi sosial dan ketrampilan berkomunikasi. IPS sebagai nilai dan

sikap (values and attitudes) yaitu seperangkat keyakinan atau prinsip

perilaku yang telah mengabdi dalam diri seseorang atau kelompok

masyarakat tertentu yang terungkap ketika berfikir atau bertindak. IPS

sebagai dimensi tindakan (action) yaitu percontohan kegiatan dalam

memecahkan masalah, berkomunikasi dengan anggota masyarakat,

pengambilan keputusan.

Dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu Ilmu Pengetahuan yang

erat sekali hubungannya dengan lingkungan sosial masyarakat, yang

mencakup pengetahuan yang dikembangkan sehingga melahirkan suatu

ketrampilan sehingga dapat menentukan nilai dan sikap dalam suatu

tindakan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

30

5. Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD meliputi beberapa bidang kajian salah

satunya yaitu Kepahlawanan dan Patriotisme menurut Indrastuti dkk.

(2010:85) sebagai berikut:

Kepahlawanan merupakan sikap yang mencontoh sifat-sifat

pahlawan seperti berani, rela berkorban dan siap berjuang demi bangsa dan

negara. Patriotisme merupakan sikap rela berkorban demi tanah air

Indonesia.

Sikap kepahlawanan dan patriotisme hendaknya membekas di

dalam jiwa kita dan tampak dalam perilaku kita sehari-hari. Sikap

kepahlawanan dan jiwa patriotisme mengandung nilai-nilai sebagai

berikut:

a. Keberanian

Merupakan modal dasar para tokoh pejuang kita dalam melawan

penjajah.

b. Kebenaran

Para pejuang berjuang untuk membela kebenaran demi

kepentingan bangsa dan negara.

c. Cinta Tanah Air

Rasa cinta para pejuang kepada tanah air Indonesia mampu

menghilangkan segala bentuk keraguan.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

31

d. Rela berkorban

Semangat rela berkorban para pejuang tidak diragukan lagi,

merka rela mengorbankan harta benda, jiwa, dan raganya.

e. Ketegasan

Ketegasan sangat penting dalam menerapkan semangat

patriotisme dalam berjuang, ketegasan berdasarkan kebenaran

dan keadilan.

f. Pantang Menyerah

Para pejuang gigih dan pantang menyerah dalam melakukan

perjuangan, semangat perjuangan terus dilakukan tanpa putus

asa.

g. Bertanggung jawab

Sikap bertanggung jawab telah dibuktikan oleh para pejuang

selama melakukan perjuangan.

Materi Kepahlawanan dan Patriotisme

Standar Kompetensi : 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan

keragaman suku bangsa di lingkungan

kabupaten/kota dan provinsi

Kompetensi Dasar : 1.6. Meneladani kepahlawan-an dan patriotisme

tokoh-tokoh di lingkung-annya

Indikator :

Menjelaskan pentingnya memiliki sikap kepahlawanan dan

patriotisme

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

32

Memberi contoh rela berkorban dalam kehidupan sehari-hari

Menjelaskan sikap positif terhadap para pahlawan dalam

membela bangsa dan negara

Menghargai para pahlawan bangsa dengan memingingat jasa-

jasa mereka

6. Cooperative Learning

a. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative Learning menurut Borich (2011:364) Cooperative

learning instills in learners important behaviors that prepare

them to reason and perform in an adult world (Greeno,2006:

Jacobs, power, & Loh, 2002; Johnson, 2005)

Pembelajaran kooperatif dalam perilaku pada peserta didik

penting, karena untuk mempersiapkan mereka tampil dalam dunia

orang dewasa (Greeno, 2006:Jacobs, listrik, & Loh, 2002; Johnson,

2005).

Pembelajaran kooperatif Kunandar (2009:359) adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi

yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan

kesalah pahaman yang saling menimbulkan permusuhan.

Pembelajaran kooperatif akan menuntun anak untuk berinteraksi

dengan orang lain, karena dari pembelajaran sesungguhnya yang lebih

diutamakan adalah interaksi dengan orang lain, bukan hanya

ketrampilan berfikir kritis, penalaran dalam belajar, sehingga

pembelajaran kooperatif akan menjadi penting, guna untuk

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

33

mempersiapkan pada anak untuk terampil dalam menuju

kedewasaannya.

b. Komponen dalam cooperative learning activity menurut Borich

(2011:365)

Teacher-Student Interaction. One purpose of teacher-student

interaction during cooperative learning is to promote

independent thinking.The cooperative classroom focus on

getting learners to think for themselves,independently of the text.

Guru-Siswa Interaksi. Salah satu tujuan dari interaksi guru-

siswa selama pembelajaran kooperatif adalah untuk mendorong

pemikiran mandiri. Fokus koperasi kelas untuk mendapatkan peserta

didik untuk berpikir sendiri, terpisah dari teks. Jadi dalam pembelajaran

kooperatif lebih ditekankan pada kemampuan siswa untuk mempunyai

gagasan sendiri yang tidak tergantung lagi pada buku teks.

Student-Student Interaction. Interaction among students in

cooperative learning groups is intense and prolonged, In

cooperative learning groups, students gradually take

responsibility for each other's learning.

Dengan tanggung jawabnya masing-masing. Siswa-siswa

interaksi. Interaksi antara siswa dalam kelompok belajar kooperatif

yang intens dan berkepanjangan. Dalam kelompok belajar kooperatif,

siswa secara bertahap mengambil tanggung jawab untuk belajar satu

sama lain. Dengan siswa terbiasa untuk belajar kelompok, maka siswa

akan dilatih untuk belajar satu sama lain.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

34

Task specialization and materials. Cooperative learning

typically uses task specialization, or division of labor, to break a

large task into smaller subparts on which separate groups work

Tugas spesialisasi dan bahan, Pembelajaran kooperatif biasanya

menggunakan spesialisasi tugas, atau pembagian kerja, untuk memecah

tugas besar menjadi lebih kecil yang sub-bab kelompok terpisah

bekerja. Jadi dalam pembelajaran kooperatif ada pembagian tugas pada

masing-masing anggota kelompok, agar tugas menjadi lebih ringan

dalam pengerjaan.

Role expectations and responsibilities. The success of a

cooperative learning activity depends on your communication of

role expectations and responsibilities and your modeling of

them

Peran dan tanggung jawab harapan. Keberhasilan kegiatan

pembelajaran kooperatif tergantung pada komunikasi, harapan peran

dan tanggung jawab dan pemodelan yang akan diberikan pada peserta

didik. Jadi guru harus kreatif dalam memberikan suatu rancangan

pembelajaran, agar dapat mengaktifkan semua siswa sehingga siswa

mengetahui tugas-tugasnya masing-masing.

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Kunandar (2009:359)

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajarann kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

35

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog

c. Akuntabilitas Individual

Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam

belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat

penguasaan siswa terhadap suatu materi pembelajaran dilakukan

secara individual

d. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi

Pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan ketrampilan menjalin

hubungan antar pribadi

c. Ciri-ciri Cooperative Learning

Bannet (Isjoni, 2012: 60) lima unsur dasar yang dapat membedakan

pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok yaitu:

1. Possitive Interdepence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari

adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota

kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan

yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction Face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antara

siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan

individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat

verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

36

hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat

mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam

anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu

temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif adalah

menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat

pribadinya.

4. Membutuhkan keluwesan, sikap siswa atau perilaku bersama

kadang-kadang harus diperhatikan guru atau membantu diantara

sesama, dalam struktur kerjasama yang teratur di dalam

kelompoknya yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

keberhasilan kerjanya sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari

setiap anggota kelompok itu sendiri.

5. Meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan

masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan

dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar

ketrampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah ketrampilan

yang penting dan sangat diperlukan dalam masyarakat.

d. Langkah-langkah Cooperative Learning

Menurut Taniredja dkk. (2010:101), yaitu:

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

37

1. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran yang

ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk

belajar

2. Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi

atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasi Siswa ke Dalam Kelompok-kelompok Belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien

4. Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas

5. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

6. Memberikan Penghargaan

7. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

38

7. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

a. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads)

dikembangkan oleh Spencer Kagon (Lie, 2008: 59). Teknik ini

memberikan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama

mereka. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagen (Kunandar, 2009:

368) dengan melibatkan para siswa dalam meriview bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka mengenai isi pembelajaran tersebut. Sebagai

pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas.

Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama, Trianto (2011:82) adalah merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Numbered Heads Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh

Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

39

Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads

Together diawali dengan Numbering menurut Suprijono (2011:92).

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah

kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang

dipelajari. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa

pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berilah

kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Head

Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.

Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi

kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang diterimanya dari

guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor

yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran

memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-

jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam,

sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu

sebagai pengetahuan yang utuh.

b. Langkah-langkah Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Spencer Kagen (Kunandar, 2009: 368) sebagai berikut:

1. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi para

siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga

lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam

kelompok tersebut memiliki nomor berbeda

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

40

2. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (Questioning), yaitu guru

mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

3. Langkah 3: Berpikir bersama (Head Together), yaitu para siswa

berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap

orang mengetahui jawaban tersebut

4. Langkah 4: Pemberian jawaban (Answering), yaitu guru menyebut

satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang

sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban utuk seluruh

kelas.

Menurut Ibrahim, et al. (Taniredja dkk, 2010: 102) secara

rinci, keempat langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Langkah 1: Penomoran

1. Kegiatan ini diawali dengan membagi siswa ke dalam

kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 siswa, kemudian

setiap siswa diberi label nomor (antara 1 sampai 5).

2. Menginformasikan materi pelajaran yang akan dibahas serta

mengaitkan dengan materi pelajaran sebelumnya.

3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

secara rinci dan menjelaskan model pembelajaran NHT yang

akan diterapkan

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

41

4. Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-

konsep materi pelajaran yang akan dibahas.

b. Kegiatan Inti

1. Langkah 2: Mengajukan pertanyaan

a. Menjelaskan materi pelajaran secara singkat

b. Mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelompok

2. Langkah 3: Berpikir bersama

a. Seluruh siswa dalam kelompoknya masing-masing

memikirkan jawaban pertanyaan yang diajukan guru

b. Menyatakan pendapat jawaban (bisa dalam bentuk LKS)

dibawah bimbingan guru dan memastikan bahwa anggota

kelompoknya sudah mengetahui jawabannya.

3. Langkah 4: Menjawab pertanyaan

a. Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok

secara acak.

b. Siswa yang dipanggil nomornya dalam kelompok yang

bersangkutan mengacungkan tangannya.

c. Siswa yang dipanggil nomornya mencoba menjawab

pertanyaan untuk seluruh kelas dan ditanggapi oleh

kelompok lain.

d. Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul,

siswa diberi kesempatan untuk mencatat jawaban tersebut,

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

42

namun apabila jawaban masih salah maka guru memberikan

penjelasan tentang jawaban yang betul.

e. Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang

menjawab betul.

c. Penutupan

1. Guru memberikan umpan balik

2. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran

3. Siswa diberi tugas pekerjaan rumah atau mengerjakan kuis

secara individu.

Selanjutnya dalam evaluasi hasil belajaran dan penghargaan

kelompok menggunakan model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT), berpedoman penilaian dalam STAD dengan

langkah-langkah menurut Slavin (2009:159) sebagai berikut:

1. Skor Peningkatan

a. Langkah 1: Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis

yang lalu.

b. Langkah 2: Menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan

dengan pelajaran terkini.

c. Langkah 3: Menghitung skor peningkatan

Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya

ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

43

atau melampaui skor dasar mereka dengan

menggunakan skala yang ditentukan pada Tabel 2.1

berikut:

Tabel 2.1 Skala Poin Kemajuan

No Skor tes terkini Skor

Peningkatan

1 Lebih dari 10 poin di bawah

skor dasar

0 poin

2 10 poin dibawah sampai 1

poin skor dasar

10 poin

3 Skor dasar sampai 10 poin di

atas skor dasar

20 poin

4 Lebih dari 10 poin di atas

skor dasar

30 poin

5 Pekerjasama sempurna (tanpa

memperlihatkan skor dasar)

30 poin

2. Penghargaan skor tim/kelompok

Langkah 1: Penentuan skor tim/kelompok

Skor tim dihitung dengan menambahkan skor peningkatan

tiap-tiap individu anggota tim membagi dengan jumlah

anggota tim tersebut.

Langkah 2: Penghargaan atas prestasi tim

Tiap-tiap tim menerima piagam penghargaan atau hadiah

berdasarkan pada sistem poin pada tabel 2.2, Rusman

(2011:216)

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

44

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Penghargaan

0-5 -

6-15 Tim Baik (Good Team)

16-20 Tim Hebat (Greet Team)

21-30 Tim Super (Super Team)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiarti Fauziah (2011)

yang berjudul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Materi Gaya

dan Gerak melalui cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads

Together) bahwa dari pertemuan awal pada siklus 1 sampai dengan

pertemuan ke empat pada siklus 2, dapat disimpulkan bahwa dalam

pembelajaran dengan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa yang diikuti dengan peningkatan hasil belajar. Pada

siklus 1 rata–rata motivasi belajar siswa sebesar 43,91% dan rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 69,57%. Kemudian pada siklus 2, melalui perbaikan

secara bertahap dengan melihat kondisi siswa, sehingga menjadi rata-rata

motivasi belajar sebesar 50,96% dan rata–rata hasil belajar siswa sebesar

91,30%. Berdasarkan hasil penelitian Budiarti Fauziah (2011) dapat

disimpulkan bahwa dalam penggunaan model Numbered Heads Together

pada proses belajar mengajar IPA dapat meningkatkan motivasi siswa yang

berakibat pada hasil belajar siswa yang meningkat.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

45

Perbedaan dari penelitian Budiarti Fauziah (2011), dengan penelitian

yang akan saya lakukan yaitu, penelitian Budiarti Fauziah (2011), variabel

yang ditingkatkan yaitu motivasi dan pretasi dengan model pembelajaran

cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads Together). Sedangkan yang

akan saya tingkatkan yaitu terdiri dari dua variabel juga hanya saja yang

ditingkatkan yaitu, karakter kemandirian belajar dan prestasi belajar

menggunakan model cooperative learning tipe NHT (Numbered Heads

Together).

Penelitian Budiarti Fauziah (2011), menggunakan angket untuk

pengumpulan data non tes dalam menilai motivasi belajar siswa. Sedangkan

dalam penelitian yang akan saya lakukan untuk data non tes menggunakan

skala sikap untuk menilai kemandirian belajar siswa. Penelitian Budiarti

Fauziah (2011), menggunakan data non tes berupa wawancara yang

dilakukan pada siswa di akhir siklus II. Sedangkan dalam penelitian yang

akan saya lakukan, alat pengumpul data non tes wawancara dilakukan pada

guru dan siswa dilakukan di akhir siklus I dan siklus II.

Budiarti Fauziah (2011), pembagian kelompok sudah ditentukan,

sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan pembagian kelompok

dilakukan dengan undian, sehingga siswa tidak pilih-pilih teman saat

berkelompok dan siswa memiliki kemandirian dalam mencari kelompoknya.

Budiarti Fauziah (2011), dalam proses penerapan model cooperative learning

tipe NHT (Numbered Heads Together), siswa dalam menjawab, dilakukan di

tempat duduk saja. Sedangkan dalam penelitian yang saya lakukan siswa

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

46

dalam menjawab soal dilakukan dengan maju ke depan dan meletakan

jawaban pada pohon ilmu, sehingga kemandirian belajar siswa akan lebih

mudah terlihat. Tak lupa saya juga Penelitian yang akan saya lakukan juga

memberikan penghargaan berupa poin jamur pada setiap siswa yang dapat

menjawab soal LKS dengan benar, sehingga akan memacu kemandirian siswa

dalam menjawab soal LKS sesuai dengan nomor yang diperoleh.

C. Kerangka Berpikir

Kemandirian merupakan faktor yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar, dan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pada

umumnya siswa dalam belajar diperlukan kemandirian terkait dengan jam

belajar di sekolah yang sedikit sedangkan materi yang harus dikuasai siswa

cukup banyak. Maka siswa dituntut belajar dengan mandiri, sehingga akan

meningkatkan pengetahuan siswa dan prestasi belajar siswapun akan

meningkat. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

berdasarkan hasil pengalamannya, baik hasil pengalaman sendiri ataupun

hasil pengalaman interaksi dengan lingkungannya. Agar prestasi belajar baik

maka dibutuhkan kemandirian dalam belajar, maka kemandirian belajar siswa

harus selalu ditingkatkan, karena kemandirian dan presatsi belajar memiliki

hubungan yang saling berkaitan.

Tujuan pembelajaran IPS adalah membantu siswa untuk mengenali

diri sendiri dan lingkungannya, yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-

hari. Hasil pembelajaran merupakan suatu hasil proses dari kegiatan belajar

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

47

mengajar, yang salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang

digunakan dalam proses belajar mengajar yang digunakan guru.

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe cooperative

learning. Pembelajarannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil,

yang kemudian bekerjasama dalam satu kelompok untuk menelaah materi

yang telah diajarkan oleh guru dan mengecek sejauh mana tingkat

pemahaman siswa terkait dengan materi yang telah diajarkan, siswa saling

bekerjasama secara cooperative dalam satu kelompok untuk memecahkan

soal berdasarkan dengan materi yang telah diajarkan guru. Kelompok

dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan kurang,

bila perlu juga berdasarkan pada ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang

berbeda.

Kegiatan belajar menggunakan model pembelajaran ini membuat

siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan

kemandirian siswa dalam belajar, sehingga siswa akan dapat belajar sendiri

tanpa harus bertumpu pada guru, terutama mata pelajaran IPS yang nantinya

akan meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut.

Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS

dengan menggunakan cooperative learning tipe Numbered Heads Together

(NHT). Model pembelajaran tipe NHT menuntut anak untuk belajar dengan

bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah, aktif

berpendapat, dan untuk kemampuan siswa dalam penguasaan materi, yang

dapat dilihat dengan evaluasi menggunakan tes, selain itu disebarkan skala

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013

48

sikap kemandirian untuk melihat tingkat kemandirian siswa dalam belajar,

dari hasil tersebut dapat dilihat peningkatan kemandirian belajar siswa dan

prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan suatu hasil sementara dari suatu permasalahan

yang akan dipecahkan. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis

tindakan kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning

tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemandirian

belajar IPS pada materi Kepahlawanan dan Patriotisme bagi siswa kelas

IV SD Negeri 2 Pageralang.

2. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning

tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi

belajar IPS pada materi Kepahlawanan dan Patriotisme bagi siswa kelas

IV SD Negeri 2 Pageralang.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Ika Suci Nur Rahmawati, FKIP, UMP, 2013