Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian, tujuan dan fungsi akuntansi
a. Pengertian Akuntansi
“Akuntansi proses/aktivitas yang menganalisis, mencatat,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, melaporkan, dan
menginterprestasikan informasi keuangan untuk kepentingan para
penggunanya” Catur Sasongko et.al (2016:2)
Akuntansi dapat didefiniskan sebagai sebuah sistem
informasi yang memberikan laporan kepada para pengguna
informasi akuntansi atau kepada pihak-pihak yang memiliki
kepentingan terhadap hasil kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan. Hery (2016:5)
b. Tujuan Akuntansi
“Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan
keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer,
pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti
pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Lantip Susilowati
(2016:2)
c. Fungsi Akuntansi
Menurut Lantip Susilowati (2015:2) Setiap sistem utama
akuntansi akan melaksanakan lima fungsi utamanya yaitu :
1) Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan.
8
2) Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.
3) Memanajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
4) Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga asset dari suatu organisasi atau perusahaan terjaga.
5) Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi pihak manajemen untuk melakukan
perencanaan, mengeksekusi perencanaan dan
mengkontrol aktivitas.
d. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Menurut Sony Warsono (2013:1) Akuntansi sebagai sistem
informasi terdiri dari 3 fungsi utama berurutan, yaitu:
1) Fungsi penginputan: akuntansi menyiapkan input secara memadai. Input akuntansi berupa transaksi
(transactions), yaitu peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan perubahan dana.
2) Fungsi pemrosesan: akuntansi mengolah setiap input dalam rangka menghasilkan informasi yang berkualitas.
Proses dasar berupa pencatatan yang terdiri dari
penjurnalan dan pemindah-bukuan.
3) Fungsi pengoutputan: akuntansi menyajikan informasi dana sesuai kebutuhan penggunaan agar dapat
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
2. Persamaan Dasar Akuntansi
“Persamaan Dasar Akuntansi adalah persamaan yang secara
global dan terpadu menggambarkan semua hubungan yang ada di
identifikasi dokumen pengantar supplier dan identifikasi dokumen
pembelian.” Lantip Susilowati (2015:25-26)
“Persamaan akuntansi adalah persamaan yang
menunjukkan jumlah harta kekayaan perusahaan yang selalu sama
9
jumlah liabilitas dan ekuitas dalam perusahaan tersebut.” Rahmat
Hidayat (2017:39)
Hubungan antar kekayaan, kewajiban, dan ekuitas dapat
dirumuskan ke dalam sebuah persamaan akuntansi (accounting
equation) sebagai berikut :
Assets = Liabilities + Equity
1) Assets (aktiva/harta/kekayaan) sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva digunakan (dimanfaatkan
atau dikonsumsi) oleh perusahaan demi lancarnya kegiatan
operasional sehari-hari. Contoh dari aktiva meliputi : uang
kas, piutang usaha, persediaan barang dagangan,
perlengkapan toko dan kantor, asuransi dan sewa dibayar
dimuka, tanah, bangunan, peralatan/perabot toko dan
kantor, kendaraan operasional, dan aktiva lainnya.
2) Utang (Liabilities) merupakan kewajiban perusahaan kepada kreditur (supplier, bankir) dan pihak lainnya
(karyawan, pemerintah). Contoh : Utang usaha, pinjaman
bank, utang gaji, utang pajak penghasilan.
3) Ekuitas (equity) merupakan hak pemilik dana atau pemegang saham atas asset perusahaan. Ekuitas atau modal
disebut juga sebagai kekayaan bersih (net assets), yang
artinya bahwa hak (klaim) pemilik atau pemegang saham
atas kekayaan perusahaan diperoleh setelah seluruh
kekayaan yang ada dalam perusahaan dikurangi dengan
seluruh kewajiban perusahaan.
Hery (2016:10-11)
3. Saldo Normal Akun
“Dalam akuntansi, pencatatan transaksi ke dalam jurnal
dilakukan atas dasar double-entry system dimana salah satu dari dua
akun tersebut akan dicatat di sebelah debet dan akun satunya lagi
10
dicatat disebelah kredit. Dengan kata lain, jumlah antara sisi debet
dengan sisi kredit dalam sebuah jurnal haruslah seimbang”. Hery
(2016:22)
“Saldo normal rekening/akun adalah saldo normal dari masing-
masing rekening dengan tujuan untuk menunjukkan keadaan secara
umum saldo dari rekening-rekenin tersebut”. Syaiful Bahri (2016:21)
Menurut Syaiful Bahri (2016:21-22) “Untuk lebih mudah
memahami saldo normal dari masing-masing rekening dan pengaruh
sisi pencatatan jika terjadi penambahan dan pengurangan disajikan
pada tabel dibawah ini” :
11
Tabel 1
Nama Rekening
Saldo
Normal
Bertambah Berkurang
Aktiva/harta Debet (D) Debet (D) Kredit (K)
Hutang/kewajiban Kredit (K) Kredit (K) Debet (D)
Modal/ekuitas Kredit (K) Kredit (K) Debet (D)
Pendapatan/penjualan Kredit (K) Kredit (K) Debet (D)
Beban Debet (D) Debet (D) Kredit (K)
Prive Debet (D) Debet (D) Kredit (K)
Dividen Debet (D) Debet (D) Kredit (K)
Laba Kredit (K) Kredit (K) Debet (D)
Rugi Debet (D) Debet (D) Kredit (K)
Sumber : Syaiful bahri (2016:22)
4. Siklus Akuntansi
“Siklus akuntansi adalah tahapan-tahapan mulai dari terjadinya
transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan sehingga siap
untuk pencatatan berikutnya.” Syaiful Bahri (2016:18)
Suatu periode akuntansi adalah periode waktu yang dicakup
dalam Laporan Laba Rugi. Pada umumnya satu periode
akuntansi sama dengan satu tahun kalender (1 Januari-31
Desember), tetapi perusahaan dapat menggunakan periode
akuntansi yang lebih pendek dari satu tahun kalender.
misalnya, tiap bulan, per tiga bulan atau per enam bulan. Catur
Sasongko et.al (2016:26)
12
Bagan 1
Siklus Akuntansi
Sumber: Sony Warsono (2013:2)
5. Akun
“Akun atau perkiraan adalah suatu formulir yang digunakan
sebagai tempat mencatat transaksi keuangan yang sejenis dan dapat
SELAMA PERIODE BERJALAN
A. Penginputan dan Pemrosesan
PADA AKHIR PERIODE
B. Pengoutputan (Penyusunan Laporan
Keuangan)
1. Pembuatan Daftar Saldo
Percobaan (trial
balances)
1. Pengidentifikasian Transaksi
2. Pengukuran Transaksi
2. Pencatatan Penyesuaian
(termasuk pencatatan
pengoreksi) 3. Pendokumentasian Transaksi
3. Pembuatan Daftar Saldo
setelah Penyesuaian
(Adjustedbalances)
4.Peringkasan Transaksi
4. Penyajian Laporan Laba
Rugi
5. PengklasifikasianTranskasi
5. Pencatatan Penutup
(Closing Entries)
6. Penyajian Laporan
Perubahan Ekuitas,
Laporan Posisi Keuangan
dan Laporan Arus Kas
7. Pencatatan Pembalik
(Reversing Entries) jika
diperlukan
13
mengubah komposisi harta, kewajiban, dan modal perusahaan.” Lantip
Susilowati (2016:17)
Pada dasarnya rekening dikelompokkan pada dua golongan, yaitu :
a. Kelompok rekening rill atau rekening neraca adalah rekening yang dilaporkan/disajikan di neraca. Kelompok ini adalah asset
(aktiva), liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal).
b. Kelompok rekening nominal atau rekening laba-rugi adalah rekening yang dilaporkan/disajikan di laporan laba rugi.
Kelompok ini adalah pendapatan dan beban-beban.
Syaiful Bahri (2016:53-54)
Ragam Akun menurut Sony Warsono (2013:26-29) yaitu:
a. Akun-akun aset 1) Aset Lancar
a) Kas, yaitu penggunaan dana berupa sumber daya yang dapat disajikan dengan uang tunai dan dapat
digunakan segera untuk mendanai kegiatan
operasional perusahaan.
b) Piutang usaha, yaitu penggunaan dana berupa sumber daya yang berbentuk janji dari pihak yang membayar
secara kredit
c) Perlengkapan, yaitu penggunaan dana berupa sumber daya yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan
operasional perusahaan.
d) Dibayar dimuka sewa gedung, yaitu penggunaan dana berupa pembayaran dimuka kepada pihak yang
menyewakan gedung yang mana masa manfaat sewa
masih berlangsung dimasa akan datang. Meskipun
pembayaran telah dilakukan tetapi pembayaran
tersbut merupakan aset karena perusahaan masih
berhak memperoleh manfaat atas gedung.
2) Aset Tidak Lancar a) Tanah, yaitu penggunaan dana berupa sumber daya
berwujud yang pada dasarnya tidak mengalami
penyusutan dan tidak dimaksudkan untuk
diperdagangkan.
b) Bangunan, yaitu penggunaan dana berupa sumber daya berwujud yang digunakan untuk kegiatan bisnis
perusahaan tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan.
c) Peralatan, yaitu pengunaan dana berupa sumber daya berwujud, seperti mesin dsb .
14
b. Akun-akun liabilitas
1) Liabilitas lancar Utang usaha, yaitu sumber pemerolehan dana yang
lazimnya dari transaksi pembelian secara kredit dengan
ketentuan pelunasan ditetapkan dimasa datang.
2) Liabilitas jangka panjang Utang hipotek, yaitu sumber pemerolehan dana
dari pihak ketiga yang pada dasarnya disertai dengan
penyerahan jaminan, dan pelunasan melebihi 1 periode.
c. Akun-akun ekuitas
1) Modal saham, yaitu sumber pemerolehan dana sebesar nilai nominal dari penerbitan saham.
2) Premium modal saham (agio saham/pemasukan tambahan dimodal), yaitu sumber pemerolehan dana sebesar nilai
selisih antara nilai nominal saham dan harga pasar saham
3) Saldo laba (Laba ditahan), yaitu sumber pemerolehan dana yang berasal dari kumpulan laba yang tidak
didistribusikan berupa dividen ke pemegang saham.
d. Akun-akun Penghasilan
1) Penghasilan Opersional Pendapatan usaha, yaitu sumber pemerolehan dana
dari kegiatan bisnis utama (perusahaan di jasa)
2) Penghasilan Non-Operasional Pendapatan lain-lain, yaitu sumber pemerolehan
dana dari kegiatan lain-lain
e. Akun-akun beban
1) Beban gaji, yaitu penggunaan dana berupa jasa tenaga kerja atau keahlian karyawan
2) Beban listrik, yaitu penggunaa dana berupa konsumsi listrik
3) Beban penyusutan, yaitu penggunaan dana berupa konsumsi manfaat aset berwujud yang disusutkan
Sony Warsono (2013:26-29)
6. Kode Akun
“Kode adalah suatu kerangka (framework) yang menggunakan
angka atau huruf atau kombinasi angka dan huruf untuk memberi
15
tanda terhadap klasifikasi yang sebelumnya telah dibuat.” Mulyadi
(2016:100)
Dalam sistem pengolahan data akuntansi, kode memenuhi
berbagai tujuan berikut ini :
a. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik b. Merigkas data c. Mengklasifikasi akun atau transaksi d. Menyampaikan makna tertentu
Mulyadi (2016:101)
Menurut Catur Sasongko et.al (2016:29) berikut ini adalah
urutan kode awal untuk akun-akun di buku besar pada umumnya :
a. Kode awal akun-akun Aset : 1 b. Kode awal akun-akun Liabilitas : 2 c. Kode awal akun-akun Ekuitas : 3 d. Kode awal akun-akun Pendapatan : 4 e. Kode awal akun-akun Beban : 5
Menurut Hery (2016:19-20) daftar (list) yang memuat
mengenai keseluruhan kode (nomor) dan nama akun,
dinamakan sebagai bagan perkiraan (chart of accounts).
Kode dan nama akun yang terdapat di dalam daftar
merupakan kode dan nama akun yang akan digunakan
oleh perusahaan untuk mencatat dan mengklasifikasikan
setiap transaksi bisnis (peristiwa ekonomi) yang terjadi.
Contoh chart of accounts (COA) :
1) AKTIVA 1.1 Kas 1.2 Piutang Usaha 1.4 Perlengkapan Kantor 1.5 Asuransi Dibayar di Muka 1.7 Perabotan Kantor 1.8 Perabot Kantor
2) UTANG 2.1 Utang 2.3 Sewa Diterima di Muka
3) EKUITAS 3.1 Modal 3.2 Prive
16
4) PENDAPATAN 4.1 Pendapatan Usaha 4.2 Pendapatan Sewa 4.3 Pendapatan Bunga
5) BEBAN 5.1 Beban Gaji 5.2 Beban Iklan 5.3 Beban Sewa Kantor 5.4 Beban Untilitas 5.9 Beban Rupa-rupa
Menurut Lantip Susilowati (2016:18) “Ada beberapa kode
akun yang dapat digunakan seperti kode numeral, kode desimal, kode
mnemonik serta kode kombinasi huruf dan angka.”
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
nomor kode yaitu antara lain:
a. Kode akun dapat secara sederhana dan mudah untuk diingat.
b. Kode akun dalam penggunaannya harus konsisten.
c. Jika ada penambah akun baru, usahakanlah jangan sampai
mengubah kode yang sudah ada.
Lantip Susilowati (2016:19)
Pembuatan kode/akun perkiraan dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Kode perkiraan dengan sistem Numeral Kode perkiraan dengan sistem numeral ini merupakan cara
untuk mencatatkan kode pada perkiraan denga
menggunakan nomor (angka), penulisan nomor pada tiap-
tiap perkiraan dapat dilakukan dengan bebas dan ditulis
urut sehingga mudah dimengerti dan dibedakan antara
perkiraan satu dengan yang lain. Lantip Susilowati
(2016:19)
17
2) Kode Nomor Berurutan Tabel 2
Kode Nomor Berurutan
Nomor
Kode
Nama Perkiraan Nomor
Kode
Nama Perkiraan
101 Kas 201 Hutang Dagang
102 Piutang Dagang 202 Hutang Gaji
104 Perlengkapan 301 Modal Tuan Arif
105 Sewa Dibayar Dimuka 302 Prive Tuan Arif
108 Peralatan Cetak 401 Pendapatan
109 Akum. Peny. Peralatan 402 Ikhtisar Rugi Laba
Sumber: Lantip Susilowati (2016:20)
3) Kode Kelompok Tabel 3
Kode Kelompok
Nomor Kode Arti
Angka Pertama Kelompok Akun
Angka Kedua Golongan Akun
Angka Ketiga Sub Golongan Akun
Angka Keempat Jenis Akun
Sumber: Lantip Susilowati (2016:20)
Tabel 4
Klasifikasi Akun Secara Lengkap
a)Harta/Asets 11 Harta Lancar 111 Kas
112 Bank
113 Piutang
12 Harta Tetap 121 Tanah
122 Gedung
123 Peralatan
b)Utang/Liabilities 21 Utang Lancar 211 Utang Usaha
212 Wesel Bayar
213 Sewa yang masih hrs
dibayar
22 Utang Jangka Panjang 221 Utang Obligasi
222 Utang Hipotik
223 KMKP
c)Modal 301 Modal Pemilik
d)Pendapatan 41 Pendapatan Operasional 411 Pendapatan Servis
412 Pendapatan…..
42 Pendapatan Non-Operasional 421 Bunga
422 Laba Penjualan alat
e)Beban 51 Beban Operasional 511 Beban Gaji
18
512 Beban Iklan
52 Beban Non-Operasonal 521 Beban Bunga
522 Rugi Penjualan Alat
Sumber: Lantip Susilowati (2016:21)
4) Kode Blok Tabel 5
Kode Blok Tiap Kelompok
Kelompok Kode
Harta 100-199
Utang 200-299
Modal 300-399
Pendapatan 400-499
Beban 500-599
Sumber: Lantip Susilowati (2016:22)
Tabel 6
Kode Blok Tiap Jenis
Kelompok Kode
Harta 100
Piutang 101
Peralatan 150
Kendaraan 151
Utang Usaha 201
Wesel Bayar 202
Utang Obligasi 250
Utang Hipotik 251
Modal 300
Prive 301
Sumber: Lantip Susilowati (2016:22)
Tabel 7
Kode Blok Tiap Golongan
Kelompok Kode
Harta Lancar 100-149
Harta Tetap 150-199
Utang Lancar 200-249
Utang Jangka Panjang 250-299
Sumber: Lantip Susilowati (2016:22)
7. Menyiapkan transaksi
“Penyiapan transaksi merupakan tahap penginputan, yaitu
menjadikan transaksi siap diolah oleh akuntansi. Kekurang-optimalan
19
dalam penyiapan transaksi akan mempengaruhi proses dan bahkan
output yang dihasilkan.” Sony Warsono (2013:49)
Pencatatan transaksi keuangan adalah langkah awal yang untuk
mencatat berbagai perubahan posisi keuangan dari sebuah perusahaan
yang dilakukan secara kronologis, dengan metode-metode tertentu
sehingga hasil pencatatan dapat dikomunikasikan kepada pihak
lainnya berupa laporan keuangan. V. Wiratna Sujarweni (2016:15)2
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016:15-20)2 “Jika ada
transaksi pasti ada bukti yang digunakan untuk membuktikan bahwa
transaksi itu terjadi, bukti tersebut disebut bukti transaksi.” Bukti
transaksi dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Bukti transaksi internal perusahaan Adalah bukti transaksi yang dibuat dan beredar di lingkungan
dalam perusahaan yaitu :
1) Bukti kas masuk, adalah tanda bukti perusahaan menerima uang secara tunai atau cash.
2) Bukti kas keluar, adalah tanda bukti perusahaan mengeluarkan uang tunai, misalnya pembayaran gaji,
pembayaran utang.
3) Memo, adalah bukti pencatatan antar bagian atau manager dengan bagian-bagian yang ada dillingkungan yang lainnya.
b. Bukti transaksi eksternal perusahaan Adalah bukti transaksi yang berhubungan dengan pihak luar
perusahaan, bukti transaksi eksternal terdiri dari :
1) Faktur adalah tanda bukti telah terjadi pembelian atau penjualan secara kredit.
2) Kuitansi adalah bukti penerimaan uang dengan pengesahan berupa tanda tangan penerima uang dan diserhakan kepada
yang membayar sejumlah uang tersebut.
3) Nota kontan adalah bukti atas pembelian sejumlah barang secara kontan atau tunai.
4) Nota debet adalah bukti transaksi pengiriman barang yang sudah dibeli, namun barang yang sudah dibeli oleh
perusahaan tersebut rusak atau tidak sesuai dengan yang
dipesan.
5) Nota kredit adalah bukti-bukti transaksi penerimaan kembali atas barang yang sudah dijual oleh perusahaan
karena barang tersebut rusak atau tidak sesuai dengan
pesanan.
6) Cek adalah surat perintah yang ditujukan kepada bank dan dibuat oleh pihak yang mempunyai rekening di bank, agar
20
bank membayar sejumlah uang kepada pihak yang namanya
tercantum dalam cek tersebut.
V. Wiratna Sujarweni (2016:15-20)2
8. Jurnal
“Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama,
yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan.”
Mulyadi (2016:79)
“Penjurnalan adalah meringkas transaksi secara sistematis. Di
akuntansi, fungsi ini lazim disebut juga pencatatan pertama (the
original entry). Disebut sistematis karena penjurnalan berlandas pada
system pencatatan berpasangan.” Sony Warsono (2013:65)
Menurut Hery (2016:29) jurnal dibedakan menjadi dua, yaitu
jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum dibuat atas
transaksi yang tidak dicatat dalam jurnal khusus. Contoh
transaksi yang akan dicatat dalam jurnal umum adalah transaksi
retur pembelian, retur penjualan, serta transaksi pembelian
peralatan & perlengkapan kantor secara kredit.
a. Jurnal Umum
Tabel 8
Format Jurnal Umum
Halaman ___________
JURNAL UMUM
Tanggal Keterangan Nomor
Bukti
Nomor
Akun
Debet Kredit
Sumber: Mulyadi (2016:80)
“Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi
penjualan, pembelian, penerimaan dan pengeluaran kas,
21
penyusutan asset tetap dan transaksi lainnya. Karena dalam
perusahaan kecil volume transaksinya masih sedikit.” Mulyadi
(2016:80)
Keterangan :
1) Kolom tanggal, dikolom ini diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang diisi secara berurutan sesuai dengan
kronologi terjadinya transaksi.
2) Kolom keterangan, kolom ini diisi dengan keterangan lengkap mengenai transaksi yang terjadi, seperti nama akun
yg didebit dan dikredit, serta penjelasan ringkas tentang
transaksi yang bersangkutan.
3) Kolom nomor bukti, kolom ini digunakan untuk mencatat nomor formulir (dokumen pendukung) yang dipakai sebagai
dasar pencatatan data dalam jurnal tersebut.
4) Kolom nomor akun, kolom ini diisi dengan nomor akun yang didebit dan nomor akun yang dikredit dengan adanya
transaksi.
5) Kolom debit dan kredit, kolom ini diisi dengan jumlah rupiah transaksi
Mulyadi (2016:80-81)
b. Jurnal Khusus
“Jurnal khusus merupakan jurnal yang digunakan untuk
mencatat transaksi-transaksi khusus dalam perusahaan yang
berhubungan dengan penjualan dan pembelian.” Yayah Sinaga
(2016:46)
9. Buku Besar
“Buku besar adalah akun-akun atau rekening-rekening yang
dikelompokkan dan berdasarkan akun yang sudah dikelompokkan tadi
dilakukan penjumlahan nilai uangnya” V. Wiratna
Sujarweni(2016:38)2
22
“Pemindah-bukuan (posting) adalah mengklasifikasi /
menggolongkan hasil pencatatan yang berasal dari penjumlahan.”
Sony Warsono (2013:68)
“Buku besar dibedakan menjadi dua, yaitu buku besar umum
(general ledger) dan buku pembantu (subsidiary ledger).” Hery
(2016:30)
“Buku besar dibuat dengan urutan akun seperti yang tercantum
pada bagan perkiraan (chart of accounts), yang dimulai dengan akun
neraca (kas, piutang usaha, dan seterusnya)” Hery (2016:30)
Menurut Mulyadi (2016:96) “Buku besar umumnya berbentuk
T, yang merupakan catatan akuntansi yang dibagi dua secara vertikal,
sebelah sebelah kiri disebut debit, dan sebelah kanan disebut kredit.”
Tabel 9
Nama Perusahaan
Buku Besar
Periode
Nama Akun:…………. Kode Akun:………...
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit Saldo
Sumber: Lantip Susilowati (2016:67)
10. Neraca Saldo
“Neraca saldo adalah buku yang berisi daftar seluruh akun
dengan saldo yang berasal dari masing-masing akun yang telah dibuat
dalam buku besar dengan sejumlah uang yang diletakkan dalam sisi
debet dan kredit.” V.Wiratna Sujarweni (2016:41)2
23
“Neraca saldo diperlukan untuk memastikan bahwa tidak adanya
kesalahan didalam memposting jumlah debet/kredit dari jurnal ke
buku besar.” Hery (2016:37)
“Neraca saldo adalah sebuah daftar yang berisikan saldo akhir
seluruh akun yang ada di kode akun perusahaan.” Catur Sasongko
et.al (2016:40)
Tabel 10
Neraca Saldo
(Nama perusahaan)
Neraca Saldo
(Periode)
Nama Akun Debit Kredit
Akun-akun Asset………………………...
Akun-akun Liabilitas…………………….
Akun-akun Ekuitas………………………
Akun-akun Pendapatan………………….
Akun-akun Beban………………………..
Total
Sumber : Catur Sasongko et.al (2016:41)
Terdapat aturan yang harus ditaati dalam menyusun neraca
saldo, yaitu sebagai beriku :
a. Neraca saldo dimulai dengan akun-akun asset kemudian diteruskan dengan akun-akun liabilitas, akun-akun modal
pemilik(ekuitas), akun-akun pendapatan, dan diakhiri dengan
akun-akun beban.
b. Jumlah keseluruhan sisi debit harus sama atau seimbang dengan jumlah sisi kredit. Jika ditemukan kondisi yang tidak sama maka
haruslah dicarikan penyebabnya. Kita tidak akan dapat
menyusun laporan keuangan jika neraca saldo tidak seimbang.
Catur sasongko et.al (2016:41)
24
11. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian yaitu jurnal yang digunakan untuk
menyesuaikan saldo-saldo rekening yang ada di neraca saldo
menjadi saldo yang sebenarnya sampai dengan akhir periode
akuntansi, dengan tujuan akan mencerminkan keadaan aktiva,
utang, modal, pendapatan, dan biaya yang sebenarnya.
V.Wiratna Sujarweni (2016:43)2
“Ayat jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo akun di
buku besar pada akhir periode akuntansi disebut dengan Ayat Jurnal
Penyesuaian.” Catur Sasongko et.al (2016:59)
Menurut Catur Sasongko et.al (2016:60) “Berikut ini adalah
ringkasan jenis penyesuaian dan ayat jurnal penyesuaian yang umum
di perusahaan” :
Tabel 11
Ringkasan Jurnal Penyesuaian
Jenis Penyesuaian Ayat Jurnal Penyesuaian
Beban Dibayar dimuka Dr. Beban
Cr. Aset
Pendapatan Diterima di Muka Dr. Liabilitas
Cr. Pendapatan
Beban yang Masih Harus
Dibayar
Dr. Beban
Cr. Liabilitas
Pendapatan yang Masih Harus
Dibayar
Dr. Aset
Cr. Pendapatan
Aset Tetap (dikenal dengan
penyusutan)
Dr. Beban
Cr. Lawan Akun Aset Tetap
Sumber : Catur Sasongko et.al (2016:60)
Jurnal penyesuaian disusun berdasarkan data dari neraca
saldo. Yang perlu disesuaikan adalah :
a. Pendapatan yang masih harus diterima (Piutang Pendapatan)
Jurnal penyesuaiannya adalah:
Piutang Rp xxx
Pendapatan Rp xxx
b. Biaya yang masih harus dibayar (utang biaya) Jurnal penyesuaiannya adalah:
25
Beban Rp xxx
Utang Rp xxx
c. Pendapatan Diterima Dimuka 1) Pendekatan Utang, jurnal penyesuaiannya adalah:
Pendapatan diterima dimuka Rp xxx
Pendapatan Rp xxx
2) Pendekatan Pendapatan, jurnal penyesuaiannya adalah: Pendapatan sewa Rp xxx
Sewa diterima dimuka Rp xxx
d. Beban Dibayar Dimuka 1) Pendekatan asset, Jurnal penyesuaiannya adalah:
Beban asset (asuransi/iklan/sewa/dll) Rp xxx
Asset dibayar dimuka Rp xxx
2) Pendekatan beban, jurnal penyesuaiannya adalah: Asset dibayar dimuka Rp xxx
Beban asset (asuransi/iklan/sewa/dll) Rp xxx
e. Piutang Tak Tertagih Jurnal penyesuaiannya adalah:
Beban cadangan kerugian piutang Rp xxx
Cad. kerugian piutang tak tertagih Rp xxx
f. Depresiasi Aktiva Tetap Jurnal Penyesuaiannya adalah:
Beban penyusutan asset tetap Rp xxx
Akumulasi Penyusutan asset tetap Rp xxx
g. Perlengkapan Jurnal penyesuaiannya adalah:
Beban perlengkapan Rp xxx
Perlengkapan Rp xxx
V. Wiratna Sujarweni (2016:44)2
Tabel 12
Jurnal Penyesuaian
(Nama Perusahaan)
Jurnal Penyesuaian
(Tahun periode)
Tanggal Deskripsi PR Debit Kredit
Sumber : Catur Sasongko et.al (2016:67)
26
12. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
“Neraca saldo setelah penyesuaian adalah daftar saldo
akun-akun yang ada pada tanggal tertentu terletak di buku besar
setelah dilakukan pembaruan karena adanya jurnal penyesuaian.”
V.Wiratna Sujarweni (2016:49)2
Menurut V. Wiratna Sujarweni (2016:49)2 “Neraca saldo
setelah penyesuaian menunjukkan keadaan yang benar-benar nyata.
Berdasarkan neraca saldo stelah penyesuaian maka selanjutnya siap
untuk dibuat laporan keuangan.
Contoh neraca saldo setelah penyesuaian :
Tabel 13
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Kode akun
Nama Akun
Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo setelah
Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
Total
Sumber : V.Wiratna Sujarweni (2016:49)2
13. Laporan Keuangan
“Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”
Kasmir (2016:7)
Secara umum, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi atau
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan
27
keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Rahmat
Hidayat (2017:31)
Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat :
a. Bersifat historis, artinya bahwa laporan keuangan dibuat dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa
sekarang.
b. Bersifat menyeluruh, artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau dibuat
selengkap mungkin.
Kasmir (2016:12)
Menurut IAI (2016:45) “Komponen laporan keuangan SAK
EMKM tidak meliputi laporan perubahan ekuitas maupun laporan arus
kas karena :
a. Pengguna laporan keuangan yang terbatas b. Relevansi informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan,
dan
c. Pertimbangan kemudahan dalam penerapan pengaturan SAK EMKM.
Menurut IAI (2016:47) “Laporan keuangan entitas mikro, kecil,
dan menengah terdiri dari :
a. Laporan posisi keuangan b. Laporan laba rugi c. Catatan atas laporan keuangan
14. Laporan Laba Rugi
“Laporan Laba Rugi adalah sebuah laporan yang meyajikan
hasil operasi perusahaan yang dituangkan dalam nilai pendapatan dan
beban.” Catur Sasongko et.al (2016:83)
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan
kondisi usaha dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari
jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang telah
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam
keadaan laba atau rugi. Kasmir (2016:29)
28
Tabel 15
Laporan Laba Rugi
ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X8
PENDAPATAN
Pendapatan usaha xxxx
Pendapatan lain-lain xxxx
JUMLAH PENDAPATAN xxxx
BEBAN
Beban usaha xxxx
Beban lain-lain xxxx
JUMLAH BEBAN xxxx
LABA (RUGI) SEBELUM
PAJAK PENGHASILAN xxxx
Beban pajak penghasilan xxxx
LABA (RUGI) SETELAH
PAJAK PENGHASILAN xxxx
Sumber : IAI (2016:51)
Secara umum, urutan klasifikasi akun nominal dalam laporan
laba/rugi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pendapatan (income,revenue) Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
kewajiban perusahaan, yang berasal dari penjualan barang atau
jasa pada satu periode akuntansi.Pendapatan dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
1) Pendapatan usaha (operating income) yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha pokok atau utama
perusahaan. Contoh: pendapatan jasa/usaha, penjualan
barang dagangan/hasil produksi
2) Pendapatan di luar usaha/pendapatan lain-lain (The other income),yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil bukan
29
usaha pokok atau utama perusahaan. Contoh : pendapatan
bunga, pendapatan sewa, penjualan aktiva tetap.
b. Beban usaha (Expense) Beban adalah biaya yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
pendapatan satu periode. Beban dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
1) Beban usaha/operasional (operating expense) adalah biaya yang digunakan untuk mendapatkan pendapatan utama.
Contoh : beban gaji, beban listrik, beban penyusutan.
2) Beban di luar usaha (operating expense) biaya yang digunakan untuk mendapatkan pendapatan selain utama.
Contoh: rugi penjualan aktiva tetap, beban bunga.
V.Wiratna Sujarweni (2016:31)2
15. Laporan Posisi Keuangan
“Laporan posisi keuangan adalah sebuah laporan yang
menggambarkan posisi keuangan yaitu posisi asset, liabilitas, dan
modal pemilik dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu” Catur
Sasongko et.al (2016:85)
“Laporan posisi keuangan merupakan laporan wajib
dibuat/disusun oleh perusahaan untuk menggambarkan kekayaan dan
kewajiban yang dimilikinya.” Indra Mahardika (2017:32)
30
Tabel 16
Laporan Posisi Keuangan
ENTITAS
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 DESEMBER 20X8
ASET
Kas dan setara kas
Kas xxxx
Giro xxxx
Deposito xxxx
Jumlah kas dan setara kas xxxx
Piutang usaha xxxx
Persediaan xxxx
Beban dibayar dimuka xxxx
Aset tetap xxxx
Akumulasi penyusutan (xxxx)
JUMLAH ASET xxxx
LIABILITAS
Utang usaha xxxx
Utang Bank xxxx
JUMLAH LIABILITAS xxxx
EKUITAS
Modal xxxx
Saldo laba (debit) xxxx
JUMLAH EKUITAS xxxx
JUMLAH LIABILITAS & EKUITAS xxxx
Sumber : IAI (2016:50)
31
16. Jurnal Penutup
Jurnal penutup yaitu jurnal yang digunakan untuk menutup
semua akun nominal (pendapatan dan beban) pada akhir
periode, dilakukan dengan cara menjurnal akun-akun tersebut
pada lawan saldo nominal. Atau dengan kata lain jurnal penutup
dilakukan dengan maksud untuk mengenalkan saldo akun
sementara (pendapatan dan beban), sehingga perusahaan dapat
mengetahui laba atau rugi usaha selama satu periode. V. Wiratna
Sujarweni (2016:63)2
“Proses penutupan akun merupakan kegiatan yang harus
dilakukan di akhir periode akuntansi setelah laporan keuangan selesai
disusun. Proses penutupan akun menyiapkan akun untuk mencatat
transaksi yang terjadi pada periode berikutnya.” Catur Sasongko et.al
(2016:92)
Hal-hal yang harus dilakukan pada proses penutupan adalah :
a. Mengidentifikasi akun yang akan ditutup b. Membuat ayat jurnal penutup dan memposting-nya ke buku
besar
c. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan Catur Sasongko et.al (2016:92)
“Tujuan dibuatnya jurnal penutup adalah untuk memindahkan
saldo akhir dari akun-akun pendapatan, beban, dan prive ke akun
modal pemilik.” Catur Sasongko et.al (2016:92)
Terdapat beberapa jurnal penutup yang harus dibuat adalah
sebagai berikut :
1) Menutup akun-akun dengan saldo pendapatan (nominal kredit) Pendapatan Rp xxx
Ikhtisar laba-rugi Rp xxx
2) Menutup akun-akun dengan saldo beban (normal debet) Ikhtisar laba-rugi Rp xxx
Beban-beban Rp xxx
3) Menutup akun ikhtisar laba rugi jika laba Ikhtisar laba-rugi Rp xxx
Modal/laba ditahan Rp xxx
32
4) Menutup akun ikhtisar laba rugi jika rugi Modal/laba ditahan Rp xxx
Ikhtisar laba-rugi Rp xxx
5) Menutup akun dividen/prive Modal/laba ditahan Rp xxx
Prive/dividen Rp xxx
V. Wiratna Sujarweni (2016:63)2
17. Neraca Saldo Setelah Penutup
Neraca saldo setelah penutupan adalah neraca saldo yang dibuat
setelah akun nominal atau akun sementara ditutup atau saldonya
di nol kan, dengan cara membuat jurnal penutup. Isi dari neraca
saldo setelah penutupan adalah akun-akun riil (aktiva, hutang,
modal) riil, yaitu akun yang saldonya terbawa dari periode ke
periode akuntansi berikutnya. V. Wiratna Sujarweni (2016:65)2
Hanya akun-akun permanen (akun-akun yang ada di laporan
posisi keuangan) yang ada di neraca saldo setelah penutupan.
Akun-akun temporer (ikhtiar laba rugi, pendapatan, beban, dan
prive) telah ditutup sehingga tidak akan pernah ada dineraca
saldo setelah penutupan. Catur Sasongko et.al (2016:97)
Tabel 17
Neraca Saldo Setelah Penutupan
(nama perusahaan)
Neraca Saldo Setelah Penutupan
(tahun periode)
Debit Kredit
Total
Sumber : Catur Sasongko et.al (2016:97)
18. Jurnal Pembalik
Jurnal pembalik atau sering disebut jurnal penyesuaian kembali
adalah jurnal yang biasanya dibuat pada awal periode, dibuat
kebalikan dari jurnal penyesuaian sebelumnya. Jurnal ini
bersifat opsional artinya boleh dibuat atau tidak. Jika dibuat
maka akan memberi manfaat, diperiode berikutnya akan labih
praktis pencatatannya. Tidak semua ayat jurnal penyesuaian
33
dilakukan pembalikan. Jurnal penyesuaian yang perlu dibalik
adalah :
1) Pendapatan yang masih harus diterima 2) Beban dibayar dimuka (jika diakui sebagai beban) 3) Beban yang masih harus dibayar 4) Penghasilan diterima dimuka (jika diakui sebagai
pendapatan).
V. Wiratna Sujarweni (2016:66)2
Pencatatan pembalik dilakukan karena 2 (dua) pertimbangan.
Pertimbangan pertama, pencatatan pembalik dilakukan dalam rangka
mencegah ketidakkonsistenan pencatatan di masa datang.
Pertimbangan kedua, pencatatan pembalik dilakukan untuk menjaga
konsistensi pencatatan uang merupakan keharusan. (Sony Warsono
2013:119)
19. Penyusutan
“Penyusutan adalah alokasi biaya perolehan asset tetap selama
masa manfaatnya. Beban depresiasi akan dibebankan di laporan laba
rugi pada periode terjadinya.” Catur Sasongko et.al (2016:257)
“Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya perolehan asset
tetap menjadi beban selama masa manfaatnya dengan cara yang
rasional dan sistematis.” Haryono Jusup (2014:144)
Ada tiga factor yang berpengaruh dalam penghitungan
depresiasi, yaitu :
a. Biaya perolehan adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh sebuah asset sampai asset tersebut siap
digunakan.
b. Masa manfaat adalah jangka waktu pemakaian asset yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat dapat juga
dinyatakan dalam suatu waktu, unit aktivitas (misalnya jam
34
kerja mesin), atau satuan hasil yang diharapkan dari suatu
asset.
c. Nilai residu atau nilai sisa adalah taksiran nilai tunai asset pada akhir masa manfaat asset tersebut. Nilai ini bisa
didasarkan pada taksiran nilai asset sebagai barang bekas,
atau bisa juga atas dasar taksiran bla asset ditukar dengan
asset lain diakhir masa manfaat.
Haryono Jusup (2014:146-147)
Metode yang digunakan dalam akuntansi dan laporan keuangan
bisa saja berbeda dengan metode yang digunakan dalam pajak.
Metode yang sering kali digunakan adalah metode garis lurus. Catur
Sasongko et.al (2016:258)
“Tiga metode yang seringkali digunakan adalah Metode Garis
Lurus, Metode Unit Produksi, dan Metode Saldo Menurun.” Catur
Sasongko et.al (2016:258)
a. Metode garis lurus Menghasilkan jumlah beban depresiasi yang sama setiap
tahunnya selama masa manfaat asset.
Berikut ini adalah rumus metode garis lurus :
Beban Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Masa Manfaat
Catur Sasongko et.al (2016:258)
Metode garis lurus mudah dan banyak digunakan, selain itu
juga memberikan alasan yang masuk akal untuk
mentransfer biaya perolehan asset ke beban depresiasi
sesuai dengan periode penggunaan asset dan perolehan
pendapatan, serta menghasilkan nilai beban depresiasi yang
sama dari periode satu ke periode lainnya. Catur Sasongko
et.al (2016:258)
Menurut IAI (2016:58) perhitungan beban penyusutan
metode garis lurus adalah sebagai berikut :
Tarif penyusutan tahun ke-1 : 100% / Tahun manfaat
35
Beban penyusutan pertahun : harga perolehan x tarif
penyusutan
Beban penyusutan perbulan : 1/12 x beban penyusutan
pertahun
b. Metode unit produksi Menghasilkan nilai beban depresiasi yang sama untuk
setiap unit yang di produksi atau setiap kapasitas yang
digunakan oleh asset tetap yang bersangkutan.
Berikut ini adalah rumus metode garis lurus :
B. Dep = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jmlh unit yg akan diproduksi selama masa manfaat
Catur Sasongko et.al (2016:259)
c. Metode saldo menurun Menghasilkan penurunan terhadap beban depresiasi per
periodenya sepanjang masa manfaat asset tetap yang
berasangkutan. Dalam menggunakan metode ini, tarif
tahunan metode garis lurus dua kali. Misalkan tarif saldo
menurun untuk asset dengan masa manfaat 5 tahun adalah
40%, yaitu dua kali dari tarif garis lurus 20% (100%/5).
Catur Sasongko et.al (2016:259)
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud,
metode, serta tarif penyusutannya berdasarkan pasal 11 Undang-
undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Tabel 18
Tarif penyusutan harta berwujud
Kelompok Harta
Berwujud
Masa
Manfaat
Tarif
Penyusutan
Berdasarkan
Metode Garis
Lurus
Tarif
Penyusutan
Berdasarkan
Metode Saldo
Menurun
1. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 tahun 12,50 % 25 %
Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 tahun 5 % 10 %
2. Bangunan Permanen 20 tahun 5 %
Tidak Permanen 10 tahun 10 %
Sumber : Waluyo (2012:135)
36
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 18
Hasil Penelitian Terdahulu
Identitas
Peneliti
Aspek
Lisna Maulida
A03130032
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Lintang Retty Dewi
A03140021
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Judul Penerapan Akuntansi
Pokok Pada PT Mumtaz
Karima Banjarmasin
Penerapan Akuntansi
Pokok Untuk
Menyusun Laporan
Keuangan Pada CV
Raditya
Objek
Penelitian
PT Mumtaz Karima
Banjarmasin
CV Raditya
Permasalahan Bagaimana penerapan
akuntansi pokok pada PT
Mumtaz Karima
Banjarmasin?
Bagaimana penerapan
akuntansi pokok untuk
menyusun laporan
keuangan pada CV
Raditya?
Tujuan
Penelitian
Untuk menerapkan
akuntansi pokok pada PT
Mumtaz Karima
Banjarmasin.
Untuk menerapkan
akuntansi pokok dalam
penyusunan laporan
keuangan pada CV
Raditya.
Metode
Penelitian
Wawancara dan
Dokumentasi
Wawancara,
Dokumentasi dan Studi
Pustaka.
Hasil
Penelitian
Penulis menyusun
laporan keuangan pada
periode 01 Oktober s/d
31 Desember 2015
Penulis menyusun
laporan keuangan pada
periode 01 Oktober s/d
31 Desember 2016
Sumber : Lisna Maulida (2016), Lintang Retty Dewi (2017)
B. Hasil Penelitian Terdahulu