Upload
phungtuyen
View
229
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekonomi Publik
a. Pengertian Ekonomi Publik
Ekonomika Publik (Public Economics) yang pada waktu lalu
dikenal sebagai Keuangan Negara (Public Finance) adalah ilmu
yang membicarakan peranan pemerintah dalam perekonomian serta
dampak kebijaksanaan pemerintah bidang fiskal terhadap
perekonomian, jadi ekonomika publik merupakan cabang ilmu
ekonomi yang membicarakan tentang kegiatan atau tindakan
pemerintah serta cara alternatif pemerintah membiayai
pengeluarannya (Reksohadiprodjo, 2001:1). Disini pemerintah
mempunyai peranan penting dalam sistem perekonomian, menurut
teori Adam Smith, pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi :
1) Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri
dan pertahanan.
2) Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.
3) Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang
tidak disediakan oleh pihak swasta, seperti halnya dengan jalan
dan sebagainya.
Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan untuk mengatur dan
mengarahkan aktivitas sektor swasta, oleh karena sektor swasta
6
tidak mampu mengatasi masalah perekonomian, maka dari itu
perekonomian tidak mungkin diserahkan sepenuhnya kepada sektor
swasta.
b. Barang Swasta dan Barang Publik
Pada fungsi pemerintah, sektor swasta tidak dapat sepenuhnya
menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat sehingga
Pemerintah diharapkan mampu menyediakan barang yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Barang dan jasa yang tidak bisa
disediakan oleh sistem pasar ini disebut barang publik
(Mangkoesoebroto, 1994:3) sebaliknya, barang dan jasa yang
disediakan oleh sektor swasta disebut barang swasta. Barang
swasta adalah barang yang setelah produsen memperoleh
kompensasi bagi biaya produksinya, memberikan manfaat hanya
pada mereka yang mendapatkannya dan tidak bagi orang lain
(Reksohadiprodjo, 2001:29). Sedangkan Barang publik memiliki
ciri khas yaitu tersedianya adalah berkat campur tangan pemerintah
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang dan
jasa yang relatif murah (karena harganya ditentukan rendah
(subsidi) oleh pemerintah, tidak dapat dikecualikan karena dapat
dinikmati oleh orang lain dan tidak pula bersaing
(Reksohadiprodjo, 2001:35). Contoh barang publik yang
disediakan oleh pemerintah yaitu, jalan raya dan pekerjaan umum.
Salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam menunjang
7
pertumbuhan ekonomi yaitu melalui pembangunan infrastruktur di
pekerjaan umum seperti jalan, jembatan, dan saluran air.
2. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan berbagai fasilitas publik yang disediakan
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai pelayanan
publik, agar dapat menunjang dan mendorong aktivitas ekonomi atau
sosial masyarakat (Puspitasari, 2015:10). Pengertian infrastruktur
merujuk pada sistem fisik dalam menyediakan transportasi, pengairan,
drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain seperti
listrik, telekomunikasi, air bersih, dsb, yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi masyarakat (Grigg dalam Posumah, 2015). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial
dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. The World Bank
(1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu :
a. Infrastruktur ekonomi merupakan infastruktur fisik yang
diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi meliputi public
utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work
(jalan, bendungan, drainase, jembatan), dan sektor transportasi
(jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang, dan sebagainya).
b. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan,
dan rekreasi.
c. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
8
Penggolongan infrastruktur tersebut merupakan infrastruktur dasar
karena sifatnya yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Akan tetapi,
infrastruktur yang disiapkan harus sesuai dengan kebutuhan setiap
wilayah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
3. Public Work Infrastructure
Pembangunan infrastruktur di dalam pekerjaan umum merupakan
salah satu bentuk infrastruktur ekonomi yang dijalankan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah. Berikut infrastruktur pekerjaan umum yang disiapkan oleh
pemerintah, yaitu :
a. Jalan
Menurut Lek dalam Posumah (2013), infrastruktur jalan
merupakan lokomotif untuk menggerakkan pembangunan ekonomi
bukan hanya diperkotaan namun juga di wilayah pedesaan. Kondisi
jalan sangat berpengaruh terhadap arus barang, jasa, uang, dan
informasi. Dengan kata lain, infrasruktur jalan dapat menetralisir
harga-harga barang dan jasa antar daerah.
b. Drainase
Menurut Pania (2013), drainase diartikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal.
9
c. Jembatan
Menurut Wahyudi,dkk (2014) jembatan merupakan salah satu
sarana transportasi yang berfungsi sebagai penghubung antara satu
daerah dengan daerah lain yang terpisahkan oleh sungai. Apabila
jembatan runtuh, maka sistem ekonomi, sosial atau aktivitas
manusia akan mengalami kelumpuhan.
4. Jembatan
a. Pengertian Jembatan
Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi
tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang. Suatu jembatan
tunggal diatas sungai kecil akan dipandang berbeda tiap orang,
sebab penglihatan atau pandangan masing-masing orang yang
melihat berbeda pula. Seseorang yang melintasi jembatan setiap
hari ada saat pergi bekerja, hanya dapat melintasi sungai bila ada
jembatan, dan dia menyatakan bahwa jembatan adalah sebuah jalan
yang diberi sandaran pada tepinya. Tentunya bagi seorang
pemimpin pemerintahan dan dunia bisnis akan memandang hal
yang berbeda pula. Dari keterangan diatas, dapat dilihat bahwa
jembatan merupakan suatu sistem transportasi untuk tiga hal, yaitu:
(Supriyadi dan Muntohar, 2014)
1) Merupakan pengontrol kapasitas dari sistem,
2) Mempunyai biaya tertinggi per mil dari sistem,
3) Jika jembatan runtuh, sistem akan lumpuh.
10
b. Pemilihan Lokasi Jembatan
Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi-
kondisi lalu lintas. Secara umum, suatu jembatan berfungsi untuk
melayani arus lalu lintas dengan baik, kecuali bila terdapat kondisi-
kondisi khusus. Oleh karenanya kondisi lalu lintas yang berbeda
dapat mempengaruhi lokasi jembatan pula. Berikut beberapa aspek
yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan lokasi jembatan :
(Supriyadi dan Muntohar, 2014)
1) Aspek Lalu Lintas
Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus lalulintas
kendaraan dan pejalan kaki (pedestrians) yang melintasi
jembatan tersebut. Perencanaan yang kurang tepat terhadap
kapasitas lalu lintas perlu dihindarkan, karena akan sangat
mempengaruhi lebar jembatan. Mengingat jembatan akan
melayani arus lalu lintas dari segala arah, maka muncul
kompleksitas terhadap existing dan rencana, volume lalu lintas,
oleh karenanya sangat diperlukan ketepatan dalam penentuan
tipe jembaan yang akan digunakan.
2) Aspek Teknis
Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :
a) Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan
vertikal, sesuai dengan lingkungan sekitarnya,
b) Penentuan sistem utama jembatan dan posisi dek,
11
c) Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat
hidraulika, arsitektural, dan biaya kontruksi,
d) Pemilihan elemen-elemen utama struktur atas dan struktur
bawah, terutama tipe pilar dan abutment,
e) Pendetailan struktur atas,
f) Pemilihan bahan yang paling tepat untuk strukur jembatan
berdasarkan pertimbangan struktural dan estetika.
3) Aspek Estetika
Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain
tidak hanya didasarkan pada struktural dan pemenuhan
transportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan artistik. Aspek
estetika jembatan di perkotaan merupakan merupakan faktor
yang penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan.
Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai
lebih kepada jembatan yang dibangun ditengah-tengah kota.
Pada banyak kota-kota besar di dunia terdapat jembatan yang
mempunyai nilai estetika yang maha tinggi disamping
kekuatan strukturnya.
5. Evaluasi Proyek
a. Pengertian Proyek
Proyek adalah kegiatan–kegiatan yang dapat direncanakan dan
dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan
12
pabrik, pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan,
perkebunan, pembukaan hutan, pendirian gedung-gedung,sekolah
atau rumah sakit, survei atau penelitian, perluasan atau perbaikan
program-rogram yang sedang berjalan, dan sebagainya
(Gray,1993:1).
1) Klasifikasi Proyek
Menurut Rahardjo (2010:8), untuk memberikan gambaran
umum, proyek-proyek itu selanjutnya dikategorikan sebagai
berikut :
a) Klasifikasi Pemilikan (Ownership)
Berdasarkan pemilikan, proyek dapat berupa proyek
swasta, proyek publik, atau proyek campuran. Proyek
swasta mempunyai pasar kompetitif yaitu banyak pembeli
dan penjual, skala operasi biasanya kecil, mekanisme
pasar melalui hukum penawaran-permintaaan (supply and
demand force) bekerja dengan baik, dan membutuhkan
pengaturan pemerintah (public regulation) yang minim.
Proyek publik yang merupakan pemenuhan kebutuhan
umum (social wants), yang dipandang dari segi fisik
maupun nonfisik penting bagi masyarakat atau negara,
misalnya pertahanan, hukum dan sebagainya, tidak
tersedia di pasaran bebas, dan dapat menjamin
kepentingan sosial (social security) seperti perusahaan air
minum, pemadam kebakaran. Proyek besarnya (size)
13
perusahaan, perlu dilakukan bersama antara pemerintah
dan swasta contohnya telepon, PDAM, PLN.
b) Klasifikasi Fungsi
Proyek infrastruktur ekonomi (economic overhead
proyek), seperti jalan-jalan, rel kereta api, transportasi
umumnya, tenaga listrik, dan sebagainya. Biaya dan
manfaat proyek mudah dikalkulasi.
Proyek infrastruktur sosial (social overhead proyek),
seperti sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Perhitungan
manfaat proyek biasanya sulit dibuat, sehingga tidak
sejelas economic overhead proyek.
c) Klasifikasi dan Dasar Sifat Output
Proyek yang menghasilkan langsung dan tidak
langsung. Proyek yang menghasilkan langsung disebut
proyek produksi dan yang tidak menghasilkan disebut
proyek infrastruktur.
b. Pengertian Evaluasi Proyek
Khotimah (2002:9-10) mendefinisikan evaluasi atau analisis
sebagai suatu penilaian untuk mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian dari proyek. Evaluasi proyek identik dengan studi
kelayakan atau feasibility study yang sudah banyak dikenal oleh
masyarakat. Studi kelayakan pada hakekatnya adalah metode
penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak
atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan.
14
Evaluasi proyek adalah penelitian mengenai dapat tidaknya
suatu proyek (biasanya merupakan suatu proyek investasi) dapat
dilaksanakan dengan berhasil (Husnan,2000). Evaluasi proyek,
juga dikenal sebagai studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan
bisnis pada proyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan
proyek (atau bisnis), apakah dapat dilaksanakan (go project) atau
tidak (no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian.
Inti evaluasi proyek adalah dengan menimbang manfaat biaya
dan manfaat dari proyek tersebut lebih besar dari biaya yang
digunakan maka proyek dikatakan efisien, dan sebaliknya bila
manfaat proyek lebih kecil dari biaya proyek maka proyek tersebut
tidak efisien. Evaluasi proyek merupakan alat bantu penting bagi
kebijaksanaan.
Evaluasi proyek termasuk di dalam proses perencanaan yang
sangat khusus berupa penilaian yag menyeluruh, obyektif dan
sistematis terhadap program-program pembangunan untuk masing-
masing komoditi dan proyek. Evaluasi proyek merupakan bagian
integral setiap program pembangunan dalam rangka menilai
keberhasilan atau kegagalan dan menunjukkan cara-cara
penyempurnaan lebih lanjut.
c. Maksud dan Tujuan Evaluasi Proyek
Evaluasi proyek bertujuan untuk menganalisis terhadap suatu
proyek tertentu, baik proyek akan dilaksanakan, sedang berjalan,
atau sudah selesai dilaksanakan, untuk bahan perbaikan dan
15
penilaian perhitungan biaya dan manfaat. Analisa semacam ini
dianggap perlu dilakukan, karena di dalam pelaksanaan suatu
proyek akan menyangkut penggunan sumber-sumber yang langka
(scarcity resourses) (Pudjosumarto, 1995). Dengan demikian suatu
proyek perlu dianalisa / dievaluasi, karena: (Rahardjo,2010)
1) Analisis dapat digunakan sebagai alat perencanaan di dalam
pengambilan keputusan, baik untuk pimpinan pelaksana
proyek, pejabat, atau pemberi bantuan kredit dan lembaga lain
yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
2) Analisis dapat digunakan sebagai pedoman atau alat di dalam
pengawasan, apakah proyek nanti dapat berjalan sesuai dengan
yang direncanakan atau tidak.
d. Kriteria Penilaian Proyek
Kegiatan mengevaluasi proyek perlu mempertimbangkan
beberapa kriteria evaluasi proyek. Meskipun awalnya dimaksudkan
sebagai kriteria evaluasi pasca program atau proyek, kriteria ini
juga berlaku untuk penilaian kualitas desain proyek. Berikut ini
kriteria-kriteria yang digunakan dalam praktek untuk evaluasi dan
penilaian proyek desain (ADB,2015)
16
Sumber : Sabarguna, 2015
Gambar 2.1 Kriteria Proyek
1) Relevance
Relevansi adalah sejauh mana proyek yang diusulkan
(atau program) cocok dengan prioritas dan kebijakan dari
kelompok sasaran, penerima dan donor. Dalam mengevaluasi
relevansi suatu proyek atau program berguna untuk
mempertimbangkan tujuan dari program ini berlaku / masih
berlaku, output dari proyek atau program sudah konsisten
dengan tujuan keseluruhan dan pencapaian tujuannya dari
proyek atau program dan dengan dampak yang dimaksudkan.
2) Effectiveness
Efektivitas adalah ukuran sejauh mana suatu proyek atau
program mencapai tujuannya. Dalam mengevaluasi efektivitas
suatu proyek atau program berguna untuk mempertimbangkan
sejauh mana tujuan yang dicapai atau kemungkinan akan
dicapai dan mengevaluasi faktor utama yang mempengaruhi
pencapaian atau non-pencapaian tujuan.
Relevance
Effectiveness
Efficiency Sustainability
Impact
17
3) Efficiency
Terdapat dua langkah kunci efisiensi ketika menilai
kualitas proyek potensial: efisiensi ekonomi dan efisiensi
kelembagaan. Efisiensi ekonomi secara langsung berkaitan
dengan penggunaan optimal dari sumber daya keuangan dan
efisiensi kelembagaan yang bersangkutan dengan penggunaan
optimal dari sumber daya manusia, proses kelembagaan dan
organisasi.
4) Sustainability
Keberlanjutan berkaitan dengan mengukur manfaat dari
suatu kegiatan cenderung terus berlanjut atau tidak setelah
pendanaan donor telah ditarik. Proyek harus berkelanjutan
secara finansial.
5) Impact
Perubahan positif dan negatif yang dihasilkan oleh
intervensi pembangunan, langsung atau tidak langsung,
disengaja maupun tidak. Ini melibatkan dampak utama dan
efek yang dihasilkan dari aktivitas di pembangunan sosial,
ekonomi, lingkungan dan indikator pembangunan lainnya.
Pemeriksaan harus peduli dengan hasil baik yang diharapkan
maupun tidak diharapkan dan juga harus mencakup dampak
positif dan negatif dari faktor eksternal, seperti perubahan
dalam hal perdagangan dan kondisi keuangan.
18
e. Umur Proyek
Setiap barang mempunyai umur, demikian pun setiap sistem
produksi mempunyai umur, yaitu jangka waktu selama sistem
dapat beroperasi atau memproduksi barang-barang atau
menghasilkan jasa yang diinginkan (Rahardjo,2010:63).
6. Analisis Biaya dan Manfaat
a. Pengertian Analisis Biaya dan Manfaat
Inti evaluasi proyek adalah membandingkan antara manfaat
pada satu pihak dengan biaya pada lain pihak. Suatu usulan proyek
pengorbanannya. Prinsip ini berlaku baik bagi proyek makro, sosial
ekonomis maupun mikro. Manfaat adalah apa saja yang secara
langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang
atau jasa-jasa sehubungan dengan proyek. Biaya adalah apa saja
yang mengurangi persediaan barang-barang atau jasa-jasa
konsumsi baik secara langsung maupun tidak langung sehubungan
dengan proyek.
b. Biaya (Cost)
Yang dihitung sebagai biaya atau pengeluaran proyek (project
expenditures) adalah hanya biaya-biaya atau ongkos-ongkos yang
akan dikeluarkan di masa yang akan datang (future costs) untuk
memperoleh penghasilan-penghasilan yang akan datang (future
returns) (Pudjosumarto,1995). Yang dimasukkan di dalam biaya
proyek, antara lain : (Gray,1993)
19
1) Modal
Opportunity cost modal adalah benefit yang dapat
diperoleh bila modal tersebut diinvestasikan dalam proyek
marjinal. Shadow price modal adalah opportunity cost tiap-tiap
unit modal tersebut yang modalnya sama dengan tingkat bunga
sosial.
2) Tanah
Harga pembelian tanah dapat dianggap sebagai investasi.
Bila tanah disewa dan sewa dibayar tiap tahun, sewa tersebut
dianggap sebagai biaya yang perhitungannya dilakukan setiap
tahun.
3) Bahan-bahan mentah dan barang setengah jadi
Shadow price barang-barang mentah dan barang setengah
jadi yang digunakan pada suatu proyek pada dasarnya dinilai
dari social opportunity cost dari tiap unit barang tersebut, yaitu
benefit tiap barang-barang dalam alernatif penggunaan lain.
Khususnya untuk barang-barang yang dapat diperdagangkan
dipasar dunia (tradeable goods, yaitu barang-barang yang
dapat diimpor mauun diekspor), dipergunakan harga-harga
lepas pantai (border price) sebagai shadow price, yaitu harga-
harga free on board untuk barang-barang yang dapat diekspor
dan harga-harga cost, insurance, and freight untuk barang-
barang yang diimpor.
20
4) Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja ditentukan menjadi biaya tenaga kerja
yang terdidik/terlatih (skilled labour) dan tenaga kerja yang
tidak terlatih (unskilled labour), sebab yang biasa dinilai
dengan tingkat upah bayangan (shadow wage-rate) adalah
tenaga kerja yang tidak terlatih. Penilai proyek beranggapan
bahwa shadow wage tenaga tak terdidik adalah nol. Proyek
akan mengambil tenaga tak terdidik itu dari kelompok
penganggur, jadi opportunity cost-nya sama dengan nol, atau
dari desa-desa yang walaupun mereka tergolong bekerja,
produktivitas marjinal mereka di desa sama dengan nol.
Pengambilan beberapa orang desa untuk proyek, tidak
mengurangi produksi di desa, jadi social opportunity cost
mereka sama dengan nol. Opportunity cost diasumsikan tenaga
kerja tak terdidik dianggap tidak sama dengan nol, maka
pendapatan dan tingkat konsumsi tenaga kerja tak terdidik
akan bertambah. Pertambahan konsumsi ini mengurangi
jumlah investasi masyarakat. Tiap tenaga kerja tak terdidik
yang dipekerjakan di proyek memliki social opportunity cost
paling sedikit sama dengan benefit yang diperoleh seandainya
pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan.
5) Pelunasan Utang dan Bunga
Pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri melalui
pool dana pemerintah yang penggunaannya dipengaruhi oleh
21
pemerintah setempat, termasuk bantuan luar negeri yang
berasal dari sumber-sumber resmi, seperi Bank Dunia, atau
melalui perjanjian bilateral. Dana semacam ini dapat
digunakan untuk berbagai alternatif proyek. Jadi, penggunaan
dana pinjaman untuk suatu proyek mempunyai beban sosial
berupa social oportunity cost di berbagai alternatif lain.
Pengeluaran dana dari pinjaman dianggap sebagai investasi,
artinya bersifat biaya.
Pinjaman dari luar negeri yang penggunaannya terikat
kepada suatu proyek tertentu. Bila proyek tersebut tidak jadi
dilaksanakan, maka pinjaman dibatalkan. Penggunaan dana
pinjaman ini dalam proyek tersebut tidak mengorbankan
proyek-proyek lain. Investasi dilakukan pada proyek tersebut,
dana pinjaman tersebut tidak menimbulkan social opportunity
cost. Beban tersebut baru timbul pada saat pengembalian
pinjaman dan pembayaran bunganya. Beban sosial pinjaman
diperhitungkan bukan pada saat investasi dilakukan, melainkan
tiap-tiap tahun sepanjang pembayaran pinjaman beserta
bunganya. Pelunasan utang dan bunga termasuk biaya proyek.
6) Penyusutan (depreciation)
Penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang
dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek
sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang
22
mencerminkan jumlah biaya modal. Tujuan penyisihan modal
ini adalah untuk mempertahankan tingkat investasi semula.
7) Sunk Cost
Biaya yang dikeluarkan sebelum proyek dilakukan,
sehingga tidak diperhitungkan sebagai biaya proyek.
8) Salvage Value
Nilai sisa dari modal investasi yang tidak terpakai habis
selama umur ekonomis proyek.
9) Negative Externalities.
Negative Externalities sukar diukur dan dinilai dalam
satuan mata uang. Idealnya akibat-akibat yang timbul sebagai
negative externalities ini, sepanjang dapat diukur dan dinilai,
perlu dimasukkan sebagai bagian dari biaya atau penurunan
benefit proyek.
c. Manfaat (Benefit)
Benefit suatu proyek terdiri dari direct benefit dan indirect
benefit. Disamping itu dikenal pula dengan adanya intangible
benefit (Pudjosumarto,1995).
1) Direct Benefits.
Manfaat langsung dan nampak jelas dari hasil adanya
suatu proyek. Manfaat ini bisa berupa :
a) Kenaikan ouput fisik dengan adanya proyek.
b) Kenaikan nilai output karena adanya perbaikan kwalitas.
23
c) Kenaikan nilai output karena perubahan lokasi dan waktu
penjualan.
d) Kenaikan nilai output karena perubahan bentuk.
e) Penurunan biaya dengan adanya mekanisasi.
f) Penurunan biaya karena penurunan biaya pengangkutan.
g) Penurunan biaya karena terhindar dari biaya kerugian atau
kerusakan.
2) Indirect Benefit atau Secondary Benefit.
Manfaat yang secara tidak langsung ditambahkan dengan
adana proyek. Manfaat ini berupa :
a) Adanya efek multiplier dari suatu proyek.
b) Adanya skala ekonomis yang lebih besar.
c) Adanya dynamies secondary effects.
3) Intangible Benefit.
Manfaat yang secara tidak langsung dinikmati, tetapi sulit
diukur dalam bentuk uang.
a) Adanya perbaikan lingkungan hidup.
b) Terciptanya distribusi pendapatan.
c) Ditingkatkannya sistem pertahanan nasional.
24
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang
terdiri dari : Skripsi dan Jurnal
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian1. Ihwan (2013)
Evaluasi Proyek Bendung Trani Kali Samin di Kabupaten Karanganyar
Metode Analisis Manfaat-Biaya
Berdasarkan hasil yang didapat NPV = -5328,234 dan Net B/C = 0,52 yang berarti NPV<1 dan Net B/C<1 , maka proyek bendung trani Kali Samin tidak layak untuk dijalankan. Begitu juga hasil perhitungan IRR yang bernilai 7,45, nilai IRR< social discount rate (12) maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Akan tetapi manfaat sosial seperi mengurangi sedimentasi waduk gajah mungkur.
2. Santoso (2010) Evaluasi Proyek Revitalisasi Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
Metode Analisis Kelayakan Investasi
NPV (Net Present Value) menunjukan hasil sebesar17.053.525.248 yang berarti bahwa NPV < 0. IRR (Internal Rate of Return) menunjukan hasil sebesar - 34,56; nilai IRR < Social discount rate (13%). B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) menunjukan hasil sebesar 0,36; nilai B/C Ratio < 1. PV/K (Profitability Ratio) menunjukan hasil sebesar 0,32; nilai PV/K < 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Proyek Revitalisasi Pasar Tawangmanguyang telah dilaksanakan secara ekonomis tidak layak.
PBP (Payback period)investasi yang dilakukan pada awal Proyek Revitalisasi Pasar Tawangmangu tidak dapat terbayar kembali sebelum umur ekonomis proyek berakhir yaitu setelah 32 tahun 2 bulan.
25
No. Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian3. Krishna, Sukiyono,
dan Bernadin (2010) Analisis Kelayakan EkonomiPembangunan Ruas Jalan Lingkar (Ring Road) Kota Bengkulu
Metode Analisis Kelayakan Ekonomi
Pembangunan Jalan Lingkar Kota Bengkulu dengan indikator ekonomi sebagai berikut :a. Nilai Sekarang Bersih (Net
Present Value,NPV) Nilai NPV 3.970.968.646.469,550 > 0.
b. Nilai Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio, BCR) Nilai BCR 18,132 > 1. Pembangunan Jalan
c. Nilai Tingkat Bunga Pengembalian ekonomi (Economic Internal Rate of Return, EIRR) Nilai EIRR 68,696% > 9,5%.
Terjadi perubahan nilai bunga bank dalam inflasi tetap dan nilai inflasi dengan suku bunga tetap, berdasarkan indikator nilai NVP, BCR dan EIRR Pembangunan Jalan Lingkar Kota Bengkulu secara ekonomi masih layak untuk dilaksanakan.
4. Puspitasari (2015) Analisis manfaat biaya peningkatan jalan di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Metode Analisis Manfaat Biaya
Berdasarkan dari hasil analisis kelayakan proyek, maka dapat disimpulkan bahwa proyek Peningkatan Jalan di Desa Bleberan layak untuk dijalankan berdasarkan perhitungan :a. Manfaat langsung :
-Nilai BCR 1,1 > 1-Nilai NPV Rp. 69.780.755 > 0-Nilai IRR 14,2% > discount rate yaitu 12%
b. Manfaat langsung + manfaat tidak langsung :-Nilai BCR 1,2 > 1-Nilai NPV Rp. 145.040.554 > 0-Nilai IRR 18,8% > discount rate yaitu 15%
26
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Penilaian Kelayakan Proyek Infrastruktur (Studi pada
Pembangunan Jembatan Sayangan di
Kecamatan Laweyan Surakarta)
Tanpa Jembatan Sayangan Dengan Jembatan Sayangan
1. Akses jalan dari Kelurahan
Laweyan ke Kelurahan Pajang
minim dan lama.
2. Pengusaha cap batik di
Kelurahan Pajang kurang
dikenal oleh wisatawan.
3. Adanya kesenjangan sosial.
1. Akses jalan dari Kelurahan
Laweyan ke Kelurahan
Pajang lebih dekat dan
nyaman.
2. Meningkatkan aktivitas
ekonomi
3. Kesejaheraan sosial tercapai
dan meningkatnya pendapatan
dari pengusaha batik di
Kelurahan Laweyan dan cap
batik di Kelurahan Pajang.
Investasi
Tidak LayakAnalisis Relevance,
Effectiveness, Efficiency, Sustainability, Impact
Layak
Proyek Dijalankan
Pere
ncan
aan
Aw
al