Upload
vuongtruc
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Bayi
1. Pengertian Masa Bayi
a. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
1) Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode :
a) Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
b) Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat adalah :
a) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di
sarana kesehatan yang memadai.
b) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan,
jangan terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan
sudah saatnya untuk melahirkan.
c) Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang
dapat menenangkan perasaan ibu.
9
d) Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita
dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat
membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
e) Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah
pemberian ASI.
2) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga
sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang
mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan
yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan
kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan
imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
2. Ciri-ciri masa bayi
Ciri-ciri tertentu masa bayi, meskipun sama dengan ciri-ciri
periode-periode lain dalam rentang kehidupan, adalah sangat penting
selama dua tahun masa bayi ini. Ciri-ciri tersebut membedakan masa bayi
dari periode-periode sebelumnya dan sesudahnya. Berikut ini adalah ciri-
10
ciri yang paling penting.
a. Masa Bayi Adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya
Meskipun seluruh masa anak-anak terutama tahun-tahun awal
dianggap sebagai masa dasar. Namun masa bayi adalah dasar periode
kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola
perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar
yang diletakkan pada masa bayi itu penting. Pertama, berlawanan
dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan
bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada
permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik
atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola perilaku
yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai
berkembang, maka semakin cepat hal-hal itu diperbaiki akan semakin
mudah bagi anak. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang
menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan
selamanya mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Dan
keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memakinkan peran
yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan
dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang
memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang baik
(Hurlock, 2001).
11
b. Masa Bayi Adalah Masa di Mana Pertumbuhan dan Perubahan
Berjalan Pesat
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi
dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Bayi lambat-laun.
Pertumbuhan dan perubahan intelek bejalan sejajar dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak ada perubahan yang lebih
menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali dan bereaksi
kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan. Sebelum masa
bayi berakhir, bayi mampu mengerti banyak hal dan dapat
mengutarakan kebutuhan dan keinginannya dalam cara-cara yang
dapat dimengerti orang lain (Hurlock, 2001).
c. Masa Bayi Adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan
Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek
dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan
bayi duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda.
Gerakan-gerakan bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi
gerakan yang terkoordinasi sehingga memungkinkan bayi melakukan
sendiri hal-hal yang sebelumnya harus dilakukan orang lain.
Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya kemampuan bayi
untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada orang
lain. Dengan berkurangnya ketergantungan, bayi tidak senang
"diperlakukan seperti bayi." Ia tidak lagi mau membiarkan orang lain
12
melakukan hal-hal yang dapat dilakukan atau yang dianggapnya dapat
dilakukan sendiri. Kalau ia ingin mencoba mandiri dan dilarang, ia
akan protes. Protes ini dapat berbentuk ledakan amarah dan tangisan
dan segera berkembang menjadi negativisme, yaitu ciri yang menonjol
pada akhir masa bayi (Hurlock, 2001).
d. Masa Bayi Adalah Masa Meningkatnya Individualitas
Mungkin hal yang terpenting dalam meningkatkan kemandirian
adalah bahwa keadaan ini memungkinkan bayi mengembangkan hal-
hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Akibatnya,
individualitas yang tampak pada waktu lahir semakin menonjol pada
saat menjelang akhir masa bayi. Individualitas tampak dalam
penampilan dan pola-pola perilaku. Bahkan bayi kembar pun
menunjukkan individualitasnya.
Dengan meningkatnya individualitas, maka setiap bayi harus
diperlakukan sebagai individu. Tidak dapat lagi semua bayi diharapkan
tumbuh berdasarkan makanan yang sama atau adanya jadwal makan
dan tidur yang sama. Tidak dapat diharapkan teknik-teknik latihan-
anak yang sama akan cocok untuk semua bayi. Sekalipun bayi belum
mencapai ulang tahunnya yang pertama, kebanyakan orang tua
mengetahui bahwa bayi adalah individu dan harus diperlakukan
sebagai individu.
13
e. Masa Bayi Adalah Permulaan Sosialisasi
Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah
menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi
menunjukkan keinginan untuk menjadi bagian dan kelompok sosial
dengan memprotes kalau dibiarkan sendiri selama beberapa waktu dan
dengan mencoba memperoleh perhatian dari orang-orang lain melalui
segala macam cara yang dapat dilakukannya.
Salah satu cara adalah dengan perilaku akrab. Bayi lebih dapat
mengandalkan perhatian dan kasih sayang ibu atau pengganti ibu
daripada anggota-anggota keluarga lain atau orang-orang lain. Oleh
karena itu, ia mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan ibunya
jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku
akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan
kekal.
f. Masa Bayi Adalah Permulaan Berkembangnya Penggolongan Peran-
Seks
Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlukan sebagai
laki-laki dan perempuan sebagai perempuan. Anak laki-laki, misalnya
diberi pakaian warna biru, diselimuti dengan selimut biru dan
kamarnya tidak diberi hiasan jumbai-jumbai dan kerat-kerat seperti
kamar anak perempuan. Mainan dipilihkan yang sesuai dengan anak
laki-laki dan mereka diberikan cerita-cerita tentang anak laki-laki dan
kegiatan-kegiatannya. Tradisi pengenalan seks yang sama juga
14
diperlakukan kepada anak perempuan.
Tekanan pada anak perempuan untuk bersikap sesuai dengan
jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat seperti tekanan
pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan
bagian dari awal pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung
anak perempuan peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi de-
ngan memperbolehkan mereka menangis dan menunjukkan tanda-
tanda lain "kelemahan wanita" yang tidak diperkenankan pada bayi
laki-laki (Hurlock, 2001).
g. Masa Bayi Adalah Masa yang Menarik
Meskipun menurut ukuran orang dewasa bayi mempunyai
perbandingan tubuh yang tidak wajar, tetapi bayi menarik justru karena
kepalanya besar, perutnya buncit, anggota badannya kecil dan kurus,
tangan dan kakinya kecil. Kalau bayi memakai baju dan diselubungi
dengan selimut bayi, membuatnya semakin menarik.
Anak yang lebih besar seperti halnya orang dewasa
menganggap bayi menarik karena ketidak berdayaan dan
ketergantungannya. Lambat laun, dengan berkurangnya
ketergantungan karena meningkatnya kemampuan untuk melakukan
sesuatu bagi diri sendiri, dan menjadi kurang menariknya penampilan
karena adanya perubahan tubuh kecil yang seperti boneka ditutupi oleh
baju bayi menjadi tubuh yang lebih besar ditutupi oleh pakaian biasa
yang lebih kuat, maka bayi menjadi lebih sulit diatur dan menolak
15
bantuan orang lain (Hurlock, 2001).
h. Masa Bayi Merupakan Permulaan Kreativitas
Karena kurangnya koordinasi otot dan ketidakmampuan
mengendalikan lingkungan, bayi tidak mampu melakukan sesuatu
yang dapat dianggap orisinal atau kreatif. Namun dalam bulan-bulan
pertama bayi belajar rnengembangkan minat dan sikap yang
merupakan dasar bagi kreativitasnya kemudian dan untuk penyesuaian
diri dengan pola-pola yang diletakkan oleh orang lain (Hurlock, 2001).
i. Masa Bayi Adalah Masa Berbahaya
Meskipun semua tahapan dalam rentang kehidupan
mengandung bahaya, tetapi bahaya tertentu lebih banyak terdapat
selama masa bayi daripada dalam periode-periode lain. Bahaya dapat
merupakan bahaya fisik dan bahaya psikologis. Di antara bahaya-
bahaya fisik, yang paling parah adalah penyakit dan kecelakaan karena
sering menyebabkan ketidakmampuan atau bahkan kematian. Karena
pola perilaku, minat dan sikap terbentuk selama masa bayi, maka
bahaya psikologis dapat terwujud kalau diletakkan dasar-dasar yang
buruk pada masa ini.
Perkembangan yang pesat dari susunan saraf, pengerasan
tulang, dan penguatan otot, memungkinkan bayi menguasai tugas-
tugas perkembangan masa bayi, tetapi keberhasilan bayi dalam hal ini
banyak bergantung pada kesempatan yang diberikan untuk menguasai
tugas tersebut dan bergantung pada bantuan serta bimbingan yang
16
diperoleh.
Bayi yang berkernbang lambat dalam penguasaan tugas-tugas
perkembangan masa bayi akan mengalami kesulitan pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak dan diharapkan untuk menguasai
tugas-tugas perkembangan selama tiga tahun: Dasar yang kurang baik
dalam keterampilan motorik atau berbicara, akan menyulitkan anak
belia untuk menguasai berbagai keterampilan di bidang perkembangan
itu. Sebaliknya, kalau tugas perkembangan ini dikuasai dengan baik
maka bayi akan memiliki dasar yang dibutuhkan untuk berhasil
menguasai keterampilan berbicara, keterampilan motorik dan bentuk
pengendalian tubuh lainnya yang penting untuk menjadi bagian dari
kelompok sebayanya, yaitu salah satu tugas perkembangan yang
penting dari awal masa kanak-kanak (Hurlock, 2001).
3) Tugas dan perkembangan masa bayi
Karena pola perkembangan dapat diramalkan meskipun bayi yang
berbeda mencapai hal-hal yang penting pada pola ini dalam usia yang agak
berbeda, dapatlah dibuat standar dari harapan-harapan sosial dalam bentuk
tugas-tugas perkembangan. Misalnya, semua bayi diharapkan belajar
berjalan, memakan makanan padat, sedikit mengendalikan alat-alat
pembuangan, mencapai stabilitas fisiologis yang baik (terutama dalam
irama lapar dan tidur), mempelajari dasar-dasar berbicara, dan
berhubungan secara emosional dengan orang tua dan saudara-saudara
kandung sampai derajat tertentu dan tidak sepenuhnya tersendiri seperti
17
pada saat dilahirkan. Tentu saja sebagian besar tugas-tugas perkembangan
ini belum dapat sepenuhnya dikuasai pada saat masa bayi hampir berakhir,
tetapi dasar-dasarnya harus sudah diletakkan (Hurlock, 2001).
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masi ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak
sangat besar.
a. Tahun Pertama
Pertumbuhan fisik, pendewasaan,pencapaian kemampuan dan
reorganisasi psikologis terjadi dengan cepat selama tahun pertama.
Perubahan-perubahan ini tidak selamanya berjalan lancar tetapi lebih
mendesak dan tidak terus-menerus yang secara kualitatif mengubah
tingkah laku anak.
1) Usia 0-2 bulan
Tantangan biologis dan psikologis menghadapi neonatus.
Tantangan ini terdiri dari penentuan pemberian makanan yang
efektif dan siklus waktu tidur dan bangun yang dapat diperkirakan.
Dalam pelaksanan tugas-tugas ini, bayi dan orang tua bersatu
dalam interaksi social yang penting, mempersiapkan dasar untuk
perkembangan kognitif (kesadaran) dan emosi.
2) Usia 0-6 bulan
Pada usia sekitar 2 bulan, munculnya senyum dengan keinginan
sendiri(sosial) dan meningkatnya kontak mata menandai adanya
perubahan dalam hubungan orang tua dan anak, peningkatan
18
perasaanorang tua yang merasa lebih dicintai. Pada bulan
berikutnya, jangkauan motorik, control social dan penyatuan
kognitif bayi meningkat secara dramatis. Pengaturan bersama
mengambil bentuk pertukaran social yang kompleks.
3) Usia 6-12 bulan
Usia 6-12 bulan membuat peningkatan mobilitas dan pengenalan
benda-benda mati, perkembangan dalam kemampuan pemahaman
kognitif dan berkomunikasi, dan tekanan baru sekitar motif kasih
sayang dan pemisahan. Bayi mengembangkan kemampuan dan
hasratnya, sifat-sifat yang di terima oleh kebanyakan orang tua
tetapi masih mendapat tantangan untuk diatur. (Wahab, Samik :
2002).
Perkembangan fisik
Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada
masa bayi dan pada periode pubertas. Selama enam bulan pertama,
pertumbuhan terus terjadi dengan pesat seperti pada periode pranatal dan
kemudian mulai menurun. Dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat
menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar
daripada peningkatan tinggi; selama tahun kedua terjadi hal yang
sebaliknya (Hurlock, 2001).
Kalau pertumbuhan pesat yang merupakan ciri dari periode
pranatal dari awal periode pascanatal tidak berkurang setelah lahir, anak
dapat tumbuh menjadi raksasa. Telah diperhitungkan bahwa kalau tingkat
19
pertambahan berat tubuh sama besarnya dengan tingkat pertumbuhan yang
terjadi selama tahun pertama, seorang anak yang pada waktu lahir beratnya
tujuh pon akan mempunyai berat sebesar 230,029 pon pada usia sebelas
tahun.
Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan sama
bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat,
kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa bayi
memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan
yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur
atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami
tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal.
Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya
dalam tahun-tahun di masa bayi.
Pola pertumbuhan fisik bayi laki-laki maupun perempuan adalah
sama. Namun di dalam kelompok seks terdapat perbedaan yang menonjol.
Selama tahun pertama terdapat sedikit perbedaan dalam tinggi dan berat
tubuh antara bayi kulit hitam dan bayi kulit putih dari tingkat, ekonomi
yang sama. Perbedaan mulai tampak dalam tahun kedua, karena anak kulit
hitam umumnya lebih ramping daripada anak kulit putih.
Juga terdapat perbedaan dalam ukuran tubuh bayi dari tingkat
sosial ekonomi yang berlainan. Bayi yang orang tuanya dari tingkat sosial
ekonomi yang rendah cenderung lebih kecil, baik dalam berat maupun
tinggi, daripada bayi yang orang tuanya berasal dari tingkat sosial ekonomi
20
yang lebih tinggi. Bentuk tubuh, yang mulai tampak dalam tahun kedua
juga menyebabkan perbedaan dalam tinggi dan berat.
Selama periode masa bayi perbedaan-perbedaan tidak saja terus
berlangsung tetapi semakin tampak mencolok. Perbedaan dalam berat
lebih besar daripada perbedaan dalam tinggi. Ini disebabkan karena
perbedaan berat sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian lagi
bergantung pada kebiasaan makan dan jenis makanan (Hurlock, 2006).
Perkembangan Psikologis
Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis
fundamental untuk makan, tidur, dan buang air, meskipun pembentukan
kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi.
Pola tidur selarna tahun pertama masa bayi, lama rata-rata tidur
malam meningkat dari 8½ jam pada tiga minggu pertama hingga 10 jam
pada 12 minggu pertama dan selanjutnya tetap konstan selama sisa tahun
tersebut. Selama tiga bulan pertama, penurunan jumlah waktu tidur siang
diimbangi oleh peningkatan jumlah waktu tidur malam. Sepanjang tahun
pertama, sikius bangun tidur selama kira-kira satu jam terjadi baik pada
waktu tidur siang maupun tidur malam, dengan tidur lelap hanya kira-kira
23 menit (Hurlock, 2006).
Pola makan, usia empat atau lima bulan, semua pola makan adalah
dalam bentuk mengisap dan menelan. Oleh karena itu, makanan haruslah
dalam bentuk cair. Mengunyah umumnya barulah muncul dalam pola
perkembangan sebulan sesudah menggigit. Akan tetapi, seperti menggigit,
21
mengunyah adalah dengan cara yang khas bayi, dan memerlukan banyak
latihan sebelum menjadi sempurna.
Ketidaksukaan makan, yang mulai berkem-bang pada tahun kedua,
sering merupakan akibat dari perpanjangan pola makan ala bayi. Setelah
terbiasa dengan makanan cair, cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan
diri dengan makanan yang agak keras. Hal ini menambah ketidaksukaan
mere-ka terhadap makanan, sekalipun mereka mungkin menyukai rasanya.
Pola buang air Pengendalian (kontrol) buang air besar rata-rata
mulai pada usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil
mulai antara usia 15 dan 16 bulan. Dalam hal buang air besar, kebiasaan
pengendalian terbentuk pada akhir masa bavi; meskipun sekali-sekali
dapat juga terjadi penyirnpangan, khususnya ketika bayi lelah, sakit, atau
secara emosional sangat senang. Sebaliknya, pengendalian buang air kecil,
belumlah sempurna pada akhir masa bayi. Jarang basah (buang air kecil)
selama siang hari dapat diharapkan untuk sebagian besar waktu, kecuali
bila si bayi sakit, lelah. atau tegang secara emosional. Tidak basah pada
malam hari sulit ditiarapkan dari rata-rata anak sampai beberapa tahun
berikutnya (Hurlock, 2006).
22
B. Ibu Nifas
1. Pengertian
Masa nifas ( Puerperium ) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Ambarwati, 2008 ).
Masa nifas adalah dimulai setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan ( Muhtar
Rustam, 2002 ).
2. Periode Nifas
a. Puerperium Dini
Adalah masa nifas dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Adalah Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Remote Puerpurium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna biasanya berminggu-minggu,
bulanan, atau tahunan ( Ambarwati, 2008).
23
c. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( Involusi ) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil ( Sarwono, P. 2002 : 237 ).
b. Lochea
Adalah cairan yang keluar dari vagina yang berasal dari tempat
plasenta dalam rahim setelah persalinan. Dan ini terjadi segera
setelah plasenta dikeluarkan (Ambarwati., 2008).
Macam-macam Lochea :
1) Lochea Rubra ( Cruenta ) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, Sel-sel Desidua, Verniks Kaseosa, Lanugo, dan
Mekonium, selama 2 hari Post Partum.
2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna kuning berisi darah dan
lendir, hari 3-7 Post Partum.
3) Lochea Serosa : Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 Post Partum.
4) Lochea Alba : Cairan berwarna putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : Terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6) ochiostasis : Lochea tidak lancar keluarnya.
c. Bekas implantasi uri
Bekas implantasi uri, bentuknya mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm sesudah 2
24
minggu menjadi 3,5 cm pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
d. Luka-luka
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6-7 hari.
e. Rasa sakit
Rasa sakit disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4
hari pasca persalinan perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai
hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti
sakit dan anti mules.
f. Servik
Setelah persalinan, konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat
perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari.
g. Ligamen- ligament
Ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan setelah bayi lahir secara berangsur- angsur menjadi
sempit dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum
menjadi kendor setelah melahirkan, kebiasaan wanita indonesia
melakukan berkusuk atau berurut di mana sewaktu diurut tekanan
intra abdomen bertambah tinggi karena setelah melahirkan
ligamenta fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika
25
dilakukan urut banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun
untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan- latihan dan
senam nifas.
2. Perubahan Fisik
Menurut Ambarwati, (2008) perubahan fisik ibu nifas ditandai
dengan:
a. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit ( 37,50C - 380C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ke tiga suhu badan akan naik lagi karena ada
pembentukan ASI.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit
sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah normal dan hal ini
mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum
yang tertunda.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah yang akan
rendah setelah ibu melahirkan karena adanya darah yang keluar
saat persalinan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.
26
d. Pernafasan
Pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan.
3. Perubahan Psikologi
Menurut Bahiyatun (2009) wanita mengalami gangguan
psikologis selama masa nifas, sementara itu menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan
beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut
sebagai : Post Partum Blues. Adapun penyebab yang paling menonjol
adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami oleh kebanyakan wanita selama kehamilan dan
persalinan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum
di Rumah Sakit.
d. Kecemasan tentang kemampuannya merawat bayi setelah
meninggalkan Rumah Sakit.
e. Ketakutan tentang penampilannya yang tidak menarik lagi bagi
suaminya.
27
4. Fase- Fase Yang Dialami Ibu Nifas :
( Menurut Ambarwati, 2008 )
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang di ceritakannya
kelelahan membuat ibu kurang istirahat, untuk itu mencegaah
gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung hal ini membuat
ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan
rasa tanggung jawab dalam merawat bayi, selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika kemungkinannya
kurang hati-hati.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan, keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
28
C. Praktek Ibu Nifas dalam Perawatan Bayi
Orang tua baru dapat merasa kebingungan dengan tugas yang akan
datang untuk merawat seorang bayi baru lahir. Salah satu konsep utama yang
harus ditekankan secara berulang ialah bahwa menjadi orang tua merupakan
peran yang dipelajari. Demonstrasi dan diskusi dasar-dasar keterampilan untuk
merawat bayi, seperti memberi makan, memandikan, mengganti popok,
perawatan tali pusat dan menggendong bayi termasuk dalam keterampilan
yang harus diperagakan. Orang tua harus diberi kesempatan untuk melatih
keterampilan merawat bayi yang didemonstrasikan (Bobak, Lowdermilk,
Jensen, 2004).
Pendidikan pada orang tua menjadi kewajiban dari tim perawatan
maternal-anak untuk mengajarkan ibu bagaimana cara merawat bayinya
(Hamilton, 1995). Alur perawatan memberi arah yang jelas untuk
mengkoordinasi perawatan, mengajarkan informasi penting, menyiapkan ibu
postpartum untuk pulang, dan mendukung orang tua untuk bisa mandiri
(Gillerman, Beckham, 1991 dalam Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).
Berikut akan dijelaskan hal-hal yang harus diketahui oleh ibu tentang
perawatan bayi baru lahir:
1. Memandikan Bayi
Mandi memiliki beberapa tujuan. Mandi merupakan kesempatan
untuk (1) membersihkan seluruh tubuh bayi, (2) mengobservasi keadaan,
(3) memberi rasa nyaman, dan (4) mensosialisasikan orangtua-bayi-
29
keluarga (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Sesuai dengan umur bayi,
ada cara untuk memandikan bayi.
a. Mandi Spons. Apabila tali pusatnya belum lepas, membersihkan bayi
dengan menggunakan spons. Jadi, tidak perlu memandikan bayi dalam
bak mandi. Mandi dengan cara ini bisa dilakukan sampai bayi berusia
4-6 minggu. Saat memandikan bayi, pilihlah posisi yang paling
nyaman. Misalnya, duduk sambil memangku bayi, atau berdiri dan
bayi diletakkan di atas meja. Sabunlah seluruh tubuh bayi dengan
spons. Khusus untuk membersihkan bagian kepala, selain
menggunakan sabun khusus bayi, dapat juga menggunakan sampo
khusus bayi. Membilas, dan mengeringkan dengan handuk lembut.
b. Mandi dalam bak mandi. Apabila tali pusat bayi telah lepas,
memandikan bayi dapat dilakukan di bak mandi. Gunakanlah bak
mandi sesuai ukurannya dengan bayi. Mengisi bak mandi dengan air
hangat (suhunya 36-370C) setinggi 7,5-8,0 cm. Berhati-hatilah pada
waktu mencelupkan bayi ke dalam air. Bila bayi baru pertama kali
dimandikan, memberikan waktu kepada bayi untuk mengenal
bagaimana rasanya berada di dalam air, setelah itu mulai memandikan
bayi.
Menggosok tubuh bayi dengan waslap atau spons. Tetapi, untuk
membersihkan hidung dan telinga, digunakan cotton buds. Sebelum
mencuci rambut bayi, terlebih dahulu membasuh wajah bayi dengan
air lalu keringkan dengan handuk. Setelah itu, menggosok rambut
30
bayi dengan sampo. Pada waktu membilas, kepala bayi diangkat lebih
tinggi dari bak mandi (Musbikin, 2006).
2. Memberi ASI pada Bayi /Feeding
Makanan bayi yang terbaik, sehat, dan sempurna adalah ASI yang
diberikan minimal sampai anak berusia 2 tahun (Musbikin, 2006).
Pemberian ASI untuk yang pertama kali pada umumnya sebelum 5-6 jam
setelah bayi dilahirkan, dengan cara meletakkan bayi di atas payudara ibu.
Pemberian ASI diberikan selama 15-20 menit tiap kali menyusui
(Pudjiadi, 2001).
Metoda dalam pemberian ASI: (a). Memilih posisi yang nyaman
baik duduk, berdiri maupun berbaring dengan punggung terdukung dengan
baik, gunakan bantal untuk menyangga bayi sehingga mencapai ketinggian
payudara. Memastikan seluruh tubuh bayi, tidak hanya kepalanya
menghadap ke tubuh Anda. (b). Memegang bayi mendekat ke arah Anda
dan memastikan bahwa kepalanya berada dalam satu garis dengan
tubuhnya dan tidak berpaling ke satu sisi. (c). Memposisikan bayi
sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian putting, Mengusap pipi
bayi dengan jari atau dengan putting, dengan demikian bayi secara
naluriah akan berbalik, menempelkan mulutnya, dan mulai menghisap. (d).
Membantu bayi dalam mengangkap aerola dengan benar. (e). Menyisipkan
jari Anda ke sudut mulut bayi, menghentikan isapan bayi untuk melihat
apakah ada aliran dari payudara. (f). Bila perlu memutar musik yang
tenang dan jika rumah anda sangat ramai, cari tempat yang sunyi dimana
31
tidak akan menggangu selama memberikan ASI (The American Academy
of Pediatrics, 2004); (Nolan, 2003).
D. Karakteristik Ibu Nifas
1. Umur Ibu
Menurut Hartanto, usia reproduksi yang baik adalah pada usia 20-
35 tahun dimana usia tersebut merupakan periode yang paling baik untuk
hamil, melahirkan dan menyusui. Umur yaitu usia individu yang terhitung
mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur
maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja (Nursalam, 2001, p.134).
Seorang wanita sebagai insan biologi sudah memasuki usia
produktif beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan
persalinan dapat berlangsung dengan aman yaitu umur 20-30 tahun.
Setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Besarnya resiko itu
sangat ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi dan lingkungan setempat.
Angka kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu
muda dan terlalu tua yaitu umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Masa antara umur 20-35 tahun adalah tahun terbaik untuk mempunyai
keturunan yang berarti bahwa kemungkinan terjadinya gangguan pada
kehamilan dan persalinan adalah sangat kecil (Prawirohardjo, 2007, p.23).
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan
dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas serta cara mengasuh dan
32
menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum
matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan serta membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI),
sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut Hurlock disebut
sebagai “masa dewasa“ dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada
masa ini diharapkan masala-masalah yang dihadapi dengan tenang secara
emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan
merawat bayinya. Berdasarkan penelitian Kusmayanti (2005) bahwa
semakin meningkat umur maka presentasi berpengetahuan semakin baik
karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan dan mobilitas yang
masih rendah. Menurut pendapat Hurlock B.E (2002) bahwa semakin
meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam
berfikir dan bekerja akan lebih matang.
2. Pendidikan Ibu
a. Definisi Pendidikan
1) Notoatmodjo (2002) mengatakan bahwa : Pendidikan adalah suatu
kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses
perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan
kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan
potensi pribadinya yang berupa rohani (cipta, rasa, karsa) dan
jasmani. Pendidikan merupakan kemajuan-kemajuan masyarakat
dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.
33
2) Suryo (2001) mengatakan bahwa : Pendidikan pada dirinya adalah
penanaman pengetahuan serta pengembangan mental maupun
ketrampilan yang berlangsung dengan jangkauan waktu tertentu,
sejak mulai pelaksanaanya, sebaiknya juga diawali dari analisis
kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut
ditempat diharapkannya peserta didik dapat bekerja, dan tidak
berhenti sampai pada evaluasi hasil pendidikan saja.
b. Fungsi Pendidikan
Secara mikro, pendidikan membantu secara sadar
perkembangan jasmani dan rohani, secara makro kegiatan pendidikan
berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah,
masyarakat.
1) Pendidikan Keluarga
a) Merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk pertama
kali mendapat pengaruh sadar.
b) Keluarga sangat penting dalam membentuk pola kepribadian
anak, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
c) Dalam lingkungan keluarga yang harmonis mampu
memancarkan keteladanan kepada anak-anaknya, sehingga
akan lahir anak yang mempunyai kepribadian dengan pola
yang mantap
34
2) Pendidikan Sekolah
Sekolah merupakan jenis pendidikan yang berjenjang,
berstruktur dan berkesinambungan. Jenis pendidikan sekolah
mencakup pendidikan umum, kejurusan, kedinasan, keagamaan
dan pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi serta ada
pendidikan pra sekolah. Mengenai jenjang pendidikan menurut
undang-undang RI No. 20 th 2003 tentang SISDIKNAS adalah:
a) Pendidikan Dasar
Adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta
mempersiapkannya untuk mengikuti pendidikan menengah.
Merupakan bakal dasar bagi perkembangan kehidupan baik
pribadi maupun masyarakat. Oleh karena itu warga negara
diberi kesempatan memperoleh pendidikan dasar. Terdiri dari
SD dan SMP.
b) Pendidikan Menengah
Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan
tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
umum (SMA/MA) dan kejuruan.
35
c) Pendidikan Tinggi
Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
tingkat tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga
dapat menerapkan, mengembangkan, menciptakan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dalam pembangunan nasional serta
meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendidikan tinggi terdiri
dari Akademi, Instansi, Sekolah Tinggi, dan Universitas.
3) Pendidikan di Masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang
ikut bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa. Melalui pendidikan di masyarakat, anak akan dibekali
dengan penalaran, ketrampilan dan sikap, oleh karena itu sering
juga pendidikan di masyarakat dijadikan upaya untuk
mengoptimalkan perkembangan diri
c. Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa
memperhatikan apakah bayi hidup atau mati (Patricia W, 2006 :78).
Paritas (pernah melahirkan) ibu merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak, hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Salmah, 2006 :
133).
36
Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Primipara (melahirkan anak 1x)
2) Multipara (melahirkan anak > 1x)
3) Granda multipara (melahirkan anak > 4x)
d. Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut
menurut notoadmojo (2003):
1) Faktor predisposisi (presdiposing factor):
Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku pada diri seorang atau masyarakat, adalah
pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut
terhadap apa yang akan dilakukan.
2) Faktor pemungkin (enabling factors) :
Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah
fasilitas, sarana, atauprasarana yang mendukung atau yang
memfasilitasi terjadinya perilakuseseorang atau masyarakat.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Pengetahuan, sikap, dan fasilitasyang tersedia kadang-kadang
belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
37
Faktor ibu yang berpengaruh dalam perawatan bayi baru lahir menurut
menurut jensen (2004):
1) Faktor Predisposisi
a) Tingkat pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut (Uhbiyati dan Ahmadi, 2007, p.70),
Pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut
mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan
berlangsung terus menerus.
b) Tingkat pengetahuan
Perawatan bayi baru lahir yang baik dapat menjaga
kondisi bayi tetap sehat, maka ibu perlu tahu perawatan yang
benar. Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2003) agar
38
seseorang dapat melakukan suatu prosedur dengan baik harus
sudah ada pada tingkatan pengetahuan aplikasi. Aplikasi
dianggap sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. Jadi
seorang ibu bisa merawat bayinya dengan baik tergantung dari
tingkat pengetahuan ibu untuk mengaplikasikan
pengetahuannya.
c) Pengalaman
Pengalaman merupakan gambaran pengetahuan atau
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan, hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
lainnya.
Menurut Eisenberg , menyatakan bahwa pertama kali
seorang ibu merawat bayi mungkin akan merasa kecil hati
sejenak, merasa kaku untuk mengerjakannya dan ingin lari dari
kenyataannya. Perasaan ini hanya dialami setiap orang tua yang
baru pertama kali merawat anaknya karena kurangnya
ketrampilan dan pengalaman ibu dalam merawat bayi. Berbeda
dengan kelahiran anak kedua dan ketiga yang akan memberi
39
perubahan yang lebih jauh untuk memerankan fungsinya
dengan baik dalam merawat bayi.
d) Pekerjaan
Ibu yang bekerja dalam merawat bayinya juga
memberikan dampak yang sangat luas terhadap anaknya yaitu
dapat menyangkut kesehatan, keselamatan, keamanan,
pendidikan anak tersebut. Karena hak seorang anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan adalah mendapat kasih sayang
dan perawatan secara continue (Suryabudhi, 2003).
e) Usia
Reaksi umum terhadap kelahiran bayinya sangat
bervariasi terutama jika terjadi reaksi pembelahan diri yang
menentang, merasa sangat dirugikan dan terhambat oleh
kehadiran bayinya karena bertambahnya macam-macam tugas
baru untuk merawat dan mengasuh bayinya. Perasaan semacam
ini terutama banyak dijumpai pada ibu-ibu yang usianya sangat
muda yang belum siap secara mental untuk menjadi seorang
ibu.
f) Sosial budaya
Sosial budaya juga mempengaruhi tindakan ibu dalam
merawat bayinya. Menurut Suryabudhi (2003) sejak kelahiran
bayi dorongan-dorongan biologis dan instruktif dari ibu
dilindungi dan distimulir oleh lingkungannya seperti halnya
40
usia ibu muda agar mampu menyusui serta memelihara
anaknya dengan cara memberikan macam-macam makanan dan
minuman tradisional seperti jamu. Ibu nifas berusaha
memberikan hal yang terbaik saja bagi bayinya dengan
mengikuti adat istiadat yang ada.
g) Sosial ekonomi
Menurut Kartono (1992) diantara kaum wanita kaya
raya, banyak yang memilih untuk menitipkan bayinya selama
beberapa tahun ke suatu rumah perawatan atau menyewa
seorang pengasuh untuk menyusui dan mengasuh anaknya,
agar tidak merasa direpotkan bayinya. Sedangkan ibu di kelas
ekonomi rendah lebih memilih untuk mengasuh anaknya
sendiri dari pada membayar seorang pengasuh untuk merawat
bayinya, sehingga ibu ini mempunyai pengetahuan dan
kepercayaan diri dalam merawat bayinya untuk berkontak
langsung dengan seorang bayi.
h) Dukungan suami
Primipara dan Multipara memiliki kebutuhan yang
berbeda. Multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi
keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradaptasi
terhadap peran dan interaksi sosialnya. Primipara mungkin
memerlukan dukungan yang lebih besar dan tindak lanjut yang
mencakup rujukan ke badan bantuan dalam masyarakat.
41
Keluarga dan teman-teman orang tua dan anak yang baru lahir
ini membentuk dimensi penting dalam jaringan sosial orang
tua, yang sebagian besar mungkin tergantung pada keadaan
budaya. Hubungan cinta dan emosi yang positif tampaknya
sangat penting untuk memperkaya kemampuan menjadi orang
tua dan mengasuh anak (Gottlieb,1980;Schomkoff;1984).
Orang tua atau keluarga mertua, yang membantu urusan rumah
tangga dan tidak mengganggu keleluasaan pribadi atau tidak
hanya memberi kritikan, akan sangat dihargai. Kadangkala
jaringan kekerabatan yang luas menimbulkan masalah karena
nasihat yang diterima oleh orang tua baru saling bertentangan.
Pada beberapa kelompok budaya, suatu jaringan kekerabatan
yang luas dapat menjadi unsur pendukung yang penting
(Jensen, 2004, p.516).
2) Faktor pendukung
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta
dan sebagainya.
42
Faktor pemungkin adalah suatu faktor yang mendukung terjadinya
suatu perilaku, misalnya untuk terjadinya perilaku ibu untuk
merawat bayi baru lagir maka di perlukan: tersedianya persiapan-
persiapan dalam merawat bayi sesuai SOP yang sudah ditetapkan
oleh bidan.
3) Faktor pendorong
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas
termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan untuk berperilaku sehat
(Notoatmodjo, 2003).
Faktor penguat merupakan faktor pendukung selain pengetahuan,
sikap dan fasilitas. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah
mengetahui tatacara merawat bayi dan juga tersedia fasilitas di
lingkungannya, tetapi mereka belum melaksanakan karena suami,
orang tua dan mertua tidak mendukung.
43
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Green (1980) dikutip dari Jensen (2004)
Faktor predisposisi: - Pengetahuan - Usia - Pendidikan - Paritas - Pekerjaan - Pengalaman - Sosial Ekonomi - Sosial Budaya
Faktor pendukung : - Ketersediaan sarana
pendukung
Faktor Pendorong : - Tokoh masyarakat - Sikap petugas
kesehatan - Dukungan keluarga
dan suami
Perawatan Bayi 1. Memandikan bayi 2. Pemberian ASI