Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Pembelajaran SKI
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang
obyektif (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan
sikap (aspek afektif), serta memperoleh keterampilan tertentu
(aspek psikomotorik). Pengajaran memberikan kesan hanya
sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan
peserta didik (Rahyubi, 2014 : 7).
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction)
bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai
strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan (Majid, 2013 : 4).
Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan
pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia
menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan
menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang
6
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
20
mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan
mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan
hasrat untuk belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau
membuat sesuatu, tetapi juga menyesuaikan, memperluas dan
memperdalam pengetahuan (Suprihartiningrum, 2017 : 76).
Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya
interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan
belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media
pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar yang lain.
Sedangkan ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan
komponen-komponen pembelajaran itu sendiri (Rusman dkk, 2013
: 41).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi yang
terjadi antara guru dan siswa dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan untuk mendorong siswa kepada
perubahan tingkah laku dan pendewasaan diri.
b. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah
kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Kebudayaan juga diartikan sebagai hubungan antara keseluruhan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
21
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya yang menjadi
pedoman tingkah laku manusia.
Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruhnya berkaitan
dengan agama Islam. Sejarah Islam mempunyai cakupan yang luas,
di antara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses
pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh
yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam,
sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam
berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama
dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik pemerintahan,
peperangan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya (Nata, 1999:315)
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia pada
lampiran Bab III-Standar Isi PAI dan Bahasa Arab tahun 2013
menjelaskan bahwa SKI merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
beribasah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran
agama Islam yang dilandasi oleh akidah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa SKI merupakan salah satu mata pelajaran di Madrasah yang
berisi peristiwa-peristiwa penting yang benar-benar terjadi di masa
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
22
lampau, perkembangan peradaban Islam beserta tokoh-tokoh besar
yang berperan di dalamnya agar siswa mampu menjadikannya
sebagai ibrah bagi dirinya.
Pembelajaran SKI adalah usaha sadar yang dilakukan guru
untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalam peradaban Islam
beserta tokoh-tokohnya dengan tujuan untuk memotivasi siswa ke
arah perubahan tingkah laku yang mulia.
2. Metode pembelajaran SKI
Metode secara harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian umum,
metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 55).
Menurut Majid (2013 : 193) metode adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan
yang sangat penting.
Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 105-107) ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
diantaranya :
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
23
a. Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
Metode ceramah merupakan metode yang paling tradisional dan
telah lama dilaksanakan oleh guru.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga
sebagai metode kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang
digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau
uraian tentang suatu pokok masalah secara lisan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah
diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi siswa untuk
mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua
arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru fdan
siswa. Guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal
balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang siswa
untuk berpikir dan membimbingnya dalam mencapai atau
mendapatkan pengetahuan (Majid, 2013 : 210).
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
24
c. Metode Diskusi
Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi,
pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.
Dalam diskusi, setiap orang diharapkan memberi sumbangan
pikiran, sehingga dapat diperoleh pandangan dari berbagai sudut
berkenaan dengan masalah tersebut.
d. Metode Pemberian Tugas
Metode ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa melakukan tugas/kegiatan yang berhubungan dengan
pelajaran, seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping
dan sebagainya. Metode ini dilakukan dalam bentuk tugas
individual ataupun kerja kelompok.
e. Metode Karyawisata
Melalui metode ini, siswa siswi diajak mengunjungi tempat-
tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan
dikunjungi dan hal-hal yang akan diamati telah direncanakan
terlebih dahulu, dan setelah selesai melakukan kunjungan, siswa
siswi diminta untuk membuat laporan.
f. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama atau bermain peran, merupakan metode
yang sering digunakan dalam mengerjakan nilai-nilai dan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
25
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hubungan
sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, siswa siswi diberikan berbagai
peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut, serta
mendiskusikannya di kelas.
3. Media Pembelajaran SKI
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara
harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau pengantar. Atau dengan kata
lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan
pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan
peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2011 : 65).
Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 112) media
pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong
proses pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki peranan yang cukup penting
dalam kegiatan pembelajaran. Media dapat menjelaskan hal-hal yang
abstrak menjadi lebih mudah dipahami. Kerumitan suatu materi
pelajaran dapat dibantu dengan penggunaan media sebagai perantara.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
26
Dapat dikatakan media dapat mewakili kekurangan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2011 : 67) media
pembelajaran jika dilihat dari jenisnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio, cassete recorder dan piringan hitam.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau
simbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar
atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar
atau simbol bergerak seperti film bisu.
c. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik karena meliputi gambar dan suara.
4. Komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa poin
yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal yang
urgen dalam proses belajar mengajar. Rahyubi (2014 : 234-245)
mengemukakan bahwa komponen pembelajaran meliputi 8 hal.
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan yakni target atau hal-hal yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran biasanya berkaitan
denan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
27
pembelajaran bisa tercapai jika peserta didik mampu menguasai
dimensi kognitif dan afektif dengan baik, serta cekatan dan
terampil dalam aspek psikomotoriknya.
Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral
dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia (Rusman,
2013 : 41)
b. Kurikulum
Kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau
mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan siswa guna
mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara
luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan
aktivitas belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dalam kurikulum tergambar jelas secara berencana
bagaimana dan apa saja yang harus terjadi dalam proses
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.
Kurikulum menggambarkan kegiatan pembelajaran dalam suatu
lembaga pendidikan.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
28
c. Guru
Guru berasal dari bahasa sansekerta “guru” yang juga
berarti guru atau pendidik, yaitu seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam Bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, memfasilitasi, menilai dan
mengevaluasi peserta didik.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar
(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Siswa
Siswa adalah seseorang yang mengikuti suatu program
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan di bawah
bimbingan seorang atau beberapa guru, pelatih dan instruktur.
Setiap siswa memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan serta
kemampuan yang berbeda.
e. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu model atau cara yang
dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar
berjalan dengan baik. Beberapa contoh metode pembelajaran
adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
29
metode demonstrasi, metode karya wisata, metode eksperimen,
metode bermain peran dan metode eksplorasi.
f. Materi
Materi merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan
siswa. Jika materi pelajaran yang diberikan menarik, kemungkinan
besar keterlibatan siswa akan tinggi, begitu pula sebaliknya, jika
materi pelajaran tidak menarik, keterlibatan siswa akan rendah.
g. Alat pembelajaran
Alat pembelajaran (media) yaitu perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran
adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard
ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
Alat-alat ini berupa fisik atau nonfisik yang dalam proses
kependidikan perlu didayagunakan secara bervariasi sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Tujuan utama mempergunakan alat-
alat tersebut adalah untuk mencapai hasil yang optimal dalam
proses kependidikan itu (Arifin, 2011 : 109).
h. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
30
mengembangkan kemampuan belajar. Evaluasi yang efektif harus
mempunyai dasar yang kuat dan tujuan yang jelas.
Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan
proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi
masing-masing dalam setiap perannya dalam proses pembelajaran.
5. Tujuan Pembelajaran SKI
Tujuan pembelajaran merupakan konponen yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Apa yang akan disampaikan
kepada siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya
tergantung kepada pembelajaran yang ingin dicapai. Jika diibaratkan,
tujuan pembelajaran sama dengan komponen jantung pada sistem
tubuh manusia.oleh karenanya, tujuan pembelajaran merupakan
komponen yang utama (Sanjaya, 2010 : 58).
PERMENAG RI pada lampiran 4a-Bab III-Standar Isi PAI
DAN Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan bahwa mata pelajaran SKI
di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemapuan-kemampuan
sebagai berikut :
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam
yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
31
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini
dan masa mendatang.
c. Melatih daya krisis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di
masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani
tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena
sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
6. Fungsi Pembelajaran SKI
Mawaddah (2014) menyebutkan terdapat tiga fungsi yang
digaris bawahi dalam mata pelajaran SKI yang tercantum dalam
kurikulum madrasah.
a. Fungsi Edukatif
Melalui SKI peserta didik ditanamkan untuk menegakkan nilai,
prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi Keilmuan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
32
Melalui materi SKI peserta didik diharapkan memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam, kebudayaan
dan peradabannya.
c. Fungsi Transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam
merancang transformasi masyarakat.
7. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI
PERMENAG RI pada lampiran 4b-Bab III-Standar Isi PAI dan
Bahasa Arab tahun 2013 menjelaskan mengenai ruang lingkup SKI di
Madrasah Tsanawiyah yang meliputi :
a. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Makkah
b. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw periode Madinah
c. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin
d. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayyah
e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abasiyah
f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani
Ayyubiyah
B. Problematika Pembelajaran
1. Pengertian Problematika
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu
“problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia problematika berarti hal yang masih
menimbulkan masalahatau hal yang masih belum dapat dipecahkan.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
33
Menurut Saondi (2010 : 156) masalah dapat digambarkan
sebagai suatu keadaan (terlihat atau tidak terlihat) di mana antara yang
diharapkan dengan kenyataan tidak sesuai. Antara yang direncanakan
dengan kenyataan tidak sesuai atau terdapat hambatan antara yang
diinginkan dengan keadaan sebenarnya. Masalah yang tidak
dipecahkan akan dapat menimbulkan masalah yang baru.
Problematika adalah segala sesuatu yang menyimpang dari apa
yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga
merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
Problematika pembelajaran adalah suatu kendala yang dapat
menghambat proses pembelajaran dan harus dipecahkan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
2. Faktor Terjadinya Masalah Pembelajaran
Berkenaan dengan problematika pembelajaran SKI, karena
SKI masuk ke dalam lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI), maka
problematika atau permasalahan yang dialami tidak jauh berbeda
dengan problematika atau permasalahan PAI. Menurut Arifin (2011 :
5) dalam proses pembelajaran Islam terdapat problem-problem yang
kompleks (tidak sederhana). Ilmu pendidikan Islam jika dilihat dari
segi psikologis dan paedagogis dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan dan
lingkungan sekitar (Arifin, 2011 : 108).
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
34
Terkait dengan problematika pembelajaran tersebut, terdapat
tiga faktor yang menjadi dasar pembahasan ini.
a. Faktor Intern
1) Siswa atau Peserta Didik
Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada
dalam proses perkembangan/pertumbuhan menurut fitrah
masing-masing, sangat memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal
kemampuan fitrahnya (Arifin, 2011 : 109). Peserta didik
adalah manusia yang memiliki potensi untuk selalu mengalami
perkembangan sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.
Perubahan-perubahan ini terjadi secara bertahap dan wajar.
Dalam paradigm pendidikan Islam, peserta didik
merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan
(Nizar, 2002 : 47). Diantara komponen terpenting dalam
pendidikan Islam adalah peserta didik, dimana peserta didik
merupakan subjek dan objek pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010 : 239), siswa
mengalami beragam masalah dalam belajar, jika mereka dapat
menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami
masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagai faktor
intern dalam diri siswa, yaitu :
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
35
a) Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan
penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai
dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu,
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau
mengabaikan.
Setiap siswa tentu mempunyai kesempatan untuk
belajar, namun siswa dapat menerima, menolak atau
mengabaikan kesempatan itu. Akibat dari penerimaan,
penolakan atau mengabaikan kesempatan tersebut tentulah
akan mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya
disampaikan akibat dari sikap belajar agar siswa mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
b) Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang mendorong terjadinya
proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa tidak
selalu stabil, artinya kadang kuat dan kadang dapat
menjadi lemah.
Lemahnya motivasi atau tidak adanya motivasi
belajar akan melemahkan kegiatan pembelajaran. Dengan
lemahnya kegiatan pembelajaran, maka mutu hasil
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
36
pembelajaran juga akan menjadi rendah. Oleh karena itu,
maka motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,
maka diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
c) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada sisi bahan belajar maupun
proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada
pelajaran, guru menggunakan bermacam-macam strategi
belajar-mengajar dan memperhitungkan waktu belajar
serta selingan istirahat.
Siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang baik
dalam kegiatan pembelajaran tentu akan mudah menerima
materi yang disampaikan oleh guru, sedangkan siswa yang
konsentrasi belajarnya rendah akan kesulitan dalam
belajarnya.
d) Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat
adanya pengakuan dari lingkungan.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
37
Siswa yang sering berhasil menyelesaikan tugas
dan mendapat pengakuan umum, rasa percaya dirinya
akan kuat. Sebaliknya, siswa yang mengalami kegagalan
berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi
akan menjadi siswa yang aktif dalam berjalannya kegiatan
pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
hidup. Sedangkan siswa yang memiliki rasa percaya diri
rendah cenderung menjadi siswa yang pasif.
e) Intelegensi
Menurut Slameto (2010 : 57) intelegensi adalah
kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Intelegensi memainkan peran yang besar, khususnya
berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi yang dapat
dicapai siswa.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses
belajar siswa, dimana siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menerima materi
yang disampaikan oleh pendidik. Sebaliknya, siswa yang
memiliki intelegensi yang rendah cenderung mengalami
kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
38
f) Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya
kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar
tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester,
(ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan
belajar dan (iv) belajar hanya ketika ada tugas.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan baik di sekolah yang ada di kota besar, kota
kecil dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan
belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa
pada arti belajar bagi diri sendiri.
2) Guru/Pendidik
Guru/pendidik adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak
hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya,
tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian
siswa (Dimyati, 2010 : 248).
Guru/pendidik merupakan faktor yang sangat dominan
dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah, guru merupakan
unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan
pendidikan selain unsur murid dan unsur lainnya. Keberhasilan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
39
penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh kesiapan
guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan
pembelajaran (Saodin, 2010 : 3).
Guru/pendidik dituntut memiliki kinerja yang mampu
memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua
pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai
sekolah dan guru dalam membina anak didik.
b. Faktor Institusional
1) Kurikulum
Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup
berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa
bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
pembelajaran, peraturan-peraturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang
bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan (Suyanto, 2006 :
123).
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang
sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena
kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Menurut Sulistiyorini (2009 : 42) kurikulum
Pendidikan Agama Islam adalah bahan-bahan Pendidikan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
40
Agama Islam berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman
yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa
dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan
masyarakat. Oleh karenanya terjadilah perubahan kurikulum.
Perubahan kurikulum di sekolah dapat menimbulkan masalah.
Masalah yang dapat timbul ialah kemungkinan berubahnya
tujuan pembelajaran. Jika tujuan berubah, maka pokok
bahasan, kegiatan pembelajaran serta evaluasi juka akan
berubah (Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 253).
2) Sarana Prasarana
Menurut Sulistiyorini (2009 : 115) sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususnya
proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi
serta peralatan dan media pembelajaran yang lain. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pembelajaran seperti kebun, halaman, taman
sekolah dan jalan menuju sekolah.
Menurut Haitami dan Syamsul (2012 : 190) dalam
Pendidikan Agama Islam alat/media jelas diperlukan, sebab
alat/media pembelajaran mempunyai peran yang besar dan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
41
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan. Alat/media yang berupa benda dalam pendidikan
mempunyai nilai-nilai praktis edukatif yang meliputi : (1)
membuat konsep abstrak menjadi konkret (2) menampilkan
objek yang terlalu besar (3) menampilkan objek yang tidak
dapat diamati dengan mata telanjang (4) memungkinkan
keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman
belajar siswa (5) membangkitkan motivasi belajar.
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu
didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses
pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar
dalam penggunaan sarana dan prasarana di sekolah bisa
berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mendukung
suksesnya proses pembelajaran di sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan yang baik juga
diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan
indah sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi
terlaksananya proses pendidikan.
c. Faktor Eksternal
Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan yang
terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati
(Haitami dan Syamsul, 2010 : 261). Pendidikan tidak hanya terpacu
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
42
pada lingkup sekolah saja, akan tetapi lingkungan selain sekolah
mempunyai peran yang penting dalam sebuah proses pendidikan.
Lingkungan sosial berperan penting dalam keberhasilan
pendidikan, karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang secara tidak langsung
berpengaruh pada proses pembelajaran adalah lingkungan keluarga
dan lingkungan sosial di sekolah.
Menurut Syah (2008 : 138) lingkungan yang paling banyak
mempengaruhi kegiatan belajar adalah orangtua dan keluarga siswa
itu sendiri, seperti sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga
(letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar siswa.
Keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan
utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan
setelahnya. Keluarga sebagai salah satu lingkungan pendidikan
yang paling berpengaruh atas jiwa anak karena keluarga adalah
lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan
sosialisasi diri dengan manusia selain dirinya.
Selain keluarga, lingkunga yang juga paling berpengaruh
adalah lingkungan sosial siswa di sekolah. Siswa-siswa di sekolah
membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai
lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut
ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
43
Setiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di
sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh
sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah
menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia
ditolak, maka ia akan merasa tertekan dan sulit untuk
menyesuaikan diri sehingga proses belajarnyapun akan terganggu
(Dimyati dan Mudjiono, 2010 : 252).
Selanjutnya, menurut Mawaddah (2014) setidaknya terdapat
dua hal yang menjadi problematika pembelajaran SKI yang
berkembang dalam proses pendidikan Islam di Madrasah, yaitu terkait
dengan penulisan dan metode pemahamannya.
a. Penulisan SKI masih didominasi oleh konsep penulisan sejarah
konvensional yang mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1) dokumen
menjadi pedoman dan sumber utama, 2) uraiannya cenderung
naratif dan deskriptif, 3) bersifat ensiklopedis, sehingga kurang
memperhatikan kedalaman informasi, 4) orientasinya lebih
mengarah ke Timur Tengah. Beberapa ciri penulisan sejarah
konvensional ini menimbulkan kesan bahwa pembelajaran SKI
itu membosankan, identik dengan dunia Arab dan sebagainya.
b. Metode pemahaman SKI masih terkesan monoton, yakni SKI
hanya dipahami sebatas kisah atau hikayat. Penjelasan guru
terkadang kurang memperhatikan aspek-aspek lain semisal faktor
sosiologis, faktor politik, ekonomi maupun geografis dan
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
44
sebagainya. Dalam menjelaskan suatu materi dapat melalui
beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman
siswa menjadi lebih komprehensif.
SKI merupakan materi yang penting untuk disampaikan
kepada siswa sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian
umat Islam. Kendati demikian, namun pada realitanya sering kurang
disadari, sehingga mata pelajaran SKI kurang diminati. SKI justru
hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, hal ini terbukti
dengan terbatasnya durasi waktu yang diberikan terhadap mata
pelajaran SKI di lingkungan madrasah.
C. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi yang berjudul “Pengelolaan Kelas pada Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada Kelas IV MI Istiqomah Sambas Purbalingga”
yang disusun oleh Annisa Fadhila (1306010025) mahasiswa Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dari hasil
penelitian disimpulkan bahwa bentuk pengelolaan kelas pada
pembelajaran SKI di MI Istiqomah Sambas menggunakan unsur
preventif dan unsur represif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kehangatan dan keantusiasan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada variabel penelitian, yaitu tentang pembelajaran
SKI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada fokus penelitian, dimana penelitian ini berfokus pada
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
45
pengelolaan kelas mata pelajaran SKI sedangkan peneliti akan
melakukan penelitian mengenai problematika pembelajaran mata
pelajaran SKI
2. Skripsi yang berjudul “Problematika Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur‟an dan Solusinya (Studi Kasus Mahasiwa PAI Semester I
Universitas Muhammadiyah Purwokerto)” yang disusun oleh Edi
Suworo (1306010011). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pada pembelajaran BTQ mahasiswa semester I di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto terdapat dua problem yaitu problem
bacaan yang terdiri dari problem lahn al-jaliy dan problem al-khafiy.
Sedangkan problem menulis yaitu problem menguasai kaidah-kaidah
imla, perbedaan kaidah imla‟ dan kaidah rasm usmani.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah pada jenis penelitian dan fokus penelitian yaitu tentang
problematika pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan terletak pada objek penelitian dan tempat
penelitian.
3. Syamsul Ghufron dalam jurnalnya yang berjudul “Problematika Aspek
Kebahasaan di Sekolah dan Solusinya”. Berdasarkan penelitian
disimpulkan bahwa problem utama yang muncul dalam pembelajaran
aspek kebahasaan di sekolah bersumber pada buku pelajaran yang
tidak relevan dengan kurkulum dan tingkat perkembangan kejiwaan
siswa.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
46
Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah pada objek penelitian, dimana penelitian ini
meneliti problematika pada aspek kebahasaan sedangkan penelitian
yang akan peneliti lakukan berfokus pada problematika pembelajaran
SKI.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan..., Nurul Fauziyah, Fakultas Agama Islam UMP, 2018