Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1) Penelitian oleh Wibowo pada tahun 2011, yang berjudul pelatihan
terhadap kinerja bagian departemen shop pada PT.Telkomsel grapari Kota
Malang. Penelitian ini Mengemukakan bahwa Pelatihan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja. Terdapat pengaruh positif
karyawan departemen shop PT.Telkomsel Grapari Kota Malang
2) Penelitian oleh Wahyuni pada tahun 2009 dengan judul pengaruh
kompensasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Hotel
Montana I Kota malang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Lingkungan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan hotel Montana I Kota malang.
3) Penelitian oleh Hartono pada tahun 2016, yang berjudul Pengaruh
Pelatihan kerja dan Lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan studi
pada PT Pegadaian Kanwil Surabaya. Penelitian tersebut mengemukakan
pada bahwa Pelatihan kerja dan Lingkungan kerja Berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan PT pegadaian (persero) Surabaya.
4) Penelitian oleh Munparidi pada tahun 2012, dengan judul Pengaruh
Kepemimpinan, motivasi, pelatihan, dan lingkungan kerja terhadap kinerja
14
karyawan pada perusahaan daerah air minum tirta musi kota Palembang.
Pada penelitian tersebut, mengemukakan bahwa Pelatihan dan lingkungan
kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PDAM
Tirta Musi Palembang.
B. Landasan Teori
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan sehingga mempengaruhi seberapa banyak kontribusi
mereka kepada perusahaan atau organisasi termasuk kualitas pelayanan
yang disajikan. Menurut Mangkunegara (2009:67) mendefinisikan kinerja
karyawan sebagai prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun
kuantitas yang dicapai oleh karyawan per satu periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Menurut Robbins (2006:260), Kinerja merupakan suatu hasil yang
dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
berlaku untuk suatu pekerjaan. Dengan adanya informasi ini maka
diharapkan perusahaan dapat mengetahui kondisi atau tingkat kinerja dari
karyawan yang dimilikinya.
15
b. Faktor yang mempengaruhi Kinerja
Menurut Mathis dan. Jackson (2001:82) faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu :
1) Kemampuan mereka,
Kemampuan hard skill dan soft skill atau ability
2) Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai
dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
terarah untuk mencapai tujuan kerja
3) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan
Terkait dengan posisi dan anggapan karyawan dalam
pekerjaan yang dijalani
4) Dukungan yang diterima
Dukungan yang diterima dari organisasinya berupa
pelatihan, peralatan,harapan-harapan dan tim kerja yang
produktif
5) Hubungan mereka dengan organisasi.
Hubungan organisasi terkait dengan budaya dan lingkungan
organisasi.
16
Sedangkan yang dikemukakan oleh Menurut A.Dale Timple dalam
Mangkunegara (2009:75) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah terbagi menjadi :
1) faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-
sifat seseorang individu, yang terdiri dari kemampuan dan
keterampilan, latar belakang, dan demografis
2) faktor eksternal dari faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti
perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim
organisasi.
c. Indikator kinerja
Menurut Mangkunegara (2009:84) bahwa kinerja karyawan dapat diukur
dengan indikator-indikator sebagai berikut :
1) Kualitas
kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan pada pekerjaan tersebut.
2) Kuantitas
17
Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
2. Pelatihan
a. Pengertian Pelatihan
Sesuai yang dikemukakan Sikula dalam Mangkunegara (2009:110)
Pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan
dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai
penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota
organisasi. Pelatihan merupakan upaya dan proses untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan yang dijadikan suatu aset investasi penting
dalam sumber daya manusia.
Kemudian Rivai (2010:211) mendefinisikan pelatihan sebagai bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada
praktik dari pada teori.
18
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pelatihan adalah proses dengan berbagai metode yang ditujukan
untuk karyawan dengan tujuan menyesuaikan kemampuan karyawan
dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan.
b. Manfaat pelatihan
Menurut Zurnali (2004, dalam Noe dkk 2003) yaitu:
1) Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian untuk bekerja
dengan teknologi baru.
2) Membantu karyawan untuk dapat bekerja secara efektif dalam tim
untuk menghasilkan jasa dan produk yang berkualitas.
3) Memberikan cara-cara baru bagi karyawan untuk memberikan
kontribusi bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan
mereka berubah atau pada saat keahlian mereka absolut.
c. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan menurut Mangkunegara (2006:52) antara lain :
1) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideology karyawan untuk
memperoleh kepekaan dalam menjalankan tugas
2) Meningkatkan produktivitas kerja, pelatihan dapat meningkatkan
kinerja pada posisi jabatannya yang sekarang kalau tingkat kinerja
naik maka berakibat peningkatan produktivitas dan peningkatan
keuntungan bagi perusahaan.
19
3) Meningkatkan kualitas kerja, Ini berarti peningkatan kualitas dan
kuantitas tenaga kerja yang berpengetahuan jelas akan lebih baik
dan akan sedikit berbuat kesalahan dalam operasionalnya
4) Meningkatkan perencanaan sumber daya manusia, pelatihan yang
baik bisa mempersiapkan tenaga kerja untuk keperluan dimasa
yang akan datang
5) Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja, apabila perusahaan
menyelenggarakan program pelatihan yang tepat maka iklim dan
suasana organisasi akan lebih baik. Dengan iklim kerja yang sehat,
maka moral kerja (semangat kerja) juga akan meningkat.
6) Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi
secara maksimal dalam pekerjaanya
7) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan, suatu pelatihan yang
tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja. Selain itu lingkungan kerja akan
meningkat
8) Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan, program pelatihan
yang tepat sebenarnya memberi keuntungan kedua belah pihak
yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri. Bagi tenaga kerja
program pelatihan akan mengembangkan kepribadian, intelektual
dan keterampilan
20
d. Metode
1) On the job training
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003) On the job training
adalah upaya terencana untuk memfasilitasi pembelajaran
pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan, keterampilan,
dan perilaku oleh karyawan. Sedangkan Pengertian on the job
training menurut Swasto (2011:67) adalah suatu kegiatan pelatihan
yang dilakukan ditempat kerja, dimana seorang mempelajari
pekerjaan dengan melaksanakannya secara aktual dalam pekerjaan
yang mana menggaris bawahi pada kondisi nyata.
2) Off the job training
Pelatihan yang dilaksanakan dilokasi terpisah dengan tempat kerja.
Program ini memberikan individu dengan keahlian dan
pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
pada waktu terpisah dengan jam kerja reguler. Contohnya seminar-
seminar, permainan peran atau role playing dan pengajaran melalui
komputer.
e. Indikator Pelatihan
Seperti yang dikemukakan Rivai (2004:226) beberapa indikator
dalam pelatihan, sebagai berikut., Materi, fasilitas pelatihan, metode dan
peserta.
21
Sedangkan menurut Menurut Mangkunegara (2006:46) faktor-faktor
pelatihan adalah:
1) Pelatih
Pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka
para pelatih yang dipilih harus benar-benar memiliki kualifikasi yang
memadai sesuai dengan bidangnya. Menurut Manullang (2004),
Sesungguhnya salah satu variabel yang sangat menentukan untuk
efektivitas sesuatu training, selain peserta, methode training dan
materi adalah instruktur atau pelatih.
Ada 3 kualifikasi utama yang harus dipenuhi oleh setiap
instruktur yaitu yang pertama pengetahuan yang dalam mengenai
topiknya. Dua, paham akan berbagai metode training. Tiga, adanya
keinginan untuk mengajar. Tidak memiliki salah satu kualifikasi
tersebut akan menyebabkan kegagalan pemberian topik yang
bersangkutan kepada para peserta. Jadi dapat disimpulkan Instruktur
pelatihan harus cakap dalam mengajar, menguasai materi pelatihan,
menguasai metode pelatihan, mampu memotivasi karyawan.
2) Metode
Pemilihan metode yang tepat dan sesuai akan berdampak
terhadap efektivitas pelatihan. Menurut Hardjana (2001), “metode
training adalah cara yang ditempuh dan langkah-langkah yang
diambil untuk mencapai tujuan training, baik secara keseluruhan
maupun persesi”. Dapat disimpulkan metode pelatihan adalah cara-
22
cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih dalam
menyajikan dan melaksanakan proses pembelajaran, baik oleh
pelatih maupun para peserta
3) Peserta
Pelatihan yang diberikan kepada peserta berdasarkan
kualifikasi yang sesuai, kualifikasi peserta sangat mendukung
keberhasilan pelatihan.Selain itu peseta harus memiliki semangat
yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.
4) Tujuan
Pelatihan merupakan tujuan yang ditentukan, khususnya
terkait dengan penyusunan rencana aksi (action play) dan penetapan
sasaran, serta hasil yang diharapkan dari pelatihan tersebut, selain itu
disosialisasikan pada peserta agar dapat memahami pelatihan.
3. Lingkungan kerja
a. Pengertian Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya,
serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok Sedarmayati (2001:21).
Menurut Lewa dan Subowo (2005) lingkungan kerja didesain sedemikian
rupa agar dapat tercipta hubungan kerja yang mrngikat pekerja dengan
23
lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik itu apabila karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Lingkungan
kerja yang tidak baik dapat menuntut tenaga kerja serta waktu yang lebih
banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang
efisien.
Jadi dapat disimpulkan lingkungan kerja adalah segala sesuatu secara fisik
maupun non fisik yang ada di sekitar karyawan bertujuan untuk menunjang
kinerja karyawan tersebut untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban yang
telah di bebankan sebelumnya.
Menurut Sedarmayanti, (2001:21) lingkungan kerja terbagi menjadi dua,
yaitu fisik yang meliputi semua keadaan yang ada disekitar tempat pekerja
yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak
langsung
b. Jenis Lingkungan Kerja
1) Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang ada disekitar
tempat pekerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Sedarmayanti, (2001:23).untuk
mendapatkan suasana kerja yang baik perlu memperhatikan penunjang
dalam lingkungan fisik dalam pengarunya untuk meningkatkan
produktivitas yaitu pengelolaan gedung, ruang kerja, suhu ruangan,
penerangan, kebisingan suara, warna dinding, fasilitas kerja, dan
kebersihan
24
2) Lingkungan kerja non fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah segala keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, antar individu, maupun individu
terhadap kelompok, baik hubungan dari rekan kerja, hubungan dengan
pimpinan, dan hubungan dengan bawahan oleh Sedarmayanti, (2001:21).
Lingkungan kerja non fisik sebagai lingkungan kerja psikis yang
didefinisikan sebagai sesuatu yang menyangkut segi psikis dari
lingkungan kerja, yaitu keadaan di sekitar tempat kerja yang bersifat non
fisik. Lingkungan kerja semacam ini tidak dapat ditangkap secara
langsung dengan pancaindera manusia, namun dapat dirasakan
keberadaannya. Perusahaan hendaknya mencerminkan kondisi yang
mendukung kerjasama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang
memiliki jabatan yang sama di perusahaan.
Jadi, lingkungan kerja non fisik adalah segala keadaan yang
berkaitan dengan pekerjaan tersebut selain lingkungan secara fisik, atau
lingkungan yang menyangkut segi secara psikis dari lingkungan kerja.
Yaitu hubungan kerja, antar individu, maupun antar kelompok. Atau bisa
juga Hubungan yang harmonis antara karyawan dan atasan.
c. Indikator Lingkungan kerja
Menurut Sedarmayanti (2009:146), yang menjadi indikator-indikator
dalam lingkungan kerja adalah :
25
1. Suasana dan Keadaan kerja
Terdiri dari suhu udara, sirkulasi udara, kebersihan tingkat kebisingan,
tingkat keamanan, suara yang muncul disekitar tempat kerja karyawan
2. Fasilitas kerja
Seperti ukuran ruang kerja, tata letak ruang kerja, privasi ruang kerja,
peralatan kantor, perlengkapan pendukung pada tempat kerja
karyawan
3. Hubungan sesama rekan kerja
Hubungan kesamping atau dengan tingkat yang sama secara sosial,
psikologis, antara karyawan satu dengan karyawan lainya. Menjalin
hubungan yang baik dan harmonis sesama karyawan merupakan
sarana untuk meningkatkan kinerja.
4. Hubungan antara atasan dengan bawahan
Hubungan atasan dengan karyawan, terjalin komunikasi yang baik,
atasan mampu menciptakan kondisi yang kondusif untuk bawahan
sehingga dapat mendukung kinerja bawahan.
C. Hubungan antar variabel
1) Hubungan Pelatihan dengan Kinerja karyawan
Menurut Gomes (2003:197) pelatihan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggungjawabnya, atau suatu pekerjaan tertentu yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya. Menurut Swasto (2011:65) pelatihan
dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan karyawan terhadap berbagai
26
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan masa
sekarang. Maka dapat disimpulkan pelatihan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan Ragawanti (2015).
2) Hubungan lingkungan kerja dengan kinerja karyawan
Sementara itu, Sedarmayanti (2001:14) mengungkapkan bahwa
perusahaan hendaknya mencerminkan kondisi yang mendukung kerjasama
antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki jabatan yang sama
di perusahaan. Rahmawanti (2014) mengungkapkan bahwa lingkungan
kerja non fisik adalah kondisi lain dari lingkungan kerja fisik yang
berkaitan dengan hubungan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi
kinerjanya.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
kerja non fisik adalah kondisi lingkungan kerja seseorang yang
berhubungan dengan perasaan dan perilaku karyawan terhadap sesama
rekan kerja maupun atasan. Hartono (2016).
D. Kerangka Pikir
Setelah kajian pustaka yang mendasari perumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini, selanjutnya dibentuk kerangka pemikiran teoritis yang
digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah. Kinerja karyawan sangat
penting bagi perusahaan sebagai alat pengukur keberhasilan dalam menjalankan
suatu usaha. Mangkunegara (2009:63) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas maupun kuantitas yang telah dicapai oleh pegawai per
27
periode atau tenggang waktu yang ditentukan sebelumnya dalam menjalankan
tanggung jawab yang telah di berikan oleh suatu perusahaan terhadap karyawan
tersebut.
Mangkunegara (2003:15), menjelaskan pula faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang salah satunya ability
atau kemampuan, kemudian faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan kerja.
Pelatihan merupakan wadah lingkungan bagi karyawan, dimana mereka
mendapatkan pelajaran dalam hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan tanggung
jawab seperti perilaku, pengetahuan, kemampuan dan keahlian serta sikap.
Mangkunegara, (2009:21) Pelatihan merupakan upaya dan proses untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dijadikan suatu aset investasi
penting dalam sumber daya manusia. Pelatihan dan pengembangan merupakan
istilah-istilah yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana, yang
diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap
pegawai atau anggota organisasi.
Selain itu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah lingkungan kerja.
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan perlu diperhatikan, hal ini disebabkan
karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan.
Lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan kinerja karyawan dan
sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja
karyawan. Menurut sedarmayanti (2001:21) lingkungan kerja adalah keseluruhan
28
peralatan perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai
perseorangan maupun sebagai kelompok.
Sedarmayanti (2001:21) juga mengemukakan lingkungan kerja terbagi
menjadi dua yaitu fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua
keadaan yang ada disekitar tempat pekerja yang dapat mempengaruhi karyawan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan non fisik adalah segala
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, antar individu,
maupun individu terhadap kelompok, baik hubungan dari rekan kerja, hubungan
dengan pimpinan, dan hubungan dengan bawahan. Non fisik menjadi fokus
peneliti dikarenakan penyesuaian objek yang lebih banyak bersinggungan dengan
non fisik mengingat objek pada penelitian ini adalah karyawan marketing.
Dari Kerangka pikir, dapat dijelaskan bahwa ditinjau dari jenis hubungan
variabel, maka disini terdapat hubungan yaitu suatu variabel dapat mempengaruhi
variabel yang lain, sehingga variabel bebas adalah Pelatihan (X1) yang terdiri
dari, instruktur dan metode. Variabel Lingkungan kerja (X2), yang terfokus pada
lingkungan kerja non fisik yaitu poin hubungan antar karyawan, dan antara
karyawan dengan atasan. Dari hasil hubungan variabel diatas dapat ditentukan
kerangka pikir pada gambar berikut:
29
Gambar 2.1 Hubungan Pelatihan dan lingkungan kerja non fisik dengan
Kinerja karyawan
E. Hipotesis
Hipotesis yang diperoleh berdasarkan teori dan penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut:
1). Pelatihan berpengaruh positif Signifikan terhadap kinerja karyawan,
penyataan tersebut didasari oleh penelitian terdahulu sebagai berikut.
Penelitian oleh Wibowo pada tahun 2011, yang berjudul pelatihan
terhadap kinerja bagian departemen shop pada PT.Telkomsel grapari Kota
Malang. Penelitian ini Mengemukakan bahwa Pelatihan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap kinerja. Terdapat pengaruh positif
Pelatihan ( ) :
Fasilitas dan
sarana ( )
Instruktur ( )
Metode
pelatihan ( )
Lingkungan
Kerja( ):
Fasilitas kerja
(
hubungan atasan
dan
bawahan(
hubungan antar
karyawan( )
Kinerja
Karyawan ( ):
Kualitas (y1)
Kuantitas(y2)
Ketepatan
Waktu (y3)
30
yang signifikan karyawan departemen shop PT.Telkomsel Grapari Kota
Malang
H1: Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja
Karyawan GraPARI Telkomsel kota malang
2) Penelitian oleh Wahyuni pada tahun 2009 dengan judul pengaruh
kompensasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Hotel
Montana I Kota malang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan hotel
Montana I Kota malang.
H2: Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan GraPARI Telkomsel kota malang
3) Penelitian oleh Hartono pada tahun 2016, yang berjudul Pengaruh
Pelatihan kerja dan Lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan
studi pada PT Pegadaian Kanwil Surabaya. Penelitian tersebut
Mengemukakan pada bahwa Pelatihan kerja dan Lingkungan kerja non
fisik Berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan PT pegadaian
(persero) Surabaya.
H3: Pelatihan dan Lingkungan kerja non fisik berpengaruh pengaruh
positif terhadap kinerja karyawan GraPARI Telkomsel kota malang