26
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis-Jenisnya Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan 1 . Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir 2 . Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara. b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peguungan Himalaya) dan hulu sungai 1 Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai 2 Syarifuddin, dkk. 2000. Sains Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sungai dan Jenis-Jenisnya

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan

pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan

kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan1. Sungai juga bisa

diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari

tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut,

danau, rawa atau ke sungai yang lain. Sungai adalah bagian dari permukaan

bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air mengalir2. Dapat disimpulkan

bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat tempat aliran air

yang berasal dari mata air atau curah hujan. Ada bermacam-macam jenis

sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam

yaitu:

a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau

sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa

dan Nusa Tenggara.

b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.

Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es

saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai

Gangga di India (yang berhulu di Peguungan Himalaya) dan hulu sungai

1 Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai

2 Syarifuddin, dkk. 2000. Sains Geografi. Jakarta: Bumi Aksara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

16

Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan

sebagai contoh jenis sungai ini.

c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es

(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini

adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

Berdasarkan debit airnya menurut sungai dibedakan menjadi 4 macam

yaitu3:

1. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif

tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan

Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di

Sumatera.

2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya

banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis

ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan

sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah

Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.

3. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering

dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah

sungai Kalada di pulau Sumba.

4. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim

hujan.

3 Ibid

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

17

Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik,

hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5

jenis yaitu:

a. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah

lereng awal.

b. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya

mengikuti strike batuan.

c. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah

dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan

batuan serta bermuara di sungai subsekuen.

d. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah

kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.

e. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi

maupun struktur geologi.

Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu

a. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran

airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini

terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang

merintanginya.

b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya

dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

18

c. Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu a.

Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan

pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk

kerucut.

2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat.

Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).

3. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti

pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya.

Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.

4. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.

5. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau

hampir siku-siku 90°.

6. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya

membentuk sudut lancip.

7. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.

Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu

bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.

a. Bagian Hulu

Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah

erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk

V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun

atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

19

b. Bagian Tengah

Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya

erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal

dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi

pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan

sungai yang mencapai 180° atau lebih.

c. Bagian Hilir

Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan

arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian

muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.

d. Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi

oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan

air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke

danau/laut (Manan, 1979)4. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan

ekosistem yang terdiri dari unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia

dengan segala upaya yang dilakukan di dalamnya (Soeryono, 1979).

Sebagai suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor biotik dan

fisik yang menggambarkan keseimbangan masukan dan keluran berupa

erosi dan sedimentasi5. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa

pengertian DAS adalah sebagai berikut :

4 Manan, S., 1979, Pengaruh Hutan dan Managemen Daerah Aliran Sungai, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 5Soeryono, 1979 http://putraphysic08.blogspot.com/2009_06_01_archive.html.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

20

1. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian

mengalirkan air hujan ke laut atau danau melalui satu sungai utama.

2. Suatu daerah aliran sungai yang dipisahkan dengan daerah lain oleh

pemisah topografis sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan

terbagi atas beberapa DAS.

3. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumberdaya alam

(tanah, vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang

merupakan pengguna sumberdaya yang ada.

4. Unsur utama (sumberdaya alam dan manusia) di DAS membentuk

suatu ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan

mempengaruhi unsur lainnya.

Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola

dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Corak atau pola

DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah

DAS. Upaya konservasi DAS yang berlokasi di sekitar situs merupakan

tindakan yang tidak kalah pentingnya dengan konservasi pada situs cagar

budaya itu sendiri. Disamping karena efek negatif sungai yang merusak situs,

hal ini juga merupakan wujud nyata kepedulian masyarakat akademis „non-

arkeologis‟ terhadap kelestarian bangunan cagar budaya beserta lingkungan

sekitarnya. Pernyataan ini jelas termuat dalam Undang-undang Nomor 11

tahun 2010 BAB I pasal (1) yang berbunyi, cagar budaya adalah warisan

budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar

budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

21

yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi

sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui

proses penetapan6

Perlu diketahui bahwa proses penetapan situs cagar budaya tidak

terbatas hanya pada pemerintah pusat, melainkan juga bisa dilakukan oleh

Pemerintah Daerah. Hal ini jelas disebutkan pada pasal (96) ayat (1), dimana

pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk menetapkan, membuat

peraturan serta melakukan kerjasama pelestarian cagar budaya. Undang-

Undang Tentang Pengairan Pada Pasal 1 menyebutkan bahwa "Sumber-

sumber Air" adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang terdapat

di atas, maupun di bawah permukaan tanah; "Pengairan" adalah suatu bidang

pembinaan atas air, sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam bukan

hewani yang terkandung di dalamnya baik yang alamiah maupun yang telah

diusahakan oleh manusia; "Tata Pengaturan Air" adalah segala usaha untuk

mengatur pembinaan seperti pemilikan, penguasaan, pengelolaan,

penggunaan, pengusahaan, dan pengawasan atas air beserta sumber-

sumbernya, termasuk kekayaan alam bukan hewani yang terkandung

didalamnya, guna mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dalam memenuhi

hajat hidup dan perikehidupan Rakyat; "Tata Pengairan" adalah susunan dan

letak sumber-sumber air dan atau bangunanbangunanpengairan menurut

ketentuan-ketentuan teknik pembinaanya di suatu wilayah pengairan7

6 Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010.

7 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

22

Daerah sempadan sungai adalah daerah sepanjang kiri kanan sungai

dihitung dari tepi sungai sampai garis sempadan sungai termasuk sungai

buatan yg mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan pelestarian

fungsi sungai, baik yg telah dibebaskan maupun yang tidak dibebaskan.

Pengelolaan kawasan sempadan sungai diarahkan untuk melindungi sungai

dari kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai dan

kondisi fisik tepi dan dasar sungai. Kawasan ini berada 100 meter dikiri

kanan sungai besar dan 50 meter dikiri kanan sungai kecil untuk kawasan non

permukiman. Sedangkan untuk kawasan permukiman cukup 10-15 meter kiri

kanan sungai.

Kenyataan di lapangan, sungai-sungai tersebut sudah mulai terganggu

fungsinya akibat aktivitas yang berkembang di sekitarnya (intervensi

bangunan, sampah yg mendesak badan sungai). Akibat dari terganggunya

ekosistem sungai tersebut dapat kita lihat pada saat sekarang seperti kualitas

air sungai yang terus menurun dan memburuk, apalagi jika pada musim

penghujan dan terjadi banjir, maka penduduk daerah permukiman sekitar

sungai menjadi langganan pengungsian di Posko Banjir. Tidak terhitung

kerugian materil dan moril akibat rusaknya daerah aliran sungai. Untuk

mencegah lebih besarnya kerugian akibat dari kerusakan sungai maka

dilakukan Penataan Daerah Sempadan Sungai, maksud dari Penataan Daerah

Sempadan Sungai adalah sebagai upaya agar kegiatan konservasi,

pendayagunaan, pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai dapat

dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, antara lain:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

23

a. Agar fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di

sekitarnya

b. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber

daya yang ada pada sungai dapat memberikan hasil secara optimal

c. Menjaga kelestarian fungsi sungai.

d. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.

Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai terdiri atas :

a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan

pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, pemasangan bentangan

jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum,

pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan pengambilan, dan

pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana kota, kegiatan

penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, serta pendirian

bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi

daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi kekuatan

struktur tanah dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a

yang tidak mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan

perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan reklame dan

papan pengumuman, pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk

bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi

air, serta jalan inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air sungai;

dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

24

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah

bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan keawetan tanah,

fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna,

kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan pemanfaatan hasil

tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur

evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, dan kegiatan lain yang

mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan

setempat8

B. Perlindungan dan Pemanfaatan Sungai

Di Indonesia sungai dapat dijumpai disetiap tempat dengan

kelasnya masing-masing. Pada masa lampau sungai dimanfaatkan untuk

memenuhi keperluan sehari-hari, baik transportasi, mandi, mencuci dan

sebagainya bahkan untuk wilayah tertentu sungai dapat dimanfaatkan untuk

menunjang makan dan minum.Sungai sebagai sumber air, sangat penting

fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana

penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional. Sebagai

sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah satu

dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak

kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu

melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungan,

pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentuk

8 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

25

pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai

yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya. Dengan dikeluarkannya

peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991 tentang sungai, sebagai

pelaksanaan Undang -Undang Nomor : 11 Tahun 1974 tentang pengairan,

sehingga dapat digunakan sebagai pegangan dalam pengelolaan,

pengusahaan, pemeliharaan dan pengamanan, agar manfaat sungai tetap

terjaga kelestariannya.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

1991 Tentang Sungai Pasal 1 ini yang dimaksud dengan:

a. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran

air mulai dari mata air sampai

b. muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya

oleh garis sempadan.

c. Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara

alamiah jauh melebihi ruas-ruas

d. lain dari sungai yang bersangkutan.

e. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya

bangunan sungai dalam hal ini

f. bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai.

g. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil

pengembangan satu atau lebih

h. daerah pengaliran sungai.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

26

i. Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai

dihitung dari tepi sampai dengan

j. kaki tanggul sebelah dalam.

k. Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perundangan,

pengembangan, penggunaan

l. dan pengendalian sungai.

m. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai.

n. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I.

o. Badan usaha milik Negara adalah badan usaha milik Negara yang dibentuk

untuk melakukan pembinaan,

p. pengusahaan, eksploitasi dan pemeliharaan sungai sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang

q. berlaku.

r. Pejabat yang berwenang adalah Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

s. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang Pengairan.

Didalam peraturan Pemerintah Nomor: 35 Tahun 1991, telah

tersurat pengertian sungai yaitutempat

a. tempat dan wadah

b. wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai suara

dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh

garis sempadan. Garis sempada sungai adalah garis batas luar pengamanan

sungai. Garis sempadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuan

batas lebar sekurang-kurangnya 5 meter yang terletak disebelah luar

sepanjang kaki tanggul. Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

27

satu sumber daya alam berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan

penghidupan mahluk hidup. Air merupakan segalanya dalam kehidupan

ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya,

namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat

membahayakan dalam kehidupan ini. Maka sungai sebagaimana

dimaksudkan harus selalu berada pada kondisi dengan cara:

a. Dilindungi dan dijaga kelestariannya

b. Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya

c. Dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan

Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak

di jaga, baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Misalnya dengan

tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada

disekitarnya juga merusak lingkungan.(Subagyo, 1999). Eksploitasi Dan

Pemeliharaan Sungai Dan Bangunan Sungai Pasal 13 yaitu sebagai berikut:

a. Eksploitasi dan pemeliharaan sungai dan bangunan sungai meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi.

b. Pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum dalam

rangka pembinaan sungai dilakukan oleh Pemerintah atau badan usaha

milik Negara.

c. Pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) yang pembangunannya dilakukan oleh badan hukum, badan sosial

atau perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dilakukan

oleh yang bersangkutan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

28

C. Tinjauan Tentang Pengaturan Penambangan Pasir

Awalnya, penambangan pasir berlangsung secara tradisional, dengan

menggunakan serok, para penambangan pasir tradisional mendulang pasir

Sungai Brantas.Namun, akhir-akhir ini penambangan pasir tradisional tidak

lagi diminati. Perkembangan teknologi membuat carapenambangan pasir

bergeser, tidak lagi menggunakan alat-alat tradisional, akan tetapi beralih

menggunakan mesin diesel.

Dalam satu hari, dari satu titik penambangan pasir dihasilkan 7 truk

pasir dengan harga jualnya berkisar antara Rp 200 ribu – 350 ribu per

truk.Nilai ini sangat besar, jika dibandingkan dengan modal yang harus

dikeluarkan untuk menjalankan bisnis tersebut. Salah satu pemilik diesel

penyedot pasir di Desa Jongbiru Kecamatan Gampengrejo, untuk

menjalankan usaha tersebut, hanya mengeluarkan modal sebesar Rp 12 juta

untuk menyewa galangan mesin atau konfiyer yang digunakan untuk

mengeruk pasir. Satu atau dua bulan modal itu sudah bisa balik. 9

(Fathurrohman Muhammad,2012)

Dengan kondisi seperti itu, tidaklah mengherankan bila

penambangan pasir di Sungai Brantas dibidik menjadi salah satu bisnis yang

menggiurkan.Banyak pihak berlomba-lomba menjalankan usaha tersebut.Hal

ini terlihat dari banyaknya titik penambangan pasir mekanis.

Selama ini, sejumlah peraturan perundangan dibuat untuk

menghadang laju maraknya penambangan pasir mekanis. Diantaranya

9Fathurrohman Muhammad,2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

29

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2005 tentang

pengendalian usaha pertambangan bahan galian golongan C pada wilayah

sungai. (Biro hukum kesekertariat daerah provinsi jawa timur, 2011) Di

tingkat nasional, pemerintah juga telah mengeluarkan undang-undang nomor

4 tahun 2009 tentang mineral dan pertambangan. (Tambang News, 2012)

Namun hal itu, tetap saja tidak berdaya, membendung terus bergulirnya aksi

penambangan pasir mekanis.Sanksi tegas berupa hukuman penjara hingga 10

tahun dan denda Rp 10 miliar tidak menjadi penghalang bagi pelaku

penambangan pasir untuk tetap beroperasi.10

(Koesnadi:Hukum Tata

Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,2000)

Sebagai upaya dalam kelestarian ekosistem lingkungan. Pemerintah

telah mengeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur nomor 1 tahun

2005 tentang pengendalian usaha pertambangan bahan galian golongan C

pada wilayah sungai. Di tingkat nasional, pemerintah juga telah

mengeluarkan undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan

pertambangan. Peraturan perundangan tersebut adalah sebagai bentuk

pencegahan agar para pelaku jera dan tidak melakukannya lagi, meskipun hal

itu sangat sulit.

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005

Tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Pada

Wilayah Sungai di Propinsi Jawa Timur. Ketentuan Perizinan Pasal 4 yaitu

mengenai Wilayah izin pengelolaan usaha pertambangan meliputi :

10

Koesnadi:Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,2000

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

30

a. Wilayah sungai yang menjadi ke wenangan Pemerintah Propinsi Jawa

Timur;

b. Wilayah sungai yang menjad i kewenangan PERUM Jasa Tirta I.

Menurut Pasal 5 menyatakan bahwa:

(1) Setiap usaha per tambangan Bahan Galian Golongan C di wilayah sungai

dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari Gubernur.

(2) Izin Pertambangan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan untuk

kegiatan :

a. Eksploitasi;

b. Pengangkutan.

(3) Izin diberikan kepada Koperas i yang anggotanya berasal dari masyarakat

setempat, diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat setempat.

Pasal 6 menyatakan bahwa:

(1) Persyaratan untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (1) dila kukan dengan mengajukan:

a. permohonan tertulis kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk

dilengkapi dengan surat tanda penduduk, akte pendirian koperasi (copy) ,

peta lokasi yang dimohon, jenis alat angkutan hasil pertambangan;

b. kelengkapan lainnya yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur.

(2) Prosedur permohonan izin akan ditetapkan oleh Gubernur. Dok. Informasi

Hukum-JDIH/2006

(3) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diterbitkan setelah :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

31

a. mendapat pertimbangan dari Bupati/Walikota yang bersangkutan ;

mendapat rekomendasi teknis dari Dinas PU Pengairan atau Perum Jasa

Tirta I sesuai kewenangan masing-masing ;

b. mendapatkan rekomendasi layak lingkungan dari Bapedal.

Menurut Pasal 7 yaitu sebagai berikut:

(1) Usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

dilakukan dengan cara manual/tradisional dan tidak menggunakan alat-alat

mekanik.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

kegiatan pertambangan untuk kegiatan normalisasi pada sungai, kantong-

kantong pasir, kantong-kantong lahar yang karena sifat dan kondisiny a

harus dilakukan kegiatan pengambilan Bahan Galian Golongan C,

kegiatan penambangannya dapat menggu nakan alat-alat mekanik atau

alat-alat berat

(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh :

a. Pemerintah Propinsi, Badan, Dinas, Lembaga yang bertanggungjawab,

atas sungai atau tempat-tempat lainnya sesuai ketentuan yang berlaku ;

b. Badan Hukum/Perorangan yang telah mendapatkan Surat Izin

Pertambangan Daerah (SIPD) yang diterbitkan sebelum peraturan daerah

ini berlaku sampai dengan berakhirnya masa izin.

(4) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) huruf a dapat

pula dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga atau koperasi

yang telah mendapatkan izin sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

32

Pasal 8 menyatakan bahwa:

(1) Izin Pertambangan Daerah yang diberikan kepada Koperasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), dilaksanakan pada lokasi yang telah di

tetapkan dalam Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD).

(2) Masyarakat lain yang berasal dari luar wilayah dan telah melakukan

kegiatan penambangan di wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam

Pera turan Daerah ini , dapat melakukan kerjasama dengan koperasi

masyarakat setempat yang telah mendapatkan SIPD.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai

ketentuan yang berlaku.

Dalam Pasal 9 menyatakan bahwa:

Jangka waktu pelaksanaan izin penambangan, ditetapkan berdasarkan

perhitungan potensi Ba han Galian Golongan C, kondisi sungai dan kondisi

lingkungan, yang ditetapkan dalam SIPD berdasarkan atas saran teknis dari

Dinas PU Pengairan atau Perum Jasa Tirta I dan Bapedal.

Pasal 10 menyatakan:

(3) Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), berakhir dan tidak

berlaku lagi karena :

e. habis masa berlakunya ;

f. cadangan Bahan Galian Golong an C habis dan atau tidak layak lagi untuk

ditambang ;

g. dikembalikan oleh pemegang izin ;

h. pencabutan izin.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

33

(4) Untuk kepentingan Negara, kepentingan lingkungan dan kepentingan

masyarakat umum, Pemerintah Propinsi dapat menghentikan kegiatan usaha

pertambangan yang masih dalam masa izin dengan ketentuan :

a. memberitahukan terlebih dahulu rencana kegiatan tersebut;

b. memberikan ganti kerugian sesuai dengan kemampuan/ kewajaran ber

dasarkan kesepakatan yang ditetapkan.

(5) Apabila Izin telah berakhir sebag aimana dimaksud pada ayat (1), pemegang

izin harus melaksana kan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan dalam

izin.

D. Tinjaun Tentang Perusakan Lingkungan Sungai

Dibalik menggiurkannya bisnis penambangan pasir mekanis, terselip

ancaman bencana, terutama gangguan pada kelestarian ekosistem lingkungan

dan keberadaan bangunan di sekitarnya. Pengerukan pasir yang dilakukan

secara terus menerus dalam jangka waktu lama membuat tumpukan pasir

sungai terus berkurang, sehingga dasar sungai pun semakin dalam.

Berlimpahnya pasir mendorong para pelaku usaha untuk mendapatkan pasir

tersebut. Mengingat pasir sangat dibutuhkan untuk membangun rumah

maupun gedung-gedung yang lain. Penambang adalah warga lokal yang

memang sudah sejak lama bekerja menambang pasir di daerah tersebut dan

mereka bertempat tinggal tidak jauh dari sungai. Sedangkan pengepul pasir

sendiri berasal dari daerah lain yang datang menggunakan truk-truk besar

untuk megangkut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

34

Proses penambang pasir mulai mengambil pasir yang ada di sungai,

dahulu masih menggunakan cara yang sederhana, yaitu dengan cangkul dan

serok. Kegiatan ini menjadi mata pencaharian warga di sekitar sungai.

Kebanyakan dari mereka adalah penambang yang sudah melakukan pekerjaan

tersebut sejak lama. Seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan

kepentingan muncul cara penambangan pasir yang lebih modern, yaitu

menggunakan alat mekanik. Alat-alat yang lebih modern tentu akan

meningkatkan hasil dari penambangan, dan secara otomatis meningkatkan

penghasilan dalam rupiah. Hal ini berdampak negatif pula terhadap sungai

dan daratan di sekitarnya. Karena hasil yang didapat banyak tanpa

mengeluarkan tenaga yang cukup besar, mereka cenderung ingin memperoleh

lebih dan lebih banyak lagi. Akibatnya terjadi eksploitasi yang tidak

terkendali dan merusak lingkungan. Bahkan mereka sempat menggunakan

alat pengeruk pasir yang lebih modern, yaitu semacam alat berat. Namun

penggunaan alat tersebut memungkinkan terjadinya kesenjangan antar

penambang pasir, sehingga tidak digunakan lagi.

Proses pengangkutan dengan menggunakan kendaraan-kendaraan

yaitu milik pengepul atau pelaku usaha daerah lain. Kemungkinan kerja sama

mereka sudah terjalin sejak lama, antara penambang, sopir kendaraan, serta

pelaku usaha. Namun tidak jelas perjanjian seperti apa yang mereka buat dan

sepakati bersama. Hal ini terlihat ketika terjadi dampak dari akibat

penambangan pasir yang tidak kunjung diatasi dan diselesaikan. Masalah

yang muncul terus saja terjadi dan belum ada pemecahannya. Masyarakat lain

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

35

yang bukan penambang hanya menjadi pengamat dan ikut merasakan dampak

dari kegiatan yang mereka lakukan. Kegiatan penambangan yang dilakukan

pada awalnya tidak menimbulkan dampak terlalu besar, tetapi karena terlalu

lama hal ini dilakukan terus menerus, lama kelamaan menimbulkan dampak

yang besar. Hal ini terjadi karena kegiatan itu sendiri dilakukan tersu menerus

dengan skala yang bertambah setiap harinya.

E. Peran Pemda Dalam Penangulangan Kerusakan Lingkungan Sungai

Menurut Soekanto, 11

peranan adalah aspek yang dinamis dari

kedudukan seseorang dan karena kedudukan itu ia melakukan suatu tindakan

atau gerak perubahan yang dinamis dimana dari usaha itu diharapkan akan

tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut

dijalankan dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan, serta fasilitas yang

dimiliki karena kedudukannya”

a. Dengan adanya peranan ini menimbulkan konsekuensi tertentu yaitu

adanya suatu kewajiban yang harus dilaksanakan seseorang sesuai dengan

peranan atau status kedudukannya. Sedangkan jika peran dihubungkan

dengan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah posisi

terkait dengan tugas maupun kewajiban yang seharusnya pemerintah

lakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup agar mampu mengurangi

tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan.12

11

Dalam, Ima Maghfiro, M. Saleh Soeaidy, M.Rozikin. Analisis Peran Pemerintah Dalam

mengatasi Limbah Industri Pabrik Gula Tjoekir (Studi badan lingkungan hidup kabupaten

jombang) Jurnal Administrasi Publik (JAP,) Vol.1, No.3 h. 94-102 12

Ibid

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

36

b. Pemerintah dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Pusat yaitu Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945, beserta para Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non

Departemen. Sedangkan Pemerintah Daerah dalam Undang-Undang No.32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa Pemerintah

Daerah adalah Gubernur, Walikota, Bupati dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintah daerah. Pemerintah mengatur dan

mengurusi sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan.

c. Pemerintah sebagai lembaga tertinggi dalam suatu Negara berwenang

untuk mengatur ataupun mengendalikan apa saja yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, dan dalam Undang-undang

Dasar 1945 Amandemen I-IV dalam pasal 33 yang mengatur tentang

sumber-sumber Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

d. Dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup secara nasional

pemerintah bahkan mempunyai suatu wewenang berkaitan dengan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang membedakan

kewenangan berdasarkan, pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/ kota. Seperti diterangkan dalam Undang-undang no 32 tahun

2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 1

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

37

angka 38 menerangkan: “Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau

walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah

daerah”

e. Serta dalam Pasal 63 Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimuat dalam Bab

IX yang berkaitan dengan, tugas dan wewenang pemerintah dan

pemerintah daerah serta dalam bagian umum pada Undang-undang no 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup juga

menjelaskan terkait memberikan kewenangan yang luas kepada Menteri

untuk melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan

koordinasi dengan instansi lain. Melalui Undang-Undang ini juga,

Pemerintah memberi kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah

daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

f. Dari uraian wewenang yang dapat dirumuskan dalam Undang-undang

perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup di atas yang menyatakan

Pemerintah memberi kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah

daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

di daerah masing-masing. Serta negara, pemerintah, dan seluruh

pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

38

berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi

sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup

lain. Maka sudah sewajarnya pengelolaan dan perlindungan lingkungan

hidup harus dijalankan dengan suatu sistem pembangunan berkelanjutan

yang daya berfikirnya mengunakan pandangan pembangunan berwawasan

lingkungan.

g. Upaya pemerintah daerah dalam bentuk pembangunan berwawasan

lingkungan misalnya mempunyai pengertian pembangunan berwawasan

lingkungan tersebut memberikan gambaran bahwa minimal terdapat tiga

hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan berwawasan lingkungan

hidup yang berkelanjutan yaitu:

1. Pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana;

2. Pembangunan berkesinambungan sepanjang masa; dan

3. Peningkatan kualitas hidup generasi.

h. Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk dilakukan karena pada

dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah upaya yang dilakukan oleh

pemerintah untuk melakukan pengendalian, pemantauan, serta

pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam. Seperti diterangkan

dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

yang menjelaskan

i. “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang

memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam

strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

39

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa

kini dan generasi masa depan”

j. Didalam Pasal 9 Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan

dan pengelolaan Lingkungan Hidup juga menerangkan terkait Penyusunan

Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah suatu

contoh bahwa pemerintah ikut serta dalam pengelolaan lingkungan hidup,

Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup juga sebagai

tujuan untuk melakukan suatu kebijakan dalam pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Pemerintah Propinsi Jawa Timur Peraturan Daerah Propinsi Jawa

Timur Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Usaha Pertambangan

Bahan Galian Golongan C Pada Wilayah Sungai Di Propinsi Jawa Timur.

Menurut Pasal 2 Maksud dan Tujuan dari Pengendalian usaha pertambangan

Bahan Galian Golongan C dimaksudkan sebagai upaya pengendalian

pelaksanaan penambangan Bahan Galian Golongan C dalam rangka

pengamanan dan pelestarian sungai, sehingga fungsi sungai dapat bermanfaat

bagi kepentingan masyarakat. Pasal 3 menunjukkan bahwa pengendalian

usaha pertambangan Bahan Galian Golongan C sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, bertujuan untuk menertibkan penambangan dan memberikan

kesempatan kepada masyarakat di sekitar sungai untuk memanfaatkan Bahan

Galian Golongan C secara manual/tradisional, sehingga terwujud adanya rasa

memiliki, mengamankan, melestarikan sungai serta bangunan-bangunan

pengairan atau bangunan fasilitas umum lainnya agar terhindar dari kerusakan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sungai dan Jenis

40

akibat penambangan. Pasal 19 Sanksi Administrasi (1) Pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 10 ayat (3),

Pasal 11 ayat (2) dikenakan sanksi administrasi. (2) Sanksi adminisrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a.peringatan secara tertulis 1, 2

dan 3; b.penghentian sementara kegiatan pertambangan; c.pencabutan atas

izin13

13

Pemerintah Propinsi Jawa Timur Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2005

Tentang Pengendalian Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C Pada Wilayah Sungai di

Propinsi Jawa Timur