Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Guru
1. Definisi Peran Guru
Peran adalah pemain atau lakon yang dimainkan. Peranan merupakan
bagian yang mainkan seseorang pemain, tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa (Agustin: 485).
Peran merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya
sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan
dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan
kedudukannya dalam suatu sistem. Jadi peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Fadil dkk, 2013:
3)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
peran merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa. Peranan berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena
posisi yang diduduki tersebut.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
siswanya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga
6
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
7
pendidikan formal, tetapi bisa juga dimasjid, rumah dan sebagainya
(Djamrah, 2005: 31).
Menurut Al-Ghozali, guru adalah yang mengantarkan siswa dan
menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas
kemanusiannya dan tugas ketuhanannya. Tidak hanya menyampaikan materi
pelajaran saja tetapi, bertanggung jawab memberi wawasan kepada siswa
agar mengkaji, menggali ilmu pengetahuan dan menciptakan lingkungan
yang menarik dan menyenangkan (Rusin Ibnu, 2000: 64). Disini menjelaskan
tugas kemanusiaan dan tugas ketuhanan, berarti moralitas yang ingin di
bentuk oleh pendidikan, yaitu murid diharapkan menjadi manusia yang
memilki kesalihan sosial dan taan kepada Allah SWT. Karena guru adalah
panutan kepada muridnya, maka dari itu semua guru harus menunjukkan
akhlak mulianya dihadapan muridnya. Tentu tidak pantas seorang guru
melakukan tindakan yang di luar kewajaran susila dan norma sosial agama
yang diikuti.
Guru adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah (Sulhan, 2011: 2). Menjadi guru tidaklah tiba-tiba,
untuk menjadi guru proses telah dimulai sejak menekuni perkuliahan di
fakultas keguruan. dengan cara menempatkan situasi kondisi yang sesuai
dengan predikat keguruan, Berpakaian membiasakan bersikap, berfikir, dan
berbicara layaknya seorang guru butuh pembiasaan (Kartono, 2011 : 24).
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
8
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang
yang mendidik, memberikan ilmu pengetahuan, dan menghantarkan siswa
dan menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas-tugas
kemanusiannya dan tugas ketuhanannya.
Menurut Watten B. Yang dikutip oleh Piaet A. Sahertian peran guru
adalah sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat sebab dia nampak orang
yang berwibawa, sebagai penilai, sebagai seorang sumber karena dia
memberikan ilmu pengetahuan, sebagai pembantu, sebagai wasiat, sebagai
detektif, sebagai objek identifikasi, sebagai penyangga rasa takut, sebagai
orang yang menolong dan memahami diri, sebagai pemimpin kelompok,
sebagai orang tua atau wali, sebagai orang yang membina dan memberi
layanan, sebagai kawan sekerja dan sebagai pembawa rasa kasih sayang.
Menurut Al Ghazali dalam Nata (2001: 94) memaparkan peran guru
yaitu guru yang dapat mencontohkan sebuah metode keteladanan bagi
siswanya, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat keutamaan pada diri
mereka. Guru bertugas menghias, mensucikan dan menggiringnya mendekati
Allah dan guru adalah orang yang menerima amanat orang tua untuk
mendidik anak disekolah.
Adam dan Dickey dalam bukunya Hamalik (2007: 123-125),
menyebutkan bahwa peran guru sangat luas, yaitu:
a. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar yaitu guru memberikan pengajaran di
dalam kelas, dan menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
9
baik. Selain hal tersebut guru berusaha suapaya terjdai perubahan
perilaku, sikap, kebiasaan, melalui pengajaran yang diberikan.
b. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing yaitu guru memberikan bantuan kepada
murid agar dapat memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Karena sifatnya membantu, maka guru perlu mengetahui
seluk beluk tentang siswa.
Hal ini tidak akan terjadi jika guru tidak melakukan pengamatan
dan pendekatan terhadap siswanya. Pendapat penulisan ini dikuatkan oleh
pendapat Nana Syaoidah, yaitu guru perlu memliki pemahaman yang
seksama tentang para muridnya, memahami segala potensi, dan
kelemahannya, masalah, dan segala latar belakangnya. Agar tercapai
kondisi itu, guru perlu banyak mendekati para murid, membiana hubngan
yang lebih dekat dan akrab. melakukan pengamatan dari dekat, serta
mengadakan dialog-dialog langsung (Sukmawadinata, 2005: 254).
c. Guru sebagai ilmuwan
Hal ini guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Oleh
karena itu bukan saja berkewajiban untuk menyampaikan pengetahuan
saja tetapi juga mengembangkannya.
d. Guru sebagai pribadi
Guru sebagai pribadi yaitu guru yang memiliki sifat-sifat yang
disenangi oleh para murid-muridnya, orang tua dan masyarakat. Menurut
zakiyah Daradjat (2001: 263) guru memiliki kompetensi kepribadian:
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
10
1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari para murid.
2) Membina suasasna sosial ynag meliputi interaksi belajar mengajar
sehingga bersifat menunjang moral (batiniah) dan terciptanya satu
pemahaman dan kesamaan pikiran anatara guru dengan murid.
3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dengan murid.
e. Guru sebagai penghubung
Guru sebagai penghubung artinya berperan sebagai pelaksana
yang menghubungkan antara sekolah dan masyarakat (Hamalik, 2007:
126).
f. Guru sebagai motivator
Guru sebagai motivator artinya guru membangkitkan semangat
dan keasadaran siswa agar belajar tidak cukup di kelasa saja. Menurut
para ahli tingkah laku manusaia didorong oleh motif-motif tertentu, dan
perbuatan belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang
ada pada murid (Hamalik, 2007: 157). Kaitannya dalam mengembangkan
ibadah shalat berarti guru membangkitkan semanga siswa supaya rajin
dalam menjalankan ibadah.
Peran guru yaitu dapat mencontohkan sebuah metode keteladanan
bagi anak-anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat keutamaan
pada diri mereka dan juga guru berperan sebagai pengajar, sebagai
pembimbing, sebagai ilmuan, sebagai pribadi, sebagai penghubung dan
sebagai motivasi.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
11
2. Persyaratan Guru
Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang
dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar seluruh
hidup dan kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik
siswa menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab
atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara. (Djamrah,
2005 : 32)
Menjadi guru menurut Zakiah Daradjat dalam buku Djamarah tidak
sembarang, tetapi harus memenuhi persyaratan di bawah ini :
a. Takwa kepada Allah SWT
Guru sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik siswa agar bertakwa kepada Allah, jika dirinya sendiri tidak
bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi siswanya sebagaimana
Rasulullah saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana seorang guru
mampu memberi teladan yang baik kepada siswanya, sejauh itulah
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus
bangsa yang baik dan mulia.
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan.
Guru pun harus mempunyai ijazah agar diperbolehkan untuk
mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misal jumlah siswa sangat
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
12
meningkat, sedang jumlah guru dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang
untuk sementara, yaitu menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam
keadaan normal ada patokan bahwa semakin tinggi pendidikan guru semakin
baik pendidikan dan pada gilirannya semakin tinggi pula dearjat masyarakat.
c. Sehat jasmani
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengindap penyakit menular,
umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu,
guru berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens
sana in corpore sano’ , yang artinya dalam tubuh yang sehat terkadung jiwa
yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan,a akan
tetapi kesehatan badan sangat berpengaruh semangat bekerja. Guru yang
sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentu merugikan siswa.
d. Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak siswa. Guru harus
menjadi teladan, karena anak-anak bersifat meniru. Daintara tujuan
pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi siswa dan
ini hanya mungkin dapat dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.
Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.
Yang dimaksud akhlak mulia dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah akhlak
yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama,
Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai
jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua siswanya, berlaku
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
13
tenang dan sabar, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama
dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.
3. Tugas Guru
Tugas guru atau pendidik di dalam kesehariannya perlu mengadakan
pengamatan terhadap muridnya baik dalam kelas maupun di luar kelas,
seperti pembiasaan shalat berjamaah atau kegiatan sekolah lainnya. Sehingga
jabatan guru itu luas yaitu membina seluruh kemampuan dan sikap yang baik
kepada murid sesuai ajaran Islam. Dalam pembentukan akhlak mulia murid
tidak terbatas melalui pembinaan di kelas saja (Daradjat, 2001: 264). Dengan
pembiasaan maka sikap disiplin itu akan muncul.
Tugas guru merupakan suatu proses mendidik, mengajar, dan melatih
peserta didik. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup (afektif). Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi (kognitif). Adapun melatih berarti
mengembangkan ketrampilan para siswa (Psikomotor) (Sukadi, 2006 : 17).
Menurut Abdullah Ulwan dalam Buku Hery Noer Aly berpendapat
bahwa tugas guru adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan
emansiapasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua dan
sebagai salah satu pendidikan Islam, guru tidak hanya bertugas memberikan
pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan sinkron
dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada
umumya, yaitu memberi pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
14
Berkaitan dengan tugasnya, sebagaimana dikemukakan Abdurrahman
al-Nahlawi, guru hendaknya mencontoh peranan yang telah dilakukan para
nabi dan pengikutnya. Tusasnya, pertama-tama yaitu mengkaji dan
mengajarkan ilmu Iilahi, sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur’an Surat
Ali Ilmran ayat 79, yaitu :
Artinya : “ Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia
berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya”.
Allah swt juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok rasulullah saw.
Yaitu mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta mensucikan
mereka, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa mereka.
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seseorang Rasul dari
kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-
ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al
Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Eng kaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana”. (Q.S Al-Baqarah: 129).
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
15
Berdasarkan firman Allah diatas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa
tugas pokok guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Tugas Pensucian
Guru hendaknya menegmbangkan dan membersihkan peserta didik agar
dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan dari keburukan, dan
menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.
b. Tugas pengajaran
Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman
kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan
kehidupannya.
Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan
secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesioanal
sesuai dengan tununan masyarakat yang semakin berkembang dalam arti
khusus bahwa setiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa muridnya
pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Berkaitan dengan itu
maka sebenarnya guru memiliki peran yang kompleks di dalam proses belajar
mengajar dalam usahanya mengantarkan muridnya ke taraf yang dicita-
citakan. Guru juga bukan hanya sebagai pengajar saja tetapi guru juga harus
mampu menjadi seorang pembimbing, ilmuwan, penghungung dan motivator.
Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang melakukan
kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta
didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menjadi muslim yang
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
16
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.
B. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin
Pengertian disiplin menurut kamus besar bahasa indonesia (WJS
Purwodarminto, 1995: 99) berarti latihan watak dengan maksud agar
perbuatan selalu menaati ketentuan atau aturan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Ada beberapa tingkatan disiplin yaitu disiplin diri, disiplin sosial,
dan disiplin normal yang semuanya menunjukkan pada pengertian pada
ketaatan kepada aturan yang disertai oleh kesadaran yang tinggi terhadap
hukum-hukum, norma-norma dan kewajiban yang telah disepakati bersama.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin berarti
kepatuhan pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, perilaku terkontrol
karena pelatihan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 359).
Menurut Ali (2011: 266) disiplin adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki peserta didik di sekolah tanpa ada pelanggaran yang
merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta
didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Kedisiplinan sering dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan
seseorang dengan tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku.
Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia
sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Disiplin merupakan kesediaan
untuk mematuhi peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
17
patuh karena tekanan dari luar, melainkan kepatuhan didasari karena adanya
kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan dan larangan tersebut
(Semiawan, 2009: 93).
Kedisiplinan berarti kontrol terhadap kelakuan, baik oleh kekuasaan
luar maupun individu itu sendiri (Andi, 2003: 47). Dengan kata lain adalah
sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi peraturan yang berlaku
dengan penuh tanggung jawab. Kedisiplinan adalah tata tertib yang dibuat
dan dipatuhi bukan hanya untuk mendidik siswa saja tetapi sebagai
pengontrol.
Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan yaitu
ketaatan atau kepatuhan seseorang pada suatu peraturan-peraturan, kaidah-
kaidah yang telah ditetapkan tanpa atau kedisiplinan adalah tindakan yang
didasarkan pada tata tertib tertentu, yang membutuhkan kontrol baik dari luar
maupun dari dalam diri individu. Disiplin merupakan hal yang penting
terutama bagi orang-orang yang ingin mencapai suatu cita-cita. Orang yang
terbiasa disiplin akan mempunyai program harian atau aturan, dan
berkomitmen terhadap program yang telah dibuat tersebut. Jika belum
terbiasa disiplin maka akan terasa berat karena disiplin tidak mudah
melainkan melalui proses yang cukup panjang. Terlebih lagi dalam membina
kedisiplinan pada siswa seperti dalam meraih cita-cita, disiplin dalam belajar,
disiplin dalam beribadah maupun disiplin dalam amalan seahri-hari.
Kedisiplinan dapat dilatih dengan menekankan pada pikiran dan watak
untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan sebagainya.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
18
Latihan-latihan itu dalam rangka menghasilkan kebiasaan patuh dalam
menanamkan sifat-sifat kedisiplinan.
2. Tujuan Disiplin
Tujuan disiplin adalah untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih
cara-cara berperilaku yang legal dan beraturan tetapi tujuan disiplin yang
hakiki ialah untuk ketetapannya kemaun dan kegiatan yang berorientasi pada
masyarakat, yang menjamin keterpakaiannya dan mempercayai dalam
lingkungan hidup tertentu (Muh. Said, 2004: 84).
Tujuan disiplin Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 13) adalah
untuk memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang agar
mereka memperoleh kematangan dalam tingkah laku menuju kepada
kedewasaan, kebahagian, kehidupan, tentram dan damai, dengan demikian
akan dapat tercapai kematangan emosi kelak bila mereka telah mencapai
kedewasaan.
Menurut Syaiful Bahri, disiplin yang muncul karena kesabaran
disebabkan faktor seseorang dengan sadar, bahwa dengan disiplinlah dapat
kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplin di dapatkan keteraturan dalam
kehidupan, dengan disiplin dapat menghilangkan kekecewan orang lain,
dengan disiplin orang mengaguminya.
Disiplin yang muncul karena paksaan biasanya dilakukan dengan
terpaksa pula. Keterpaksaan karena takut akan dikenakan sanksi atau
hukuman akibat pelanggran terhadap peraturan. Ada pengawasan dari petugas
pemimpin timbul disiplin, tetapi tidak ada pengawas atau pemimpin
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
19
pelanggran itu dilakukan, maka disiplin yang terpaksa identik dengan
ketakutan kepada hukum, sedangkan didiplin karena kesadaran menjadikan
hukum sebagai alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk
menaatinya.
Dalam belajar disiplin sangat diperlukan, disiplin dapat melahirkan
semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu, dan masalah
semangat juga penting dalam belajar. Jika seseorang telah mempunyai
semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja, maka otomatis dia akan
dapat mengusir, menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai,
bosan, melamun, dan sebagainya. Disiplin adalah kekuatan yang tidak tampak
dan penyatuan antara kedisiplinan dan semangat melahirkan tenaga
pendorong dalam perwujudan kepada tata tertib, dengan gairah kerja yang
rela berkorban demi perjuangan dalam menggapai sebuah cita-cita yang
didamba (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 14)
Tujuan disiplin yaitu bukan untuk mengekang dan melarang
kebebasan melainkan untuk melatih kepatuhan dengan jalan melatih cara-cara
berperilaku serta untuk memberikan bantuan kepada seseorang atau
sekelompok orang agar mereka memperoleh kematangan dalam tingkah laku
menuju kepada kedewasaan, kebahagian, kehidupan, tentram dan damai.
3. Cara-cara Menanamkan Kedisiplinan
Ada beberapa langkah untuk mengembangkan disiplin yang baik
kepada siswa :
a. Perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur dalam
menentukan konsekuensi untuk aturan yang dilanggar.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
20
b. Mengajarkan siswa bagaimana mengikuti aturan.
c. Salah satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua
kejadian. Hal ini menuntut guru untuk dapat mempertahankan disiplin
dan komunikasi yang baik.
d. Merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul (Sri Esti
Wuryani Djiwandono 2002: 303).
4. Hal-hal yang Mempengaruhi Kedisiplinan
a. Faktor internal (faktor dari dalam)
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetik atau
bawaan. Faktor genetik maksudnya faktor yang berupa bawaan dari sejak
lahir dan merupakan keturunan dari salah satu dari kedua orang tuanya
atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya
(Sjarkawi, 2006: 19).
Oleh karena itu kita sering mendengar istilah “buah jatuh tidak
akan jauh dari pohonnya” misalnya sifat mudah marah yang dimiliki
seseorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya,
dan jika seorang pasangan ahli musik, maka anak-anak yang mereka
lahirkan akan menjadi pemusik pula. Jadi bawaan dan bakat orang tua
selalu berpengaruh terhadap perkembangan pada anak-anaknya.
b. Faktor Eksternal (Faktor dari luar)
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang
tersebut, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor lingkungan dan
pengalaman yang diterima sejak kecil, karena pada dasarnya faktor yang
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
21
mempengaruhi kedisiplinan erat sekali dalam penerimaan otoritas.
Otoritas yang baik didasarkan pada keahlian pengetahuan dan diatur
dalam suasana kasih sayang serta menghormati satu sama lain.
Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal
dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni
kelurga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media
audiovisual seperti TV dan CD, atau media cetak seperti koran, majalah,
dan alain sebagainya.
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan
berkembang akan sangat berpengaruh kepada kepribadian seorang anak.
Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya.
Menurut Muhammad Tholhah Hasan (2003: 154-155) ada
beberapa hal yang mempengaruhi disiplin moral antara lain :
a. Berkurangnya tokoh panutan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
menjadikan teladan dalam sikap dan perilakunya, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan sosialnya.
b. Dunia pendidikan kita memperhatiakn intelektualisasi nilai-nilai
agama dan moral namun mengesampingkan internalisasi nilai.
c. Melemahnya sanksi terhadap pelanggaran, baik yang berupa sanksi
moral, sanksi sosial, maupun sanksi judisial.
d. Pengaruh jelek dari kebiasaan dan kebudayaan luar yang dengan
leluasa masuk negara kita tanpa ada penyaringan.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
22
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati bagi pendidik
agar dapat memancing siswa timbul kesadaran disiplin yaitu dengan
keteladaan, memberi nasihat, pembiasaan, hukuman, dan hadiah.
a. Teladan
Teladan atau modeling dapat membantu anak untuk bersikap
disiplin, sebagaimana kita tahu bahwa anak adalah peniru terbesar di
dunia. Pendidikan dengan teladanan berarti pendidikan dengan
memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara, berfikir, dan
sebagainya.
Teladan merupakan salah satu metode yang paling tepat dan
berhasil guna, karena pada umumnya orang lebih mudah menangkap
yang konkrit daripada yang abstrak (Hery Noer Aly, 1999: 178).
b. Memberi Nasehat
Memberi nasehat berarti memberi penjelasan tentang
kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang
yang dinasehati dari bahaya serta menunjuk ke jalan yang
mendatangkan kebahagiaan dan manfaat (Herry Nur Aly, 1999: 191)
Nasehat merupakan salah satu metode penting dalam
pendidikan, dengan ini pendidikan dapat menanamkan pengaruh yang
baik ke dalam jiwa jika digunakan dengan cara yang dapat mengetuk
relung jiwa melalui pintu yang tepat. Dengan nasehat pula, anak didik
akan lebih taat dan patuh terhadap peraturan yang ada, sehingga anak
didik akan terarah pada kedisiplinan yang tinggi dan lebih baik.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
23
c. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang sangat
penting sekali, terutama bagi anak-anak, sebagai permulaan dan
pangkal pendidikan pembiasaan-pembiasaan yang merupakan alat
satu-satunya, kalau sejak dini anak sudah dilatih sengan kebiasaan-
kebiasaan dan perbuatan yang baik, menghargai waktu dan menaati
aturan-aturan yang ada maka setelah besar kebiasaan itu akan tetap
dilakukan baik yang ada di keluarga, sekolah maupun tempat lain.
Menanamkan kebiasaan pada anak adalah sulit dan kadang-kadang
memakan waktu yang relatif lama, tetapi segala sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan akan sulit pula untuk dirubah maka dari itu, lebih
baik menjaga anak supaya mempunyai kebiasaan yang baik dari pada
terlanjur memiliki kebiasaan yang tidak baik (M. Ngalim Purwanto
1994: 165).
Supaya pembiasaan itu lekas tercapai hasilnya ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi, yaitu mulai pembiasan itu sebelum
terlambat. Artinya sebelum anak mempunyai kebiasaan yang
berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. Kemudian
dilakukan dengan kontinue dan teratur sehingga akhirnya menjadi
kebisaan yang otomatis, unruk itu dibutuhkan pengawasan. Selain
secara kontinue juga konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendirian yang telah diambilnya. Dan pembiasaan yang
mula-mulanya mekanistis itu harus menjadi pembiasaan yang disertai
kata hati anak itu sendiri.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
24
Metode pembiasaan dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah juga merupakan kesempatan pertama yang sangat
baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua atau dengan kata
lain untuk memperbaiki pribadi anak yang telah terlanjur rusak karena
pendidikan dalam keluarga (Dzakiyah Dardjat, 1970: 57).
d. Metode Hukuman
Metode hukuman adalah penderitaan yang dibebankan atau
ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan
lainnya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, kesalahan (M.
Ngalim Purwanto, 1994: 197).
Metode hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan
dalam pendidikan guna mengembalikan perbuatan yang salah kepada
jalan yang benar, namun penggunaannya tidak boleh sewenag-
wenang, apabila anak remaja melakukan kesalahan maka dia diberi
ancaman bahkan hukuman untuk tidak mengulanginya lagi, dengan
metode ini pendidikan dalam membina kedisiplinan beribadah siswa
bisa berjalan dengan lancar.
e. Reward atau hadiah
Metode pemberian hadiah (reward) dikatakan sebagai
motivasi yaitu apabila hadiah tersebut disukai oleh anak sekalipun
kecil atau murah harganya. Menurut Indra Kusuma, reward
merupakan alat pendidikan yang represif yang menyenangkan hadiah
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
25
diberikan kepada anak yang telah menunjukkan hasil baik dalam
pendidikan (Indra Kusuma, 2001: 85). Hadiah diberikan atas
perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah dilakukan
(Ramayulis, 2008: 211).
Perilaku kedisiplinan dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri orang itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu
berasal dari luar atau dari lingkungan dimana orang itu tinggal. Hal
yang perlu dicermati oleh pendidik agar siswa terpancing untuk
disiplin yaitu dengan cara dengan keteladaan, memberi nasihat,
pembiasaan, hukuman, dan hadiah.
C. Ibadah Shalat
1. Ibadah
a. Definisi Ibadah
Ibn Taymiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan
ketundukan yang di dalamnya terdapat unsur cinta (al-hubb). Seseorang
belum dikatakan beribadah kepada Allah kecuali bila mencintai Allah lebih
dari cintanya kepada apapun dan siapapun juga. Ketaatan tanpa unsur cinta
maka tidak bisa diartikan sebagai ibadah dalam arti yang sebenarnya. Dari
sini pula dapat diartikan bahwa akhir dari perasaan cinta yang sangat tinggi
adalah penghambaan diri, sedangkan awalnya adalah ketergantungan.
(Jamaluddin Syakir, 2010: 43)
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
26
Ibadah berarti taat, tunduk, turut, menghambakan, mengikut, doa.
Bisa juga diartikan menyembah, sebagimana disebut dalamQ.S. al-Dzariyat
ayat 56, yang artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menenyembah-Ku”. (Thoha, 1999: 169)
b. Macam-macam Ibadah
1) Ibadah khusus (Khassah) yang disebut juga ibadah mahdah yaitu ibadah
yang ketentuan pelaksanaannya sudah pasti ditetapkan oleh Allah dan
dijelaskan oleh RasulNya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
2) Ibadah umum (ammah) atau yang disebut ghairu mahdah yaitu sebuah
perbuatan yang mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri dan orang lain,
dilaksanakan dengan niat ikhlas karena Allah, seperti belajar, mencari nafkah,
menolong orang susah dan sebagainya.
2. Shalat
a. Definisi Shalat
Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan
rukun yang telah ditentukan.
Shalat merupakan ibadah yang harus dikerjakan oleh semua orang
Islam, baik laki-laki maupun perempuan yang sudah mencapai usia baligh,
oleh karena itu melaksanakan shalat hukumnya adalah fardhu’ain, jadi orang
islam apabila sudah berusia baligh wajib hukumnya untuk melaksanakan
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
27
shalat dan apabila tidak melaksanakannya maka akan mendapatkan dosa atau
disiksa kelak di hari kiamat. http://pengertian-shalat.blogspot.co.id/ Diakses
pada tanggal 05 Agustus 2016 pukul 10.20
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan shalat merupakan suatu
bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. shalat hukumnya adalah
fardhu’ain, jadi orang islam apabila sudah berusia baligh wajib hukumnya
untuk melaksanakan shalat dan apabila tidak melaksanakannya maka akan
mendapatkan dosa atau disiksa kelak di hari kiamat.
Salah satu ibadah yang sangat penting di dalam islam, yang
diwajibkan oleh Allah kepada setiap mukmin adalah shalat. Tetapi banyak
umat Islam yang meremehkan urusan shalat ini. Seperti kita lihat ketika
dalam perjalanan jarak jauh, baik dengan kereta api maupun bis umum,
banyak umat islam yang tidak menjalankan ibadah shalat. Demikian juga
shalat jum’at, umat Islam baik yang bekerja di pabrik maupun di kantor-
kantor, banyak yang tidak melaksanakan shalat jum’at. Padahal shalat adalah
perkara yang sangat agung dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Banyak
dalil dan bukti yang menegaskan bahwa shalat adalah ibadah yang sangat
penting dan agung, diantaranya :
1) Karena shalat adalah ibadah yang yang perintahnya langsung diturunkan
oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT, tanpa perantaraan malaikat
Jibril. Dalam peristiwa yang di kenal dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
menerima perintah langsung dari Allah.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
28
2) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat adalah
ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dalam keadaan apapun dan dengan
alasan apapun. Orang hanya oleh berhenti shalat ketika ia sudah dishalati
atau sudah mati. Karena itu orang yang sakit dan tidak bisa berdiri, dia
boleh shalat dengan duduk. Apabila tidak bisa dengan duduk, maka boleh
shalat dengan berbaring. Bila tidak bisa dengan berbaring, maka ia boleh
shalat dengan isyarat. Kalau seseorang tidak boleh terkena air, maka boleh
mengganti wudhunya dengan tayammum. Bila tidak bisa tayammum sendiri
maka, boleh ditayammumi oleh orang lain.
3) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena merupakan
ikatan janji kepada Allah. Shalat adalah ibadah yang apabila ditinggalkan
mempunyai konsekuensi dan sangsi yang sangat besar. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya janji antara kami dan mereka adalah shalat. Barang siapa
meninggalkan makadia telah kafir.”(HR. Ibnu Majah).
4) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung, sehingga semua Nabi
dan Rasul diperintahkan oleh Allah untuk mendirikan shalat.
5) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena baik buruknya
shalat menjadi barometer baik buruknya amal yang lain. Apabila seseorang
terbiasa meninggalkan shalat, yang berarti nilai shalatnya adalah rusak dan
jelek. Maka, dengan demikian seluruh amalnya akan rusak dan jelek.
Termasuk didalamnya adalah orang yang rajin shalat tetapi tidak memenuhi
syarat dan rukunnya sehingga batal dan tidak sah shalatnya. Maka orang ini
amal-amalnya yang lain juga akan rusak. Sebaliknya, apabila nilai shalatnya
baik dan diterima akan berfungsi sebagai kontrol dari berbagai perbuatan
buruk dan maksiat.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
29
6) Shalat adalah ibadah yang sangat penting dan agung karena shalat adalah
mi’raj seorang mukminin kepada Allah. Shalat adalah kesempatan bagi
hamba menghadap kepada Allah secara langsung dan segala jiwa dan
raganya, untuk menyembah-Nya, untuk memohon pertolongan dan untuk
dihindarkan dari bencana. Shalat adalah munajat kepada Allah di dunia
untuk kelak bisa berdekatan dengan-Nya diakhirat. Ssat shalat adalah saat
dan keadaan terbaik dan terindah bagi manusia, karena dia menghadap
kepada Tuhannya.
Shalat mempunyai kedudukan yang utama diantara ibadah-ibadah
yang lain, tetapi akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan
secara berjama’ah, baik dirumah, mushola, ataupun masjid. Shalat jama’ah
mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat perorangan
ditambah dua puluh tujuh derajat. Sebagaimana diriwayatkan Umar, bahwa
Rasulullah saw bersabda: “Dari ibnu Umar sesungguhnya nabi bersabda
“Shalat jama’ah itu lebih baik dari pada shalat sendirian dengan selisih
dua puluh tujuh derajat.”
Karena selain mendapat pahala yang berlipat ganda, shalat
berjama’ah juga akan menumbuhhkan rasa kebersamaan yang kuat,
seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain. Banyak umat Islam
yang menganggap remeh urusan shalat berjama’ah. Kenyataan ini bisa kita
lihat di sekitar kita dengan perkataan ‘Masih bagus mau shalat, dari pada
tidak mau shalat’, sehingga tidak berjama’ah pun sudah dianggap sudah
menjadi muslim yang layak mendapatkan surga dan ridha Allah. Padahal
Rasulullah dan para sahabat tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
30
kecuali jika ada halangan yang syar’i. Ketika Rasulullah sakit beliau tetap
melaksanakan shalat berjama’ah di masjid sebagai imam hingga sakitnya
semakin parah beliau memerintahkan kepada abu bakar untuk mengimami
shalat berjama’ah.
Shalat berjama’ah sudah ditentukan waktunya. Waktunya sudah
ditandai dengan adzan yang berkumandang. Saat itulah dilaksanakan.
Amalan siang tidak akan diterima waktu malam dan amalan malam tidak
akan diterima waktu siang adalah waktu shalat. Jelasnya, dalam hal ini
seseorang harus disiplin dalam shalatnya, bahwa tidak ada alasan bagi
seseorang untuk meninggalkan shalat karena kesibukan, yaitu dengan
mengakhirakan shalat atau seseorang mengganti, memajukan atau
mengundurkan waktu pelaksanaanya. Ketika sudah waktunya mereka harus
bergegas untuk menjalankannya.
b. Keutamaan Shalat
1) Shalat merupakan tiang agama
Kedudukan shalat lima waktu dalam agama ini adalah ibarat tiang
penopang dari suatu kubah atau kemah. Tiang penopang yang dimaksud di
sini adalah tiang utama. Artinya jika tiang utama ini roboh, maka tentu suatu
kubah atau kemah akan roboh.
Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Artinya : “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya
(penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
31
Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini hasan)
Dalam hadits ini disebut bahwa shalat dalam agama Islam adalah sebagai
tiang penopang yang menegakan kemah. Kemah tersebut bisa roboh
(ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, bisa ambruk
dengan hilangnya shalat. Demikianlah cara berdalil Imam Ahmad dengan
hadits ini.
Dari ‘Abdullah bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
Artinya :“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, naik haji ke Baitullah -bagi yang
mampu, berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan
Muslim no. 16)
Faedah yang bisa kita tarik dari hadits di atas:
a) Dikatakan dalam hadits ini bahwa islam adalah seperti kubah yang
dibangun di atas lima tiang penopang (rukun). Apabila tiang penopang
kubah yang terbesar tersebut roboh, maka robohlah kubah Islam.
b) Dalam hadits ini juga disebutkan bahwa rukun-rukun Islam adalah
tiang-tiang penopang suatu kubah (bukan tiang biasa). Di situ ada dua
kalimat syahadat. Kedua kalimat tersebut adalah rukun. Di situ juga ada
shalat dan zakat yang masing-masing sebagai rukun. Lalu bagaimana
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
32
mungkin kubah Islam tetap berdiri jika salah satu dari tiang penopang
kubah sudah tidak ada, walaupun rukun yang lain masih ada?
c) Rukun atau tiang Islam tadi dimasukkan dalam nama Islam. Artinya,
jika hilang sebagian rukun, maka hilanglah nama Islam. Lebih-lebih ini
disebut rukun atau tiang penopang, bukan seperti bagian lainnya. Ada
tiang yang jadi bukan jadi jadi tiang penopang, ada kayu dan baut bata,
yang kesemuanya tidaklah seperti rukun yang dimaksud di sini.
https://rumaysho.com/5911-shalat-adalah-tiang-agama.html, Diakses pada
tanggal 10 agustus 2016 pukul 04.10
2) Shalat sebagai barometer baik buruknya amalan yang lain
Yang dimaksud dengan shalat sebagai barometer dari amalan shalat
seseorang yaitu karena shalat merupaka tiangnya/pondasi agama.
analoginya, sama halnya seperti rumah yang jika dibangun tanpa pondasi
maka genteng tidak akan berada di atas sebagai peneduh dan pelindung
ketika hujan dan panas. dalam pelaksaan shalat, bisa dilihat. bagi seseorang
yang melaksanakan dengan khusyu dan tepat waktu, maka baiklah
agamanya dan baik pula lah akhlaknya.
3) Shalat adalah ibadah yang perintahnya langsung diturunkan oleh Nabi
Muhammad SAW dari Allah SWT, tanpa perantara malaikat Jibril.
Shalat lima waktu merupakan ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan
kepada Nabi-Nya Saw secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda
halnya dengan kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
33
malaikat. Shalat lima waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban
lainnya diwajibkan di bumi.
4) Shalat membedakan orang Islam dengan orang kafir.
Nabi Muhammad Saw. jauh telah mengatakan yang membedakan
antara orang islam dan kafir adalah shalat, berarti siapa yang yang shalat
berarti dia islam dan siapa yang tidak mau shalat berarti dia itu telah kafir.
Maka orang kafir itu janganlah mengharapkan surga, karena surga
itu tempatnya untuk orang yang bertaqwa, dan orang bertaqwa itu diperintah
untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan
tentunya untuk bisa tahu perintah dan larangan-Nya kita harus mengikuti
ajaran Nabi Muhammad Saw yang telah diutus oleh Alloh untuk segenap
manusia,dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw adalah islam.
Sedangkan islam itu kata Nabi muhammad Saw. Adalah bersaksi bahwa
tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji bila mampu, dan
berpuasa dibulan ramadhan (HR. Muslim).
https://eryas.com/Keutamaan%20Shalat.html. Diakses pada tanggal 11
Agustus 2016 pukul 13.00
c. Fungsi dan Hikmah Shalat
Di antara fungsi dan hikmah salat adalah :
1) Untuk mengingat Allah. Inilah fungsi shalat yang utama yaitu sebagai sarana
dzikrullah (mengingat Allah) dan media khusus untuk menyembah hanya
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
34
kepada Allah semata. Orang yang memfungsikan shalatnya sebagai sarana
untuk mengingat Allah, akan mendapatkan ketentraman hati.
Tidak mungkin orang bisa mendapatkan ketenangan dan ke-khusuan
dalam mengingat Allah tanpa mengenal baik siapa Allah (ma’arifatullah)
yang disembahnya. Dengan kata lain, kekhusuan salat seseorang sangat
bergantung pada sejauh mana orang tersebut mengenal Allah SWT. Orang
yang mengenal Allah dengan baik, akan mampu merasakan kehadiran dan
pengawasan Allah dalam ibadahnya kemudian mendorongnya untuk selalu
bersikap dan berperilaku terbaik/al-ihsani.
2) Shalat yang dilakukan secara intensif akan mendidik dan melatih seseorang
menjadi tenang dalam menghadapi kesusahan dan tidak bersikap kikir saat
mendapat nikamat dari Allah SWT.
3) Mencegah perbuatan keji dan munkar. Firman Allah SWT salam surat Al-
Ankabut/29 : 45.
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Shalat yang dilakukan sesuai dengan fungsi utamanya yaitu
dzikrullah (mengingat Allah), dia jaga kualitas dan intensitas shalatnya
sesuai tuntunan Allah melalui Rasul-Nya Maka mesti memiliki kualitas
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
35
dan pengaruh yang sangat kuat dalam mencegah seseorang terhadap
perbuatan keji dan munkar.
4) Shalat dan sabar juga berfungsi sebagai penolong bagi orang yang beriman.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar”.
d. Kesempurnaan Shalat
Menurut Ahamdi (2008: 151) Shalat merupakan rukun Islam yang
kedua. Shalat dapat dinilai apabila memenuhi syarat dan rukun-rukunnya.
Kewajiban melaksanakan shalat sebagaimana halnya dengan melaksanakan
kewajiban lainnya, menurut syariat islam ditentukan bagi seseorang yang
telah dipandang sebagai subyek hukum atau mukallaf (kewajiban untuk
melaksanakan peraturan-peraturan Allah) yaitu apabila :
a. Ajaran Islam telah sampai kepadanya.
b. Berakal (sehat, tidak gila atau dalam keadaan tidak sadar, dan
sebagainaya).
c. Baligh yang ciri-cirinya antara lain sudah 15 tahun, pernah mimpi
bersetubuh, sudah menikah dan menstruasi bagi wanita.
Adapun syarat-syarat shalat yang mesti dipatuhi oleh seseorang
yang akan melakukannya ialah :
a. Waktunya sudah tiba.
b. Menghadap kiblat.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
36
c. Menutup aurat dengan jalan: untuk pria yang menutup badan yang
terletak antara pusat dan lutut. Untuk wanita menutup seluruh anggota
badan kecuali muka dan telapak tangan. Berpakaian yang rapi, berlaku
baik untuk pria maupun wanita.
d. Dalam keadaan suci atau bersih diri.
Kesempurnaan Shalat itu hendaknya harus dilakukan dengan:
a. Ikhlas yaitu dilaksanakan hanya untuk mencari ridha Allah SWT.
b. Khusyu’ yaitu melaksanakan dengan sungguh-sungguh dan berusaha
untuk mengoksentrasikan diri hanya ingat kepada Allah melalui makna
bacaan-bacaan shalat.
c. Khusus untuk melaksanakan shalat fardu, disamping hal-hal diatas juga
dianjurkan untuk melaksanakannya di masjid, pada awal waktu dan
berjamaah. (Ahmadi, 2008: 156).
3. Dasar Kedisiplinan Dalam Melaksanakan Shalat
Dasar kedisiplinan dalam melaksanakan shalat sudah dijelaskan oleh
Allah dalam Al-quran surat An-Nisa ayat 103, yang berbunyi :
Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian
apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa
: 103).
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
37
http://ardy-aditya.heck.in/manfaat-keistimewaan-sholat-5-waktu.xhtml
Diakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 17.20
Dari penjelasan ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa shalat
merupakan latihan bagi pembinaan disiplin pribadi, ketaatan melaksanakan
shalat pada waktunya menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus
menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukannya.
Dengan demikian, siswa dilatih untuk mengamalkan ibadah shalat di
rumah maupun di luar rumah khususnya di lingkungan sekolah. Dengan
terbiasanya anak didik dilatih untuk mengamalkan shalat diharapkan anak
tersebut akan terbentuk suatu kedisiplinan shalat yang akan mengarah pada
kedisiplinan yang lain dalam kehidupannya.
Dengan menanamkan kepada anak untuk selalu membiasakan diri
untuk berdisiplin maka individu tersebut akan menjadi manusia yang
berkepribadian muslim yakni beriman teguh, beramal saleh, berakhlak mulia,
berguna bagi masyarakat, agama dan negara.
Dalam kaitan di atas, penerapan disiplin dalam kehidupan sehari-hari
berawal dari disiplin pribadi dan disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yang
melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang timbul adalah karena kesadaran.
Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal
yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan,
yang tak sepatutnya dilakukan. Memahami pendapat ini, bagi seorang yang
taat beribadah, yang menempatkan disiplin dalam setiap sikap dan tingkah
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
38
lakunya, begitu waktu shalat berjama‟ah, ia akan segera tergugah hatinya
untuk melaksanakan shalat, karena dalam islam melaksanakan shalat
berjama‟ah pahalanya lebih dari 27 derajat dan merupakan suatu perintah
yang dianjurkan.
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan
dimanapun seseorang berada disana selalu ada disiplin. Jadi, manusia
mustahil hidup tanpa disiplin. Demikian pula di sekolah, ada peraturan dan
tata tertib yang melatih, mendidik, dan mengatur kehidupan siswa. Disiplin
akan mendorong, memotivasi dan memaksa siswa bersaing meraih prestasi.
Oleh karena itu, disiplin perlu dikembangkan dan diterapkan di sekolah.
Dari berbagai uraian diatas, kita tahu bahwa penerapan disiplin yang
mantap dalam kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi. Dan
disiplin pribadi bisa dibentuk melalui pembiasaan melaksanakan shalat yang
selanjutnya ditransformasikan kepada siswa dalam disiplin belajar. Dengan
disiplin belajar yang diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen di
sekolah akan mengantarkan siswa sukses dalam belajar.
D. Penelitian Terdahulu
Pada Skripsi Irma Muspidawati dengan Judul : “Peran Guru dalam
Menanamkan Kesadaran Shalat Fardhu Pada Siswa II Sekolah Dasar Al Irsyad
Al Islamiyyah 02 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/2011”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam
menanamkan keasadaran beribadah shalat fardhu pada siswa kelas II sekolah
dasar Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto, mengetahui faktor-faktor
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
39
pendukung dan penghambat yang mempengaruhi keberhasilan dalam
menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran beribadah shalat fardhu pada siswa.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sedangkan metode yang
digunakan adalah metode observasi, wawacara, dan dokumentasi. Setelah data
terkumpul dianalisis dianalisis dengan metode induktif dan deduktif. Sumber data
dari penelitian ini adalah hasil wawancara dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Bidang Kurikulum dan Kesiswaan, Penanggung jawab Biah Islamiyyah
dan empat orang tua Wali Kelas II. Adapun penelitian ini dilaksanakan di
semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah empat
orang wali kelas II sekolah dasar Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto,
sedangkan obyek penelitian ini adalah peran dan aktivitas guru dalam
menanamkan kesadaran beribadah shalat fardhu pada siswa kelas II Sekolah
dasar Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menanamkan
keasadaran beribadah shalat siswa adalah sebagai berikut: (1) Sebagai Pengajar
(2) Sebagai Pembimbing (3) sebagai motivator dalam bentuk taushiyyah, reward,
dan punishment yang sesuai dengan kaakter siswa (4) Sebagai Penghubung (5)
Sebagai Ilmuwan.
Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada variabel penelitiannya.
Sedangkan persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode
penelitian kualitatif dan metode analisis datanya menggunakan metode indukitif.
Pada Skripsi Miftahul Janna dengan judul: Peran Guru Pkn dalam
Meningkatkan Disiplin Siswa SMA N 1 Rawalo. Penelitian ini menggunakan
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016
40
metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, metode
pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan angket,
sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian
data, dan verification.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran guru Pkn dalam
meningkatkan disiplin siswa SMA N 1 Rawalo sebagai pembimbing, contoh atau
teladan, pengawas dan pengendali sudah berjalan dengan baik, walaupun masih
banyak kendala baik dari internal maupun eksternal.
Peran guru Pkn dalam meningkatkan disiplin siswa yaitu dengan cara
memberikan keteladanan yang baik, memberikan penilaian afektif kepada siswa.
Kesisiplinan siswa SMA N 1 rawalo secara umum sudah baik. Ketidakdisiplinan
yang terjadi masih dalam taraf wajar seperti keterlambatan, ketidakhadiran tanpa
keterangan, tidak mengerjakan tugas, dan pelanggran terhadap atribut sekolah.
Perbedaan pada penelitian ini pada metode analisi datanya, didalam
penelitian karya Miftahul Jannah ini menggunakan metode analisi datanya
menggunakan reduksi data, penyajian data dan verification Sedangkan yang akan
peneliti lakukan adalah dengan menggunakan metode analisis data induktif.
Persamaan pada penelitian ini yaitu pada metode penelitian ini sama-sama
menggunakan metode penelitan deskriptif kualitatif.
Peran Guru Dalam..., Ely Listati, Fakultas Agama Islam UMP, 2016