26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai srategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini serta sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB) yang dikelola dan diselenggarakan dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian status kesehatan yang baik (Dep Kes, 1998). Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader posyandu terlatih di bidang Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (DepKes, 2000). 1. Tujuan Posyandu Tujuan posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

  • Upload
    ledien

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan

kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai

srategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini serta sebagai

pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga

berencana (KB) yang dikelola dan diselenggarakan dengan dukungan teknis

dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian status kesehatan yang baik

(Dep Kes, 1998).

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari,

oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat,

dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120

kepala keluarga) yang disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan

setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader posyandu

terlatih di bidang Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan mempercepat

penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (DepKes,

2000).

1. Tujuan Posyandu

Tujuan posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian ibu dan

anak, dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu, meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan

kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

sehat, adanya pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada

penduduk berdasarkan letak geografi serta meningkatkan dan pembinaan

peran serta masyarakat dalam rangka usaha-usaha kesehatan sekolah.

2. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia

1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Wanita Usia Subur (WUS).

Sedangkan untuk kegiatan posyandu dalam pelaksanaan kegiatan

posyandu berupa kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB),

imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan

penyediaan obat essensial

3. Peran Posyandu

Peran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama

pada masyarakat yang mengindikasikan perubahan kebijakan penanganan

tersebut. Peran posyandu di desa sangat signifikan dalam memantau

masalah kesehatan di daerah setempat, menurunkan masalah kesehatan

yang dihadapi masyarakat. Kinerja sebuah Posyandu lebih relevan untuk

mengatasi masalah kesehatan pada balita misal Kurang Energi Protein

(KEP), ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang dapat dengan

mudah ditemukan di Posyandu. Pemanfaatan meja penyuluhan tidak

dimanfaatkan oleh ibu balita misalnya pada saat balita sakit biasanya

langsung diperiksakan ke bidan setempat, pada ibu hamil lebih sering

kontrol keadaan kehamilannya pada bidan dengan alasan jika ke Posyandu

terlama menunggu, masih kurangnya masyarakat berobat untuk ke

10

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

Posyandu yang akibatnya pemanfaatan meja penyuluhan menjadi tidak

berjalan (DepKes, 1998).

4. Jenis Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida

Posyandu) yaitu untuk kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB),

Immunisasi, peningkatan kesehatan, Penanggulangan diare. Untuk tujuh

kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan anak,

Keluarga Berencana (KB), Immunisasi, peningkatan kesehatan,

Penanggulangan diare, sanitasi dasar serta penyediaan obat essensial.

Pembentukan kegiatan Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada

yang diselenggarakan oleh pelaksana kegiatan yaitu anggota masyarakat

yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan

Puskesmas, dan penggelola Posyandu yaitu pengurus yang dibentuk oleh

ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan

informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

5. Revitalisasi Posyandu

Revitalisasi posyandu akan dilakukan oleh pemerintah yang dijadikan

sebagai garda terdepan untuk menangani masalah kesehatan yang banyak

terjadi sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh tingkat ekonomi yang rata-

rata sangat rendah serta kebiasaan keluarga dalam hal kesehatan. Program

revitalisasi posyandu mutlak dilakukan, namun kader dan instansi terkait

perlu diberikan sebuah pemahaman baru dengan sebuah pendekatan hak

yaitu hak anak dan perempuan. Idealnya apabila ada tidak bisa berjalan

11

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

dengan baik, Posyandu pada akhirnya dapat dibangun dengan prinsip

kebersamaan dan partisipasi yang adil dan setara (equal participation),

keterbukaan (transparency), pertanggungjawaban (accountability) dan

kelestarian program (sustainability). Bukan tidak mungkin pada akhirnya

Posyandu akan dapat menemukan nilai-nilai baru yang pada akhirnya

dapat digunakan (rules in-use) yang mereka gunakan untuk acuan

bertindak (Ostrom 1992), sebagai contoh karena Posyandu adalah wadah

yang paling depan di masyarakat dengan anak sebagai kelompok

sasarannya pada akhirnya dapat suatu menjadi rujukan bagi berbagai

upaya pemenuhan hak anak dan perempuan (Fadila, 2005).

Hal diatas dapat disimpulkan bahwa untuk merealisasi Posyandu

maka masyarakat harus mendukung peran pemerintah dengan cara

meningkatkan kesadaran untuk kunjungan ke Posyandu terutama

pemanfaatan meja penyuluhan dalam upaya meningkatkan status

kesehatan balita, ibu hamil. Keluarga yang mengetahui masalah kesehatan

pada anggota keluarga harus segera mengambil langkah-langkah untuk

mengatasinya dengan memanfaatkan meja penyuluhan agar dapat

mendapatkan penyuluhan sesuai dengan keadaan penyakitnya.

B. Kader Kesehatan

Kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat untuk

menjadi penyelenggara Posyandu. Gunawan memberikan batasan tentang

kader kesehatan antara lain dinamakan promotor kesehatan desa (prokes)

adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas

12

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

mengembangkan masyarakat. Menurut Depkes RI memberikan batasan kader

adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat

dan dapat bekerja secara sukarela (DepKes,1998).

Kader posyandu sebagai kader kesehatan harus peka terhadap

permasalahan yang ada di lingkungan, sehingga apabila ada permasalahan

yang berkaitan dengan kesehatan sigap dalam menangganinya. Di lapangan

sebenarnya sangat sulit untuk mencari kader kesehatan karena biasanya ada

larangan dari suami, ingin mengurus anak dan keluarga, ataupun karena tidak

ada honor untuk biaya transportasi keliling desa. Oleh sebab itu pemerintah

lewat kepala desa akan mengeluarkan surat keputusan untuk kader dalam hal

pemenuhan kesejahteraan, sehingga mereka bisa mendapatkan honor dan

seragam, walaupun honornya kecil yaitu sebesar Rp 23.350 per bulan (Wijaya,

2006).

Tugas kader kesehatan yaitu dengan menggalakkan partisipasi setempat

dalam program-program tertentu, mengumpulkan, mencatat, dan mengolah

data sederhana, pelayanan langsung, serta kegiatan penyuluhan dan

pendidikan (DepKes,1998) Sedangkan manfaat bagi kader kesehatan di dalam

kegiatan Posyandu yaitu sebagai status karena partisipasi dalam program

kemasyarakatan yang berprioritas tinggi, serta sebagai penghargaan tinggi

yang diberikan oleh pihak pemerintah misalnya kader mendapatkan pergantian

biaya atau honorarium, kader kesehatan mendapatkan tambahan pengetahuan,

ketrampilan, dan rasa percaya diri dalam menjalankan tugas-tugasnya

(DepKes, 1998).

13

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

1. Tugas kader dengan tugas pelayanan 5 meja meliputi:

a. Meja-1: Mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada

KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS, mendaftar ibu hamil

yaitu menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil dan

wanita usia subur.

b. Meja-2: Penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan pada

secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS, penimbangan ibu hamil.

c. Meja-3: Pengisian KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan

balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut

d. Meja-4: Terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

1) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data

kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada

ibu dari anak yang bersangkutan.

2) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada

data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah

yang dialami sasaran.

3) Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan untuk balita,

ibu hamil dan menyusui dengan langkah yaitu dimana balita yang

apabila berat badannya dibawah garis merah (BGM) pada KMS 2

kali berturut-turut berat badanya tidak naik, kelihatan sakit (lesu,

kurus, busung lapar), ibu hamil atau menyusui apabila keadaan

kurus, pucat, bengkak kaki, pusing, perdarahan, sesak nafas,

gondokan, dan orang sakit.

14

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

4) Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader

posyandu misalnya dalam pemberian pil tambah darah (pil besi),

Vitamin A, oralit.

e. Meja-5: Merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya

dilakukan oleh petugas kesehatan, Pusat Layanan Keluarga

Berencana (PLKB), Pusat Program Layanan (PPL). Pelayanan

yang diberikan yaitu pelayanan imunisasi, pemeriksaan kehamilan,

pelayanan keluarga berencana (KB) berupa IUD dan suntikan,

pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, pemberian tablet zat besi

(Fe), vitamin A.

2. Saran-Saran untuk Kader

Beberapa kesulitan yang dihadapi kader pada masing-masing meja sebagai

berikut:

a. Di meja-1: Balita biasanya tidak sabar menunggu giliran apabila

peserta yang datang banyak

b. Di meja -2: Bayi atau balita biasanya menangis apabila ditimbang

c. Di meja-3: Kader seringkali kerepotan mencatat hasil penimbangan ke

dalam KMS apabila pesertanya banyak

d. Di meja-4: Penyuluhan merupakan proses yang paling sulit karena

kader harus melayani penyuluhan perorangan secara bergantian

sedangkan ibu-ibu dan balita biasanya tidak sabar menunggu dan ingin

segera pulang.

e. Di meja-5: Terkadang petugas kesehatan tidak datang untuk

15

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

melakukan pemeriksaan kesehatan.

Saran-saran untuk kader dengan kegiatan 5 meja berjalan baik

dimana selama menunggu, berikan makanan PMT kepada balita supaya

mereka bisa menunggu dengan tenang atau berikan alat mainan, para kader

sebaiknya mengusahakan agar penimbangan seperti kegiatan bermain yang

gembira sehingga balita tidak takut, seorang kader Posyandu sebaiknya

saling membantu apabila tugas mejanya sudah selesai, laksanakan program

Posyandu dengan disiplin waktu, tidak perlu menunggu ibu-ibu yang

terlambat.

Peningkatan kualitas kemampuan dan keterampilan kader Posyandu

dimana dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kader

Posyandu yang terdapat pengelolaan dalam pelayanan Posyandu dengan

tiga model yaitu melakukan pelatihan-pelatihan kader Posyandu,

peningkatan pemenuhan kelengkapan sarana, alat dan obat, misalnya

kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet tambah darah, peningkatan kemitraan

dan pemberdayaan masyarakat untuk kesinambungan kegiatan Posyandu,

meningkatkan fungsi pendamping dan kualitas Posyandu (DepKes, 1999).

C. Pemanfaatan Posyandu

Peran Posyandu dan kinerja Posyandu sebagai unit pemantau tumbuh

kembang anak akhir-akhir ini melemah ditambah lagi pemanfaatan Posyandu

yang kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kualitas kader

Posyandu serta belum optimalnya pembinaan dari instansi lintas sektoral.

16

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

Rendahnya pemanfaatan Posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar

keluarga bagi masyarakat dikarenakan kegiatan utama Posyandu baru terpusat

pada kegiatan bulanan (satu bulan sekali) dan kegiatan diluar hari H belum

optimal, sehingga perubahan permintaan masyarakat terhadap pelayanan

Posyandu tidak dapat terpenuhi. Adapun kegiatan Posyandu yaitu dengan

melakukan surveilans oleh masyarakat dalam rangka deteksi dini balita, ibu

hamil, dan Wanita Usia Subur (WUS) dengan masalah kesehatan yang

dianjurkan untuk kunjungan ke Polindes/PKD/PUSTU/PUSKESMAS (Abdul

Wahid, 2006).

Kegiatan penyuluhan dalam Posyandu merupakan kegiatan yang berisi

program yang memantau keadaan anak, ibu hamil atau Wanita Usia Subur

(WUS) yang mengalami permasalah masalah kesehatan dimana petugas

posyandu wajib memberikan pemeriksaan dan selanjutnya memberikan

penyuluhan. Namun kebiasaan penyuluhan ini sebenarnya tidak termasuk

dalam program Posyandu yang justru dilaksanakan, sehingga ramai dikunjungi

yaitu berupa perawatan kuratif yang dilaksanakan oleh paramedis dari

puskesmas setempat dengan biaya yang disesuaikan dengan kemampuan

pasien, yang pada akhirnya Posyandu lebih sebagai tempat masyarakat

mencari pengobatan.

Pola diatas awalnya hanya dilakukan pada tempat-tempat yang sangat

terpencil, namun pada akhirnya ada semacam persepsi bahwa inilah bentuk

peningkatan Posyandu. Bila dilihat lebih jauh ada banyak hal yang kita

dapatkan selain daya tarik Posyandu sebagai perawatan kuratif, tetapi

17

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

beberapa di antaranya Posyandu hanya dilihat sebagai sebuah rutinitas biasa,

Posyandu hanya menjadi urusan dari kelompok sasaran yaitu ibu hamil, bayi

dan balita, sistem deteksi dini tidak berjalan, sebagai pusat informasi yang

diperoleh tidak digunakan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, kasus

busung lapar yang dengan sangat cepat langsung menjadi KLB, padahal

tentunya kasus ini tidak serta merta terjadi, komunikasi hanya terbatas pada

para kader kesehatan dengan ketua tim penggerak PKK, antara para ibu dan

para petugas kesehatan pada tingkat puskesmas (DepKes, 1998).

Dalam keterbatasannya, kader yang memang cukup letih berjuang

sendiri kadang salah berkomunikasi. Tenaga medis akan selalu berlindung di

balik alasan kekurangan tenaga dan fungsi mereka hanya pelayanan, bukan

sebagai penggerak masyarakat. Apabila mengalami hambatan komunikasi

bukannya mencari alternatif lain. Dengan hilangnya BKKBN di daerah

mempunyai masalah tersendiri karena tidak ada lagi instansi yang memiliki

lini sampai di tingkat desa selain tingkat kesehatan. Adapun dampak dari

kurangnya pemanfaatan meja penyuluhan akan muncul permasalahan yang

secara tidak langsung pada seorang anak, dimana apa yang seharusnya

diperoleh sebagai haknya selain mendeteksi secara dini gangguan pada

pertumbuhan dan perkembangan balita terabaikan yaitu hak hidup, hak

tumbuh kembang dan hak perlindungan, kehadiran ibu menyusui, ibu hamil

untuk memperoleh pelayanan tablet tambah darah, penimbangan berat badan

dan penyuluhan kesehatan tidak diperolehnya sehingga berdampak pada

kondisi kesehatannya, upaya menuju persalinan selamat pun menjadi hal yang

18

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

sulit, yang berakibat oleh masyarakat Posyandu pun semakin dilihat sebagai

sebuah rutinitas biasa yang kalau pun dijalankan tergantung waktu luang

karena tidak memberikan sebuah pengaruh yang signifikan dan pada akhirnya

tinggallah perempuan sendiri yang berkutat dengan permasalahan kesehatan

keluarga dan para kader pun akan kehilangan motivasi kerja dan dalam

keterbatasannya kader Posyandu yang memang cukup letih berjuang sendiri

kadang salah berkomunikasi, serta muncul suatu perdebatan tentang siapa

yang benar, tenaga yang terbatas, topografi yang sulit dan masyarakat yang

malas akan selalu muncul antara instansi termasuk TP PKK, dinas kesehatan,

BPMD, pemerintah desa dan masyarakat.

Dari dampak diatas maka akhirnya akan muncul kalimat bahwa

Posyandu adalah milik masyarakat dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat.

Namun karena ini menyangkut permasalahan kesehatan dan sudah ada salah

kaprah dan terlanjur mengidentikkan perawatan kuratif sebagai bagian dari

upaya peningkatan Posyandu, masyarakat pun dengan serta merta akan

menuding dinas kesehatanlah yang layak untuk dipersalahkan yang telah

terjadi.

Penyebab timbulnya masalah kurangnya pemanfaatan Posyandu secara

keseluruhan yaitu selain karena pembentukannya tidak partisipatif kadang

hubungan tugas antara kepala desa atau lurah beserta isteri mereka yang

sebagai ketua tim penggerak PKK berlangsung secara otoriter dan tidak

demokratis, muncul suatu Pemahaman masyarakat yang bias gender, melihat

permasalahan anak adalah urusan perempuan sendiri yang tidak mampu

19

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya tentang hak reproduksinya,

karena masalah kesehatan reproduksi akan tetap hanya menjadi urusan

perempuan, mereka saling lempar tugas dan tanggung jawab dari instansi

terkait yang fungsinya adalah pembina, minimnya pemahaman masyarakat

(termasuk instansi pemerintah) tentang hak dan tanggung jawabnya, Posyandu

dilihat hanya sebatas permasalahan kesehatan (Depkes, 2000).

D. Perilaku (Practice)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati

secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut

Notoatmodjo (2003) perilaku terdiri dari:

1. Persepsi (perception) adalah mengenal atau memilih berbagai obyek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil yang merupakan praktek

tingkat pertama, misalnya kader kesehatan dapat memanfaatkan meja

penyuluhan dengan baik.

2. Respon terpimpin (Guided Respons) adalah dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang

merupakan indicator praktek tingkat dua misalnya seorang kader

kesehatan dapat melaksanakan meja penyuluhan sesuai dengan program

di meja penyuluhan.

3. Mekanisme (mechanisme) adalah seseorang telah dapat sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

dapat mencapai praktek tingkat tiga, misalnya kader kesehatan sudah

20

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

lancar dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan baik

dan benar

4. Adaptasi (adaptation) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan misalnya kader kesehatan dapat

melakukan penyuluhan sesuai berdasarkan masalah kesehatan yang

dihadapi masyarakat yang berkunjung ke Posyandu.

Pengukuran suatu perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu

dengan melakukan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan. pengukuran secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan

atau kegiatan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi

karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia

dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari

aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi

perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, serta sikap (Notoatmodjo,

2003). Dalam pemanfaatan meja penyuluhan khususnya ibu-ibu yang

mempunyai balita terkadang tidak mau berkunjung ke Posyandu dengan

alasan ketiadaan waktu, terlalu lama antri, balita kadang menangis saat

ditimbang, dengan keadaan ini menimbulkan rasa keenganan untuk

21

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

memanfaatkan posyandu teritama di mejapenyuluhan.

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku

kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lawrence Green

ada tiga teori sebagai penyebab masalah kesehatan yaitu:

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesesorang, antara

lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. dimana

pengetahuan ibu tentang manfaat Posyandu baik, maka pemanfaatan posyandu

akan baik pula.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors) adalah faktor-faktor ysng

memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor

pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan. dimana sebuah Posyandu yang masih minim fasilitas kesehatan

membuat masyarakat dalam memeriksakan kesehatan atau melakukan

pengobatan terkadang lebih memanfaatkan petugas kesehatan setempat

daripada memanfaatkan Posyandu.

3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada kader kesehatan dalam

memanfaatkan meja penyuluhan di posyandu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari

adanya pengalaman seseorang serta faktor-faktor dari luar (lingkungan), baik

fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui,

22

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak,

yang akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

Gambar.l. Skema Perilaku

(Sumber Lawrence Green, dalam Notoatmodjo, 2003)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Memanfaatkan Meja

Penyuluhan oleh kader kesehatan (Posyandu)

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan

dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang

mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada kader Posyandu

berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap keaktifan seorang kader

Posyandu dalam memanfaatkan kegiatan di Posyandu, dimana semakin tua

umur seorang kader Posyandu maka kesiapan kader Posyandu dalam

memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja penyuluhan

dapat berjalan dengan baik, lebih berpengalaman, karena umur seseorang

sedemikian besarnya akan mempengaruhi kinerja, karena semakin lanjut

umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih

bermoral, lebih berbakti daripada usia muda (Notoatmodjo, 2003).

23

Eksternal a. Pengalaman b. Fasilitas c. Sosio-budaya

Internal a. Persepsi b. Pengetahuan c. Keyakinan d. Motivasi e. Niat f. Sikap

Respons Perilaku

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang posyandu dengan

baik sesuai dengan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga

pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap dengan

manfaat posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja penyuluhan

(Siswono, 2005).

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

pengertian tentang pemanfaatan meja penyuluhan, kesadarannya terhadap

program posyandu yang dilakuan bagi keluarga, masyarakat. Tingkat

pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap

dan memakai pengetahuan khususnya tentang pemanfaatan meja

penyuluhan. Tingkat pendidikan kader kesehatan yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang

pemanfaatan meja penyuluhan menjadi terhambat atau terbatas (Suhardjo,

2005).

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih

rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan

kader Posyandu merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap

kegiatan pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga sikap hidup dan perilaku

yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah. Semakin

24

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal

tersebut tidak hanya akibat kesadaran kader kesehatan yang terbatas tetapi

tetapi juga karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum

tercukupi (Rawadi dalam Suharjo 2005). Adapun pendidikan dibagi

menjadi dua, yaitu pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh

seseorang di rumah, di lingkungan sekolah, tetapi juga dapat di dalam

kelas, pendidikan formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu, seperti yang terdapat di sekolah atau universitas.

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan

sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada

peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu masalah pada pemanfaatan

meja penyuluhan, karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi

kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu

para kader untuk aktif pada pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak ada

waktu kader mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.

Kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan meja penyuluhan (DepKes, 2002).

4. Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang dinilai dengan

sejumlah beras. Tingkat Pendapatan biasanya berupa uang yang

mempengaruhi dalam pemanfaatan meja penyuluhan. Pendapatan yang

25

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

cukup dapat memperoleh kualitas makanan yang sesuai dengan

pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga dapat dikatakan ada hubungan

yang erat antara pendapatan dengan pemanfaatan meja penyuluhan

(Berg,1986). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu :

a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana hanya ayah

yang mencari nafkah tentu berbeda besar pendapatannya dengan keluarga

yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah atau ibu atau anggota

keluarga yang lain.

b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang misalnya pekerjaan

di luar usaha tani sangat menentukan besar kecilnya pendapatan dalam

suatu keluarga. Bila keluarga yang pekerjaan utama kepala keluarga

bersawah ia juga sebagai makelar hasil-hasil pertanian, pamong desa dan

lain-lain.

c. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh

kesempatan kerja. Seseorang yang pendidikan tinggi akan mendapat

kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan

dengan seseorang yang pendidikannya rendah. Pekerjaan yang layak

tersebut akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang

pendidikan rendah (Berg, 1986).

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi dalam pemanfaatan meja

penyuluhan yang selanjutnya berperan dalam kesehatan masyarakat. Bagi

mereka yang berpendapatan sangat rendah dalam pemanfaatan meja

penyuluhan tidak akan berjalan lancar, sebaliknya apabila tingkat

26

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

pendapatan meningkat dalam pemanfaatan meja penyuluhan akan lancar

(Handajani, 1984).

5. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu

perilaku didalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2002). Tingkat

pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat

membentuk sikap positif terhadap program Posyandu khususnya

pemanfaatan meja penyuluhan Pada gilirannya akan mendorong seseorang

untuk aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa pengetahuan

maka para kader kesehatan sulit dalam menanamkan kebiasan

pemanfaatan meja penyuluhan untuk kegiatan program Posyandu

selanjutnya.

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting

dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena kurang percaya

dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu

dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari

(Khumaidi,1994). Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka

akan semakin baik pemanfaatan meja penyuluhan. Orang dengan

pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada rasa

percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan

meja penyuluhan (Sediaoetama, 1999).

6. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek,

27

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak

dapat langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap merupakan reaksi yang tertutup, bukan reaksi terbuka atau

tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk

bereaksi atau berespon terhadap objek atau stimulus. Sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu sikap pada diri individu belum

tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata, diperlukan faktor pendukung

dan fasilitas (Sunaryo, 2004).

Menurut Mar’at (1995), sikap terbagi 3 komponen yang membentuk

struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perceptual)

Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal tentang

bagaimana individu mempersiapkan terhadap objek sikap, dengan apa

yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan,

pikiran, pengalaman pribadi.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Kemampuan ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu

atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif.

28

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

c. Komponen konatif (komponen perilaku)

Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Pada penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Dimana dari ketiga komponen tersebut

tidak berdiri sendiri, tetapi menunjukkan manusia yang merupakan suatu

sistem kognitif, yang berarti bahwa yang dipikirkan seseorang tidak akan

terlepas dari perasaannya (Mar’at,1995).

Pengetahuan dan perasaan merupakan bagian dari sikap yang akan

menghasilkan tingkah laku tertentu. Komponen afeksi yang memiliki

penilaian emosional yang dapat bersifat positif atau negatif. Maka akan

terjadi kecenderungan untuk bertingkah laku hati-hati.

Sikap terdiri atas berbagai tingkat, yaitu menerima (receiving),

memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab

(responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau,

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Memberi respon

(responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai indikasi dari sikap.

Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung

jawab (responsible) berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 1997). Menurut

29

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

Sunaryo (2004), ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor

penentu) sikap individu yaitu:

a. Faktor fisiologis adalah Faktor yang penting : umur dan kesehatan

yang menentukan sikap individu.

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap: pengalaman

langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh

terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut.

c. Faktor kerangka acuan: kerangka acuan yang tidak sesuai dengan

objek sikap, dan menimbulkan sikap yang negative terhadap objek

sikap tersebut

d. Faktor komunikasi sosial: Informasi yang diterima individu akan dapat

menyebabkan perubahan sikap pada individu tersebut.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan dibentuk

berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu

dalam hubungan dengan objek. Faktor yang berasal dari dalam maupun

dari luar individu, yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu.

Faktor dari dalam individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman

langsung dari individu. Sedangkan faktor dari luar individu antara lain

informasi, kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi penentu

sikap individu terhadap objek atau stimulus.

30

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan pengubahan sikap yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu, dimana individu menerima,

mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta

menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Faktor

individu merupakan faktor penentu dalam pembentukan sikap. Faktor

intern menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu

pada saat sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor

psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan haus (faktor fisiologis).

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk

membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat langsung,

misal individu dengan individu atau dengan kelompok, dapat juga

bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti alat

komunikasi dan media massa, misalnya pengalaman yang diperoleh

individu, situasi yang dihadapi individu, norma masyarakat, hambatan,

serta pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.

Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat

untuk itu, sehingga dapat dipelajari. Sikap tidak dibawa sejak lahir,

tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu

sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai

mahluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi

31

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

manusia satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari

luar individu yaitu pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma

dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu.

Manusia sebagai mahluk individual, sehingga apa yang datang dari

dalam dirinya (internal), akan mempengaruhi pembentukan sikap.

Faktor yang berasal dari dalam individu yaitu fisiologis, psikologis,

dan motif yang ada dalam diri individu. Sikap ini dapat bersifat positif

dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan

tindakan adalah mendukung atau memihak (favorable), sedangkan

dalam sikap negatif kecenderungan untuk tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Purwanto, 1999).

32

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

F. Kerangka Teori

(Sumber: Lawrence Green (1988) dalam Notoatmodjo (2003) yang dimodifikasi)

G. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

33

Perilaku Pemanfaatan Meja

penyuluhan

Pranikah

Faktor Prediposisi

1. Tingkat Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai 6. Motivasi

Faktor Penguat

1. Sikap Petugas kesehatan

2. Perilaku

Karakteristik 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan

Perilaku dalam Pemanfaatan Meja

penyuluhan

Karakteristik Kader 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Pengetahuan 6. Sikap

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandudigilib.unimus.ac.id/files/disk1/7/2260-3-bab2.pdfPeran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang

H. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan perilaku pemanfaatan meja

penyuluhan oleh kader kesehatan di Posyandu di Kecamatan Kesesi.

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku pemanfaatan meja

penyuluhan oleh kader Posyandu di Kecamatan Kesesi.

3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku pemanfaatan meja

penyuluhan oleh kader Posyandu di Kecamatan Kesesi

4. Ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku pemanfaatan meja

penyuluhan oleh kader Posyandu di Kecamatan Kesesi.

5. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

pemanfaatan meja penyuluhan oleh kader Posyandu di Kecamatan

Kesesi.

6. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemanfaatan meja

penyuluhan oleh kader Posyandu di Kecamatan Kesesi.

34