26
6 Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014). Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009). Jadi, lansia adalah seseorang yang usianya sudah atau lebih dari 60 tahun. 2. Klasifikasi Lansia Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah: a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun b. Lansia (elderly) 60-74 tahun c. Lansia tua (old) 75-90 tahun d. Lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

6

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang

telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).

Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

Jadi, lansia adalah seseorang yang usianya sudah atau lebih

dari 60 tahun.

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah:

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

b. Lansia (elderly) 60-74 tahun

c. Lansia tua (old) 75-90 tahun

d. Lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

7

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3. Perubahan Pada Lansia

a. Perubahan Organ pada Lansia

Menurut Dewi (2014) perubahan fisik yang terjadi pada lansia

meliputi:

1) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler

akibat proses menua diantaranya menurunnya kekuatan

otot jantung, katup jantung mengalami penebalan dan

menjadi lebih kaku, dan nodus sinoatrial yang

bertanggung jawab terhadap kelistrikan jantung menjadi

kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dan impuls

yang dihasilkan menjadi melemah. Pada pembuluh darah

dinding arteri menjadi kurang elastis, dinding kapiler

menebal sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran

antara nutrisi dan zat sisa metabolisme antara sel dan

darah, dinding pembuluh darah yang semakin kaku juga

akan meningkatkan tekanan darah sistolik maupun

diastolik. Selain pada pembuluh darah volume darah juga

menurun sejalan penurunan volume cairan tubuh akibat

proses menua, aktivitas sumsum tulang mengalami

penurunan sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah

merah, kadar hematokrit dan kadar hemoglobin, kontraksi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

8

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

jantung melemah, volume darah yang dipompa menurun,

dan cardiac output mengalami penurunan sekitar 1% per

tahun dari volume cardiac output orang dewasa normal

sebesar 5 liter

2) Sitem Pernafasan

Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan

akibat proses menua diantaranya cavum thorak menjadi

kaku seiring dengan proses klasifikasi kartilago, vertebrae

thorakalis mengalami pemendekan, dan osteoporosis

menyebabkan postur bungkuk yang akan menurunkan

ekspansi paru dan membatasi perbatasan thorak, otot

abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik

inspirasi maupun ekspirasi, perubahan intrapulmonal, daya

reocoil paru semakin menurun seiring pertambahan usia,

alveoli melar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun

jumlahnya konstan, jumlah alveoli yang berfungsi

menurun secara keseluruhan, dan peningkatan membran

ketebalan alveoli – kapiler menurunkan area permukaan

fungsional untuk terjadinya pertukaran gas

3) Sistem Muskuloskeletal

Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur,

penurunan rentang gerak, dan gerakan yang melamabat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

9

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Perubahan ini merupakan contoh dari banyaknya

karakteristik normal lansia yang berhubungan dengan

proses menua seperti penurunan massa tulang

menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah, columna

vertebralis mengalami kompresi sehingga menyebabkan

penurunan tiggi badan, regenerasi jaringan otot berjalan

lambat dan massa otot berkurang, otot lengan dan betis

mengecil dan bergelamber, seiring dengan inaktivitas otot

kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya. Pada sendi juga

terjadi keterbatasan rentang gerak, kartilago menipis

sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan mengalami

inflamasi.

4) Sistem integumen

Perubahan yang terjadi pada kulit merupakan

perubahan yang menjadi simbol terjadinya proses

penuaan. Perubahan akibat proses menua pada sistem

integumen seperti elastisitas kulit menurun, sehingga kulit

berkerut dan kering, kulit menipis sehingga fungsi kulit

sebagai pelindung bagi pembuluh darah yang terletak di

bawahnya berkurang, lemak subkutan menipis,

penumpukan melanosit menyebabkan terbentuknya

pigmentasi yang dikenal sebagai “aged proses”.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

10

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

5) Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal

akibat proses menua diantaranya reabsorbsi tulang bagian

rahang dapat menyebabkan tanggalnya gigi sehingga

menurunkan kemampuan mengunyah, lansia yang

mengenakan gigi palsu harus mengecek ketepatan

posisinya, reflek telan melemah sehingga meningkatkan

resiko aspirasi, melemahnya otot halus sehingga

memperlambat waktu pengosongan, penurunan sekresi

asam lambung menyebabkan gangguan absorbsi besi,

vitamin B, dan protein, peristaltik menurun, melemahnya

peristaltik usus menyebabkan inkompetensi pengosongan

bowel.

6) Sistem Genitourinaria

Perubahan akibat proses menua pada sistem

genitourinaria yaitu aliran darah ke ginjal menurun karena

penurunan kardiak output dan laju filtrasi glomerulus

menurun, terjadi gangguan dalam kemampuan

mengkonsentrasikan urine, tonus otot menghilang dan

terjadi gangguan pengosongan kandung kemih, penurunan

kapasitas kandung kemih, pada pria, dapat terjadi

peningkatan frekuensi miksi akibat pembesaran prostat,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

11

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

pada wanita, peningkatan frekuensi miksi dapat terjadi

akibat melemahnya otot perineal.

Pada reproduksi wanita terjadi atropi vulva,

penurunan jumlah rambut pubis, sekresi vagina menurun,

dinding, vagina menjadi tipis dan kurang elastis. Pada

reproduksi pria ukuran testis mengecil dan ukuran prostas

membesar.

7) Perubahan Sistem Persarafan

Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan

akibat proses menua adalah terjadi penurunan jumlah

neuron di otak dan batang otak, sintesa dan metabolisme

neuron berkurang, massa otat berkurang secara progresif,

pada pergerakan sensasi kinestetik berkurang, gangguan

keseimbangan, penurunan reaction time. Kualitas tidur

juga terganggu seperti dapat terjadi insomnia dan mudah

terbangun di malam hari, tidur dalam (tahap IV) dan tidur

REM berkurang.

8) Sistem Sensori

Perubahan akibat proses menua pada sistem sensori

adalah diantaranya pada penglihatan terjadi penurunan

kemampuan memfokuskan objek dekat, terjadi

peningkatan densitas lensa, dan akumulasi lemak di

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

12

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

sekitar iris, menimbulkan adanya cincin kuning keabu-

abuan, produksi air mata menurun, penurunan ukuran

pupil dan penurunan sensitivitas pada cahaya, kemampuan

melihat di malam hari menurun, iris kehilangan pigmen

sehingga bola mata berwarna biru muda atau keabu-abuan.

Pada pendengaran menurunnya kemampuan untuk

mendengarkan suara berfrekuensi tinggi, serumen

mengandung banyak keratin sehingga mengeras. Pada

perasa terjadi penurunan kemampuan untuk merasakan

rasa pahit, asin, dan asam. Dan pada peraba terjadi

penurunan kemampuan untuk merasakan nyeri ringan dan

perubahan suhu.

b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental

adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan, dan

kenangan. Kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan

jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu)

mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek

atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan

buruk.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

13

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

c. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial terjadi terutama setelah

seseorang menglami pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang

akan terjadi pada masa pensiun.

a) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income)

berkurang.

b) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi

yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.

c) Kehilangan teman atau relasi. 4.Kehilangan pekerjaan

atau kegiatan.

d) Merasakan atau kesadaran akan kematian.

2. Tirah Baring

a. Tujuan Tirah Baring

Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

bebas yang disebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu

atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry, 2006).

Menurut Perry dan Potter (2006) tujuan umum tirah baring adalah :

1) Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk

tubuh.

2) Mengurangi nyeri.

3) Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat dan

mengembaikan kekuatan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

14

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

4) Memberi kesempatan pada klien yang letih untuk

beristirahat tanpa gangguan.

b. Dampak Tirah Baring

Dampak tirah baring menurut Asmadi (2008) sebagai berikut:

1) Perubahan Metabolisme

Perubahan mobilisasi akan mempengaruhi metabolisme

endokrin, resorpsi kalsium dan fungsi gastrointestinal. Sistem

endokrin menghasilkan hormon, mempertahankan dan

meregulasi fungsi vital seperti: berespon pada stres dan cedera,

pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan

lingkungan internal, produksi pembentukan dan penyimpanan

energi.

Imobilisasi mengganggu fungsi metabolisme normal

seperti: menurunkan laju metabolisme, mengganggu

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan menyebabkan

gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan peristaltik

berkurang.

2) Perubahan Pernafasan

Kurangnya pergerakan dan latihan akan menyebabkan

klie memiliki komplikasi pernafasan. Komplikasi pernafasan

yang paling umum adalah atelektasis (kolapsnya alveoli) dan

pneumonia hipostatik (inflamasi pada paru akibat statis atau

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

15

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

bertumpuknya sekret). Menurunnya oksigenasi dan

penyembuhan yang alami dapat meningkatkan

ketidaknyamanan klien.

3) Sistem Integumen

Imobilisasi yang lama dapat menyebabkan kerusakan

integritas kulit, seperti abrasi dan dikubitus. Hal tersebut

disebabkan oleh karena pada imobilisasi terjadi gesekan,

tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain, dan

penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehingga

terjadi iskemia pada jaringan yang tertekan. Kondisi yang ada

dapat diperburuk lagi dengan adanya infeksi, trauma,

kegemukan, berkeringat, dan nutrisi yang buruk.

Selain itu, sirkulasi darah yang lambat mengakibatkan

kebutuhan oksigen dan nutrisi pada area yang tertekan

menurun sehingga laju metabolisme jaringan menurun. Bila

berlangsung terus-menerus, dapat mengakibatkan terjadinya

atrofi otot dan perubahan turgor kulit.

4) Sistem Kardiovaskuler

Dampak imobilisasi terhadap sistem kardiovaskuler di

antaranya adalah sebagai berikut:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

16

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

a) Penurunan kardiak reserve

Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau

sistem adrenergik lebih besar dari pada sistem

kolinergik atau sistem adrenergik lebih besar dari pada

sistem kolinergik atau sistem vegal. Hal ini

menyebabkan peningkatan denyut jantung.

Konsekuensi dari peningkatan denyut jantung

menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan

terjadi penurunan kapasitas jantung untukmerespon

terhadap kebutuhan metabolisme tubuh.

b) Peningkatan beban kerja jantung

Pada kondisi tirah baring yang lama, jantung bekerja

ebih keras dan kurang efisien, disertai curah kardiak

yang turun selanjutnya akan menurunkan efisiensi

jantung dan meningkatkan beban kerja jantung.

c) Hipotensi ortostatik

Hipotensi ortostatik merupakan manifestasi umum yang

terjadi pada kardiovaskuler sebagai akibat dari tirah

baring yang lama.

5) Perubahan Muskuloskeletal

Dampak imobilisasipada sistem muskuloskeletal adalah

gangguan permanen atau temporer atau ketidakmampuan yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

17

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

permanen. Pembatasan mobilisasi terkadang menyebabkan

kehilangan daya tahan, kekuatan dan masa otot, serta

menurunnya stabilitas dan keseimbangan. Dampak pembatasan

mobilisasi adalah gangguan metabolisme kalsium dan

gangguan sendi.

Karena pemecahan protein, klien kehilangan masa

tubuh yang tidak berlemak. Masa otot berkurang tidak stabil

untuk mempertahankan aktivitas tanpa meningkatnya

kelemahan. Jika mobilisasi terjadi dan klien tidak melakukan

latihan, kehilangan masa otot akan terus terjadi. Kelemahan

otot juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lansia lama

sering menyebabkan atrofi angguran, dimana atrofi anggurang

adalah respon yang dapat diobservasi sehari-hari. Dan

imobilisasi kehilagan daya tahan, menurunnya masa dan

kekuatan otot, dan instabilitas sendi menyebabkan klien

berisiko mengalami cidera. Hal ini dapat terjadi dalam

beberapa hari tirah baring, dapat kehilangan hingga kelemahan

otot perifer 25% dalam waktu 4 hari dan kehilangan 18% berat

badannya. Hilangnya masa otot-otot rangka sangat tinggi

dalam 2-3 minggu pertama imobilisasi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

18

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

3. Pohon Masalah

Lansia

Sistem

kardiovaskuler

Tirah baring

Atrofi

serabut otot

Kaku Kehilangan kepadatan

(density) atau menurun

kepadatan tulang

Otot Sendi Tulang

Sistem

genitourinaria

Sistem

persyarafan

Sistem

pengaturan suhu

Sistem

penglihatan

Sitem

gastrointestina

l

Sistem

pendengaran

Perubahan

fisik

Perubahan

Fisiologi

Sistem

muskulo

skeletal

Mobilitas

terbatas

Defisit

perawatan diri

:mandi

Risiko kerusakan

integritas

jaringan

Hambatan

mobilitas

fisik

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

19

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

4. Kekuatan Otot

a. Pengertian Kekuatan Otot

Kekuatan otot merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot

yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang

maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal penting untuk setiap

orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan

akan kehilangan kira-kira 3-5% jaringan otot total per dekade.

Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya

usia. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan, yaitu

: penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh,

hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh,

perubahan postur (Utomo, 2010).

Kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara kualitas

maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk

melakukan kontraksi (Watters & Bhattacharya, 2009). Kekuatan otot

adalah kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal

maupun beban internal (Irfan, 2010).

Jadi, kekuatan otot adalah kemampuan otot berkontraksi untuk

menahan beban.

b. Skala Kekuatan Otot

Dalam Kozier, et al (1995), kekuatan otot dinyatakan dengan

menggunakan angka 0-5 yaitu:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

20

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Tabel 2.1 Skala Kekuatan Otot

Skala Karakteristik

0 Tidak ada gerakan otot sama sekali

1 Ada kontraksi saat palpasi tetapi tidak ada gerakan

yang terlihat

2 Ada gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi

3 Dapat bergerak melawan gravitasi

4 Dapat bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi

masih lemah

5 Dapat bergerak dan melawan tahanan pemeriksa

dengan kekuatan penuh

c. Cara Mengukur Kekuatan Otot dengan Menggunakan MMT

Saat mengukur kekuatan otot, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu (Pudjiastuti dan Utomo, 2003):

1) Posisikan lansia sedemikian rupa sehingga otot mudah

berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang

dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan

mudah diobservasi.

2) Bagian tubuh yang akan diperiksa harus terbebas dari

pakaian yang menghambat.

3) Usahakan lansia dapat berkonsentrasi saat dilakukan

pengukuran.

4) Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus

dilakukan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

21

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

5) Bagian otot yang akan diukur ditempatkan pada posisi anti

gravitasi. Jika otot terlalu lemah, maka sebaiknya lansia

ditempatkan pada posisi terlentang.

6) Bagian proksimal area yang akan diukur harus dalam

keadaan stabil untuk menghindari kompensasi dari otot

yang lain selama pengukuran.

7) Selama terjadi kontraksi gerakan yang terjadi diobservasi

8) Tahanan diperlukan untuk melawan otot selama

pengukuran.

9) Lakukan secara hati-hati, bertahap dan tidak tiba-tiba.

10) Catat hasil pengukuran pada lembar observasi.

5. Range of Motion (ROM)

a. Pengertian

Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan untuk menggerakan persendian secara normal dan

lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter &

Perry, 2005).

ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam

melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas

gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

22

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh

atau tidak (Lukman dan Ningsih, 2009).

Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan

persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa

dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekuatan,

dan kontraktur (Nurhidayah, 2014).

Jadi, ROM adalah latihan yang dilakukan untuk

menghindarkan seseorang dari kekakuan sendi dan juga untuk

meningkatkan kekuatan otot seseorang.

b. Tujuan ROM

Tujuan ROM menurut Suratun (2008):

1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot

2) Memelihara mobilitas persendian

3) Mencegah kelainan bentuk

c. Manfaat ROM

Menurut Nurhidayah (2014) menyatakan bahwa maanfaat ROM

adalah:

1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam

melakukan pergerakan

2) Mengkaji tulang, sendi, dan otot

3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

23

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

4) Memperlancar sirkulasi darah

5) Memperbaiki tonus otot

6) Meningkatkan mobilisasi sendi

7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

d. Klasifikasi ROM

Klasifikasi latihan ROM, yaitu:

1) Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien

dengan bantuan dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu

setiap kali melakukan gerakan. Indikasi : pasien usia lanjut

dengan mobilitas terbatas, pasien tirah baring total, kekuatan

otot 50%.

2) Latihan ROM aktif, yaitu latihsn ROM yang dilakukan mandiri

oleh pasien tanpa bantuan perawat pada setiap melakukan

gerakan. Indikai :mampu melakukan ROM sendiri dan

kooperatif, kekuatan otot 75%.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

24

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

e. Gerakan-gerakan Range of Motion (ROM)

Gerakan-gerakan ROM menurut Potter & Perry (2011), yaitu:

Tabel 2.2 Gerakan-Gerakan ROM Menurut Potter & Perry (2011)

Bagian

Tubuh

Tipe Sendi Tipe Gerakan Rentang

(Derajat)

Otot-otot Utama

Leher, spina

servikal

Privotal

(putar)

Fleksi:

Menggerakan

dagu menempel

ke dada

45 Sternocleidomastoid

Ekstensi:

Mengembalikan

kepala ke posisi

tegak

45 Trapezius

Hiperekstensi:

Menekuk kepala

ke belakang

sejauh mungkin

10 Trapezius

Fleksi lateral:

Memiringkan

kepala sejauh

mmungkin ke

arah setiap bahu

40-45 Sternocleidomastoid

Rotasi:

Memutar kepala

sejauh mungkin

dalam gerakan

sirkuler

180 Sternocleidomastoid

trapezius

Bahu

Ball and

socket

Fleksi:

Menaikan lengan

dari posisi di

samping tubuh ke

depan ke posisi

180 Korakobrakhialis.

Bisep brakhi,

deltoid, pektoralis

mayor

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

25

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

di atas kepala

Ekstensi:

Mengembalikan

lengan ke posisi

di samping tubuh

180 Latissimus dorsl,

teres mayor, deltoid

Hiperekstensi:

Menggerakan

lengan ke

belakang tubuh,

siku tetap lurus

45-60 Latissimus dorsl,

teres mayor, deltoid

Abduksi:

Menaikan lengan

ke posisi

samping di atas

kepala dengan

telapak tangan

jauh dari kepala

180 Deltoid,suprapinatus

Adduksi:

Menurunkan

lengan ke

samping dan

menyilang tubuh

sejauh mungkin

320 Pektoralis mayor

Rotasi dalam:

Dengan siku

fleksi, memutar

bahu dengan

menggerakan

lengan sampai

ibu jari

menghadap ke

dalam dan ke

belakang

90 Pektoralis mayor,

latissimus dorsl,

teres mayor,

subskapularis

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

26

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Rotasi luar:

Dengan siku

fleksi,

menggerakan

lengan sampai iu

jari ke atas dan

ke samping

kepala

90 Infraspinatus, ters

mayor, deltoid

Sirkumduksi:

Menggerakan

lengan dengan

lingkaran penuh

(sirkumduksi

adalah kombinasi

semua gerakan

sendi ball and

socked)

360 Deltoid,

korakobrakhialis,

latissimus dorsl,

teres mayor

Siku Hinge Fleksi:

Menekuk siku

sehingga lengan

bawah bergerak

ke depan sendi

bahu dan tangan

sejajar bahu

150 Bisep brakhil,

brakhialis,

brakhioradialis.

Lengan

bawah

Privotal

(putar)

Supinasi:

Memutar lengan

bawah sehingga

telapak tangan

menghadap ke

atas

70-90 Supinator, bisep

brakhil

Pronasi:

Memutar lengan

bawah sehingga

telapak tangan

menghadap ke

70-90

Pronatur teres,

pronatur quadratus

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

27

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Bawah

Pergelangan

tangan

Kondiloid Fleksi:

Menggerakan

telapak tangan ke

sisi bagian dalam

lengan bawah

80-90 Fleksor karpi

ulnaris, fleksor carpi

radialis

Ekstensi:

Menggerakan

jari-jari sehingga

jari-jari, tangan,

dan lengan

bawah berada

dalam arah yang

sama

80-90 Ekstensor karpi

ulnaris, ekstensor

karpi radialis brevis,

ekstensor karpi

radialis longus

Hiperekstensi:

Membawa

permukaan

tangan dorsal ke

belakang sejauh

mungkin

89-90 Ekstensor karpi

radialis brevis,

ekstensor karpi

radialis longus,

ekstensor karpi

ulnaris

Abduksi (fleksi

radial):

Menekuk

pergelangan

tangan miring

(medial) ke ibu

jari

Sampai

30

Fleksi karpi radialis,

ekstensor karpi

radialis

brevis,ekstensor

karpi radialis longus

Adduksi (fleksi

ulnar):

Menekuk

pergelangan

tangan miring

(lateral) ke arah

lima jari

30-50 Fleksor karpi

ulnaris, ekstenso

karpi ulnaris

Jari-jari

tangan

Condyloid

hinge

Fleksi:

Membuat

90 Lumbrikales,

interosseus volaris,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

28

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

genggaman interosseus dorsalis

Ekstensi:

Meluruskan jari-

jari tangan

90 Interosseus dorsalis,

ekstensor digiti

quinti

Hiperekstensi:

Menggerakan

jari-jari tangan ke

belakang sejauh

mungkin

30-60 Propirus, ekstensor

digitorum

kommunis,

ekstensor indicis

propirus

Abduksi:

Meregangkan

jari-jari tangan

yang satu dengan

lain

30 Intersseus dorsalis

Adduksi:

Merapatkan

kembali jari-jari

tangan

30 Intersseus volaris

Ibu jari Pelana Fleksi:

Menggerakan ibu

jari menyilang

permukaan

telapak tangan

90 Fleksor pllisis brevis

Ekstensi:

Menggerakan ibu

jarilurus menjauh

dari tangan

90 Ekstensor pollisis

longus, ekstensor

pollisis brevis

Abduksi:

Menjauhkan ibu

jari ke samping

(biasa dilakukan

ketika jari-jari

tangan berada

abduksi dan

adduksi)

30 Abductor pollisis

brevis

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

29

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Adduksi:

Menggerakan ibu

jari ke depan

tangan

30 Adductor pollisis

obliquus, adductor

pollisis transversus

Oposisi:

Menyentuhkan

ibu jari ke setiap

jari-jari tangan

pada tangan yang

sama

30 Opponeus pollisis,

oopneus digiti

minimi

Pinggul Ball and

socket

Fleksi:

Menggerakan

tungkai ke depan

dan atas

90-120 Psoas mayor,

iliakus, iliopsoas,

sartorius

Ekstensi:

Menggerakan

kembali ke

samping tungkai

yang lain

90-120 Gluteus maksimus,

semitendinosus,

semimembranosus

Hiperekstensi:

Menggerakan

tungkai ke

belakang

30-50 Gluteus maksimus,

semitendonosus,

semimembranosus

Abduksi:

Menggerakan

tungkai ke

samping menjauh

tubuh

30-50 Glutesus medius,

gluteus minimus

Adduksi:

Menggerakan

tungkai kembali

ke posisi medial

dan melebihi jika

mungkin

30-50 Adductor longus,

adductor brevis,

adductor magnus

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

30

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Rotasi dalam:

Memutar kaki

dan tungkai ke

arah tungkai lain

90 Gluteus medius,

gluteus minimus,

tensor fasclae latae

Rotasi luar:

Memutar kaki

dan tungkai

menjauhi tungkai

lain

90 Obturatoriusm

intermus,

obturatorius

eksternus

Sirkumduksi:

Menggerakan

tungkai

melingkar

90 Psoas mayor,

gluteus maksimus,

gluteus medius,

adductor magnus

Lutut Hinge Fleksi:

Menggerakan

tumit ke arah

belakang paha

120-130 Bisep femoralis,

semitendonosus,

semimembranosus,

sartorius

Ekstensi:

Mengembalika

tungkai ke lantai:

120-130 Rektus femoris,

vestus lateralis,

vastus intermedius

Mata kaki Hinge Dorsifleksi :

Menggerakan

kaki sehingga

jari-jari kaki

menekuk ke atas

20-30 Tibialis anterior

Plantarfleksi:

Menggeraka kaki

sehingga jari-jari

kaki menekuk ke

bawah

45-50 Gastroknemus,

soleus

Kaki Gliding Inversi:

Memutar telapak

kaki ke samping

dalam (medial)

10 atau

kurang

Tibialis anterior,

tibialis posterior

Eversi:

Memutar telapak

10 atau

kurang

Peronous longus,

peroneus brevis

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.repository.ump.ac.id/9115/3/Kurniasih Puji Rejeki BAB II.pdf · 2. Tirah Baring a. Tujuan Tirah Baring Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak

31

Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

kaki ke samping

luar

Jari-jari

kaki

Condyloid

Fleksi:

Melengkungkan

jari-jari kaki ke

bawah

30-60 Fleksor digitorum,

lumbrikalis pedis,

fleksor

hallusisbrevis

Ekstensi:

Meluruskan jari-

jari kaki

30-60 Ekstensor digitorum

longus, ektensor

digitorum brevis,

ekstensor hallusis

longus

Abduksi:

Meregangkan

jari-jari kaki satu

dengan yang lain

15 atau

kurang

Abductor hallusis,

interoseus dorsalis