Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).
Jadi, lansia adalah seseorang yang usianya sudah atau lebih
dari 60 tahun.
2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah:
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) 60-74 tahun
c. Lansia tua (old) 75-90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
7
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Perubahan Pada Lansia
a. Perubahan Organ pada Lansia
Menurut Dewi (2014) perubahan fisik yang terjadi pada lansia
meliputi:
1) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler
akibat proses menua diantaranya menurunnya kekuatan
otot jantung, katup jantung mengalami penebalan dan
menjadi lebih kaku, dan nodus sinoatrial yang
bertanggung jawab terhadap kelistrikan jantung menjadi
kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dan impuls
yang dihasilkan menjadi melemah. Pada pembuluh darah
dinding arteri menjadi kurang elastis, dinding kapiler
menebal sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran
antara nutrisi dan zat sisa metabolisme antara sel dan
darah, dinding pembuluh darah yang semakin kaku juga
akan meningkatkan tekanan darah sistolik maupun
diastolik. Selain pada pembuluh darah volume darah juga
menurun sejalan penurunan volume cairan tubuh akibat
proses menua, aktivitas sumsum tulang mengalami
penurunan sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah
merah, kadar hematokrit dan kadar hemoglobin, kontraksi
8
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
jantung melemah, volume darah yang dipompa menurun,
dan cardiac output mengalami penurunan sekitar 1% per
tahun dari volume cardiac output orang dewasa normal
sebesar 5 liter
2) Sitem Pernafasan
Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan
akibat proses menua diantaranya cavum thorak menjadi
kaku seiring dengan proses klasifikasi kartilago, vertebrae
thorakalis mengalami pemendekan, dan osteoporosis
menyebabkan postur bungkuk yang akan menurunkan
ekspansi paru dan membatasi perbatasan thorak, otot
abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik
inspirasi maupun ekspirasi, perubahan intrapulmonal, daya
reocoil paru semakin menurun seiring pertambahan usia,
alveoli melar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun
jumlahnya konstan, jumlah alveoli yang berfungsi
menurun secara keseluruhan, dan peningkatan membran
ketebalan alveoli – kapiler menurunkan area permukaan
fungsional untuk terjadinya pertukaran gas
3) Sistem Muskuloskeletal
Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur,
penurunan rentang gerak, dan gerakan yang melamabat.
9
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Perubahan ini merupakan contoh dari banyaknya
karakteristik normal lansia yang berhubungan dengan
proses menua seperti penurunan massa tulang
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah, columna
vertebralis mengalami kompresi sehingga menyebabkan
penurunan tiggi badan, regenerasi jaringan otot berjalan
lambat dan massa otot berkurang, otot lengan dan betis
mengecil dan bergelamber, seiring dengan inaktivitas otot
kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya. Pada sendi juga
terjadi keterbatasan rentang gerak, kartilago menipis
sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan mengalami
inflamasi.
4) Sistem integumen
Perubahan yang terjadi pada kulit merupakan
perubahan yang menjadi simbol terjadinya proses
penuaan. Perubahan akibat proses menua pada sistem
integumen seperti elastisitas kulit menurun, sehingga kulit
berkerut dan kering, kulit menipis sehingga fungsi kulit
sebagai pelindung bagi pembuluh darah yang terletak di
bawahnya berkurang, lemak subkutan menipis,
penumpukan melanosit menyebabkan terbentuknya
pigmentasi yang dikenal sebagai “aged proses”.
10
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5) Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal
akibat proses menua diantaranya reabsorbsi tulang bagian
rahang dapat menyebabkan tanggalnya gigi sehingga
menurunkan kemampuan mengunyah, lansia yang
mengenakan gigi palsu harus mengecek ketepatan
posisinya, reflek telan melemah sehingga meningkatkan
resiko aspirasi, melemahnya otot halus sehingga
memperlambat waktu pengosongan, penurunan sekresi
asam lambung menyebabkan gangguan absorbsi besi,
vitamin B, dan protein, peristaltik menurun, melemahnya
peristaltik usus menyebabkan inkompetensi pengosongan
bowel.
6) Sistem Genitourinaria
Perubahan akibat proses menua pada sistem
genitourinaria yaitu aliran darah ke ginjal menurun karena
penurunan kardiak output dan laju filtrasi glomerulus
menurun, terjadi gangguan dalam kemampuan
mengkonsentrasikan urine, tonus otot menghilang dan
terjadi gangguan pengosongan kandung kemih, penurunan
kapasitas kandung kemih, pada pria, dapat terjadi
peningkatan frekuensi miksi akibat pembesaran prostat,
11
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pada wanita, peningkatan frekuensi miksi dapat terjadi
akibat melemahnya otot perineal.
Pada reproduksi wanita terjadi atropi vulva,
penurunan jumlah rambut pubis, sekresi vagina menurun,
dinding, vagina menjadi tipis dan kurang elastis. Pada
reproduksi pria ukuran testis mengecil dan ukuran prostas
membesar.
7) Perubahan Sistem Persarafan
Perubahan yang terjadi pada sistem persarafan
akibat proses menua adalah terjadi penurunan jumlah
neuron di otak dan batang otak, sintesa dan metabolisme
neuron berkurang, massa otat berkurang secara progresif,
pada pergerakan sensasi kinestetik berkurang, gangguan
keseimbangan, penurunan reaction time. Kualitas tidur
juga terganggu seperti dapat terjadi insomnia dan mudah
terbangun di malam hari, tidur dalam (tahap IV) dan tidur
REM berkurang.
8) Sistem Sensori
Perubahan akibat proses menua pada sistem sensori
adalah diantaranya pada penglihatan terjadi penurunan
kemampuan memfokuskan objek dekat, terjadi
peningkatan densitas lensa, dan akumulasi lemak di
12
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
sekitar iris, menimbulkan adanya cincin kuning keabu-
abuan, produksi air mata menurun, penurunan ukuran
pupil dan penurunan sensitivitas pada cahaya, kemampuan
melihat di malam hari menurun, iris kehilangan pigmen
sehingga bola mata berwarna biru muda atau keabu-abuan.
Pada pendengaran menurunnya kemampuan untuk
mendengarkan suara berfrekuensi tinggi, serumen
mengandung banyak keratin sehingga mengeras. Pada
perasa terjadi penurunan kemampuan untuk merasakan
rasa pahit, asin, dan asam. Dan pada peraba terjadi
penurunan kemampuan untuk merasakan nyeri ringan dan
perubahan suhu.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental
adalah perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan, dan
kenangan. Kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan
jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu)
mencakup beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan
buruk.
13
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah
seseorang menglami pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang
akan terjadi pada masa pensiun.
a) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income)
berkurang.
b) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi
yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.
c) Kehilangan teman atau relasi. 4.Kehilangan pekerjaan
atau kegiatan.
d) Merasakan atau kesadaran akan kematian.
2. Tirah Baring
a. Tujuan Tirah Baring
Bedrest/immobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak
bebas yang disebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu
atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry, 2006).
Menurut Perry dan Potter (2006) tujuan umum tirah baring adalah :
1) Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen untuk
tubuh.
2) Mengurangi nyeri.
3) Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk beristirahat dan
mengembaikan kekuatan.
14
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Memberi kesempatan pada klien yang letih untuk
beristirahat tanpa gangguan.
b. Dampak Tirah Baring
Dampak tirah baring menurut Asmadi (2008) sebagai berikut:
1) Perubahan Metabolisme
Perubahan mobilisasi akan mempengaruhi metabolisme
endokrin, resorpsi kalsium dan fungsi gastrointestinal. Sistem
endokrin menghasilkan hormon, mempertahankan dan
meregulasi fungsi vital seperti: berespon pada stres dan cedera,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan
lingkungan internal, produksi pembentukan dan penyimpanan
energi.
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolisme normal
seperti: menurunkan laju metabolisme, mengganggu
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, dan menyebabkan
gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan dan peristaltik
berkurang.
2) Perubahan Pernafasan
Kurangnya pergerakan dan latihan akan menyebabkan
klie memiliki komplikasi pernafasan. Komplikasi pernafasan
yang paling umum adalah atelektasis (kolapsnya alveoli) dan
pneumonia hipostatik (inflamasi pada paru akibat statis atau
15
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bertumpuknya sekret). Menurunnya oksigenasi dan
penyembuhan yang alami dapat meningkatkan
ketidaknyamanan klien.
3) Sistem Integumen
Imobilisasi yang lama dapat menyebabkan kerusakan
integritas kulit, seperti abrasi dan dikubitus. Hal tersebut
disebabkan oleh karena pada imobilisasi terjadi gesekan,
tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain, dan
penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehingga
terjadi iskemia pada jaringan yang tertekan. Kondisi yang ada
dapat diperburuk lagi dengan adanya infeksi, trauma,
kegemukan, berkeringat, dan nutrisi yang buruk.
Selain itu, sirkulasi darah yang lambat mengakibatkan
kebutuhan oksigen dan nutrisi pada area yang tertekan
menurun sehingga laju metabolisme jaringan menurun. Bila
berlangsung terus-menerus, dapat mengakibatkan terjadinya
atrofi otot dan perubahan turgor kulit.
4) Sistem Kardiovaskuler
Dampak imobilisasi terhadap sistem kardiovaskuler di
antaranya adalah sebagai berikut:
16
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
a) Penurunan kardiak reserve
Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau
sistem adrenergik lebih besar dari pada sistem
kolinergik atau sistem adrenergik lebih besar dari pada
sistem kolinergik atau sistem vegal. Hal ini
menyebabkan peningkatan denyut jantung.
Konsekuensi dari peningkatan denyut jantung
menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan
terjadi penurunan kapasitas jantung untukmerespon
terhadap kebutuhan metabolisme tubuh.
b) Peningkatan beban kerja jantung
Pada kondisi tirah baring yang lama, jantung bekerja
ebih keras dan kurang efisien, disertai curah kardiak
yang turun selanjutnya akan menurunkan efisiensi
jantung dan meningkatkan beban kerja jantung.
c) Hipotensi ortostatik
Hipotensi ortostatik merupakan manifestasi umum yang
terjadi pada kardiovaskuler sebagai akibat dari tirah
baring yang lama.
5) Perubahan Muskuloskeletal
Dampak imobilisasipada sistem muskuloskeletal adalah
gangguan permanen atau temporer atau ketidakmampuan yang
17
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
permanen. Pembatasan mobilisasi terkadang menyebabkan
kehilangan daya tahan, kekuatan dan masa otot, serta
menurunnya stabilitas dan keseimbangan. Dampak pembatasan
mobilisasi adalah gangguan metabolisme kalsium dan
gangguan sendi.
Karena pemecahan protein, klien kehilangan masa
tubuh yang tidak berlemak. Masa otot berkurang tidak stabil
untuk mempertahankan aktivitas tanpa meningkatnya
kelemahan. Jika mobilisasi terjadi dan klien tidak melakukan
latihan, kehilangan masa otot akan terus terjadi. Kelemahan
otot juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lansia lama
sering menyebabkan atrofi angguran, dimana atrofi anggurang
adalah respon yang dapat diobservasi sehari-hari. Dan
imobilisasi kehilagan daya tahan, menurunnya masa dan
kekuatan otot, dan instabilitas sendi menyebabkan klien
berisiko mengalami cidera. Hal ini dapat terjadi dalam
beberapa hari tirah baring, dapat kehilangan hingga kelemahan
otot perifer 25% dalam waktu 4 hari dan kehilangan 18% berat
badannya. Hilangnya masa otot-otot rangka sangat tinggi
dalam 2-3 minggu pertama imobilisasi.
18
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Pohon Masalah
Lansia
Sistem
kardiovaskuler
Tirah baring
Atrofi
serabut otot
Kaku Kehilangan kepadatan
(density) atau menurun
kepadatan tulang
Otot Sendi Tulang
Sistem
genitourinaria
Sistem
persyarafan
Sistem
pengaturan suhu
Sistem
penglihatan
Sitem
gastrointestina
l
Sistem
pendengaran
Perubahan
fisik
Perubahan
Fisiologi
Sistem
muskulo
skeletal
Mobilitas
terbatas
Defisit
perawatan diri
:mandi
Risiko kerusakan
integritas
jaringan
Hambatan
mobilitas
fisik
19
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Kekuatan Otot
a. Pengertian Kekuatan Otot
Kekuatan otot merupakan kekuatan suatu otot atau grup otot
yang dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang
maksimum. Kekuatan otot merupakan suatu hal penting untuk setiap
orang, karena kekuatan otot merupakan suatu daya dukung gerakan
akan kehilangan kira-kira 3-5% jaringan otot total per dekade.
Kekuatan otot akan berkurang secara bertahap seiring bertambahnya
usia. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan, yaitu
: penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh,
hambatan dalam gerak duduk ke berdiri, peningkatan resiko jatuh,
perubahan postur (Utomo, 2010).
Kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara kualitas
maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk
melakukan kontraksi (Watters & Bhattacharya, 2009). Kekuatan otot
adalah kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal
maupun beban internal (Irfan, 2010).
Jadi, kekuatan otot adalah kemampuan otot berkontraksi untuk
menahan beban.
b. Skala Kekuatan Otot
Dalam Kozier, et al (1995), kekuatan otot dinyatakan dengan
menggunakan angka 0-5 yaitu:
20
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Tabel 2.1 Skala Kekuatan Otot
Skala Karakteristik
0 Tidak ada gerakan otot sama sekali
1 Ada kontraksi saat palpasi tetapi tidak ada gerakan
yang terlihat
2 Ada gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 Dapat bergerak melawan gravitasi
4 Dapat bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
masih lemah
5 Dapat bergerak dan melawan tahanan pemeriksa
dengan kekuatan penuh
c. Cara Mengukur Kekuatan Otot dengan Menggunakan MMT
Saat mengukur kekuatan otot, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu (Pudjiastuti dan Utomo, 2003):
1) Posisikan lansia sedemikian rupa sehingga otot mudah
berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang
dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan
mudah diobservasi.
2) Bagian tubuh yang akan diperiksa harus terbebas dari
pakaian yang menghambat.
3) Usahakan lansia dapat berkonsentrasi saat dilakukan
pengukuran.
4) Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus
dilakukan.
21
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5) Bagian otot yang akan diukur ditempatkan pada posisi anti
gravitasi. Jika otot terlalu lemah, maka sebaiknya lansia
ditempatkan pada posisi terlentang.
6) Bagian proksimal area yang akan diukur harus dalam
keadaan stabil untuk menghindari kompensasi dari otot
yang lain selama pengukuran.
7) Selama terjadi kontraksi gerakan yang terjadi diobservasi
8) Tahanan diperlukan untuk melawan otot selama
pengukuran.
9) Lakukan secara hati-hati, bertahap dan tidak tiba-tiba.
10) Catat hasil pengukuran pada lembar observasi.
5. Range of Motion (ROM)
a. Pengertian
Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan untuk menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter &
Perry, 2005).
ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam
melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas
gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot
22
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh
atau tidak (Lukman dan Ningsih, 2009).
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kemampuan menggerakan
persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa
dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk, kekuatan,
dan kontraktur (Nurhidayah, 2014).
Jadi, ROM adalah latihan yang dilakukan untuk
menghindarkan seseorang dari kekakuan sendi dan juga untuk
meningkatkan kekuatan otot seseorang.
b. Tujuan ROM
Tujuan ROM menurut Suratun (2008):
1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2) Memelihara mobilitas persendian
3) Mencegah kelainan bentuk
c. Manfaat ROM
Menurut Nurhidayah (2014) menyatakan bahwa maanfaat ROM
adalah:
1) Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam
melakukan pergerakan
2) Mengkaji tulang, sendi, dan otot
3) Mencegah terjadinya kekakuan sendi
23
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Memperlancar sirkulasi darah
5) Memperbaiki tonus otot
6) Meningkatkan mobilisasi sendi
7) Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
d. Klasifikasi ROM
Klasifikasi latihan ROM, yaitu:
1) Latihan ROM pasif, yaitu latihan ROM yang dilakukan pasien
dengan bantuan dari orang lain, perawat, ataupun alat bantu
setiap kali melakukan gerakan. Indikasi : pasien usia lanjut
dengan mobilitas terbatas, pasien tirah baring total, kekuatan
otot 50%.
2) Latihan ROM aktif, yaitu latihsn ROM yang dilakukan mandiri
oleh pasien tanpa bantuan perawat pada setiap melakukan
gerakan. Indikai :mampu melakukan ROM sendiri dan
kooperatif, kekuatan otot 75%.
24
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
e. Gerakan-gerakan Range of Motion (ROM)
Gerakan-gerakan ROM menurut Potter & Perry (2011), yaitu:
Tabel 2.2 Gerakan-Gerakan ROM Menurut Potter & Perry (2011)
Bagian
Tubuh
Tipe Sendi Tipe Gerakan Rentang
(Derajat)
Otot-otot Utama
Leher, spina
servikal
Privotal
(putar)
Fleksi:
Menggerakan
dagu menempel
ke dada
45 Sternocleidomastoid
Ekstensi:
Mengembalikan
kepala ke posisi
tegak
45 Trapezius
Hiperekstensi:
Menekuk kepala
ke belakang
sejauh mungkin
10 Trapezius
Fleksi lateral:
Memiringkan
kepala sejauh
mmungkin ke
arah setiap bahu
40-45 Sternocleidomastoid
Rotasi:
Memutar kepala
sejauh mungkin
dalam gerakan
sirkuler
180 Sternocleidomastoid
trapezius
Bahu
Ball and
socket
Fleksi:
Menaikan lengan
dari posisi di
samping tubuh ke
depan ke posisi
180 Korakobrakhialis.
Bisep brakhi,
deltoid, pektoralis
mayor
25
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
di atas kepala
Ekstensi:
Mengembalikan
lengan ke posisi
di samping tubuh
180 Latissimus dorsl,
teres mayor, deltoid
Hiperekstensi:
Menggerakan
lengan ke
belakang tubuh,
siku tetap lurus
45-60 Latissimus dorsl,
teres mayor, deltoid
Abduksi:
Menaikan lengan
ke posisi
samping di atas
kepala dengan
telapak tangan
jauh dari kepala
180 Deltoid,suprapinatus
Adduksi:
Menurunkan
lengan ke
samping dan
menyilang tubuh
sejauh mungkin
320 Pektoralis mayor
Rotasi dalam:
Dengan siku
fleksi, memutar
bahu dengan
menggerakan
lengan sampai
ibu jari
menghadap ke
dalam dan ke
belakang
90 Pektoralis mayor,
latissimus dorsl,
teres mayor,
subskapularis
26
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Rotasi luar:
Dengan siku
fleksi,
menggerakan
lengan sampai iu
jari ke atas dan
ke samping
kepala
90 Infraspinatus, ters
mayor, deltoid
Sirkumduksi:
Menggerakan
lengan dengan
lingkaran penuh
(sirkumduksi
adalah kombinasi
semua gerakan
sendi ball and
socked)
360 Deltoid,
korakobrakhialis,
latissimus dorsl,
teres mayor
Siku Hinge Fleksi:
Menekuk siku
sehingga lengan
bawah bergerak
ke depan sendi
bahu dan tangan
sejajar bahu
150 Bisep brakhil,
brakhialis,
brakhioradialis.
Lengan
bawah
Privotal
(putar)
Supinasi:
Memutar lengan
bawah sehingga
telapak tangan
menghadap ke
atas
70-90 Supinator, bisep
brakhil
Pronasi:
Memutar lengan
bawah sehingga
telapak tangan
menghadap ke
70-90
Pronatur teres,
pronatur quadratus
27
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Bawah
Pergelangan
tangan
Kondiloid Fleksi:
Menggerakan
telapak tangan ke
sisi bagian dalam
lengan bawah
80-90 Fleksor karpi
ulnaris, fleksor carpi
radialis
Ekstensi:
Menggerakan
jari-jari sehingga
jari-jari, tangan,
dan lengan
bawah berada
dalam arah yang
sama
80-90 Ekstensor karpi
ulnaris, ekstensor
karpi radialis brevis,
ekstensor karpi
radialis longus
Hiperekstensi:
Membawa
permukaan
tangan dorsal ke
belakang sejauh
mungkin
89-90 Ekstensor karpi
radialis brevis,
ekstensor karpi
radialis longus,
ekstensor karpi
ulnaris
Abduksi (fleksi
radial):
Menekuk
pergelangan
tangan miring
(medial) ke ibu
jari
Sampai
30
Fleksi karpi radialis,
ekstensor karpi
radialis
brevis,ekstensor
karpi radialis longus
Adduksi (fleksi
ulnar):
Menekuk
pergelangan
tangan miring
(lateral) ke arah
lima jari
30-50 Fleksor karpi
ulnaris, ekstenso
karpi ulnaris
Jari-jari
tangan
Condyloid
hinge
Fleksi:
Membuat
90 Lumbrikales,
interosseus volaris,
28
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
genggaman interosseus dorsalis
Ekstensi:
Meluruskan jari-
jari tangan
90 Interosseus dorsalis,
ekstensor digiti
quinti
Hiperekstensi:
Menggerakan
jari-jari tangan ke
belakang sejauh
mungkin
30-60 Propirus, ekstensor
digitorum
kommunis,
ekstensor indicis
propirus
Abduksi:
Meregangkan
jari-jari tangan
yang satu dengan
lain
30 Intersseus dorsalis
Adduksi:
Merapatkan
kembali jari-jari
tangan
30 Intersseus volaris
Ibu jari Pelana Fleksi:
Menggerakan ibu
jari menyilang
permukaan
telapak tangan
90 Fleksor pllisis brevis
Ekstensi:
Menggerakan ibu
jarilurus menjauh
dari tangan
90 Ekstensor pollisis
longus, ekstensor
pollisis brevis
Abduksi:
Menjauhkan ibu
jari ke samping
(biasa dilakukan
ketika jari-jari
tangan berada
abduksi dan
adduksi)
30 Abductor pollisis
brevis
29
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Adduksi:
Menggerakan ibu
jari ke depan
tangan
30 Adductor pollisis
obliquus, adductor
pollisis transversus
Oposisi:
Menyentuhkan
ibu jari ke setiap
jari-jari tangan
pada tangan yang
sama
30 Opponeus pollisis,
oopneus digiti
minimi
Pinggul Ball and
socket
Fleksi:
Menggerakan
tungkai ke depan
dan atas
90-120 Psoas mayor,
iliakus, iliopsoas,
sartorius
Ekstensi:
Menggerakan
kembali ke
samping tungkai
yang lain
90-120 Gluteus maksimus,
semitendinosus,
semimembranosus
Hiperekstensi:
Menggerakan
tungkai ke
belakang
30-50 Gluteus maksimus,
semitendonosus,
semimembranosus
Abduksi:
Menggerakan
tungkai ke
samping menjauh
tubuh
30-50 Glutesus medius,
gluteus minimus
Adduksi:
Menggerakan
tungkai kembali
ke posisi medial
dan melebihi jika
mungkin
30-50 Adductor longus,
adductor brevis,
adductor magnus
30
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Rotasi dalam:
Memutar kaki
dan tungkai ke
arah tungkai lain
90 Gluteus medius,
gluteus minimus,
tensor fasclae latae
Rotasi luar:
Memutar kaki
dan tungkai
menjauhi tungkai
lain
90 Obturatoriusm
intermus,
obturatorius
eksternus
Sirkumduksi:
Menggerakan
tungkai
melingkar
90 Psoas mayor,
gluteus maksimus,
gluteus medius,
adductor magnus
Lutut Hinge Fleksi:
Menggerakan
tumit ke arah
belakang paha
120-130 Bisep femoralis,
semitendonosus,
semimembranosus,
sartorius
Ekstensi:
Mengembalika
tungkai ke lantai:
120-130 Rektus femoris,
vestus lateralis,
vastus intermedius
Mata kaki Hinge Dorsifleksi :
Menggerakan
kaki sehingga
jari-jari kaki
menekuk ke atas
20-30 Tibialis anterior
Plantarfleksi:
Menggeraka kaki
sehingga jari-jari
kaki menekuk ke
bawah
45-50 Gastroknemus,
soleus
Kaki Gliding Inversi:
Memutar telapak
kaki ke samping
dalam (medial)
10 atau
kurang
Tibialis anterior,
tibialis posterior
Eversi:
Memutar telapak
10 atau
kurang
Peronous longus,
peroneus brevis
31
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kaki ke samping
luar
Jari-jari
kaki
Condyloid
Fleksi:
Melengkungkan
jari-jari kaki ke
bawah
30-60 Fleksor digitorum,
lumbrikalis pedis,
fleksor
hallusisbrevis
Ekstensi:
Meluruskan jari-
jari kaki
30-60 Ekstensor digitorum
longus, ektensor
digitorum brevis,
ekstensor hallusis
longus
Abduksi:
Meregangkan
jari-jari kaki satu
dengan yang lain
15 atau
kurang
Abductor hallusis,
interoseus dorsalis