28
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Asosiasi Psikologi Amerika (APA) mendefinisikan resiliensi sebagai proses beradaptasi ketika menghadapi kemalangan, trauma, bencana atau ancaman yang dapat mengakibatkan stress (Bonanno, Brick, dan Yehuda, 2014). Masten (2001) menguraikan resiliensi sebagai suatu sistem yang dinamis untuk beradaptasi dengan baik terhadap gangguan yang mengancam kelangsungan hidup, fungsi dan perkembangan sebuah sistem. Resiliensi didefinisikan oleh Grotberg (Schoon, 2006) sebagai kapasitas manusia untuk menghadapi, mengatasi, dan bahkan berubah menjadi lebih baik akibat pengalaman traumatik yang menimpa hidup seseorang. Fiksel (Carlson dkk, 2012) mengungkapkan bahwa resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas dari sebuah system dalam diri untuk bertahan, beradaptasi dan kemudian berkembang secara lebih baik saat menghadapi perubahan dan kehidupan yang tak pasti. Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan resiliensi sebagai kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiliensi

1. Pengertian Resiliensi

Asosiasi Psikologi Amerika (APA) mendefinisikan resiliensi sebagai

proses beradaptasi ketika menghadapi kemalangan, trauma, bencana atau

ancaman yang dapat mengakibatkan stress (Bonanno, Brick, dan Yehuda,

2014). Masten (2001) menguraikan resiliensi sebagai suatu sistem yang

dinamis untuk beradaptasi dengan baik terhadap gangguan yang mengancam

kelangsungan hidup, fungsi dan perkembangan sebuah sistem. Resiliensi

didefinisikan oleh Grotberg (Schoon, 2006) sebagai kapasitas manusia untuk

menghadapi, mengatasi, dan bahkan berubah menjadi lebih baik akibat

pengalaman traumatik yang menimpa hidup seseorang.

Fiksel (Carlson dkk, 2012) mengungkapkan bahwa resiliensi adalah

kemampuan atau kapasitas dari sebuah system dalam diri untuk bertahan,

beradaptasi dan kemudian berkembang secara lebih baik saat menghadapi

perubahan dan kehidupan yang tak pasti. Reivich dan Shatte (2002)

menjelaskan resiliensi sebagai kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

14

bila terjadi sesuatu yang merugikan. Resiliensi adalah sebuah proses yang

bersifat kontinum

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

14

sehingga tiap individu dapat meningkatkan daya resiliensi dari waktu ke waktu

saat menghadapi kesengsaraan hidup sehari-hari. Henderson & Milstein (dalam

Sari, 2014) mengartikan resiliensi sebagai kemampuan dalam diri seseorang

untuk bangkit dari pengalaman negatif yang dialami, bahkan menjadi lebih

kuat menghadapi pengalaman hidup selanjutnya.

Voysoy (2014) menguraikan resiliensi sebagai kemampuan membuat

lompatan setelah orang mengalami hantaman dalam hidup. Seorang yang

memiliki daya lenting bisa jadi berada dalam kondisi terjatuh tetapi mampu

bangkit kembali, bahkan menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya. Daya

resiliensi menurut Mulyani (2011) disebut sebagai sebuah sikap yang mampu

mendorong seseorang menemukan pengalaman baru dan memiliki pandangan

bahwa kehidupan adalah sebuah proses yang makin hari makin memiliki

peningkatan, memiliki rasa percaya diri berinteraksi dengan orang lain serta

memiliki keberanian dalam mengambil risiko atas tindakan atau perbuatan

yang telah dilakukan. Hasil penelitian lain mengungkapkan resiliensi

merupakan proses perkembangan untuk memiliki kemampuan beradaptasi

dengan menggunakan sumber dari dalam dan luar diri seseorang agar mencapai

kemampuan positif saat menghadapi kesengsaraan atau kemalangan (Yates,

Egeland & Sroufe, 2003)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah

kemampuan individu untuk beradaptasi dengan keadaan yang sulit atau

kesengsaraan (adversity), individu menjadi lebih produktif dalam menghadapi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

15

dan mengatasi tekanan hidup kemudian menemukan kehidupan yang lebih baik

dari sebelumnya serta menunjukan kualitas hidup yang lebih baik.

2. Aspek-Aspek Resiliensi

Resiliensi bukan sebuah bakat tetapi kemampuan dasar yang dimiliki

semua orang yang harus selalu dikembangkan. Reivich dan Shatte (2002),

menguraikan tujuh aspek yang membentuk kemampuan daya lentur atau

resiliensi pada diri seseorang yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls,

optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out.

1. Regulasi Emosi

Rahmawati (dalam Ismuninggar, 2017) menyampaikan bahwa regulasi

emosi adalah kemampuan seseorang dalam menata emosi sehingga tetap

menunjukan sikap tenang ketika berada dalam situasi yang banyak tekanan.

Kemampuan ini sangat nampak dalam diri seseorang ketika kesal, sedih atau

marah yang berdampak baik pada proses pemecahan masalah. Kemampuan

mengatur, mengawasi, dan mengontrol emosi ketika menghadapi masalah

dengan diri sendiri, orang lain atau pekerjaan adalah tanda orang yang

mempunyai kecerdasan emosional. Kemampuan mengekspresikan emosi, baik

emosi positif maupun negative, secara tepat merupakan bagian dari resiliensi

(Reivich & Shatte, 2002).

Regulasi emosi menekankan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan dorongan emosi, baik mengurangi tekanan emosi yang

berlebihan maupun membangkitkan motivasi demi mencapai keseimbangan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

16

emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu seseorang untuk

menyesuaikan emosinya dengan situasi yang dihadapi, menjauhkan dari emosi

negatif dan menjaga emosi tetap terkendali. Reivich dan Shatte (2002)

menyampaikan bawa regulasi emosi ditandai dengan dua keterampilan yaitu

tenang (calming) dan fokus (focusing). Dua keterampilan tersebut membantu

individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali dengan menunjukan

sikap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh keadaan, serta tetap fokus pada

usaha menghadapi dan menyelesaikan masalah ketika banyak hal-hal yang

mengganggu, hingga sampai pada keberhasilan mengurangi stress yang

dialami.

- Tenang (Calming)

Tekanan atau stress yang dialami oleh individu dapat dengan segera

dihadapi dan dikelola dengan cara merubah cara berpikir ketika

berhadapan dengan stressor. Individu tersebut tidak selalu mampu

menghindari keseluruhan stress yang dialami tetapi ia terdorong untuk

dapat menemukan cara untuk membuat diri berada dalam kondisi

tenang ketika stress menghadang.

Keterampilan ini adalah kemampuan untuk meningkatkan kontrol diri

terhadap respon tubuh dan pikiran saat berhadapan dengan stress

melalui berbagai cara relaksasi. Kegiatan relaksasi dapat mengontrol

jumlah stress yang dialami. Beberapa cara yang dapat digunakan

untuk relaksasi dan membuat diri dalam keadaan tenang, yaitu dengan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

17

mengontrol pernapasan, relaksasi otot serta dengan menggunakan

teknik positive imagery, yaitu membayangkan suatu tempat yang

tenang dan menyenangkan.

- Fokus (Focusing)

Keterampilan diri untuk tetap fokus pada permasalahan yang ada

sangat membantu individu menemukan jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi (Reivich & Shatte, 2002). Individu

yang memiliki ketrampilan fokus mampu menganalisis dan

membedakan antara sumber permasalahan yang sebenarnya dengan

permasalahan yang justru timbul sebagai akibat dari sumber

permasalahan yang sebenarnya. Pada akhirnya keterampilan fokus

membantu individu dalam mencari solusi yang tepat. Hal ini

tentunya akan mengurangi stres yang dialami oleh individu.

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan yang memiliki kemampuan

mengelola emosi akan sangat terbantu dalam usaha mengendalikan kemarahan,

kesedihan, perasaan bersalah, keputusasaan, kecemasan bahkan depresi yang

tentu saja akan berpengaruh bagi kesehatan fisik dan mental diri serta

perkembangan janin dalam kandungan. Kemampuan untuk fokus dan bersikap

tenang akan membantu remaja dengan kehamilan di luar pernikahan dalam

menemukan cara-cara dan orang-orang yang dapat membantu melewati masa-

masa sulit.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

18

2. Pengendalian Impuls

Kemampuan mengendalikan emosi sangat berhubungan dengan

kemampuan mengendalikan impuls dalam diri. Pengendalian impuls

merupakan kemampuan untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan

atau tekanan dalam diri seseorang. Kemampuan mengendalikan impuls

menghindarkan seseorang dari kekakuan pada pola pikir tertentu sehingga

dapat mendeteksi efek negatif dari situasi atau keinginan yang muncul (Reivich

& Shatte, 2002).

Reivich & Shatte (2002) mengungkapkan bahwa kemampuan mengontrol

dorongan-dorongan dalam diri mencakup kemampuan mengelola tindakan,

tindak tanduk dan emosi-emosi dengan cara yang realistis selama mengalami

kesengsaraan. Resiliensi bukan kondisi dimana seseorang terbebas dari

dorongan-dorongan impul tetapi tentang bagaimana seseorang mampu

mempertimbangkan sebelum mengikuti dorongan emosinya. Seorang yang

resilien akan mampu melihat secara jernih terhadap dorongan-dorongan

keinginan dalam diri agar terhindar dari permasalahan baru yang dapat

memperburuk keadaan.

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan yang memilliki

kemampuan mengontrol dorongan dari dalam diri akan mampu menahan diri

sebelum mengambil keputusan akibat dorongan atau keinginan yang muncul

saat mengalami kekacauan dan keputusasaan, misalnya keinginan mengakhiri

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

19

hidup, menggugurkan kandungan atau bahkan menyakiti orang yang dianggap

sudah merusak kehidupannya. Dia akan melihat lebih dahulu resiko yang akan

dihadapi bila memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

tidak hanya mengejar rasa puas semata.

3. Optimisme

Reivich & State (2002) mengungkapkan orang yang memiliki

kemampuan resiliensi adalah pribadi yang optimis dimana dia melihat bahwa

masa depannya cemerlang. Sikap optimis menjadi pendukung untuk tetap kuat

dan yakin pada harapan di masa depan sehingga seseorang tetap mampu

mengendalikan jalan hidupnya. Seorang yang optimis adalah pribadi yang

memiliki efikasi diri (self-efficacy) dimana ia selalu yakin dapat menyelesaikan

masalah dengan baik serta mengendalikan hidupnya sendiri tanpa dipengaruhi

oleh situasi di luar dirinya.

Reivich dan Shatte (2002) menyampaikan bahwa hasil penelitian tentang

sikap optimis secara jelas menunjukan bahwa orang-orang yang memiliki sikap

optimis dalam hidup lebih bahagia, lebih sehat dan lebih produktif. Mereka

memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain, lebih sukses, serta menjadi

pribadi yang mampu menyelesaikan masalah dengan lebih baik, dan terhindar

dari depresi. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan orang-orang

yang memiliki jiwa pesimis yang selalu fokus pada hal-hal negatif dalam

hidupnya sehingga tidak dapat melihat masa depan secara baik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

20

Keadaan hamil sebelum melakukan pernikahan terlebih dahulu adalah

suatu keadaan yang sangat berat bagi remaja. Remaja dengan kondisi tersebut

dapat saja merasa hidupnya tak berguna, merasa bersalah dan tak memiliki

meraih masa depan. Kemampuan bersikap optimis sangat membantu remaja

dengan permasalahan hamil sebelum menikah. Mereka akan memiliki

kemampuan melihat masa depan meski sedang berada dalam kondisi sulit dan

penuh kesengsaraan. Mereka masih memiliki keyakinan bahwa kesempatan

menata hidup, melihat peluang untuk lebih sukses di masa yang akan datang

masih menjadi milik mereka.

4. Kemampuan menganalisis Penyebab Masalah (Causal-Analysis)

Kemampuan menganalisis penyebab masalah membantu individu

mengenali dan mengidentifikasi permasalahan secara baik dan akurat.

Kemampuan ini membantu seseorang menjelaskan hal buruk dan baik yang

menimpa dirinya sehingga tidak terkurung pada prasangka buruk. Orang yang

tidak memiliki kemampuan menganalisis masalah cenderung membuat

kesalahan yang sama. Kemampuan menganalisis penyebab masalah

memampukan seseorang untuk fokus pada apa yang harus dilakukan untuk

keluar dari kesulitan dan tidak terjebak pada tindakan menyalahkan lingkungan

di luar dirinya.

Reivich dan Shatte (2002) mengungkapkan bahwa usaha mencari

penjelasan dari suatu kejadian ditentukan oleh kemampuan menganalisis

masalah. Terdapat tiga dimensi gaya berpikir yang digunakan untuk melihat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

21

penyebab sebuah masalah yang muncul, yaitu 1) gaya berpikir personal (saya-

bukan-saya), 2) gaya berpikir permanen (selalu-tidak selalu), dan pervasive

(meluas-tidak meluas).

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan dengan dimensi

personal “saya” memiliki keyakinan bahwa masalah yang dihadapi

bersumber dari dirinya sendiri. Sementara remaja dengan kehamilan di

luar nikah dengan dimensi berpikir “selalu” memiliki kecenderungan

untuk menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi tidak akan bisa

diselesaikan dan tidak akan bisa dirubah. Remaja dengan kehamilan di luar

pernikahan yang memiliki gaya berpikir “meluas” akan mampu

menjelaskan persoalan atau masalah yang dihadapi sebagai sesuatu yang

berdampak bagi kehidupannya.

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan yang memiliki

kemampuan refleksi “saya, selalu, seluruhnya’ menganggap bahwa

persoalan yang muncul bersumber dari dalam dirinya. Sedangkan remaja

dengan kehamilan di luar pernikahan yang memiliki pandangan “bukan

saya, tidak selalu, tidak seluruhnya” berpandangan bahwa penyebab dari

persoalan yang muncul berasal dari faktor di luar dirinya.

Kemampuan remaja melihat dan merespon kehamilannya sangat

dipengaruhi oleh caranya melihat dan menganalisis masalah tersebut. Cara

menganalisis yang tepat akan mempengaruhi caranya menyikapi

persoalan. Secara tepat remaja dengan kehamilan di luar pernikahan dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

22

melihat dan menganalisis berbagai penyebab dari kesengsaraan yang

dialami karena kondisi hamil. Kemampuan menganalisis tersebut

membantu remaja tersebut untuk mengambil langkah selanjutnya da

menghindari kesalahan yang sama.

5. Empati

Empati adalah kemampuan untuk mengenali berbagai

kemungkinan perilaku orang lain yang akan dilakukan. Seorang dengan

kemampuan berempati juga mempunyai kepekaan untuk membaca bahasa

tubuh orang dan merasakan apa yang orang lain alami atau kondisi emosi

orang lain. Pribadi semacam ini akan memiliki hubungan yang baik

dengan orang lain Empati terhadap orang lain adalah merasakan apa yang

orang lain rasakan dan mengalami apa yang orang lain alami dari sudut

pandang orang lain tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Kemampuan

berempati adalah kemampuan memposisikan dirinya pada posisi orang lain

yang sama-sama mengalami kesulitan, dan keberhasilan orang lain dalam

menghadapi kesulitan atau permasalahan (Reivich & Shatte, 2002).

Sebaliknya, individu dengan empati yang rendah akan memiliki pola dari

individu dengan resiliensi yang rendah. Individu ini tidak memiliki

kemampuan memahami dan menghargai orang lain sehingga

mengakibatkan tidak baiknya hubungan dengan orang lain (Reivich &

Shatte, 2002).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

23

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan yang memiliki

kemampuan berempati mudah memahami dan merasakan apa yang orang

lain rasakan terkait dengan perbuatan yang telah dilakukan. Ia menjadi

peka pada apa yang orang-orang terdekatnya rasakan, misalnya orang tua

dan keluarga dekat lainnya, bayi yang tak berdosa yang berhak untuk

hidup. Bagi remaja dengan kehamilan di luar pernikahan yang tinggal di

rumah pengungsian, kemampuan berempati akan menjadi dukungan yang

baik dalam membangun hubungan dengan residen lain.

6. Efikasi Diri (Self-efficacy)

Efikasi diri merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat secara

efektif menjalani hidup. Keyakinan ini adalah wujud dari rasa percaya

diri bahwa ia mampu mengatasi kesulitan yang akan dihadapi (Reivich &

Shatte, 2002). Kemampuan ini menjadi salah satu faktor pendukung dalam

resiliensi. Menurut Bandura (dalam Junianto, 2015) individu yang

memiliki kemampuan efikasi diri lebih mudah menghadapi tantangan

karena memiliki rasa percaya diri yang sehat terkait kemampuan yang

dimiliki. Individu ini akan secara efektif menghadapi masalah, bangkit dari

kegagalan, kemudian mendapat hidup yang lebih bahagia.

Individu yang memiliki efikasi diri tinggi saat memiliki persoalan

dalam hidup menunjukan komitmen yang tinggi. Individu tersebut

menunjukan sikap tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

24

Efikasi diri nampak dalam diri seseorang yang memiliki keyakinan bahwa

masih ada acara lain yang dapat dilakukan agar dapat keluar dari persoalan

yang dihadapi. Efikasi diri juga menjadi salah satu kemampuan yang

dimiliki seorang yang resilien.

Kemampuan efikasi diri pada remaja yang mengalami kehamilan

di luar pernikahan dengan percaya diri menghadapi persoalan yang

dihadapi, memiliki jiwa yang sehat untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya dengan mencari berbagai cara agar keluar dari persoalan

yang dihadapi tetapi tidak membuat kesalahan baru. Secara wajar remaja

tersebut menunjukan sikap percaya diri bahwa ia mampu melewati

kesulitan hidup yang sedang dialami, mencari solusi dan berhubungan

dengan orang-orang yang dapat membantunya. Remaja dengan kehamilan

di luar pernikahan tidak menghabiskan waktu dengan menyalahkan

keadaan dan orang di luar dirinya tetapi menunjukan komitmen yang

tinggi untuk bertangung jawab atas kesalahan yang dilakukan.

7. Reaching Out

Reivich dan Shatte (2002) menyampaikan aspek positif dalam

hidup merupakan gambaran individu yang resilien. Aspek positif tersebut

memampukan seseorang untuk membedakan resiko yang realistis dan

tidak realistis. Individu memiliki makna, tujuan dan gambaran hidup yang

jelas.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

25

Reaching out merupakan kemampuan untuk meraih apa yang

diinginkan, meskipun harus melampaui perkiraan atau batasan

kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Kemampuan menjangkau keluar

ini merupakan sumber internal dalam diri individu untuk melakukan hal

yang baru. Kemampuan ini menjadi bagian terpenting bagi individu untuk

menemukan hidup yang lebih baik dan tetap optimis meski menghadapi

kesulitan hidup.

Remaja dengan kehamilan di luar pernikahan berada dalam kondisi

sulit. Sikap optimis mencapai cita-cita dan harapan dibalik kesulitan yang

dihadapi mendukung mereka dalam melihat peluang dan rencana-rencana

baru bagi hidupnya setelah melahirkan bayinya dan optimis menghadapi

hidup barunya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

resiliensi sangat berperan dalam diri seseorang ketika menghadapi persoalan

hidup. Aspek-aspek tersebut mendorong seseorang untuk mengatasi persoalan

yang dihadapi tanpa merusak diri dan hubungannya dengan orang lain. aspek-

aspek positif tersebut akan membantu seseorang untuk tetap merasa bahagia dan

percaya diri menatap masa depannya.

3. Ciri-Ciri Orang dengan Resiliensi

Daya resilien tidak dimaknai sebagai kondisi dimana seseorang hanya

sekedar mampu bertahan dalam kesulitan tetapi pada situasi dimana seseorang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

26

mengalami pertumbuhan dan perubahan baru dalam hidup (Mowbray, 2011).

Siebert (2005) menguraikan ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan

resiliensi adalah sebagai berikut:

a. Mampu mengatasi perubahan-perubahan dalam hidup

Hidup pada dasarnya sangat dinamis. Manusia selalu dihadapkan pada

perubahan-perubahan yang bisa datang kapan saja dan tidak terduga.

Pribadi yang resilien selalu mampu mengatasi perubahan dengan

tenang dan fokus.

b. Mampu mempertahankan kesehatan dan energi yang baik.

Perubahan yang dapat berupa kemalangan atau masalah yang sulit

dalam hidup tentu sangat mempengaruhi kesehatan fisik maupun

psikologis. Beberapa orang menjadi sangat sedih dan putus asa atau

bahkan mengalami simpton patologis. Seorang yang resilien mampu

mengatasi situasi sulit dalam hidupnya, menunjukan indvidu yang

sehat lahir dan batin untuk melanjutkan kehidupannya. Secara dewasa

ia dapat memahami dan membuat pilihan agar tetap dalam kondisi

sehat.

c. Mampu bangkit dari keterpurukan

Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya, baik

yang sebabkan oleh kesalahan sendiri maupun karena orang lain.

Individu yang memiliki daya resilien memiliki kemampuan untuk

bangkit dari kejatuhannya dan berusaha menemukan semangat baru.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

27

d. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan hidup

Masalah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup.

Individu yang resilien memiliki kemampuan menyelesaikan kesulitan

hidup dan menemukan kehidupan yang lebih bahagia dari

sebelumnya.

e. Mampu merubah cara berfikir dan cara mengatasi masalah ketika cara

yang lama tidak berhasil

Seorang yang memiliki daya resiliensi dapat secara kreatif

menemukan cara-cara baru dan tidak menunjukan sikap pesimis.

Seorang yang resilien memiliki keyakinan bahwa terdapat lebih dari

satu cara untuk menyelesaikan persoalan hidup ketika cara yang

dipilih menemui jalan buntu.

f. Fokus pada tujuan dan mampu memperhitungkan resiko yang realistis

dan tidak realistis.

Individu yang memiliki daya resilien tidak menggunakan cara-cara

tanpa perhitungan. Resiko yang kemungkinan akan muncul akan

menjadi dilihat secara baik, tidak membabi buta dan memperhatikan

secara seksama apakah resiko tersebut cukup realistis untuk dihadapi

atau harus dihindari.

4. Sumber-sumber Resiliensi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

28

Selain aspek-aspek yang diuraikan oleh Reivich dan Shatte, Grotberg

(1999) menjelaskan dalam teori resiliensinya bahwa terdapat tiga sumber pada

individu yang dapat membangkitkan daya resiliensi. Ketiga sumber tersebut

adalah mengetahui siapa diri mereka (I AM), apa yang mereka miliki (I HAVE),

dan apa yang dapat mereka lakukan (I CAN). Sumber resiliensi tersebut menjadi

daya dukung bagi individu dalam menghadapi kesulitan atau kesengsaraan yang

dihadapi.

Sumber kekuatan pribadi (I Am) merupakan kekuatan yang berasal dari

dalam diri seseorang. Kekuatan tersebut meliputi perasaan dicintai dan perilaku

yang menarik, sikap dan keyakinan diri dan harga diri, bangga pada diri sendiri,

optimisme, kreatifitas, otonomi diri dan tanggung jawab, mencintai, empati dan

jiwa altruistik. Kemampuan ini ditandai dengan adanya usaha individu untuk

selalu mencintai orang lain dan bersikap agar orang lain mencintainya. Selain

memiliki kebanggaan pada diri, individu tersebut memiliki sikap emphati dan

peduli pada orang lain. kemampuan-kemampuan tersebut mendukung individu

untuk memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi kesulitan dan kepahitan

hidup, tidak tergantung pada orang dan memiliki kesiapan menghadapi

konsekwensi dari keputusannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Selain itu, individu juga dipenuhi dengan semangat hidup yang selalu ada harapan

dalam situasi apapun serta berusaha untuk selalu setia dalam pilihan hidupnya

dalam moralitas dan keimanan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

29

Apa yang dimiliki (I Have) adalah sumber resiliensi dari luar diri

seseorang. I Have berupa dukungan, cinta, perhatian dan penerimaan dari orang-

orang yang dekat dengan kehidupan seseorang seperti orang tua, anggota keluarga

lain, guru, dan teman. I Have ditunjukan dalam sebuah hubungan yang sehat

dengan orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, lingkungan sekolah maupun

lingkungan yang lebih luas. Dukungan dari luar individu sangat bermakna dalam

membangun kemandirian, rasa percaya diri, tanggung jawab dan keinginan

memahami dan berempati dengan orang lain

Sumber ketiga adalah apa yang dapat mereka lakukan (I Can). I Can

berupa kemampuan untuk mengelola perasaan dan impuls dari dalam diri,

membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, mengenali emosi diri dan

orang lain serta yang terpenting adalah kemampuan memecahkan masalah.

Kemampuan memecahkan masalah adalah kemampuan dasar untuk

mengidentifikasi sebuah masalah dan kemudian menentukan langkah selanjutnya

agar masalah tersebut dapat diselesaikan (Kim dan Choi, 2014). Kirkley, (2003)

menegaskan kemampuan memecahkan masalah melibatkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi seperti visualiasi, asosiasi, abstraksi, manipulasi, penalaran, analisis,

sintesis, dan generalisasi (Mahmudi, 2008). Resiliensi tidak harus secara utuh

memiliki ketiga sumber tersebut tetapi bila hanya memiliki satu saja tentu tidak

cukup. Resiliensi bersumber pada ketiga hal tersebut yang masing-masing saling

mendukung satu sama lain.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

30

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber resiliensi dapat

ditemukan dari dalam diri seseorang dan dukungan dari orang lain. Pribadi yang

resilien tidak perlu mendapat ketika sumber tersebut. Salah satu sumber mencapai

dan meningkatkan resiliesi salah satunya dipengaruhi oleh kecerdasan kognitif

seseorang sebagai salah satu sumber untuk menyelesaikan permasalahan yang

terjadi.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 mendefinisikan remaja

adalah penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun. Sementara BKKBN menyebut

remaja adalah mereka yang berusia 10-24 tahun dan belummenikah

(depkes.go.id). Hurlock (1981) menyebutkan remaja adalah mereka yang berusia

12 hingga 18 tahun. Monks, Knoers dan Haditono (2000) memberi batasan usia

remaja pada usia 12 sampai 21 tahun. WHO memberi batasan usia remaja antara

10-20 tahun.

Bapak Psikologi Remaja, Stanley Hall menyebutkan rentang usia remaja

lebih panjang dibanding para ahli lain, yaitu usia 12-23 tahun (Santrock, 2013).

Konopka (dalam Yusuf, 2011) membagi masa remaja dalam tiga fase, antara lain

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

31

Remaja Awal (12-15 tahun), Remaja Madya (15-18 tahun), dan Remaja Akhir

(19-22 tahun).

Berdasarkan uraian tentang remaja di atas, secara kronologis dapat

dikatakan bahwa berakhirnya masa remaja terdapat perbedaan yang cukup

bervariasi tetapi hampir semua ahli memiliki kesamaan pendapat tentang

dimulainya masa remaja. Pada penelitian ini, peneliti membatasi masa remaja

adalah mereka yang berusia 12-23 tahun sebagaimana disampaikan oleh Stanley

Hall (dalam Santrock, 2013).

2. Karakteristik Remaja

Remaja berada dalam tahap peralihan yaitu dari masa anak-anak menuju

masa dewasa. Remaja sedang mengalami perubahan yang cepat dan banyak di

berbagai aspek, khususnya fisik, sosial dan emosional. Perkembangan fisik

ditandai dengan ternyadinya proses pematangan dan berfungsinya alat reproduksi

pada organ seksual remaja (Sarwono, 2001). Hurlock (2013) menyebutkan bahwa

masyarakat umum menyebut masa pematangan alat reproduksi tersebut sebagai

masa pubertas dimana seseorang sedang berada dalam proses pemasakan organ-

organ seksual. Tidak ada lagi tanda-tanda biologi yang berarti yang menandai

berakhirnya masa remaja tetapi faktor-faktor sosial biasanya digunakan untuk

menandai seseorang memasuki masa dewasa (Situmorang, 2003).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

32

Pada aspek sosial-emosional, remaja berada di tahap “sense of identity vs

role confusion” (Yusuf, 2006). Proses pencarian jati diri berkembang seiring

dengan kesadaran remaja akan sangat pentingnya pandangan orang lain terhadap

keberadaannya. Remaja sangat ingin diakui, melakukan berbagai hal untuk

memperkuat kepercayaan diri, dan menegaskan kemandirian (Agustiani, 2006).

Menurut Oswelt (dalam Herlina, 2011) remaja mengalami perkembangan yang

lebih mendalam dalam membangun hubungan dengan orang lain dibanding pada

masa anak-anak. Remaja menginginkan dan menuntut kebebasan diri tetapi disisi

lain masih takut dan ragu-ragu untuk bertanggung jawab untuk mengatasi

persoalan yang dihadapi (Hurlock, 1981).

Bapak Psikologi Remaja, Stanley Hall, menyebut masa remaja adalah

masa “storm and stress". Masa tersebut ditandai dengan situasi dimana remaja

mengalami kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan pada orang tua.

Masa badai dan stress banyak terjadi pada tiga hal utama yaitu konflik dengan

orang tua, mood yang sangat mudah berubah serta perilaku yang beresiko,

misalnya terlibat dalam tindakan kenakalan remaja, masalah-masalah emosional

dan kehamilan (Arnett, 2015).

Hurlock (1981) menguraikan bahwa otak remaja sedang dalam tahap

perkembangan dimana ketrampilan kognitif baru akan muncul. Terjadi

peningkatan sambungan saraf di otak tetapi tidak dibarengi dengan kematangan

emosi. Otak lebih mengandalkan sistem limbik yang mendahulukan emosi

daripada korteks prefrontal yang berfungsi mengolah informasi secara rasional.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

33

Sistem limbik mengambil peran lebih banyak dibanding korteks pre-frontal yang

berhubungan dengan kemampuan perencanaan, pengendalian dorongan dan daya

nalar yang lebih tinggi. Johnson (2009) mengungkapkan “"The brain continues to

change throughout life, but there are huge leaps in development during

adolescence," diungkapkan bahwa otak manusia terus berubah sepanjang hidup

tetapi terjadi lompatan besar pada masa remaja. Pada tahap tersebut terjadinya

perubahan hormonal sehingga terjadi dinamika emosi yang lebih intens, misalnya

kemarahan, ketakutan, agresi, kegembiraan dan daya tarik seksual (Johnson,

2012).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah

manusia yang sedang berada di tahap sangat kritis dimana mereka memasuki

tahap meninggalkan masa anak-anak untuk menjadi manusia dewasa. Terdapat

berbagai perkembangan yang banyak dan cepat yang kemudian sangat

mempengaruhi perilaku remaja. Keberhasilan atau kegagalan remaja menjalani

masa transisi akan mempengaruhi kehidupan di masa dewasa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Havinghurst (1972) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai hal yang

muncul pada satu periode kehidupan, sebuah pencapaian yang akan menuntun

manusia pada kebahagiaan dan kesuksesan di tugas perkembangan selanjutnya.

Tugas perkembangan berhubungan dengan domain sikap, perilaku dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

34

ketrampilan yang seharusnya dimiliki oleh semua individu sesuai usia dan tahap

perkembangannya (Yusuf, 2011)

Terdapat tiga sumber pada tugas perkembangan menurut Havighurst

(1972), pertama tugas perkembangan yang muncul dari kematangan fisik seperti

belajar berjalan, belajar berbicara dan sikap menerima perbedaan jenis kelamin di

masa remaja, menyesuaikan atau menyiapkan diri memasuki masa menopause di

usia pertengahan; kedua disebut oleh Havighurst (1972) sebagai tugas

perkembangan dari sumber-sumber diri seseorang. Sumber-sumber diri seseorang

dipandang sebagai sumber yang berasal dari dalam diri seseorang. Salah satu

contoh dari sumber-sumber diri sesorang adalah munculnya kematangan

kepribadian dan pembentukan nilai dan cita-cita, belajar berbagai ketrampilan

yang diperlukan untuk bekerja; sumber ketiga adalah tugas perkembangan dimana

seseorang menggunakan sumber-sumber dalam dirinya di tengah masyarakat,

misalnya belajar membaca atau mempelajari peran apa yang dapat diambil

sebagai bentuk tanggung jawab sebagai warga Negara

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurts (dalam Monks,

2001), adalah :

a. Mencapai relasi baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik teman

perempuan maupun laki-laki

b. Mencapai peran di masyarakat sebagai seorang pria maupun wanita

c. Menerima kondisi fisik dan menggunakannya secara efektif

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

35

d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua maupun orang dewasa

lainnya

e. Menyiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga

f. Menyiapkan diri untuk berkarir

g. Belajar seperangkat nilai dan adat istiadat sebagai dasar untuk bertindak

dan mengembangkan ideology

h. Mulai memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam aktivitas

kemasyarakatan dan politik

C. Kehamilan di Luar Pernikahan

1. Definisi Kehamilan di Luar Pernikahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hamil adalah saat dimana

wanita mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa.

Seseorang benar-benar dikatakan hamil hanya ketika terjadi proses implant yang

telah lengkap. Proses implant adalah saat dimana sebuah telur yang subur telah

ditanam di dalam uterus atau rahim wanita (Gold, 2005). Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (2015) mendefinisikan hamil adalah keluarnya sel telur

matang pada saluran telur lalu bertemu dengan sperma.

Kehamilan dimaknai sebagai tumbuhnya janin di dalam rahim seorang

perempuan. Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung

dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan (Sarwono, 2001).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

36

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma

(Kushartanti, 2004).

Undang-undang Perkawinan Tahun 1974 Perkawinan menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kartono

(1992) perkawinan atau pernikahan diuraikan sebagai peristiwa sepasang

mempelai atau sepasang laki-laki dan perempuan yang dipertemukan secara resmi

di hadapan penghulu/ kepala agama tertentu, saksi dan hadirin, dan diresmikan

sebagai suami-istri dengan ucapan dan tata cara tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan di luar

pernikahan adalah hadirnya janin di dalam rahim seorang perempuan sebelum

secara resmi disahkan sebagai suami istri sesuai undang-undang yang berlaku di

Indonesia.

D. Dinamika Resiliensi pada Remaja dengan

Kehamilan di Luar Pernikahan

Zulkifli (2005) pada saat menuju masa dewasa, remaja mengalami

perubahan-perubahan, salah satunya adalah perubahan fisik. Kematangan organ

reproduksi tersebut ditandai dengan munculnya ciri kelamin primer dan

pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks. Perubahan pada diri remaja tersebut

memunculkan dorongan seksual kepada lawan jenis. Pada tahap ini sering muncul

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

37

keinginan untuk mencoba hal baru sekaligus memenuhi rasa ingin tahu dalam

bentuk membangun hubungan dengan lawan jenis hingga perilaku seksual

pranikah. Perilaku seksual pranikah adalah semua bentuk tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh individu dengan individu lain

sebelum menikah. Hurlock (2002) mengungkapan perilaku seksual pranikah

adalah salah satu bentuk ungkapan tingkah laku atau rasa cinta yang

dilampiaskan dimulai pada tahap berdekatan, berciuman sampai melakukan

senggama tanpa adanya ikatan pernikahan.

Sulistyana (2007) menjelaskan bahwa hamil di luar nikah sulit diterima

oleh masyarakat. Kehamilan menjadi sebuah aib dan masalah besar bagi diri

remaja, keluarga dan orang-orang terdekatnya. Masyarakat Indonesia masih

memandang remaja yang hamil di luar nikah sebagai pribadi dengan perilaku

yang menyimpang di masyarakat. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam

Bungin, 2001) menjelaskan penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan

sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Hidayana (2004) mengungkapan kondisi hamil di luar pernikahan

berakibat negatif bagi perkembangan psikologis dan sosial. Remaja akan

mengalami dikucilkan, stigma, diskriminasi, trauma, kehilangan banyak hak,

mengalami depresi, dan sebagainya. Reivich dan Shatte (2002) mengungkap

beberapa emosi yang pada umumnya dialami oleh remaja yang mengalami

kehamilan di luar pernikahan, yaitu rasa sedih dan depresi, perasaan

bersalah, marah, kecemasan dan perasaan malu. Remaja tersebut juga

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

38

mengalami perubahan mood yang kuat, cepat dan sering, perasaan mudah

tersinggung, kesepian, pola tidur dan nafsu makan yang bermasalah, putus asa

dan juga bingung. Respon remaja dalam menghadapi kesengsaraan akibat

kehamilan yang dialami berbeda-beda. Siebert (2005) mengungkapkan bahwa

reaksi tiap individu dalam menghadapi persoalan atau perubahan dalam hidup

berbeda-beda. Terdapat individu yang menghadapi persoalan dengan sikap

emotional bahkan kecenderungan melakukan kekerasan dengan menyakiti orang

lain, ada individu yang pasrah dan merasa tidak berdaya (helpless) menghadapi

persoalan dan perubahan dalam hidup. Namun ada individu yang berani

menghadapi persoalan, beradaptasi dengan kenyataan dan menjadi individu yang

lebih kuat serta menemukan kehidupan yang lebih baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja dengan kehamilan di

luar pernikahan memiliki dinamika resiliensi yang berbeda satu sama lain. Remaja

dengan persoalan yang sama, dapat saja menunjukan respon yang berbeda.

Beberapa ada yang berupaya keras untuk keluar dari kesulitan bahkan

menemukan kehidupan yang lebih baik tetapi beberapa menunjukan sikap

menyerah atau hanya sekedar bertahan saja.

E. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini hendak melihat dari dekat kehidupan remaja di sebuah

rumah pengungsian yang berada di Kota Y memiliki layanan khusus yaitu

memberi pendampingan bagi remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensieprints.mercubuana-yogya.ac.id/4233/3/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.… · emosi dan perasaan positif. Regulasi emosi membantu

39

Kehamilan di luar pernikahan atau yang terjadi tanpa dilalui dengan proses

pengesahan secara agama maupun negara melahirkan penderitaan yang mendalam

bagi para remaja. Penderitaan yang dialami akibat kehamilan diterima secara

berbeda oleh setiap remaja yang tinggal di rumah pengungsian tersebut. Beberapa

nampak cukup kuat dan optimis menghadapi masa depan tetapi ada juga remaja

yang menunjukkan sikap pesimis dan putus asa. Terkait respon yang berbeda

tersebut peneliti berminat untuk melihat bagaimana gambaran resiliensi pada

remaja yang dipilih dalam penelitian. Maka peneliti mengajukan pertanyaan

penelitian yaitu bagaimana gambaran resiliensi pada remaja dengan kehamilan di

luar pernikahan?