23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin disebut Moringa oleifera atau dalam bahasa inggris disebut drumstik plant ini merupakan tanaman yang menjadi sayuran yang sarat nutrisi dan mempunyai berbagai jenis kegunaan. Menurut sejarahnya, tanaman kelor (Moringa oleifera), berasal dari daerah kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar kekawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat (Nurcahyati,2014) Tanaman moringa memiliki nama umum; di Jawa dinamakan kelor dan Limaran, di Malaysia dinamakan Kalor dan Merunggai, di Thailand dinamakan Marum dan di Filipina dinamakan Malunggay. Di Anglo Saxon, daun ini juga dikenal sebagai Ben-Oil Tree, Clarifer Tree, atau Drumstick tree. Kata Moringa sendiri berasal dari kata Tamil Nadu India yang artinya twisted pods (lanjaran biji muda yang seolah menggeliat). Tanaman kelor yang memiliki nama ilmiah Moringa oleifera, termasuk suku/famili Moringacease. Tumbuhan ini memiliki ketinggian pohon antara 7-11 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih gading, kulit tipis, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinatus). Helai daunnya berwarna hijau muda atau hijau pupus. Polongnya berbentuk segitiga, panjang 20-60 cm, polong buah muda berwarna hijau muda atau hijau pupus. Menurut FAO, tanaman kelor kaya akan protein, vitamin A, B dan C serta mineral sehingga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang sedang mengandung, menyusui dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan (Winarno, 2018).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman kelor

Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin disebut

Moringa oleifera atau dalam bahasa inggris disebut drumstik plant ini merupakan

tanaman yang menjadi sayuran yang sarat nutrisi dan mempunyai berbagai jenis

kegunaan. Menurut sejarahnya, tanaman kelor (Moringa oleifera), berasal dari

daerah kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar kekawasan di

sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat (Nurcahyati,2014)

Tanaman moringa memiliki nama umum; di Jawa dinamakan kelor dan

Limaran, di Malaysia dinamakan Kalor dan Merunggai, di Thailand dinamakan

Marum dan di Filipina dinamakan Malunggay. Di Anglo Saxon, daun ini juga

dikenal sebagai Ben-Oil Tree, Clarifer Tree, atau Drumstick tree. Kata Moringa

sendiri berasal dari kata Tamil Nadu India yang artinya twisted pods (lanjaran biji

muda yang seolah menggeliat).

Tanaman kelor yang memiliki nama ilmiah Moringa oleifera, termasuk

suku/famili Moringacease. Tumbuhan ini memiliki ketinggian pohon antara 7-11

meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih gading, kulit tipis,

permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring,

cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk bertangkai panjang,

tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinatus). Helai daunnya berwarna

hijau muda atau hijau pupus. Polongnya berbentuk segitiga, panjang 20-60 cm,

polong buah muda berwarna hijau muda atau hijau pupus.

Menurut FAO, tanaman kelor kaya akan protein, vitamin A, B dan C serta

mineral sehingga sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang sedang

mengandung, menyusui dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan

(Winarno, 2018).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

7

Gambar 1

Tanaman Kelor

Kandungan gizi daun kelor menurut data Tabel Komposisi Pangan

Indonesia (2017). komposisi gizi pangan dihitung per 100 g dengan berat dapat

dimakan (BDD) 65%.

Tabel 1

Kandungan gizi daun kelor

Air (Water) 75,5 g

Energi (Energy) 92 kal

Protein (protein) 5.1 g

Lemak (fat) 1.6 g

Karbohidrat (CHO) 14.3 g

Serat (Fiber) 8.2 g

Abu (Ash) 3.5 g

Kalsium (Ca) 1.077 mg

Fosfor (P) 76 mg

Besi (Fe) 6.0 mg

Natrium (Na) 61 mg

Tembaga (Cu) 0.6 mg

Seng (Zn) 3.266 mg

Beta-karoten

(Carotenes)

0.30 mcg

Thiamin (Vit. B1) 0.30 mg

Riboflavin (Vit.B2) 0.10 mg

Niasin (Niacin) 4.2 mg

Vitamin C (Vit.C) 22 mg

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

8

B. Tepung daun kelor

Dalam pemanfaatanya agar dapat bertahan lama dan mudah disimpan daun

kelor dapat diolah setengah jadi dalam bentuk kering ataupun tepung tepung daun

kelor dapat diproduksi dari daun yang masih muda. Artinya, yang masih berada

pada tangkai daun ketujuh dari pucuk daunnya. Tepung ini memiliki kandungan

gizi yang lebih baik. Daun yang lebih tua namun belum menguning juga masih

bisa digunakan sebagai bahan dasar tepung daun kelor.

Daun kelor yang telah dipetik kemudian dicuci dengan air bersih,

kemudian dirunut dari tangkai daun, dan ditebarkan di atas nampan/jaring

kawat/rak jemuran. Setelah itu, tumpukan daun diratakan sehingga lapisan daun

hanya berlapis tipid dan dikeringkan menggunakan oven.

Pengeringan dapat dilakukan dibawah sinar matahari, tetapi biasanya

memerlukan waktu lama, dan sering banyak gangguan hujan angin dan

kontaminasi lingkungan. Pengeringan yang bagus (dalam jumlah kecil) dapat

menggunakan oven dengan suhu 45ºC selama kurang lebih 24 jam. Dalam kondisi

ini, biasanya daun kelor sudah cukup kering. Setelah kering, daun dihancurkan

menggunakan blender atau penggiling, kemudian disaring (Winarno, 2018).

Tabel 2.

Komposisi gizi tepung daun kelor (Moringa oleifera)

Varietas Sulawesi Selatan dalam 100 gram

Sumber: Winarno, 2018

Analisis Zat Gizi Komposisi Gizi

Kadar air (%)

Protein (%)

Β-karoten (Provitamin A)

(mg)

Kalsium (mg)

Zat besi (mg)

Magnesium (mg)

10,5

28,25

11,92

2241,19

35,91

28,03

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

9

C. Ikan bandeng

Bandeng adalah ikan laut yang dapat hidup di berbagai lingkungan

perairan. Ikan yang dalam literatur Inggris dipopulerkan dengan sebutan milkfish

ini dikenal sebagai ikan tambak. Di Filipina, bandeng dikenal dengan nama

bangus. Sedangkan nama lokalnya di Indonesia cukup banyak diantaranya

bandang, muloh, bolu, ikan bebi (ikan tulang), dan sebagainya

Gambar 2

Ikan bandeng

Bandeng mempunyai badan memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor

bercabang sebagai tanda bahwa bandeng tergolong ikan perenang cepat. Kepala

ikan bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi dan

lubang hidung terletak di depan mata. Mata diseliputi oleh selaputbening

(subcutaneus). Warna badan putih keperak-perakan dengan punggung berwarna

kehitaman (Kordi, 2017)

Menurut Kordi (2017) klasifikasi ikan bandeng sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Gonorhynchiformes

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

10

Bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

keunggulan kompratif dan strategis dibanding komoditas perikanan yang lain,

karena (1) teknologi pembesaran dan pembenihannya telah dikuasai dan

berkembang di masyarakat. (2) persyaratan hidupnya tidak menuntut kriteria

kelayakan yang tinggi mengingat bandeng toleran terhadap perubahan mutu

lingkungan serta tahan terhadap perubahan mutu lingkungan serta tahan terhadap

serangan penyakit, (3) merupakan ikan yang paling banyak diproduksi dan

dikonsumsi di Indonesia dalam bentuk segar dan olahan, baik untuk dikonsumsi

langsung maupun dalam bentuk hidup sebagai umpan dalam usaha penangkapan

ikan tuna dan cakalang, (4) merupakan sumber protein yang potensial bagi

pemenuhan gizi serta pendapatan masyarakat petambak dan nelayan, dan (5) telah

menjadi komoditas ekspor.

Bandeng adalah ikan yang menyumbang produksi paling banyak terhadap

kegiatan budi daya perairan (akuakultur) dari delapam jenis ikan budi daya utama,

bandeng berada pada urutan teratas dengan produksi mencapai 550 ribu ton di

tahun 2008 dan ditargetkan mencapai 822 ribu ton di tahun 2009, atau mengalami

peningkatan 41,15 %. Jika kenaikan produksi 41,15% dapat dipertahankan pada

tahun 2010 produksi bandeng akan mencapai lebih dari 1 juta ton (Kordi, 2009).

Bandeng merupakan ikan dengan harga sedang dan dikonsumsi oleh

berbagai lapisan masyarakat. Selain merupakan ikan penting dalam konsumsi

rumah tangga bandeng juga merupakan ikan umum yang disajikan di rumah-

rumah makan di pinggiran hingga restoran dan hotel mewah. Walaupun

merupakan ikan unggul dan populer di Indonesia, bandeng belum menjadi ikan

bergengsi (Kordi, 2017).

Ikan bandeng segar dapat ditandai dengan mata terang, cerah, kornea

transparan, insang merah cerah, berlendir jernih, tak berbau atau bau khas ikan,

tubuh bersisik mengilap, bila ditekan dengan jari terasa kenyal serta sirip dan

bagian tubuh berwara asli dengan perut utuh dan keras/kenyal (Kordi, 2009).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

11

Kandungan gizi ikan bandeng menurut data Tabel Komposisi Pangan

Indonesia (2017) . komposisi gizi pangan dihitung per 100 gram .

Tabel 3

Kandungan gizi ikan bandeng

Air (Water) 74.0 g

Energi (Energy) 123 kal

Protein (protein) 20.0 g

Lemak (fat) 4.8 g

Karbohidrat (CHO) 0.0 g

Serat (Fiber) 0.0 g

Abu (Ash) 1.2 g

Kalsium (Ca) 20 mg

Fosfor (P) 150 mg

Besi (Fe) 2.0 mg

Natrium (Na) 67 mg

Kalium (K) 271.1 mg

Tembaga (Cu) 0.0 mg

Seng (Zn) 0.9 mg

Retinol (Vit.A) 45 mcg

Beta-karoten

(Carotenes)

21 mcg

Thiamin (Vit. B1) 0..05 mg

Riboflavin (Vit.B2) 0.10 mg

Niasin (Niacin) 6.0 mg

Vitamin C (Vit.C) 0.0 Mg

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2017

D. Ekado

Ekado merupakan salah satu produk masakan khas jepang yang dibuat

dengan bahan dasar ayam, udang atau ikan serta bumbu bumbu yang lain.

Makanan sejenis pangsit ini tentu sudah banyak dikenal dan tersebar diberbagai

belahan dunia. Selain karena peminatnya yang banyak, karena rasanya yang khas,

dan kandungan gizinya yang tinggi (Prihanto, 2017).

Produk serupa yang sudah sangat dikenal di Jepang dan China dikenal

dengan nama “gyosa”. Hanya untuk “gyosa” dapat disajikan dengan berbagai

bentuk dan penyajiannya dapat dikukus ataupun digoreng.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

12

“Ekado fish” atau ekado yang berbahan dasar ikan dapat dipasarkan dalam

keadaan “ready to eat” atau dalam keadaan beku/dingin. Meskipun produk

tersebut hampir sama dengan bakso ikan, kekenyalan bukan lagi menjadi menjadi

tujuan utama dalam penentu mutu “ekado fish” (Agustini; dkk, 2016). Terdapat

dua jenis ekado yang sering dijumpai yaitu ekado kembang tahu dan ekado kulit

pangsit.

a. Ekado kembang tahu

Menurut SNI 7756:2013 ekado ikan merupakan produk sejenis siomay

ikan yang dibungkus dengan kembang tahu setengah kering dan ujunga dipilin

dengan atau tanpa diikat

Kembang tahu merupakan salah satu bentuk hasil oleh kedelai. Wujudnya

berupa lembaran kering berwarna kecokelatan. Kembang tahu diperoleh dari

lapisan atas yang diperoleh dari susu kedelai yang direbus. Lapisan atas tersebut

diangkat dengan alat khusus, ditiriskan dan dikeringkan (Santoso, 2005).

b. Ekado kulit pangsit

Gambar 3

Ekado kulit pangsit

Makanan ini merupakan produk yang hampir mirip dengan bakso ikan

hanya saja ada penambahan sayuran pada bakso dan dibungkus dengan kulit

pangsit, diikat dengan daun kucai atau sejenisnya kemudian digoreng.

Ekado yang ada dipasaran yaitu produk Hoka-Hoka Bento yang terbuat

dari telur puyuh berlapis olahan daging udang, dibungkus dengan kulit tahu lalu

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

13

diikat dengan daun kucai dan dimasak dengan metode deep frying oil (anonim,

2018).

E. Bahan-bahan pendukung pembuatan ekado

1. Telur

Telur adalah bahan pangan hewani yang mempunyai suatu susunan

biologik yang utuh (finit biological structure) dengan bentuk yang disebut butir

telur dan terutama yang dihasilkan dari peternakan jenis unggas petelur. Secara

alami, telur mempunyai struktur fisik yang demikian itu juga berperan sekaligus

untuk melindungi struktur anatomi dan kandungan berbagai senyawa kimia

dalam bahan pangan beserta zat-zat gizi yang terkandung didalamnya.

Telur konsumsi dihasilkan dari peternakan unggas petelur yang dalam

pemeliharaannya sengaja tanpa unggas jenis jantan agar telur yang dihasilkan

menjadi steril, tidak mengandung sel telur dibuahi.

Sebagai bahan pangan telur mempunyai banyak keistimewaan, salah

satunya yaitu memiliki sifat koagulasi. Secara umum koagulasi ialah proses

penggumpalan oleh panas pada partikel atau makromolekul dalam dispersi encer

atau cairan sol sampai terjadi kehilangan daya mengalirnya menjadi padat.

Bersamaan dengan daya koagulasi telur juga mempunyai sifat fungsional daya

mengikat air (water holding capacity). Daya mengikat air sangat penting pada

produk padat karena di samping menghasilkan produk olahan bentuk padat, juga

menghasilkan tekstur yang lunak karena banyaknya kandungan air yang terikat

dalam produk olahannya. (Soekarto, 2013)

2. Kulit pangsit

Dalam pembuatan ekado fish kulit pangsit digunakan sebagai bungkus dari

adonan (Agustini;dkk, 2016). Pangsit merupakan produk pangan dari negara cina

yang sering disebut wonton. Wonton terbuat dari tepung, air, telur, garam, dan

kansui serta dicetak dengan ukuran 8-10 cm di setiap sisinya dan ketebalan 0,5-1

mm. Adonan kulit pangsit yang baik memiliki warna kuning cerah, permukaannya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

14

halus, memiliki cooking tolerance, dan tahan terhadap cracking selama

pembekuan (Hou, 2010 dalam Anugrahati, dkk, 2017).

Kulit pangsit terbuat dari tepung terigu dicampur dengan air, telur, garam

dan lemak atau minyak dapat dilakukan dengan tangan atau mixer sampai

membentuk adonan yang homogen, yaitu menggumpal bila dikepal dengan

tangan, kemudian dibentuk menjadi lembaran elastis dan tipis. (Fajar Cordova,

2015 dalam Nurhikmah,2017)

3. Kucai atau bawang kucai (Allium shoenoprasum L.)

Kucai dalam pembuatan ekado digunakan sebagai pengikat pada pangsit

yang telah dipilin (Agustini;dll, 2016). Kelompok bawang daun ini meliputi

bawang kucai jawa (Allium odorum) dan kucai sunda (Akkium tuberosum) yang

sangat dikenal di Asia Tenggara. Kelompok bawang ini ada yang menyebutnya

chives dan ada pula yang menyebutnya bawang prei cina. Bawang daun kelompok

kucai jawa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Daun bawang kucai berbentuk seperti jarum dan memipih (tidak berongga)

menyerupai rumput.

b. Jenis bawang daun ini (bawang kucai) memiliki banya perbedaan dengan

bawang bakung (Allium fistulosum) baik dalam hal rasa, aroma, dan besarnya

tanaman.

c. Bawang kucai berukuran sangat kecil menyerupai rumput teki, ukuran tinggi

tanaman seitar 28 cm dan diameter batang sebesar 4 mm.

d. Daun bawang kucai memiliki ukuran panjang 16-23 cm dan lebar 3-5 mm.

e. Tanaman membentuk umbi dan siung berangkai-rangkai

Sementara bawang kucai sunda (Allium tuberosum) memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

a. Daun berbentuk segi empat menyerupai kumbuh dan berongga (didalamnya

berlubang).

b. Tanaman membentuk umbi dan siungnya banyak, tetapi tidak menyatu

(Cahyono, 2011).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

15

4. Daun bawang

Daun tanaman bawang daun merupakan bagian tanaman yang dikonsumsi

(dimakan) sebagai bumbu atau penyedap sayuran dan memiliki rasa agak pedas.

Daun tanaman bawang daun berbentuk bulat, memanjang, berlubang menyerupai

pipa, dan bagian ujungnya meruncing. Bawang prei (Allium ampeloprasum L.)

memiliki daun berbentuk pipih dan memanjang, tidak membentuk rongga (Seperti

pita) dan bagian ujungnya meruncing. Ukuran panjang daun sangat bervariasi,

antara 18-40 cm, tergantung pada varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai

hijau tua dan permukaan daun halus (Cahyono,2011).

5. Bawang

Bawang merupakan jenis umbi dan menjadi salah satu jenis rempah-

rempah. Beberapa contoh dari bawang yaitu bawang bombay, bawang merah dan

bawang putih. Bawang merah dan bawang putih memiliki bau dan cita rasa yang

khas (Hambali;dkk, 2005).

6. Lada

Lada adalah buah dari pohon Piper nigrum L.ada dua jenis lada yang

sering digunakan sebagai bumbu masak, yaitu lada hitam dan lada putih. Lada

hitam merupakan buah lada yang masih mempunyai kulit yang berwarna hitam

hasil dari fermentasi dan penjemuran. Sementara lada putih merupakan buah lada

yang tidak mempunyai kulit lagi dan telah dikeringkan. Kebanyakan para juru

masak memilih lada putih karena tidak meninggalkan warna seperti halnya lada

hitam. (Hambali;dkk, 2005)

7. Gula pasir

Gula pasir dihasilkan dari proses ekstraksi batang tanaman tebu

(Saccharum officinarum). Gula pasir sebagian besar dikonsumsi langsung oleh

masyarakat sebagai sumber energi, pemberi cita rasa, serta memperbaiki warna

dan tekstur makanan. Ada tiga macam jenis gula pasir, yaitu gula kristal, gula

rafinasi, dan gula putih. Gula kristal (raw sugar) diproduksi langsung dari tebu

dengan proses defekasi. Gula rafinasi diproduksi di kilang gula (refinery) denggan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

16

raw sugar sebagai bahan dasar. Gula putih (plantation white sugar) diolah

langsung dari tebu (beet) dengan proses karbonatasi atau sulftasi (Hambali;dkk,

2005).

8. Garam

Unsur yang terkandung dalam garam dapur yaitu sodium dan chlor

(NaCl). Garam yang dikonsumsi sebaiknya berupa garam beryodium. Pemgertian

garam beryodium adalah garam yang telah ditambah zat yadium yang diperlukan

oleh tubuh. Biasanya, pada kemasan ditulis “garam beryodium” untuk

membedakan garam beryodium dan garam tidak beryodium dapat digunakan tes

kit yang disebut yodina test (Hambali;dkk, 2005).

9. Minyak kelapa sawit

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkann dari

minyak sawit atau inti sawit melalui proses fraksinasi, raniasi dan hidrogenesis.

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan

dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening, dan bahan

untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai

beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain

mengandung dibandingkan dengan minyak goreng antara lain mengandung

karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai

sumber vitamin E. Disamping itu, kandungan asam linoleat dan nilolenatnya

rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki

kemantapan kalor (heat stability) yang tingi dan tak mudah teroksidasi (Fauzi;

dkk, 2012)

F. Zat besi

Zat besi merupakan mineral esensial. Sumber zat besi yang baik antara

lain, hati, daging, kacang-kacangan, padi-padian, sereal yang telah difortifikasi,

tepung kedelai, dan sayuran hijau gelap. anjuran kecukupan zat besi untuk orang

dewasa adalah sebanyak 7-18 mg dan ibu hamil 27 mg. Penyerapan zat besi (fe)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

17

terjadi apabila Fe sudah terpisah dari bahan organik (mis., protein) dan Fe3+ (feri)

sudah direduksi menjadi Fe2+ (fero) oleh HCl lambung dan vitamin C. Penyerapan

terjadi dibagian duodenum usus halus, yang pengaturannya tergantung kebutuhan

tubuh. Setelah diserap oleh usus, Fe diangkut oleh darah dan didistribusikan ke

seluruh jaringan tubuh dalam keadaan terikat pada protein transferin. Zat besi (Fe)

tersebut antara lain digunakan untuk enzim-enzim pernapasan, Fe dalam plasma

darah, produksisi hemoglobin dan sel darah merah dalam tulang, di dalam hati,

limfa, dan lain-lain. Konsumsi daging sapi, daging ayam, ikan dan vitamin C akan

meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati (sampai 2-3 kali)

(Hardiansyah; dkk, 2017).

Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang paling umum terdapat, baik

di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Defisiensi besi terutama

menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui

serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi besi dikaitkan

dengan anemia gizi besi. Kehilangan besi terjadi karena konsumsi makanan yang

kurang seimbang atau gangguan absorbsi besi. Di samping itu kekurangan besi

dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-

penyakit yang mengganggu absorbsi, seperti penyakit gastrointestinal.

Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih,

pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya

kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan

luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Sedangkan

kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh

suplemen besi. Gejalanya adalah rasa nek, muntah, diare, denyut jantung

meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan (Almatsier, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

18

Tabel 4

Angka kecukupan mineral (Besi) yang dianjurkan untuk orang Indonesia

(peorang perhari)

Kategori Wanita (mg/hari)

19-29 tahun 26

30-49 tahun 26

50-64 tahun 12

Kehamilan

Trimester 1 +0

Trimester 2 +9

Trimester 3 +13

Menyusui

6 bulan pertama +6

6 bulan kedua +8

Sumber : AKG,2013

G. Anemia

Anemia sejauh ini merupakan gangguan yang paling sering mengenai

eritrosit. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin darah

(dengan referensi kisaran normal untuk usia, jenis kelamin, dan geografi yang

sudah ada), biasanya berkaitan dengan reduksi total massa eritrosit di dalam

sirkulasi. Apapun penyebabnya, anemia menurunkan kapasitas darah untuk

membawa oksigen dan, jika cukup berat dapat menimbukan gejala dan tanda

klinis. (Chandrasoma dan Taylor, 2015).

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena

gangguan absorbsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin

(vitamiin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam

molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorbsi dan pelepasan zat

besi dari transferin kedalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi

stabilitas membran sel darah merah. Sebagian besar anemia gizi ini adalah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

19

anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama karena makanan yang

dimakan kurang mengandung besi. Di samping itu pada wanita karena kehilangan

darah karena haid dan persalinan (Almatsier,2009).

Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan

sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraaan besaran zat besi yang perlu

ditimbun selama hamil ialah 1.040 mg. Dari jumlah ini 200 mg Fe tertahan oleh

tubuh ketika melahirkan dan 800 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi

ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg

untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet karena itu,

suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang

berstatus gizi baik. Penambahan asupan besi, baik lewat makanan atau pemberian

suplemen, terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. (Arisman,

2010)

H. Analisis Kandungan Total Mineral Besi (Fe) dalam pangan

Zat besi (Fe) adalah unsur kelumit esensial, yang berkaitan dengan ke-4

atom nitrogen pada gugus prostetik heme senyawa hemoglobin atau protein sel

darah merah. Keberadaan bentuk zat besi menentukan ketersediaannya untuk

diserap. Zat besi dalam bentuk valensi rendah (ion fero) lebih mudah diserap

daripada ion valensi tinggi (ion feri). Selain itu, ketersediaan biologis zat besi

juga ditentukan oleh keberadaan zat lain seperti asam fitat, tanin, asam oksalat,

dan serat pangan. Ketersedian zat besi dapat dinilai secara in vitro dan in vivo.

Analisis kandungan zat besi total dalam pangan salah satunya dengan

mneggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion Spectrophothometer). AAS

merupakan instrumen yang digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur dalam

senyawa berdasarkan serapan atomnya. Digunakan untuk analisis senyawa

anorganik atau logam (golongan alkali tanah unsur transisi). Spektrum yang

diukur adalah pada daerah UV-Vis. Sampel yang diukur harus dalam bentuk

larutan jernih. Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

20

atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung

pada sifat unsurnya.

Destruksi kering merupakan yang paling umum digunakan dengan cara

membakar habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu

untuk analisis lebih lanjut. Pada destruksi kering suhu pengabuan harus

diperhatikan karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu tinggi,

selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa

tertentu. Oleh karena itu suhu pengabuan untuk setiap bahan berbeda-beda

bergantung pada komponen yang dalam bahan tersebut (Hidayati, 2013).

I. Organoleptik

Mutu organoleptik adalah kualitas dari suatu produk nerdasarkan penilaian

terhadap atribut-atribut produk dengan menggunakan organ tubuh manusia yaitu

panca indera. Atribut-atribut yang biasanya dinilai adalah rasa, warna aroma, dan

tekstur. Rasa produk dinilai dengan indera perasa lidah, warna produk dinilai

dengan indera penglihatan mata, aroma produk yang dengan indera penciuman

hidung, tekstur produk dinilai dengan indera peraba kulit dan indera

penndengaran telinga.

Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel

perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel tak terlatih,

panel konsumen, dan panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut

didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian organoleptik.

a. Panel perseorangan : merupakan seseorang yang sangat ahli karena

mempunyai kepekaan spesifik tinggi (bakat lahir/latihan) panel ini menguasai

metode uji organoleptik dengan baik, sangat mengenal sifat bahan yang akan

dinilai,sehingga mampu mengenali penyimpanan yang kecil dan mengenal

penyebabnya.

b. Panel terbatas : panel ini terdiri atas 3-5 orang, yang mempunyai kepekaan

tinggi, namun lebih rendah dibandingkan panel perorangan. Panel ini dibentuk

untuk menghindari bias dari panel perseorangan. Semua panelis mengenal

faktor-faktor tertentu dalam sensori. Keputusan diambil berdasarkan hasil

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

21

diskusi. Dominasi dari seorang anggota harus dihindari pada panel ini untuk

mendapatkan hasil penilaian yang objektif.

c. Panel terlatih : beranggotakan 15-25 orang, panel ini bertugas menilai

beberapa sifat rangsangan. Panel ini memiliki kepekaan tidak setinggi panel

terbatas, sehingga perlu seleksi dan latihan dalam pemilihannya.

d. Panel agak terlatih : beranggotakan 15-25 orang, panel ini mengetahui sifat

sensori setelah penjelasan dan latihan yang tidak rutin,sehingga jika ada data

yang menyimpang maka tidak digunakan. Contoh panel ini adalah mahasiswa/

personalia di perusahaan yang dipilih.

e. Panel tidak terlatih : terdiri dari orang awam dengan jumlah lebih dari 25

orang. Panel ini dipilih berdasarkan suku, jenis kelamin, status sosial,

pendidikan. Panel ini hanya dapat menilai sifat sensori yang sederhana seperti

uji penerimaan atau kesukaan.

f. Panel konsumen : merupakan target pemasaran dari produk yang terdiri dari

30-100 orang. Panel ini harus bisa mewakili target pasar berdasarkan

kelompok/daerah tertentu. Penilaian mutu organoleptik dapat dilakukan di

pasar ataupun door to door.

g. Panel anak-anak : anak-anak usia 3-10 tahun dapat memberikan penilaian

mutu organoleptik sederhana seperti kesukaan terhadap produk kesukaan

anak-anak, namun dalam pelaksanaannya perlu dilakukan dengan tahap-

tahapan, hingga si anak siap, dan perlu alat bantu untuk memberikan penilaian.

(Setyaningsih, 2010)

J. Pengujian pemilihan/penerimaan (prefelence test/acceptance test)

Uji penerimaan menyangkut peniliaian seseorang akan suatu sifat atau

kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis

mengemukakan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau

tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau qualitas yang dinilai.

Uji penerimaan ini meliputi :

a. Uji kesukaan/uji hedonik : pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan

pribadi suka atau tidak suka, disamping itu juga mengemukakan tingkat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

22

kesukaannya. Tingkat kesukaan disebut juga skala hedonik. Skala hedonik

ditransformasi ke dalam skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat

kesukaan. Dengan data numerik tersebut dapat dilakukan analisa statistik.

b. Uji mutu hedonik : pada uji ini panelis menyatakan kesan pribadi tentang baik

atau buruk (kesan mutu hedonik). Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari

kesan suka atau tidak suka, dan dapat bersifat lebih umum (Susiwi, 2009).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

23

K. Kerangka Teori

Gambar 4

Kerangka teori pembuatan Ekado fish

Sumber : (A) Riskesdas 2018, (B) Arisman 2007, (C) Winarno 1997 (D)

Agustini; dkk, 2016

Masalah Gizi di

Indonesia:

(A)Anemia pada

ibu hamil

Penanggulangan anemia pada

ibu hamil dapat dilakukan

dengan cara: (B)

Penambahan asupan zat besi

bagi penderitanya

Peningkatan kandungan gizi

zat besi produk makanan

Nutrifikasi : (C)

➢ Fortifikasi

➢ Enrichement

➢ Restorasi

➢ Substitusi

Diversifikasi produk olahan

pangan (ekado fish) :

- Karbohidrat

- Protein

- Lemak

- Serat

- Fosfor

- Zat besi (Fe)

- Vit C

-

Daun Kelor

(Moringa oleifera)

Pencampuran bahan Ikan bandeng, telur,

garam, gula, lada,

bawang putih, daun

bawang.

Pengolahan: (D)

Adonan dimasukkan

kedalam kulit

pangsit, dipilin,

diikat daun kucai

lalu digoreng

Pemberian

makanan

selingan kaya

zat besi

Tepung daun kelor

Ekado fish

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

24

L. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat

Keterangan :

= Variabel yang tidak diteliti

= Variabel yang di teliti

Gambar 5

Bagan kerangka konsep pembuatan Ekado fish dengan substitusi daun kelor.

Variabel bebas :

substitusi tepung

daun kelor dengan

perbandingan :

100:0, 97,5:2,5,

95:5, 92,5:7,5,

90:10, dan

87,5:12,5.

Ekado fish

Uji organoleptik

metode Hedonik:

a. warna

b. aroma

c. tekstur

d. rasa

e. penilaian

keseluruhan

Ekado fish yang

paling disukai

Analisis Zat

Gizi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

M. Definisi Operasional

Tabel 5

Definisi Operasional

Pembuatan Ekado fish dengan penambahan tepung daun kelor

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel Bebas:

Perbandingan substitusi

tepung daun kelor

dengan 6 taraf

perbandingan

Jumlah

perbandingan

substitusi tepung

daun kelor dengan

ikan bandeng pada

pembuatan ekado

fish

Penimbangan Timbangan

digital

Formulasi perbandingan

ikan bandeng dan tepung

daun kelor

➢ 100:0

➢ 97,5:2,5

➢ 95:5

➢ 92,5:7,5

➢ 90:10, dan

➢ 87,5:12,5.

Rasio

a. (100:0) F1 Berat ikan bandeng

100 gram tanpa

substitusi tepung

daun kelor

Penimbangan Timbangan

digital

Berat dalam satuan gram Rasio

b. (97,5:2,5) F2 Berat ikan bandeng

97,5 gram dengan

substitusi tepung

daun kelor 2,5

gram

Penimbangan Timbangan

digital

Berat dalam satuan gram Rasio

25

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

26

c. (95:5) F3 Berat ikan bandeng

95 gram dengan

substitusi tepung

daun kelor 5 gram

Penimbangan Timbangan

digital

Berat dalam satuan gram Rasio

d. (92,5:7,5) F4

Berat ikan bandeng

92,5 gram dengan

substitusi tepung

daun kelor 7,5

gram

Penimbangan

Timbangan

digital

Berat dalam satuan gram

Rasio

e. (90:10) Berat ikan bandeng

90 gram dengan

substitusi tepung

daun kelor 10 gram

Penimbangan Timbangan

digital

Berat dalam satuan gram Rasio

2 Variabel Terikat

a. Organoleptik

Pengujian

organoleptik

adalah pengujian

yang didasarkan

pengindraan.

Menggunakan

panca indera

(Mata, hidung,

mulut tangan)

Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

1. warna Penilaian

organoleptik yang

dilakukan oleh

panelis dengan

menggunakan

indera penglihatan

yaitu mata terhadap

sampel produk

Observasi

menggunakan

panca indera

penglihatan

Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

26

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

27

dengan kriteria

penilaian

2. Rasa Penilaian

organoleptik yang

dilakukan oleh

panelis dengan

menggunakan

indera pengecap

yaitu lidah

terhadap sampel

produk dengan

kriteria penilaian

Observasi

menggunakan

panca indera

pengecap

Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

3. Tekstur Penilaian yang

diberikan oleh

panelis dengan

menggunakan alat

indera peraba yaitu

kulit terhadap

sampel yang

digunakan

Observasi

dengan

menggunakan

indera peraba

Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

4. Aroma Penilaian yang

diberikan oleh

panelis secara

organoleptik

dengan

menggunakan

indera penciuman

yaitu hidung

Observasi

dengan

menggunakan

indera

penciuman

Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

27

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelorrepository.poltekkes-tjk.ac.id/187/2/BAB II c.pdf · TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kelor Tanaman kelor yang mempunyai nama dalam bahasa latin

28

terhadap sampel

produk dengan

kriteria penilaian

5. Penerimaan

keseluruhan

produk

Nilai rata-rata

keseluruhan yang

meliputi warna,

aroma, rasa dan

teksur

Observasi Lembar

kuesioner

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Biasa saja

4 = Suka

5 = Sangat suka

Ordinal

a. Kadar zat

besi

Jumlah kadar zat

besi dalam ekado

fish terbaik yang

disubstitusi tepung

daun kelor

Spektrofoto-

meter serapan

atom

Absorbtion

atomic

spectrophoto-

meter (ASS)

Type AA 7000

Kadar besi mg per 100

gram berat ekado fish

dengan substitusi

tepung daun kelor yang

paling disukai

Rasio

b. Kandungan

energi

Tiap gram ekado

fish dengan daya

terima terbaik yang

dihitung

berdasarkan TKPI

termasuk

penambahan

minyak yang

terserap per 100

gram ekado fish

Perhitungan - TKPI

- Kalkulator

Kandungan energi (kkal)

per 100 gram berat ekado

fish dengan substitusi

tepung daun kelor yang

paling disukai

Rasio

28