39
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia merupaka fokus dalam asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasarnya yang akan terganggu. Sedangkan proses keperawatan merupakan pengetahuan dasar perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga pemahaman terhadap proses keperawatan menjadi keharusan bai perawat yang akan melaukan praktik keperawatan(Tarwoto dan Wartonah, 2010). Menurut Sutanto dan Fitriana, 2017 Setiap perawat harus memerhatikan kebutuhan dasar manusia. Adapun karakteristik kebutuhan dasar manusia sebagai berikut : a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun setiap orang memiliki perbedaan dalam bidang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan. b. Secara umum pemenuhan kebutuhan dasar setiap manusia sesuai dengan tingkat prioritasnya. Jadi, kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi merupakan kebutuhan dasar dengan prioritas utama. c. Sebagian dari pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditunda walaupun umumnya harus dipenuhi. d. Kebutuhan dasar yang gagal dipenuhi akan mengakibatkan kondisi yang tidak seimbang (disekulilibrium) sehingga menyebabkan sakit. e. Munculnya keingininan pemenuhan kebutuhan dipengaruhi oleh stimulus internal maupun eksternal. Contoh, kebutuhan untuk minum. Seseorang yang merasa haus, maka ia ingin segera minum. Hal itu disebabkan dalam tubuhnya kekurangan cairan (stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupaka fokus dalam asuhan

keperawatan bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka

kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasarnya yang akan

terganggu. Sedangkan proses keperawatan merupakan pengetahuan

dasar perawat dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga

pemahaman terhadap proses keperawatan menjadi keharusan bai

perawat yang akan melaukan praktik keperawatan(Tarwoto dan

Wartonah, 2010).

Menurut Sutanto dan Fitriana, 2017 Setiap perawat harus memerhatikan

kebutuhan dasar manusia. Adapun karakteristik kebutuhan dasar

manusia sebagai berikut :

a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun setiap

orang memiliki perbedaan dalam bidang sosial, budaya, persepsi,

dan pengetahuan.

b. Secara umum pemenuhan kebutuhan dasar setiap manusia sesuai

dengan tingkat prioritasnya. Jadi, kebutuhan dasar yang harus segera

dipenuhi merupakan kebutuhan dasar dengan prioritas utama.

c. Sebagian dari pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditunda walaupun

umumnya harus dipenuhi.

d. Kebutuhan dasar yang gagal dipenuhi akan mengakibatkan kondisi

yang tidak seimbang (disekulilibrium) sehingga menyebabkan sakit.

e. Munculnya keingininan pemenuhan kebutuhan dipengaruhi oleh

stimulus internal maupun eksternal. Contoh, kebutuhan untuk

minum. Seseorang yang merasa haus, maka ia ingin segera minum.

Hal itu disebabkan dalam tubuhnya kekurangan cairan (stimulus

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

9

internal) atau karena melihat minuman yang segar saat terik

matahari (stimulus eksternal).

f. Berbagai kebutuhan dasar akan saling berhubungan dan berpengaruh

pada manusia. Misalnya, kebutuhan maka akan diikuti dengan

kebutuhan minum.

g. Saat timbul keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar, maka

individu akan berusaha memenuhinya.Dikalangan profesi

keperwatan, teori kebutuhan dasar manusia menggunakan acuan

teori psikolog, Abraham Maslow yang dipublikasikan pada tahun

1970. Psikolog aliran humanisme ini hidup pada tahun 1908 – 1970.

Menurut maslow dalam buku Sutanto dan Fotriana,2017

ada lima hierarki kebutuhan dasar manusia (five hierarchy of needs)

yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, dan keamanan,

kebutuha mencintai, kebutuhan dan dicintai, kebutuhan harga diri

serta kebutuhan aktualisasi diri.

Jika dikaji berdasarakan konsep manusia dalam perspektif

keperawatan yang memadang manusia sebagai makhluk holistik,

maka hierarki kebutuhan dasar manusia tidak cukup lima, tetapi

enam. Kebutuhan dasar yang keenam yaitu aspek spiritual yaitu

kebutuha akan kedekatan dengan Tuhan. Menjelang akhir hayatnya,

Maslow menambahkan hierarki kebutuhan manusia yang keenam

yaitu kebutuhan transendental diri (Sutanto dan Fitriana,2017).

Kebutuhan transendental diri ini merupakan puncak

kesadaran eksistensi manusia yang secara fitrah menyadari adanya

Tuhan dan memerlukan pertolongan-Nya. Dengan demikian individu

yang telah mencapai level ini akan mengalami keseimbangan hidup

yaitu hidup bukan hanya sekedar pemenuhan jasmani semata, akan

tetapi juga secara rohani terpenuhi (Sutanto dan Fitriana,2017).

Lima tingkat kebutuhan dasar menurut Mubarak,2008

dapat sebagai berikut :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

10

1) Kebutuhan fisiologis

Menurut Mubarak, 2008 Kebutuhan fisiologis memeliki prioritas

tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang

memeliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih

dulu memenuhi kebeutuhan fisiologisnya dibandingkan

kebutuhan yang lainnya. Manusian memiliki delapan kebutuhan

macam kebutuhan yaitu :

a) Kebutuhan ogsigen dan pertukaran gas.

b) Kebutuhan cairan dan makanan.

c) Kebutuhan makanan.

d) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.

e) Kebutuhan istirahat dan tidur.

f) Kebutuhan aktivitas.

g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh.

h) Kebutuhan seksual.

Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga

kelansungan hidup seseorang tetapi penting untuk

mempertahankan kelangsungan umat manusia.

2) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman maksudnya adalah aman

diri berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis.

Kebutuhan ini meliputi :

a) Kebutuhan perlindungan diri dan udara dingin, panas ,

kecelakaan, dan infeksi.

b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan

c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru

atau asing.

3) Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan ini

meliputi :

a) Memberi dan menerima kasih sayang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

11

b) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang

lain

c) Kehangatan.

d) Persahabatan

e) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok,

serta lingkungan sosial

4) Kebutuhan harga diri, kebutuhan ini meliputi :

a) Perasaan tidak bergantung pada orang lain.

b) Kompeten.

c) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi Diri, kebutuhan ini meliputi

a) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan

memahami potensi diri).

b) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

c) Tidak emosional

d) Mempunyai didikasi yang tinggi

e) Kreatif

f) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.

Menurut Maslow.

Piramida kebutuhan dasar manusia menurut mubarak, 2008

Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Dasar Manusia Menurut Maslow

Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan hargadiri

Kebutuhanmencintaidandicintai Kebutuhankeselamatandankeamanan

Kebutuhan fisiologis

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

12

B. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Kelebihan Volume Cairan

1. Definisi kelebihan volume cairan

Kelebihan volume cairan (Hipervolumemia) menurut Kozier dan

Berman,2011 adalah dimana terjadi saat tubuh menahan air dan

natrium dengan proporsi yang sama dengan CES normal. Ini

umumnya disebut sebagai hipervolemia (peningkatan volume darah).

Karena air dan natrium ditahan dalam tubuh, konsentrasi natrium

serum pada intinya tetap notmal. FVE (fluid volume excess) selalu

menjadi akibat sekunder dari peningkatan kandungan natrium tubuh

total. Penyebab FVE yang spesifik terdiri dari atas

a. Asupan natrium klorida yang berlebihan.

b. Pemberian infus yang mengandung natrium dalam waktu terlalu

cepat.

c. Proses penyakit yang mengubah mekanisme regulasi seperti

gagal jantung, gagal ginjal, sirosis hati, dan sindrom chusing

Faktor resiko kelebihan volume cairan menurut Kozier, 2011 adalah

sebagai berikut :

1) Edema

Pada kelebihan volume cairan, rongga intravaskuler dan

interstisial mengalami peningkatan kandungan air dan natrium.

Kelebihan cairan interstisial dikenal sebagai edema. Edema

biasanya paling jelas tampak diarea yang tekanan jaringannya

rendah, seperti sekitar mata, dan jaringan yang tergantung yang

dikenal sebagai edema tergantung (dependent edeme), yang

tekanan kapiler hidrostatiknya tinggi.

2) Edema tekan

Merupakan edema yang meninggalkan cekungan atau lubang

kecil setelah jari menekan area yang memebengkak. Cekungan

tekan tersebut disebabkan oleh gerakan cairan kejaringan di

sekitarnya, menjauhi titik tekan, dalam sepuluh detik cekungan

biasanya akan menghilang.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

13

3) Dehidrasi

Dehidrasi, atau ketidakseimbangan hiperosmolar, terjadi jika air

hilang dari tubuh tanpa disertai dengan kehilangan elektrolit

yang bermakna. Karena air hilang sementara elektrolit terutama

natrium, ditahan dalam tubuh, osmolalitas serum dan kadar

natrium meningkat. Air ditarik kekompartemen vaskular dari

ruang interstisial dan dari sel, menghasilkan dehidrasi selular.

Lansia terutama adalah orang yang beresiko mengalami

dehidrasi karena terjadi penurunan sensasi haus . jenis defisit air

ini juga dapat memengaruhi klien yang mengalami

hiperventilasi atau klien yang mengalami demam

berkepanjangan atau klien yang mengalami ketoasidosis

diabetik dan mereka yang mendapatkan makanan viaenteral

dengan asupan cairan yang kurang memadai (Kozier,2011).

Tabel 2.1 Tingkat Dehidrasi

Penurunan Berat Badan Akut Keparaha Defisit Caitan Tubuh

2-5% Ringan

5-10% Sedang

10-15% Berat

15-20% Fatal

Sumber : Home dan Swearingan,2001 dalam buku (Kozier ) 2011

Tabel 2.2 tanda dan gejala pada klien dehidrasi

Penilaian A B C

Lihat : keadaan

umum

Baik, sadar Geliasah, rewel Lesu, lumglai, atau

tidah sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

14

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rsa haus Minum biasa,

tidak haus

Haus, ingin

minum banyak

Malas minum atau

tidak bisa minum

Periksa turgor

kulit

Kembali cepat Kembali lampat Kemali sangat

lambat

Hasil

pemeriksaan

Tanpa dehidrasi Dehidrasi

ringa/sedang

Bila ada 1 tanda

atau lebih tanda

lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda

Ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Sumber : Mansjoer dkk,2003 dalam buku (Kozier) 2011

4) Overhidrasi

Yang juga dikenal sebagai ketidakseimbangan hipoosmolar atau

intoksikasi air, terjadi saat air diperoleh dalam jumlah berlebih

dari elektrolit, menghasilkan osmolalitas serum yang rendah dan

kadar natrium yang serum yang rendah. Air ditarik kedalm sel

menyebabkan sel membengkak . didalam otak, ini dapat

menyebabkan edema serebral dan mengganggu neorologis.

Overhidrasi juga dapat terjadi akibat sindrom hormon

antideuretik yang tidak tepat (syndrome of inappropriate

antideuretik hormone). Sebuah gangguan yang dapat terjadi

pada beberapa tumor ganas, AIDS, cedera kepala, atau obata-

obatan tertentu seperti berbiturat atau anestesi.

Menurut Kozier dan Berman, 2011, Proporsi tubuh

manusia yang terjadi dari atas cairan sangat besar. Sekitar 46%

sampai 60% berat badan rata-rata orang dewasa adalah air,

cairan tubuh primer. Bula tubuh sehat maka volume ini relatif

konstan dan berat badan individu bervariasi kurang dari 0,2 kg

dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

15

dikonsumsi. Air untuk sangat penting untuk kesehatan dan

fungsi sel normal, yang berperan sebagai

a) Sebuah medium untuk reaksi metabolik di dalam sel

b) Sebuah pengangkut zat gizi, produksi sisa, dan zat lain

c) Sebuah pelumas

d) Sebuah penyekat dan penyebab guncangan

e) Sebuah cara dalam mengatur dan memepertahankan suhu

tubuh (Kozier, 2011)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan

a. Usia. Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah asupan

cairan yang besar yang diimbangi dengan haluran yang besar

pula, metabolisme tubuh yang yang tinggi, masalah yang

mumcul akibat imaturitas fungsi gunjal,serta banyaknya cairan

yang keluar melalui ginjal, paru-paru, dan proses penguapan.

Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan

dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak

lagi mampu mengatur konsentrasi urine.

b. Temperatur lingkungan. Lingkungan yang panas menstimulus

sistem saraf simpatis dan menyebabkan seseorang berkeringat.

Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-

2000 ml air/jam dan 15-30 g gram/hari.

c. Kondisi stres. Kondisi stres memengaruhi metabolisme sel,

konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Kondisi stres

mencetuskan pelepasan hormon anti-deuretik sehingga produksi

urine menurun.

d. Keadaan sakit. Kondisi sakit yang dapat memengaruhi

keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain luka bakar, gagal

ginjal, dan payah jantung.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

16

e. Diet. Diet dapat memengaruhi asupan cairan dan elektrolit.

Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap

kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan

interstisial tidak bisa masuk kepembuluh darah sehingga terjadi

edema (Mubarak,2008)

3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth, 2002

a. Manifestasi klinis pada gangguan kelebihan volume caiaran

Manifestasi klinis dari FVE berasal dari perluasan kompartemen

CES dan termasuk edema, distensi vena leher,dan krakel (bunyi

paru yang abnormal). Manefestasi laindari kelebihan volume

cairan termasuk takikardia; peningkatan tekanan darah; tekanan

nadi; dan tekanan vena sentral; peningkatan berat badan;

peningkatan haluaran urin; dan napas pendek dan mengi

b. Evaluasi diassnotik

data labolatorium yang bermanfaat dalam diagnosa FVE

termasuk BUN dan tingkat hematokrit. Denga adanya FVE,

kedua nilai ini mungkin menurun karena dilusi plasma.

Peneyebab lain dari abnormalitas dalam nilai ini termasuk

masukan protein yang rendah dan anemia. Pada gagal ginjal

kronik, baik osmolalitas serum dan natrium akan menurun

karena retensi air yang berlebihan. Natrium uri akan meningkat

jika ginjal mencoba mengekskresikan volume yang berlebihan.

Rongent dada mungkin menunjukkan bendungan pulmonal.

Hipervolumia terjadi jika aldosteron terstimilasi secara kronis

(y.i.,sirosis, gagal jantung kongestif, dan sidrom nefrotik);

karena itu natrium urin tidak akan meningkat dalam keadaan ini.

4. Penatalaksanaan Kelebihan Volume Cairan

penatalaksanaan FVE diarahkan pada faktot-faktor peneyebab.

Pengobatan edema termasukcara-cara untuk momobilisasi cairan (y,

i., memposisikan pasien pada supine dan pengguanaan supportive

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

17

stockings ). Bila kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian

berlebih cairan yang mengandung natrium, menghentikan infus

mungkin merupakan satu-satunya tindakan yang diperluakan.

Pengobatan gejala mencakup pemberian deueretik dan membatasi

cairan dan natrium.

C. Asuhan Keperawatan

asuhan keperawatan adalah metode pengorganisasian yang

sistematis dalam melakukan asuahan keperawatan pada individu,

kelompok, dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan

pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya.

Proses keperawatan diguanakan untuk membantu perawata

melaukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan

masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini perawat

dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada

klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat meningkat (

Tarwoto dan Wartonah,2010 )

Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan

dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, serta komunitas

dan merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan

klinik serta pemecahan masalah, baik masalah aktual maupun

potensial dalam mempertahankan kesehatan ( Tarwoto dan

Wartonah,2010 )

Lydia Hall dalam buku Tarwoto dan Wartonah,2010 adalah

orang yang pertama kali memnggunakan proses keperawatan diawal

tahun 1950-an. Dia melakukan proses keperawatan melalui tiga

tahap, yaitu : pengkajian, perencanaan, dan evaluasi dengan

menggunakan metode ilmiah yaitu mengobsevasi, mengukur,

mengumpulkan data, dan menganalisis temuan-temuan tersebut.

American Nurses Assosiation (ANA) menggambarkan proses

keperawatan menjadi lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

18

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asosiasi

Diagnosa Keperawatan Amerika (NANDA) kemudian

mengembangkan dana mengelompokkan diagnosa keperawatan serta

membantu menciptakan pola komunikasi antar perawat dan

memberikan batasan antara diagnosa keperawatan dengan diagnosa

medis.

Diagnosa keperawatan berfokus pada respons klien, sedangkan

diagnosa medis berfokus pada proses penyakit ( Tarwoto dan

Wartonah,2010 )

1. Langkah-langkah proses keperawatan

Dalam proses keperawatan, ada lima tahap-tahap tersebut tidak

dapat disiapkan dan saling berhubungan.. Tahap-tahap ini secara

bersama-sama memebentuk lingkaran. Pemikiran dan tindakan

yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien.

Tahap-tahap dalam proses keperawatan tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Perencanaan

d. Implementasi

e. Evaluasi

Kelima langkah tersebut dapat dijadikan pedoman dalam

mencapai tujuan keperawatan yaitu : meningkatkan,

mempertahankan kesehatan atau membuat pasien mencapai

kematian dengan tenang pada pasien terminal, serta

memungkinkan pasien atau keluarga dapat mengatur

kesehatannya sendiri menjadi lebih baik.

1) Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan

proses dinamis yang terorganisasi, dan meliputi tiga

aktivitas dasat yaitu: pertama, mengumpulkan data secara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

19

sistematis; kedua, memilah dan mengatur data yang

dikumpulkan; ketiga, mendokumentasikan data dalam

fotmat yang dapat dibuka kembali.

Pengumpulan data pengorganisasian ata harus

menggambarkan dua hal sebagai berikut.

a) Status kesehatan pasien.

b) Kekuatan masalan dan masalah kesehatan yang dilami

(aktual, resiko, atau potensial).

Data dapat diperoleh drai riwayat keperawatan, keluhan

utama pasien, keluhan utama pasien,pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang artau tes diagnostik. Riwayat

keperawatan misalnya : riwayat penyakit keluarga, riwayat

penyakit sekarang, dan riwayat kejadian. Pemeriksaan fisik

meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ke kaki (head to

toe) melalui teknik inspeksi, perkusi, dan auskultasi.

Pemeriksaan penunjang misalnya hasil pemeriksaan

labolatoruim, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan biopsi

( Tarwoto dan Wartonah,2010 ).

Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-

keahlian (skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan

observasi. Hal pengumpulan data kemudian diklasifikasikan

dalam data sumjektif dan objektif. Data subjektif merupakan

ungkapan atau persepsi yang di kemukakan oleh pasien. Data

objektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi,

pengukuran, dan pemeriksaan fisik ( Tarwoto dan

Wartonah,2010 )

Ada beberapa cara penegelompokan data, yaitu sebagai

berikut.

o Berdasarkan sistem tubuh

o Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)

o Berdasarkan teori keperawatan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

20

o Berdasarkan pola kesehatan fungsional.

Penegelompokan data berdasarkan teori keperawatan sangat

membantu dalam proses identifikasi diagnosa keperawatan.

Sedangkan pengelompokan data berdasarkan sistem tubuh

juga sangat berguna dalam memberikan masukan kepada

dokter.

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas

mengenai status kesehatan atau masalah aktual atau resiko

dalam rangka mengidentifikasi dan menetukan intervensi

keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau

mencegah masalah kesehatan

klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito, 1983)

dalam buku (Tarwoto dan Wartonah) 2010.

Tujuan pengguanaan diagnosa keperawatan adalah sebagai

berikut.

a) Memberikan bahasan yang umum bagi perawat

sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam

persamaan persepsi.

b) Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat sehingga

pemilihan intervensi lebih akurat dan menjadi pedoman

dalam melakukan evalusi.

c) Menciptaka standar praktik keperawatan.

d) Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, ada komponen

yan perlu dicantumkan, yaitu : Problem (P), Etiologi (E),

dan Simtom (S). Antara Problem dan Etiologi dihubungkan

dengan kata :

o Berhubungan dengan

o Sekunder terhapap

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

21

o Disebabkan

Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat

dibedakan menjadi aktual, potensial, resiko, dan

kemungkinan.

o Aktual : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan

penilaian klinik yang harus divalidasi perawat karena

adanya batasan karakteristik mayor.

Contoknya : gangguan bersihnya jalan nafas

berhubungan dengan akumulasi sekret/slem.

o Potensial : Diagnosa keperawatan yang

menggambarkan kondisi klien kearah yang lebih positif

(kekuatan pasien).

Contonya : potensial peningkatan status kesehatan klien

berhubungan dengan intake nurtisi yang adekuat,

pasien kooperatif.

o Resiko : Diagnosa keperawatan menggambarkan

kondisi klinis individu lebih rentan mengalami

masalah.

Contonya : Resiko infeksi berhubungan dengan efek

pembedahan.

o Kemungkinan : Diagnosa keperawatan yang

menggambarkankondisi klinis individu yang

memerlukan data tambahan sebagai faktor pendukung

yang lebih akurat.

Contohnya : Kemungkinan gangguan citra tubuh (body

image) yang berhubungan dengan operasi apendiks

( Tarwoto dan Wartonah,2010 )

Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang

muncul pada kasus gagal ginjal kronik adalah :

a. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan

dengan gangguan mekanisme regulasi : resiko

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

22

mengalami penurunan, peningkatan atau

percepatan,penpindahan cairan dari intravaskuler,

interstisial atau intraselular.

b. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak

mampuan mencerna makanan : resiko mengalami

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik: ketidakcukupan energi untuk

melakukan aktivitas sehari-hari.

3) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang harus

diperhatikan.

a) Menentukan prioritas masalah

berbagai cara dalam memprioritaskan masalah

diantaranya sebagai berikut

(Tarwoto dan Wartonah,2010 )

b) Menentukan tujuan

Dalam menentuka tujuan, digambarkan kondisi yang

diharapkan disertai jangka waktu.

c) Menentukan kriteria hasil

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria

hasil adalah sebagai berikut.

o Bersifat spesifik dalam hal isi dan waktu, misalnya

pasien dapat menghabiskan 1 porsi maka selama 3 hari

setelah operasi.

o Bersifat realistik, artinya dalam menentukan tujuan

harus dipertimbangkan faktor fisiologis/patologi

penyakit yang dialami dan sumber yang tersedia serta

waktu pencapaian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

23

o Dapat diukur, misalnya pasien dapat menyebutkan

tujuan batuk efektif dengan benar dan

mendemonstrasikan cara batuk efektif.

o Mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.

Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.

Saat ini sedang dikembangkan bagaimanamenuliskan

intervensi keperawatan yang sederhana, efisien, dan efektif

sehingga tidak bamyak tulisan dan catatan intervensi. Salah

satu rumusan intervensi yang sedang dikembagkan adalah

pengguanaan Nursing Interventions Classification (NIC)

dan Nursing Outcomes Classification (NOC). Intervensi

keperawatan dalam NIC dikelompokkan dalamtaksonomi

yang meliputi tiga level, yaitu : level 1 tentang domain,

level 2 tentang kelas, dan level 3 tentang aktivitas tindakan

keperawatan ( Tarwoto dan Wartonah,2010 )

a) Level 1 terdiri dari 7 domain, yaitu sebagai berikut.

Domain 1

Fisiologis :

perawatan dasar untuk mendukung fungsi fisik

Domain 2

Fisiologis :

kompleks, perawatan untuk mendukung pengaturan

untuk homeostatis.

Domain 3

Behavioral :

perawatan untuk mendukung fungsi psikososial dan

perubahan gaya hidup.

Domain 4

Keselamatan : perawatan untuk mendukung proteksi.

Domain 5

Keluarga : perawatan untuk mendukung keluarga.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

24

Domain 6

Sistem kesehatan :

perawatan untuk mendukungefektivitas pengguan

sistem pelayanan kesehatan.

Domain 7

Komunitas : perawatan untuk mendukung kesehatan

komunitas.

b) Level 2 kelas (calass)

Pengelompokan ini berdasarkan pada domainnya. Misalnya

pada domain 1 tentang fisiologis, maka, perawatan dasar

untuk mendukung fungsi fisik pada kelas ini adalah sebagai

berikut.

Manajemen aktivitas dan latihan :

intervensinya untuk mengorganisasi tau membantu

aktivitas fisik dan kebutuhan serta pengubahan energi.

Manajemen eliminasi :

intervensi untuk menstabilkan dan mempertahankan

pengaturan pola eliminasi bowel dan urine, dan

mencegah komplikasi dari gangguan pola.

Manajemen imobilisasi :

intervensi untuk membatasiatau melakukan imobilisasi

dan pergerakan tubuh.

Dukungan nutrisi :

intervensi untuk memodifikasi dan mempertahankan

status nutrisi.

Manajemen elektrolit dan asam basa :

intervensi untuk pengaturan keseimbangan asam basa

dan mencegah komplikasi.

c) Level 3 : Intervensi (intervention), pengelompokan

intervensi juga berdasarkan dari urutan level, dan

kelasnya. Misalnya pada level 1 domain 1 dan kelas

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

25

manajemen imobilisasi, keompok intervensinya adalah

sebagai berikut.

Perawatan tirah baring (bedrest care)

Cast care : maintenance

Pengaturan posisi (positioning)

Transportasi.

Dari level ke tiga tersebut kemudian ditentukan

aktivitas perawatan misalnya unutuk intervensi

keperawatan tirah baring (bedrest care) diantaranya

berikut ini.

Menjelaskan tentang perlunya tirah baring.

Menggunakan tempat tidur atau matras

terapeutik.

Perubahan posisi tubuh pasien.

Keadaan seprai yang bersih, kering, bersih, dan

kencang.

Penggunaan foodroard.

Monitor konstipasi

Monitor fungsi urinaria.

Monitor status paru.

Pada saatnya nati

Pada saatnya nanti jika perawat pelaksana sudah memahami masing-

masing aktivitas pada setiap intervensinya, maka dalam penulisan

intervensinya cukup dituliskan pada level 3. Misalnya manajemen

imobilisasi, manajemen cairan dan elektrolit, asam basa, dan

seterusnya tanpa harus menuliskan aktivitas perawatan yang sangat

banyak (Kozier, 2004) dalam buku (Tarwoto dan Wartonah) 2010.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

26

Intervensi keperawatanmenurut SIKI DPP PPNI (2017)

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Ketidak Seimbangan Cairan

No Diagnosa keperawatan Intervensi Utama Intervensi

Pendukung

1. Ketidakseimbangan

cairan b.d Gangguan

Mekanisme regulasi

Definisi :

resiko mengalami

penurunan,

peningkatan atau

perceptan, perpindahan

cairan dari

intravaskular,

interstisial atau

intraselular

Tujuan :

setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan tidak

terjadi

ketidakseimbanganm

caiaran dengan kriteria

hasil :

1. cairan dapat

terpenuhi

Manajemen cairan

1. Monitor status

hidrasi (misalnya :

frekuensi

nadi,kekuatan nadi,

akral, pengisian

kapiler, kelembapan

mukosa, turgor kulit,

tekanan darah)

2. Monitor berat badan

harian

3. Monitor berat badan

sebelum dan sesudah

dialisis

4. Monitor hasil

pemeriksaan

labolatorium(misaln

ya : hematokrit, Na,

K, Cl, berat jenis

urine, BUN)

5. Monitor status

hemodinamik

(misalnya: MAP,

CPV, PAP, PCWP

jika tersedia)

Terapeutik :

1. Catat intake-output

1. Identifikasi

risiko

2. Insersi

intravena

3. Insersi selang

nasogastrik

4. Kateterisasi

urine

5. Manajemen

aritmia

6. Manajemen

autotrasfusi

7. Manajemen

edema

celebral

8. Manajemen

syok septik

9. Pemantauan

elektrolit

10. Pemantauan

hemodinamik

invasif

11. Pemantauan

neurologis

12. Pemantauan

tanda vital

13. Pencegahan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

27

dan hitung balans

cairan 24 jam

2. Berikan asupan

cairan, sesuai

kebutuhan

3. Berikan cairan

intravena, jika

perlu

Kolaborasi :

1. Kolaborasikan

penberian diuretik,

jika perlu

infeksi

14. Pencegahan

perdarahan

Sumber : Tim Prokja SDKI DPP PPNI, 2017. Tim Progja SIKI DPP PPNI,

2018.

Tabel 2.4 Intervensi Masalah Keperawatan Resiko Defisit Nutrisi

No Diagnosa

Keperawatan

Intervensi Utama Intervensi

Pendukung

2 Resiko defisit nutrisi

b.d ketidakmampuan

mencerna makanan

Definisi :

resiko mengalami

asupan nutrisi tidak

cukup untuk

memenuhi kebutuhan

metabolisme.

Tujuan :

Setelah dilakukan

Manajemen nutrisi

Observasi :

1. Identifikasi status

nutrisi

2. Identifikasi alergi

dan intoleransi

makanan

3. Identifikasi

makanan yang

disukai

4. Identifikasi

Intervensi

pendukung

1. Edukasi berat

badan efektif

2. Edukasi diet

3. Edukasi nutrisi

4. Manajemen

energi

5. Manajemen

hiperglikemia

6. Manajemen

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

28

asuhan keperawatan

diharapkan tidak

terjadi kekurangan

nutrisi dengan kriteria

hasil:

1. nutrisi dapat

terpenuhi.

kebutuhan kalori

dan jenis nutrien

5. Identifikasi

perlunya

penggunaan

selang nasogatrik

6. Monitor asupan

makanan

7. Monitor berat

badan

8. Monitor hasil

pemeriksaan

labolatorium

Terapeutik :

1. Lakukan oral

hygiene sebelum

makan, jika perlu

2. Fasilitasi untuk

menentukan

pedoman diet

(misalnya :

piramida makanan)

3. Sajikan makanan

secara menarik dan

suhu yang sesuai

4. Berikan makanan

tinggi kalori dan

tinggi protein

5. Berikan suplemen

makanan, jika

perlu.

hipoglikemia

7. manajemen

kemoterapi

8. Manajemen

reaksi alergi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

29

6. Hentikan

pemberian

makanan melalui

selang nasogatrik

jika asupan oral

dapat ditoleransi

Edukasi :

1. Anjurkan posisi

duduk, jika perlu

2. Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi

pemberian

medikasi sebelum

makan (misalnya

: pereda nyeri,

antimetik), jika

perlu

2. Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk

menentukan

jumlah kalori dan

jenis nutrien yang

dibutuhkan, jika

perlu

Sumber : Tim Prokja SDKI DPP PPNI, 2017. Tim Progja SIKI DPP PPNI,

2018.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

30

Tabel 2.5 Intervensi Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas

No Diagnosa

Keperawatan

Intervensi utama Intervensi

Pendukung

3 Intoleransi Aktivitas

b.d kelemahan fisik

Definisi :

Ketidakcukupan

energi untuk

melakukan aktivitas

sehari-hari

Tujuan :

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan klien

dapat beraktivitas

seperti biasa.

Manajemen energi

Observasi :

1. Identifikasi

gangguan fungsi

tubuh yang

mengakibatkan

kelelahan

2. Monitor kelelahan

fisik dan

3. Minitor pola dan

jam tidur

4. Monitor lokasi

dan

ketidaknyamanan

dan selama

malakukan

aktivitas

Terapeutik :

1. Sediakan

lingkungan

nyaman dan

rendah stimulus

2. Lakukan latihan

rentang gerak

pasif atau aktif

3. Berikan aktivitas

distraksi yang

menenangkan

1. Dukungan

ambulasi

2. Dukungan

kepatuhan

program

pengobatan

3. Dukungan

meditasi

4. Dukungan

pemeliharaan

rumah

5. Dukungan

perawatan diri

6. Dukungan

spiritual

7. Dukungan tidur

8. Edukasi latihan

fisik

9. Edukasi teknik

ambulasi

10. Edukasi

pengukuran

nadi radialis

11. Manajemen

aritmia

12. Manajemen

lingkungan

13. Manajeen

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

31

4. Fasilitasi duduk

disisi tempat tidur,

jika tidak dapat

berpindah atau

berjalan

Edukasi :

1. Anjukan tirah

baring

2. Anjurkan

melaukan

aktivitas secara

bertahap

3. Anjurkan

menghubungi

perawat jika tanda

dan gejala

kelelahan tidak

berkurang

4. Ajarkan strategi

koping untuk

mengurangi

kelelahan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi

dengan ahli gizi

tentang cara

meningkatkan

asupan makanan

medikasi

14. Manajemen

mood

15. Manajemen

program latihan

16. Pemantauan

tanda vital

17. Pemberian obat

18. Pemberian obat

inhalasi

19. Pemberian obat

intravena

20. Pemberian obat

oral

21. Penentuan

tujuan bersama

22. Promosi berat

badan

23. Promosi

dukungan

keluarga

24. Promosi latihan

fisik

25. Rehabilitasi

jantung

26. Terapi aktivitas

27. Terapi musik

Sumber : Tim Prokja SDKI DPP PPNI, 2017. Tim Progja SIKI DPP PPNI,

2018.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

32

4) Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan

keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen)

dan tindakan kolaborasi

(Tarwoto dan Wartonah,2010 )

Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat

yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri

dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas

kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang

didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan

petugas kesehatan lain. Agar lebih jelas dan akurat dalam

melaukan implementasi, diperlukan perencanaan

keperawatan yang spesifik dan operasional.

Bentuk implementasi keperawtan adalah sebagai berikut.

a) Bentuk perawatan : pengkajian untuk

mengidentifikasi masalah baru atau mempertahankan

masalah yang ada.

b) pengajaran atau pendidikan kesehatan pada kesehatan

pada pasien untuk membantu menambah

penegetahuan tentang kesehatan.

c) konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien.

d) konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga profesional

kesehatan lainnya sebagai bentuk perawatan holistik.

e) bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan

untuk memecahkan masalah kesehatan.

f) membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

Perencanaan yang dapat diimplementasikan tergantung

pada aktivitas berikut ini.

(1) Kesinambungan pengumpilan data.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

33

(2) Pemantauan prioritas.

(3) Bentuk intervensi keperawatan.

(4) Dokumentasi asuhan keperawatan.

(5) Pemberian catatan perawatan secara verbal.

(6) Mempertahankan rencana pengobatan.

5) Evaluasi

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh

mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberiakan

umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan

(Tarwoto dan Wartonah,2010 ).

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut.

a) Daftar tujuan-tujuan pasien.

b) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan

sesuatu.

c) Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

d) Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat

tercapai atau tidak.

Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak

kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa

yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan

intervensi

( Tarwoto dan Wartonah,2010 ).

D. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal progresif

yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

34

nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika

tidak dilakukan dialisis atau tranplantasi ginjal(Nursalam, 2008)..

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut

sampahmetabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya, suatu

bahan yangbiasanya dieliminasi diuri menumpuk dalam cairan tubuh

akibatgangguanekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi

endokrin dan metabolik,cairan, elektrolit, serta asam basa

Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan

jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan

ginjal. Setiap tahun 50.000 orang Amerika Serikat meninggal akibat

gagal ginjal(Suharyanto dan Majid,2009).

Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir

merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan iireversibel

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Suharyanto dan Majid,2009).

Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis

kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai

penyebab (prince dan wilson, 1995). Sedangkan menurut

Soepratman, dkk (1998), gagal ginjal kronis adalah penurunan faal

ginjal yang menahun, yang tidak reversible dan cukup lanjut

(Suharyanto dan Majid,2009).

2. Etiologi

Menurut Brenner dan Lazarus dalam Price dan Wilson ( 1987)

dalam buku Suharyanto dan Majid,2009 peneybab penyakil ginjal

stadium terminal yang paling banyak di New England adalah

sebagai berikut.

a) Glomerulonefritis kronik (24%)

b) Nefropati Diabetik (15%)

c) Nefroklerosis hipertensif (9%)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

35

d) Penyakit ginjal poZlikistik (8%)

e) Pielonefritis kronik dan nefritis interstisial lain (8%)

(Suharyanto dan Majid,2009)

Tabel 2.6penyebab gagal ginjal kronik

Klasifikasi penyakit Penyakit

Penyakit infeksi dari peradangan Pielonefritis kronik

Glomerulonefritis

Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna

Nefrosklerosis maligna

Stenosi arteri renali

Gangguan jaringan penyambung Lupus eritematosus sistemik

Pollartritis nodusa

Sklerosis sistemik progresif

Penyakit metabolik Penyakit ginjal polikistik

Asisdosis tubulus ginjal

Nefropati toksik Diabetes millitus

Gout disease

Hiper[aratiroidisme

Nefropati obstruktif Penyalahgunaan analgesik

Nefropati timbal

Saluran kemih bagian atas : kalkuli,

neoplasma, fibrosis retriperinial.

Salauran kemih bagian bawah : hipertropi

prostat, striktur utera, anomali leher

kandung kemih dan uretrra.

Suharyanto dan Majid, 2009

3. Klasifikasi

MenurutWijaya dan Putri, 2013Gagal ginjal kronik dibagi menjai 3

stadium :

a. Stadium I

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

36

penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin

serum normal dan penderita asimptomatik.

b. Stadium II

insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak,

Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum

meningkat.

c. Stadium III

gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

4. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Suharyanto dan Majid, 2009, meskipun

penyakit gagal ginjal kronik terus berlanjut, namun jumlah solute

yang harus diekresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis

tidaklah berubah, kendati jumlah nefron sudah menurun, secara

progresif.

Dua adaptasi penting yang dilakukan oleh ginjal sebagai respon

terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

a. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya

untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal.

b. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan

reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron, meskipun GFR

diseluruh massa nefron turun dibawah normal.

Proses adaptasi ini dapat berhasil apabila tingakat kerusakan

ginjal masih dibawah 75%. Akan tetapi apabila kerusakan

telah mencapai sekitar 75%, maka kecepatan filtrasi dan beban

solute bagi setiap nefron tinggi sehingga keseimbangan

glomerulus tubulus tidak dapat lagi dipertahankan (Suharyanto

dan Majid, 2009).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

37

Phatway

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

38

NANDA NIC-NOC, 2015

5. Manefestasi klinis

Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila

GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekti nol,

maka pasien akan menderita sindrome uremik, Yaitu satu kompleks

gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan retensi metabolit

nitrogen akibat gagal ginjal (Suharyanto dan Majid, 2009).

Dua kelompok gejal klinis dapat terjadi pada sindrome uremik,

yaitu :

a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi : kelainan volume

cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi

metabolit nitrogen serta metabolit lainnya, serta anemia akibat

defisiensi sektesi ginjal (eritropoetin).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

39

b. Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran

cerna, dan kelainan lainnya ( dasar kelainan sistem ini belum

banyak diketahui).

Tabel 2.7 Manefestasi klinis sindrom uremik pada gagal ginjal

kronik

Sistem tubuh Manifestasi Sistem Tubuh Manifestasi

Biokimia Asidosis

Metabolik

(HCO3

Serum 18-20

mEq/L

Azotemia

(penuruna GFR,

peningkatan

BUN dan

Kreatinin)

Hiperkalemia

Retensi Na

Hipermagnesia

Hiperurisemia

Saluran cerna Anoreksia, mual, muntah

Nafas bau anoreksia

Mulut kering

Perdarahan saluran cerna

Diarestomatitis, parotitis.

Berkemih Poliuria,

berlanjut

menuju oliguri,

lalu anuri.

Nokturia

Bj urin 1,010

Protenuri

Metabolisme Protein, sintesis abnormal

Hiperglikemia, kebutuhan

insulin menurun

Lemak, peningkatan

kadar trigliselid.

Sex Libido hilang

Aminore,

impotensi dan

sterilitas

Neuromuskuler Mudah lelah, otot

mengecil dan lemah

SSP : penurunan

ketajaman mental,

konsentrasi buruk,

kekacauan mental, koma.

Otot berkedut, kejang.

Kardiovalkuler Hipertensi, Gangguan Hiperfosfatemia,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

40

retinopati dan

ensefalopati

hipertensif,

beban sirkulasi

berlebih, edema,

gagal jantung

kongestif, dan

disritmia.

kalsium hipokalsemia,

hiperparatiroidisme.

Deposit garam

Kalsium pada sendi,

pembuluh darah, jantung

dan paru-paru.

Konjungtivitis (uremia

mata merah)

Pernafasan Kussmaul,

dispnea, edema

paru,

pneumonitis.

Kulit Pucat, pruritos, kristal

uremia, kulit kering, dan

memar.

Hematologik Anemia,

hemolisis,

kecendrungan

perdarahan,

resiko infeksi.

Tabel 2.8 konsentrasi kreatinin serum dan rata-rata klien kreatinin

Pria Wanita

Nilai Normal

Konsentrasi

Klirens rata-rata

< 1.3 mg/dL

130 - 15mL/min

<1 mg/dL

120 – 15 ml/min

Gagal ginjal

ringan

Konsentrasi

Klirens rata-rata

1.3 to 1.9 mg/dL

56 to 100 mL/min

1 to 1.9 mg/dL

56 to 100 mL/min

Gagal ginjal berat

Konsentrasi

Krilens rata-rata

2 to 4 mg/dL3

5 to 55 Ml/min

2 to 4 mg/dL3

5 to 55 Ml/min

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

41

6. Perjalanan klinis

Menurut Suharyanto dan Majid, 2009 perjalanan umum gagal

ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 (tiga) syadium, yaitu :

a. Stadium 1, dinamakan penurunan cadangan ginjal.

Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal,

dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya

dapat diketahui dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR

yang teliti.

b. Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal

pada stadium ini, dimana lebih dari 75% jaringan yang

berfungsi telah rusak.

1) GFR besarnya 25% dari normal.

2) kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari

normal.

3) gejal-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari

sampai 700ml dan poliuria (akibat dari kegagalan

pemekatan) mulai timbul.

c. Stadium III, dinamakan gagal ginjal akhir atau uremia.

1) Sekitar 90% dari masa nefron telah hancur atau rusak, atau

hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh.

2) Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.

3) Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan

mencolok.

4) Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi

memperthankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam

tubuh, yaitu : oliguri karena kegagalan glomerulus,

sindrom uremik(Suharyanto dan Majid, 2009)

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

42

7. penatalaksanaan gagal ginjal kronik

Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap

yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transpalntasi ginjal.

a. Tindakan konservatif

Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan

atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.

Pengobatan :

1) Pembatasan protein.

Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN,

tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta

mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari

protein. Pembatasan asupan protein telah terbukti

menormalkan kembali kelainan ini dan memperlmbat

terjdadinya gagal ginjal ( Zeller dan Jacobus, 1989) dalam

buku (Suharyanto dan Majid) 2009.

Jumlah kebutuhan protein biasanya dilonggarkan sampai

60-80 g/hari,apabila penderita mendapatkan pengobatan

dialisis teratur.

2) Diet rendah kalium

Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal

ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang

dianjurkan adalah 40-80mEq/hari. Penggunaan makanan

dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat

menyebabkan hiperkalemia.

3) Diet rendah natrium

Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEg/hari (1-2 g

Na). Asupan yang terlalu longgar dapat mengakibatkan

retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan

gagal jantung kongestif.

4) Pengaturan cairan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

43

Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut

harus diawasi dengan seksama. Paramenter yang tepat

untuk diikuti selain data asupan dan penegluaran cairan

yang dicatat dengan tepat dalah pengukuran Berat Badan

harian. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban

sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan

asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi,

hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal.

Aturan yang dipakai untuk menentukan bayaknya asupan

cairan adalah.

Jumlah urin yang dikeluarka selama 24 jam terakhir + 500 ml

(IWL)

Milsalnya : jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24

jam adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah

400 + 500 ml = 900 ml (Suharyanto dan Majid, 2009).

a) Pencegahan dan pengobatan komplikasi

(1) Hipertensi

Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasa natrium

dan cairan.

Pemberian obat antihipertensi : metildopa (aldomet ),

propanolol, klonidin (catapres).

Apabila penderita sedang mengalami terapi

hemodialisa, pemberian antihipertensi dihentikan

karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok yang

diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler melalui

ultrafiltrasi.Peberian deuretik : furosemid (lasix ).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

44

(2) Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius,

karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat

mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.

Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan

insulin intravena, yang akan memasukkan K+ kedalam

sel, atau dengan pemberian Kalsium Glikonat 10%.

(3) Anemia.

Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatka penurunan

sekresi eritropoetin oleh ginjal. Pengobatannya adalah

pemberian hormon eritropoetin, yaitu rekombinan

eritropoetin (r-EPO)

( Eschbach et al, 1987 ), selain dengan pemberian

vitamin dan asam folat, besi dan transfusi darah.

(4) Asidosis

Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3

plasma turun dibawah angka 15 mEg/L. Bila asidosis

berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3

(Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah

yang berlebihan dapat mempercepat timbulnya tetani,

maka harus dimonitor dengan seksama.

(5) Diet rendah fosfat

Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat

mengikat fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat

fosfat harus dimakn bersama makanan.

(6) Pengobatan hiperurisemia

Obat pilahan untuk mengobati hiperurisemia pada

penyakit ginjal lanjut adalah pemberian alopurinol.

Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan

menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang

dihasilkan tubuh.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

45

b. Dialisis dan transplantasi

Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan

dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat diguanakan

untuk mempertahankan penderita dalam keadaan klinis

yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialisis

dilakukan apabila Kadar 4 ml/100 ml pada wanita, dan

GFR kurang dari 4 ml/menit (Suharyanto dan Majid,

2009).

8. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan yang dilakukan adalah :

a. Labolaorium

1) Kadar BUN (normal : 5-25 mg/dL)2 , kreatinin serum

(normal : 0,5-1,15 mg/dL ; 45-132,5 µmol/L[unit SI])2 ,

natrium (normal :

serum : 135-145 mmol/L ; urine : 40-220 mEq/L/24 jam),

dan kalium (normal : 3,5-5,0 mEq/L ; 3-5,0 mmol/L [unit

SI])2 meningkat.

2) Analisis gas darah arteri menunjukkan penurunan pH arteri

(normal : 7,35-7,45)2 dan kadar bikarbonat (normal : 24-28

mEq/L)2 .

3) Kadar hematokrit (normal : wanita = 36-46%, 0,36-0,46

[unit SI]; pria = 40-50%, 0,40-0,54[unit SI])2 dan

hemoglobin(normal : wanita = 12-16 g/dL ; pria = 13,5-18

g/dL)2 rendah ; masa hidup sel darah berkurang.

4) Muncul defek defetrombositopenia dan trombosit ringan.

5) Sekresi aldosteron meningkat.

6) Terjadi hiperglikemia dan hipertriglisedemia.

7) Penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (normal :

27-77 mg/dL).

8) Analisis gas darah (AGD) menunjukkan asidosis metabolik.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebutuhan Dasar Manusiarepository.poltekkes-tjk.ac.id/319/3/6,BAB 2 rapih... · 2019. 11. 26. · 3. Manifestasi klinik menurut Brunner dan Suddarth,

46

9) Berat jenis urine (normal : 1,005-1,030)2 tetap pada angka

1,010.

10) Pasien mengalami proteinuria, glikosuria, dan pada urine

ditemukan sedimentasi, leukosit, sel darah merah dan

kristal.

b. Pencitraan

Radiolografi KUB, urografi ekskretorik, nefrotomografi, scan

ginjal, dan arteriografi ginjal menunjukkan penurunan ukuran

ginjal.

c. Prosedur diagnostik

1) Biopsi ginjal memungkinkan identifikasi histologis dari

proses penyakit yang mendasari.

2) EEG menunjukkan dugaan perubahan ensefalopati

metabolik.

(Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2017)