Upload
nguyenkhanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Kehamilan
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari
bulan ke 7 sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008, p.89).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280
sampai 300 hari atau kira-kira 40 minggu. Kehamilan sampai 16 atau 20
minggu bila berakir disebut keguguran. Kehamilan 21 sampai dengan 28
minggu bila terjadi persalinan disebut immatur. Kehamilan 29 sampai
dengan 36 minggu bila terjadi persalinan disebut prematur. Kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu disebut aterm. Sedangkan kehamilan yang
melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau serotinus (Ummi
hani, 2010, p.71).
Menurut usia kehamialan, kehamilan dibagi menjadi:
a. Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu
b. Kehamilan trimester kedua: 14-28 minggu
c. Kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu
9
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologi
yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat
mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada,
dapat dikenal lebih dini. Tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan
fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan, dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama
dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat
badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu
(Siswosudarmo, 2008, p.115). Penggolongan paritas bagi ibu yang masih
hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut Perdinakes-
WHO-JPHIEGO yaitu:
a. Primigravida
Adalah wanita hamil untuk pertama kalinya.
b. Multigravida
Adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana kehamilan
tersebut tidak lebih dari 5 kali.
c. Grandemultigravida
Adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.
Menurut jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu:
a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
mampu hidup (Siswosudarmo, 2008, p.115).
10
b. Primipara adalah wanita yang sudah pernah 1 kali melahirkan bayi
yang telah mencapai tahap mampu hidup (Siswosudarmo, 2008,
p.115).
c. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali
atau lebih (Siswosudarmo, 2008, p.115).
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
atau lebih
d. Great Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan
bayi yang sudah viable 10 kali atau lebih (Siswosudarmo, 2008,
p.115).
3. Asuhan Antenatal (Antenatal Care)
Pengertian Antenatal Care adalah suatu program yang terencana
berupa opservasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman
dan memuaskan.
Tujuan antenatal antara lain (Saifudin, 2008, p.90):
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
11
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
4. Kebijakan Pemerintah Tentang Standar Pelayanan Antenatal
Menurut Ummi Hani (2010, p.12) untuk menerima manfaat yang
maksimal dari kunjungan-kunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu
tersebut memperoleh sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan, yang
terdistribusi dalam 3 trimester yaitu: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Idealnya pemeriksaan dilakukan
sebulan sekali pada bulan 1-6, dua kali pada bulan 7-8,dan setiap minggu
pada bulan ke-9 sampai persalinan (Indarti, M.T, 2007, p.89).
Menurut Saifudin (2008, p.98) pelayahan/asuhan antenatal hanya
dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat
diberikan oleh dukun bayi. Kebijakan teknis untuk ibu hamil secara
keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi
kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan bila diperlukan.
12
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi
Pelayanan atau asuhan standar minimal asuhan kehamilan ”7T” dalam
memberikan pelayanan yaitu:
a. Timbang Berat Badan.
Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan
antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu
atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan berat badan paling banyak
terjadi pada trimester ke II kehamilan.
Tanda bahaya:
1) Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9 kg)
selama hamil
2) Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama
kehamilan.
3) Badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu
atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.
Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri atas
penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan sebagian lagi
berasal dari penambahan BB ibu sendiri.
b. Ukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal antara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan
tidak banyak meningkat selama kehamilan. Pengukuran tekanan darah
13
dan penimbangan dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk
melakuakan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi.
Apabila pada kehamilan trimester III terjadi kenaikan berat badan lebih
dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya
oedema. Kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik >140/90
mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran
dengan jarak 1 jam. Ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi
bila mempunyai 2 dari 3 gejala preeklamsi. Jika preeklamsi tidak dapat
diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan
salah satu penyebab kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah
atau dideteksi secara dini, melalui monitoring kenaikan tekanan darah
dan kenaikan berat badan yang berlebihan.
c. Ukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan
penambahan usia kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri
dilakukan dengan membandingkan HPHT (hari pertama haid terakhir),
dan diukur dengan menggunakan palpasi (metode jari) atau meteran
terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan.
Tanda bahaya terjadi jika bagian atas uterus tidak sesuai dengan
batas tanggal kehamilan dari HPHT. Pembesaran uterus lebih atau
kurang dari 2 jari per bulan.
14
d. Imunisasi TT
Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan
kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus Neonatorum)
pada saat persalinan, maupun postnatal. Bila seorang wanita selama
hidupnya mendapat imunisasi sebanyak lima kali berarti akan
mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life) dengan periode
waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang
ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka
ibu tersebut minimal mendapat paling sedikit 2 kali injeksi selama
kehamilan (pertama saat kunjungan antenatal pertama dan kedua,
empat minggu setelah kunjungan pertama. Dosis terakir sebaiknya
diberikan sebelum 2 minggu persalinan untuk mendapatkan efektifitas
dari obat.
Tabel 2.1 Pemberian Iminusasi TT
Antigen Interval (selang
waktu)
Lama Perlindungan % perlindungan
TT1 Pada kunjungan
antenatal pertama
- -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur
hidup
99
Sumber Ummi Hani 2010
e. Pemberian Tablet Besi (minimal 90 tablet selama hamil)
Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan
90 tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi
dengan jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia
seorang wanita sebaiknya mengkonsumsi sekitar 60 mg zat besi
15
(mengandung FeSO4320 mg) dan 1 mg asam folat setiap hari. Akan
tetapi, jika ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya
mengkonsumsi 2 tablet besi dan 1 asam folat per hari. Ingatlah bahwa
zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan warna pada
feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet besi pada
malam hari untuk menghindari perasaan mual. Tablet besi sebaiknya
diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah
persalinan. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan
volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan
pertumbuhan serta perkembangan janin yang adekuat.
f. Tes Terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)
PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan
menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada janin dengan segala
akibatnya, oleh karena itu tes terhadap PMS perlu dilakukan agar dapat
didiaknosis secara dini dan mendapatkan pengobatan secara tepat.
g. Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan
Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang
kemungkinan terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal penting
karena bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, itu sering terjadi
karena ”3T”, yaitu sebagai berikut:
a) Terlambat mengenali bahaya
b) Terlambat untuk dirujuk
16
c) Terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai (Ummi Hani,
2010, p.10-12).
Menurut Saifuddin (2008, p.98) jadwal kunjungan antenatal tersebut
yaitu:
1) Kunjungan I (KI): Sebelum umur kehamilan 16 minggu.
Dilakukan untuk:
a) Penapisan dan pengobatan anemia
b) Perencanaan persalinan
c) Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan pengobatannya
d) Pemberian imunisasi TT1
e) Pemeriksaan laboraturium
f) Pemberian tablet tambah darah (Fe): 90 hari segera setelah
masa mual hilang.
2) Kunjungan II (K2): 24-28 minggu
3) Kunjungan III (K3): 32 minggu, dilakukan untuk:
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b) Penapisan preeklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan
perkemihan.
c) Mengulang perencanaan persalinan.
d) Pemberian imunisasi TT2.
4) Kunjungan IV (K4): umur kehamilan 36 minggu sampai akhir,
dilakukan untuk:
a) Sama seperti kunjungan II dan III
17
b) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c) Memantapkan rencana persalinan.
d) Mengenali tanda-tanda persalinan.
e) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi.
5. Strategi Pelayanan Antenatal
Pengelolaan kesehatan ibu, khususnya dalam operasional pelayanan
antenatal, antara lain (Ummi Hani,2010):
a. Pendataan sasaran
Sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil yang ada di suatu
wilayah kerja, dapat diperoleh dari pendataan langsung secara aktif
oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan, dukun
bayi dan pamong setempat.
b. Pencatatan data ibu hamil dalam register kohort ibu.
c. Penentuan target cakupan pelayanan antenatal
Cakupan pelayanan antenatal ialah persentase ibu hamil yang telah
mendapat pemeriksaan kehamilannya oleh tenaga kesehatan. Dengan
target cakupan ANC yang tinggi dan dengan tingkat mutu pelayanan
yang baik, diharapkan ibu hamil di wilayah kerja (Puskesmas) dapat
terlindung dari bahaya kesakitan dan kematian.
d. Pelaksanaan pelayanan antenatal
Memperkuat cakupan ANC di masyarakat, kegiatan ini perlu
diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain seperti:
1) Kegiatan Puskesmas Keliling.
18
2) Kegiatan tim KB keliling.
3) Kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
4) Kegiatan upaya gizi keluarga.
5) Kegiatan posyandu.
6. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap
objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmojo, 2005, p.50).
Menurut teori World Health Organization (WHO) salah satu
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman sendiri.
1) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu (Notoadmodjo, 2003, p.122-123).
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
19
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami arti sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun
kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
20
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
masih dalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, p.11-18):
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang
cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan
21
sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan.
Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam keletakkan
dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Disamping itu, pengalaman yang diperoleh
melalui penggunaan metode ini banyak membantu
perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang
lebih sempurna.
b) Cara kekuasaan (Otoritas)
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut
22
”metode penelitian ilmiah”, atau lebih populer disebut metodologi
penelitian.
c. Sumber-sumber pengetahuan
Menurut Istiarti (2000) pengetahuan seseorang biasanya diperoleh
dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya
media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) sumber pengetahuan
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
d. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut. Suami yang berpendidikan tentu akan lebih banyak
memberikan respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang
baru akan memberikan perubahan terhadap apa yang mereka
lakukan di masa lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu
23
cita-cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam
memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan.
Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang makin menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang
yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah,
pamflet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih
banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan
lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
4) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang
24
dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar
informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan
sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang
suatu hal.
5) Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan
yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas
jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
7. Perilaku Kesehatan
a. Pengertian
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan,
makanan, minuman, pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003, p.117).
Perilaku ini dibagi menjadi 3 tingkatan yang merupakan aspek perilaku
pelayanan antenatal (Notoatmodjo, 2005, p.46):
1) Pengetahuan yaitu hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.
25
2) Sikap yaitu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu.
3) Tindakan atau praktik yaitu kecenderungan untuk bertindak
(praktik) terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar.
Perilaku kesehatan dapat dirumuskan semua aktivitas atau
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka (Notoatmodjo,
2003, p.124). Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri
individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda. Mengetahui sikap
tidak berarti dapat memprediksi perilaku.
Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor
utama yakni: stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang
tersebut (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor dari dalam
diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau
stimulus adalah faktor lingkungan,baik lingkungan fisik, maupun non
fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Dari penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya
26
dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya,
dimana seseorang tersebut berbeda. Sedangkan faktor interna yang
menentukan seseorang itu merespon stimulus dari luar adalah:
perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, sugesti dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2005, p.45).
Sikap individu memegang peranan dalam menentukan perilaku
seseorang di lingkungannya. Selain itu ada beberapa faktor yang ikut
berpengaruh, antara lain hakikat stimulus, latar belakang pengalaman
individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2005)
b. Model Perubahan Perilaku
Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu
(Notoatmodjo, 2005, p.59-60):
1) Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadi perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya.
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi
setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca
indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
27
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2005, p.50)
b) Sikap
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang
terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah
kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut
(Notoatmodjo, 2003, p.129).
c) Kepercayaan atau Keyakianan
Bidang kesehatan perilaku seseorang sangat dipengaruhi
oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan.
Kepercayaan tersebut meliputi manfaat yang akan didapat,
hambatan yang ada, kerugian, ada kepercayaan bahwa
seseorang dapat terserang penyakit.
2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor
pemungkin adalah fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan
atau tersedia tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan
28
oleh masyarakat. Misalnya Puskesmas,Posyandu, Rumah sakit, dan
sebagainya.
3) Faktor Penguat (Reinforsing Factor)
Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Untuk
berperilaku sehat perlu contoh dari para tokoh masyarakat.
Misalnya ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat
rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi tidak mau
melakukan periksa hamil, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain
tidak periksa hamil, namun anaknya tetap sehat.
29
30
B. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka konsep
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan tentang ANC dengan frekuensi
kunjungan antenatal pada ibu hamil
2. Ada hubungan anatara paritas dengan frekuensi kunjungan
antenatal pada ibu hamil
Pengetahuan ibu hamil
Paritas
Frekuensi Kunjungan
ANC