29
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta Perkawinan 1. Pengertian Harta Perkawinan Harta perkawinan menurut hukum adalah semua harta yang dikuasai, suami istri selama mereka terikat dalam ikatan perkawinan, baik harta kerabat yang dikuasai maupun harta perorangan yang berasal dari harta warisan, harta hibah, harta penghasilan sendiri, harta pencaharian hasil bersama suami istri dan barang-barang hadiah. 28 2. Macam-Macam Harta Perkawinan a. Harta Bawaan Adalah harta yang diperoleh atau dikuasai suami atau istri sebelumj perkawinan. Macam-macam harta bawaan adalah : 1) Harta peninggalan adalah harta atau barang-barang yang dibawah oleh suami atau istri kedalam pernikahan yang berasal dari peninggalan orang taua untuk diteruskan penguasaan dan pengaturan pemanfaatannya guna kepentingan para ahli waris bersama, di kerenakan harta peninggalan itu tidak terbagi-bagi kepada setiap ahli waris. 28 Hilman Hadiksuma, 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan Upacara Adatnya .Bandung : PT. Citra Aditnya Bakti. Hal 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Harta Perkawinan

1. Pengertian Harta Perkawinan

Harta perkawinan menurut hukum adalah semua harta yang

dikuasai, suami istri selama mereka terikat dalam ikatan perkawinan,

baik harta kerabat yang dikuasai maupun harta perorangan yang

berasal dari harta warisan, harta hibah, harta penghasilan sendiri, harta

pencaharian hasil bersama suami istri dan barang-barang hadiah.28

2. Macam-Macam Harta Perkawinan

a. Harta Bawaan

Adalah harta yang diperoleh atau dikuasai suami atau istri

sebelumj perkawinan. Macam-macam harta bawaan adalah :

1) Harta peninggalan adalah harta atau barang-barang yang

dibawah oleh suami atau istri kedalam pernikahan yang berasal

dari peninggalan orang taua untuk diteruskan penguasaan dan

pengaturan pemanfaatannya guna kepentingan para ahli waris

bersama, di kerenakan harta peninggalan itu tidak terbagi-bagi

kepada setiap ahli waris.

28Hilman Hadiksuma, 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan Upacara

Adatnya .Bandung : PT. Citra Aditnya Bakti. Hal 11

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

20

2) Harta warisan adalah harta atau barang-barang yang dibawah

oleh suami atau istri kedalam perkawinan yang berasal dari

harta warisan orang tua untuk dikuasai dan dimiliki secara

perseorangan guna memelihara kehidupan berumah tangga.

3) Harta wasiat adalah harta atau barang-barang yang dibawah

oleh suami atau istri kedalam perkawinan yang berasal dari

hibah atau wasiat anggota kerabat.

4) Harta pemberian atau hadiah adalah harta atau barang-barang

yang dibawah oleh suami atau istri kedalam perkawinan yang

berasal dari pemberian atau hadiah para anggota kerabat dan

mungkin juga orang lain karena hubungan baik.

b. Harta Penghasilan

1. Harta Pencaharian

Adalah harta yang diperoleh atau dikuasai suami

atau istri bersama-sama selama perkawinan tanpa

mempersoalkan apakah dalam mencari harta kekayaan itu

suami aktif bekerja sedangkan istri mengurus rumah tangga

dan anak-anak, kesemua harta kekayaan yang didapat

suami istri itu adalah hasil pencarian mereka yang

berbentuk harta bersama suami istri.

2. Hadiah Perkawinan

Adalah harta yang diperoleh suami istri bersama ketiaka

upacara perkawinan sebagai hadiah. Hadiah perkawinan yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

21

diterima mempelai pria sebelum upacara perkawinan

dimasukkan dalam harta bawaan suami sedangkan yang

diterima mempelai wanita sebelum upacara perkawinan masuk

dalam harta bawaan istri dan semua hadiah yang disampaikan

ketika kedua mempelai duduk bersanding dan menerima

ucapan selamat dari para hadirin adalah harta bersama kedua

suami istri terlepas dari pengaruh kekuasaan kerabat atau hanya

dibawah pengaruh orang tua yang melaksanakan upacara

perkawinan itu yang kedudukan hartanya diperuntukkan kedua

mempelai bersangkutan.29

Menurut UU No.1 tahun 1974 pasal 25 menyatakan bahwa harta

benda yang diperoleh selama perkawinan menajdi harta bersama,

sedangkan harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adlah dibawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain,

dan apabila perkawinan putus maka harta bersama tersebut diatur menurut

hukumnya masing-masing.

B. Tinjauan Tentang Pewarisan Janda dan Anak Angkat dalam Hukum

Waris Islam

1. Pewarisan Janda dalam Hukum Waris Islam

29 Ali Afandi, 2000. Hukum Waris, hukum Keluarga, Dan Hukum Pembuktian. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

22

Istilah hukum kewarisan Islam yang digunakan dalam tulisan ini

adalah mengacu pada Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut

KHI) yaitu:30

“Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur

tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,

menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa

bagiannya masing-masing”. Sedangkan yang dimaksud dengan ahli

waris adalah “Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama

Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris”.

Hukum waris Islam mengelompokkan ahli waris menjadi dua

macam: pertama, ahli waris nasabiyah yaitu ahli waris yang hubungan

kewarisannya didasarkan karena adanya hubungan darah

(kekerabatan). Kelompok ini dibedakan menjadi dua yaitu dari pihak

laki-laki terdiri dari ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan

kakek. Dari pihak perempuan terdiri dari ibu, anak perempuan, saudara

perempuan dan nenek. Kedua, ahli waris sababiyah yaitu ahli waris yang

hubungan kewarisannya karena suatu sebab, yaitu sebab perkawinan

dan memerdekakan budak (memerdekan budak saat ini sudah tidak

dijumpai lagi). Perkawinan yang dimaksud disini adalah perkawinan

yang sah, hubungan perkawinan masih ada, termasuk dalam kategori

30 Pasal 171 huruf a dan c KHI, H. Idris Djakfar dan Taufik Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan

Islam, cet. ke-1 (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 3.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

23

ini adalah perkawinan yang telah diputuskan dengan talak raj’i yang

masa iddah bagi istri belum selesai.31

Dilihat dari bagian yang akan diterima, atau berhak dan tidaknya

seseorang menerima warisan, ahli waris dibedakan menjadi tiga macam:32

a. Ahli waris ashab al-furud yaitu ahli waris yang telah ditentukan

bagian- bagiannya, seperti ½, 1/3, dan lain-lain.

b. Ahli waris ashab al-‘usubah yaitu ahli waris yang ketentuan

bagiannya adalah menerima sisa setelah diberikan kepada ashab al-

furud, seperti anak laki-laki, ayah, paman, dan lain sebagainya.

c. Ahli waris zawi al-arham yaitu orang yang sebenarnya mempunyai

hubungan darah dengan sipewaris, namun karena dalam ketentuan

nas tidak diberi bagian, maka mereka tidak berhak menerima

bagian kecuali apabila ahli waris ashab al-furud dan ashab al-usubah

tidak ada.

Dari uraian tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa kedudukan

janda dalam hukum waris Islam, baik dari segi sebab adanya hak

kewarisan maupun dari segi bagian yang diterima, janda termasuk ahli

waris yang utama yang tidak dapat dihalangi haknya oleh ahli waris

yang lain.

31 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, cet. ke-2 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997),

hlm. 383. Lihat juga H. Idris Djakfar dan Taufik Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, hlm.

43-47.

32 Ibid hlm. 384

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

24

2. Pewarisan Anak Angkat dalam Hukum Waris Islam

Dalam KHI terdapat pengaturan tentang pengelompokkan

ahli waris yang diatur padaPasal 174 KHI, yaitu:33

1) Kelompok ahli waris terdiri dari :

a . Menurut hubungan darah :

a) Golongan laki-laki terdiri dari ayah, anak laki-laki,

saudara laki-laki, paman, dan kakek.

b) Golongan perempuan terdiri dari ibu, anak

perempuan, saudara perempuan, dan nenek.

b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari duda atau janda.34

2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak

mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda.

Kedudukan anak angkat menurut KHI adalah tetap sebagai anak

yang sah berdasarkan putusan pengadilan dengan tidak memutuskan

hubungan nasab atau darah dengan orang tua kandungnya,

dikarenakan prinsip pengangkatan anak menurut KHI adalah

merupakan manifestasi keimanan yang terwujud dalam bentuk

memelihara anak orang lain sebagai anak dalam bentuk

33 Linda Fri Filia, 2011, Status Anak Angkat Dalam Kewarisan Menurut Kompilasi Hukum Islam,

skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang. Diakses tanggal 21 Januari 2017 34 Ibid

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

25

pengasuha35n anak dengan memelihara segala keperluan dan

kebutuhan hidupnya.

Hak waris anak angkat yang dilaksanakan melalui wasiat wajibah

harus terlebih dahulu dilaksanakan dibandingkan pembagian warisan

terhadap anak kandung atau ahli waris. Aturan yang mnejadi landasan

hukumnya terdapat di dalam Pasal 175 KHI, tentang kewajiban ahli

waris terhadap pewaris, dimana pada salah satu kewajibannya

tersebut terdapat kewajiban untuk menunaikan segala wasiat dari

pewaris.36

Wasiat wajibah merupakan wasiat yang pelaksanaanya tidak

dipengaruhi atau tidak bergantung kepada kehendak orang yang

meninggal dunia. Wasiat ini tetap dilaksanakan, baik diucapkan, atau

dikehendaki maupun tidak oleh orang yang meninggal dunia. Jadi

pelaksanaan wasiat tersebut tidak memerlukan bukti bahwa wasiat

tersebut diucapkan, dituliskan atau dikehendaki, tetapi

pelaksanaannya didasarkan pada alasan-alasan hukum yang

membenarkan bahwa wasiat terebut dilaksanakan.37

Didalam KHI, pengaturan mengenai wasiat wajibah disebutkan

dalam Pasal 209 ayat 1 dan 2 , yang berbunyi sebagai berikut:

35 Ibid 36 Ibid 37 Suparno Usman, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta,

hlm. 163

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

26

a. Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal-Pasal

176 sampai dengan 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang

tua angkat yang tidak menerima wasiat wajibah diberi wasiat

wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkat.

b. terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat

wajibah, sebanyak banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua

angkatnya.

Peraturan pemberian wasiat terhadap anak angkat melalui wasiat

wajibah ini sesungguhnya dianggap baru apabila dikaitkan dengan

fiqh tradisional, bahkan peraturan perundang-undangan mengenai

kewarisan yang berlaku diberbagai dunia.

Adapun pemberian wasiat wajibah harus memenuhi dua (2) syarat yaitu:38

Pertama :Yang wajib menerima wasiat, bukan ahli waris. Jika dia

berhak menerima pusaka walaupun sedikit, tidaklah wajib dibuat wasiat

untuknya.

Kedua :Orang yang meninggal, baik kakek maupun nenek belum

memberikan kepada anak yang wajib dibuat wasiat, jumlah yang

diwasiatkan dengan jalan yang lain, seperti hibah umpamanya. Dan

jika dia telah memberikan kurang daripada jumlah wasiat wajibah,

maka wajiblah disempurnakan wasiat itu.

38Teungku Muhammad Habsi Ash-Shiddieqy ,2011, Fiqh Mawaris, Pustaka Rizki Putra,

Semarang, hlm.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

27

Landasan yang bisa digunakan untuk menjadikan aturan mengenai

wasiat wajibah terhadap anak angkat sebagaimana diatur dalam Pasal

209 KHI ini sebagai bagian dari fiqh hanyalah melalui metode

ijtihad istishlah, ‘urf, dan istihsan. Sama halnya seperti wasiat wajibah

terhadap cucu yatim. Maksudnya, dengan pertimbangan kemaslahatan dan

adat sebagian masyarakat Indonesia (misalnya keengganan melakukan

poligami walaupun telah bertahun-tahun tidak dikaruniai keturunan maka

wasiat wajibah untuk orang yang dianggap sebagai anak angkat itu

boleh diberikan.39

C. Pewarisan Janda dan Anak Angkat dalam Sistem Kekerabatan

Bilateral

Di Indonesia, hukum adat memiliki sistemnya sendiri terutama

berkenaan dengan kewarisan. Hukum adat waris memiliki 3 (tiga) sistem

kewarisan yaitu:40

1. Sistem kewarisan individual memiliki ciri-ciri yaitu harta

peninggalan atau harta warisan dapat dibagi-bagikan diantara para

ahli waris seperti yang terjadi dalam masyarakat bilateral (parental)

Jawa. Di Jawa setiap anak dapat memperoleh secara individual harta

peninggalan dari ayah, ibu atau kakek neneknya. Sistem pewarisan

individual yang memberikan hak mewaris secara individual atau

39 Ahmad Junaidi,2013, Wasiat Wajibah : Pergumulan Hukum Adat dan Hukum Islam di

Indonesia, Cetakan Pertama, PustakaPelajar dan STAIN Jember Press, Jember, hlm.92

40 Suriyaman Mustari Pide, 2014 , Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang.Jakarta: Kencana,

h. 51

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

28

perorangan kepada ahli waris seperti di Jawa, Madura, Toraja, Aceh,

dan Lombok.

2. Sistem kewarisan kolektif memiliki ciri-ciri bahwa semua harta

peninggalan terutama harta asal atau harta pusaka diwariskan kepada

sekelompok ahli waris yang berasal dari satu ibu asal berdasarkan

garis silsilah keibuan seperti di Minangkabau atau masyarakat woe-

woe Ngadubhaga di Kabupaten Ngada-Flores.

3. Sistem kewarisan mayorat memiliki ciri-ciri bahwa harta

peninggalan yaitu harta warisan terutama harta pusaka seluruh atau

sebagian besar diwariskan hanya kepada satu anak saja. Seperti di

Bali hanya di wariskan kepada anak laki-laki tertua atau di Tanah

Semendo di Sumatera Selatan hanya diwariskan kepada anak

perempuan tertua saja.41

a) Sistem pewarisan mayorat;

a. Mayorat pria : anak/keturunan laki-laki tertua/sulung pada

saat pewaris meninggal merupakan ahli waris tunggal

(Lampung, Bali, Irian Jaya)

b. Mayorat wanita : anak perempuan tertua pada waktu

pemilik harta warisan meninggal, adalah waris tunggal

(Tanah Semendo, Sumatera Selatan.)

c. Mayorat wanita bungsu : anak perempuan terkecil/bgsu

menjadi ahli waris ketika si pewaris meninggal (Kerinci).

41 Ibid hal. 52

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

29

Ketiga sistem kewarisan ini masing-masing tidak langsung

menunjuk kepada suatu bentuk susunan masyarakat tertentu dimana sistem

kewarisan itu berlaku, sebab suatu sistem itu dapat ditemukan juga dalam

berbagai bentuk susunan masyarakat ataupun dalam suatu bentuk susunan

masyarakat dimana dapat dijumpai lebih dari satu sistem kewarisan

dimaksud.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem hukum warisan

Adat di Indonesia tidak terlepas dari pada sistem keluarga atau sistem

kekerabatan yang telah penulis jelaskan di atas. Hukum warisan adat

mempunyai corak tersendiri dari alam pikiran masyarakat yang tradisional

dengan bentuk kekerabatan yang sistem keturunan patrilineal, matrilineal,

parental atau bilateral. Dengan demikian, hukum warisan adat di Indonesia

terdapat tiga sistem hukum warisan, yaitu: pertama sistem hukum warisan

patrilineal, kedua sistem hukum warisan matrilineal, dan yang ketiga

sistem hukum warisan parental atau bilateral.

a. Pada Pewarisan Janda dalam Sstem Kekerabatan Parental/Bilateral

Dalam sistem ini, anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak

yang sama atas harta peninggalan orang tuanya. Ahli waris dalam

sistem ini terdiri dari ahli waris sedarah dan ahli waris tidak sedarah.

Ahli waris sedarah, yaitu anak kandung, orang tua, saudara, dan cucu.

Ahli waris tidak sedarah, yaitu duda/janda, dan anak angkat. Harta

warisan dalam sistem ini terdiri dari harta asal (kekayaan yang dimiliki

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

30

oleh seseorang yang diperoleh sebelum maupun selama perkawinan

dengan cara pewarisan, hibah atau hadiah), dan harta bersama (harta

hasil usaha bersama suami istri di dalam perkawinan).42

Sistem ini juga mengenal istilah ahli waris pengganti, yaitu

apabila seorang ahli waris meninggal terlebih dahulu dari si pewaris.

Ahli waris pengganti adalah anak dari ahli waris atau cucu si pewaris.

Seorang ahli waris dapat kehilangan hak untuk mewarisi jika ia

membunuh pewaris, atau ia berbeda agama dengan si pewaris.

Pelaksanaan pembagian harta warisan dalam sistem ini dapat

dilakukan dengan cara musyawarah antara sesama ahli waris dengan

atau tanpa disaksikan oleh sesepuh desa.

Pada masyarakat parental, kapan suatu harta diperoleh (asal

usulnya) sangat penting menentukan pada kedudukan harta

perkawinan. Asal usul harta tersebut sangatlah berkait dengan ketika

perkawinan harus berakhir dengan perceraian, maka tidak jarang suami

isteri akan memilah-milah mana harta yang termasuk dalam harta asal

dan harta bersama. Harta asal akan merupakan hak dari yang

bersangkutan, sedangkan harta bersama akan dibagi dua antara suami

isteri dengan bagian masing-masing setengah. Demikian juga jika

salah satu dari suami isteri meninggal terlebih dahulu, maka harta

bersama akan dibagi dua, sedangkan harta asal masih belum terdapat

42 Eka Susylawati, Kedudukan Janda Pada Masyarakat Parental, Journal : (Dosen Tetap Jurusan

Syari’ah STAIN Pamekasan dan peserta Program Doktor Ilmu Hukum Untag Surabaya, email:

[email protected]) Vol.8.8

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

31

kesamaan pendapat, apakah suami/isteri tersebut mewaris dari

pasangannya. Jika yang meninggal terlebih dahulu adalah isteri,

biasanya tidak akan terlalu membuat masalah terhadap duda. Hal ini

disebabkan walaupun duda tidak mewaris dari harta asal isterinya,

namun pada umumnya seorang duda akan tetap dapat melangsungkan

hidup secara layak. Namun jika yang meninggal terlebih dahulu adalah

suami, hidup janda akan dapat terlantar, sehingga sudah selayaknyalah

jika harta peninggalan almarhum suaminya tidak banyak, maka janda

dapat menguasai harta tersebut selama janda hidup atau kawin lagi.

Atau juga dapat mengkategorikan janda sebagai ahli waris dari

almarhum suaminya.43

Di dalam keluarga atau lebih tepat dalam suatu rumah tangga,

seorang isteri jika suaminya telah meninggal dunia, mempunyai

kedudukan yang istimewa. Hal ini disebabkan jika anak-anaknya telah

mencar semua, isteri sebagai janda tinggal sendiri di dalam rumah

tangga yang ditinggalkan oleh almarhum suaminya dan berhak tetap

tinggal di rumah tangga itu dengan hak memegang harta benda yang

ditinggalkan, jika janda tersebut memerlukannya dan selama

memerlukan untuk kehidupannya. Jika syarat untuk adanya waris

mendasarkan pada tali kekeluargaan atau karena keturunan, maka

seorang janda bukanlah merupakan ahli waris dari almarhum

43 Ibid

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

32

suaminya.44 Hal ini nampak dari hukum adat yang berlaku. Tetapi pada

kenyataannya, suami isteri yang terikat dalam suatu perkawinan

memiliki hubungan baik lahir ataupun batin yang sedemikian eratnya

sehingga melebihi hubungan suami dengan saudara sekandungnya.

Jika kita bandingkan pada masyarakat patrilineal atau

matrilineal, tidak banyak mengandung permasalahan waris, termasuk

pada keluarga-keluarga yang tunduk pada hukum waris Islam, maka

dalam sistem parental yang mayoritas dianut oleh sebagian besar

masyarakat di Indonesia, masalah waris menumbulkan masalah.

Antara lain masalah kedudukan janda, terutama apakah janda mewarisi

dari suaminya yang meninggal dunia atau hanya sebatas menguasai

atau menikmati warisan. Hal ini dapat diketahui dari yurisprudensi

atau hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap keluarga-keluarga

di pulau Jawa.45

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa hukum adat

mempunyai sifat yang dinamis. Dan kedinamisan tersebut juga terjadi

dalam kedudukan janda dalam mewaris atau tidak dari almarhum

suaminya.Pada awalnya pada masyarakat parental, seorang janda

bukanlah ahli waris dari almarhum suaminya. Akibatnya ketika

seorang suami meninggal dunia, seringkali janda akan pulang

kerumahnya sendiri, dengan tanpa membawa apapun dari harta

44 Ibid 45 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, hal. 97

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

33

peninggalan suaminya. Hal ini dibuktikan dengan putusan landraad

Purworejo tanggal 25 Agustus 1937 yang isinya antara lain

menyatakan bahwa “barang pencaharian dan barang gono-gini jatuh

kepada janda dan anak angkat sednagkan barang asal kembali kepada

saudara yang meninggalkan warisan, jika yang meninggal tidak

mempunyai anak keturunannya sendiri”.46Dasar hukum yang

melandasi hal tersebut karena secara prinsip harta asal akan kembali ke

asalnya, sehingga yang lebih berhak terhadap harta peninggalan suami

pada waktu itu adalah kerabat suami terutama saudarasaudara suami.

Tidak mewarisnya seorang janda terhadap harta peninggalan tersebut

menunjukan bahwa perlindungan terhadap kelangsungan hidup janda

setelah ditinggal almarhum suaminya, dalam kenyataannya tidak ada

sama sekali.

b. Pewarisan Anak Angkat Dalam Sistem Kekerabatan Parental

Mengenai anak angkat, dia mendapatkan waris dengan sistem

ngangsubsumur loro, artinya mempunyai dua sumber warisan yaitu

dari orang tua kandungnya sendiri dan orang tua angkatnya. Meskipun

begitu, seorang anak angkat dalam memperoleh wasiat tidak boleh

melebihi dari anak kandung jika masih ada.

Di Jawa dengan sistem kekerabatan parental terutama di Jawa

Tengah ada istilah yang mengatakan seorang anak angkat ngangsu

sumur loro yang artinya ia mendapat warisan (dapat mewaris) dari

46 Ibid hal. 98

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

34

kedua orang tuannya, baik dari orang tua kandung maupun dari oang

tua angkatnya. Tentang hal ini Banyumas memberitakan, hubungan

anak angkat dengan orang tua kandungnya tetap ada, akan tetapi orang

tua kandung itu tidak boleh ikut campur tangan dalam hal urusan

perawatan, pemeliharaan, pendidikan si anak angkat. Semua tanggung

jawab atas diri anak angkat ada pada orang tua angkat.47

Akan tetapi dari Cilacap diketahui, hubungan antara anak

angkat dengan orang tuanya pada umumnya terputus, kecuali di daerah

Kroya, dimana ayah kandung anak angkat tetap menjadi wali anak

angkat. Seorang anak angkat diterima pula sebagai anggota keluarga

oleh keluarga orang tua angkat, di Semarang mengatakan diterima

sebagai saudara kandung. Akan tetapi anak angkat tidak menjadi ahli

warisnya, kecuali di daerah Temanggung dan Cilacap yang

mengatakan anak angkat dapat mewarisi keluarga ibu-bapak angkat.

Yang umum ialah anak angkat menjadi ahli waris orang tua angkatnya

sejauh mengenai harta gono-gini. Sejauh itu ia mempunyai hak yang

sama dengan anak kandung. Ia tidak berhak mewarisi barang asal

orang tua angkatnya, kecuali kalau ada pemberian sukarela seperti

yang diberitakan oleh Cilacap. Putusan Mahkamah Agung tanggal 4

Juli 1961 no.384 K/Sip/1961 menegaskannya dengan mengatakan,

47

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

35

menurut hukum adat di Jawa Tangah seorang anak angkat tidak berhak

atas barang tinggalan orang tua angkatnya yang bukan gono-gini.48

Pewarisan adalah bukan pemberian hadiah belaka dan harta

peninggalan atau warisan bukan hanya terdiri dari barang-barang yang

masih ada di tangan pewaris (erflater) pada waktu ia meninggal dunia.

Apa yang diwariskan kepada anak-anak semasa bapaknya masih hidup,

diperhitungkan juga dalam melakukan prinsip persamaan hak antara

segala anak.

Pewarisan pada dasarnya adalah berpidahnya barang-barang

harta benda (harta peningggalan) dari seorang pewaris kepada

keturunannya. Pewarisan kepada anak-anak si pewaris menurut

kenyataannya biasanya telah dimulai atau telah terjadi sewaktu orang

tuanya masih hidup.

Hukum waris adalah suatu rangkaian ketentuan-ketentuan, di

mana, berhubungan dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya

di dalam bidang kebendaan diatur, yaitu : akibat dari beralihnya harta

peninggalan dari seseorang yang meninggal kepada ahli waris, baik di

48 B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibatnya dikemudian

Hari, Jakarta, Rajawali, hlm 74.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

36

dalam hubungannya antara mereka sendiri maupun dengan pihak

ketiga. 49

Proses pewarisan dikala pewaris masih hidup dapat berjalan

dengan cara penerusan atau pengalihan (Jawa, Lintiran), penunjukan

(Jawa,cungan); Lampung, dijengken) dan atau dengan cara berpesan,

berwasiat, beramanat (Jawa, weling; Lampung tanggeh). Ketika

pewaris telah wafat berlaku cara penguasaan dilakukan oleh anak

tertentu, oleh anggota keluarga atau kepala kerabat, sedangkan cara

pembagian dapat berlaku pembagian ditangguhkan (Jawa, gantungan),

pembagian dilakukan berimbang, berbanding atau menurut hukum

Islam.

D. Tinjauan Tentang Hukum Waris Adat Osing

Data penelitian ini terdiri dari temuan hasil wawancara dengan

informan secara langsung yang bersangkutan, diantaranya yaitu: ketua

adat, sesepuh sebagai mediator adatnya, aparat desa dan orang yang sudah

pernah bercerai mati dan cerai hidup serta keluarga yang mengangkat anak

. Dalam penelitian ini peneliti hanya memerlukan waktu 3 mingguan saja,

karena pada saat itu tidak ada kasus perceraian atau pewarisan sama sekali,

sehingga peneliti hanya melakukan penelitian dengan hasil- hasil yang

49 Ali Afandi, 1986, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta, Bina Aksara,

hlm 7.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

37

telah terjadi di desa Kemiren tetapi tidak bisa melakukan observasi secara

langsung terkait dengan proses mediasi adat yang dilakukan di desa

Kemiren.

Dalam masyarakat hukum adat Osing, bahwa hukum tetinggi

mereka terletak pada hukum adatnya. Apabila terjadi beberapa

permasalahan hukum maka harus di selesaikan secara hukum adat terlebih

dahulu, akan tetapi, bila permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan

secara hukum adat maka dapat dilakukan secara hukum yang berlaku.

Dalam hal penanganan permasalahan tersebut, kepala desa memiliki

peranan yang sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Selain kepala desa, peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam

penyelesaian permasalahan-permasalahan tersebut terutama dalam

permasalahan warisan.

Pada faktanya permasalahan yang sering terjadi di desa Kemiren

adalah permasalahan pewarisannya terhadap janda dan anak angkat yang

mana kedudukan merekan sangatlah penting untuk diketahui supaya hak –

hak mereka dapat dimiliki. Contohnya pada seorang janda. Salah satu

Janda pada masyarakat Osing yang dinamanakan rondo kembang yaitu

usia perkawinan relatif singkat, dalam kurun waktu kurang lebih 1 sampai

7 hari tetapi tidak terjadi hubungan antara suami dan istri kedudukannya

terhadap harta peninggalan suaminya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

38

Adapun kriteria janda yang tidak mendapatkan harta waris dari

suaminya disebabkan oleh:

1. Hubungan Suami Istri

Menurut masyarakat Osing bahwa jika belum melakukan

hubungan suami istri (Jima’) dan suaminya meninggal maka janda

tersebut tidak mendapatkan harta waris, hal ini karena anggapan

masyarakat Osing bahwa utuhnya perkawinan ditentukan salah

satunya dengan hubungan suami istri.50

2. Keturunan

Menurut anggapan masyarakat Osing bahwa perkawinan yang

telah berlangsung secara sah dan telah melakukan hubungan suami

istri (Jima’), baik telah dikaruniai keturunan atau belum janda

tersebut tidak mendapatkan harta waris dari suaminya. Hanya saja

jika suaminya meninggal dunia dan tidak mempunyai keturunan

maka janda tersebut tidak mendapat warisan dari suaminya, dan

hanya diberi bagian yang jumlahnya tergantung pada keputusan

keluarga suami. Sedangkan jika suaminya meninggalkan

keturunan, maka seluruh harta peninggalannya menjadi milik

50 Eko Budianto, Hukum Waris Adat Osing Banyuwangi, Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Jember, diakses tanggal 22 Januari 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

39

keturunannya, dan jandanya bahkan tidak mendapatkan sedikitpun

dari harta peninggalan suaminya tersebut.51

3. Usia Perkawinan

Yang dimaksud di sini ialah jika suami meninggal dunia dan usia

perkawinannya masih relatif singkat maka hal itu dianggap

keluarga yang kurang utuh walaupun sudah melakukan hubungan

suami istri (Jima’) dan janda tidak mendapatkan warisan dari

suaminya.52

A. Sistem Pembagian Waris Hukum Adat Osing

1. Sistem Pewarisan Pada Saat Pewaris Masih Hidup

a. Diweni Langsung

Sistem pewarisan penerusan atau pengalihan (diweni

langsung) ini mengatur tentang harta waris rumah dan isinya

(perabotan rumah tangga), biasanya pewarisan ini dilakukan

pada saat anak pewaris akan menikah.53

Kebiasaan yang dilakukan pada masyarakat osing

ketika peawaris masih hidup, anak perempuan mewarisi

perabotan rumah tangga dan anak laki-laki mewarisi rumah

51 Ibid 52 Ibid 53 Ibid

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

40

sebagai barang bawaan. Hal ini diungkapkan oleh ketua adat

masayarakat osing yang menyatakan bahwa “Kadung bapake

durung matai, anak wadon biasahe olih perkakas, hang lanang

diwehi umah kanggo barang gawan” (jika bapaknya (pewaris)

belum meninggal dunia, anak perempuan biasanya mendapat

perkakas/perabotan rumah tangga, sedangkan untuk anak laki-

laki mendapat rumah sebagai barang bawaan).54

b. Ditunjuk

Sistem pewarisan penunjukan merupakan pewarisan

yang dilakukan oleh pewaris kepada ahli waris pada saat masih

hidup atas hak terhadap harta tertentu yang pelaksanaanya

ditangguhkan setelah pewaris meninggal dunia. Didalam

masyarakat osing tradisi yang demikian ini disebut dengan

“Dum-Dum Waris” (bagi-bagi harta warisan).55

Seperti yang dijelaskan oleh ketua adat masyarakat

osing “nang adat osing, warisan biso didum sedurunge hang

duwe barang waris ninggal, gediku iku diarani dum-dum

waris” (dalam adat osing, warisan dapat dibagi sebelum yang

memiliki harta waris (pewaris) meninggal dunia, hal yang

demikian ini disebut dengan bagi-bagi harta waris).

c. Dipeseni

54 Ibid 55 Ibid

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

41

Sistem pewarisan ini hanya dapat dilakukan ketika

pewaris memberikan atau mengucapkan amanat ketika pewaris

masih hidup. Amanat tersebut biasanya disampaikan kepada

istri, anak-anak dari pewaris atau keluarga pewaris.

Hak atas harta waris dengan pewarisan sistem amanat

pelaksanaanya bisa dilakukan pada saat pewaris masih hidup

atau ketika pewaris sudah meninggal dunia, tergantung

bagaimana pewaris memberikan amanat kepada ahli waris.56

Hal ini biasanya terjadi ketika kondisi ahli waris yang

tidak memungkinkan bisa mengurus atau melakukan

pembagian harta waris, misalnya dalam kondisi sakit parah

atau hilang ingatan.

2. Sistem Pembagian Waris Setelah Meninggal Dunia

a. Pewarisan Dilakukan Oleh Anak-Anak Ahli Waris

Pewarisan yang dilakukan oleh anak-anak ahli waris

apabila sampai meninggal dunia pewaris belum melakukan

pembagian harta waris. Dengan catatan anak dari pewaris

sudah dewasa, jika belum dewasa maka harta waris

ditangguhkan sampai anak dari pewaris itu dewasa.57

b. Pewarisan Dilakukan Oleh Keluarganya

56 Ibid 57 Ibid

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

42

Pembagian harta waris yang dilakukan oleh keluarga

apabila pewaris tidak meninggalkan atau mempunyai anak,

sedangkan pada saat hidupnya pewaris tidak melakukan

pewarisan. Keluarga yang berhak untuk melakukan pembagian

waris dalam kasus ini adalah dari pihak pertalian keluarga

pancer (pihak keluarga suami).58

c. Pewarisan Dilakukan Oleh Kepala Desa

Pembagian harta waris yang dilakukan oleh kepala desa

biasanya terjadi apabila timbul sengketa waris yang disebabkan

adanya rasa tidak puas dari para ahli waris atas pembagian

waris yang dilakukan oleh keluarga pancer.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peralihan

harta waris kepada ahli waris tergantung atas kehendak pewaris atau ahli

waris. 59

B. Harta Waris Suku Osing

Harta kekayaan keluarga dalam masyarakat osing desa kemiren

terdiri dari:

a. Harta Asal Suami Atau Istri

Dalam masyarakat osing yang dimaksud dengan harta

asal suami atau istri adalah harta yang diperoleh sebelum atau

setelah perkawinan yang berasal dari pemberian, warisan atau

58 Ibid 59 Ibid

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

43

hibah. Harta asal menurut masyarakat osing disebut dengan

barang bawaan yaitu harta yang diperoleh sebelum perkawinan,

harta yang seperti ini tetap menjadi milik suami atau istri karena

menjadi barang pribadi60.

Apabila suami meninggal dunia dan tidak mempunyai

keturunan atau anak, maka harta asal akan kembali kepada

keluarga asal (suami). Dalam hal ini biasanya istri (janda) diberi

bagian dari harta asal tersebut dengan istilah waris mayyit yang

jumlah pembagiannya ditentukan oleh keluarga pancer suami.

Akan tetapi bisa saja janda tidak mendapatkan harta asal

(bawaan) suami jika pihak keluarga pancer tidak berkehendak.

Jika suami atau istri meninggal dunia dan memiliki

keturunan maka harta asal baik dari suami atau istri semuanya

menjadi hak dari anak. Dan kebiasaan lain yang dilakukan oleh

masyarakat osing adalah menyisakan harta waris yang dikelola

untuk tujuan memenuhi kebutuhan suami istri sehari-hari. Harta

sisa ini dapat dibagi setelah pewaris (suami/istri) telah

meninggal dunia.

b. Harta Gono Gini

Pada masyarakat osing istilah harta gono gini merupakan

harta yang diperoleh bersama-sama antara suami dan istri

selama perkawinan mereka. Harta ini yang nantinya akan dibagi

60 Hasil wawancara dengan Bapak Serat selaku masyarakat Osing Desa Kemiren Kabupaten

Banyuwangi pada tanggal 21 Agustus 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

44

dua sama rata antara suami atau istri ketika terjadi perceraian

baik cerai mati atau cerai hidup.61

Ketika cerai mati dan pewaris tidak memiliki anak, maka

hasil pembagian dari harta gono-gini akan kembali kepada pihak

keluarga jalur pancer atau jalur kembang dilihat dari siapa yang

meninggal terlebih dahulu antara suami atau istri, apabila terjadi

cerai hidup maka harta gono gini akan dibagi dua sama rata

antar suami dan istri.62

c. Harta Sisa

Harta sisa yang dimaksud pada masyarakat osing ini

harta yang disisakan oleh suami dan istri untuk harta

kelangsungan hidupnya dari salah satu mereka yang hidup

lebih lama. Biasanya mereka menyisihkan sebagian harta

mereka yang dikhususkan bukan sebagai harta waris.63

C. Ahli Waris Suku Osing

Di dalam hukum adat Osing, anak-anak dari pewaris

merupakan kelompok ahli waris yang utama. Karena mereka adalah

satu-satunya golongan ahli waris yang menggugurkan anggota

keluarga lain menjadi ahli waris apabila pewaris meninggalkan anak-

anak. 64

61 Ibid 62 Ibid 63 Ibid 64 Hasil wawancara dengan Bapak Suhaimi selaku Tetuah adat di Desa Kemiren Kecamatan

Glagah Kabupaten Banyuwangi pada tanggal 17 Januari 2018

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

45

Garis kedua adalah garis vertikal keatas dari keluarga pewaris

maupun keluarga pancer dan keluarga kembang. Semua harta waris

akan beralih tangan kepada keluarga tersebut apabila pewaris tidak

memilik anak. setelah itu apabila garis keatas juga tidak ada, maka

setelahnya adalah garis horizontal dari keluarga pancer maupun

kembang. 65

D. Pewarisan Janda dan Anak Angkat Pada Masyarakat Osing

Pada masyarakat Osing terdapat empat macam kriteria janda, yaitu

:

a. Rondo Kembang (Janda Kembang)

Pengertian rondo kembang yaitu seorang perempuan

yang sudah menikah secara sah dan dalam waktu yang relatif

singkat berpisah baik cerai hidup maupun cerai mati dalam

keadaan belum melakukan hubungan suami istri.66

Jika suami meninggal dunia maka harta asal kembali

kepada masing-masing pihak jalur pancer dan jalur kembang.

Dan janda tersebut tidak mendapatkan sedikitpun dari harta

asal suami.

b. Rondo Lanjar (Janda Lanjar)

65 Ibid 66 Hasil wawancara dengan Bapak Suhaimi selaku Tetuah adat Osing Desa Kemiren Kabupaten

Banyuwangi tanggal 24 September 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

46

Rondo Lanjar adalah seorang perempuan yang sudah

menikah secara sah dan pada waktu tertentu berpisah dengan

suaminya dalam keadaan belum mempunyai keturunan. 67

Dalam kasus ini kedudukan janda terhadap harta peninggalan

suami dapat dijelaskan sebagi berikut:

1. Jika usia perkawinan relatif singkat dan telah terjadi

hubungan suami istri lalu suami meninggal dunia, maka

keadaannya sama dengan rondo kembang. Jika usia

perkawinannya berlangsung lama, maka apabila suami

meninggal dunia janda diberi bagian dari harta asal

peninggalan suami, adapun besarnya bagian tergantung

kebijaksanaan keluarga dari jalur pancer (pihak suami),

pemberian yang demikian ini disebut dengan waris mayyit.

Akan tetapi seperti yang dijelaskan diatas hal ini tetap

menjadi kesepakatan keluarga suami yang kemungkinannya

janda tidak akan mendapat bagian dari harta asal suami.68

c. Rondo Kumpeni (Janda Kumpeni)

Rondo kumpeni hanya merupakan istilah saja dalam

masyarakat adat osing, yang sebenarnya janda kumpeni

bukanlah seorang janda karena perempuan tersebut belum

dicerai secara resmi. Hal ini disebabkan karena suami pergi

67 Ibid 68 Ibid

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Harta ...eprints.umm.ac.id/39548/3/BAB 2.pdf · mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda. Kedudukan anak angkat menurut

47

tanpa memberikan nafkah dan tidak diketahui kabar beritanya

apakah suami tersebut masih hidup atau sudah meninggal

dunia.69

Maka dalam keadaan yang demikian perempuan

tersebut mempunyai hak untuk menguasai harta asal kekayaan

suaminya untuk keperluan menghidupi diri dan anak-anaknya

(jika sudah memiliki keturunan).70

d. Rondo Teles (Janda Teles)

Janda Teles adalah seorang perempuan yang sudah

menikah secara sah kemudian berpisah dengan suaminya dalam

keadaan banyak memiliki harta benda pribadi (bawaan).71

Jika seorang janda memiliki keturunan dengan suami

yang telah meninggal dunia maka janda tidak mendapatkan hak

waris dari harta peninggalan suami, akan tetapi biaya hidup

dari janda tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab anak-

anaknya.72

Pada anak angkatnya, masyarakat Osing memiliki dan menggunakan

sistem yang harus dilakukan sebelum pewarisan itu terjadi yaitu sistem pewarisan

sebelum pewaris wafat yang telah disebutkan pada sistem pembagian waris dalam

masyarakat osing desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.

69 Ibid 70 Ibid 71 Ibid 72 Ibid