42
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 Pengertian Penegakan Kode Etik A.1.1 Pengertian Penegakan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penegakan berasal dari kata tegak yang berarti proses, cara, dan perbuatan menegakkan. 8 Penegakan adalah cara atau proses dalam menengakkan suatu perbuatan atau peraturan yang berlaku. Menurut pendapat beberapa ahli, tentang pengertian penegakan hukum antara lain sebagai berikut : a. Satjipto Rahardjo “Penegak hukum adalah lembaga pelaksana hukum yang bertugas untuk mewujudkan dan menegakkan hukum ditengah- tengah masyarakat dan lingkungan. Dilihat dari aspek keorganisasian, lembaga hukum tidak statis tetapi dinamis. Penegakan hukum juga merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum. Tujuan hukum memuat nilai-nilai moral seperti keadilan dan kebenaran.” 9 Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa Satjipto Rahardjo mengemukakan mengenai tugas dari Penegak Hukum yang berada ditengah-tengah masyarakat dan juga mengemukakan mengenai Penegakan Hukum adalah serangkaian ide untuk mewujudkan cita- 8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Penegakan, diakses 28 November 2018. 9 Admin, Sudut Hukum, Pengertian Penegakan Hukum, diakses 28 November 2018.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi

A.1 Pengertian Penegakan Kode Etik

A.1.1 Pengertian Penegakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Penegakan

berasal dari kata tegak yang berarti proses, cara, dan perbuatan

menegakkan.8 Penegakan adalah cara atau proses dalam menengakkan

suatu perbuatan atau peraturan yang berlaku.

Menurut pendapat beberapa ahli, tentang pengertian penegakan

hukum antara lain sebagai berikut :

a. Satjipto Rahardjo

“Penegak hukum adalah lembaga pelaksana hukum yang

bertugas untuk mewujudkan dan menegakkan hukum ditengah-

tengah masyarakat dan lingkungan. Dilihat dari aspek

keorganisasian, lembaga hukum tidak statis tetapi dinamis.

Penegakan hukum juga merupakan rangkaian proses untuk

menjabarkan nilai, ide, cita yang cukup abstrak yang menjadi

tujuan hukum. Tujuan hukum memuat nilai-nilai moral seperti

keadilan dan kebenaran.”9

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa Satjipto Rahardjo

mengemukakan mengenai tugas dari Penegak Hukum yang berada

ditengah-tengah masyarakat dan juga mengemukakan mengenai

Penegakan Hukum adalah serangkaian ide untuk mewujudkan cita-

8Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Penegakan, diakses 28 November 2018.

9Admin, Sudut Hukum, Pengertian Penegakan Hukum, diakses 28 November 2018.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

15

cita dari hukum itu sendiri dan dalam hal ini tujuan tersebut memuat

nulai-nilai yang ada dalam masyarakat.

b. Soerjono Soekanto

“Secara konseptual inti dan arti penegakan hukum terletak

pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar

untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan

kedamaian pergaulan hidup. Dengan demikian penegakan

hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut

penyerasikan antara nilai dengan kaidah serta perilaku nyata

manusia. Kegagalan hukum untuk mewujudkan nilai hukum

tersebut merupakan ancaman bahaya yang akan mempengaruhi

keamanan masyarakat, sedangkan keberhasilan penegakan

hukum akan menentukan serta menjadi barometer legitimasi

hukum di tengah-tengah realitas sosialnya sehingga

permasalahan kejahatan dengan kekerasan oleh massa dapat

teratasi secara hukum yang ada.”10

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa Soerjono Soekanto

mengemukakan mengenai Penegakan Hukum yang digunakan untuk

menyelaraskan antara nilai dan kaidah dalam perilaku manusia. Jika

kegagalan hukum itu terjadi maka akan mengancam keamanan dalam

masyarakat. Akan tetapi jika penegakan hukum itu berhasil maka akan

menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri yang dalam hal ini jika

terjadinya suatu permasalahan kejahatan, semua itu akan teratasi.

c. Profesor Abdulkadir Muhammad

“Penegakan kode etik adalah usaha melaksanakan kode etik

sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaanya supaya tidak

terjadi pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran harus

diadakan upaya untuk memulihkan kode etik yang dilanggar

tersebut supaya tegak kembali. Masalah penegakan hukum

merupakan masalah yang tidak pernah surutnya. Perkataan

penegakan hukum mempunyai konotasi menegakkan,

melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di

10Ibid.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

16

dalam masyarakat. Tujuan penegakan hukum adalah untuk

menegakkan hukum yang berlaku sesuai tingkat kesalahan

yang ada.”11

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penegakan kode

etik merupakan suatu upaya untuk melaksanakan kode etik sesuai

dengan semestinya yang dalam hal ini jika terjadi pelanggaran kode

etik itu maka akan dilakukan untuk memulihkan kode etik itu agar

tegak kembali. Dan tujuan penegakan hukum disini adalah untuk

menegakkan kode etik itu sesuai dengan semestinya dan agar tidak

terjadinya pelanggaran kembali.

Dimasukkannya pengertian penegakan dalam tinjuan pustaka

ini adalah ditujukan dengan maksud memberikan gambaran umum

mengenai suatu proses untuk menegakkan peraturan yang telah dibuat

dan harus dijalani sesuai dengan semestinya dan gambaran tersebut

akan dikaji dalam pembahasan pada penelitian ini. Dan Penulis perlu

mengetahui dari pengertian penegakan sebelum membahas dalam

penelitian ini.

A.1.2 Pengertian Etika

Menurut pendapat beberapa ahli, tentang pengertian etika antara lain

sebagai berikut :

a. James J. Spillame SJ

11Abdulkadir Muhammad, 2006, “Etika Profesi Hukum”, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal

120.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

17

“Etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku

manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika

mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi

individu dengan objektivitas untuk menentukan “kebenaran”

atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang

lain.”12

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa James J. Spillame

SJ mengemukakan bahwa etika dilakukan dengan mempertimbangkan

dan memperhatikan tingkah laku dalam masyarakat yang dimana etika

disini untuk mengarahkan masyarakat untuk mengerti akan kebenaran

dan kesalahan tingkah laku yang akan dilakukan kepada orang lain.

b. A. Sonny Keraf

“Etika dipahami dalam pengertian yang jauh lebih luas. Etika

dimengerti sebagai refleksi kritis tentang bagaimana manusia

harus hidup dan bertindak dalam sistem, situasi konkret, situasi

khusus tertentu. Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang

membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan

salah secara moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam

situasi konkret.”13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa A. Sonny Keraf

mengemukakan bahwa etika akan dilakukan sesuai dengan moral

yang ada dalam manusia yang dimana moral tersebut digunakan untuk

bertindak dalam situasi yang akan dihadapi.

Menurut Darji Darmodiharjo fungsi dari etika adalah untuk

memberikan petunjuk untuk tiga hal yang senantiasa kita ajukan.

Dalam konteks ini, etika berfungsi sebagai pembimbing tingkah laku

12Supriadi, 2010, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakarta Sinar

Grafika, Hal.7

13

Ibid, Hal.8

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

18

manusia agar dalam mengelola kehidupan ini tidak sampai berujung

tragis.14

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Darji

Darmodiharjo mengemukakan bahwa etika adalah suatu petunjuk

yang digunakan untuk membimbing tingkah laku manusia agar sesuai

dengan semestinya dan bertindak dengan benar.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat Penulis simpulkan

pengertian etika diatas bahwa etika merupakan norma atau nilai-nilai

moral yang terkandung di dalam dari sesorang yang mengatur tingkah

laku, kebiasaan, akhlak tentang hal-hal yang dianggap baik maupun

dianggap buruk. Jika berbicara tentang etika profesi hukum, berarti

kita juga berbicara tentang sistem nilai yang menjadi pegangan suatu

kelompok profesi. Mengenai apa baik dan buruk menurut nilai-nilai

profesi itu. Biasanya nilai-nilai itu dirumuskan dalam suatu norma

tertulis, yang kemudian disebut kode etik. Dimasukkannya pengertian

etika dalam tinjuan pustaka ini adalah ditujukan dengan maksud

memberikan gambaran umum mengenai batasan-batasan perilaku

yang akan dilakukan dalam kehidupan masyarakat dan gambaran

tersebut akan dikaji dalam pembahasan pada penelitian ini.

14Supriadi, Op.cit, Hal.10

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

19

A.1.3 Pengertian Profesi

Profesi adalah kegiatan fisik dan intelektual yang terintegrasi,

berlangsung secara tetap, terus menerus dan memperoleh penghasilan

atau untuk pengabdian.15

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi disini

suatu pengabdian yang dimana akan memperoleh penghasilan maupun

keuntungan jika dilakukan secara terus menerus.

Sedangkan menurut Dientrial Rueschmenyer, profesi adalah

pelayanan yang menerapkan seperangkat pengetahuan sistematika

ilmu, pada masalah-masalah yang sangat relevan bagi nilai-nilai

utama masyarakat.16

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesi merupakan

suatu pelayanan yang digunakan dengan menerapkan ilmu yang telah

ada dan akan menyelesaikan suatu masalah dalam masyarakat.

Dari uraian beberapa pengertian profesi diatas dapat

disimpulkan bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang

mengandalkan keahlian dan keterampilan khusus yang tidak

didapatkan pada pekerja-pekerja lainnya dan digunakan dalam lingkup

masyarakat. Dimasukkannya pengertian profesi dalam tinjuan pustaka

ini adalah ditujukan dengan maksud memberikan gambaran umum

mengenai pekerjaan atau keahlian yang akan dilakukan dalam bidang

15Moch Amin, Op.cit

16

Liliana Tedjosaputro, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Semarang, Aneka Ilmu, Hal

26.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

20

yang dikerjakan dan gambaran tersebut akan dikaji dalam pembahasan

pada penelitian ini.

A.1.4 Pengertian Kode Etik Profesi

Dalam buku Liliana Tedjodsputro yang berjudul Etika Profesi

dan Profesi Hukum menjelaskan mengenai pengertian kode etik profesi,

yaitu :

“Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang

bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang

tidak dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku

efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup

dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik merupakan

rumusan norma manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik

profesi ini yang menjadi tolak ukur perbuatan anggota kelompok

profesi dan merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak

etis bagi anggotanya.”17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kode Etik Profesi

adalah pengaturan yang digunakan untuk mengemban profesi yang

dijalani dan Kode Etik Profesi juga mengatur mengenai tolak ukur

perbuatan yang akan dilakukan dan untuk mencegah profesi tersebut

agar di jalani sesuai dengan semestinya, yang dimana dilakukan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Dan Kode etik ini dijadikan standart

untuk aktivitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai

pedoman. Masyarakat juga menjadikan kode etik sebagai sarana

kontrol terhadap tindak tanduk anggota profesi.

17Ibid.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

21

Sumaryono berpendapat bahwa kode etik profesi memiliki tiga

makna. Pertama, sebagai sarana kontrol sosial. Kedua, sebagai

pencegah campur tangan pihak lain. Ketiga, sebagai pencegah

kesalahpahaman dan konflik.18

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Sumaryono

mengemukakan bahwa kode etik disini yang pertama sebagai sarana

kontrol sosial yang dimana itu merupakan suatu pedoman perilaku

yang akan dilakukan dalam lingkup masyarakat. Yang kedua sebagai

pencegah campur tangan pihak lain yang dimana segala sesuatu yang

berkaitan dengan profesi tersebut akan dilakukan sendiri tanpa adanya

orang lain dan adanya campur tangan orang lain terkadang akan

membuat hal tersebut menjadi kacau. Yang ketiga sebagai pencegah

kesalahpahaman dan konflik, yang dimana jika adanya orang lain

maka akan menyulitkan untuk menyamakan pendapat, karena pada

dasarnya perbedaan pendapat pasti terjadi dan itu bisa saja

menimbulkan konflik jika tidak bisa menemukan jalan tengah untuk

menyelesaikan hal tersebut.

Lebih lanjut Abdul Kadir Muhammad menyatakan bahwa kode

etik profesi, yaitu :

“Kriteria prinsip-prinsip profesional yang telah digariskan

sehingga dapat diketahui kewajiban profesi anggota lama, baru

bahkan calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian

dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara

sesama anggota kelompok profesi atau antara anggota

kelompok profesi dan masyarakat. Kode etik profesi telah

18Ibid

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

22

menentukan standarisasi kewajiban profesi anggota kelompok

profesi. Kode etik profesi merupakan kritalisasi perilaku yang

dianggap benar menurut pendapat umum karena berdasarkan

pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan.”19

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Abdul Kadir

Muhammad mengemukakan bahwa kode etik profesi adalah suatu

kriteria dari prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai landasan dari

profesi yang dijalani. Dalam hal ini kode etik profesi disini merupakan

suatu standarisasi kewajiban dari anggota yang melakukan suatu

profesi dan bisa menjadi dasar dari perilaku yang dianggap benar dan

akan dijalani sesuai dengan profesinya.

Dari uraian beberapa pengertian Kode Etik Profesi diatas dapat

disimpulkan bahwa kode etik profesi dalam kaitannya dengan profesi,

bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi

standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik

menggambarkan nilai-nilai profesional suatu profesi yang

diterjemahkan kedalam standar perilaku anggota profesi tersebut.

Dimasukkannya pengertian profesi dalam tinjuan pustaka ini adalah

ditujukan dengan maksud memberikan gambaran umum mengenai

pengaturan yang sudah dibuat dalam lingkup pekerjaan yang dijalani

dan pengaturan tersebut harus taati oleh seseorang yang melakukan

profesi yang sedang dijalani dan gambaran tersebut akan dikaji dalam

pembahasan pada penelitian ini.

19Ibid. Hal 25

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

23

A.1.5 Pengertian Polisi

Menurut Wikipedia pengertian Polisi, yaitu :

“Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang

mengambil dari bahasa latin politia berasal dari kata yunani

politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata

ini permulanya dipergunakan untuk menyebut “orang yang

menjadi warga negara dari kota “Athena”, kemudian

pengertian itu berkembang menjadi “kota” dan dipakai untuk

menyebut “semua usaha kota”. Oleh karena pada zaman itu

kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang disebut

dengan istilah polisi, Maka politea atau polisi diartikan sebagai

semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan

keagamaan.”20

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Polisi

merupakan suatu profesi yang dijalani untuk keamanan negara yang

dalam hal ini menjadi keamanan masyarakat juga dalam hal terjadinya

suatu tindak pidana.

Dalam ketentuan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 terdapat

rumusan mengenai definisi dari berbagai hal yang berkaitan dengan

Polisi, termasuk pengertian Kepolisian. Hanya saja definisi tentang

kepolisian tidak dirumuskan secara lengkap karena hanya menyangkut

soal fungsi dan lembaga polisi yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Selengkapnya Pasal 1 Undang-Undang No 2

Tahun 2002 berbunyi :

a. ”Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan

fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

b. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah

pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

20Wikipedia, Pengertian Polisi, diakses 28 November 2018.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

24

c. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang

berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum

Kepolisian.”21

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Penulis mengutip

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Pasal 1 karena terdapat rumusan

mengenai definisi dari berbagai hal yang berkaitan tentang pengertian

kepolisian dan gambaran mengenai pengertian Polisi akan dikaji dalam

penelitian ini.

A.1.6 Pengertian Kode Etik POLRI

Dalam ketentuan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi

Kepolisian Negara Indonesia dalam Pasal 1 mengenai pengertian

KEPP, yaitu :

“Kode Etik Profesi POLRI yang selanjutnya disingkat KEPP

adalah norma norma atau aturan-aturan yang merupakan

kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan

perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan,

dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota POLRI

dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab

jabatan.”22

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian KEPP

adalah suatu norma atau aturan yang digunakan sebagai acuan atau

landasan untuk berperilaku dengan baik dan mengatur mengenai hal-

21Pasal 1 Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

22

Pasal 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011

Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Indonesia.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

25

hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam melaksanakan

tugas dan kewajiban anggota Polri.

Anggota POLRI jika melanggar kode etik profesinya berarti

sama dengan melanggar hukum. Karena pelanggaran tersebut

melanggar profesinya, serta melanggar tugas dan wewenangnya

sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat. Sedangkan

kode etik sendiri sesuai amanat Undang-Undang telah dirumuskan

dalam Peraturan KAPOLRI sehingga ketika melanggar amanat

Undang-Undang berarti sama dengan melanggar hukum.23

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika ada anggota

Polri yang melanggar kode etik profesinya maka sama dengan anggota

Polri tersebut melanggar hukum yang dimana pelanggaran hukum itu

berupa tugas dan wewenangnya sebagai anggota Polri dalam hal

melayani dan mengayomi masyarakat.

Dimasukkannya pengertian Kode Etik Polri dalam tinjuan

pustaka ini adalah ditujukan dengan maksud memberikan gambaran

umum mengenai peraturan yang sudah dibuat dalam lingkup polri

yang dimana harus dijalani agar peraturan tersebut berjalan dengan

semestinya karena dalam hal ini profesi Polri disini adalah untuk

menjaga keamanan masyarakat dan gambaran tersebut akan dikaji

dalam pembahasan pada penelitian ini.

23Wawancara dengan Edy Cahyono, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (KABAG

SUMDA) POLRES Lamongan, 28 April 2018

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

26

A.2 Dasar Hukum Kode Etik Profesi POLRI

Kode etik profesi POLRI diatur dengan Peraturan KAPOLRI No

14 Tahun 2011 menggantikan Peraturan KAPOLRI Nomor 7 Tahun 2006.

Peningkatan pengaturan kode etik profesi POLRI dalam bentuk peraturan

KAPOLRI adalah untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2004 Tentang pembentukan peraturan perundang undangan.

Menurut pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004,

peraturan perUndang-Undangan lain diakui keberadaanya dan mempunyai

kekuatan hukum secara mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan

perUndang-Undangan yang lebih tinggi. Dalam penjelasan pasal tersebut

dikatakan bahwa salah satu jenis peraturan perUndang-Undangan lain

adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri. KAPOLRI adalah pejabat

setingkat menteri, karena bertanggung jawab langsung kepada Presiden,

sehingga peraturan yang dikeluarkan KAPOLRI mempunyai kekuatan

mengikat.

Dan peningkatan pengaturan Kode Etik Profesi tersebut tidak

hanya mengikat anggota POLRI tetapi juga mengikat pengemban fungsi

kepolisian lainnya dan sekaligus menjadi pedoman perilaku dan sekaligus

menjadi pedoman moral bagi anggota POLRI sebagai upaya pemuliaan

terhadap profesi Kepolisian yang berfungsi sebagai pembimbing,

pengabdian sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota POLRI

agar terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

27

Dalam pasal 1 ayat (5) Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011

Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

disebutkan bahwa:

“Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah

norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan

landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun

ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau

tidak patut dilakukan oleh Anggota Polri dalam melaksanakan

tugas, wewenang dan tanggung jawab jabatan”24

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Penulis dapat

menyimpulkan bahwa Kode Etik Profesi POLRI tentunya memiliki fungsi

khusus yaitu sebagai pembimbing perilaku POLRI dalam menjalankan

pengabdian profesinya dan sebagai pengawas hati nurani agar anggota

POLRI tidak melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan nilai-

nilai etis dan tidak melakukan penyalahgunaan wewenang atas profesi

kepolisian yang dijalankannya.

Adapun subtansi yang lebih pokok mengenai Kode Etik Profesi

POLRI diatur dalam Peraturan KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011

mengandung empat sikap moral bagi anggota POLRI, yakni berkaitan

dengan etika kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan dan etika

kemasyarakatan. Ke empat sikap moral tersebut didefinisinya sebagai

berikut :

a. “Etika Kenegaraan adalah sikap moral anggota POLRI yang

menjunjung tinggi landasan konstitusional Negara Republik

Indonesia yaitu pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, kewajiban anggota POLRI

24Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

28

mengenai Etika Kenegaraan diatur dalam Pasal 6 sedangkan

larangan diatur dalam pasal 12 PERKAP nomor 14 tahun 2011.

b. Etika Kelembagaan adalah sikap moral anggota POLRI terhadap

institusi yang menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung

tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara

dengan segala martabat dan; kewajiban anggota POLRI

mengenai Etika Kelembagaan diatur dalam Pasal 7 - 9

sedangkan larangan diatur dalam pasal 13 - 14 PERKAP nomor

14 tahun 2011.

c. Etika Kemasyarakatan adalah sikap moral anggota POLRI yang

senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat;

kewajiban anggota POLRI mengenai Etika Kemasyarakatan

diatur dalam Pasal 10 sedangkan larangan diatur dalam pasal 15

PERKAP nomor 14 tahun 2011.

d. Etika Kepribadian adalah sikap moral anggota POLRI terhadap

profesinya didasarkan pada panggilan ibadah sebagai umat

beragama, kewajiban anggota POLRI mengenai Etika

Kepribadian diatur dalam Pasal 11 sedangkan larangan diatur

dalam pasal 15 PERKAP nomor 16 tahun 2011.”25

Dari keempat sikap moral tersebut di atas, Penulis akan

menjabarkan maksud dari masing-masing sikap moral tersebut. Pertama

adalah “etika Kenegaraan” sebagaimana diatur dalam Peraturan KAPOLRI

Nomor 14 Tahun 2011, maksud sikap ini merupakan prinsip kesadaran

dalam menjaga, mengamankan dan memelihara ideologi dan konstitusi

bangsa dan negara, kepentingan bangsa, kondisi negara dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, fasilitas negara dan menjunjung

tinggi kedaulatan rakyat. Kedua “etika kelembagaan” sebagaimana diatur

dalam peraturan KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011, maksudnya adalah

selaku pemegang profesi kepolisian, setiap anggota POLRI memiliki

kewajiban moral bagaimana seharusnya dan seyogyanya berperilaku

terhadap lembaga POLRI yang merupakan organisasi profesi tersebut.

25Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

29

Ketiga “etika kemasyarakatan” sebagaimana diatur dalam peraturan

KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011, maksudnya adalah norma ketika dalam

hubungan dengan masyarakat mengandung penjabaran yang digunakan

pedoman berperilaku setiap anggota kepolisian dalam berhubungan

dengan masyarakat baik ketika menjalankan tugas dan wewenangnya

maupun hubungannya ditengah-tengah masyarakat. Keempat “Etika

Kepribadian” sebagaimana diatur dalam Peraturan KAPOLRI Nomor 14

Tahun 2011 bahwa etika kepribadian merupakan sikap moral yang

mengandung komitmen batin pemegang profesi kepolisian. Komitmen

batin yang dimaksud adalah mampu menjaga dan memelihara sikap

pribadinya dengan baik, yang berati segala tindak tanduknya tidak tercela.

Menurut ketentuan pasal 21 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun

2011 tentang Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

: Anggota POLRI yang dinyatakan sebagai Pelanggar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dikenakan sanksi Pelanggaran KEPP

berupa :

a. “Perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;

b. Kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan

dihadapan Sidang KKEP dan/atau secara tertulis kepada

impinan POLRI dan pihak yang dirugikan;

c. Kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental

kepribadian, kejiwaan, keagamaan dan pengetahuan profesi,

sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu dan paling lama 1 (satu)

bulan;

d. Dipindahtugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi

sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun;

e. Dipindahtugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi

sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun;

f. Dipindahtugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi

sekurang-kurangnya 1 (satu) Tahun;

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

30

g. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) sebagai anggota

POLRI.”26

Menurut penulis, bentuk sanksi moral sebagaimana diatur dalam

pasal 21 Peraturan KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011 tersebut merupakan

bentuk sanksi moral yang bersifat mutlak dan mengikat. Artinya sanksi

moral tersebut terumus pada kadar sanksi yang teringan hingga pada kadar

sanksi yang terberat sesuai dengan pelanggaran perilaku anggota yang

melakukan pelanggaran tersebut yang dapat dibuktikan dalam sidang

komisi kode etik POLRI. Sanksi berupa kewajiban pelanggar untuk

meminta maaf secara terbatas adalah pernyataan meminta maaf secara

terbatas baik lisan maupun tertulis oleh anggota POLRI yang melakukan

pelanggaran kepada pihak yang dirugikan atas perilaku anggota tersebut.

Mengenai bentuk sanksi berupa kewajiban pelanggaran untuk mengikuti

pembinaan ulang profesi biasanya dikenakan kepada anggota POLRI yang

terbukti melanggar Kode Etik Profesi POLRI sebanyak dua kali atau lebih.

Dan selanjutnya apabila tingkat pelanggaran kode etik profesi POLRI

termasuk dalam kualifikasi pelanggaran berat dan dilakukan berulang-

ulang, maka kepada anggota yang melakukan pelanggarab tersebut dapat

dijatuhi sanksi dinyatakan tidak layak untuk mengemban profesi POLRI.

Adapun ketentuan Pasal 21 ayat (2) Peraturan KAPOLRI Nomor

14 Tahun 2011, sanksi tersebut merupakan sanksi administrasi berupa

rekomendasi untuk :

a. “dipindahtugaskan ke jabatan yang berbeda

26Pasal 20 ayat 2 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Kepolisian

Negara Republik Indonesia

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

31

b. dipindahtugaskan ke fungsi yang berbeda

c. dipindahtugaskan ke wilayah yang berbeda

d. PTDH.”27

Berdasarkan ketentuan peraturan di atas, menurut penulis sanksi

administrasi (a), (b) dan (c) diatas adalah mutasi kepada anggota yang

terbukti melanggar kode etik profesi POLRI, baik mutasi jabatan, mutasi

fungsi maupun mutasi wilayah kerja, yakni dengan memindah tugaskan ke

daerah lain (biasanya ke daerah terpencil). Sedangkan sanksi administrasi

(d) adalah tindakan pemberhentian terhadap anggota POLRI, berupa

pemberhentian pemberhentian dengan tidak hormat. Anggota POLRI yang

terbukti melanggar dapat direkomendasikan untuk diberhentikan sebagai

anggota POLRI karena dianggap tidak layak menjadi anggora PLRI. Di

sini berarti pelanggar dianggap sudah tidak pantas mengemban tugas

sebagai anggota POLRI sebagaimana ditentukan dalam rumusan tugas dan

wewenang Kepolisian yang diatur dalam pasal 14, 15 dan 16 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Selain itu penulis juga menegaskan bahwa pada Pasal 21 ayat

(3) Peraturan KAPOLRI Nomor 14 Tahun 2011, bagi anggota POLRI

yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana 4 (empat) Tahun yang

telah berkekuatan hukum tetap, konsekuensi hukumnya dapat

direkomendasikan oleh anggota sidang komisi kode etik POLRI untuk

PTDH.

27Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

32

Dimasukkannya dasar hukum mengenai Kode Etik Profesi Polri

adalah untuk mengkaji dalam pembahasan pada penelitian ini. Yang dalam

hal ini dasar hukum Kode Etik Profesi Polri sangat penting yang dimana

hal tersebut mengatur segala hal yang berhubungan dengan anggota polri

dan mengatur mengenai sanksi-sanksi yang di dapat jika seorang anggota

Polri yang melakukan pelanggaran.

A.3 Syarat Menjadi Anggota POLRI

Bintara Polri (Polisi Tugas Umum dan Polwan)

Pesyaratan Umum:

1. Warga Negara Indonesia (pria atau wanita)

2. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan

Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

4. Usia minimal 18 tahun (pada saat dilantik menjadi anggota polri)

5. Sehat jasmani dan rohani (surat keterangan sehat dari institusi

kesehatan)

6. Tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan (surat

keterangan catatan kepolisian) dari polres setempat

7. Lulus pendidikan dan pelatihan pembentukan anggota kepolisian

8. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

33

Persyaratan khusus:

1. Pria/wanita bukan anggota/mantan polri/TNI dan PNS atau pernah

mengikuti pendidikan polri/TNI

2. Berijazah serendah-rendahya:

a. SMA/sederajat

1. Bagi lulusan sebelum tahun 2018 melampirkan nilai ijazah

(gabungan nilai rata-rata rapor ditambah nilai rata-rata ujian

sekolah dibagi dua) minimal 60,00

2. Bagi lulusan tahun 2018 melampirkan nilai ijazah (gabungan nilai

rata-rata rapor ditambah nilai rata-rata USBN dibagi dua) minimal

70,00

b. Lulusan D-III dengan IPK minimal 2,75 dan Akreditasi Prodi

minimal B

3. Usia pada saat pembukaan pendidikan pembentukan Bintara Polri

a. Lulusan SMA/sederajat umur minimal 17 (tujuh belas) tahun 6

(enam) bulan dan maksimal 21 tahun

b. Lulusan D-III umur minimal 17 (tujuh belas) tahun 6 (enam) bulan

dan maksimal 24 tahun

4. Bagi yang masih duduk di kelas XII (lulusan tahun2018) melampirkan

nilai rata-rata rapor semester I minimal 70,00 dan setelah lulus

melampirkan ijazah dengan akhir sesuai pada poin 2

5. Bagi yang memperoleh ijazah dari negara lain harus mendapat

pengesahan dari kemenbuddikdasmen

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

34

6. Tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut

ketentuan yang berlaku):

a. Pria : 165 cm, khusus etnis Melanesia (Polda Papua dan Papua

Barat) 163 cm

b. Wanita : 160 cm khusus etnis Melanesia (Polda Papua dan

Papua Barat) 158 cm

7. Belum pernah menikah/hamil atau melahirkan bagi casis wanita dan

belum pernah menikah dan atau mempunyai anak kandung/biologis

bagi casis pria serta sanggup tidak menikah selama dalam pendidikan

pembentukan Bintra Polri, ditambah 2 (dua) tahun setelah lulus,

dibuktikan dengan surat keterangan Lurah/Kades

8. Tidak bertato/bekas tato dan tidak ditindik/bekas tindik telinga atau

anggota badan lainnya, kecuali yang disebabkan oleh ketentuan

agama/adat

9. Dinyatakan bebas narkoba dengan menyerahkan surat keterangan bebas

narkoba dari instansi kesehatan pemerintahan (RS pemerintah atau

klinik BNN/BNP/BNK)

10. Berdomisili minimal 2 tahun pada saat buka pendidikan diwilayah

polda tempat mendaftar dengan melampirkan Kartu Tanda Penduduk

/Kartu Keluarga kecuali calon peserta Bintara Kompetensi Khusus tidak

berlaku ketentuan domisili, apabila terbukti melakukan

duplikasi/pemalsuan/rekayasa akan ditindak sesuai dengan hukum yang

berlaku

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

35

11. Bagi calon/peserta yang berusaha menggunakan

sponsor/koneksi/katabelece dengan cara menghubungi lewat

telepon/surat atau dalam bentuk apapun kepada panitia/pejabat yang

berwenang melalui orang tua/wali/keluarga atau pihak lain akan

didiskualifikasi

12. Bagi calon Bintara yang dinyatakan lulus terpilih agar melampirkan

kartu BPJS

13. Bagi yang sudah bekerja secara tetap seebagai pegawai/karyawan

a. Mendapat persetujusn/rekomendasi dari kepala instansi yang

bersangkutan

b. Bersedia diberhentikan dari status pegawai/karyawan, bila diterima

dan mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri

14. Pendaftaran calon peserta dilaksanakan di tiap-tiap polres/pabanrim

atau subpanda sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Kartu

Keluarga (KK)

15. Membuat surat pernyataan bermaterai bersedia ditempatkan di seluruh

wilayah NKRI dan ditugaskan pada semuan bidang tugas Kepolisan

yang di tandatangani oleh calon peserta, orang tua dan wali

Pesyaratan Lainnya:

1. Berijazah:

a. Lulusan SMA/MA jurusan IPA/IPS/Bahasa (bukan lulusan paket A

dan B) atau SMK sesuai dengan kopetensi tugas pokok [polri

(kecuali Tata Busana dan Tata Kecantikan)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

36

b. Lulusan D-III keperawatan dengan IPK minimal 2,75 dan Akreditasi

Prodi minimal B kecuali yang berasal dari Polda Gorontalo, NTT,

Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat dengan Akreditasi

minimal C dengan IPK minimal 2,80

2. Tinggi badan minimal (dengan berat badan seimbang menurut

ketentuan yang berlaku)

a. Pria : 165 cm

b. Wanita : 160 cm

3. Tinggi badan khusus etnis Melanesia (Polda Papua dan Papua barat)

a. Daerah Pesisir:

1. Pria : 163 cm

2. Wanita : 158 cm

b. Daerah Pegunungan:

1. Pria : 160 cm

2. Wanita : 155 cm

4. Pendaftaran dan seleksi dilaksanakan di masing-masing Polda sesuai

domisili

Mengikuti dan lulus pemeriksaan/pengujian yang meliputi materai

dan urutan kegiatan sebagai berikut:

1. Sistem gugur

a. Pemeriksaan administrasi awal dengan penilaian secara kualitatif

(MS/TMS)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

37

b. Pemeriksaan dan pengujian psikologi tahap I dengan penilaian

secara kuantitatif

c. Pemeriksaan kesehatan tahap I dengan penilaian secara kualitatif

(MS/TMS)

d. Pemeriksaan kesehatan jasmani dengan penilaian secara kuantitatif

e. Pemeriksaan antropometri dengan penilaian secara kualitatif

(MS/TMS)

f. Pemeriksaan kesehatan tahap II (termasuk Keswa) dengan penilaian

secara kualitatif (MS/TMS)

g. Pemeriksaan psikologi tahap II (wawancara) dengan penilaian secara

kualitatif (MS/TMS)

h. Pendalaman PMK dengan penilaian secara kualitatif (MS/TMS)

i. Pemeriksaan administrasi akhir dengan penilaian secara kualitatif

(MS/TMS)

2. Sistem rangking

Pengujian akademik penilaian secara kuantitatif dengan materi sebagai

berikut:

a. Pengetahuan umumu

b. Bahasa Indonesia

c. Bahasa inggris

3. Sidang terbuka penetapan kelulusan sementara dan kelulusan akhir.28

28Pendaftaran Maba, Persyaratan Pendaftaran Polri-Polisi 2018-2019, diakses 28 November

2018.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

38

Dimasukkannya syarat menjadi anggota Polri adalah dalam hal ini

memuat mengenai hal-hal yang wajib dilakukan untuk menjadi seorang

anggota Polri dan jika hal tersebut tidak terpenuhi satu point saja maka

akan gugur untuk menjadi seorang anggota Polri.

B. Tinjauan Umum Mengenai POLRI

B.1 Hukum Kepolisian

Bill Drewsdan Gerhard Wacke berpendapat mengenai pengertian

hukum dan kepolisian, bahwa :

“Secara etimologis hukum kepolisian berasal dari bahasa Belanda

“Politie Recht”, Jerman “PolizeiRechts” dan Inggris “Police

Law”, yang kemudian di Indonesia disinonimkan menjadi “Hukum

Kepolisian”. Istilah Hukum Kepolisian terdiri dari dua suku kata

“hukum” dan “kepolisian” yang masing-masing kata dapat diberi

makna secara terpisah. Jika berpijak pada istilah hukum adalah

suatu norma atau kaidah yang berisi larangan dan perintah yang

mengatur kehidupan manusia, dan kepolisian adalah suatu lembaga

dan fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat.”29

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bill Drewsdan

Gerhard Wacke mengemukakan bahwa pengertian dari Hukum adalah

kaidah atau norma yang dapat dijadikan suatu aturan dalam masyarakat

sedangkan kepolisian adalah suatu lembaga yang berguna untuk

melindungi masyarakat.

Menurut Bill Drewsdan Gerhard Wacke, mengartikan “polizei

recht” adalah hukum yang mengatur hakekat polisi, dasar-dasar hukum

secara umum untuk memberi kewenangan, kewajiban dan kekuasaan

29Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, 1972, hal.26.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

39

kepada polisi, juga untuk memberi kewenangan secara khusus baik

terhadap orang maupun terhadap benda.30

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Bill Drewsdan

Gerhard Wacke mengemukakan bahwa Hukum Kepolisian tersebut telah

menyentuh pada suatu nilai yang dalam, yakni tentang hakekat polisi yang

telah masuk pada tataran dan ranah filsafati tentang eksistensi lembaga dan

fungsi polisi.

Dimasukkannya mengenai hukum kepolisian adalah untuk

mengkaji dalam pembahasan pada penelitian ini. Yang dalam hal ini

hukum kepolisian mengatur mengenai norma-norma yang harus dilakukan

Polri dalam lingkup kepolisian dan hukum tersebut harus dijalani dengan

taat agar hukum tersebut berjalan sesuai dengan semstinya.

B.2 Lingkup Hukum Kepolisian

Menurut Bill Drews dan Gerhard Wacke dalam mengartikan

“polizei recht” dapat dipetakan lingkup kajian hukum kepolisian,

meliputi:

a. “Hakekat polisi;

b. Dasar-dasar hukum umum yang mengatur kewenangan,

kewajiban dan kekuasaan kepolisian;

c. Dasar-dasar hukum yang mengatur kewenangan secara khusus.

Menurut Memo Kelana mengemukakan obyek hukum kepolisian,

meliputi:

a. Tugas Polisi;

b. Organ Polisi;

c. Hubungan antara organ polisi dan tugasnya.

30Ibid.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

40

Beranjak dari beberapa definisi tentang hukum kepolisian

dan analisa konsep dasar hukum administrasi serta arti dari

pemerintahan, maka wilayah dan obyek kajian hukum kepolisian

dapat dibedakan menjadi dua, yakni lingkup hukum kepolisian

secara luas dan secara sempit. Lingkup hukum kepolisian secara

luas meliputi:

a. Hakekat kepolisian;

b. Lembaga atau organisasi kepolisian yang mencakup:

a) kedudukan,

b) struktur,

c) hubungan organisasi, dan

d) personil kepolisian.

c. Fungsi kepolisian dan kekuasaan kepolisian;

d. Landasan yuridis yang mengatur tentang eksistensi, kedudukan

fungsi dan kekuasaan kepolisian (tugas dan wewenang);

e. Pengawasan dalam penyelenggaraan kepolisian;

f. Tanggunggugat penyelenggaraan fungsi, dan kekuasaan

kepolisian. Sedangkan lingkup hukum kepolisian secara

sempit, hanya mencakup tentang landasan yuridis yang

mengatur tentang eksistensi, kedudukan, fungsi, dan kekuasaan

kepolisian atau tugas dan wewenang kepolisian.”31

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkup hukum

kepolisian memuat mengenai hakekat polisi, lembaga kepolisian,

kewenangan polisi, kewajiban dan kekuasaan polisi, tugas polisi,

kedudukan polisi, struktur polisi dan juga fungsi kepolisian. Dan

dimasukkannya lingkup hukum kepolisian adalah untuk mengkaji dalam

pembahasan pada penelitian ini.

B.3 Daerah Hukum Polri

Setiap kepolisian memiliki tugas. Dalam pelaksanaan tugas pokok

Polri, kepolisian melaksanakan tugas di daerah hukumnya masing-masing.

Adapun daerah hukum kepolisian dalam Pasal 4 ayat 1 Peraturan

31Ibid, hlm 29.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

41

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah Hukum Kepolisian

Negara Republik Indonesia, antara lain:

1. Daerah hukum Kepolisian Markas Besar (Mabes), untuk wilayah

Negara Republik Indonesia.

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa unsur pimpinan Mabes

Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).

Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Presiden. Kapolri berpangkat Jenderal Polisi.

2. Daerah hukum Kepolisian Daerah (Polda), untuk wilayah provinsi.

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Kepolisian Negara

Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama

kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas

menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda

dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah

(Kapolda), yang bertanggungjawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu

oleh Wakil Kapolda (Wakapolda). Polda membawahi Kepolisian

Negara Rebuplik Indonesia Resor (Polres). Ada tiga tipe Polda, yakni

Tipe A-K, Tipe A dan Tipe B. Poda Tipe A-K saat ini hanya terdapat 1

Polda, yaitu Polda Metro Jaya. Polda Tipe A-K dan Tipe A dipimpin

seorang perwira tinggi berpangkat Inspektur Jenderal Polisi (Irjen),

sedangkan Tipe B dipimpin perwira tinggi berpangkat Brigadir

Jenderal Polisi (Brigjen).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

42

3. Daerah hukum Kepolisian Resort (Polres), untuk wilayah

kabupaten/kota.

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Polres membawahi

Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor. Untuk kota-kota besar,

Polres dinamai Kepolisian Resor Kota Besar. POlres memiliki satuan

tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin oleh

seorang Komisaris Besar Polisi (Kombes) (untuk Polrestabes) atau

Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (Untuk Polres).

4. Daerah hukum Kepolisian Sektor (Polsek), untuk wilayah

kecamatan.32

Dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Polsek maupun Polsekta

dipimin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (khusus untuk

Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban),

sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira

berpangkat Ajun KOmisaris Polisi (AKP) (tipe rural). Disejumlah daerah

di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Polisi Dua (Irda).

Dimasukkannya daerah hukum Polri adalah untuk mengkaji dalam

pembahasan pada penelitian ini. Yang dalam hal ini meskipun daerah

hukum Polri terdiri dari 4 (empat) wilayah tetapi jika adanya pelanggaran

yang terjadi tetap saja menggunakan peraturan mengenai Kode Etik

Profesi Polri yang sudah ditetapkan.

32POLRI Kepolisian Negara Republik Indonesia, Struktur Organisasi Polri, diakses 27

November 2018.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

43

B.4 Tugas Polri

Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah :

a. “Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakkan hukum

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.”33

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas polri disini

intinya adalah untuk mengayomi masyarakat dan memberikan keamanan

bagi negara dan keamanan bagi masyarakat yang dimana dalam

pengamanan tindak pidana dan bencana alam.

Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga

memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat

(1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1) “Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

kebutuhan.

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin

keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan

warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-

undangan.

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum :

melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

33Pasal 13 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

44

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipildan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7) Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya.

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran

kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian

untuk kepentingan tugas kepolisian.

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat

dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau

bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara

sebelum ditangani oleh instansi/ atau pihak berwenang.

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian.

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundangundangan.”34

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tugas

polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban,

menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan

masyarakat serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat

terhadap peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif

dan tugas yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak

segala hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangsa, dan

negara. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penanggulangan kasus

tindak pidana judi togel polisi melakukan tindakan preventif dan represif.

Dimasukkannya tugas Polri adalah untuk mengkaji dalam pembahasan

pada penelitian ini. Yang dalam hal ini tugas polri sudah tertera dalam

34Pasal 14 ayat (1) Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

45

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia dan tugas tersebut harus dilaksanakan sesuai peraturan yang ada.

B.5 Wewenang Polri

Disamping memiliki tugas-tugas tersebut di atas, polisi memiliki

wewenang secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang–

Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

yaitu sebagai berikut:

a. “Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancampersatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang;

i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta

kegiatan masyarakat;

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara

waktu.”35

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wewenang polri disini

intinya adalah menerima aduan yang dilaporkan oleh masyarakat sekitar

mengenai pelanggaran yang telah terjadi ataupun pelanggaran yang telah

35Pasal 15 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

46

dilakukan oleh anggota polri, yang dimana setelah menerima aduan

tersebut anggota polri berusaha mencari jalan tengah untuk menyelesaikan

pelanggaran tersebut. Yang dimana polri disini juga berusaha untuk

mencegah terjadinya pelanggaran yang telah terjadi. Dan tata cara umum

dalam wewenang polri untuk menyelesaikan suatu pelanggaran telah

disebutkan diatas.

Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk

menyelenggarakan tugas di bidang proses pidana menurut Pasal 16

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah :

a. “Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan.

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan.

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri.

e. Melakukan pemeriksaan – pemeriksaan surat.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan.

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat

imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam

keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau

menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggungjawab.”36

36Pasal 16 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

47

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wewenang polri disini

intinya adalah melakukan setelah terjadinya laporan dan aduan dari

masyarakat, polri akan menindak lanjuti pelanggaran tersebut yang dimana

melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan

mengenai barang hasil curian yang telah diambil oleh pelaku kejahatan.

Dan akan di tindak lanjuti kembali sesuai dengan tata cara diatas.

Dimasukkannya wewenang Polri disini adalah untuk mengkaji

dalam pembahasan pada penelitian ini. Yang dalam hal ini wewenang

Polri sudah jelas tertera dalam Pasal 15 dan Pasal 16 Undang– Undang No.

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

B.6 Fungsi Kepolisian

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, menyatakan bahwa fungsi kepolisian, yaitu :

“Fungsi kepolisian adalah menjalankan salah satu fungsi

Pemerintahan negara dalam tugas penegakan Hukum, selain

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.37

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kepolisian

disini intinya adalah melakukan tugas dalam penegakan hukum atau pun

keamanan dalam lingkup masyarakat. Dan tugas itu dijalankan sesuai

dengan aturan yang sudah tertera dan tidak boleh melanggar atau keluar

dari aturan yang telah ditetapkan.

37Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

48

Menurut Sadjijono dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat

penegak hukum polisi wajib memahami asas-asas hukum yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas yaitu:

1. “Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak

hukum wajib tunduk pada hukum.

2. Asas Kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani

permasalahan dalam masyarakat yang bersifat diskresi, karna

belum diatur dalam hukum.

3. Asas Partisipasi, Dalam rangka mengamankan lingkungan

masyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan swakarsa

untuk mewujudkan kekuatan hukum dikalangan masyarakat.

4. Asas Preventif selalu mengedepankan tindakan pencegahan dari

pada penindakan kepada masyarakat.

5. Asas Subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak

menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum di tangani

oleh institusi yang membidangi.”38

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan asas-asas

tersebut diatas maka fungsi polisi yang terdapat dalam Undang-Undang

No. 22 Tahun 2002 telah mengalami perubahan citra, maka fungsi polisi

menjadi fleksibel dalam artian saat mereka harus tegas menangani suatu

peristiwa, namun dalam situasi tertentu mereka harus sangat dekat dengan

masyarakat guna menjalakan asas preventif. Oleh karenanya harus mampu

dan memahami perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, serta

kebutuhan mereka, dalam mendapatkan perlindungan keamanan. Keadaan

ini menuntut polisi untuk mengetahui kapan dan saat seperti apa mereka

harus bertindak jika terjadi pelanggaran besar dalam masyarakat.

Dimasukkannya fungsi kepolisian adalah untuk mengkaji dalam

pembahasan pada penelitian ini. Yang dalam hal ini fungsi dari kepolisian

38Sadjijono, Memahami hukum Kepolisian, cetakan I, P.T Laksbang Presindo, Yogyakarta,

2010, op. cit. hlm 17.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

49

sudah tertera dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

B.7 Fungsi Kode Etik Polri

Fungsi kode etik Polri adalah sebagai pembimbing perilaku

anggota Polri dalam menjalankan pengabdian profesinya dan sebagai

pengawas hati nurani agar anggota Polri tidak melakukan perbuatan tercela

yang bertentangan dengan nilai-nilai etis dan tidak melakukan

penyalahgunaan wewenang atas profesi kepolisian yang dijalankannya.39

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kode etik Polri

adalah cerminan dari nilai-nilai tribrata yang dilandasi dan dijiwai oleh

pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Polri dalam wujud

komitmen moral yang meliputi etika kepribadian, etika kenegaraan, etika

kelembagaan, dan etika dalam hubungan dengan masyarakat, dan pada

peraturan sebelumnya etika profesi polri hanya meliputi etika pengabdian,

etika kelembagaan dan etika kenegaraan. Dimasukkannya fungsi kode etik

polri adalah untuk mengkaji dalam pembahasan pada penelitian ini.

C. Tinjauan Umum Mengenai Kedudukan POLRI

C.1 Kedudukan POLRI Sebagai Penegak Hukum

Menurut Soerjono Soekanto arti dari penegak hukum, ialah :

“Ruang lingkup dan istilah “penegak hukum” adalah luas sekali,

oleh karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara

39Pudi Rahardi, Hukum Kepolisian, Laskbang Mediatama, Surabaya, 2007, hlm.149.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

50

tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum. Secara

sosiologis, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai

kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (status)

merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang

mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah. Kedudukan

tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya adalah

hak-hak dan kewajiban tertentu. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban

tadi merupakan peranan atau role.”40

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Soerjono Soekanto

mengemukakan mengenai ruang lingkup penegak hukum yang dalam hal

ini sangat luas yang mencakup secara langsung dan tidak langsung dalam

bidang penegakan hukum. Yang dalam hal ini penegakan hukum

mempunyai kedudukan dan peranan dalam struktur kemasyarakatan maka

penegakan hukum disini mempunyai hak dan kewajiban yang harus

dilakukan di dalam lingkup masyarakat tersebut.

Dalam buku Soerjono Soekanto yang berjudul factor-faktor yang

mempengaruhi Penegakan Hukum mengemukakan, bahwa :

“Pasca reformasi, POLRI dipisahkan dari militer. Sebagai bagian

dari masyarakat sipil, POLRI dituntut untuk memiliki paradigma

baru. Sementara di sisi lain, POLRI tetap diberikan beban amanah

untuk menjaga ketentraman dan ketertiban di tengah-tengah

masyarakat. Dua kenyataan yang sebelumnya menjadi sesuatu

yang sangat paradok, karena peran militer dalam menjaga

keamanan dan ketertiban masih sangat dominan. Membangun

paradigma baru di tubuh POLRI saja tidak cukup untuk

menjalankan peran baru sebagai bagian dari masyarakat sipil.

Butuh pendekatan, keahlian bahkan membangun image tidak hanya

kalangan internal institusi tetapi juga menyosialisasikannya di

tengah-tengan masyarakat yang terlanjur mengidentifikasi POLRI

sebagai bagian dari institusi militer. Problem ini seringkali menjadi

kendala dalam menjalankan tugas-tugas baru sebagai kekuatan sipil

(yang dipersenjatai).”41

40Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta,

Rajawali Press, Hal 19-20.

41

Ibid, hal 18

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

51

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tuntutan yang

diberikan kepada Polri disini dalam menjalankan tugasnya tidak cukup

untuk melakukan perannya saja tetapi harus mempunyai keahlian yang

digunakan dalam menjalankan perannya dan itu sebagai image yang baik

di dalam tengah-tengah masyarakat agar Polri dalam menjalankan

profesinya lebih mudah dan tidak mengalami kendala.

Pendekatan baru yang revolusioner menjadi syarat mutlak untuk

mempertegas status sekaligus peran yang akan dilaksanakan oleh POLRI

saat ini. Sementara pendekatan yang dilakukan tentu membutuhkan

keahlian tersendiri yang secara simultan harus dididik, diarahkan dan

diawasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam menjalankan tugas.42

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan baru yang

diberikan ini harus menggunakan upaya yang cukup berat karena harus

didik secara benar, diarahkan dan juga harus diawasi agar mencapai hal

yang maksimal dan tidak menyimpang dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

Dalam buku Soerjono Soekanto yang berjudul factor-faktor yang

mempengaruhi Penegakan Hukum mengemukakan pula mengenai seorang

penegak hukum, bahwa :

“Seorang penegak hukum, sebagaimana halnya dengan warga-

warga masyarakat lainnya, lazimnya mempunyai beberapa

kedudukan dan peranan sekaligus. Dengan demikian tidaklah

mustahil, bahwa antara berbagai kedudukan dan peranan timbul

konflik (status conflict dan conflict of roles). Kalau di dalam

kenyataanya terjadi suatu kesenjangan antara peranan yang

42Ibid

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

52

seharusnya dengan peranan yang sebenarmya dilakukan atau

peranan aktual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role

distance).”43

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang penegak

hukum harus mengetahui kedudukan dan peranan yang akan dilakukan di

tengah-tengah masyarakat agar tidak terjadinya konflik yang

berkepanjangan. Dan menghindari kesenjangan yang terjadi antara

peranan yang harus dilakukan dengan peranan yang tidak seharusnya

dilakukan. Dimasukkannya fungsi kepolisian adalah untuk mengkaji

dalam pembahasan pada penelitian ini.

C.2 Divisi Profesi dan Pengamanan Polri

Dalam Buku Bagus Ekodanto yang berjudul pemaknaan tribata

mengemukakan mengenai divisi profesi dan pengamanan Polri, bahwa :

“Divisi profesi dan pengamanan Polri dibentuk sejak Polri

dikeluarkan dari status Abri untuk dikembalikan sebagai Polisi sipil.

Organisasi propam dibentuk dalam bentuk divisi yang dipimpin oleh

seorang kepala devisi yang dikenal dengan sebutan Kepala Divisi

(Kadiv) yang berpangkat bintang dua dengan sebutan Inspektur

Jendral Polisi (Irjen Pol). Propam mempunyai tugas dan fungsi

sebagai pelindung dan pengayom masyarakat serta bertanggung

jawab terhadap penegakan disiplin dan ketrtiban dilingkungan Polri

dan senantiasa bersemangat serta berani dan tegas dalam

menegakkan kebenaran dan hukum tanpa dapat dipengaruhi oleh

pihak manapun.”44

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas divisi propam

adalah membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban

profesi dan pengamanan internal termasuk penegakan disiplin dan

43Soerjono Soekanto, Op.cit, Hal 21.

44

Bagus Ekodanto, Pemaknaan Tribata, Ratra Samara, Jayapura, 2009, hal 10

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

53

ketertiban dilingkungan Polri dan pelayanan pengaduan masyarakat

tentang adanya penyimpangan tindakan anggota maupun Pns Polri yang

dalam struktur organisasi dan tatacara kerjanya propam terdiri dari tiga

bidang fungsi dalam bentuk sub organisasi disebut Pus Paminal, Pus Bin

Prof dan Pus Provost. Fungsi pertanggungjawaban profesi dipertanggung

jawabkan kepada Pus Paminal dan dalam penegakan disiplin dan

ketertiban dilingkungan Polri dipertanggung jawabkan kepada Pus

Provost.

Setiap anggota propam senantiasa menjunjung tinggi pedoman

hidup Polri yaitu tribata dan catur prasetya dan dalam pelaksanakan tugas

harus memiliki ketajaman dalam mencari dan menemukan fakta hukum

untuk mengungkap kebenaran yang nyata namun disisi lain harus

memberikan rasa keadilan yang senantiasa menjadi pedoman bagi anggota

Polri dalam menjaga objektifitas dalam menangani setiap pelanggaran

yang dilakukan oleh anggota Polri. Setiap anggota propam juga harus

mampu mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan dalam menegakkan

hukum demi mewujudkan Polri yang professional dan selalu dicintai oleh

masyarakat dengan melandaskan hukum sebagai dasar dari pelaksanaan

tugas dan dalam bertindak harus berdasarkan norma-norma yang ada, baik

norma hukum, agama maupun norma-norma lain yang berkembang di

masyarakat. Propam Polri mempunyai semboyan yang berbunyi

“profesional, disiplin, akurat dan beretika”.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

54

Berhubungan dengan pelaksanaan tugas Polri, maka setiap insan

bhayangkara harus menunjung tinggi etika profesi Polri yang merupakan

cerminan dari nilai-nilai tribata yang dilandasi dan dijiwai oleh pancasila

serta mencerminkan jati diri setiap anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam wujud komitmen moral yang meliputi pada pengabdian,

kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya disusun kedalam kode etik

profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Profesi Kepolisian adalah

profesi yang berkaitan dengan tugas kepolisian baik dibidang operasional

maupun dibidang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.Kode etik profesi kepolisian meningkat secara moral, sikap dan

prilaku setiap anggota Polri. Dimasukkannya fungsi kepolisian adalah

untuk mengkaji dalam pembahasan pada penelitian ini yang dimana

pelanggaran terhadap kode etik profesi kepolisian harus di pertanggung

jawabkan di hadapan sidang komisi kode etik Polri guna pemuliaan profesi

Polri.

C.3 Prosedur Penegakan Kode Etik Polri

Dilakukan pemeriksaan dan pemberkasan pelanggaran kode etik

profesi Polri dalam tingkat pusat pembinaan profesi :

- Penunjukan personil yang akan dilibatkan.

- Melakukan proses pemeriksaan.

- Penentuan sarana dan prasarana Polri yang digunakan.

- Menentukan larangan dan kewajiban.

- Melakukan pengawasan dari tingkat Mabes hingga kewilayahan.

- Melakukan proses administrasi dan penentuan anggaran.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Kode ...eprints.umm.ac.id/46188/3/BAB II.pdf14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Profesi A.1 . P. engertian

55

Audit investigasi pelanggaran kode etik profesi Polri dalam pusat

pembinaan profesi :

- Penunjukan personil yang akan dilibatkan.

- Melakukan proses audit investigasi.

- Penentuan sarana dan prasarana Polri yang digunakan.

- Menentukan larangan dan kewajiban.

- Melakukan pengawasan.

- Melakukan proses administrasi dan penentuan anggaran.45

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur penegakan kode

etik itu tetap dilakukan oleh anggota Polri yang lain atau yang biasa di

sebut Propam dan sidang kode etik profesi Polri tetapk dilakukan di Polres

sesuai dengan tempat si pelaku dan pengawasan pun dilakukan oleh

Paminal. Dimasukkannya fungsi kepolisian adalah untuk mengkaji dalam

pembahasan pada penelitian ini dan dalam hal ini Penulisan Hukum

Penulis merupakan Penegakan Kode Etik Profesi Polri maka Penulis disini

harus mengetahui apa saja prosedur Penegakan Kode Etik Profesi Polri

yang dimana jika Polri melakukan pelanggaran ataupun kejahatan maka

akan dilakukan sesuai prosedur diatas.

45Divisi Profesi Dan Pengaman Porli Pusar Pembinaan Profesi, Standar Operasional Prosedur

(SOP) Tentang Pemeriksaan Dan Pemberkasan Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, diakses 18

Desember 2018.