Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang lalu lintas
Lalu lintas di dalam Undang Undang Nomor 22 tahun 2009
didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas,
sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana
yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, atau barang yang
berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Menurut Subekti lalu lintas adalah
“Segala penggunaan jalan umum dengan suatu alat pengangkut. Lalu lintas
dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendukung pembangunan nasional sebagai upaya untuk memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan harus
dikembangkan potensi dan perananya untuk menciptakan keamanan,
ketertiban, dan kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi dan pembangan ilmu pengetahuan, serta
mengurangi tingkat angka kecelakaan.6
Lalu lintas sejatinya adalah kegiatan lalu-lalang atau gerak kendaraan
orang atau hewan dijalanan. Masalah yang dihadapi dalam perlalulintasan
adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya
kendaraan dan orang yang berlalu-lalang menggunakan jalan tersebut. Jika
kapasitas jaringan jalan sudah hampir jenuh, apalagi terlampaui, maka yang
6Subekti. 1983.Kamus Hukum. Jakarta.Pradnya Paramita. hlm. 74
16
terjadi adalah kemacetan lalu lintas. Persoalan ini sering diracukan sebagai
persoalan angkutan.7
B. Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Lalu Lintas
Pada pasal 1 angka 24 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan kerugian harta benda. Sedangkan pada Wikipedia menjelaskan
bahwa kecelakaan lalu lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan
bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang
kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematianmanusia atau
binatang.
Faktor-Faktor Kecelakaan Lalu Lintas :
1. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan,
hampir semua kejadian kecelakaan di lakukan dengan melanggar rambu-
rambu lalu lintas. Pelanggaran terjadi karena ketidak sadaran manusia
dalam pelanggaran lalu lintas atau juga manusia tidak mengetahui arti dari
rambu-rambu lalu lintas tersebut. Bahkan banyak anak muda yang
mengendarai kendaraan tidak aturan seperti ugal-ugalan, dipakai area
balap, bahkan mengendarai dalam kondisi mabuk. Disamping itu juga, saat
7Suwardjoko P. Warpani. 2002.Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Institute
Teknologi Bandung. hlm. 1
17
mudik banyak keluarga yang mengendarai sepeda motor yang tidak tau
aturan, satu keluarga dalm satu motor. Motor satu dipakai 4-5 orang.
Seperti itulah yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas terjadi dari faktor
manusia.
2. Faktor Kendaraan
Kondisi kendaraan yang akan di jadikan sebagai alat transportasi kia juga
harus di perhatikan, apakah kendaraan memang sudah siap dikendarai atau
belum di jalan raya. Bahkan masih ada yang perlu diperbaiki. Faktor
kendaraan yang sering terjadi yaitu ban pecah, rem blong, bensin habis
bahkan ada mesin yang kurang, yang mengakibatkan kecelakaan pada diri
kita. Untuk itu kita harus sering-sering memperhatikan dan memperbaiki
kendaraan kita.
3. Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan jarak pandang kita, banyak jalanan yang rusak,
bergelombang yang sangat berbahaya bagi pengendara sepeda motor. Jalan
bergelombang banyak juga mengakibatkan ketidak stabilan dan
keseimbangan dalam mengendara, sehingga pengendara akan sulit
mengendalikan kendaraannya yang mengakibatkan bisa menabrak
pengendara lainnya. Tidak hanya jalan berlubang dan bergelombang, jalan
berliku juga bisa mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Saat pengendara
tidak sadar dan tidak mengetahui adanya tikungan diatas jurang
18
pengendara bisa terjun ke dalam jurang dan belum tentu juga selamat bagi
pengendara.
4. Faktor Cuaca
Faktor cuaca juga bisa menjadi dampak yang buruk, terutama pada musim
hujan. Apabila saat hujan deras masih mengendarai kendaraan pasti
perasaan kita tidak enak dan tidak karuan. Saat hujan deras bahkan
berangin, hendaknya kita berhenti dahulu sampai hujannya reda. Bisa
terjadi kecelakaan dengan pohon tumbang dan lawan arah karena jalanan
tidak jelas dari jarak pandang kita.8
C. Tinjauan Umum Tentang Jalan
Berdasarkan pasal 1 angka 12 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan, jalan adalah keseluruhan bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan
bagi lalu lintas umum, yang ada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel. Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
adalah ruang lalu lintas, terminal dan perlengkapan jalan yang meliputi
marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali danpengaman
pengguna jalan, alat pengawasan dan pengaman jalan serta fasilitas
pendukung.9
8Wikipedia, Kecelakaan Lalu Lintas dalam http://id.wikipedia.org, access 20 April 2017.
9Wikipedia. Pengertian Jalan dalam https://id.wikipedia.org access 20 April 2017.
19
Kondisi jalan dapat pula menjadi salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan lalu lintas. Dengan rekayasa, para ahli merancang sistem jaringan
dan rancang bangun jalan dan mengurangi atau mencegah tindakan yang
membahayakan keselamatan lalu lintas. Jalan perlu dilengkapi dengan
berbagai kelengkapan guna membantu pengaturan arus lalu lintas, yakni :
marka jalan, pulau lalu lintas, jalur pemisah, lampu lalu lintas, pagar
pengamanan dan rekayasa lalu lintas lainya.10
Jenis-Jenis Jalan
1. Jalan Raya~ Jalan Raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi
yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis
konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas
orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat
ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
2. Jalan Khusus~ Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instasi,
badan usaha. Perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri.
3. Jalan Tol~ Jalan tol atau pengertian jalan bebas hambatan adalah jalan
umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tol adalah
sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
Kategori Jalan :
10
Suwardjoko P. Warpani. Op.cit., hlm. 114
20
1. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,
penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perUndang
Undangan jalan.
2. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,
pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan
pengembangan jalan.
3. Pengembangan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan.
4. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tertib pengaturan, pembinaan, dan pengembangan jalan.
5. Penyelenggaraan jalan adalah pihak yang melakukan peraturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan
kewenangannya.
6. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebanding serta dilengkapai dengan pagar ruang milik jalan.
Bagian-bagian jalan meliputi :
1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya.
2. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
diluar ruang manfaat jalan.
21
3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar ruang milik
jalan yang ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan.
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian
hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan
pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam
jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
22
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.11
D. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum
Sebagai makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu
melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum
(rechtsbetrekkingen)12
. Suatu hubungan hukum akan memberikan hak dan
kewajiban yang telah ditentukan oleh peraturan erUndang Undangan,
sehingga apabila dilanggar akan mengakibatkan pihak pelanggar dapat
dituntut dipengadilan.
Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban,selain
itu masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan
kepentingan yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan,
untuk mengurangi ketegangan dan konflik maka tampil hukum yang
mengatur dan melindungi kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan
hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis.13
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari
fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian Perlindungan hukum
merupakan salah satu hal terpenting dalam unsur suatu negara hukum. Hal
11
Aliq Asyory. 2008.Rekayasa Lalu Lintas. Universitas Muhammadyah Malang. hlm. 7 12
R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 49. 13
Anonim, Perlindungan Hukum dalam http://statushukum.com , access 20 April 2017.
23
tersebut dianggap penting, karena dalam pembentukan suatu negara akan
dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap warga negaranya.
Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah Upaya
melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan suatu kekuasaan
kepada orang tersebut untuk melakukan tindakan yang dapat memenuhi
kepentingannya.14
Sementara itu, Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa,
Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi atau
memberikan pertolongan kepada subyek hukum, dengan menggunakan
perangkat-perangkat hukum.15
E. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan hukum bagi korban kecelakaan
akibat jalan rusak
Pada prinsipnya perlindungan hukum bagi korban kecelakaan lalu lintas
bila disebabkan oleh rusaknya jalan merupakan tanggung - jawab dari
pemerintah sebagai pihak paembuat jalan. Ketentuan mengenai hal tersebut
tertuang dalam beberapa sumber hukum sebagai berikut :
Dalam pasal 240 Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan mengatur tentang hak korban kecelakaan lalu
lintas yaitu :
a. Mendapat pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung - jawab
atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan atau/pemerintah,
14
Satjipto Raharjo, 2003, Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, h. 121 15
Philipus M. Hadjon, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah
MadaUniversity Press, Yogyakarta, h. 10.
24
b. Mendapatkan ganti kerugian dari pihak yang bertanggung - jawab atas
terjadinya kecelakaan lalu lintas
c. Mendapatkan santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi
Penjabaran hak – hak korban kcelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut :
1) Pertolongan dan perawatan
Pasal 240 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menunjukan bahwa hak
korban ini biasa diperoleh korban dari pihak yang bertanggung-jawab
atas terjadinya kecelakaan lalu lintas dan/atau pemerintah. Pengaturan
mengenai pihak yang bertanggung-jawab atas terjadinya kecelakaan
lalu lintas darat hal tersebut sebenarnnya juga telah diatur pada pasal
sebelumnya yaitu dalam Pasal 231 ayat (1) UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang menjelaskan bahwa pengemudi kendaraan
bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas, wajib:
a) Menghentikan kendaraan yang dikemudikannya
b) Memberikan pertolongan kepada korban
c) Melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Terdekat
d) Memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian kecelakaan
Selanjutnya dalam Pasal 231 ayat (2) UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan dijelaskan pula bahwa pengemudi kendaraan bermotor yang
karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, segera
melaporkan diri kepada Kepolisian Negara Republik Indoensia terdekat.
25
Pemberian pertolongan dan perawatan terhadap korban kecelakaan lalu
lintas tidak hanya merupakan kewajiban dari pengemudi kendaraan
bermotor, dalam Pasal 232 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
menjelaskan pula bahwa setiap orang yang mendengar, melihat,
dan/atau mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas wajib:
a. Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu lintas
b. Melaporkan kecelakaan tersebut kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan/atau
c. Memberikan keterangan kepada Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2) Ganti kerugian
Ganti kerugian merupakan hak korban kecelakaan lalu lintas dari
pihak yang bertanggung-jawab atas terjadinya kecelakaan lalu
lintas, bukan hanya dimuat dalam Pasal 240 UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan tetapi diatur pula dalam UU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pada BAB XIV bagian ketiga mengenai kewajiban
dan tanggung jawab dan paragraf 1 mengenai kewajiban dan tanggung
jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan
angkutan, dalam Pasal 234 dijelaskan bahwa:
1. Pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau perusahaan
angkutan umum bertanggung-jawab atas kerugian yang diderita
26
oleh penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga
karena kelalaian pengemudi
2. Setiap pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, dan/atau
perusahaan angkutan umum bertanggung-jawab atas kerusakan
jalan dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan
pengemudi
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku jika:
a. Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di
luar kemampuan pengemudi
b. Disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga,
dan/atau disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun
telah diambil tindakan pencegahan
Besarnya nilai penggantian kerugian yang merupakan tanggung jawab
pihak yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas dapat ditentukan berdasarkan putusan pengadilanatau dapat
juga dilakukan diluar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di
antara para pihak yang terlibat dengan catatan kerugian tersebut
terjadi pada kecelakaan lalu lintas ringan.
Apabila korban kecelakaan lalu lintas meninggal dunia maka
berdasar Pasal 235 ayat (1) UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pengemudi, pemilik, dan/atau perusahaan angkutan
27
umummemberikan ganti kerugian wajib kepada ahli waris korban
berupa biaya pengobatan dan/atau biaya pemakaman.
Namun pemberian ganti kerugian atau bantuan tersebut tidak serta
merta menggugurkan tuntutan perkara pidana sebagaimana yang
dimaksud Pasal 230 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Santunan kecelakaan lalu lintas
Sebagai pelaksanaan Pasal 239 ayat (2) UU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang mengatur bahwa Pemerintah membentuk perusahaan
asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan
peraturan perUndang Undangan yaitu pemerintah mempunyai PT.
Jasa Raharja (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang tugas dan fungsinya ada 2 (dua) yaitu :
a) Memberikan santunan atas kejadian kecelakaan pada korban
kecelakaan lalu lintas darat, laut, udara, dan penumpang
kendaraan umum.
b) Menghimpun dana pajak kendaraan bermotor melalui Samsat
yang mana dana itu nantinya untuk membayar santunan.
Adapun cara memperoleh santunan adalah sebagai berikut:
1. Menghubungi kantor Jasa Raharja terdekat
28
2. Mengisi formulir pengajuan dengan melampirkan : Laporan Polisi
tentang kecelakaan Lalu Lintas dari Unit Laka Satlantas Polres
setempat dan atau dari instansi berwenang lainnya.
a. Keterangan kesehatan dari dokter / RS yang merawat.
b. KTP / Identitas korban / ahli waris korban.
c. Formulir pengajuan diberikan Jasa Raharja secara cuma-
cuma
Untuk memperoleh dana santunan caranya adalah dengan mengisi
formulir yang disediakan secara Cuma-cuma oleh PT. Asuransi
Kerugian Jasa Raharja (Persero), yaitu :
a) Formulir model K1 untuk kecelakaan ditabrak kendaraan
bermotor dapat diperoleh di Polres dan Kantor Jasa Raharja
terdekat.
b) Formulir K2 untuk kecelakaan penumpang umum dapat
diperoleh di Kepolisian/Perumka/Syahbandar laut/Badar
Udara dan Kantor Jasa Raharja terdekat.
Dengan cara pengisian formulir sebagai berikut :
a. Keterangan identitas korban/ahli waris diisi oleh yang
mengajukan dana santunan.
b. Keterangan kecelakaan lalu lintas diisi dan disahkan oleh
Kepolisian atau pihak yang berwenang lainnya.
29
c. Keterangan kesehatan/keadaan korban diisi dan disahkan
rumah sakit/dokter yang merawat korban.
d. Apabila korban meninggal dunia, tentang keabsahan ahli
waris, diisi dan disahkan oleh pamong praja/lurah/camat
Dalam hal korban meninggal dunia, maka santunan meninggal dunia
diserahkan langsung kepada ahli waris korban yang sah, adapun yang
dimaksud ahli waris adalah :
1. Janda atau dudanya yang sah
2. Dalam hal tidak ada janda/dudanya yang sah, kepada anak-anaknya
yang sah
3. Dalam hal tidak ada Janda/dudanya yang sah dan anak-anaknya yang
sah, kepada Orang Tuanya yang sah
4. Dalam hal korban meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris,
kepada yang menyelenggarakan penguburannya diberikan
penggantian biaya-biaya penguburan
Terdapat hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun
1965 mengatur:
b. Korban yang berhak atas santunan yaitu Setiap penumpang sah dari
alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan diri,
yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama
30
penumpang yang bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu
saat naik dari tempat pemberangkatan sampai turun di tempat tujuan.
c. Jaminan Ganda
Kendaraan bermotor Umum (bis) berada dalam kapal ferry, apabila
kapal ferry di maksud mengalami kecelakaan, kepada penumpang bis
yang menjadi korban diberikan jaminan ganda.
d. Korban yang mayatnya tidak diketemukan
Penyelesaian santunan bagi korban yang mayatnya tidak diketemukan
dan atau hilang didasarkan kepada Putusan Pengadilan
Negeri.Menurut Undang Undang Nomor 34 Tahun 1964 Jo PP No 18
Tahun 1965 mengatur.16
Besarnya santunan ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 adalah:
No. Sifat Cidera
Santunan sesuai PMK No.
36/PMK.010/2008
1 Meninggal Dunia Rp. 25.000.000,-
2 Luka-Luka Rp. 10.000.000,-
3 Cacat Tetap Rp. 25.000.000,-
4 Biaya Penguburan Rp. 2.000.000,-
16
Hukum Online, Perlindungan Hukum Korban Kecelakaan Lalu lintas dalam
http://www.hukumonline.com, access 17 July 2017
31
(apabila tidak ada ahli waris)
Namun, pemberian hak pada korban tersebut tidak berarti tidak
mengenal batas waktu (kadaluarsa) atau pengecualian. Hak santunan
menjadi gugur / kadaluwarsa jika :
a) Permintaan diajukan dalam waktu lebih dari 6 bulan setelah terjadinya
kecelakaan.
b) Tidak dilakukan penagihan dalam waktu 3 bulan setelah hak
dimaksud disetujui oleh jasa raharja
Beberapa pengecualian yang dimaksud, yaitu :
1. Dalam hal kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a. Jika korban atau ahli warisnya telah memperoleh jaminan
berdasarkan UU No 33 atau 34/1964
b. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain
pada pihak korban atau ahli waris
c. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu korban sedang
dalam keadaan mabuk atau tak sadar, melakukan perbuatan
kejahatan ataupun diakibatkan oleh atau terjadi karena korban
memiliki cacat badan atau keadaan badaniah atau rohaniah biasa
lain.
32
2. Dalam hal kecelakaan yang terjadi tidak mempunyai hubungan dengan
resiko kecelakaan penumpang umum atau lalu lintas jalan
a. Kendaraan bermotor penumpang umum yang bersangkutan sedang
dipergunakan untuk turut serta dalam suatu perlombaan kecakapan
atau kecepatan
b. Kecelakaan terjadi pada waktu di dekat kendaraan bermotor
penumpang umum yang bersangkutan ternyata ada akibat gempa
bumi atau letusan gunung berapi, angin puyuh, atau sesuatu gejala
geologi atau metereologi lain.
c. Kecelakaan akibat dari sebab yang langsung atau tidak langsung
mempunyai hubungan dengan, bencana, perang atau sesuatu
keadaan perang lainnya, penyerbuan musuh, sekalipun Indonesia
tidak termasuk dalam negara-negara yang turut berperang,
pendudukan atau perang saudara, pemberontakan, huru hara,
pemogokan dan penolakan kaum buruh, perbuatan sabotase,
perbuatan teror, kerusuhan atau kekacauan yang bersifat politik
atau bersifat lain.
d. Kecelakaan akibat dari senjata-senjata perang
e. Kecelakaan akibat dari sesuatu perbuatan dalam penyelenggaraan
sesuatu perintah, tindakan atau peraturan dari pihak ABRI atau
asing yang diambil berhubung dengan sesuatu keadaan tersebut di
atas, atau kecelakaan yang disebabkan dari kelalaian sesuatu
perbuatan dalam penyelenggaraan tersebut.
33
f. Kecelakaan yang diakibatkan oleh alat angkutan penumpang umum
yang dipakai atau dikonfliksi atau direkuisisi atau disita untuk
tujuan tindakan angkatan bersenjata seperti tersebut di atas
g. Kecelakaan yang diakibatkan oleh angkutan penumpang umum
yang khusus dipakai oleh atau untuk tujuan-tujuan tugas angkatan
bersenjata.
h. Kecelakaan yang terjadi sebagai akibat reaksi atom
3. Kecelakaan tunggal tidak ada lawan sehingga tidak ada yang menjamin,
karena sebetulnya jika kecelakaan 2 kendaraan bermotor yang 1
mendapat santunan (pihak yang tdk bersalah) dan yang 1 (pihak yang
bersalah) tidak mendapatkan secara otomatis melainkan atas kebijakan
Direksi. Hal ini yang tidak banyak diketahui masyarakat sehingga
masyarakat berasumsi bahwa kecelakaan 2 kendaraan bermotor, kedua-
duanya mendapat santunan.
Ketentuan Hukum lainya yang mengatur tentang perlindungan hokum
bagi korban kecelakaan lalu lintas yaitu :
Pasal 227 Undang-Udang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, dalam hal terjadi Kecelakaan Lalu Lintas, petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib melakukan penanganan
Kecelakaan Lalu Lintas dengan cara:
1. mendatangi tempat kejadian dengan segera;
2. menolong korban;
34
3. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara;
4. mengolah tempat kejadian perkara;
5. mengatur kelancaran arus Lalu Lintas;
6. mengamankan barang bukti; dan
7. melakukan penyidikan perkara
Pasal 238
1) Pemerintah menyediakan dan/atau memperbaik pengaturan, sarana, dan
Prasarana Lalu Lintas yang menjadi penyebab kecelakaan.
2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan penanganan
Kecelakaan Lalu Lintas.
Pasal 239
1) Pemerintah mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
2) Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sesuai dengan peraturan perundang - undangan.17
F. Tinjauan Umum Tentang Efektifitas Hukum
Mengutip Ensiklopedia administrasi, menyampaikan pemahaman
tentang efektivitas sebagai berikut :
“Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau
seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang
17
Ibid.
35
dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau
mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki.”
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat
dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan dengan yang
dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian
tujuan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal tersebut.
Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan
efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai
tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka
proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam
melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi
instansi tersebut.18
Teori efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa
efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu :
1. Faktor hukumnya sendiri (Undang Undang).
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan.
18
Anonim, Efektifitas Hukum dalam http://tesisdisertasi.blogspot.com, access pada tanggal
17 juni 2017.
36
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur
daripada efektivitas penegakan hukum. Pada elemen pertama, yang
menentukan dapat berfungsinya hukum tertulis tersebut dengan baik atau
tidak adalah tergantung dari aturan hukum itu sendiri.19
Menurut Soerjono Soekanto ukuran efektivitas pada elemen pertama
adalah :
1. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah
cukup sistematis.
2. Peraturan yang ada mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu sudah
cukup sinkron, secara hierarki dan horizontal tidak ada pertentangan.
3. Secara kualitatif dan kuantitatif peraturan-peraturan yang mengatur
bidang-bidang kehidupan tertentu sudah mencukupi.
4. Penerbitan peraturan-peraturan tertentu sudah sesuai dengan persyaratan
yuridis yang ada.
Pada elemen kedua yang menentukan efektif atau tidaknya kinerja
hukum tertulis adalah aparat penegak hukum. Dalam hubungan ini
dikehendaki adanya aparatur yang handal sehingga aparat tersebut dapat
19
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), 8.
37
melakukan tugasnya dengan baik. Kehandalan dalam kaitannya disini adalah
meliputi keterampilan profesional dan mempunyai mental yang baik.20
Menurut Soerjono Soekanto bahwa masalah yang berpengaruh
terhadap efektivitas hukum tertulis ditinjau dari segi aparat akan tergantung
pada hal berikut :
1. Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan-peraturan yang ada.
2. Sampai batas mana petugas diperkenankan memberikan kebijaksanaan.
3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada
masyarakat.
4. Sampai sejauh mana derajat sinkronisasi penugasan-penugasan yang
diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas
pada wewenangnya.
Pada elemen ketiga, tersedianya fasilitas yang berwujud sarana dan
prasarana bagi aparat pelaksana di dalam melakukan tugasnya. Sarana dan
prasarana yang dimaksud adalah prasarana atau fasilitas yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum. Sehubungan dengan sarana
dan prasarana yang dikatakan dengan istilah fasilitas ini21
, Soerjono Soekanto
memprediksi patokan efektivitas elemen-elemen tertentu dari prasarana,
dimana prasarana tersebut harus secara jelas memang menjadi bagian yang
memberikan kontribusi untuk kelancaran tugas-tugas aparat di tempat atau
lokasi kerjanya. Adapun elemen-elemen tersebut adalah :
20
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1983), 80. 21
Ibid, hal : 82.
38
1. Prasarana yang telah ada apakah telah terpelihara dengan baik.
2. Prasarana yang belum ada perlu diadakan dengan memperhitungkan
angka waktu pengadaannya.
3. Prasarana yang kurang perlu segera dilengkapi.
4. Prasarana yang rusak perlu segera diperbaiki.
5. Prasarana yang macet perlu segera dilancarkan fungsinya.
6. Prasarana yang mengalami kemunduran fungsi perlu ditingkatkan lagi
fungsinya.
Kemudian ada beberapa elemen pengukur efektivitas yang tergantung
dari kondisi masyarakat, yaitu :
1. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi aturan walaupun peraturan
yang baik.
2. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan walaupun
peraturan sangat baik dan aparat sudah sangat berwibawa.
3. Faktor penyebab masyarakat tidak mematuhi peraturan baik, petugas atau
aparat berwibawa serta fasilitas mencukupi.
Elemen tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa disiplin dan
kepatuhan masyarakat tergantung dari motivasi yang secara internal muncul.
Internalisasi faktor ini ada pada tiap individu yang menjadi elemen terkecil
dari komunitas sosial. Oleh karena itu pendekatan paling tepat dalam
hubungan disiplin ini adalah melalui motivasi yang ditanamkan secara
individual. Dalam hal ini, derajat kepatuhan hukum masyarakat menjadi salah
39
satu parameter tentang efektif atau tidaknya hukum itu diberlakukan
sedangkan kepatuhan masyarakat tersebut dapat dimotivasi oleh berbagai
penyebab, baik yang ditimbulkan oleh kondisi internal maupun eksternal.
Kondisi internal muncul karena ada dorongan tertentu baik yang
bersifat positif maupun negatif. Dorongan positif dapat muncul karena adanya
rangsangan yang positif yang menyebabkan seseorang tergerak untuk
melakukan sesuatu yang bersifat positif. Sedangkan yang bersifat negatif
dapat muncul karena adanya rangsangan yang sifatnya negatif seperti
perlakuan tidak adil dan sebagainya. Sedangkan dorongan yang sifatnya
eksternal karena adanya semacam tekanan dari luar yang mengharuskan atau
bersifat memaksa agar warga masyarakat tunduk kepada hukum. Pada takaran
umum, keharusan warga masyarakat untuk tunduk dan menaati hukum
disebabkan karena adanya sanksi atau punishment yang menimbulkan rasa
takut atau tidak nyaman sehingga lebih memilih taat hukum daripada
melakukan pelanggaran yang pada gilirannya dapat menyusahkan mereka.
Motivasi ini biasanya bersifat sementara atau hanya temporer.22
Menurut Soerjono Soekanto efektif adalah taraf sejauh mana suatu
kelompok dapat mencapai tujuannya. Hukum dapat dikatakan efektif jika
terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai
22
Ibid, hal : 82
40
sasarannya dalam membimbing ataupun merubah perilaku manusia sehingga
menjadi perilaku hukum.23
Membicarakan tentang efektivitas hukum berarti membicarakan daya
kerja hukum itu dalam mengatur dan atau memaksa masyarakat untuk taat
terhadap hukum. Hukum dapat efektif jikalau faktor-faktor yang
mempengaruhi hukum tersebut dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya.
Ukuran efektif atau tidaknya suatu peraturan perUndang Undangan yang
berlaku dapat dilihat dari perilaku masyarakat. Suatu hukum atau peraturan
perUndang Undangan akan efektif apabila warga masyarakat berperilaku
sesuai dengan yang diharapkan atau dikehendaki oleh atau peraturan
perUndang Undangan tersebut mencapai tujuan yang dikehendaki, maka
efektivitas hukum atau peraturan perUndang Undangan tersebut telah
dicapai.24
23
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi (Bandung: CV. Ramadja
Karya, 1988), 80. 24
Ray Pratama Nugroho, Teori Efektifitas Hukum dalam http://raypratama.blogspot.co.id,
access 20 mei 2017.