Upload
hathuy
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
1. Definisi
Anemia adalah kondisi dimana hemoglobin dalam sel darah merah
menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk seluruh tubuh
menjadi berkurang.1
a. Hemoglobin ( Hb )
1) Definisi Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang
berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb
berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen, sehingga sebabkan
penurunan fungsi dari jaringan tubuh hal ini disebabkan karena
oksigen merupakan hal yang diperlukan tubuh untuk bahan bakar
proses metabolisme.2
Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb
yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari
protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang
disebut heme.30 Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang
bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi
(Fe).31 Zat penyusun sel darah merah atau eritrosit merupakan zat
besi. 1
Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang
terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari hem yang terdiri
dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen dan globin yaitu
protein yang terdiri dari dua pasang rantai asam amino yang
disebut alfa dan non alfa.32
2
2) Proses Pembentukan Hemoglobin
Kedua bagian dari hemoglobin, yaitu hem dan globin
dibentuk melalui proses yang berbeda. Gugus Hem terdiri dari
struktur 4-karbon yang berbentuk cincin simetris, disebut pirol dan
membentuk satu molekul porfirin.30 Empat pirol menyatu
kemudian terjadi reaksi perubahan dan pertukaran hingga
terbentuknya gugus senyawa bebas-besi yang disebut
protoporfirin, setelah empat molekul hem berinsersi kedalam
empat molekul globin, maka terjadi penggabungan globin pada
sitopalsma eritrosit .33
3) Reaksi-reaksi Hemoglobin
(a) Reaksi Hemoglobin dan Oksigen(O2)
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk
oksihemoglobin, O2 menempel pada Fe2+ dalam heme. Afinitas
hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan
konsentarasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel darah
merah.34 2,3-DPG dan H+ berkompetisi dengan O2 untuk
berikatan dengan hemoglobin tanpa O2 (hemoglobin
terdeoksi), sehingga menurunkan afinitas hemoglobin terhadap
O2 dengan menggeser posisi empat rantai polipeptide (struktur
kuartener). 35
(b) Reaksi Hemoglobin dan Karbonmonoksida
Karbonmonoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbonmonoksihemoglobin (HBCO).34Afinitas
hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya
terhadap karbonmonoksida, sehingga CO dapat menggantikan
O2 pada hemoglobin dan menurunkan kapasitas darah sebagai
pengangkut oksigen.31
3
(c) Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah
yang terdapat di dalam satu sel darah merah adalah sekitar
32pg. (mean cell hemoglobin, MCH = 32 ± 2pg). berjumlah
16g/dL pada pria dan 14 g/dL pada wanita dan semuanya
berada di dalam sel darah merah.33
Pada tubuh seorang pria dengan berat 70 Kg, ada
sekitar 900 gr hemoglobin, 0,3 gr hemoglobin dihancurkan dan
0,3 grdisintesis setiap jam. Porsi heme dalam molekul
hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil KoA.35
4) Fungsi Hemoglobin
Fungsi dari hemoglobin adalah membawa karbondioksida
membentuk karbonmonoksida hemoglobin (HbCO) yang berperan
dalam keseimbangan pH darah. Hemoglobin membawa oksigen
dalam darah yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh hingga ke
jaringan perifer.33
5) Pengukuran Hemoglobin
Tes yang dilakukan adalah tes hemoglobin (tes yang
mengukur hemoglobin yang merupakan protein dalam darah yang
membawa oksigen), Tes Hematokrit (persentase sel darah merah
dalam darah berdasarkan volume). Tes ini menunjukkan berapa
banyak zat besi dalam tubuh.34
Tes darah lainnya digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa
anemia karena kekurangan zat besi termasuk 36:
(a) Hitung darah lengkap (untuk melihat jumlah dan volume sel
darah merah)
(b) Serum ferritin (ukuran bentuk disimpan besi)
(c) Serum besi (ukuran dari besi dalam darah)
(d) Kejenuhan transferrin (ukuran bentuk diangkut dari besi)
4
(e) Transferin reseptor (ukuran peningkatan produksi sel darah
merah)
Pengukuran hebmoglobin yang disarankan oleh WHO ialah
dengan cara cyanmet, namun cara oxyhemoglobin dapat pula
dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet.1
Selain metode cyanmethemoglobin Kadar hemoglobin darah
dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain yaitu
sahli dan hemometer digital. Cara penentuan hemoglobin yang
banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan
cukup sederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara
standar yang dianjurkan WHO.37 Penggunaan hemometer digital
memiliki keakuratan yang lebih valid daripada hemometer sahli,
selain itu lebih cepat dan lebih sederhana dalam cara
pemeriksaannya.38
2. Jenis Anemia
Jenis anemia yaitu 2:
a. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi karena sumsum tulang belakang tidak
mampu mengganti eritrosit yang rusak sebelum 120 hari masa hidup
eritrosit sebelumnya.3 Akibatnya, jumlah eritrosit dalam darah rendah
karena sumsum tulang belakang tidak mampu memproduksi eritrosit
secara cukup. Anemia hemolitik juga dapat terjadi karena kelainan
intrinsik dan ekstrinsik. Kelainan intrinsik dari eritosit, kelainan enzim
(defisiensi G6PD) dan kelainan hemoglobin. Sedangkan kelainan
ekstrinsik penyebab anemia hemolitik adalah imunitas dan autoimun,
infeksi (malaria) dan adanya zat kimia .5
Kelainan ekstrinsik adanya zat kimia di buktikan pada
penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2012, dengan tujuan
penelitian melihat pengaruh pemberian dosis asap rokok pada tikus
5
galur wistar, dengan perlakuan satu kelompok tanpa perlakuan dan
tiga kelompok lainnya diberi perlakuan dengan memapari asap rokok
dengan dosis bertingkat masing-masing 1 batang/ hari, 2 batang/ hari,
dan 4 batang/ hari. Tikus dipapari asap rokok selama 28 hari. Di akhir
penelitian tikus di ambil darahnya untuk diperiksa jumlah eritrosit dan
kadar hemoglobin. Hasil yang didapatkan p value = 0,000, artinya
paparan asap rokok dapat menyebabkan penurunan jumlah eritrosit
dan kadar hemoglobin.28
b. Anemia Aplastik
Anemia aplastik terjadi karena sumsum tulang belakang rusak,
sehingga tidak mampu memproduksi sel darah dan akibatnya terjadi
penurunan jumlah sel-sel darah dalam tubuh, seperti menurunnya
eritrosit, leukosit dan trombosit.32 Anemia aplastik dapat terjadi
karena sistem imunitas tubuh salah menghancurkan sel darah yang
masih sehat, yang disebut autoimmune disorder. 39
Anemia aplastik juga dapat terjadi karena adanya paparan dari
asap rokok baik perokok aktif maupun pasif, dimana adanya tar dan
radikal bebas yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
kerusakan pada sumsum tulang belakang (organ yang memproduksi
eritrosit) di dalam tubuh, pada saat terjadinya sintesis atau proses
pembentukan hemoglobin yang dimulai di dalam eritroblast kemudian
dilanjutkan dalam stadium retikulosit atau stadium pematangan
eritrosit atau sel darah muda,33 jika retikulosit meninggalkan sumsum
tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit akan tetap
membentuk hemoglobin dalam jumlah sedikit selama beberapa hari
yang mana keadaan ini dapat mengakibatkan adanya hemolisis pada
sel darah merah sehingga dapat terjadi anemia,39 serta dapat
menaikkan viskositas atau kekentalan dan tekanan darah yang dapat
berpotensi menciptakan penyakit kardiovaskuler.4
6
c. Anemia Defisiensi Fe
Anemia defisiensi Fe terjadi karena tubuh tidak dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan akan zat besi.4 Hal ini terjadi ketika
kebutuhan zat besi yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan
cadangan zat besi yang cukup dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan
asupan zat besi dalam darah dan terjadi anemia defisiensi zat besi.3
Teori tersebut didukung dengan penelitian tesis yang dilakukan
di kabupaten Sukoharjo yaitu tentang pengaruh suplementasi Fe, asam
folat, dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar Hb pada pekerja
wanita. Hasil penelitian setelah dilakukan intervensi prevalensi anemia
menurun sebesar 78,9%. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada
peningkatan yang bermakna pada rerata kadar Hb sebelum dan
sesudah perlakuan diberikannya suplemen folat, Fe dan vitamin B12
dengan p-value=0,000.40 Hal yang sama didapatkan dari penelitian
tahun 2003 di Jakarta diketahui ada peningkatan kadar Hb dan serum
feritin setelah diberikan suplementasi zat besi dan asam folat pada
pekerja yang anemi.41
Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe juga dapat
mempengaruhi tejadinya anemia, dimana kepatuhan tersebut dapat
diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara
mengkonsumsi tablet Fe dan frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu
upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi.6
d. Anemia PernisiosaAnemia pernisiosa terjadi karena defisiensi vitamin B12 yang
menyebabkan produksi eritrosit menurun dan dapat mengakibatkan
terjadinya anemia defisiensi vitamin B12.3 Hal ini terjadi karena
7
kegagalan pematangan sel darah merah, yang disebabkan buruknya
absorbsi vitamin B12 (anemia pernisiosa).3 Pada anemia pernisiosa,
terjadi malabsorbsi di lambung sehingga vitamin B12 tidak dapat
diserap dan terjadilah anemia, meskipun telah mengkonsumsi
makanan yang mngandung vitamin B12 setiap hari.4
3. Penyebab Anemia
a. Perdarahan 36
Adanya kejadian perdarahan dapat disebabkan karna kejadian
spontan/ langsung atau terjadinya karena kejadian pemicu seperti
trauma, persalinan, pembedahan, menstruasi.42 Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kelainan dinding pembuluh darah, defisiensi atau
disfungsi trombosit yang menyebabkan gangguan dari faktor
pembekuan,4 sehingga hal ini dapat menyebabkan cadangan zat besi
dalam tubuh berkurang.
b. Umur
Umur seorang berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita.
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20–35 tahun.6
Semakin tinggi umur, maka kebutuhan akan zat gizi juga semakin
tinggi, sehingga memerlukan banyak asupan gizi. Namun apabila
asupan zat gizi kurang, sedangkan kebutuhan akan zat gizi bertambah,
maka akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti anemia defisiensi
zat gizi
Penelitian di desa Jetis Kecamatan Sukoharjo tahun 2003
diketahui bahwa usia 20-35 tahun lebih banyak yang menderita
anemia dibanding usia < 20 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan
anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis
belum optimal emosinya dan cenderung labil, mentalnya belum
8
matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.43
c. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
wanita yang terlahir hidup. Seorang wanita yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya
apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Terlalu banyak anak
(> 4orang) dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan
sampai melahirkan, diantaranya disebabkan oleh anemia.44
Hubungan kadar hemoglobin dengan paritas tercantum pada
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 yang
menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan dialami wanita dengan
status paritas 1–4, dibandingkan dengan pravelensi kejadian anemia
ringan pada wanita yang belum pernah melahirkan, yakni 70,5 % dan
65,8 %. Sedangkan pada paritas 5 keatas prevalensi anemia lebih
tinggi dari pada paritas 1-4, yakni 72,9 % untuk anemia ringan dan 76
% untuk anemia berat.45
d. Jarak kelahiran yang terlalu dekat
Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan
terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi wanita secara fisik
maupun psikologis belum optimal apabila memiliki jarak kelahiran
yang terlalu dekat, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan zat gizi.6
Hasil penelitian di Puskesmas Pacarkeling Kota Surabaya
menunjukan bahwa dari 30 responden ibu hamil dengan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun sebagian besar (53,3%) mengalami
9
anemia dalam kehamilan dan dari 132 responden ibu hamil dengan
jarak 2 tahun atau lebih sebagian besar (84%) tidak mengalami anemia
dalam kehamilan. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara
jarak kehamilan dengan kejadian anemia p-value = 0,000.46
e. Sosial Ekonomi dan Demografi
Pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan daya beli keluarga
maupun dalam akses ke pelayanan kesehatan. Wilayah perkotaan
maupun pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan
dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan
makanan yang berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat
besi.47
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 yaitu untuk
mengetahui keterkaiatan faktor-faktor social ekonomi dan kesehatan
masyarakat yang kaitannya dengan masalah gizi underweight, stunted
dan wasted di Indonesia dengan pendekatan ekologi, menggunakan
sampel penelitian Balita di 32 Propinsi dihasilkan bahwa secara
keseluruhan faktor penyebab masalah gizi (underweight, stunted, dan
wasted) yaitu perilaku hygiene dan pemanfaatan posyandu. Kedua
faktor tersebut dipengaruhi sosial ekonomi.48
f. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor predisposisi terjadinya proses
perubahan sikap, perilaku dan pengetahuan seseorang tentang
anemia.49 Apabila pendidikannnya tinggi akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang anemia, dan akan mempengaruhi
dalam berperilaku untuk mencegah terjadinya anemia.50
g. Penyakit Kronik
Anemia dengan karakteristik kurang efektifnya Fe untuk
proses eritopoiesis, karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus
gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag dan
10
sedikit berkurangnya masa hidup eritrosit.5 Anemia yang disebabkan
oleh penyakit kronis ini sering terjadi pada pasien rawat inap, yang
disebabkan oleh beragam gangguan peradangan kronis, diantaranya 4:
1) Infeksi mikroba kronis, seperti osteomelitis, endokarditis bakterial
2) Gangguan imun kronis, seperti arthritis rheumatoid
3) Neoplasma, seperti panyakit hodgkin
h. Asupan Gizi
Asupan zat gizi yang adekuat dapat mempengaruhi status gizi.
Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya anemia dapat dikarenakan
produksi eritrosit yang tidak adekuat.47 Ketidakcukupan eritrosit
tersebut dapat dipicu karena kurangnya bahan-bahan yang diperlukan
untuk pembentukan eritrosit seperti protein, zat besi, asam folat,
vitamin C dan B12.2
i. Pengkonsumsian Tablet Tambah Darah (TTD)
Pemberian suplementasi tablet tambah darah dapat
mempengaruhi kadar zat besi didalam tubuh hal tersebut dibuktikan
dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja WUS dengan 2
perlakuan, kelompok yang diberikan zat besi dan asam folat saja
dengan kelompok yang diberikan multivitamin dan mineral,
perlakukan dilakukan selama 10 minggu dan didapatkan adanya
peningkatan hemoglobin, hematokrit dan serum feritin pada kelompok
yang diberikan tablet zat besi dan asam folat.51
j. Asap rokok
Keberadaan asap rokok, radikal bebas yang terkandung
didalamnya dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Efek
hematotoksisitas dari timbal atau Pb menghambat sebagian besar
enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme heme
sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah.19
11
Nikotin pada rokok ini dapat menimbulkan kontraksi pada
pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah akibatnya aliran
darah menuju seluruh tubuh mengganggu. Kandungan rokok yang lain
adalah karbondioksida (CO) pada asap rokok, apabila terpapar maka
karbondioksida ini akan mengikat hemoglobin dalam darah, yang
mana mestinya hemoglobin tersebut mengikat oksigen yang diedarkan
ke organ-organ vital dan sel-sel di seluruh tubuh.52 Akibatnya akan
mengurangi fungsi kerja dari hemoglobin dalam tubuh yang
semestinya berfungsi mengikat oksigen yang digunakan untuk
mendistribusikan zat makanan dari seluruh tubuh.53
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan
bahwa merokok adalah faktor risiko kepada terjadinya sindroma
myelodisplastik dan anemia refraktori. Penelitian ini menunjukkan
terjadi peningkatan risiko relatif terhadap anemia refraktori (OR 2.5;
95%;CI=1.2-5.6). Hal ini menunjukan bahwa merokok bisa
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin darah.54
4. Akibat Anemia
Seseorang yang dapat berisiko mengalami anemia salah satunya
adalah orang yang terpapar zat-zat berbahaya (nikotin, timbal,
karbonmonoksida, tar) dan zat kimia lain, karena asap dari tembakau
yang dibakar dapat berfungsi seperti racun bagi tubuh sehingga dapat
mengganggu proses pembentukan eritrosit dan hemoglobin dalam darah,
akibatnya tubuh kekurangan oksigen dalam jumlah cukup untuk
pembentukan hemoglobin.20
Wanita mempunyai resiko terkena anemia 7,9 kali lebih tinggi
daripada pria dan kelompok umur dibawah 40 tahun beresiko terkena
anemia 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berumur di
atas 40 tahun.55 Selain itu, ibu hamil mempunyai resiko tinggi terhadap
12
anemia defisiensi Fe karena adanya hemodelusi sebagai adaptasi fisiologis
tubuh.6
Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi wanita dalam tiap
siklus kehidupan, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan
masa selanjutnya,berikut ini akibatnya 6:
a. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia saat persalinan
adalah : keguguran (abortus), kelahiran, prematurs, persalinan yang
lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim
(atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,
serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian
ibu pada persalinan.6
b. Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia
pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,
perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi
subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus :
premature, apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada trimester II
dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan
mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian
ibu.6
5. Tingkatan Anemia
Tingkatan anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut 56:
a. Stadium I: Hanya ditandai oleh kekurangan persediaan besi. Keadaan
ini dinamakan stadium deplesi besi.46 Pada stadium ini kadar besi di
13
dalam serum maupun kadar hemoglobin masih normal. Kadar besi di
dalam depot dapat ditentukan dengan pemeriksaan sitokimia jaringan
hati atau sumsum tulang. Disamping itu kadar feritin/saturasi
transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan kadar besi di dalam
depot.57
b. Stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi
di dalam serum mulai menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam
darah masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi besi.57
c. Stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini
ditandai oleh penurunan kadar hemoglobin MCV, MCH, MCHC
disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum. 57
6. Penentuan Anemia Berdasarkan Derajat Hemoglobin
Anemia pada di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia :
Hb >11 gr/dL, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr/dL, Anemia sedang : Hb 7-
8.9 gr/dL, Anemia berat : Hb < 7 gr/dL.58 Klasifikasi/ pembagian derajat
anemia berdasarkan umur terdapat pada tabel 2.1 berikut ini 1 :
Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Anemia Berdasarkan Umur
Populasi menurut umur AnemiaRingan (gr/l) Sedang (gr/l) Berat (gr/l)
a. Anak umur 6- 59 bulan 100-109 70-99 <70b. Anak umur 5- 11 tahun 110-114 80-109 <80c. Anak umur 12-14 tahun 110-119 80-109 <80d. Wanita dewasa tidak
hamil (≥15 tahun) 110-119 80-109 <80
e. Perempuan hamil 100-109 70-99 <70f. Pria dewasa (≥15 tahun) 110-129 80-109 <80
B. Paparan Asap Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah.
Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm
14
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup
lewat mulut pada ujung lainnya.59
Kandungan rokok dapat ditentukan lewat dua cara, langsung
memeriksa rokoknya, atau memeriksa asapnya. Asap rokok sendiri ada
dua jenis : Asap yang keluar dari pembakaran di ujung rokok dan asap
yang dihirup oleh perokok lewat ujung hisap rokok (baik filter atau
tidak).60
Merokok dapat merusak kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita
pungkiri. Banyak penyakit ditimbulkan akibat merokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja
merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya termasuk
perokok pasif.61
2. Frekuensi merokok
Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan
batang per hari. Jumlah rokok yang diisap per hari, jenis rokok yang diisap
(filter atau tidak), cara menghisap rokok, umur mulai merokok, lama
merokok.60
Tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah
rokok yang dihisap yaitu 61:
a. Perokok ringan : jumlah rokok yang diisap kurang dari 1-4 batang per
hari
b. Perokok sedang: jumlah rokok yang diisap 5-14 batang per hari
c. Perokok berat : jumlah rokok yang diisap lebih dari 15 batang per
hari
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari
kulon dengan tujuan membuktikan adanya faktor resiko hipertensi pada
wanita usia 40-70tahun sebanyak 40 kasus dan 40 kontrol didapatkan hasil
15
bahwa lama paparan (durasi), jumlah perokok dalam rumah dan lama
merokok dari perokok aktif terbukti menjadikan faktor resiko hipertensi
terhadap perokok pasif disekitarnya.62
3. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang
tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh
orang yang bukan perokok karena berada disekitar perokok disebut
second handsmoke.60
b. Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang suka merokok. 61
4. Asap rokok
Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk
hidup lainnya melalui berbagai jenis cara. Jalur pokok pemaparan terbagi
menjadi 3 yaitu:
a. Penetrasi melalui kulit ( absorpsi kulit/ dermal)
b. Inhalasi (absorpsi melalui paru-paru)
c. Ingesti (absorpsi melalui saluran pencernaan)
Paparan asap rokok masuk ke dalam tubuh manusia secara inhalasi.
Karbonmonoksida hasil pemaparan dari asap rokok akan diserap oleh paru-
paru. Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti
kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap
paparan zat kimia. Selain kerusakan sistemik zat kimia yang berhasil
melewati permukaan paru juga dapat mencederai jaringan paru dan
menganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen.63 Karbonmonoksida
yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari perokok
16
aktif yang berada dalam ruangan tersebut memiliki kadar yang lebih tinggi
bila ruangan tersebut tidak memadai ventilasinya.60 Pada umumnya
pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya harus lebih kecil
dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok. 62
5. Kandungan Rokok
Ada 100 lebih senyawa dalam kandungan asap rokok, berikut
senyawa-senyawa tertentu yang dibahas 23:
a. Karbon Monoksida ( CO)
Karbon Monoksida merupakan senyawa karbon inorganik.
Afinitasnya terhadap hemoglobin darah 300 kali lebih kuat dari
oksigen, sehingga paparan gas ini dapat mengurangi atau sepenuhnya
menghilangkan kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh.59 Apabila Karbonmonoksida terhirup maka akan terjadi
reaksi dengan hemoglobin, dengan membentuk
karbonmonoksihemoglobin (karboksi-hemoglobin).
Karbonmonoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat
(afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat daripada
daya ikat oksigen (O2) dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam
sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbonmonoksida (CO) dalam
bentuk HBCO,33 dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan
oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen juga.47
Rokok terdapat CO2 sejumlah 2-6% pada saat merokok,
sedangkan CO2 yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400
ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar
karboksihemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.64 Kadar normal
karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan
terus berjalan akan terjadi plycythemia (pertambahan kadar butir darah
merah) yang mempengaruhi fungsi syaraf pusat. 33
17
Penelitian dilakukan di Semarang, bertujuan untuk
mempelajari perubahan histopatologi saluran napas tikus putih galur
Sprague Dawley akibat pajanan asap rokok kretek, hasil penelitian
menunjukkan perubahan histopatologi yang bermakna pada saluran
napas. Jumlah sel epitel pada kelompok yang terpapar asap rokok
secara bermakna lebih tinggi dari kontrol (p < 0,05) pada daerah sinus,
bronkhus, dan bronkhiolus, sedangkan pada trakhea tidak ditemukan
perbedaan bermakna (p > 0,05).65
b. Radikal Bebas (NOx, SO2)
Radikal bebas yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas
lipid peroksidase (LPO) dan menurunkan status antioksidan eritrosit
yang menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit sehingga
eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan terjadi penurunan
jumlah eritrosit.33 Oleh karena itu peningkatan radikal bebas secara
tidak langsung dapat diketahui dari penurunan jumlah eritrosit.
Bahaya radikal bebas terhadap eritrosit diantaranya adalah
dengan merusak struktur membrane eritrosit sehingga plastisitas
membran terganggu dan mudah pecah. Keadaan ini dapat
menyebabkan turunnya jumlah eritrosit.23
c. Timah Hitam Atau Timbal (Pb)
Rokok menghasilkan timah hitam (Pb) sebanyak 0,5μg.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari
menghasilkan 10 μg. Sementara ambang batas timah hitam yang
masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per hari.19 Basophilic stippling
dari sel darah merah merupakan gejala pathogenesis bagi keracunan
Pb.19 Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria.23
Pengaruh timbal sebenarnya dapat dilihat pada proses sintesis
hemoglobin. Kadar timbal dalam darah 10 μg/dL sudah dapat
menyebabkan gangguan pada sintesis hemoglobin dengan
18
penghambatan pada aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidratase
(ALAD). Oleh karena itu, kadar Pb dalam darah yang tinggi dapat
mengakibatkan menurunnya kadar Hb darah.66
Penelitian yang dilakukan pada tukang becak di Mranggen,
diperoleh nilai p = 0,041 (p < 0,05) untuk korelasi kadar Pb dalam
darah dengan kadar Hb darah. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah pada
tukang becak di Pasar Mranggen Demak. Tukang becak yang memiliki
kadar Pb dalam darah 6,45 μg/dl memiliki kadar Hb darah 12,25 gr/dL
sedangkan tukang becak yang memiliki kadar Pb dalam darah 12,19
μg/dl memiliki kadar Hb darah 10,60 gr/dL.67
d. Tar.
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam
yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per
batang. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau.33 Tar merupakan
kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri
yang merupakan hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap
rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat
menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok
inilah yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. 59
Pemaparan menahun hidrokarbon aromatic (benzena) dapat
menghasilkan efek toksik yang sangat serius yang paling nyata ialah
kerusakan pada sumsum tulang yang berbahaya dan tidak terduga,
anemia aplastik,39 leukopenia, pansitopenia atau trombositopenia.
Pada perkembangan sel-sel sumsum tulang tampak menjadi paling
sensitif terhadap benzena.61
19
e. Nikotin .
Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau.
Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap
melalui paru-paru dan kecepatan absorsinya hampir sama dengan
masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak
dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik.33 Dapat melewati
barier di otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak kemudian
menurun secara cepat, setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam
waktu 15-20 menit pada waktu penghisapan terakhir.23
Hasil penelitian yang didapatkan untuk mengetahui kadar
nikotin dalam asap beberapa merk rokok dengan menggunakan jenis
rokok yang berbeda, yaitu tiga merk rokok filter dan tiga merk rokok
kretek (non-filter). Didapatkan hasil pada rokok filter kandungan
nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping 4–6 kali lebih
banyak dari asap rokok arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar
nikotin yang dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin
yang dihisap oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap
arus samping lebih banyak 4–6 kali dari pada yang terdapat dalam
asap arus utama.68
6. Perilaku Merokok
a. Pengertian Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.52 Saat
ini, perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang umum dijumpai
dimana saja dan kapan saja. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial,
serta kelompok umur yang berbeda.17 Merokok telah diketahui dapat
menyebabkan gangguan kesehatan.
20
Penderita yang terkena kerugian asap rokok tidak hanya
perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di
lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut
dengan perokok pasif.69
b. Klasifikasi Perokok
Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan
pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau
menggunakan kriteria dengan batasan yang digunakan berdasarkan
jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya kebiasaan
merokok. 70
c. Penyebab Merokok
Terdapat dua penyebab utama seseorang menjadi perokok yaitu
dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Secara psikologis,
perokok merasakan bahwa dengan merokok, ia dapat mengalihkan
kecemasan, menunjukkan kejantanan (bangga diri) dan menunjukkan
kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis pula dapat didapatkan
dari efek dari nikotin yang terdapat di dalam rokok yang menyebabkan
terjadinya adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok.52Ada
beberapa faktor seseorang merokok sehingga mereka menjadi
perokok. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor biologi dan jenis
kelamin.71
d. Perokok Pasif
Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada
orang lain bukan perokok, yang terpapar asap rokok secara tidak sadar
dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok
sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam
Smoke (MS) adalah asap rokok utama dihembuskan kembali ke udara
oleh perokok aktif.52
21
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa saat
ini diperkirakan sekitar 6 juta orang di dunia meninggal akibat
penyakit yang ditimbulkan dari rokok, dengan jumlah angka sekitar
600.000 orang diantaranya adalah korban sebagai perokok pasif.72
Merokok merupakan kegiatan yang dapat berdampak pada
kesehatan, dari perokoknya sendiri maupun lingkungan.70 Banyak
dampak dari kegiatan merokok tersebut terhadap lingkungan dan
terutama pada orang sekitarnya atau perokok pasif. Asap tersebut
merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih
besar, karena asap rokok dihiisap lewat hidung tidak terfilter,
sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui
ujung rokok yang diisap.73
Perokok pasif berpotensi terkena berbagai macam penyakit,
diantaranya :
1) Resiko kanker paru-paru
2) Resiko penyakit asma
3) Resiko infeksi telinga
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di Semarang,
menunjukan bahwa faktor risiko dari perokok pasif yaitu terjadinya
hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada wanita dengan umur 40-70
tahun yang menjadi perokok pasif. 62
7. Hubungan Asap Rokok Dengan Kadar Hemoglobin (Hb)
Menghirup asap rokok dari perokok aktif memiliki bahaya yang
lebih besar bagi perokok pasif daripada perokok aktif itu sendiri, karena
sebatang rokok yang sedang dibakar akan menghasilkan asap utama dan
asap sampingan. Asap utama tersebut merupakan asap rokok yang dihisap
langsung dan masuk kedalam paru-paru perokok, sebelum kemudian
22
diembuskan kembali. Asap sampingan merupakan asap rokok yang
dihasilkan oleh ujung rokok yang dibakar. Asap sampingan ini yang akan
mengganggu kesehatan karena mengandung zat-zat berbahaya yang
diantaranya tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO).74
Karbonmonoksida yang terkandung dalam asap rokok masuk ke
dalam tubuh manusia secara inhalasi lalu masuk dalam paru-paru dan
bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin
(HbCO).63 Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi
oleh karbonmonoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly
Hemoglobin)33 dan mengakibatkan oksigen dalam eritrosit berkurangan,
sehingga sel dan jaringan tubuh akan kekurangan oksigen,47 hal ini akan
menyebabkan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen
dalam tubuh, sehingga akan terjadi anemia.33
Adanya efek hematotoksisitas dari Pb atau timbal menghambat
sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme
heme sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah.66 Nikotin pada
rokok ini dapat berdampak pada ibu hamil karena menimbulkan kontraksi
pada pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah, akibatnya
aliran darah menuju janin yang melalui tali pusat akan berkurang,
sehingga pasokan zat makanan yang diperlukan janin dari ibu pun
berkurang.6
8. Paparan Asap Rokok
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan
merokok namun tetap terpapar asap rokok dari perokok aktif baik di
rumah maupun di tempat kerja yang terpapar ≥ 30 menit per hari minimal
terpapar sehari dalam seminggu selama 10 tahun terakhir.75 WUS yang
menjadi perokok pasif baik dari rekan kerja, lingkungan atau anggota
keluarganya termasuk suami bisa menimbulkan risiko tertentu. Kerugian
23
menjadi perokok pasif berdampak juga pada wanita yang sedang hamil.
Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan selama kehamilan
dan kesejahteraan janin yang dikandungnya.59
Apabila seorang perokok pasif yang berada di suatu ruangan yang
penuh dengan asap rokok dan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik,
lalu menghirup asap yang ada selama 1 jam lamanya maka posisinya
bagaikan seorang perokok yang aktif yang menghabiskan 1 batang asap
rokok.76 Satu batang rokok yang dibakar mengandung lebih dari 100
senyawa seperti karbonmonoksida (CO) , nikotin, tar, radikal bebas,
amoniak serta lainnya.23 Hal tersebut menunjukan apabila seseorang
terpapar asap rokok dalam waktu pendek maka dapat menghasilkan
dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang.
Dalam melakukan pengamatan atau penelitian tentang terpapar nya
asap rokok dapat dilihat dari riwayat dari paparan asap rokok itu sendiri
dengan meliputi jumlah rokok per hari yang dihisap oleh perokok aktif,
durasi paparan dalam waktu atau jam dan lamanya paparan dalam tahun.77
Pengukuran paparan asap rokok dengan cara wawancara juga di terapkan
pada penelitian yang dilakukan di Cilacap yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan nikotin di
urin terhadap perokok pasif dengan 82 anggota posbindu yang menjadi
perokok aktif dalam rumah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan,
lama paparan asap rokok, frekuensi paparan asap rokok, kepadatan hunian
rumah, dan kebiasaan olah raga berkontribusi terhadap keberadaan nikotin
urin pada perokok pasif. 78
Selain melalui wawancara dan kuesioner kepada responden yang
terpapar asap rokok diperlukan juga informasi mengenai sumber asap
rokok, durasi dari paparan asap rokok dan jarak merokok dari paparan
asap perokok aktif, namun hal ini cenderung mengalami bias recall dalam
studi kasuskontrol atau retrospektif.79
31
C. KERANGKA TEORI
Sosial EkonomiDan Demografi (67)
Pendapatan(49)
Pengetahuan
WilayahPedesaan/Kota
Pendidikan(48)
Ketersediaan Makanan
Konsumsi zat gizi
Pemilihan Makanan yg
Dikonsumsi(2)
Daya Beli
Makanan
Intake ZatBesi
IntakeVitaminC
Pembentukan Hemoglobin
Proses pembentukan&pematangan sel darah
merah
Paritas(44)
Kelainan SumsumTulang Belakang(4)
Produksi Sel DarahBaru(4)
Perdarahan ex;menstruasi, riwayat
perdarahan (4)
Pengaruhi metabolism&utilitas zat besi(5)
Penyakit Kronik. Ex;Malaria, leukemia(4)
Hemodelusi(44)
KadarHemoglobin
Cadangan zat gizi
KejadianAnemia
Kehamilan(5)
PenyerapanZat Besi
Intake Vitamin B12(2)
PBCOTarRadikal BebasNikotin
Hemolisis Seldarah Merusak
MembranSel (23)
VisikositasDarah
ProduksiEritrosit (57)
KerusakanSumsum
Tulang (57)
HipoksiaGinjal(57)
HBCO(32) Biosintesaenzim (19)
Asap Rokok
Hipertensi
VasokontriksiPembuluh darah (32)
Pasokan sel darah keseluruh tubuh (32)
KetersedianTablet Fe
Pola KonsumsiTablet Fe(50)
Umur(6)
Peningkatan
Kebutuhan
31
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah;
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
1. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan durasi paparan asap
rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak.
2. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan lama paparan asap
rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak.
Durasi Paparan AsapRokok
Kadar Hemoglobin
Lama Paparan AsapRokok