Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Hygiene Perusahaan
Hygiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene
beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur
dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan
kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil
pengukuran evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif
serta guna pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap
lingkungan kerja atau perusahaan. Dengan menerapkan hygiene perusahaan
kesehatan tenaga kerja atau pekerja yang dapat dilindungi dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor lingkungan yang
mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat
hygiene perusahaan yaitu sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat
teknis-teknologi (Suma’mur, 2009:1).
Tujuan hygine perusahaan dalam kesehatan kerja adalah sebagai alat
untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin (dalam hal
tertentu mungkin setinggi-tingginya, seandainya kondidi yang diperlukan
cukup memadai), pada pekerja atau buruh petani, nelayan, pegawai negeri,
pengusaha, manager atau pekerja bebas di semua sektor kegiatan ekonomi
dan non-ekonomi formal, informal serta non-formal dengan demikian
dimaksudkan untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja dalam
9
meningkatkan produktivitas, yang berdasarkan kepada perbaikan daya kerja
dan produktivitas faktor manusia dalam produksi (Sama’mur, 2009 :4).
C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan
kerja dan bahan-bahan kimia dala proses produksi semakin meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan
dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya
jumlah tenaga kerja. Dengan demikian banyak, pada masalah ketenagakerjaan
yang timbul termasuk didalamnya, masalah-masalah kesehatan dan
keselamatan kerja (K3). Seperti meningkatnya jumlah dan ragam sumber
bahaya ditempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan
(Notoatmodjo, 2007:362).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan
konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa yang
akan datang.
10
1. Kesehatan Kerja
a. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat di
dalam suatu masyarakat pekerja dan lingkungannya.
b. Cakupan Kesehatan Kerja
Cakupan Kesehatan Kerja, antara lain :
1) Upaya Promosi Kesehatan.
2) Pengendalian Lingkungan Kerja.
3) Pemeriksaan pelayanan kesehatan, secara kelompok atau
individu.
4) Pendidikan dan pelatihan
5) Surveillance
6) Pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.
8) Upaya rehabilitas.
9) Penelitian mengenai penyebab gangguan kesehatan.
10) Konseling (Astono, 2002).
c. Prinsip Kesehatan Kerja
Hakikat kesehatan kerja mencakup dua halu, sebagai berikut :
1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja
setinggi-tingginya.
11
2) Sebagai alat untukmeningkatkan produksi yang
melandaskan kepada meningkatnya efisiensi dan
produktivitas.
d. Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan Kesehatan Kerja adalah :
1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga
kerja.
3) Peraatan dan peningkatan efisiensi dan produktivitas tenaga
kerja.
4) Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan
kegairahan kerja.
5) Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan
agar terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk perusahaan.
6) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah untuk
menciptakan tenaga krja yang sehat dan produktif. Tujuan
ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja
yang memenuhi syarat, seperti suhu ruangan yang nyaman,
peneragan dan pencahayaan yang cukup, bebas dari debu,
12
sikap badan yang baik, dan alat kerja yang sesuia dengan
ukuran tubuh atau anggotanya/ergonomik ( Soekidjo
Notoatmodjo, 300 : 7, 175 ).
e. Faktor-faktor penyebab masuknya kesehatan kerja di perusahaan,
adalah :
1) Tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat
menentukan. Tenaga kerja yang sehat akan mudah
diarahkan menjadi sumber daya yang efisien, efektif dan
produktif. Sedangkan tenaga kerja yang sakit akan
menghambat proses produksi.
2) Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan kerja. Hal ini
baru dapat dicegah bila kesehatan kerja dapat diintensifkan
di dalam lingkungan perusahaan.
3) Kegiatan perusahaan mulai dari proses produksi sampai
dengan pemasaran hasil produksi mungkin sekali dapat
menimbulkan efek negatif kepada tenaga kerja, maka perlu
sekali pernanan kesehatan kerja dalam upaya turut
menanggulangi bahaya tersebut.
2. Keselamatan Kerja
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamata yang berkaitan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
13
landasan tempat kerja baik didarat, udara, dalam tanah, di
permukaan dan dalam air. Juga menyangkut segenap aspek
produksi dan distribusi, baik jasa maupun barang, sehingga
keselamatan kerja erat kaitannya dengan peningkatan produksi dan
produktivitas (Astono, 2002).
Keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia (2007) adalah sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat da kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
b. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja menurut Departemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia (2007) yaitu :
1) Melindungi tenaga kerja dan hak keselamatannya dalam
melakukan pekrjaan untuk kesejahteraan hidup dan untuk
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2) Menjamin keselamata setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
D. Lingkungan Kerja
1. Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para
pekerja dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas.
Lingkungan kerja kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan
14
para pegawai untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat
mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja
dimana dia bekerja,maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya
untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja digunakan secara efektif
dan optimis. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja antara
bawaha dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.
2. Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Ditempat kerja terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit
akibat kerja sebagai berikut :
a. Golongan fisik, seperti :
1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli.
2) Radiasi dapat berupa radiasi pengion, misal berasal dari
bahan-bahan radioaktif yang dapat menyebabkan antara
lain penyakit-penyakit sistem darah dan kulit, sedangkan
radiasi non-pengion misal radiasi elektromagnetik yang
berasal dari peralatan yang mengeluarkan listrik. Radiasi
sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak pada lensa
mata.
3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat
cramps (keadaan panas badan yang tingkat suhunya).
4) Tekanan udara yang tinggi menyebabkan ketulian
permanen.
15
5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya
menyebabkan kelainan pada indera penglihatan atau
kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
a. Golongan kimiawi seperti :
1) Debu atau serbuk yang menyebabkan penyakit saluran
pernafasan.
2) Uap menyebabkan keracunan atau penyakit kulit.
3) Gas misalnya keracunan atau penyakit kulit.
4) Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis (gatal-gatal
disebabkan jamur).
5) Kabut dari racun serangga uang menimbulkan keracunan.
c. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, salah cara
melakukan pekerjaan dan lain-lain yang semuanya menimbulkan
kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh pekerja.
d. Golongan mental-psikologis disebabkan oleh dua gangguan jiwa
yang menonjol, yaitu depresi pada hubungan yang tidak baik antara
pekerja dengan pekerja lain atau antara atasan.
D. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Terdapat dua kelompok penyebab kecelakaan, yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung atau primer
disebabkan oleh unsafe act (perilaku manusia tidak aman) dan unsafe
16
condition (kondisi lingkungan kerja yang tidak aman). Sedangkan penyebab
tidak langsung/nyata/dasar (underlying) dapat disebabkan oleh :
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadi nya kecelakaan
kerja terdiri dari :
a. Faktor lingkungan fisik
Bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas
dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran,
radiasi dan kelembaban.
Faktor fisik dalam kesehatan kerja telah menguraikan
bahwa lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan
beban pekerja saat melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja. Maka dari itu lingkungan kerja
dapat mempengaruhi kesehtan dan keselamatan kerja. Lingkungan
Kerja Fisik menurut Kepmenkes RI No.
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang persyaratan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagai berikut :
1) Kebisingan
Bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dari
kehidupan sehari-hai, termasuk ditempat kerja. Bahkan bunyi
17
yang kita tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari
kerja misalnya, bunyi telepon, bunyi mesin, ketik atau
komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Namun seringnya
bunyi-bunyi tersebut meski merupakan bagian dari kerja
kita,tetapi tidak kita inginkan, misalnya teriakan orang, bunyi
mesin-mesin yang ada pada tempat kerja yang melebihi
ambang batas pendengaran dan sebagainya. Kebisingan dapat
mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan
kerusakan pada indera pendengar sampai pada ketulian.
Standar kebisingan pada ruang produksi adalah 85 dB .
Tingkat pajanan kebisingan selama satu hari pada ruang proses
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pemaparan Kebisingan selama sehari
No. Tingkat Kebisingan (dB) Pemaparan Harian.
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 tahun 2002
Ada beberapa cara sederhana untuk menentukan, bahwa tingkat suara
di tempat kerja terlalu keras, yaitu :
18
a) Apabila anda harus berteriak atau berbicara keras dari
jarak rentan tangan, untuk dimengerti oleh lawan
bicara anda.
b) Apabila telinga terasa berdengung setelah
meninggalkan lokasi.
c) Merasa pusing atau mengantuk karena kebisingan.
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan
efek jangka pendek dan jangka panjang pada
pendengaran. Semakin tinggi intensitas dari
kebisingan, potensi untuk menimbulkan berbagai
gangguan seperti, kehilangan pendengaran sementara
sampai permanen, pusing, mengantk, tekanan darah
tinggi, stres emosional yang dapat diikuti sakit maag,
sulit tidur dan sakit jantung dan kehilangan
konsentrasi. Adapun upaya yang dilakukan untuk para
pekerjanya sendiri adalah dengan menggunakan alat
pelindung seperti penyumbat telinga (ear plug dan
ear mug) (Anies, 2005:91-93).
2) Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan hanya
saja akan menambah beban kerja karena mengganggu
pelaksanaan pekerjaan, tetapi juga dapat menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan
kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan higienis.
19
Penerangan yang kurang juga akan menyebabkan kelelahan
fisik dan mental bagi para pekerja. Umur juga dapat
mempengaruhi pencahayaan dengan bertambahnya umur
dapat menurunkan penglihatannya. Minimal pencahayaan
pada ruang produksi adalah 100-200 lux.
3) Kelembaban
Kelembaban pada suatu ruang produksi dapat
mempengaruhi aktivitas pekerja, aka dari itu perlu kita
ketahui kelembaban produksi adalah 65-95%.
4) Suhu
Suhu pada suatu ruang produksi dapat mempengaruhi
aktivitas kerja, maka dari itu kita ketahui kelembaban ruang
produksi adalah 18-30oC.
Pengendalian lingkungan kerja dalam rangka upaya
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat kerja
ditinjau dari aspek pendekatan epidemiologik pada
dasarnya ditnjukkan pada upaya penemuan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Secara kronologis,
terjadinya kecelakaan akibat kerja pada dasarnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Kecelakaan timbul karena adanya penyebab yaitu
kerja (perbuatan) dan keadaan (kondisi) yang tidak
aman.
20
b) Kerja (perbuatan) dan keadaan yang tidak aman
ditimbulkan oleh kesalahan manusia sebagai tenaga
kerja.
c) Kesalahan manusi disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain lingkungan kerja, kondisi sosial
ekonomi, tingkat pengetahuan dan keterampilan
serta adat kebiasaan (Rachman dkk, 1990:131).
b. Faktor lingkungan kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan
(inhalation), kulit (skin absorption), tertelan (ingestion). Racun
dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya.
1) Korosi : Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan
kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak.
Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh
yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.\
2) Iritasi : iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di
tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti
eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang
hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema (bengkak). Contoh : Kulit : asam, basa,pelarut,
minyak. Dan pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
21
amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine,
ozone.
3) Kanker : Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas telah terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada
hewan. Contoh : Terbukti karsinogen pada manusia :
benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma);
2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih );
asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde,
carbon tetrachloride, dichromates, beryllium.
4) Racun Sistemik : Racun sistemik adalah agen-agen yang
menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh. Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese Sistem syaraf
peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide.
Sistem pembentukan darah : benzene, ethyleneglycolether,
Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons.
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara
(pneumoconiosis).
c. Faktor lingkungan biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik
yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti
virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan
22
dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang
menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang
bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme
viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
1) Organisme viable dan racun biogenic
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur,
spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk
endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk
bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage dan
sludge treatment, dll. Contoh : Byssinosis, “grain fever”,
Legionnaire’s disease.
2) Alergi Bionik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-
derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal
dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan
protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen
pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan
obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga
dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen
dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis,
23
conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational asthma :
wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
3) Bahaya Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak
umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya
yaitu pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak,
penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B,
tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,
chlamydia, psittaci.
d. Faktor Lingkungan Psikologis
Bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau
kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga
kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
1) Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-
spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala
24
tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan stress.
2) Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah,
gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan
alkohol dan psikotropika.
3) Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung
koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka
usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit
kulit seperti eksim,dll.
2. Faktor manusia atau karyawan
Faktor manusia yang mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu:
b. Faal
Faal kerja adalah ilmu tentang tubuh manusia saat bekerja.
Bekerja adalah hasil koordinasi dari kerja sama indera, otak, syaraf
dan otot yang ditunjang oleh jantung, paru, ginjal dan lain-lain.
Secara fisiologis, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi
yang sebaik-baiknya dari saraf pusat dan perifer, panca dria (mata,
telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), serta otot dan rangka (kedua
yang terakhir ini adalah pelaku utama perbuatan). Bekerja mungkin
dikelompokan menjadi kerja otak (mental), dan kerja otot (fisik).
Dalam faal kerja, perhatian utama difokuskan kepada kerja fisik
atau otot. Untuk bekerja pertukaran zat dalam organ tubuh yang
diperlukan sebagai sumber energi dan transportasi sisa
25
metabolisme yang harus dibuang, jelas sangat penting peran
peredaran darah ke dan dari susunan saraf serta otot-otot dan
rangka (muskulo-skeletal) dan juga organ-organ lainnya. Selain
jantung dan sistem peredaran darah, paru dan alat pernafasan
lainnya, sistem gastro-intestinal (mulut, esofagus, usus, hati, dan
lainnya) juga memainkan fungsi masing-masing dalam mendukung
dan menunjang kelancaran berlangsungnya aktivitas dan rangkaian
kegiatan dilakukannya pekerjaan.
b. Kejiwaan
Kejiwaan adalah tingkat kecerdasan, sifat dan perilaku, serta
kepribadian seperti emosi, adaptasi dan minatnya terhadap sesuatu.
3. Faktor Manajemen
Adapun faktor manajemen sebagai berikut :
a. Kebijakan
Kebijakan merupakan komitmen pimpinan suatu organisasi
perusahaan untuk menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja
seluruh personil di bawah kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan
(berhubungan) dengan kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan
(organisasi) tersebut.
26
b. Keputusan
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu
hokum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternative dari
beberapa alternative.
c. Evaluasi
Evaluasi dalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan
proses untuk menentukan nilai dari suatu hal.
d. Kontrol
Kontrol (pengendalian) adalah salah satu fungsi manajerial
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staff, dan
mengarahkan.
e. Administrasi
Administrasi adalah perencanaan, pengendalian, dan
pengorganisasian pekerjaan perkantoran, serta penggerakan mereka
yang melaksanakannya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Kecelakaan sedikit banyak tentu membawa akibat atau kerugian yang
dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Kerugian yang bersifat ekonomik baik langsung maupun tidak
langsung, antara lain kerusakan mesin, peralatan dan bahan, biaya
pengobatan dan perawatan korban, hilangnya waktu kerja,
27
menurunnya kualitas dan kuantitas jasa yang diberikan kepada pasien
sebagai penerima jasa.
2. Kerugian yang bersifat non ekonomi, berupa penderitaan manusia
pada umumnya dan si korban pada khususnya baik itu berupakemtian,
luka/cidera berat maupun ringan, termasuk penderitaan keluarga
korban bila korban meniggal atau cacat.
F. Peraturan Perundangan Keselamatan Kerja
Dengan peraturan perundangan yang di atur dalam Undang-Undang
No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran;
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
28
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang;
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan
atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang,
produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang
29
itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
G. Alat Pelindung Diri
1. Pengertian APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
Pemakaian alat pelindung diri dengan baik dan tepat sesuai dengan
funsinya pada tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan sangat penting
dalam usaha pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja serta
perlindungan tenaga kerja. Pemakaian alat pelindung diri selama bekerja
harus diperhatikan sebaik-baiknya dan sarana/alat-alat pelindung diri
tersebut mutlak disediakan oleh perusahaan.
2. Syarat-syarat APD
Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki daya pencegah yang kuat terhadap bahaya yang ada.
b. Konstruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.
c. Ringan, efisien, dan nyaman dipakai.
d. Tidak mengganggu gerakan-gerakan yang diperlukan.
e. Tahan lama, pemeliharaan mudah dan bagian-bagiannya mudah
diganti atau diperoleh.
30
3. Jenis-jenis APD
Alat pelindung dari beraneka macam ragamnya, bila digolongkan
menurut bagian tubuh yang dihubungi, maka jenis alat pelindung diri
dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Kepala : Pengikat rambut, penutup mata, helm atau topi kerja.
b. Mata : Kaca mata kerja dengan berbagai jenis kaca dan bentuk.
c. Muka : Perisai muka.
d. Hidung : Respirator atau masker.
e. Telinga : Sumbet dan tutup telinga.
f. Tangan : Sarung tanga.
g. Kaki : Sepatu kerja.
h. Tubuh : Pakaian kerja dari berbagai bahan.
Jenis alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya-bahaya yang
dapat terjadi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
1) Bising : Sumbat dan tutup telinga.
2) Suhu panas atau gas : Helm atau topi kerja, pakaian kerja,
sarung tangan, sepatu kerja.
3) Debu : Kaca mata, masker.
4) Bahan kima : Kaca mata, masker, pakaian kerja, sarung tangan
4. Masalah Umum APD
a. Tidak semua APD melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak
diketahui derajat perindungannya.
31
b. Tidak nyaman dan kadang-kadang membuat si pemakai sulit
bekerja.
c. APD dapat menciptakan bahaya baru.
d. Perlindungan yang diberikan APD sulit untuk dimonitor.
e. Kewajiban pemeliharaan APD dialihkan dari pihak manajemen
keselamatan pekerja.
f. Efektivitas APD sering tergantung GOOD FIT pada pekerja.
g. Kepercayaan pada APD akan menghambat pengembangan
kemajuan teknologi yang baru.
H. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Pengertian
Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas
perncanaan, perorganisasian, pelaksanaan, pengukuran, dan tindak lanjut
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada. Sistem manajemen
adalah kegiatan manajemen yang teratur dan saling berhubungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
SMK3 adalah Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang selanjutnya disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, penerapan,
pencapaian, pengkajian, dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif (Permenaker RI No.05/1996:I:1).
32
Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suati sistem K3
ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintregasi dalam rangka mencegah dan
melindungi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
aman, efisien dan produktif (Permenaker RI No.05/1996:I:2).
Tujuan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah :
a. Sebagai alat mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya, baik buruk, nelayan, pegawai negri, atau
pekerja bebas.
b. Sebagai upaya mencegah dan memberantas penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan
dan gizi tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan
daya produktif tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja.
c. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan,
agar terhindar dari bahaya pengotoran bahan proses industrialisasi
yang bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya
yang mungkin ditimbulkan oleh produk industri.
Dalam penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Mentapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan K3.
33
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran
penerapan SMK3.
c. Menerapkan kebijakan secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
d. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja
K3 (Permenaker RI No.05/1996:III:4 (1)).
Langkah-langkah dalam mengembangkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja dapat diuraikan sabagai berikut :
a. Peraturan Perundang-undangan yaitu semua peraturan perundang-
undangan standar K3 yang berlaku pada perusahaan yang
bersangkutan.
b. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan yaitu pernyataan
mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 dan
menegaskan keterkaitan perusahan terhadap pelaksanaan K3
dengan melaksanakan semua ketentuam K3 yang berlaku sesuai
dengan operasi perusahaan, melindungi kesehatan dan
keselamatan semua pekerja termasuk kontraktor, pelanggan dan
pemasok.
34
c. Mengorganisasikan untuk melaksanakan kebijakan K3 secara
efektif dengan peran serta semua tingkatan manajemen pekerja.
d. Merencanakan SMK3 yaitu perusahan harus membuat
perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan
dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas dapat dukur.
e. Penerapan SMK3 yaitu perusahaan harus menyediakan personil
yang memiliki kualifkasi, sarana yang memadai sesuai SMK3
yang diterapkan dapat membuat prosedur yang dapat memantau
manfaat yang akan didapat maupun biaya yang akan dikeluarkan.
f. Mengukur atau memantau (pengawasan) yaitu kegiatan
pengawasan terhadap pekerja yang berhubungan dengan
kesehatan dan keselamatan pekerjanya.
2. Manajemen Kontrol Kerugian
Pendekatan manajemen secara profesional tidak akan efektif
apabila tidak memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Manajer harus memperhatikan adanya alat pelindung (safety) dan
kesehatan (health) (beberapa problem seperti ini 85% dapat
dikontrol oleh piak manejemen).
b. Manajer berpengaruh terhadap peluang perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan (menekan kerugian adalah dapat
meningkatkan keuntungan atau penjualan).
c. Manajemen konrol kerugian akan menguntungkan seluruh strategi
operasional manajemen (Santoso, 2004:16).
35
Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan
suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintregasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif (Permenaker No.01/1998:III:3 (1)).
3. Pengawasan
Pemerintah berkepentingan untuk menjaga kelangsungan bekerja
dan berusaha bagi masyarakat, melalui pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja guna mencegah dan mengurangi
kecelakaan, penyakit akibat kerja, peledakan, kebakaran, dan pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu pemerintah khususnya Depnaker, mengatur
dan mengawasi pelaksanaan keselamatan kerja dalam segala tempat kerja
baik darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum republik indonesia.
Pengawasan dalam suatu perusahaan dilakukan melalui :
a. Melalui pengisian form K3 perusahaan dan formulir cheklist 6
bulanan.
b. Pemantauan diutamakan pada kasus kecelakaan, proses
terlaksananya kegiatan K3 di perusahaan dan memasukkan
sumber daya.
Dalam pengawasan pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
36
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan dan pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya secara berkala (UU No.1/1970,IV:8
(1-2)).
37
I. Kerangka Teori
Sumber : Indah Rachmatiah Siti Salami, dkk (2016).
Faktor-faktor penyebab
kecelakaan kerja
1. Faktor lingkungan
kerja :
a. fisik
b. kimia
c. biologi
d. psikologi
2. Faktor manusia atau
karyawan :
a. faali
b. kejiwaan
3. Faktor manajemen :
a. kebijakan
b. keputusan
c. evaluasi
d. kontrol
e. administrasi
38
J. Kerangka Konsep
Faktor-faktor penyebab
kecelakaan kerja
Faktor lingkungan kerja
fisik :
1. Kebisingan
2. Pencahayaan
3. Suhu
4. Kelembaban
39
K. Definisi Operasional
N
o.
Variabel Definisi Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1. Faktor
Lingkungan Kerja
Fisik
Segala
sesuatu
yang ada di
sekitar
pekerja
yang dapat
mempengar
uhi diri nya
dalam
menjalanka
n tugas-
tugas yang
dibebankan
kepada nya
di ruang
produksi
PT. Umas
Jaya
Agrotama.
Observas
i
Cheklist 1. Baik
2.
Kuran
g baik
Interv
al
a. Kebisingan Suara yang Penguku Cheklist 1. Baik Interv
40
tidak
dikehendak
i dan
menggangg
u aktifitas
pekerja di
ruang
produksi
PT. Umas
Jaya
Agrotama.
ran dan
Observas
i
dan
Sound
level
meter
jika ≤
85
dBA
2.
Kuran
g baik
jika ≥
85
dBA
al
b. Pencahaya
an
Jumlah
penyinaran
pada suatu
ruang
produksi
PT. Umas
Jaya
Agrotama.
Penguku
ran dan
Observas
i
Cheklist
dan
Luxmeter
1. Baik
jika
300
lux
2.
Kuran
g baik
jika ≤
300
lux
dan ≥
300
lux
Interv
al
41
c. Suhu Ukuran
panas atau
dingin nya
ruang
produksi
PT. Umas
Jaya
Agrotama.
Pegukur
an dan
Observas
i
Cheklist
dan
Termome
ter
1. Baik
jika ≥
180C
dan ≤
300C
2.
Kuran
g baik
jika ≤
180C
dan ≥
300C
Interv
al
d. Kelembaba
n
Jumlah uap
air yang
terkandung
di dalam
campuran
air udara
dalam fase
gas pada
ruang
produksi
PT. Umas
Jaya
Penguku
ran dan
Observas
i
Cheklist
dan
Higromet
er
1. Baik
jika ≥
65%
dan ≤
95%
2.Kura
ng
baik
jika ≤
65%
dan ≥
95%
Interv
al
42
Agrotama.