38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Ada tiga tinjauan pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga studi tersebut adalah skripsi berjudul Penggunaan Ragam Bahasa Eufemisme dalam Berita di Media Massa Onlineyang disusun oleh Hendri Eko Setiawan (2010) dari Universitas Negeri Malang, tesis berjudul “Eufemisme dalam Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan di Tabloid Nyatayang disusun oleh Sutarman (2012) dari Universitas Sebelas Maret, skripsi berjudul Gaya Bahasa Eufemisme pada Rubrik Hukum dan Kriminalitas Harian Solopos Edisi September-Oktober 2012yang disusun oleh Albar Yudiantoro Putro (2013) dari Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian pertama adalah skripsi berjudul Penggunaan Ragam Bahasa Eufemisme dalam Berita di Media Massa Onlineyang disusun oleh Hendri Eko Setiawan (2010) dari Universitas Negeri Malang. Pada penelitian ini dikaji penggunaan ragam bahasa eufemisme dalam berita di media massa online. Aspek eufemisme yang dikaji meliputi (a) bentuk eufemisme, (b) makna eufemisme, dan (c) fungsi eufemisme. Penelitian ini menggunakan rancangan analisis wacana. Data penelitian ini berupa teks berita di media massa online. Teks berita dikumpulkan dari internet di situs Kompas.com, tvone.co.id, dan pikiran- rakyat.com. Berdasarkan hasil analisis data bentuk eufemisme yang ditemukan dalam penelitian ini berupa (a) pelabelan positif dan negatif, (b) pengonotasian, dan (c) pengiasan. Penggunaan pelabelan, pengonotasian dan pengiasan 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

  • Upload
    buikiet

  • View
    237

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Ada tiga tinjauan pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga studi

tersebut adalah skripsi berjudul “Penggunaan Ragam Bahasa Eufemisme dalam

Berita di Media Massa Online” yang disusun oleh Hendri Eko Setiawan (2010)

dari Universitas Negeri Malang, tesis berjudul “Eufemisme dalam Rubrik

Konsultasi Seks dan Kejiwaan di Tabloid Nyata” yang disusun oleh Sutarman

(2012) dari Universitas Sebelas Maret, skripsi berjudul “Gaya Bahasa Eufemisme

pada Rubrik Hukum dan Kriminalitas Harian Solopos Edisi September-Oktober

2012” yang disusun oleh Albar Yudiantoro Putro (2013) dari Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian pertama adalah skripsi berjudul “Penggunaan Ragam Bahasa

Eufemisme dalam Berita di Media Massa Online” yang disusun oleh Hendri Eko

Setiawan (2010) dari Universitas Negeri Malang. Pada penelitian ini dikaji

penggunaan ragam bahasa eufemisme dalam berita di media massa online. Aspek

eufemisme yang dikaji meliputi (a) bentuk eufemisme, (b) makna eufemisme, dan

(c) fungsi eufemisme. Penelitian ini menggunakan rancangan analisis wacana.

Data penelitian ini berupa teks berita di media massa online. Teks berita

dikumpulkan dari internet di situs Kompas.com, tvone.co.id, dan pikiran-

rakyat.com. Berdasarkan hasil analisis data bentuk eufemisme yang ditemukan

dalam penelitian ini berupa (a) pelabelan positif dan negatif, (b) pengonotasian,

dan (c) pengiasan. Penggunaan pelabelan, pengonotasian dan pengiasan

13

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

14

merupakan bentuk penggunaan eufemisme dalam berita di media massa online.

Makna eufemisme yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi (a) makna

eufemisme bentuk pelabelan positif yang meliputi makna komisif, ekspresif,

representatif, dan makna bentuk pelabelan negatif meliputi makna ekspresif,

representatif, direktif; (b) makna eufemisme bentuk pengonotasian meliputi

makna komisif, representatif,direktif; dan (c) makna eufemisme bentuk pengiasan

yang ditemukan berupa makna representatif, direktif. Fungsi eufemisme yang

ditemukan dalam penelitian ini berupa (a) pelabelan positif (untuk menggugah

rasa simpati dan kesan positif) dan pelabelan negatif (untuk menggugah rasa benci

dan kesan negatif); dan (b) pengonotasian (meninggikan, merendahkan,

menguatkan, dan melemahkan) dan (c) pengiasan untuk menimbulkan atau

menciptakan efek tertentu pada informasi yang disampaikan. Penggunaan gaya

bahasa eufemisme dalam teks berita untuk menghaluskan informasi menyebab

makna yang diterima tidak jelas dan bertafsir. Penggunaan eufemisme dalam

berita politik dan hukum belum tentu bertujuan baik karena bisa saja gaya bahasa

eufemisme dijadikan alat untuk menutupi atau menyamarkan realitas yang

sebenarnya demi kepentingan pribadi dan golongan. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut disarankan kepada wartawan dan pengelola media massa, pembaca media

massa, lembaga atau instansi pendidikan dan peneliti berikutnya. Wartawan dan

pengelola media massa diharapkan dapat menggunakan gaya bahasa eufemisme

dengan tepat agar informasi yang disampaikan kepada khalayak tetap obyektif,

benar, menyeluruh dan berimbang. Pembaca media massa perlu mengkonfirmasi

kebenaran informasi karena informasi dengan penghalusan bahasa atau

eufemisme dapat mengaburkan makna dan memanipulasi fakta. Lembaga atau

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

15

instansi pendidikan diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan

cerminan dalam menemukan fenomena penggunaan eufemisme.

Penelitian kedua adalah tesis berjudul “Eufemisme dalam Rubrik

Konsultasi Seks dan Kejiwaan di Tabloid Nyata” yang disusun oleh Sutarman

(2012) dari Universitas Sebelas Maret. Fenomena kebahasaan dalam kehidupan

sehari-hari yang banyak diabaikan orang dan sekaligus menarik untuk dikaji dari

dimensi linguistik adalah eufemisme. Eufemisme merupakan bagian dari budaya

berbahasa masyarakat nusantara. Keberadaannya telah melekat dalam pikiran dan

perasaan serta mencakup berbagai bidang kehidupan dan profesi masyarakat.

Penggunaan eufemisme di media massa cetak merupakan bagian dari kesantunan

berbahasa tulis yang sangat penting untuk diteliti secara mendalam. Penggunaan

ungkapan eufemisme di Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan di Tabloid Nyata

memiliki tingkat variasi dan frekuensi kemunculan yang cukup tinggi. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ungkapan eufemisme, makna-

makna ungkapan eufemisme, serta mendeskripsikan penggunaan citraan

(imagery) dalam ungkapan eufemisme pada Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan

di tabloid Nyata. Dalam penelitian ini wujud datanya berupa data primer. Data

primer diperoleh dari ungkapan-ungkapan eufemisme yang berbentuk kata, frasa,

maupun singkatan yang terdapat dalam Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan di

Tabloid Nyata edisi bulan November s.d. Desember 2010. Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengumpulan datanya dilakukan

dengan teknik pustaka dan simak catat. Analisis datanya bersifat interaktif, yaitu

analisis dengan menggunakan langkah-langkah reduksi data, klasifikasi, analisis,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Setelah dilakukan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

16

analisis dan pembahasan terhadap bentuk-bentuk ungkapan eufemisme yang

terdapat pada Rubrik Konsultasi Seks dan Kejiwaan (RKSK) di tabloid Nyata

edisi bulan November-Desember 2010, dapat disimpulkan temuan sebagai

berikut: (1) terdapat 5 bentuk penggunaan ungkapan eufemisme yaitu, bentuk

singkatan, jumlah 112 (18,04%), bentuk kata serapan jumlah 245 (39,45%),

bentuk campur kode, jumlah 135 (21,74%), dan bentuk metafora jumlah 80

(12,88%), pencitraan jumlah 49 (7,89%). (2) Deskripsi makna ungkapan

eufemisme yang merupakan kata, istilah, atau singkatan tertentu, misalnya: ML,

Mr. P, Mrs. V, loyo, pisah ranjang, foreplay, petting, dan sebagainya, merupakan

ungkapan eufemisme yang dapat dideskripsikan maknanya secara khusus

berdasarkan konteks pemakaiannya. Deskripsi makna secara keseluruhan terdapat

pada Bab IV laporan hasil penelitian. (3) Penggunaan citraan untuk ungkapan

eufemisme sebagai upaya menghindari penjelasan-penjelasan yang dirasa terlalu

vulgar. Meliputi: citraan penglihatan (visual imagery), citraan perabaan

(tactile/thermal imagery), citraan gerak (movement/kinaesthetic imagery), dan

citraan intelektual (intellectual imagery). Secara umum hasil penelitian ini

mendukung pendapat Salzman dan Elias yang menjelaskan bahwa penutur dapat

mengelak dari ungkapan tabu dengan cara menggantikan/menyulihnya dengan

kata atau ungkapan lain yang dilazimkan dalam masyarakat yang bersangkutan.

Selanjutnya Darma Laksana menyatakan bahwa bentuk-bentuk penyulihan

dengan menggunakan peranti bahasa dapat dilakukan dengan: majas (metafora

dan metonimia), eufemisme, parafrasa, alih kode, diglosia, dan teknonim.

Penelitian ini mendukung pendapat Darma Laksana sekaligus melengkapi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

17

pendapat tersebut dengan temuan baru yaitu bentuk-bentuk eufemisme yang

terdapat di media massa cetak khususnya di RKSK tabloid Nyata.

Penelitian ketiga adalah skripsi berjudul “Gaya Bahasa Eufemisme pada

Rubrik Hukum dan Kriminalitas Harian Solopos”Edisi September-Oktober 2012

yang disusun oleh Albar Yudiantoro Putro (2013) dari Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian

yang berjudul “Gaya Bahasa Eufemisme pada Rubrik Hukum dan Kriminalitas

Harian Solopos edisi September–Oktober 2012” diperoleh sebagai berikut.

Penelitian ini memaparkan bentuk eufemisme, makna eufemisme, dan tujuan

eufemisme. Bentuk eufemisme dalam penelitian ini terdiri dari 49 kosa kata,

diantaranya adalah terganggu kejiwaannya, gangguan psikologis, kehilangan

pekerjaan, dibui/masuk bui, meregang nyawa, buang air kecil, merenggut nyawa,

mendahului pergi untuk selamanya, sepuh, berusia lanjut, renta, memberikan

keterangan palsu, rekayasa, konspirasi, kondisi polos, tak bernyawa, jasad,

kepergian, lady escort, terjaring, budak minuman haram, dikerjai, digilir,

terpengaruh minuman keras, naik pitam, kegiatan melanggar hukum, barang

haram, dihakimi massa, teperdaya, penyalahgunaan, fiktif, tekanan jiwa,

dikurung, jeruji besi, kompensasi materi, buang air kecil, penghuni rumah

tahanan, raib, tak berada, obat terlarang, mengamankan, menggelapkan,

mengelabui, dijemput ajal, menyelengkan/penyelewengan, pelaku kriminalitas,

markup, mantan, rapor merah. Penggunaan eufemisme pada rubrik hukum dan

kriminalitas harian Solopos dalam penelitian ini bertujuan untuk memperhalus

ucapan, menghindari kesan menyeramkan, menghindari kata yang menimbulkan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

18

kesedihan, menghormati orang yang lebih tua/atasan, dan menghindari kata yang

bercitra negatif/vulgar.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan dapat

menjadi bahan referensi untuk membuat penelitian terbaru. Perbedaan yang akan

dimunculkan dalam penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini lebih memfokuskan pada bidang kriminal selain itu penggunaan

sumber data yang memadahi yakni tiga koran. Seiring dengan perkembangan

zaman, media daring seperti koran-koran digital lebih sering digunakan daripada

media cetak. Namun dalam penelitian ini konsisten memakai media massa cetak.

Penelitian ini konsisten dengan media massa cetak karena koran bersifat

repeatable (dapat diulang) maksudnya dapat dibaca berulang-ulang karena

bentuknya yang bisa disimpan. Media massa cetak juga cenderung relatif lebih

murah. Berita-berita yang dimuat di dalam media cetak juga lebih

menginvestigasi, tajam, dan spesifik karena waktu mengedit yang lebih lama.

Selain itu penelitian ini akan membahas tentang bentuk, makna, dan fungsi dari

eufemisme.

B. Landasan Teori

1. Eufemisme

Eufemisme berasal dari bahasa Yunani yaitu euphemizein yang berarti

‘berbicara’ dengan kata-kata yang jelas dan wajar. Eufemisme ini merupakan

turunan dari kata eu’baik’ dan phanai’berbicara’. Secara singkat eufemisme

berarti ‘pandai berbicara, berbicara baik’ (Tarigan, 1985:143). Jadi,

eufemisme itu merupakan ungkapan yang halus yang berperan sebagai

pengganti ungkapan kasar yang dianggap tidak menyenangkan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

19

Ungkapan kasar yang dianggap tidak menyenangkan biasanya

mengganggu pendengar maka harus diganti dengan ungkapan yang

mengandung eufemisme. “Eufemisme (Greek: ‘wellspeaking’) is the practice

of referring to something offensive or indelicate in terms that make it sound

more pleasant or becoming than it really is” (Eufemisme (berasal dari bahasa

Yunani, artinya ‘berbicara baik’) ini dipakai untuk menyebut sesuatu yang

dirasakan mengganggu atau tidak enak, agar terdengar lebih enak atau

menjadi sebenarnya) (Leech, 1974:53). Ungkapan yang dianggap

mengganggu pendengaran haruslah diganti dengan kata-kata eufemisme.

Ungkapan dalam konsep eufemisme tersebut dibentuk dalam rangka

pembentukan citra positif yang berkaitan dengan tata krama sosial. Lebih

jelasnya sesuatu yang mengganggu pendengaran dapat dilihat pada ilustrasi

berikut:

(1) “Korban yang masih SMP mengalami pelecehan seksualdari pamannya sendiri.”

Eufemisme dalam kalimat tersebut adalah pelecehan seksual.

Ungkapan pelecehan seksual merupakan eufemisme dari kata perkosaan,

sodomi, ataupun pencabulan. Jika penggunaan ungkapan perkosaan, sodomi,

ataupun pencabulan digunakan dalam kalimat di atas maka dapat mengganggu

pendengaran. Oleh karena itu harus diganti dengan sesuatu yang dirasa enak

untuk didengar, ungkapan yang dimaksud adalah pelecehan seksual.

Allan dan Burridge juga mengemukakan pengertian dari eufemisme

bahwa

“In short euphemisms are alternatives to diprefered expression,and are used in order to avoid possible loss of face. Thedisprefered expression may be taboo, fear some, distasteful or for

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

20

some other reasons have too many negatif connotations tofelicitous execute speaker’s communicative intention on a given”(bentuk alternatif terhadap ungkapan yang tidak berkenaan, dandigunakan untuk menghindari kehilangan muka. Bentuk ungkapanyang tidak berkenaan tersebut adalah tabu, ketakutan, dan tidakdisenangi atau alasan-alasan yang lain yang memiliki arti negatifuntuk dipilih/dipakai dalam tujuan komunikasi penutur pada situasitertentu) (dalam Rubby, 2008: 57).

Ungkapan memiliki makna kelompok kata atau gabungan kata yang

menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali menjadi kabur).

Bentuk alternatifnya dari ungkapan yang tidak berkenaan adalah dengan

mengganti ungkapan yang kasar tersebut dengan ungkapan yang lebih halus.

Sementara kehilangan muka yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah

rasa malu yang akan dirasakan orang yang menyebut dan yang disebut dalam

ungkapan tersebut. Oleh karena itu ungkapan yang mengandung makna tabu

atau yang dirasa tidak menyenangkan perlu dipilah dan diganti dengan

ungkapan yang mengandung eufemisme dalam tujuan komunikasi tertentu.

Contoh ilustrasi mengenai bentuk alternatif terhadap ungkapan yang tidak

berkenaan adalah sebagai berikut:

(2) “Pelaku menggesekkan kemaluannya saat korbansedang lengah karena penumpang yang berdesakan diKRL.”

Eufemisme dalam kalimat di atas adalah kemaluannya. Kemaluannya

merupakan bentuk alternatif terhadap ungkapan yang tidak berkenaan yakni

dari kata kelaminnya. Penggunaan kata kemaluannya dirasa lebih diterima dan

lebih halus dibandingkan kata kelaminnya yang dianggap tidak sopan untuk

diucapkan. Selain itu bentuk alternatif yang digunakan untuk menghindari

kehilangan muka dapat dilihat pada ilustrasi berikut:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

21

(3) “Wanita tersebut diketahui bekerja sebagai wanitatunasusila.”

Ilustrasi di atas memiliki eufemisme yakni wanita tunasusila.

Ungkapan wanita tunasusila memiliki fungsi sebagai bentuk alternatif untuk

menghindari kehilangan muka dari subjek yang dituju. Wanita tunasusila

merupakan bentuk alternatif dari ungkapan pekerja seks komersial. Jika

ungkapan pekerja seks komersial dianggap lebih memalukan dan sangat

merendahkan derajat dari wanita yang bekerja seperti itu maka ungkapan

wanita tunasusila lebih bisa diterima dan tidak serta merta memalukan bagi

wanita yang seperti itu.

Senada dengan pendapat dari Leech serta Allan dan Burridge, I Dewa

Putu Wijana juga mengemukakan tentang definisi dari eufemisme yaitu

“pemakaian kata atau bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau

bentuk yang ditabukan di dalam bahasa. Pembicaraan eufemisme dalam bab

ini meliputi dua aspek, yakni referensi eufemisme dan manfaatnya“ (Wijana,

2008:78). Pengertian tersebut eufemisme memiliki bentuk larangan atau

bentuk yang ditabukan tergantung dari sudut pandang para penutur

memandang hal tersebut sebagai eufemisme. Penandaan kata atau bentuk lain

sebagai eufemisme dapat dilihat dari referensi yang ditimbulkannya.

Penggunaan eufemisme tersebut memiliki beberapa fungsi bagi para

penuturnya.

Cara menghadirkan asosiasi dan pembentukan citra untuk menjadi

lebih santun dan lebih hormat, maka Geoffrey Leech mengemukakan supaya

menempuh gaya eufemisme:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

22

Words for which affective associations bulk large are by no meanslimited to areas such as race and politics. In private life,unpleasant associations are unavoidable in dealing with suchsubjects as death, disease, crime, and punishment, and it is onthese subjects, as well as on taboo-ridden subjects of sex and theexcretive processes of the body, that euphemism, the linguisticequivalent of disinfectant, has an inevitable influence. (Kata-katayang bagian asosiasinya besar tidak berarti hanya terbatas padakata-kata yang menyangkut ras dan politik. Di dalam kehidupanpribadi, asosiasi yang tidak enak tidak terhindarkan untuk kata-kata seperti: kematian, penyakit, kejahatan dan pidana, dan dalamhal inilah seperti halnya dengan hal-hal tabu, tentang seks dan apa-apa yang keluar dari tubuh, maka eufemisme, yang merupakansemacam penghapus hama dalam bahasa, memberikan pengaruhyang tidak dapat dielakkan.) (Leech, 1974:53).

Berdasarkan ungkapan tersebut, eufemisme tidak hanya bersumber

dari kata-kata tentang ras dan politik sehingga secara tidak langsung bidang

kriminal juga dapat menjadi sumber dari eufemisme. Di dalam bidang

kriminal terdapat asosiasi yang tidak mengenakkan seperti kematian,

kejahatan, serta pidana dimana ungkapan-ungkapan tentang hal tersebut juga

disinggung dalam pernyataan Leech. Kemudian di dalam bidang kriminal

biasanya menggunakan kata yang berhubungan dengan organ tubuh dari

manusia yang banyak dijumpai pada kasus pembunuhan. Hal tersebut dirasa

kurang nyaman untuk dituturkan, oleh karenanya kata-kata dengan unsur

tersebut harus dihapuskan dan diganti kata yang lebih enak didengar.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa eufemisme merupakan bentuk ungkapan yang digunakan

untuk memperhalus ungkapan yang kasar dan berguna menghindari

kehilangan muka, bentuk larangan, serta hal-hal tabu. Ungkapan tersebut

dapat dihaluskan sesuai dengan kebudayaan suatu masyarakat pemakai bahasa

tertentu.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

23

a) Fungsi Eufemisme

I Dewa Putu Wijana dalam kaitannya dengan fungsi eufemisme

mengemukakan fungsi-fungsi eufemisme sebagai berikut:

a. Eufemisme sebagai alat untuk menghaluskan ucapan

b. Eufemisme sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu

c. Sebagai alat untuk berdiplomasi

d. Sebagai alat pendidikan

e. Sebagai alat penolak bahaya (Wijana, 2008:86).

Eufemisme sebagai alat untuk menghaluskan ucapan merupakan

fungsi eufemisme yang paling umum. Kata-kata yang tidak senonoh harus

diungkapkan dengan cara-cara yang tidak langsung guna menghindari

berbagai hambatan atau konflik sosial (Wijana, 2008:86-87). Contoh

penggunaan yang memiliki fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

(4) “Dua korban meninggal seketika dan satu korban yangmasih anak meninggal di RSU Tasikmalaya,” kataKanitlaka Polres Tasikmalaya, Iptu Bambang K.

Kata yang mengandung eufemisme dalam kalimat tersebut adalah

kata meninggal. Kata tersebut memiliki fungsi sebagai alat untuk

menghaluskan ucapan karena berkaitan dengan korban yang ada dalam

berita tersebut keadaannya ditulis oleh jurnalis supaya kata meninggal

terkesan halus atau tidak mengerikan.

Di dalam bidang kedokteran, eufemisme ternyata tidak hanya

berfungsi untuk merahasiakan sesuatu yang mengkhawatirkan orang yang

menderitanya sehingga akan memungkinkan timbul keadaan yang lebih

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

24

buruk (Wijana, 2008:87). Contoh penggunaan eufemisme sebagai alat

untuk merahasiakan sesuatu:

(5) “Para pengidap Carcinoma Mammae di Indonesiacenderung menurun.”

Pada kalimat di atas, kata yang mengandung eufemisme adalah

kata Carcinoma Mammae yang merupakan eufemisme kanker payudara.

Penggunaan kata di atas sering digunakan paramedis untuk

menghindarkan sesuatu yang mengkhawatirkan bagi orang yang

mendengarnya atau yang mengidapnya.

Seorang diplomat, serta pejabat senantiasa dituntut kemampuannya

untuk memberikan penjelasan yang memuaskan kepada bawahannya atau

masyarakat agar tidak menimbulkan akses-akses yang tidak diinginkan

(Wijana, 2008:88). Sebagai contoh penggunaan eufemisme yang berfungsi

untuk alat diplomasi adalah sebagai berikut:

(6) “Pendapat dari anggota DPR Fraksi Golkar akanditampung dahulu oleh pimpinan sidang.”

Eufemisme dalam kalimat di atas adalah ditampung. Ditampung

dalam kalimat di atas memiliki fungsi sebagai alat untuk berdiplomasi.

Fungsi tersebut muncul karena pemimpin sidang menghargai dengan

pendapat dari anggota DPR Fraksi Golkar tersebut meskipun usul yang

diajukan sebenarnya usul yang ditolak.

“Penghalusan ucapan ditanamkan sejak dini kepada anak-anak

memiliki tujuan yang bersifat edukatif. Dalam hal ini, sejak dini anak-

anak diajarkan cara-cara menghindari penyebutan secara langsung kata-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

25

kata yang memiliki nilai rasa kurang sopan” (Wijana, 2008:89). Contoh

penggunaan eufemisme sebagai fungsi tersebut antara lain:

(7) “Jika merasa ingin buang air kecil jangan ditahan.”

Kata buang air kecil dalam kalimat di atas merupakan eufemisme.

Penggunaan kata buang air kecil sebagai fungsi alat pendidikan. Ketika

anak-anak membaca kalimat tersebut mereka akan langsung mengacu

kepada pipis. Orang tua lebih mengajarkan penggunaan kata buang air

kecil daripada kata pipis.

Pemakaian sejumlah kata eufeminisme merupakan salah satu

pencerminan usaha manusia untuk memperoleh ketentraman, keselamatan,

dan kesejahteraan (Wijana, 2008:90). Contoh eufemisme yang berfungsi

sebagai alat penolak bahaya antara lain:

(8) “Nenek menerkam mangsanya di Gunung Merbabu,Jawa Tengah.”

Kata eufemisme yang mengandung fungsi sebagai alat penolak

bahaya adalah nenek. Kata nenek dalam kalimat di atas merupakan

eufemisme dari kata harimau. Masyarakat Jawa khususnya di Jawa

Tengah mengganti kata nenek menjadi kata harimau oleh orang-orang

yang sedang berjalan di hutan agar memperoleh keselamatan.

a) Referen Eufemisme

Referensi eufemisme mengacu pada berbagai jenis acuan.

Seperti yang diungkapkan Leech tentang referensi dari eufemisme

dalam kehidupan yakni

“In private life, unpleasant associations are unavoidable indealing with such subjects as death, disease, crime, andpunishment, and it is on these subjects, as well as on taboo-

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

26

ridden subjects of sex and the excretive processes of thebody, that euphemism, the linguistic equivalent ofdisinfectant, has an inevitable influence” (Di dalamkehidupan pribadi, asosiasi yang tidak enak tidakterhindarkan untuk kata-kata seperti: kematian, penyakit,kejahatan dan pidana, dan dalam hal inilah seperti halnyadengan hal-hal tabu, tentang seks dan apa-apa yang keluardari tubuh, maka eufemisme, yang merupakan semacampenghapus hama dalam bahasa, memberikan pengaruhyang tidak dapat dielakkan) (Leech, 1974:53).

Pada pernyataan tersebut diketahui referensi dari eufemisme

ada pada kata-kata yang berhubungan dengan (1) kematian; (2)

penyakit, (3) kejahatan dan pidana, (4) hal-hal tabu, serta tentang (5)

seks dan apa yang keluar dari tubuh.

1) Kematian

Referensi ini berkaitan erat dengan sesuatu yang buruk

yang dialami oleh seseorang. Biasanya referensi kematian dalam

eufemisme bertujuan untuk menghormati orang yang dituju dalam

kaitannya dengan kematian. Penggunaan kata mati atau tewas

dirasa kurang menghormati orang yang menderitanya. Maka dari

itu dapat diganti dengan referensi kematian lain yang dirasa lebih

halus, yakni kata meninggal ataupun gugur. Penggunaan kata

meninggal biasanya lebih sopan digunakan untuk menyebut orang

yang sudah tidak bernyawa lagi, sedangkan penggunaan kata gugur

biasanya digunakan untuk menyebutkan pahlawan yang sudah

meninggal saat melawan penjajah.

2) Penyakit

Penyakit merupakan hal yang sangat tidak menyenangkan

bagi penderitanya. Terlebih lagi jika penyakit yang diderita oleh

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

27

penderita adalah penyakit yang menjijikkan. Ketika penyakit yang

diderita diungkapkan oleh seseorang biasanya menggantinya

dengan nama penyakit yang lebih halus. Ungkapan tersebut

biasanya juga diungkapkan dalam bidang kedokteran. Referensi

eufemisme berkaitan dengan penyakit seperti epilepsi yang

digunakan untuk menghaluskan kata ayan. Kata ayan dirasa

penyakit yang sangat tidak menyenangkan dan dianggap

menggangu. Oleh karena itu penggunaan kata epilepsi dirasa lebih

menghormati penderitanya.

3) Kejahatan dan pidana

Aktivitas kejahatan dan pindana sering kali disangkutkan

dengan akitvitas yang amoral dan sangat tercela. Hal tersebut

membuat mantan pelakunya sangat malu dan merasa memiliki

derajat yang sangat rendah. Maka dari itu untuk memberi rasa yang

menyenangkan bagi mantan pelakunya, orang biasanya mengganti

ungkapan yang berupa tindak kejahatan dan pidana menjadi lebih

halus. Ungkapan tersebut seperti ditahan yang dirasa kurang

menyenangkan dapat diganti dengan kata diamankan. Ditahan

dapat menimbulkan efek yang menakutkan terhadap pelakunya,

sedangkan diamankan cenderung tidak mengandung resiko yang

lebih negatif.

4) Hal-hal tabu

Hal tabu adalah sesuatu yang dilarang untuk disebutkan

atau diungkapkan oleh seseorang. Biasanya hal-hal tabu tersebut

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

28

sangat berkaitan erat dengan budaya masyarakat setempat. Ada

beberapa hal-hal tabu yang pantang diucapkan oleh orang karena

jika dilanggar akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi

penutur hal tabu tersebut. Seperti pada kata bodoh yang dirasa

kurang menyenangkan dan dapat menimbulkan dampak yang

negatif bagi subjek yang dituju. Maka dari itu kata bodoh dapat

diganti dengan ungkapan kurang pintar. Orang-orang menganggap

tidak ada orang yang bodoh tetapi yang ada hanya orang yang

kurang pintar karena mereka malas belajar. Orang yang memanggil

seorang anak dengan kata bodoh akan membuat anak tersebut tidak

memiliki kemajuan untuk menjadi pintar. Namun jika orang

menyebutkan anak yang kurang pintar akan ada motivasi bagi

anak untuk belajar dan menghilangkan kata kurang tersebut.

5) Seks dan apa yang keluar dari tubuh

Ungkapan yang berhubungan dengan referensi ini sangat

banyak ditemukan di masyarakat. Masyarakat menggunakannya

untuk aktivitas yang positif maupun yang negatif. Pada bidang

medis, referensi eufemisme yang berhubungan dengan seks atau

apa yang keluar dari tubuh digunakan untuk hal yang positif. Dapat

dilihat pada pemakaian kata air mani yang digunakan untuk

menghaluskan kata sperma yang dianggap terlalu vulgar.

Sementara ada masyarakat yang menggunakan referensi seks dan

apa yang keluar dari tubuh untuk hal yang negatif seperti

melecehkan. Kata perkosaan maupun sodomi merupakan kata yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

29

sangat vulgar dan dengan sengaja melecehkan korbannya. Oleh

karena itu ungkapan yang sangat vulgar tersebut dapat diganti

dengan ungkapan yang lebih halus yakni pelecehan sosial.

Sementara itu referensi eufemisme juga dikemukakan oleh I

Dewa Putu Wijana yaitu: “(1) benda dan binatang; (2) bagian tubuh;

(3) profesi; (4) penyakit; (5) aktivitas; (6) peristiwa; (7) sifat atau

keadaan”(2008:79). Wijana mengemukakan tujuh referensi eufemisme

tersebut dengan komponen semantis yang negatif yang dapat

digunakan oleh penuturnya untuk menyerang orang lain. Referen

tersebut untuk menghubungkan kata-kata yang diucapkannya dengan

acuannya.

b) Makna Eufemisme

Bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari adanya

makna setiap ungkapannya. Tidak terkecuali bahasa yang mengandung

eufemisme. Eufemisme memiliki makna denotasi dan makna konotasi

karena eufemisme memiliki kedudukan untuk menggantikan suatu

makna kata atau frasa yang dirasa kurang layak untuk digunakan.

Keduanya makna tersebut memiliki hubungan yang saling

berkebalikan namun berkaitan. Parera mengungkapkan bahwa:

Denotasi adalah makna yang wajar, yang asli, yang munculpertama, yang diketahui pada mulanya, makna sebagaiadanya, makna sesuai dengan kenyataannya, sedangkanmakna konotasi adalah makna yang wajar tadi telahmemperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu,nilai tertentu, dan rangsangan tertentu pula yang bervariasidan tak terduga pula (2004:98).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

30

Makna denotasi merupakan makna yang sesungguhnya. Tidak

ada penambahan perasaan yang menimbulkan makna tersebut menjadi

wajar. Makna yang muncul pada makna denotasi merupakan makna

awal atau pertama yang akan menjadi makna asli. Kata atau frasa yang

mengandung makna denotasi akan memunculkan makna yang

sebenarnya atau sesuai kenyataannya pada kata atau frasa tersebut.

Sementara itu, makna konotasi berkebalikan dengan makna

denotasi. Jika makna denotasi tidak ada unsur campuran perasaan

tertentu, maka makna konotasi telah diberi unsur campuran dari

perasaan tertentu. Sehingga makna yang ditimbulkan menjadi

mengunggah emosi tertentu. Bahkan rangsangan dan nilai dari suatu

ungkapan tertentu memiliki variasi makna yang tidak aslinya.

Makna denotasi juga memiliki berbagai penjelasan.

Kridalaksana mengemukakan makna denotasi yakni “makna kata atau

kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada

sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu;

sifatnya obyektif” (2008:46). Makna denotasi menunjuk seperti apa

adanya sesuatu yang ditunjuk oleh kata tersebut. Penentuan makna

denotasi berdasarkan sifat yang objektif. Sifat tersebut memengaruhi

makna denotasi supaya menjadi makna yang sebenarnya.

“Konotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata

yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau

ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”

(Kridalaksana, 2008:132). Makna dari sebuah kata yang ditambahkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

31

dengan perasaan atau pikiran tertentu akan menimbulkan makna

konotasi. Makna konotasi bukanlah makna sebenarnya.

Penjelasan dari makna denotasi dan makna konotasi berkaitan

dengan eufemisme pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Makna

Denotasi Konotasi

1. Penghinaan Dijemput paksa

2. Jenazah Politik Uang

3. Meninggal Pencucian uang

Contoh dari makna denotasi pada penjelasan tersebut adalah

penghinaan, jenazah, dan meninggal. Kata-kata tersebut memiliki

makna yang sebenarnya atau sama seperti yang tertulis di kamus.

penghinaan yaitu merendahkan kedudukan seseorang. Jenazah berarti

badan atau tubuh seseorang yang sudah meninggal. Kata meninggal

berarti sudah mati. Kata-kata tersebut tidak memiliki makna bahasa

tingkat kedua atau makna kiasan di dalamnya.

Selain makna denotasi ada juga makna konotasi. Makna

konotasi pada contoh di atas adalah dijemput paksa, politik uang, serta

pencucian uang. Frasa-frasa tersebut memiliki makna yang bukan

makna sebenarnya. Frasa dijemput paksa berarti didatangi dan diambil

secara paksa namun tidak dengan kekerasan. Frasa tersebut sebagai

kiasan untuk kata ditangkap yang cenderung terlalu frontal jika dipakai

untuk aktivitas mengambil seseorang. Frasa politik uang memiliki

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

32

makna menggunakan uang yang seharusnya dipakai untuk kegiatan

bersama tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi. Frasa tersebut

merupakan makna konotasi untuk mengganti frasa penyelewengan

dana. Frasa pencucian uang adalah suatu upaya perbuatan untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang/dana atau harta

kekayaan hasil tindak pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar

uang atau harta kekayaan tersebut tampak seolah-olah berasal dari

kegiatan yang sah atau legal. Uang merupakan benda yang dapat rusak

jika terkena air, maka dengan dibuat menjadi makna konotasi

pencucian uang tersebut menjadi makna yang berterima. Makna

konotasi frasa pencucian uang tersebut untuk menggantikan makna

denotasi penyamaran dana.

2. Semantik

Semantik menurut Leech adalah “Semantik (as the study of meaning) is

central to study of communication; and as communication becomes more and

more pressing” (Semantik (sebagai sebuah kajian makna) merupakan pusat

dari kajian komunikasi; dan sebagaimana komunikasi menjadi faktor yang

menjadi semakin krusial dalam organisasi sosial, kebutuhan untuk

memahaminya menjadi semakin diperlukan) (Leech, 1981:7). Ketika penutur

mulai melakukan komunikasi dengan mitra tutur atau dalam sebuah organisasi

diperlukan semantik untuk memahami makna agar tersampaikan kepada mitra

tuturnya. Semantik sangat diperlukan baik dalam bahasa lisan maupun tulis

sebagai bahan komunikasinya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

33

Semantik sebagai pusat dari kajian komunikasi untuk mengkaji kajian

makna. Berdasarkan kajian maknanya, semantik dapat menjadi dua. Veerhar

menyatakan bahwa “perbedaan antara leksikon dan gramatika menyebabkan

bahwa dalam semantik itu kita bedakan pula antara semantik leksikal dan

semantik gramatikal” (Verhaar, 1982:9).

Berbagai definisi dapat mendefinisikan semantik. Selain arti secara

umum, semantik juga bisa dipandang dari arti luas maupun arti sempit.

Tarigan dalam kaitannya dengan arti semantik yaitu:

Semantik dalam arti sempit dapat diartikan sebagai telaah hubungan

tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda

tersebut. Semantik dalam arti luas dapat diartikan sebagai ilmu telaah makna.

Tarigan mengemukakan “semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-

tanda yang menyatakan makna hubungan makna satu dengan makna yang lain

dan pengaruhnya terhadap manusia” (1985:2).

“Semantik adalah salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang

mengkaji arti bahasa atau arti linguistik (lingual meaning atau linguistik

meaning) secara ilmiah” (Subroto, 2011: 1). Dimana arti bahasa sendiri

diartikan sebagai bentuk pengetahuan yang tersimpan di dalam dan terstruktur

di dalam bahasa, dikuasai secara lebih kurang sama oleh para penggunaan

bahasa, serta digunakan dalam komunikasi secara umum dan wajar. Sistem

tanda bahasa itu bersifat lingual dan nonlingual yang memiliki aspek bentuk

(penanda) dan aspek arti (petanda).

Aspek arti adalah bentuk pengetahuan yang ditangkap manakala orang

mendengar atau membaca satuan kata atau satuan frasa atau satuan klausa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

34

tertentu yang dilisankan atau yang dituliskan. Hal tersebut dapat juga dilihat

pada segitiga semantik yang dikemukakan Ricard dan Ogden. Sementara

aspek bentuk adalah semua yang teramati, dapat dipegang atau dirasakan yang

bersifat lahiriah.

Hubungan antara aspek bentuk dan aspek arti di dalam tanda lingual

itu pada bersifat arbitrer atau sewenang-wenang. Maksudnya, tidak terdapat

perhubungan atau koresponden atau relasi yang bersifat spesifik antara

keduanya. Sifat hubungannya bersifat konvensi atau kesepakatan antara

pengguna bahasa itu. Sifat atau ciri arbitrer itu sesuatu yang dominan di dalam

bahasa.

Semantik juga dapat menjadi penanda struktur bahasa yang

berhubungan dengan makna dari ungkapan dan wicara. Menurut Kridalaksana

menyatakan bahwa semantik merupakan “bagian struktur bahasa yang

berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu

wicara” (2008:216). Semantik sebagai sistem dan penyelidikan makna dan arti

dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

2. Satuan Kebahasaana. Kata

Adapun arti dari kata dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana,

2008: 110) adalah “morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan

dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang

bebas”.

1) Kelas Kata

Kridalaksana (2005:51-120) memaparkan pembagian kelas

kata dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

35

a) Verba

Sebuah kata dapat dikategorikan berkategori verba hanya

dari perilakunya dalam frasa, yakni dalam hal kemungkinannya

satuan itu didampingi partikel tidak dalam konstruksi dan dalam

hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke,

dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih atau agak

b) Adjektiva

Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh

kemungkinannya untuk (1) bergabung dalam partikel tidak, (2)

mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih,

sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti –er

(dalam honorer), -if (dalam sensitif), -I (dalam alami) atau (5)

dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil –

keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (Ciri terakhir ini

berlaku bagi sebagian besar adjektiva dasar dan bisa menandai

verba intransitif, jadi ada tumpang tindih di antaranya).

c) Nomina

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak

mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2)

mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.

d) Pronomina

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk

menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut

anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

36

bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi

beberapa di antaranya bisa direduplikasikan, yakni kami-kami, dia-

dia, beliau-beliau, mereka-mereka, dengan pengertian

‘meremehkan’ atau ‘merendahkan’.

e) Numeralia

Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi

nomina dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk

mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung

dengan tidak atau dengan sangat.

f) Adverbia

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi

adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis.

g) Interogativa

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif

yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh

pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.

Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu disebut

anteseden. Anteseden tersebut selamanya ada di luar wacana; dan

karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat

kataforis.

h) Demonstrativa

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk

menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Sesuatu

itu disebut anteseden. Dari sudut bentuk dapat dibedakan antara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

37

(1) demonstratif dasar, seperti itu dan ini, (2) demonstratif

turunan, seperti berikut, sekian, (3) demonstratif gabungan seperti

di sini, di situ, di sana, ini itu, di sana-sini (harap perhatikan

adanya fonem yang berulang).

i) Artikula

Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang

mendampingi nomina dasar, nomina deverbal, pronominal, dan

verba pasif dalam konstruksi eksosentris yang berkategori

nominal.

j) Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori

lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frasa eksosentris

direktif.

k) Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan

satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu

menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.

Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran

maupun tidak setataran. Keanekaragaman bahasa menyebabkan

beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi.

l) Kategori Fatis

Kategori fatis adalah yang bertugas memulai,

mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara

dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

38

dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang

diucapan oleh pembicara dan kawan berbicara.

m) Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan

perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan

dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi bersifat

ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang

lepas atau berdiri sendiri.

2) Afiksasi

Menurut Kridalaksana (2008:3) Afiks adalah bentuk terikat

yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna

gramatikalnya. Jenis-jenis afiks adalah sebagai berikut:

a. “Prefiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian depan

pangkal. Misalnya ber- pada bersepeda” (Kridalaksana,

2008:199).

b. “Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang

pangkal; misal –an pada ajaran” (Kridalaksana, 2008:230)

c. “Infiks adalah afiks yang diselipkan ke dalam dasar”

(Kridalaksana, 2008:93).

d. “Simulfiks adalah afiks yang tidak berbentuk suku kata dan

yang ditambahkan atau dileburkan pada dasar; misal pada

ngopi (pangkalnya kopi)” (Kridalaksana, 2008:222).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

39

e. “Konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua bagian

yang terpisah ; misal ke-an dalam keadaan, kelaparan, dsb”

(Kridalaksana, 2008:130).

f. “Suprafiks adalah afiks yang berupa fonem suprasegmental;

misal pada kata Batak Toba ásora ‘jernih’, asorá ‘macam’”

(Kridalaksana, 2008:231).

Sebagai contoh dari koran dalam penelitian ini adalah

(11) Ahli HTN: Hapus Pasal Penghinaan Presiden

Kata yang mengandung eufemisme dalam kalimat tersebut adalah

kata penghinaan. Dalam KBBI (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2008:499),

kata penghinaan berarti proses, cara, perbuatan menghina(kan);

menistakan: ~ yang dilontarkan kepadanya betul-betul keterlaluan. Kata

penghinaan memiliki kata dasar hina. Dalam KBBI kata hina memiliki arti

rendah kedudukannya (pangkatnya, martabatnya), keji, tercela; tidak baik

(perbuatan, kelakuan), mengetahui kedudukan yang sebenarnya. Kata

penghinaan termasuk dalam kata verba karena mencerminkan sebuah

pekerjaan. Penghinaan terdiri dari prefiks {pe-} + hina.

(12) Pada 2015, lanjut Wika, Pemprov Jateng telahmenganggarkan dana untuk mengentaskan 120peserta anak agar kembali ke sekolah.

Kata yang mengandung eufemisme dalam kalimat tersebut adalah

kata mengentaskan. Dalam KBBI, kata mengentaskan berarti mengentas

untuk orang lain; memperbaiki (menjadikan, mengangkat) nasib atau

keadaan yang kurang baik kepada yang (lebih) baik. Kata mengentaskan

berasal dari kata dasar entas yang diberi afiksasi me-kan. Dalam KBBI

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

40

(Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2008:375) kata entas berarti mengangkat

(dari suatu tempat ke tempat lain); 2 mengeluarkan dari lingkungan cairan;

menyadarkan; memperbaiki nasib. Kata mengentaskan merupakan kelas

kata verba karena kata tersebut mercerminkan pekerjaan atau melakukan

pekerjaan. Mengentaskan terdiri dari konfiks {me-} + entas +{-kan}.

a. Frasa

Definisi dari frasa (Kridalaksana, 2008: 66) “adalah gabungan dari

kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, ada

renggang”. Sementara menurut Abdul Chaer menyatakan frasa adalah

satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif,

atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi

sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994:22).

Ada dua jenis frasa menurut Ramlan (2001: 142) bahwa frasa-frasa

mempunyai distribusi sebagai berikut:

1. Frasa Endosentrik yaitu frasa yang mempunyai distribusi yang

sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah

satu dari unsurnya.

2. Frasa Eksosentrik yaitu frasa yang tidak mempunyai distribusi

yang sama dengan semua unsurnya.

Menurut Andrew Carnie (dalam Faradilah, 2013:19-22)

Berdasarkan kategorinya, frasa dapat digolongkan menjadi lima golongan:

1. Frasa Verba

Verb phrase minimally consists of a single verb followed by

a noun phrase, adverb phrase, and prepositional phrase (Frasa

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

41

verba terdiri dari verba tunggal diikuti oleh frasa nomina, frasa

adverbial, dan frasa preposisi).

2. Frasa Nomina

Noun phrase contains of a noun (usually a proper

[+proper], pronoun [+pron], mass noun [-count], or [plural]),

can be optionally modified by determiners and adjectives

(Frasa nomina terdiri dari nomina (biasanya berupa kata ganti

benda, kata ganti orang, kata benda yang tak dapat dihitung,

dan kata benda jamak), dapat secara opsional dimodifikasi oleh

determiners dan adjektiva).

3. Frasa Adjektiva

Adjective phrase consist of an adjective as head, optionally

proceeded and followed by modifying elements (Frasa adjektiva

terdiri dari adjektiva sebagai induk dan secara opsional

didahului dan diikuti).

4. Frasa Adverbia

Adverb phrase of an adverb as head, optionally proceeded and

followed by modifying elements (Frasa adverbial terdiri dari

adverbial sebagai induk dan secara induk dan secara opsional

didahului oleh unsur-unsur yang menerangkan induk tersebut).

5. Frasa Preposisi

Prepositional phrase consist of preposition followed by a noun

phrase (Frasa preposisi terdiri dari preposisi yang diikuti oleh

frasa nomina).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

42

Contoh frasa dalam kalimat di koran pada data penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(13) Kepala Disnakertransduk Jateng Wika Bintangmengatakan pekerja anak kebanyakan berasal darikeluarga tidak mampu tersebut tersebar dikabupaten/kota.

Pada kalimat di atas, frasa yang mengandung eufemisme adalah

frasa keluarga tidak mampu. Kata mampu sendiri dalam KBBI (Tim

Penyusun Pusat Bahasa, 2008:869) memiliki arti yakni 1 kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu; dapat: ia tidak -- membayar biaya

pengobatan anaknya; kakeknya tidak -- berdiri lagi karena sangat tua; 2

berada; kaya; mempunyai harta berlebih: mereka cukup -- untuk

menyekolahkan anaknya ke luar negeri. Jika dikaitkan dengan kata

keluarga berarti keluarga yang tidak mempunyai harta berlebih. Frasa

keluarga tidak mampu termasuk dalam frasa endosentris karena jika salah

satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis

masih bisa diterima.

(14) Soloraya Darurat Kekerasan Seksual terhadap Anak.

Pada kalimat di atas, frasa yang mengandung eufemisme adalah

frasa kekerasan seksual. Kekerasan dalam KBBI (Tim Penyusun Pusat

Bahasa, 2008:676) berarti 1 perihal (yang bersifat, berciri) keras; 2

perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau

matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang

lain; 3 paksaan. Sementara seksual dalam KBBI (Tim Penyusun Pusat

Bahasa, 2008:1245) berarti 1 berkenaan dengan seks (jenis kelamin); 2

berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

43

Jadi kekerasan seksual merupakan frasa dari perbuatan seseorang yang

menyebabkan kerusakan fisik karena perbuatan seks dengan paksaan.

Frasa kekerasan seksual juga termasuk dalam frasa endosentris karena jika

salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi

sintaksis masih bisa diterima.

1. Media Cetak: Koran

Menurut KBBI (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2008:733) “koran

merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan

sebagainya terbagi dalam kolom-kolom (89 kolom), terbit setiap hari atau

secara periodik”. Koran memiliki nama lain seperti surat kabar atau harian.

Sementara itu Effendy menyatakan bahwa “surat kabar adalah lembaran

tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri

terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan actual mengenai apa

saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembacanya” (Effendy,

1993:241).

Koran memberitakan peristiwa yang terjadi sehari-hari dalam

kehidupan manusia. Koran dijadikan sebagai kegiatan komersial dari penerbit

koran yang bersangkutan. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam sebuah koran

dihasilkan oleh para penulis berita yang biasa disebut dengan nama wartawan.

Wartawan tersebut bertugas untuk menulis kejadian-kejadian menarik yang

terjadi di tengah dan sekitar masyarakat. Sebuah koran biasanya banyak

wartawan yang disebarkan ke berbagai daerah untuk mengumpulkan dan

menulis berita yang menarik dan nantinya akan menjadi isi dari koran

tersebut. Wartawan tersebut bertugas secara resmi atas nama koran yang

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

44

bersangkutan dan mendapatkan bayaran atau gaji dari koran tempat wartawan

tersebut mempublikasikan berita atau tulisannya.

Koran biasanya dicetak dengan kertas yang memiliki biaya rendah

serta ringan karena biasanya setelah dipakai akan dibuang. Koran memuat

berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topik yang tersedia di dalam koran

biasanya yang berisi tentang kriminalitas, politik, olahraga, tajuk rencana,

cuaca, ekonomi, dan lain sebagainya. Koran juga biasanya menampilkan

karikatur atau gambar-gambar kartun yang dijadikan bahan sindiran kepada

masalah-masalah tertentu. Karikatur tersbeut bisa berupa TTS, komik, atau

bentuk hiburan gambar lainnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, koran juga ikut dikembangkan

seperti untuk pemberitaan bidang-bidang tertentu antara lain politik, properti,

industry tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni tertentu atau

partisipan suatu kegiatan tertentu.

Periode penerbitan koran biasanya juga berbeda-beda, namun pada

umumnya koran diterbitkan tiap hari kecuali pada hari-hari libur. Beberapa

negara juga menerbitkan koran sore. Terdapat juga koran mingguan yang

biasanya berbentuk lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan

koran harian dan isinya bersifat lebih ke hiburan.

Sebagai institusi komersil, koran mendapatkan penghasilannya dari

iklan-iklan yang dipasang di koran tersebut. Iklan-iklan tersebut disebar di

berbagai halaman, disisipkan di antara tulisan-tulisan, atau disediakan

halaman-halaman tersendiri yang khusus menampung iklan-iklan. Pemasang

iklan membayar sejumlah tarif tertentu kepada penerbit koran.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

45

Koran biasanya terbit setiap hari, namun ada juga yang terbit secara

mingguan. Koran bermanfaat bagi masyarakat atau negara lain. Tanpa koran,

masyarakat tidak akan mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di luar

lingkungannya. Jadi, koran bisa menjadi sarana bagi masyarakat untuk

meluaskan pandangannya tanpa harus hadir secara langsung untuk menggali

informasi dari kejadian yang bersangkutan.

Menurut Onong Uchjana Effendy (1993:119-121) ada empat ciri syarat

yang harus dipenuhi sebuah koran atau surat kabar:

a. Publisitas (Publicity)

Mengandung arti penyebaran khalayak atau kepada publik. Karena

diperuntukkan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat

kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan

umum. Untuk itu, penerbitan yang meskipun sama dengan surat

kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditujukan

kepada sekelompok orang atau golongan.

b. Periodesitas (Periodecity)

Berarti keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturan ini bisa satu

kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu.

Karena mempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit

buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipun isinya

menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara

periodik dan berkala.

c. Universalitas (Universality)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

46

Berarti kemesraan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai

penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbitan berkala isinya

mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan seperti

majalah kedokteran, arsitektur, koperasi, atau pertanian, tidak

termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditujukan

kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkala, namun bila

isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak

dapat dimasukkan ke dalam kategori surat kabar.

d. Aktualitas (Actuality)

Menurut kata asalnya aktualitas berarti “kini” dan “keadaan

sebenarnya”. Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan

berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporan mengenai

peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai

peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar.

Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah

pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampaikan pentingnya

kebenaran berita.

Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja mengandung

kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatu yang baru saja terjadi. Di

antara media cetak, hanyalah koran yang menyiarkan hal-hal yang baru

terjadi. Pada kenyataannya, memang isi koran beraneka ragam, dan lain-

lain yang bukan merupakan laporan tercepat. Kesemuanya itu sekedar

untuk menunjang upaya membangkitkan minat agar koran bersangkutan

dibeli orang.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

47

a. Solopos

Solopos adalah koran pagi yang terbit di Kota Surakarta,

Jawa Tengah. Koran ini terbit pertama kali pada September 1997.

Penerbitnya adalah PT Aksara Solopos yang juga menguasai

saham Percetakan PT Solo Grafika Utama, Radio Solopos FM, dan

tabloid olah raga Arena. Sejak bulan Mei/Juni, tabloid olahraga

Arena tidak diterbitkan lagi. Koran terbesar di eks-Karesidenan

Surakarta ini didirikan oleh PT Jurnalindo Aksara Grafika

(penerbit harian Bisnis Indonesia) yang kini menguasai 80%

saham. Selebihnya dimiliki oleh karyawan PT Aksara Solopos.

b. Jawa Pos

Jawa Pos berada di bawah naungan Grup Jawa Pos atau

Jawa Pos Group adalah perusahaan yang menaungi lebih dari 151

koran daerah dan nasional, yang paling terkenal adalah koran Jawa

Pos, dan belasan tabloid, majalah, dan televisi daerah. Koran Jawa

Pos pada tahun 2011 mendapatkan penghargaan. World Young

Reader Newspaper of the Year. Kemudian pada tahun 2013 koran

ini mendapatkan penghargaan Asian Media Award di bidang best

in design. Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2014, koran Jawa

Pos mendapatkan penghargaan Asian Media Awards di bidang best

in news photography. Koran Jawa Pos juga mendapatkan

penghargaan dari UNNES karena mampu memberikan dampak

yang edukatif. Hal tersebut termuat dari beberapa kolomnya yang

selalu menampilkan hal-hal yang edukatif. Kemudian dari pada itu

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

48

juga merupakan misi koran tersebut untuk dapat mencerdaskan

kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Tengah.

c. Kompas

Koran Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang

berkantor pusat di Jakarta. Koran Kompas diterbitkan oleh PT

Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kelompok

Kompas Gramedia (KG). Untuk memudahkan akses bagi pembaca

di seluruh dunia, Kompas juga terbit dalam bentuk daring bernama

KOMPAS.Com yang dikelola oleh PT Kompas Cyber Media.

KOMPAS.Com berisi berita-berita yang diperbarui secara aktual

dan juga memiliki sub kanal koran Kompas dalam bentuk digital.

Koran Kompas adalah satu di antara dua koran di Indonesia

yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations (ABC). Koran

lainnya yang juga diaudit adalah Warta Kota.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

49

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh penulis untuk

menganalisis dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir

dalam penelitian ini melibatkan berbagai faktor yang ada. Kerangka pikir dalam

penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

Kalimat yang mengandung eufemisme

Berita bidang kriminal pada koran

Solopos, Jawa Pos, dan Kompas edisi

Agustus-Oktober 2015

Bentuk eufemisme menurut

teori Leech

Makna dan fungsi eufemisme

menurut teori Parera dan Wijana

Simpulan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR - Portal …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212013_bab2.pdf · dan kesan negatif); dan (b ) ... berita politik dan hukum belum tentu

50

Penjelasan dari bagan kerangka pikir di atas adalah sebagai berikut.

Penelitian ini menggunakan data kalimat yang mengandung eufemisme. Koran

Solopos, Jawa Pos, dan Kompas Edisi Agustus-Oktober 2015 untuk dijadikan

sumber data. Koran memiliki berbagai bidang yang dijadikan pemberitaan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu maka diambil berita bidang

kriminal pada koran Solopos, Jawa Pos, dan Kompas Edisi Agustus-Oktober

2015. Setelah data terkumpul, selanjutnya menentukan objeknya dan

mengklasifikasikannya. Klasifikasi tersebut berdasar bentuk, makna dan fungsi,

sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini. Analisis bentuk, makna dan fungsi

didasarkan pada teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis bentuk

eufemisme menggunakan teori Geoffrey Leech. Analisis makna eufemisme

menggunakan teori Josh Daniel Parera dan untuk menganalisis fungsi eufemisme

menggunakan teori I Dewa Putu Wijana. Setelah dianalisis berdasarkan

klasifikasinya maka dapat ditemukan simpulan. Simpulan yang ditemukan yaitu

jumlah data dari tiap klasifikasi.