28
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelaksanaan Keluarga Berencana 1. Pengertian keluarga Berencana. Menurut WHO Expert komite 1997 dalam Saifuddin (2006), Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: mendapatkan objektif objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. 2. Tujuan Keluarga Berencana Tujuan keluarga berencana menurut Yetti Anggraini (2012) adalah: a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa. Mengurangi angka kelahiran, memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas termasuk upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. 3. Sasaran Program KB. a. Sasaran Langsung. Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang perempuan berusia 15 49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Keluarga Berencana

1. Pengertian keluarga Berencana.

Menurut WHO Expert komite 1997 dalam Saifuddin (2006), Keluarga

berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

istri untuk: mendapatkan objektif – objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol waktu kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak

dalam keluarga.

2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan keluarga berencana menurut Yetti Anggraini (2012) adalah:

a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya.

b. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan

bangsa. Mengurangi angka kelahiran, memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas termasuk upaya

menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi.

3. Sasaran Program KB.

a. Sasaran Langsung.

Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang perempuan berusia 15 – 49

tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

9

melakukan hubungan seksual dan dalam setiap kegiatan seksual dapat

mengakibatkan kehamilan. Atau pasangan suami istri, dan istri berusia

kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri berusia lebih dari 50

tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2011).

b. Sasaran tidak langsung.

1) Kelompok usia 15 – 19 tahun, remaja ini bukan merupakan target

untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung, tetapi

merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan

seksual akibat telah berfungsinya alat – alat reproduksi. Sehingga

program KB disini lebih berupaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan atau aborsi.

2) Organisasi atau lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah

maupun swasta, tokoh masyarakat, yang diharapkan dukungannya

dalam pelembagaan NKKBS.

3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

4. Akseptor Keluarga Berencana

a. Pengertian

Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning

Participant) yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang

menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan

pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program

(BKKBN Jatim, 2011).

b. Jenis – jenis akseptor KB.

1) Akseptor aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini menggunakan

cara atau alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau

mengakhiri kesuburan.

2) Akseptor Aktif Kembali yaitu: Pasangan Usia subur yang telah

menggunakan kontrasepsi selama 3 bulan atau lebih yang tidak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

10

diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara / alat

kontrasepsi baik dengan cara yang sama atau berganti cara setelah

berhenti 3 bulan berturut – turut bukan karena hamil.

3) Akseptor KB baru, yaitu: Akseptor yang baru pertama kali

menggunakan alat / obat kontrasepsi atau PUS yang kembali

menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.

4) Akseptor KB dini, yaitu: Para ibu yang menerima salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau

abortus.

5) Akseptor Langsung, yaitu: Para istri yang memakai salah satu cara

kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

6) Akseptor drop out, yaitu: Akseptor yang menghentikan kontrasepsi

lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

5. Tempat Pelayanan KB

Pelayanan KB diberikan di berbagai unit baik oleh pemerintah maupun

swasta, dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang

sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain Rumah sakit,

Puskesmas, Dokter praktek swasta, bidan praktek swata dan bidan desa.

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

Menurut Hartanto (2004), tujuan KIE adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek Keluarga Berencana

sehingga tercapai penambahan peserta baru.

b. Membina kelestarian peserta KB.

c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin

berlangsungnya proses penerimaan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

11

Menurut media yang digunakan, KIE dapat diberikan melalui:

a. Radio.

b. Televisi.

c. Mobil atau unit penerangan.

d. Penerbitan atau publikasi, Surat kabar maupun film.

e. Kegiatan Promosi ataupun pameran.

B. Kontrasepsi

1. Pengertian kontrasepsi.

Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra

berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi berarti pertemuan antara

sel telur wanita (Ovum) yang sudah matang dan sel mani pria (Sperma)

yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel

sperma tersebut (BKKBN Jatim, 2011).

2. Cara Kerja Kontrasepsi.

Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi menurut BKKBN (2011) adalah

meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma)

dengan cara:

a. Menekan Keluarnya sel telur.

b. Menghalangi masuknya sel sperma kedalam saluran kelamin wanita

sampai mencapai ovum.

c. Menghalangi nidasi.

3. Efek samping

Efek samping adalah penyulit atau perubahan fisik dan psikis yang

timbul akibat dari panggunaan alat / obat kontrasepsi tetapi tidak

berpengaruh serius terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

12

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien, kerena masing – masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan

individual bagi setiap klien. Namun secara umum, persyaratan metode

kontrasepsi yang ideal adalah:

a. Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi berat jika

digunakan.

b. Berdaya guna, artinya jika digunakan sesuai aturan akan dapat

mencegah kehamilan.

4. Macam – macam Metode Kontrasepsi

Terdapat berbagai cara kontrasepsi, baik kontrasepsi alami maupun

modern. Kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan dewasa ini

adalah kontrasepsi oral, suntikan dan kontrasepsi mantap dengan operasi

tubektomi. Kontrasepsi oral diperkirakan digunakan oleh lebih dari 55

juta wanita di dunia, sedang kontrasepsi suntikan lebih dari 10 juta

wanita di dunia, dengan efektifitas (99,98% - 100%) meskipun belum

dapat dikatakan 100 % aman, Staff Pengajar Farmakologi (2004).

a. Kontrasepsi Alami.

1) Koitus Interuptus.

Metoda kontrasepsi dengan cara menarik penis sebelum ejakulasi

guna menjcegah sperma masuk ke dalam vagina.

a) Keuntungan: Tidak menggunakan obat, alat, nyaman dan

tidak memerlukan biaya.

b) Kerugian: Tidak ada perlindungan terhadap infeksi menular

seksual dan angka kehamilan tinggi (sperma bisa terdapat

dalam cairan praejakulasi).

c) Efektifitas: Pada penggunaan yang sempurna, angka

kehamilan diperkirakan mencapai 4 %, dan pada penggunaan

yang biasa mencapai 19 %, (Sinclair, 2009).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

13

2) Metoda Pantang Berkala.

Dikenal juga sebagai puasa senggama dan kesadaran masa subur.

a) Cara kerjanya yaitu dengan puasa senggama selama kurun

waktu kemungkinan dalam masa subur. Salah satu cara

menentukan tanggal masa subur adalah :

(1) Mengurangi 18 hari siklus hari terpendek, untuk

menentukan awal dari masa suburnya.

(2) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk

menentukan akhir dari masa subur.

b) Keuntungan: tingkat mengandalkan diri sendiri tinggi,

pasangan ikut terlibat, tidak ada efek samping, murah.

c) Kerugian: tidak terlindung dari infeksi menular seksual,

memerlukan kerjasama pasangan, metode ini tidak efektif

selama masa laktasi ketika secret dan siklus menstruasi

berubah.

d) Efektifitas: jika digunakan dengan sempurna metode

kalender mempunyai efektifitas 91 % dan angka kegagalan

sekitar 20 %.

b. Metode kontrasepsi Modern.

1) Kontrasepsi suntik.

a) Menurut Ida Ayu Manuaba, jenis Kontrasepsi suntikan ada :

(1) Depoprovera

Mengandung progesterone sebanyak 150 mg dalam

bentuk partikel kecil dan diberikan setiap 12 minggu.

(2) Cyclofem

Mengandung progesterone sebanyak 50 mg dan estrogen,

yang disuntikkan setiap bulan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

14

(3) Norigest

Turunan dari testosterone yang disuntikkan setiap 8

minggu.

b) Cara Kerja

Cara kerja suntikan menurut Hartanto, 2004:

(1) Primer : Mencegah Ovulasi

Kadar FSH dan LH menurun, respons kelenjar hipophyse

terhadap gonadotropin realizing hormone tidak berubah,

sehingga member kesan proses terjadi di hipothalanus

daripada di kelenjar hipophise.

Pada pemakaian depoprovera endometrium menjadi

dangkal dan atrofi dengan kelenjar kelenjar yang tidak

aktif. Sering stroma menjadi oedematus.

(2) Sekunder

- Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga

menjadi barier terhadap spermatozoa.

- Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk

implantasi .

- Kemungkinan mempengaruhi kecepatan transport

ovum dalam tuba falopii.

c) Efektifitas.

Efektifitas tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman,

kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok

untuk ibu – ibu yang sedang menyusui. Angka kegagalan 0 –

0.8 % .

d) Keuntungan

(1) Suntikan KB Cylofen yang diberikan setiap bulan, maka

peserta KB akan mendapatkan menstruasi setiap bulan.

(2) Pemberian sederhana setiap 8 sampai dengan 12 minggu.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

15

(3) Tingkat efektifitasnya tinggi.

(4) Hubungan seks tidak ada kendala.

(5) Pengawasan medis yang ringan.

(6) Dapat diberikan pada pasca persalinan, pasca keguguran

dan pasca menstruasi.

(7) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh

kembang bayi.

e) Kerugian

(1) Terjadinya perubahan pola haid yang tidak teratur,

perdarahan, bercak, atau spoting. Mual, sakit kepala, nyeri

payudara ringan. Ketergantungan klien terhadap pelayanan

kesehatan.

(2) Efektifitas berkurang jika digunakan bersamaan dengan

pemakaian obat – obat epilepsy.

(3) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

f) Kontra Indikasi

WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi

suntikan pada kehamilan, karsinoma patudara, karsinoma

traktus genetalia, perdarahan abnormal uterus. Pada wanita

yang menderita diabetes atau riwayat diabetes selama

kehamilan harus dilakukan follow up dengan teliti, karena dari

beberapa percobaan laboratorium ditemukan bahwa

dipoprovera mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

(Hartanto, 2004).

g) Efek Samping

(1) Gangguan haid, hal ini paling sering terjadi dan paling

menggangu. Amenore, paerdarahan irregular, perdarahan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

16

bercak atau spotting, perubahan dalam frequensi, lama dan

jumlah darah yang keluar.

(2) Sakit Kepala. Insident sakit kepala terjadi 1 – 17 % pada

akseptor KB suntik.

(3) Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal yang lain,

maka dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala, pusing,

menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah.

Kadangkala ibu mengeluh libido berkurang (Mohtar,

1998).

h) Cara Penggunaan

Suntikan KB yang pertama kali, sebaiknya diberikan pada hari

ke lima sampai ke tujuh hari pertama dari siklus haid. Untuk

suntikan jenis depoprovera harus dikocok dengan baik terlebih

dahulu, dan harus disuntikkan dalam dalam pada jaringan otot.

Dan tidak dilakukan massage pada tempat penyuntikan untuk

menjaga efektifitas obat, (Hartanto, 2004).

2) PIL Oral Kombinasi (POK)

Merupakan kontrasepsi kombinasi antara estrogen dan

progesterone.

a) Jenis Pil kontrasepsi :

(1) POK dengan estrogen 80 – 100 mcg

Merupakan dosis paling tinggi, dedapat mungkin untuk

dihindari karena dapat menimbulkan komplikasi yang

serius.

(2) POK dengan dosis estrogen < 30 mcg.

Merupakan dosis yang paling rendah, umumnya kurang

disukai karena terjadi bercak, perdarahan, dan pil – pil

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

17

yang lupa diminum dapat memperbesar timbulnya ovulasi

dan / atau bercak perdarahan.

(3) POK dengan dosis estrogen 30 – 50 mcg

Merupakan jenis POK yang paling banyak dipakai saat

ini.

b) Cara Kerja.

Dasar dari pil oral adalah meniru proses proses alamiah. Pil

oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan

progesterone oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormone

ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga

menekan realizing factors di otak yang akhirnya mencegah

ovulasi.

c) Efektifitas.

Secara teoritis hampir 100 persen, dengan angka kegagalan

0.1 – 1.7 (Saifudin, 2006).

d) Keuntungan

(1) Efektivitas tinggi

(2) Pemakai Pil Kb dapat hamil lagi, bilamana menghendaki

kesuburan dapat kembali dengan cepat.

(3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.

(4) Siklus haid menjadi teratur.

(5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea).

(6) Kadang – kadang dapat dipakai untuk memancing

kesuburan pada kasus infertile karena proses kerja pil.

(7) Dapat digunakan untuk mengobati wanita dengan

perdarahan yang tidak teratur.

e) Kontra Indikasi.

Tidak dianjurkan bagi perempuan yang hamil atau diduga

hamil, menyusui eksklusif, menderita penyakit

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

18

tromboplebitis, tromboembolik, serebrovaskuler, oklusi

Koroner, gangguan fungsi hepar, kanker payudara,

hiperlipidemia, diabetes, migraine, hipertensi, epilepsy, dan

perempuan yang tidak menggunakan pil secara teratur setiap

hari (H. Hartanto, 2004)

f) Efek Samping

(1) Gejala pseudo pregnancy seperti: mual, muntah, payudara

membesar dan terasa lebih nyeri, nafsu makan dan berat

badan bertambah, rasa lelah dan depresi.

(2) Gejala yang berhubungan dengan siklus haid seperti:

lamanya haid menjadi lebih singkat, jumlah darah haid

berkurang, tidak haid (amenorea), perdarahan

bercak/spotting.

3) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

a) Jenis Minipil

(1) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 levonogestrel

(2) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogestrel

b) Cara Kerja Minipil

(1) Menekan sekresi gonadotropin, dan sontesis steroid seks

di ovarium.

(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal,

sehingga implantasi lebih sulit.

(3) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat

penetrasi sperma.

(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

19

c) Keuntungan Minipil

(1) Dapat diberikan pada wanita yang menderita

tromboembolik, karena tidak meningkatkan pembekuan

darah.

(2) Tidak mempengaruhi ASI.

(3) Megurangi nyeri haid.

(4) Cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang

disebabkan oleh estrogen : sakit kepala, hipertensi, nyeri

tungkai, cloasma, berat badan bertambah dan mual

muntah).

d) Kerugian Minipil

(1) Karena tidak mengandung estrogen, minipil menambah

kejadian perdarahan bercak / spoting, variasi panjang

siklus haid, kadang amenorea.

(2) Minipil kurang effective dalam mencegah kehamilan

ektopic, dibanding dengan mencegah kehamilan

intrauterine.

e) Kontra Indikasi

(1) Hamil atau diduga hamil.

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.

(3) Sering lupa meminum Pil.

(4) Riwayat Stroke, karena minipil menyebabkan spasme

pembuluh darah.

(5) Tidak sedang menggunakan obat epilepsy dan rifampisin,

karena dapat menurunkan efektifitas minipil.

f) Efek Samping

Terjadi perubahan pola haid, spoting, sakit kepala ringan dan

peningkatan berat badan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

20

4) IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

a) Pengertian IUD

Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi

yang di pasang di dalam rahim yang relative lebih efektif jika

dibandingkan dengan pil, suntik dan kondom. AKDR terbuat

dari plastik elastik dililit tembaga atau campuran tembaga

dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti

fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2 – 10

tahun.

b) Penggolongan IUD menurut Hartanto :

(1) Un-medicated devices = Inert devices.

Misalnya: Grafenberg ring, Ota ring, Margulies coil,

lippes loop dan delta loop.

(2) Medicated devices

Misalnya: CuT-200, Cu-7, ML Cu-250, Nova-T, dan

Delta- T.

(3) Mengandung Hormon: Progesterone atau levonorgestrel.

Misalnya : Alza-T, LNG-20

c) Mekanisme kerja

Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan (H.

Hartanto, 2004).

(1) Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam

cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah

dibuahi terganggu.

(2) Produksi local prostaglandin yang meninggi yang

menyebabkan keterlambatan implantasi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

21

(3) Gangguan / terlepasnya blastosit yang telah berimplantasi

di dalam endometrium.

(4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba

falopii.

(5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.

(6) Untuk IUD yang mengandung Cu akan mengganggu

pengambilan estrogen endogenus oleh mukosa uterus,

mengganggu jumlah sel DNA yang ada dalam

endometrium, mengganggu metabolism glikogen.

(7) Untuk IUD yang mengandung hormone progesterone,

gangguan proses pematangan proliferative sekretoir

sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan

tergamnggunya proses implantasi. Dan lendir servik akan

menjadi lebih kental karena pengaruh progestin.

d) Efektifitas.

Sebagai alat kontrasepsi, efektifitas IUD sangat tinggi untuk

mencegah kehamilan dalam waktu yang lama. Angka

kehamilan dengan IUD antara 0,6 – 0,8 per 100 wanita pada

tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan, dan

IUD dapat efektif segera setelah pemasangan, (Saifuddin,

2006).

Menurut Hartanto (2004) angka efektifitas IUD tergantung

pada variable administrative pasien dan medis, termasuk

kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan

ekspulsi dari akseptor, kemampuan akseptor untuk

mengetahui adanya ekspulsi, dan kemudahan akseptor untuk

mendapatkan pertolongan medis.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

22

e) Keuntungan

(1) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena

rasa aman terhadap resiko kehamilan.

(2) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran.

(3) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut atau

dibuka.

(4) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan

kehamilan dalam jangka panjang.

(5) Tidak terpengaruh factor lupa dari pemakai.

(6) Tidak ada efek samping hormonal.

(7) Tidak mengganggu laktasi.

(8) Tidak berinteraksi dengan obat obatan.

f) Kontra Indikasi

(1) Infeksi pelvis yang aktif (akut/ sub akut) termasuk

persangkaan gonorrhea atau Chlamydia.

(2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan.

(3) Patner seksual yang banyak.

(4) Kesulitan memperoleh pertolongan gawat darurat jika

terjadi komplikasi.

(5) Pernah mengalami infeksi pelvis yang rekuren, post

partum- endometriosis, atau abortus febrilis dalam tiga

bulan terakhir.

(6) Cervisitis akut atau purulent, kanker mulut rahim atau

kanker alat reproduksi lainnya.

(7) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.

(8) Pernah mengalami infeksi pelvis dan masih menginginkan

kehamilan selanjutnya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

23

(9) Gangguan respons tubuh terhadap infeksi (AIDS, diabetes

mellitus, pengobatan dengan kortikosteroid dll).

(10) Kelainan pembekuan darah (H. Hartanto, 2004).

g) Waktu pemasangan IUD

(1) Setiap waktu dalam siklus haid, sehingga dapat dipastikan

klian tidak sedang hamil.

(2) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau

setelah 4 minggu pasca persalinan.

(3) Setelah keguguran, segera atau setelah 7 hari jika tidak

ada gejala infeksi.

h) Efek Samping

(1) Rasa sakit dan perdarahan.

(2) Embedding dan Displacement. IUD tertanam dalam –

dalam di endometrium atau myometrium.

(3) Kemungkinan infeksi lebih tinggi.

(4) Keputihan, kemungkinan disebabkan oleh reaksi organ

genital terhadap benda asing, biasanya terjadi pada bulan

–bulan pertama.

(5) Disporenia (nyeri saat koitus) keluhan biasanya pada

pihak suami, karena benang yang panjang atau

pemotongan yang runcing.

(6) Kemungkinan kehamilan ektopik, diperkirakan satu dari

30 kehamilan adalah kehamilan ektopik pada akseptor KB

IUD.

(7) Ekspulsi, Insiden tertinggi dari ekspulsi adalah dalam 3

bulan pertama setelah insersi, dan yang paling sering

terjadi adalah selama haid.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

24

5) Implant

Disebut juga AKBK atau alat kontrasepsi bawah kulit.

a) Macam – macam implant:

(1) Norplant (6 kapsul) berisi hormone Levonorgestrel, daya

kerja 5 tahun.

(2) Norplant-2 (2 batang) berisi hormone Levonorgestrel,

daya kerja 3 tahun.

(3) Satu batang, berisi hormone ST-1435 daya kerja 2 tahun.

(4) Satu batang berisi hormone 3-keto dogestrel, daya kerja

2,5 – 4 tahun.

b) Efektivitas Implant

(1) Angka kegagalan norplant kurang dari 1 pe 100 wanita

pertahun dalam 5 tahun pertama.

(2) Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan

pada tahun ke enam 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.

(3) Norplant-2 sama efektifnya dengan norplant. Dan terjadi

kehamilan setelah 3 tahun pemakaian.

c) Mekanisme Kerja Implant

(1) Mekanisme kerja implant yang tepat belum jelas benar.

(2) Implant hanya berisi progestin saja untuk mencegah

ovulasi, mengambat perkembangan siklis dari

endometrium, perubahan lendir servik menjadi kental dan

menghambat pergerakan spermatozoa.

(3) IUD merupakan benda asing dalam rahim, sehinggan

menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan,

leukosit, macrofag dam limfosit.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

25

(4) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan

prostaglandin yang menghalangi kapatisasi spermatozoa.

(5) Pemadatan endometrium oleh leukosit, macrofag dan

limfosit, menyebabkan blastosit mungkin dirusak oleh

macrofag.Sehingga blastosit tidak mampu bernidasi.

(6) Ion Cu yang keluar dari IUD menyebabkan gangguan

gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan

untuk melaksanakan konsepsi ( Manuaba, 1998).

d) Keuntungan norplant

(1) Efektivitasnya yang tinggi.

(2) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak ada efek

samping yang disebabkan estrogen.

(3) Setelah dipasang tidak perlu ada tindakan apa – apa lagi.

e) Kerugian Implant

(1) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga yang

terlatih.

(2) Biaya lebih mahal.

(3) Sering terjadi perubahan pola haid.

(4) Implant kadang kadang dapat terlihat oleh orang lain.

(5) Akseptor tidak dapat menghentikan implant

sekehendaknya sendiri.

f) Efek samping implant

(1) Efek samping paling utama adalah perubahan pola haid.

(2) Bertambahnya hari – hari perdarahan dalam satu siklus,

spoting, berkurangnya panjang siklus haid, maupun

amenorea.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

26

(3) Kadang – kadang terasa nyeri di tempat pemasangan.

(4) Infeksi pada daerah insersi.

(5) Pada sebagian akseptor terjadi perdarahan yang irregular

6) Kondom

a) Macam – macam kondom berdasar bahan dasarnya, menurut

Hartanto ( 2004 ), adalah ;

(1) Kulit, terbuat dari membrane usus biri – biri, tidak

meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh,

sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas

senggama, lehih mahal dan jumlahnya < 1 % semua jenis

kondom.

(2) Lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastik.

(3) Plastik, paling tipis, juga menghantarkan panas tubuh,

lehih mahal dari lateks.

b) Efektifitas.

Kegagalan kondom hanya bisa terjadi jika kondom bocor atau

robek, pemakaian kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk

pemakaiannya. Angka kegagalan 13 – 38 % (Hartanto, 2004).

c) Keuntungan Kondom

(1) Memberi perlindungan terhadap penyakit akibat

hubungan seksual.

(2) Relatif murah, sederhana, ringan disposable dan mudah

didapatkan, dibeli bebas di apotik.

(3) Reversible.

(4) Pria ikut aktif dalam program KB.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

27

d) Kerugian

(1) Angka kegagalan relative tinggi.

(2) Perlu penghentian sementara aktivitas dan spontanitas

hubungan seksual guna memasang kondom.

(3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus

menerus pada setiap senggama.

e) Kontra Indikasi.

(1) Pria dengan ereksi yang tidak baik.

(2) Riwayat syok septic.

(3) Alergi terhadap latek atau lubrikan pada pathner seksual.

(4) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.

f) Efek Samping

Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa

waktu, menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang

banyak, dan berbau. Sebagian akseptor mengeluh alergi

terhadap karet. Keluhan yang utama adalah berkurangnya

sensitivitas gland penis, pelumas kurang atau tekanan saat

ejakulasi (Mochtar, 2005).

7) MOW (Medis Operatif wanita)

a) Mekanisne kerja

Oklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang

cincin) sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.

b) Efektifitas

Sangat efektif dan dapat segera efektif post operatif.

Diperkirakan 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama 1

tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2006).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

28

c) Keuntungan

(1) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

(2) Tidak bergantung pada faktor senggama.

(3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko

kesehatan yang serius.

(4) Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan

anastesi local.

(5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

(6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

(7) Kerugian / keterbatasan.

(8) Sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat

dipulihkan kembali) kecuali dengan metode rekanalisasi.

(9) Klien dapat menyesal di kemudian hari.

(10) Rasa sakit / ketidaknyamanan dalam jangka pendek

setelah tindakan.

(11) Dibutuhkan dokter terlatih (Specialist ginekologi/

specialis bedah) untuk melakukan tindakan.

d) Kontra Indikasi

(1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).

(2) Perdarahan pervaginal yang belum jelas (perlu

dievaluasi).

(3) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah

tersebut disembuhkan atau dikontrol).

(4) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di

masa datang, (Saifuddin. dkk, 2006).

e) Efek Samping

(1) Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

29

(2) Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi.

(3) Sedikit sekali kematian yeng berhubungan dengan

anastesi. (Hartanto, 2004).

C. Faktor – Factor Dalam Memilih Metode Kontrasepsi :

Menurut Hartanto (2004), faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan

kontrasepsi adalah:

1. Faktor pasangan (Motifasi dan Rehabilitas):

Umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan,

pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu, sikap kewanitaan, dan

sikap kepriaan.

2. Faktor Kesehatan (Kontraindikasi relative dan absolut) :

Status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan panggul.

3. Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian

berkesinambungan): Efektivitas, efek samping minor, kerugian,

komplikasi yang potensial dan biaya.

Sedangkan menurut Wulansari (2007), secara umum seseorang memilih

metoda kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

pengetahuan, sikap, status kesehatan, faktor ekonomi, budaya, pendidikan,

gaya hidup, efektifitas, dan biaya.

D. Pengetahuan Akseptor KB

Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dari manusia yang hanya sekedar

menjawab ‘what’ misalnya apakah kontrasepsi, jenis kontrasepsi, efek

samping, dan penggunaannya. Hal ini terjadi setelah akseptor KB melakukan

penginderaan terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung dan telinga) (Notoatmodjo, 2010).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

30

Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam hubungannya objek

tertentu yang disadari sebagai ‘ada’ atau terjadi. Pengetahuan pada dasarnya

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk

dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, (Notoatmodjo, 2010).

1. Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu

Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali

terhadap suatu yang specifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

b. Memahami.

Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan diinterpertasikan secara benar.

c. Aplikasi

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus- rumus prinsip-prinsip

dan sebagainya dalam kontex dan situasi yang lain.

d. Analisa

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen

komponen tapi masih dalam standar organisasi dan masih ada kaitan

satu dengan yang lainnya.

e. Sintesa

Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru didesain, kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk

menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

31

f. Evaluasi

Kemampuan untuk memasukkan justifikasi atas penelitian terhadap

situasi materi atau objek penelitian tersebut berdasarkan suatu kriteria

yang telah ada.

2. Cara memperoleh pengetahuan :

a. Cara Non Ilmiah

(1) Coba – coba salah ( Trial error )

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Jika seseorang

mengalami masalah, cara penyelesaiannya dilakukan dengan coba-

coba saja.

(2) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

(3) Cara Kekuasaan (Otoria)

Pengetahuan diperoleh dari kekuasaan atau otoria baik otoria

pemerintah, tradisi, pemimpin agama maupun ahli – ahli ilmu

pengetahuan.

(4) Pengalaman pribadi.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada

masa lampau.

(5) Cara akal sehat.

(6) Melalui jalan pikiran

Dalam memdapatkan kebenaran pengetahuan, manuasia

menggunakan jalan pikirannya baik induksi maupun deduksi.

(7) Induksi.

Pembuatan kesimpulan berdasarkan pengalaman pengalaman

empiris yang ditangkap oleh indera, kemudian disimpulkan dalam

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

32

suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami

suatu gejala.

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini dengan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut sebagai

metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian. Dimana cara ini

mula- mula dengan mengadakan penelitian secara langsung terhadap

gejala – gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil

pengetahuannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan

diambil kesimpilan umum (Notoatmodjo, 2010).

3. Faktor – factor yang mempengaruhi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dimiliki seseorang

dipengaruhi oleh factor factor berikut:

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah untuk menerima

hal – hal baru dam mudah menyasuaikan dengan hal – hal baru

tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak, akan

memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh pada tingkatan pengetahuan seseorang

karena informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan

yang lebih jelas.

d. Pengalaman

Pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya adalah pendidikan yang lebih tinggi, pengalamannya akan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

33

lebih luas, umur yang bertambah maka pengalaman juga akan

bertambah.

e. Sosial ekonomi.

Merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

dan bersosialisasi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan

angket, yang bertujuan untuk menanyakan atau mengetahui tentang isi

materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan yang akan diukur atau

yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

tentang kontrasepsi baik pengertian, macam kontrasepsi, cara kerja,

efek samping, keuntungan maupun kerugiannya.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

34

E. Kerangka Teori

Berdasar tinjauan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori penelitian

sebagai berikut:

Skema 2.1 Konsep dari Hanafi Hartanto, 2004

Faktor Pasangan- Motivasi dan

Rehabilitas:

- Umur

- Gaya Hidup

- Frekuensi senggama

- Jumlah anak yang diinginkan

- Pengalaman dengan kontrasepsi

yang lalu.

Faktor Kesehatan-Kontraindikasi

absolut dan relativ:

- Status Kesehatan

- Riwayat haid

- Pemeriksaan Fisik

- Riwayat Keluarga

- Pemeriksaan Panggul

Faktor metoda Kontrasespsi:

- Metoda koitus interuptus,

kalender, pil, suntikan, IUD,

Implant, Kondom, MOW.

- Efektifitas

- Efek samping

- Komplikasi potensial

- Biaya.

- Kerugian.

Pemilihan Metode

Kontrasepsi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/jtptunimus-gdl-wiwikwinar...keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu keluarga

35

F. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mempunyai variabel

tunggal atau mandiri, yaitu pelaksanaan program keluarga berencana, keluhan

terhadap penggunaan metoda contrasepsi, dan tingkat pengetahuan responden

terhadap metode kontrasepsi. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan dengan variable yang lain (Sugiyono, 2005).