66
8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4 http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 1/66 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan Kota DKI Jakarta yang semakin pesat, ditambah dengan  perkembangan kota-kota penyangga di sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi telah membuat sistem transportasi jalan raya mengalami tingkat kompleksitas yang tinggi. Jumlah kendaraan yang semakin hari terus bertambah, sementara pembangunan infrastruktur  berupa jalan dan fasilitasnya seperti terminal, persimpangan, petunjuk-pengatur lalu lintas, dan pengembangan jaringan jalan tidak bisa mengimbanginya, ditambah mobilitas arga yang semakin tinggi, menjadikan banyak persoalan dalam sistem transportasi. Persoalan transportasi ini selanjutnya menimbulkan masalah berupa tidak terpeliharanya ketertiban, keamanan, dan kesehatan. Di Jakarta, lalu lintas di jalan-jalan utama  pada jam sibuk pagi dan sore hari hanya  bergerak !" km#jam. Dampak yang ditimbulkan fantastis, kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari !$," triliun rupiah per tahun akibat pemborosan nilai aktu dan biaya operasi kendaraan %terutama bahan bakar&. Belum lagi emisi gas buang diperkirakan sekitar "'.((( ton  per tahun %PD)T, "((*&. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya  produkti+itas ekonomi kota dan merosotnya kualitas hidup arga kota akibat emisi transportasi kendaraan bermotor. Pemantauan kualitas udara yang telah dilakukan oleh K di Jakarta menunjukkan $( dari total emisi yang dibuang ke udara  berasal dari gas buang kendaraan bermotor %K, "(("&. al tersebut menjadi ajar  jika melihat jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta sampai akhir tahun "(($ men/apai ',$01,((" unit yang terdiri dari !,'*$,223 unit mobil penumpang4 "'3,$33 unit bus4 *!*,"$1 unit truk beban4 dan 2,'$0,3"" unit sepeda motor %Polda 5etro Jaya, "((1&. Kenaikan jumlah kendaraan tersebut tidak hanya menimbulkan  permasalahan lalu lintas yang serius, tetapi menambah intensitas emisi bahan pen/emar ke udara. Pemerintah Pro+insi DKI Jakarta sudah  berupaya untuk mengurangi laju pen/emaran udara yang ditimbulkan akibat transportasi kendaraan bermotor di Jakarta. 6paya-upaya tersebut antara lain penerapan hari bebas kendaraan bermotor sekali dalam setiap bulan dan pelaksanaan proyek koridor Trans-Jakarta yang tertuang sebagai usulan  pola transportasi makro "(!(. 7ebagai upaya untuk mengetahui penyebaran konsentrasi polutan dari sektor transportasi, maka diperlukan analisa lebih lanjut mengenai tingkat emisi pen/emar dari kendaraan bermotor. 7alah satu metode yang digunakan dalam penentuan penyebaran konsentrasi polutan adalah melalui model matematika. Pemodelan jenis ini menggunakan pendekatan teori berdasarkan  pengamatan di lapang. 7ehingga model matematis dinilai lebih baik dalam menjelaskan dan memisahkan proses dinamika atmosfer berdasarkan skala spasial dan temporal %7einfeld dan Pandis, "((3&. 7alah satu pemodelan matematis penyebaran  polutan sumber garis %transportasi& adalah model Finite Length Line Source %87&. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk9 5emprediksi kualitas udara ambien menggunakan model 87.

BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 1/66

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan Kota DKI Jakarta yang

semakin pesat, ditambah dengan

 perkembangan kota-kota penyangga di

sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang,

dan Bekasi telah membuat sistem

transportasi jalan raya mengalami tingkat

kompleksitas yang tinggi. Jumlah kendaraan

yang semakin hari terus bertambah,

sementara pembangunan infrastruktur

 berupa jalan dan fasilitasnya seperti

terminal, persimpangan, petunjuk-pengatur

lalu lintas, dan pengembangan jaringan jalan

tidak bisa mengimbanginya, ditambah

mobilitas arga yang semakin tinggi,

menjadikan banyak persoalan dalam sistem

transportasi. Persoalan transportasi ini

selanjutnya menimbulkan masalah berupa

tidak terpeliharanya ketertiban, keamanan,

dan kesehatan.

Di Jakarta, lalu lintas di jalan-jalan utama

 pada jam sibuk pagi dan sore hari hanya

 bergerak !" km#jam. Dampak yang

ditimbulkan fantastis, kerugian sosial yang

diderita masyarakat lebih dari !$," triliun

rupiah per tahun akibat pemborosan nilai

aktu dan biaya operasi kendaraan

%terutama bahan bakar&. Belum lagi emisi

gas buang diperkirakan sekitar "'.((( ton per tahun %PD)T, "((*&. Dampak pada tahap

selanjutnya adalah menurunnya

 produkti+itas ekonomi kota dan merosotnya

kualitas hidup arga kota akibat emisi

transportasi kendaraan bermotor.

Pemantauan kualitas udara yang telah

dilakukan oleh K di Jakarta menunjukkan

$( dari total emisi yang dibuang ke udara

 berasal dari gas buang kendaraan bermotor%K, "(("&. al tersebut menjadi ajar

 jika melihat jumlah kendaraan bermotor di

DKI Jakarta sampai akhir tahun "(($

men/apai ',$01,((" unit yang terdiri dari

!,'*$,223 unit mobil penumpang4 "'3,$33

unit bus4 *!*,"$1 unit truk beban4 dan

2,'$0,3"" unit sepeda motor %Polda 5etro

Jaya, "((1&. Kenaikan jumlah kendaraan

tersebut tidak hanya menimbulkan

 permasalahan lalu lintas yang serius, tetapimenambah intensitas emisi bahan pen/emar

ke udara.

Pemerintah Pro+insi DKI Jakarta sudah

 berupaya untuk mengurangi laju pen/emaran

udara yang ditimbulkan akibat transportasi

kendaraan bermotor di Jakarta. 6paya-upaya

tersebut antara lain penerapan hari bebas

kendaraan bermotor sekali dalam

setiap bulan dan pelaksanaan proyek koridor

Trans-Jakarta yang tertuang sebagai usulan

 pola transportasi makro "(!(.

7ebagai upaya untuk mengetahui penyebaran

konsentrasi polutan dari sektor transportasi,maka diperlukan analisa lebih lanjut

mengenai tingkat emisi pen/emar dari

kendaraan bermotor. 7alah satu metode yang

digunakan dalam penentuan penyebaran

konsentrasi polutan adalah melalui model

matematika. Pemodelan jenis ini

menggunakan pendekatan teori berdasarkan

 pengamatan di lapang. 7ehingga model

matematis dinilai lebih baik dalam

menjelaskan dan memisahkan proses

dinamika atmosfer berdasarkan skala spasialdan temporal %7einfeld dan Pandis, "((3&.

7alah satu pemodelan matematis penyebaran

 polutan sumber garis %transportasi& adalah

model Finite Length Line Source %87&.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk9

5emprediksi kualitas udara ambien

menggunakan model 87.

Page 2: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 2/66

5embandingkan konsentrasi pen/emar hasil

 permodelan terhadap pemantauan kualitas

udara roadside.

5engidentifikasi konsentrasi polutan

sumber garis pada berbagai kondisi stabilitas

dan ke/epatan angin menggunakan solusi

analitik persamaan dispersi bentuk :aussian.

Ruang lingkup

Penelitian ini membatasi persoalan dengan

ruang lingkup9

7tudi kasus pemodelan dispersi polutan

dilakukan sepanjang Jl. 5.. Thamrin

Parameter pen/emar yang digunakan dalam

 pemodelan dan pemantauan adalah ;< dan

 =<>.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deini!i Pen"e#aran U$ara

7einfeld %!013& mendefinisikan pen/emaran

udara sebagai kondisi atmosfer ketika suatu

substansi konsentrasi pen/emar melebihi

 batas konsentrasi udara ambien normal yang

menyebabkan dampak terukur pada manusia,

hean, tumbuhan dan material. ebih lanjut,

substansi tersebut dapat berasal dari sifat

alami atau akti+itas manusia maupun/ampuran diantara keduanya. )rya %!000&

menambahkan baha pen/emaran udara

selain berdampak 

!

Page 3: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 3/66

Page 4: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 4/66

 pada manusia, tanaman, hean, dan material juga berdampak pada atmosfer.

5enga/u pada 6ndang-undang =o."2 Tahun !00$ tentang Pengelolaan ingkungan idup Pasal !

ayat !", polusi udara diartikan sebagai masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, ?at, energi,

dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau

oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Jeni! $an Karakteri!tik Su#%er P&lu!i U$ara

7e/ara garis besar sumber polusi udara

dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang bersifat alami dan bersifat antropogenik. 7umber polusi

udara yang bersifat alami merupakan bagian yang ditimbulkan dari proses atau gejala alam yang

menyebabkan perubahan kualitas udara sekitarnya. ;ontoh dari sumber alami adalah proses kimia

 bakteri dalam tanah maupun perairan, kebakaran hutan, erosi angin, letusan gunung berapi, emisi

biogenic dan lainnya. 7umber polusi udara yang bersifat antropogenik dihasilkan dari akti+itas

manusia yang menyertainya. ;ontoh dari sumber antropogenik adalah akti+itas transportasi

kendaraan bermotor, pertanian-perkebunan, industri %termasuk pembangkit listrik berbahan bakar

fosil& dan rumah tangga. )rya %!000& membagi sumber polusi yang bersifat antropogenik menjadi

dua yaitu sumber yang dihasilkan dari perkotaan dan industri serta yang dihasilkan dari pedesaan

dan pertanian.

7umber polusi udara yang bersifat alami dan antropogenik dapat dibedakan lagi menjadi dua

 bagian berdasarkan perilakunya di atmosfer yaitu primer dan sekunder untuk masing-masing

sumber. Polutan primer diemisikan se/ara langsung dari sumber pen/emarnya ke atmosfer. Polutan

 primer memiliki aktu paruh yang tinggi karena sifatnya yang stabil se/ara kimia-fisik,

misalnya ;<, ;<", =< ", 7<", ;8;, ;l", debu dan sebagainya. Polutan sekunder 

merupakan pen/emar udara dari proses fisik-kimia di atmosfer dalam bentuk fotokimia yang bersifat

reaktif dan mengalami transformasi menjadi molekul. Bentuknya pun berbeda dari saat diemisikan

hingga setelah ada di atmosfer, misalnya o?on %<2&, hujan asam, aldehida, dan sebagainya.

7einfeld dan Pandis %"((3& se/ara terperin/i membagi sumber polutan alami dan antropogenik ke

dalam kelas primer dan sekunder lengkap dengan polutan pernyusunnya.

Pemahaman tentang karakteristik sumber polusi udara seperti jenis pelepasan, lokasi dan geometri

sumber serta kekuatan emisi yang dikeluarkan juga dibutuhkan sebagai langkah aal untuk

memperkirakan penyebaran polutan tersebut. Tabel ! menyajikan karakteristik sumber polusi

udara yang digunakan sebagai landasan dalam membangun pemodelan dispersi polutan.

Tabel !. Pembagian karakteristik sumber polusi udara dalam pemodelan dispersi polutan

Page 5: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 5/66

:eometri

Jenis pelepasan

okasi

sumber 

sumber 

Titik atau

7eketika

Permukaan

+olume

Bumi

:aris

Berkelanjutan

Batasan

PB

)rea

Kadang-

)tmosfer 

kadang

 bebas

7umber9 )rya %!000&

Dasar dari pemakaian atau pemilihan karakteristik sumber dapat dibagi menjadi dua garis besar,

yaitu pemilihan kerangka a/uan dalam menganalisa permasalahan dan perspektif pengguna dalam

mengasumsikan bentuk geometri sumber polutan. 7ebagai /ontoh kota industri dapat dipandang

sebagai sumber titik dalam mengemisikan polutannya terhadap dampak pada kualitas udara

regional dan pembukaan lahan persaahan dapat dipandang sebagai sumber area dalam skala yanglebih ke/il.

Page 6: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 6/66

'akt&r('akt&r )ang *e#pengaru+i Pen"e#aran U$ara

7tull %"(((& menjelaskan baha

dispersi polutan di atmosfer melibatkan tiga mekanisme utama, yaitu gerakan udara global4

fluktuasi turbulensi dan difusi polutan terhadap lingkungan sekitar akibat perbedaan konsentrasi.

7edangkan menurut <ke %!01$& dispersi polutan dari sumber emisi selain dipengaruhi oleh

karakteristik sumber emisi juga oleh karakteristik meteorologi dan topografi setempat.

"

E#i!i )ang Dikeluarkan

@misi menurut Peraturan Pemerintah

 =o. *! Tahun !000 adalah ?at, energi

dan#atau komponen lain yang dihasilkan

dalam suatu kegiatan yang masuk dan

dimasukkannya ke dalam udara ambien yang

mempunyai atau tidak mempunyai potensi

sebagai unsur pen/emar. Tingginya nilai

emisi, bila melebihi ambang batas akan

 berbahaya bagi kesehatan manusia. al inidapat dilihat pada kota-kota besar yang

mempunyai tingkat mobilitas tinggi dan

kaasan industri.

@+aluasi tentang tingkatan kualitas udara di

suatu ilayah perlu dipahami se/ara benar,

 baik dari segi kuantitas maupun karakteristik 

emisi sejumlah sumber pen/emar yang

 berkontribusi langsung ke udara ambien.

@misi yang keluar dari proses kegiatan

dihubungkan dengan jenis dan banyaknya polutan yang dikeluarkan untuk menjadi

suatu indikator dari kapasitas produksi,

 banyak dan jenis bahan bakar yang terpakai,

dan jarak tempuh kendaraan bermotor %iu

dan iptAk, "(((&.

K&n$i!i At#&!er

7esaat setelah polutan diemisikan ke

dalam udara, selanjutnya atmosfer berperan

dalam perpindahan, difusi, reaksi kimia dan

 pengangkutan polutan tersebut. @mpat

 proses di atmosfer tersebut selanjutnya

disebut dispersi. Proses dispersi polutan diatmosfer dipengaruhi oleh kondisi fisik

meteorologi setempat seperti stabilitas

atmosfer, distribusi angin, suhu udara,

radiasi surya, dan kelembaban udara serta

dipengaruhi oleh gejala /ua/a seperti

 presipitasi, stabilitas atmosfer. 7edangkan

 bila proses pendispersian polutan tersebut

telah mengalami interaksi dengan objek di

 bumi atau permukaan bumi maka topografi

memainkan peranan hal yang penting dalam

 proses pendispersian polutan. Topografiilayah setempat akan mempengaruhi

keadaan kondisi meteorologi tersebut, yang

selanjutnya mempengaruhi pola

 pendispersian polutan yang terjadi.

Page 7: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 7/66

a, Ra$ia!i *ata+ari

adiasi matahari yang sampai di atmosfermaupun yang tiba di permukaan bumi

merupakan energi utama dalam siklus /ua/a

termasuk persebaran polutan di atmosfer.

7alah satunya reaksi kimia atmosfer yang

melibatkan bagian molekul dengan jumlah

elektron ganjil atau radikal %Cis/onti, "((!&.

adikal ini terbentuk 

melalui sederatan reaksi yang disebut

sebagai proses fotodissosiasi, yaitu ketika

molekul pe/ah karena absorbsi ultra+iolet

radiasi matahari. Proses fotodissosiasi yang

terjadi membutuhkan panjang gelombang

radiasi matahari yang berbeda satu dengan

lainnya dalam setiap reaksinya. Keseluruhan

 proses tersebut menghasilkan bentuk

hidroksil radikal %<&, yang se/ara kimia

merupakan keluarga hidrogen ganjil %odd

hydrogen family&. idroksil radikal

selanjutnya memegang peranan utama dalam

oksidasi metana dan hidrokarbon lainnya

%Cis/onti, "((!&.

Pengaruh lainnya dari radiasi surya se/ara

fisik dan dinamik dalam penyebaran polusi

udara adalah sebagai sumber energi

 perpindahan massa udara. al ini

disebabkan perbedaan pemanasan di

 permukaan bumi maupun di perairan yang

menimbulkan angin dan turbulensi, sehinggamempengaruhi kondisi stabilitas atmosfer

dan per/ampuran polutan dengan

lingkungan sekitar.

%, Su+u U$ara $an Sta%ilita! At#&!er

7uhu men/erminkan energi kinetik rata-rata

dari gerakan molekul-molekul sedangkan

 panas adalah salah satu bentuk energi yang

dikandung oleh suatu benda %andoko,

!002&. Pada lapisan troposfer, laju suhu

udara turun terhadap ketinggian %lapse rate&.

 =amun pada aktu tertentu di lapisan

 permukaan % surface layer & laju suhu udara

naik terhadap ketinggian %inversi&. al ini

dapat mempengaruhi efek stabilitas atmosfer 

yang berperan dalam pendispersian polutan

se/ara +ertikal.

Pada suhu parsel udara yang lebih rendah

dari lingkungan %kondisi stabil&, massa udara

 polutan tidak dapat naik tapi tetap berada di

atmosfer dan terakumulasi, sehingga

menaikkan konsentrasi polutan. 7ebaliknya

 bila suhu parsel udara lebih tinggi dari pada

suhu lingkungan %kondisi tidak stabil&, maka

massa udara polutan naik dan menyebar,

sehingga tidak membahayakan makhluk

hidup dalam jangka pendek.

7elain memiliki pengaruh yang nyata

terhadap stabilitas atmosfer dalam

 pendispersian polutan, suhu udara bersama

dengan radiasi matahari dapat mengubah

 =<>, ;, dan C<;s menjadi ?at polutan

sekunder lainnya, seperti o?on dan

 pembentukan kabut fotokimia di permukaan.

7elain itu ;onnel %"(('& menambahkan

 baha /ampuran dari o?on, P)= dan

2

substansi kimia lainnya menghasilkan kabut

fotokimia. Kabut fotokimia merupakan

masalah penting di ilayah perkotaan yang

memiliki jumlah kendaraan bermotor tinggidengan paparan radiasi matahari yang kuat.

Dampak selanjutnya dari efek kabut

fotokimia ini adalah penambahan jumlah

 partikel udara di perkotaan, sehingga

membuat suhu udara diperkotaan jauh lebih

tinggi dibandingkan ilayah sekitarnya

%Botkin dan Keller, "(('&.

aju penurunan suhu dalam lapisan atmosfer 

dekat permukaan mempunyai pengaruh

 besar pada gerak +ertikal polutan %7einfeld

dan Pandis, "((3&. 8aktor buoyancy turut

Page 8: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 8/66

menghambat atau memper/epat gerak

+ertikal suatu polutan. aju penurunan suhu

dan faktor buoyancy selanjutnya

men/iptakan berbagai ma/am stabilitas

atmosfer. Kriteria kestabilan atmosfer dapat

ditentukan oleh perbandingan laju penurunan temperatur laju penurunan suhu

lingkungan %γ& terhadap laju penurunan suhu

adiabatik %Γ&.

Pada kondisi laju penurunan super-adiabatik

%kondisi tidak stabil&, suatu parsel udara akan

 bergerak ke atas dan mengalami pendinginan

namun dengan suhu yang masih

lebih hangat daripada udara di

lingkungannya. Karena memiliki pengaruh

gaya apung %buoyant), parsel udara tersebut

akan tetap bergerak ke atas. Ketika parsel

udara itu bergerak turun, maka parsel udara

akan mengalami peningkatan temperatur

dengan suhu yang masih lebih dingin

dibandingkan dengan udara di

lingkungannya. 7elama kondisi netral, parsel

udara akan bergerak baik ke atas maupun ke baah dengan perubahan temperatur pada

tingkat yang sama dengan udara di

lingkungannya, dan pergerakannya baik ke

atas atau kebaah tidak terpengaruh oleh

gaya buoyant . 7elama kondisi stabil,

 pergerakan parsel udara ke atas akan

menghasilkan parsel udara yang lebih dingin

dibandingkan dengan udara lingkungannya

sehingga parsel tersebut akan kembali naik

ke ketinggian sebelumnya. Demikian pula

halnya dengan parsel udara yang bergerak ke

 baah mengalami peningkatan temperatur

yang kondisinya lebih hangat dibandingkan

udara di sekitarnya, maka parsel udara akan

 bergerak kembali ke ketinggian aalnya.

Penggambaran ketiga kondisi atmosfer

tersebut di+isualisasikan pada :ambar !.

1000

49

Kondisi tidak stabil

Volume berlanjut ke atas

50

Pemanasan

Page 9: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 9/66

51

52,4

 A

52

Page 10: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 10/66

d

i

a

53

Parsel udara ke atas

500

ba

Page 11: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 11/66

Page 12: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 12/66

er 

55

i

ng

5%

55,4

Volume

Page 13: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 13/66

5&

0

berlanjut ke

em!erature, "

5'

asal

Page 14: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 14/66

1000

5%

Kondisi stabil

Pendinginan

"

Page 15: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 15/66

 A

em!eratur,

55,3

d

i

Page 16: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 16/66

ab

Parsel udara ke

Volume

a

t

atas

ber!inda$ ke

ik

Page 17: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 17/66

k

5&,0

ketinggian dan

500

e

rin

5&

Parsel udara ke

tem!eratur 

Ketinggian,m

g

ba#a$

a#al

Page 18: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 18/66

5%,&

Pemanasan

0

5'

Page 19: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 19/66

em!eratur, "

49

1000

50

Kondisi netral

Volume teta!

Page 20: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 20/66

51

(eru!a dengan

 A

"

52

53,3

d

em!eratur,

tem!eratur sekitar 

ia

Page 21: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 21/66

53

b

a

Parsel udara ke atas

t

i

Page 22: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 22/66

500

k

54

k

55,0

Ketinggian,m

er 

55

Parsel udara ke ba#a$

in

Page 23: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 23/66

g

5%

Volume teta!

5%,&

(eru!a dengan

Page 24: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 24/66

5&

tem!eratur sekitar 

0

5'

Page 25: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 25/66

em!eratur, "

%5odifikasi dari ;ooper dan )lley, !00*&

:ambar !. @fek laju penurunan suhu aktual terhadap stabilitas +ertikal

*

Pengaruh kestabilan atmosfer juga

mempengaruhi bentuk kepulan dari

/erobong %:ambar "&. Pada kondisi atmosfer 

stabil, kepulan /enderung menyempit dan

tidak terdispersi ke sekelilingnya. kepulan

seolah membentuk garis lurus searah angin,

sehingga polutan berkumpul danmembentuk konsentrasi yang tinggi. Kondisi

atmosfer yang tidak stabil ini

menguntungkan dalam pendispersian

 polutan, karena polutan dengan segera

terdispersi dengan lingkungan sekitar

sehingga reseptor tidak mengalami paparan

konsentrasi pen/emar yang tinggi.

7ebaliknya pada kondisi atmosfer tidak

stabil, pen/emar bergerak bebas pada daerah

yang +ertikal luas dan menghasilkan

 per/ampuran dengan udara ambien lebih

 baik, sehingga konsentrasi polutan yang

terukur rendah. Kondisi atmosfer yang stabil

 bersifat tidak menguntungkan bagi reseptor,

karena reseptor menerima paparankonsentrasi pen/emar yang tinggi.

Page 26: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 26/66

7umber9 )rya, !000

:ambar ". Kestabilan atmosfer terhadap bentuk kepulan polutan

7elain membandingkan laju penurunan suhu

lingkungan terhadap laju penurunan suhu

adiabatik, dalam batas PB % Planetary 

 Boundary Layer &, stabilitas atmosfer dapat 

ditentukan melalui bilangan i/hardson % &

dan panjang 5onin-<bukho+ % L& %7hir dan

7hieh, !0$*&. 5enurut Ea/o %!0$(&

 parameter bilangan i/hardson memiliki

 pengaruh yang paling nyata diantara

 parameter-parameter udara atas lainnya.

6mumnya, penentuan stabilitas atmosfer

melalui ketiga metode di atas memerlukan

 pengamatan kondisi meteorologi yang rutin.

7eringkali ketiadaan data pengamatan yanglengkap memungkinkan hal tersebut sulit

dilakukan. 7ehingga Turner pada tahun !03*

membagi kestabilan atmosfer menjadi enam

kategori yang sering disebut oleh PasFuill

dengan tanda ) hingga 8 %PasFuill, !0$*&.

Kelas kestabilan ) adalah kelas atmosfer

 paling tidak stabil dan 8 kelas atmosfer

 paling stabil. Pembagian kelas kestabilan

tersebut didasarkan pada insolasi matahari,

ke/epatan angin dan penutupan aan.

", Di!tri%u!i Angin

)ngin memiliki peran utama dalam

 penyebaran polutan. Partikel polutan ini

selanjutnya akan bergerak sesuai arah angin

 bergerak. Kekuatan angin turut pula

mempengaruhi ke/epatan penyebaran

 polutan dari sumbernya.

)ngin yang kuat memper/epat proses

 penyebaran polutan sedangkan angin yang

 bergerak relatif pelan, proses penyebarannya

lebih banyak dilakukan melalui proses difusi

Page 27: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 27/66

dengan atmosfer sekitar. )kibat pengaruh

dari arah gerak dan ke/epatan angin ini

konsentrasi polutan pada setiap titik aliran

 polutan % plume& bernilai lebih ke/il

dibandingkan seaktu polutan tersebut

keluar dari sumbernya, di luar aliran polutantersebut konsentrasi polutan dapat diabaikan

%8orsdyke, !0$(&.

)rah dan ke/epatan angin turut

mempengaruhi dan men/iptakan turbulen.

)ngin yang bergerak di suatu ilayah tidak

selamanya bergerak se/ara teratur. 7ehingga

dapat dikatakan baha semua gerakan udara

adalah turbulen %8orsdyke, !0$(&. Besarnya

nilai turbulen ini berbeda setiap keadaan.

Turbulen skala ke/il ditunjukkan dengan

/ontoh pergolakan asap rokok dalamruangan, turbulen skala menengah

ditunjukkan aliran udara lemah dalam /ua/a

yang tenang, dan turbulen skala

'

 besar ditunjukkan dengan adanya angin dan

 badai yang mun/ul se/ara tiba-tiba.

emah kuatnya gerakan udara

mempengaruhi konsentrasi polutan suatu

ilayah. Pada gerakan angin yang kuat,

turbulensi udara yang kuat ter/ipta dan

membantu men/ampurkan polutan dengan

udara disekitarnya sehingga konsentrasi

 polutan akan lebih ke/il. 7edangkan bilagerakan angin yang ter/ipta lemah,

turbulensi yang ter/ipta juga lemah sehingga

 pen/ampuran polutan dengan udara

sekitarnya juga lebih ke/il sehingga

membuat konsentrasi polutan yang terjadi

tetap tinggi. al tersebut didukung oleh

 penelitian 7haran et al  %!00'& yang

menyatakan angin dengan ke/epatan kurang

dari " m#s harus diaspadai bila terjadi di

ilayah akti+itas manusia yang /enderung

menghasilkan polutan. Ditambah lagidengan kenyataan penelitian tersebut di

lakukan pada ilayah tropis. 7edangkan

angin dengan ke/epatan sedang hingga

tinggi, proses difusi polutan dapat diabaikan

dalam perbandingannya terhadap proses

ad+eksi polutan itu sendiri.

e, Kele#%a%an Relati -RH,

Kelembaban udara %& kaitannya terhadap

 polutan di atmosfer adalah pengaruh jarak

 pandang %visibility&. Pola harian yang

se/ara umum berlaanan dengan pola suhu

harian memiliki pengaruh terhadapkonsentrasi polutan di atmosfer. Pada siang

hari, suhu udara relatif tinggi dibandingkan

malam hari sehingga memiliki kandungan

uap air jauh lebih rendah dibandingkan pada

saat malam harinya. Perbedaan kandungan

uap air ini selanjutnya yang dapat menjadi

 bahan tersuspensi bagi partikel-partikel

 polutan disekitarnya sehingga berpengaruh

terhadap jarak pandang %<ke, !01$&.

ebih lanjut ill %"((3& menerangkan,

 penambahan atau pengurangan kandungan

uap air suatu parsel udara dapat membentuk

susunan kimia pen/emar baru. 7ebagai

/ontoh, =<> pada saat kandungan uap air

tinggi dapat membentuk =< 2 sedangkan

 pada kandungan uap air rendah membentuk

 =<2. Pen/emar lainnya seperti 7<", pada

saat kandungan uap air tinggi membentuk

"7<* sedangkan pada keadaan kering 7<*.Baik =< 2 dan =< 2 serta "7<* dan 7<* 

merupakan aerosol. 7ehingga se/ara tidak

langsung perbedaan kandungan uap air

dalam parsel udara mempengaruhi jumlah

 partikel di udara dan berpengaruh pada

+isibilitas.

, Pre!ipita!i

Page 28: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 28/66

Presipitasi dapat membantu membersihkan

 polutan di atmosfer melalui proses

 pen/u/ian, akumulasi, dan absorbsi %iu dan

iptAk, "(((&. Proses pen/u/ian melibatkan

 partikel-partikel berukuran besar untuk

 bergabung melalui butiran air hujan yang jatuh sebagai presipitasi. 7edangkan proses

akumulasi melibatkan partikel-partikel

ukuran ke/il bergabung membentuk aan

dan jatuh sebagai butiran air hujan. Terakhir,

 bila polutan tersebut berupa gas maka proses

 pemindahannya dilakukan se/ara absorbsi

melalui molekul-molekul gas di sekitarnya.

@fisiensi ketiga proses di atas tergantung

dari sifat polutan itu sendiri dan karakteristik 

 presipitasi %iu dan iptAk, "(((&.

7elain proses pen/u/ian dan perpindahan

 polutan di atmosfer, presipitasi juga

memiliki peran penting dalam proses kimia

atmosfer, radiasi atmosfer, dan dinamika

atmosfer %7einfeld dan Pandis, "((3&.

Kaitannya dalam kimia atmosfer adalah

 pembentukan hujan asam, yang banyak

dipi/u oleh gas 7<" dan =<>. ujan asam

seringkali disebut sebagai deposisi asam

%)rya, !0004 ill, "((3&. Ealaupun dalamkondisi alaminya uap air memiliki ion

hidrogen %G& dan ion hidroksida %<

-&,

namun sering kali sulit untuk men/apai

keadaan demikian di lingkungan atmosfer,

hal ini disebabkan pengaruh dari kandungan

gas-gas, liquid  , maupun partikel yang

 berada di atmosfer. Dampak selanjutnya

adalah turunnya p air yang mengakibatkan

kerugian fisik dan material dalam skala luas.

T&p&grai

Topografi setempat turut

mempengaruhi kondisi meteorologi yang

selanjutnya mempengaruhi pola dispersi

 polutan. 7ebagai /ontoh perbedaan

temperatur antara daratan dengan lautan

menimbulkan sirkulasi angin lokal %darat-

laut& dan lapisan batas internal termal. Bila

 polutan dilepaskan dekat daerah pantai,

akumulasi konsentrasi pen/emar /enderung

tinggi pada daerah tersebut dan menurun

ketika menuju daratan %Jin dan aman,

!00'&. 7ementara itu bila topografinya

 berupa daerah /ekungan maka konsentrasi

 polutan akan terakumulasi akibat pola angin

yang terbentuk di daerah tersebut. 7eperti

 penelitian 7umaryati %"(($& di /ekungan

3

Bandung yang mendapatkan baha

 pen/emar yang berasal dari daerah /ekungan

Bandung /enderung terdispersi dalam

daerah /ekungan saja dan sulit untuk bisaterdispersi keluar dari /ekungan Bandung,

akibat pengaruh pola angin dan mixing  

height setempat.

7elanjutnya di daerah-daerah di baah

 pengaruh angin lokal, penyebaran pen/emar

akan terjadi dengan beberapa kemungkinan

diantaranya %PPPP DKI Jakarta, !00(&9

Pada kondisi lokal yang dipengaruhi angin

darat dan laut dapat terjadi penyebaran yang

semakin luas, dengan tingkat pen/emaran

yang semakin tinggi bila tidak terjadi proses

deposisi kering atau basah.

Pada kondisi lokal yang dipengaruhi oleh

angin lembah dan angin gunung di daerah

lembah selalu terjadi peningkatan pen/emardan terjadi penyebaran pen/emar seluas

daerah lembahnya. Peningkatan dan

 penyebaran pen/emar akan berlangsung

terus hingga terjadinya pen/u/ian udara.

Pada daerah yang dipengaruhi oleh angin

 jatuhan dan tidak ada in+ersi dipermukaan

akan mampu mengendapkan polutan dengan

 baik.

2. Pen"e#aran U$ara Aki%at

Sekt&r Tran!p&rta!i

Page 29: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 29/66

Eilayah perkotaan dengan tingkat mobilitas

 penduduknya yang tinggi dan sektor

transportasi sebagai peranan utamanya telah

membuat kualitas udara ambien benar-benar

ter/emar. 5enurut laporan K %"((!&,

kualitas udara di Jakarta sudah dalamkategori bahaya dalam aktu -aktu

tertentu dan akan semakin buruk jika

menga/u pada proyeksi peningkatan jumlah

kendaraan hingga tahun "(!'.

2..1 Karakteri!tik Pen"e#ar U$ara $ari

Ken$araan Ber#&t&r

5enurut Eardhana %"((*& beberapa

 parameter pen/emar udara, yang paling banyak berpengaruh dalam pen/emaran

udara adalah ;<, =<>, 7<>, C<;s, dan

P5. ebih lanjut, ?at-?at pen/emar tersebut

merupakan polutan yang men/etus

%prekursor& terbentuknya ?at pen/emar

lainnya yang berbahaya bagi kesehatan.

a, Kar%&n#&n&k!i$a -/0,

Karbonmonoksida di lingkungan dapat

terbentuk se/ara alamiah maupun dari

kegiatan manusia %antropogenik&.

Karbonmonoksida yang berasal dari alam

termasuk dari lautan, pegunungan, dan

kebakaran hutan. 7edangkan yang berasal

dari sumber antropogenik dihasilkan dari

 pembakaran bahan bakar fosil atau material

organik akibat kebutuhan oksigen yang tidak 

men/ukupi untuk proses pembakaran. Bila jumlah udara %oksigen& yang tersedia sudah

men/ukupi, ;< masih saja dapat terbentuk,

hal ini disebabkan oleh kurangnya turbulensi

sehingga udara dengan karbon tidak dapat

 ber/ampur dengan baik selama proses

 pembakaran serta proses dissosiasi ;<" 

menjadi ;< pada pembakaran bertemperatur 

tinggi. 7ehingga semua akti+itas yang

melibatkan pembakaran bahan-bahan

organik merupakan sumber

karbonmonoksida.

7einfeld dan Pandis %"((3&

mengklasifikasikan oksida-oksida karbon

menjadi beberapa bagian, yaitu idrokarbon

%;&, metana %;*&, Volatile Organic ompound %C<;&, idrokarbon Biogenik, 

karbonmonoksida %;<& dan karbondioksida

%;<"&. Ber+ariasinya bentuk ikatan kimia

yang dimiliki oleh oksida-oksida karbon,

disebabkan karbon memiliki empat elektron

+alensi yang dengan bebasnya membentuk

satu hingga empat ikatan +alensi.

7eringkali konsentrasi tinggi ;< didapatkan

dari gas buangan kendaraan bermotor dan

 polusi dalam ruangan dengan +entilasi

 buruk. Pada pembakaran bahan bakar

kendaraan bermotor, seluruh penggunaan

 bahan bakar tidak diubah seluruhnya

menjadi ;<" dan "< tetapi sebagian juga

dilepaskan menjadi ;< dan sebagian

material partikulat karbon organik

%Brimble/ombe, !013&. Bersamaan dengan

hadirnya hidroksil radikal %<&, ;< yang

dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor

diubah menjadi ;<" di atmosfer %)rya,!0004

7einfeld dan Pandis, "((3&.

Karbonmonoksida merupakan polutan yang

tidak berbau, tidak berarna dan memiliki

ikatan yang sangat kuat dengan haemoglobin

 bila masuk ke aliran darah %b;<& .

Dampak yang dirasakan tentunya berbeda

tergantung dari konsentrasi gas yang terhirup

dan lamanya paparan. Pada le+el rendah ;<akan memberikan dampak pada manusia,

yaitu9 2( ppm dengan paparan !( jam

menimbulkan efek melemaskan tubuh, '(

 ppm dengan paparan

$

0( menit menimbulkan efek sakit bagi

tubuh, "'( ppm menimbulkan rasa pusing

dan tak sadarkan diri %Brimble/ombe, !013&.

Page 30: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 30/66

%, Nitr&gen 0k!i$a -N0,

 =itrogen dalam bentuk aslinya selalu

membentuk dua ikatan atom nitrogen %="&,

dimana dari ikatan tersebut elektron-elektron

+alensi terluar mempunyai tiga ikatan yang

membuat molekul tersebut bersifat inert .

7ifat inert  inilah yang membuatnya stabil

se/ara kimia dan tidak dipengaruhi oleh

reaksi kimia di troposfer maupun di

stratosfer %7einfeld dan Pandis, "((3&.

<ksida-oksida nitrogen lainnya yang

memegang peranan penting dalam kimia

atmosfer adalah nitrous oksida %="<&, nitrat

oksida %=<&, nitrogen dioksida %=<"&,

amonia %=2&, dan kelompok nitrogen

reaktif lainnya %=<y&. Dari kelima jenis

oksida-oksida nitrogen tersebut, yang hadir

di atmosfer dalam jumlah signifikan adalah

 ="<, =<, dan =<". Kehadiran =< dan =<"

di bagian troposfer menjadi kontributor potensial bagi pen/emaran udara.

 =itrat oksida %=<& diemisikan baik dari

sumber alami maupun antropogenik,

sedangkan nitrogen dioksida %=<"&

diemisikan dalam jumlah yang ke/il %(.'-

!(& dari proses selama pembakaran

 bersamaan dengan =< dan juga terbentuk di

atmosfer melalui oksidasi =<. Tetapi diilayah perkotaan, =<> %=< dan =<"&

dihasilkan dari pembakaran hidrokarbon dan

 bahan organik. Konsentrasi gas =<> 

tertinggi di lingkungan perkotaan terutama

 berasal dari sektor transportasi dan

 penyebarannya dipengaruhi oleh topografi

lokal berupa gedung-gedung tinggi %Hin dan

;han, !002&.

 =itrogen oksida %=<>& merupakan polutan

udara yang mengambil bagian penting dari

 proses pembentukan o?on dan kabut

fotokimia %)rya, !000&. =itrat oksida %=<&

merupakan gas yang tidak berbau dan

 berarna. Di udara gas ini beroksidasi kuat

dengan o?on dan bereaksi lemah dengan

oksigen membentuk =<". 7edangkan =<" 

merupakan gas yang berarna merah

ke/oklatan yang menimbulkan iritasi dan pedas. =itrogen dioksida %=<"& /epat

menyerap radiasi matahari terutama pada

gelombang tampak sinar kuning hingga biru

dan ultra+iolet dekat matahari. 5elalui

 panjang gelombang tersebut =<" diubah

menjadi bentuk =< dan atom oksigen %<%!D&&. )tom oksigen %<%

!D&& merupakan gas

yang sangat reaktif yang dapat

membentuk o?on bersamaan dengan oksigen

dan prekusor sejumlah reaksi berantai

fotokimia kedua.

", Sulur 0k!i$a -S0,

7ulfur oksida %7<>& terdiri dari gas sulfur

dioksida %7<"& dan sulfur trioksida %7<2&

yang keduanya mempunyai sifat berbeda.

:as 7<" berbau tajam, tidak berarna dan

menimbulkan iritasi %)rya, !000&,

sedangkan gas 7<2 bersifat sangat reaktif

%Eardhana, "((*&. :as 7<2 mudah beraksi

dengan uap air di udara membentuk asam

sulfat %"7< *& %)rya, !0004 7einfeld dan

Pandis, "((3&. )sam sulfat ini sangat reaktif

sehingga menimbulkan korosi pada struktur-

struktur bangunan, pen/emaran perairan dan

 proses kimiai di troposfer.

7elain sulfur oksida terdapat beberapa

komponen sulfur utama di atmosfer lainnya

yang memegang peranan penting dalam

kimia troposfer, seperti "7, ;27,

;27;2, ;7", dan <;7 %)rya, !000&.

Kelima komponen sulfur tersebut memiliki

 bilangan oksidasi sebesar 7%-"&. 5enurut

7einfeld dan Pandis %"((3& komponen sulfur 

dengan bilangan oksidasi 7%-"& merupakan

komponen sulfur yang /epat beroksidasi

Page 31: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 31/66

terhadap hidroksil radikal %<& dan lambat

terhadap =<2.

Pen/emaran 7<> di udara terutama berasal dari pemakaian batubara yang digunakan pada

kegiatan industri, transportasi, dan kebakaran

hutan. ill %"((3& menambahkan baha

 produksi 7<" dari sumber antropogenik lima

kali lebih besar dari sumber alami. 7elain itu

 persentase 7<" yang dihasilkan dari kegiatan

transportasi memiliki persentase yang ke/il,

yaitu hanya $ dengan sumber 7<" terbesar

 berasal dari instalasi pembangkit tenaga listrik

 berbahan batu bara sebesar 3$. 7ulfur

dioksida %7<"& yang berada dalam kondisikelembaban yang rendah di dalam atmosfer

dapat berubah menjadi partikulat sulfat yang

merupakan bagian dari aerosol %ill, "((3&.

Baik 7<" maupun partikulat sulfat yang

terbentuk dapat berpindah dari dan ke atmosfer 

melalui deposisi basah dan kering %Botkin dan

Keller, "(('&.

7einfeld dan Pandis %"((3& menambahkan

 baha 7<" merupakan sulfur oksida

dominan yang dihasilkan dari akti+itas

manusia. =ilai mixing ratio untuk 7<" di

daratan men/apai kisaran nilai "( ppt

  ! ppb, sedangkan di atas perairan %lautan&

yang tidak ter/emar men/apai kisaran nilai

"(-'( ppt&. Paparan langsung gas 7<"

1

terhadap membran mukosa tubuh manusia

seperti mata, rongga hidung, dan paru-paru

dapat menimbulkan iritasi, reaksi tersebut

mampu memindahkan hampir 0( gas 7<" 

yang terhirup ke dalam saluran pernapasan

atas sehingga timbul rasa alergi, nafas

terengah-engah, dan asma pada sebagian

manusia %Botkin dan Keller, "(('4 ill,

"((3&.

$, Particulate Matter  -P*,

 Particulate !atter %P5& merupakan 

 pen/emar udara yang dapat berada bersama-

sama dengan bahan atau bentuk pen/emar

lainnya %Eardhana, "((*&. Ealaupun se/ara

kasat mata partikel merupakan bentuk

 padatan, sulit untuk mendapatkan definisi

yang tepat untuk pen/emar P5. al ini

disebabkan komposisi P5 yang selalu

 berubah-ubah se/ara spasial dan temporal.

67 @P) membagi P5 menjadi dua jenis

 berdasarkan ukurannya, yaitu partikel

dengan diameter ) !(m % P5!(& dan

 partikel dengan diameter ) ".' m %P5".'.&.

ill %"((3& menerangkan baha P5!(

 bersumber dari debu pertanian,

 pertambangan, serta dari jalan beraspal dan

tidak beraspal. 7edikitnya sekitar 3 P5!( 

 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.

7edangkan P5".' berasal dari pembakaran,

khususnya kendaraan bermotor diesel,

 pembangkit tenaga listrik, dan akti+itas

industri baja yang juga mengemisikan

 pen/emar 7<".

7einfeld dan Pandis %"((3& menerangkan

 baha partikel dapat berpindah dari dan ke

atmosfer melalui dua mekanisme, yaitu

mengendap ke permukaan bumi %deposisi

kering& dan menyatu sebagai inti aan pada

 pembentukan peristia presipitasi %deposisi

 basah&. Karena proses deposisi kering dan

 basah memiliki rentang aktu yang relatif

sebentar di atmosfer dan topografi

 permukaan bumi yang ber+ariasi dari satu

tempat ke tempat lainnya mengakibatkan

konsentrasi dan komposisi partikel di

Page 32: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 32/66

troposfer ber+ariasi pula dari ilayah ke

ilayah lainnya.

Pada umumnya, udara yang telah ter/emar

oleh partikel dapat menimbulkan berbagai

ma/am penyakit saluran pernafasan atau

 pneumokoniosis. Pneumokoniosis

merupakan penyakit saluran pernafasan

yang disebabkan oleh adanya partikel %debu&

yang masuk atau mengendap di dalam paru-

 paru. Pneumokoniosis dapat dibagi menjadi

 beberapa jenis, yaitu silikosis, asbestosis,

 bisinosis, antrakosis, dan Beriliosis%Eardhana, "((*&.

e, Volatile Organic Compounds -0/!,

Volatile Organic ompounds %C<;s& 

merupakan bagian dari satu atau lebih kimia

organik yang mudah menguap %ill, "((3&

dan memiliki fase uap organik di atmosferke/uali ;< dan ;<" %7einfeld dan Pandis,

"((3&. Berbeda halnya dengan ;< dan ;<" 

yang merupakan bagian dari karbon

anorganik, C<;s merupakan bagian dari

karbon organik yang berisi dengan

hidrokarbon %;& dan oxygenated  

hidrokarbon %)rya, !000&.

Beberapa C<;s yang bersumber dari

kegiatan antropogenik antara lain toluena,

 ben?ena, formaldehida, etilben?ena,

kloroform, fenol, dan aseton %)rya, !0004

7einfeld dan Pandis, "((3&. Beberapa

diantara dari C<;s sumber antropogenik

merupakan organik bera/un yang disebut

sebagai "a#ardous Organic ompounds

%<;s& %)rya, !000& . 7elain itu, C<;s

diproduksi juga dari beberapa tumbuhan

tertentu, seperti terpena yang dihasilkan dari

tanaman konifer %pinus&. Terpena merupakan

?at yang digunakan se/ara komersil sebagai

 bahan baku eangian. 7umber alami

C<;s lainnya yang dihasilkan dari

tumbuhan adalah isoprena, *-pinena, +- pinena, d  -limonena, teripinena %7einfeld dan

Pandis , "((3&.

Di daerah perkotaan dan ilayah industri,

C<;s diemisikan dari sektor transportasi,

 pembakaran bahan bakar fosil pada instalasi

 pembangkit listrik, stasiun pengisian bahan

 bakar, dan pembakaran %)rya, !000&. 7elain

itu dihasilkan pula dari penguapan dari

tangki bahan bakar, pada saat kendaraan bermotor beroperasi, pembakaran mesin dari

 pesaat %ill, "((3&.

Volatile Organic ompounds %C<;s& 

 bersamaan dengan =<> dapat menghasilkan

 polutan sekunder salah satunya adalah o?on

di permukaan dengan bantuan sinar matahari

yang kuat, suhu udara yang panas, dan aliran

udara yang tenang %)rya, !0004 ill, "((3&.Bagian dari C<;s, yaitu ; dapat berupa

gas apabila ; tersebut termasuk suku

rendah, berupa /airan apabila ; termasuk

suku sedang, dan berupa padatan apabila ;

termasuk suku tinggi %Eardhana, "((*&.

Ketiga sifat ; ini bila bereaksi terhadap

 =<> akan membentuk pero>ya/etyl nitrate

%P)=&. 7elanjutnya P)= ini bersamaan

0

dengan ;< dan o?on akan membentuk kabut

fotokimia yang dapat mengurangi jarak

 pandang dan merusak tanaman %Eardhana,

"((*&. Toksisitas C<;s yang mengandung; tergantung dari susunan ; tersebut. ;

aromatik lebih bera/un dibandingkan ;

alifatik maupun ; alisiklik. C<;s yang

mengandung ; suku rendah dapat

Page 33: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 33/66

menyebabkan iritasi pada membran mukosa,

 bila sampai masuk ke dalam paru-paru dapat

menimbulkan luka dan infeksi %Eardhana,

"((*&.

2..2 'akt&r E#i!i Ken$araan Ber#&t&r

8aktor emisi didefinisikan sebagai laju rata-

rata emisi polutan yang dikeluarkan terhadap

tingkat akti+itas dari kegiatan tersebut

%;ooper dan )lley, !00*&. 8aktor emisi

merupakan suatu faktor untuk

memperkirakan besarnya emisi dari satu

sumber polusi udara. Pada kebanyakankasus, faktor ini merupakan rata-rata dari

semua data tersedia yang menggambarkan

kualitas udara dan umumnya diasumsikan

sebagai data rata-rata representatif dalam

 jangka aktu lama untuk berbagai sumber

kategori.

8aktor emisi yang dihasilkan dari kendaraan

 bermotor merupakan laju rata-rata emisi

 polutan ketika kendaraan dikemudikan

dalam kondisi tertentu. 7e/ara matematis

faktor emisi kendaraan bermotor diberikan

sebagai satuan massa polutan per aktu

tempuh, satuan massa polutan per jarak atau

satuan massa polutan per jarak-aktu

tempuh %;ooper dan )lley, !00*&.

;ooper dan )lley %!00*& mengemukakan

 baha terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi besar-ke/ilnya emisi yang

dihasilkan dari kendaraan bermotor,

diantaranya9 desain mesin dan perangkat

 pengoperasian4 pengoperasian mesin selama

 berkendara4 kandungan bahan bakar4

 penerapan teknologi pengatur emisi4 dan

kondisi lingkungan dimana mesin

dioperasikan.

Kadar ;< hasil emisi kendaraan bermotor

meningkat bila pembakaran bahan bakar tidak

 berlangsung se/ara sempurna. Para Peneliti

 $esearch and %ducation  &ssociation dari

5adison )+enue melalui  buku !odern Pollution ontrol 'echnology(

Vol *(&ir Pollution ontrol tahun !01( 

mengemukakan penyebab tidak

sempurnanya pembakaran ini disebabkan

kadar oksigen yang rendah selama proses

 pembakaran, temperatur ruang bakar, lama

aktu tinggal gas dan gejolak per/ampurangas dalam ruang pembakaran.

Bila diasumsikan baha bahan bakar

% gasoline& yang digunakan adalah oktena,

maka stoikiometri pembakaran oktena

adalah sebagai berikut %;ooper dan )lley,

!00*&9

;1!3 G !" <" G *'.! =" 1 ;<" G "< G

*'.! ="

7kema stoikiometri pembakaran oktena

lainnya dikemukakan juga oleh eisketh

%!0$0& sebagai bentuk9

;1!$.' G !".2$' <" G *3.'' =" 1 ;<" G

1.$' "< G *3.'' ="

eaksi kimia di atas dapat menghasilkan

 produk yang berbeda-beda tergantung

 perbandingan antara bahan bakar yang

digunakan terhadap udara se/ara

keseluruhan. Konsep tersebut dikenal

dengan konsep &ir Fuel $atio %)8&. =ilai

)8 yang optimum pada pembakaran bahan bakar adalah !*.$ %;ooper dan )lley, !00*&

dan !*.0$ %esketh, !0$0&. 7ehingga se/ara

keseluruhan melalui dua stokiometri di atas,

stoikiometri )8 optimum pembakaran

ditunjukkan dengan garis putus-putus

+ertikal pada :ambar 2 dengan nilai sekitar

!'.

Pada nilai )8 sekitar !', produksi =<

hampir men/apai pun/aknya, sedangkan

kadar ;< sudah menurun. Pada kandungan

 bahan bakar yang lebih kaya %)8!'&,

oksigen yang dibutuhkan selama

 pembakaran tidaklah /ukup, sehingga terjadi

Page 34: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 34/66

 peningkatan kadar ;< dan penurunan kadar

 =<> akibat sedikitnya energi yang

dilepaskan. Ketika kandungan bahan bakar

lebih sedikit %)8L!'& dan terjadi pada

 pembakaran yang lebih normal, oksigen

yang diperlukan akan berlebih sehinggakadar ;< dan =<> yang dihasilkan tetap

rendah.

!(

7toikiometri

;<

Kaya 5iskin

 bahan bahan

 =<

;<

;

!'

)8 

%5odifikasi dari esketh, !0$0&

:ambar 2. Pengaruh )8 pada komposisigas buangan kendaraan bermotor 

Kendaraan yang dioperasikan pada kondisi

standar %idle&, berke/epatan rendah, dan

mengalami perlambatan, nilai )8 yang

dihasilkan rendah sehingga emisi ;< yang

dihasilkan tinggi. 7edangkan bila kendaraan

dioperasikan pada ke/epatan tinggi dan

selalu mengalami per/epatan, nilai )8

yang dihasilkan tinggi sehingga emisi ;<

yang dihasilkan rendah.

Perilaku selama berkendara turut

mempengaruhi pula kadar ;< yang

terbentuk. Berkemudi pada saat aal dimulai

dari ke/epatan rendah kemudian beranjak

meningkat ke/epatannya akan menghasilkan

kadar ;< yang lebih rendah dibandingkan

dengan mengemudi pada saat aal sudah

dimulai dengan ke/epatan tinggi. 7elain

 perilaku selama berkendara, kadar ;< juga

dipengaruhi se/ara langsung melalui kondisi

 jalan dan manajemen lalu lintas yang

dilaluinya. alu lintas dengan kepadatan

kendaraan yang tinggi akan memaksa katup-

katup pada ruang pembakaran bekerja

dengan ekstra untuk menyeimbangkan

dengan per/epatan kendaraan yang sering

 berubah-ubah.

Pe#&$elan *ate#ati! Di!per!i P&lutan

7einfeld dan Pandis %"((3&

Page 35: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 35/66

menyatakan pemodelan atmosfer dibagi

menjadi dua pendekatan utama, yaitu

 pendekatan se/ara fisik dan matematis.

Pendekatan se/ara fisik nantinya

menghasilkan model fisik yang dapat

digunakan untuk mensimulasi dinamikaatmosfer, /ontoh dari pemodelan jenis ini

adalah penggambaran dinamika atmosfer

skala ke/il dalam kajian ilayah tertentu

yang dimodelkan dalam saluran angin.

Pendekatan kedua adalah pendekatan

matematis yang selanjutnya menghasilkan

model matematis dinamika atmosfer.

5enurut 7einfeld dan Pandis %"((3& ada dua

 pendekatan matematis yang dapat dipakai

untuk menjelaskan difusi atmosfer. Pertama

adalah pendekatan %ulerian+ dalam

 pendekatan ini konsentrasi pen/emar adalah

relatif terhadap sistem koordinat tetap.

Pendekatan kedua adalah Lagrangian,

dalam pendekatan ini konsentrasi pen/emar

adalah relatif terhadap perpindahan fluida.

5asing-masing pendekatan tersebut

nantinya dapat diaplikasikan dalam semua

 pemodelan pendispersian polutan. 5odel-

model yang kerap digunakan dalam

 pendugaan dispersi polutan antara lain,

 fixed,box model, metode grid tiga dimensi,dan :aussian model.

5odel sederhana yang sering digunakan

untuk menduga kualitas udara adalah fixed,

box model. 5odel ini memasukkan sumber

emisi dekat lapisan permukaan, laju ad+eksi

masuk dan keluar dari dan ke sisi kotak,

 pemasukkan polutan dari atas karena

ketinggian /ampuran yang meningkat dan

 proses transformasi kimia. Bila /ampuran

 polutan sempurna seragam dalam batasan

ilayah kajian, model ini dapat memprediksi

konsentrasi +olume rata-rata sebagai fungsi

aktu. Prinsip matematis dari model ini

dinyatakan sebagai laju perubahan massa

dalam kotak khayal sebanding dengan

 jumlah laju massa ditambahkan semua

sumber emisi dalam kotak, perubahan

ad+eksi hori?ontal dan perubahan

 pemasukan dari lapisan atas dalam

ketinggian /ampuran %)rya, !000&9

 Lhd dt 

c  L-a - uh % cb . c & - L

dhdt  % cb .c &

 MM%!&

!!

Jika kondisi laju emisi konstan dan atmosfer

tenang persamaan di atas menjadi

ce  

 L -a

h u

 MM%"&

dengan9

Konsentrasi polutan %g#m2& N Panjang

ilayah kajian %m&

Page 36: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 36/66

aju emisi polutan ilayah kajian %gr#m"s&

Ke/epatan angin rata-rata pada ketinggian

%m#s&

Ketinggian mixing height  %m&

Difusi dari sumber-sumber indi+idu tidak

disarankan dalam pemakaian model ini,

sehingga /o/ok untuk mengestimasi dari

semua sumber polutan. Dengan perlakuan

kondisi meteorologi sederhana dalam bentuk 

transpor efektif angin dan ketinggian

/ampuran dapat digunakan dalam

memperkirakan proses fotokimia dan kimia

%)rya, !000&.

Bentuk kedua dari model kualitas udara

adalah model dispersi grid tiga dimensi.

5odel ini membagi kolom udara yang

 berada di atas kota atau daerah pengamatan

ke dalam lapisan-lapisan sel. Tiap sel

dipisahkan sel satu dengan yang lain. )rah

hori?ontal mempunyai ukuran grid yang

seragam sedang dalam arah +ertikal dibagi

menjadi %*-' lapisan&, yaitu setengah di atas

ketinggian /ampuran dan setengahnya lagi

di baah ketinggian /ampuran %de =e+ers,

!00'&. Data yang diperlukan berupa

ke/epatan angin dan arahnya pada pusat

masing-masing sel %digunakan untuk

menghitung laju masuk dan keluar meleati

lapisan antar sel&, estimasi emisi tip sel

lapisan baah % ground  level &, transformasi

kimia, deposisi polutan dari sel lapisan

 baah. Persamaan yang digunakan pada

model ini se/ara umum di tuliskan sebagai9

 MM%2&

dengan9

N )kumulasi polutan

 _  N )liran masuk polutan tiap sel

N )liran keluar polutan tiap sel

eaksi kimia polutan

Peluruhan kimia polutan

Dua bentuk persamaan terakhir ditambahkanuntuk mengestimasi konsentrasi dalam

lapisan tiap sel pada tiap akhir aktu. 5odel

ini memberikan manfaat dalam menghitung

 proses oksida fotokimia suatu polutan.

Bentuk ketiga dari model kualitas udara

adalah model dispersi bentuk :auss. 5odel

dispersi :auss se/ara umum dinyatakan

dalam persamaan9

, ,

/ /

/

/

Page 37: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 37/66

2

2

2

 MM%*&

dengan9

, , N Konsentrasi polutan  pada suatu titik%g#m

2&

N aju emisi %g#s&

Ke/epatan angin rata-rata pada ketinggian

!( meter %m&

Posisi arah y dalam koordinat kartesius %m&

Posisi arah ? dalam koordinat kartesius %m&

Persamaan %*& menunjukkan persamaan

:aussian pada sumber titik berkelanjutan

yang digunakan dalam menunjukkan

konsentrasi polutan yang dilepaskan dekat

 permukaan bumi dan kemudian terdispersi

dalam arah +ertikal dan hori?ontal %)rya,

!000&. Persamaan %*& digunakan dengan

asumsi9 ke/epatan dan arah angin konstan,

turbulensi atmosfer konstan, seluruh kepulan

tidak mengalami dry dan .ash deposition,

dispersi terjadi pada arah +ertikal dan tegaklurus %hori?ontal& arah angin, serta polutan

tidak mengalami transformasi kimia.

2.3 *&$el Di!per!i Bentuk 4au!!ian

7alah satu faktor utama yang mempengaruhi

dispersi polutan adalah ke/enderungan

 polutan- polutan tersebut untuk berdifusi.Proses difusi pada arah tertentu merupakan

suatu fenomena statistika. al ini ditandai

dengan perilaku molekul-molekul material

sepanjang arah yang dipilih memiliki

distribusi :aussian. 7elain itu, kur+a

konsentrasi material terhadap lokasi dari

sumber material yang berdifusi berbentuk

lon/eng yang serupa dengan kur+a distribusi

:aussian. Konsentrasi polutan maksimum

 berada dekat sumber dan konsentrasi

semakin berkurang untuk lokasi yang jauh

dari sumber. asil tersebut dapat digunakan

!"

memodelkan proses dispersi p olutan,

khususnya p ada sumber g aris %line source&.

ebih lanjut, dinamika at mosfer dibangun

oleh tiga landasan hukum dasar, yaitu huku

m konser+asi massa, ener gi dan

momentum

%)rya,

!00 0&.

Pada kasus

dispersi

 polutan

dalam

 permu dahan

 perhitungan dan input data biasanya di dekati

dengan hukum konser +asi massa saja. Ketiga

 jenis model yang telah dise butkan

sebelumnya

 juga mem akai hukum ini.

Dasar 

Page 38: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 38/66

dari

 penerapan hukum

kons er+asi

massa

adalah mengasumsikan

at mosfer 

 bersifat

incompre sible

%tidak 

termampatkan&.

Dasar teori dari persaman difu si ini

diberikan

dalan

 pernya taan hukum 8i/k 

%)rya,

!00 0&.

uku m

ini

menyatakan

 baha

flu>

difusi ma ssa

%8&

seb anding

dengan gra dien konsentrasi dengan ar ahnya

 berlaanan

dengan

flu>

difusi te rsebut.

Penjumlahan

dari

ad+ek si dan

difus i dari

tiap parsel

udara

selan jutnya

meru pakan

 penerapan d ari konser+asi massa.

Dispe rsi

 polutan

dalam

at mosfer 

dikembangk an

dari

hukum

kont inuitas

massa dan persamaan difusi-ad+eksi

atmosfer. Di baah kondisi non-isotropik,

 persamaan

difusi

yang memenuhi

hukum

konser+asi

massa dapat dituliskan seba gai9

c

Page 39: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 39/66

c

c

c

c

- u

-

v

- .

 /  x

-

 x

 y

 # 

Page 40: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 40/66

 x

 /  y

c

c

- S 

- $

-

 /  # 

Page 41: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 41/66

 # 

 y

 MM%'&

Persa maan %'& meru pakan bentuk dasar 

dari pemo delan

Page 42: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 42/66

disper si

 polutan

 bentuk 

:aussian. Bentuk persamaan %'& sebelah kiri

merupakan keadaan konsentrasi polutan

yang dipengaruhi oleh arah dan ke/epatan

angin. 7edangkan bentuk sebelah persamaan

%'& kanan menggamba rkan difusi eddy

dalam arah >,y,dan ?.

Penggunaan persam aan %'& mem enuhi

asumsi sebagai berikut9

Pada

k ondisi

angin

yang

tenang,

kompon en ke/epatan +ertikal lebih ke/il

dibandin gkan

den gan

komponen

ke/epatan hori?ontal sehingga ad+eksi

dalam

arah +ertikal diabaikan

dalam

 perbandingan arah ho ri?ontal4

Difusita s eddy bernilai konstan4

Tidak ada konstituen polutan yang

dipindah kan atau

k eluar dari

aliran

sehingga $N(4

7umber emisi

m engikuti

 bentuk 

.

2.3.1 *&$el Di!per!i P&lutan S u#%er

Titik - Point Sourc es,

Bentuk pertama dari solusi model

dispersi

: aussian

adal ah

untuk 

m nduga

 pendispersian

 polutan

sumber 

titik.

Persamaan ini

mulanya

diturunka n

dari

Page 43: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 43/66

konsep kon ser+asi

mass a,

hingga ak hirnya

diperoleh

 persamaan di ferensial

ord e

dua

dengan

 batas

 penyelesaian

 persamaan

terkait.

Dispersi

:aussian berhub ungan

dengan tipe umum persamaan matematis

yang

dig unakan

un tuk 

menje laskan

distribusi +ertikal

dan hori?ontal p olutan

 pada arah angin yang b erasal dari s umber

emisi.

Kepulan asap menyebar se/ara hori?ontal dan

+ertikal kemudian diikuti dengan pengurangan

k onsentrasi p olutan pada saat pergerakan a

rah angin. Daerah pen/ampur an +ertikal dan

hori?ontal dengan jarak arah angin dari sumber 

emisi pada umumnya terjadi pada ti ngkat yang

 be rbeda-beda, dis ebabkan per gerakan-

 pergerakan turbulensi di atmosfer yang terjadi

 pada

skala akt u dan ruang yang

 ber ariasi.

Ilustrasi u ntuk sumber titik ini

di sajikan

 pada :ambar *.

%7umber 9 5o dern Pollution ;o ntrol Te/hnology, !01(&

:ambar *. Persebaran p olutan pada s umber 

titik dengan m odel :auss

Persamaan umum yang digunakan dalam

sumber tit ik adalah % ;ooper dan )lley,

!00*&9

c % x , y , # & 

-

Page 44: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 44/66

e>p

.

 y "

"π 

u

σ 

σ 

"σ 

"

 y

Page 45: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 45/66

 # 

 y

Page 46: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 46/66

% #  .  "  &

"

% #  -  "  &

"

e>p .

- e>p  .

"σ 

"

Page 47: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 47/66

"σ 

"

 # 

 # 

 55 %3&

!2

Page 48: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 48/66

2.3.2 *&$el Di!per!i P&lutan Su#%er

4ari! - Line Source,

7olusi dispersi polutan sumber bergaris

diperoleh dengan menjumlahkan tiap

segmen-segmen penyusun sumber titik

 polutan. 7umber titik disini dapat dianggap

sebagai satu atau lebih moda transportasi

yang mengeluarkan emisi polutan dengan

laju konstan pada sembarang aktu. 67

@P) dan lembaga penelitian lainnya telah

mengembangkan sejumlah model sumber

garis, diantaranya model ;aline dan model

terakhir yang dikembangkan adalah I7;7T-

". Keseluruhan model sumber garis beserta

tahun perkembangannya disajikan dalamampiran !. 7e/ara umum model yang

dihasilkan meliputi pendekatan determistik

dan#atau stokastik, yang hingga kini lebih

sering digunakan %=agendra dan Khare,

"(("&. =amun berdasarkan karakteristik

sumber emisi, dispersi polutan sumber garis

dibedakan menjadi dua yaitu sumber garis

tidak terbatas %infinite& dan terbatas % finite&.

Su#%er 4ari! Ti$ak Ter%ata!

-infinite line source,

Pendispersian polutan yang dikeluarkan dari

kegiatan transportasi pada jalan raya sibuk

dapat dimodelkan dengan sumber garis tidak 

terbatas. Pada perhitungannya arah angin

dihitung tegak lurus terhadap sumber

 bergaris sehingga polutan hanya terdispersi

 pada sumbu ? %+ertikal& saja. 7edangkan

 pada sumbu y %memotong lintasan angin&

konsentrasi polutan akan seragam untuk

sumber garis tidak terbatas.

Dilley and Oen %!0$!& menurunkan solusi

analitik perpindahan dua dimensi dan

 persamaan difusi untuk menggambarkankonsentrasi polutan searah do.n.ind  dari

sumber garis tegak lurus arah angin tidak

terbatas. Baik angin dalam skala luas

maupun menengah disertakan dalam

 perhitungan model. ebih lanjut didapatkan

analisis baha angin skala menengah tidak

se/ara signifikan dalam mengurangi

kosentrasi polutan. Persamaan umum yang

digunakan dalam sumber garis tidak terbatas

adalah %)rya, !000&9

/

2

 MM%$&

Su#%er 4ari! Ter+ingga -Finite 

 Line Source,

Tidak semua sumber garis memiliki jarak

yang panjang, ada kalanya polutan yang

dikeluarkan moda transportasi berasal dari

sumber garis yang pendek. Jika sudah

demikian maka dibutuhkan modifikasi dari

 persamaan sumber bergaris tidak terbatas.

7ehingga dikenal pendekatan finite length 

line source %87& %Benson, !0$04 ;ooper  

dan )lley, !00*&. Istilah 87 sebenarnya

 berasal dari model kualitas udara sumber bergaris yang dikembangkan oleh

Departemen Transportasi ;alifornia yaitu

;)I=@. ingga kini model ;)I=@ yang

telah dikembangkan telah men/apai +ersi *.

5etode 87 ini merupakan metode yang

ampuh dalam menentukan konsentrasi

 polutan dibandingkan dengan metode

sumber bergaris tidak terbatas %;ooper dan

)lley, !00*&. 5etode ini menentukankonsentrasi polutan termasuk penyebarannya

dengan membagi ruas ruas tiap sumber

garis menjadi segmen-segmen terke/ilnya.

7etelah didapatkan segmen-segmen terke/il

Page 49: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 49/66

maka dilakukan perhitungan jarak dari

reseptor %penerima polutan& sampai sumber

 bergaris %penghasil polutan& tersebut dengan

tujuan menentukan besaran parameter

dispersi tiap reseptor. 5etode finite dalam

 pemodelan konsentrasi polutan sumber garistidak selalu digunakan oleh model ;)I=@,

sebagai /ontoh model IE)O masih

menggunakan metode finite dalam konsep

 pemakaiannya, yang membedakan hanyalah

asumsi dalam perhitungannya yang

menghitung se/ara keseluruhan sumber garis

dalam semua ruas jalan, sedangkan ;)I=@

menghitung konsentrasi setiap segmen jalan

se/ara terpisah. Deskripsi tentang metode

87 disajikan pada :ambar '.

Persamaan yang digunakan pada kasus

tersebut adalah %;ooper dan )lley, !00*&9

c % x , # & 

 / 

1 0

. 0

2

%"

π  &! # "

"

!

 MM%1&

Page 50: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 50/66

dengan9

Page 51: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 51/66

-

% # .  "  &

"

% # -  "  &

"

 /

e>p .

- e>p .

"

"

Page 52: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 52/66

uσ 

 # 

"σ 

 # 

"σ 

 # 

Page 53: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 53/66

 B"

!

 B

"

0" . 0

 B!

e>p

.

dB

%"π &!# "

"

Page 54: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 54/66

 B

 y "

4 B

 y"

Page 55: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 55/66

"

σ 

 y

"

σ 

 y

Page 56: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 56/66

!*

Page 57: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 57/66

7u mber9 5odifikas i dari ;ooper dan )lley, !00*

:ambar '. Deskripsi metode mod el 87

amb

dan

 = eiburger 

%!0$!&

menggunakan

 persamaan

difusi

Page 58: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 58/66

untuk 

menghitung

konsentras i polutan

yang

dihasilkan baik dari

su mber 

titik maupun

garis. 5odel

ini kem udian

diaplikasikan

terhadap k arakteristik 

difusi

model

untuk 

menghitung konsentrasi

;< tiap jam

 pada

$3( lokasi lembah os

)ngles. asil model

menunjukka n nilai yang

sesuai ter hadap hasil

obser+asi. ;alder %!0$2&

mengkaji pengaruh arah

angin sembarang pada

dispersi polusi sumber garis

dekat jalan. Didapatkan

 baha konsentrasi pada

reseptor meningkat perlahan

 pad a saat arah angin sejajar 

den gan jalan ray a.

Penelitian lain tentang

 polusi sumber garis

dilakukan oleh Benson %!

00"& telah mengkaji model

;)I=@ + ersi terdahulu ,

yaitu ;)I=@-2 dan ;)I

 =@-*. Die+aluasi kema

mpuan prediksi da ri

;)I=@ -* dan dite mukan

 baha kete patan yang lebih baik dite mukan

 pada

model

ini

dib andingkan

d engan

;)I=@-2.

2.6

Tinja uan

U#u#

7ila)a+

DKI

Jakarta

Permasalahan

 pen/emaran uda ra di

DKI

Jakarta dari

sektor 

transportasi tidak 

terlepas dari akti+itas dan

mobililitas penduduk s

ehari-hari. Jumlah pendud

uk dan pemakaian lahan

yang bertambah setiap

tahunnya tu rut mempen

garuhi kondi si lalu

Page 59: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 59/66

lintas di DKI Jakar ta yang

ak hirnya mempengaruhi

kualitas udara ambien di

DKI Jakart a

2.6.1 K&n$i!i De#&gra

i! DKI Jaka rta

Pendud uk DKI J akarta

mengalami perubahan

setiap tahunnya.

Berdasarkan data BP7,

 jumlah pend uduk DKI

Jakarta tahun "((3men/apai 1,0 3!,31( jia

dengan

 jumlah pe nduduk 

ter besar 

terdap at di

Kotamadya Jakarta

Timur.

7ed angkan

luasnya tet ap sepanjang

tahun, yaitu 33!.'" km" 

deng an kepadatan

 pendudu k di beberapa

 bagian sangat tinggi, teruta

ma di

Jakarta Pus at %!1,3!1

 j ia#km"&.

) nalisis

BP7 men unjukkan

ti ngginya

kepadatan

 penduduk tersebut

disebabkan oleh migrasi

masuk, teru tama pada hari

raya sepe rti idul fitri.

7elama kurun aktu lima

tahun terakhir, pendatang

 baru yang ter/atat pada

masa hari r aya rata-rata "

2(,((( jia#tahun.

7elama

kurun aktu tahun "(( (-

"((3

angka pert umbuhan

 penduduk DKI

Jakarta

men/apai

!.!!.

)ngka

t rsebut

menunjukk an

nilai

laju

 pertum buhan

 penduduk 

yang sang at

signifikan bila

dibandingk an

dengan

laju pertum buhan

 penduduk tahun !00(-"(((,

yang hanya bernilai (.!3 .

Berda sarkan analisis BP7

terlihat baha jumlah

 penduduk DKI Jakarta

selama ena m belas tahun

terakhir mengalami

 peningkata n sebesar (.0'

setiap tah unnya.

Page 60: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 60/66

!'

K&n$i!i Penggunaan

La+an DKI

Jakarta

Penggunaan lahan kota

Jakarta terdiri dari

terbangun dan tidak

terbangun. Berdasarkan

data penduduk Jakarta

Dalam )ngka tahun "((3

%BP7&, penggunaan lahan

terdiri dari perumahan,

industri, perkantoran, dan

 pergudangan, taman, dan

lain-lain. Penggunaan

lahan di DKI Jakarta

tahun "((3 didominasi

oleh perumahan, yaitu

men/apai 3*.!3

%*",**(.3! ha& dari

seluruh penggunaan lahan

di DKI Jakarta.

Kotamadya Jakarta Timur

memiliki penggunaan

lahan perumahan terbesar

%!2,2'! ha&. 7edangkan

 penggunaan lahan industri

terbesar terdapat di

Kotamadya Jakarta 6tara

yaitu men/apai *1.$*

%!,$**.1( ha& dari total

 penggunaan lahan untuk

industri. Penggunaan

lahan perkantoran dan

 pergudangan terbesar

terdapat di KotamadyaJakarta Timur %!,00$.''

ha& sedangkan untuk

taman, penggunaan lahan

terbesarnya terdapat di

Kotamadya Jakarta Timur

%"3".!* ha&.

Berdasarkan

 perkembangannya,

 penggunaan lahan DKI

Jakarta mengalami fluktuasi

dari tahun "(((-"((3 dengan

luas lahan 33!.'" ha.

Penggunaan lahan perumahan

selalu mendominasi

sedangkan taman yang

termasuk dalam lahan tidak

terbangun dan ruang terbuka

hijau selalu memiliki luas

lahan paling ke/il.

7ebaliknya, penggunaan lahan

terbangun dari tahun ke tahunmengalami peningkatan yang

/ukup pesat terutama

semenjak tahun "((( sampai

"((2 dimana rata-rata laju

 pertumbuhan luas lahan

terbangun men/apai "0.!"

 per tahun.

K&n$i!i Jaringan Jalan $an

Karakteri!tik Lalu Linta!

DKI

Jakarta

Jaringan jalan di ilayah DKI

Jakarta berkembang sesuai

dengan otoritas ilayah yang

menyangkut administratif

 jalan. Keutuhan ilayah

Jabotabek dalam konteks

sistem transportasi darat

terhubungi baik melalui

sistem jalan raya, sistem

Page 61: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 61/66

kereta api, dan sistem

angkutan umum yang

menghubungkannya. Total

 panjang jalan di DKI

Jakarta kurang lebih !(

dari total panjang jalan diJaa. Perbandingan antara

 panjang jalan dan total

area di Jakarta hanya

sekitar * , dimana

idealnya untuk kota

sebesar Jakarta adalah !(-

!' %Dinas Perhubungan

DKI Jakarta, "(($&.

Tabel ".

Panjang

 jalan

DKI

Jakarta

 berdasarkan fungsi dan

status,

"((3

8ungsi

Panjang %m&

uas %m"&

7tatus Jalan

Jalan

Tol

!!",03(.((

",*$",31(.((

-

)rteri

!!",!*0.((

",!*(,(0(.((

 =asional

Primer 

Kolektor 

'!,32!.$'

3$!,21*.'(

 =asional

Primer 

)rteri

Page 62: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 62/66

'(",3*.((

1,"00,(10.((

Propinsi

7ekunder 

Kolektor 

1"2,0!2.0!

3,0$(,021.$$

Propinsi

7ekunder 

okal

*,023,0"1.$$

"(,011,!(2.1!

Kotamadya

Jumlah

3,'*(,""".*2

*!,'*","13.(1

-

7umber9 BP7 Pusat DKI Jakarta,

"(($

Berdasarkan data yang

diperoleh, kondisi existing

%berlaku& panjang jalan di

 propinsi DKI Jakarta menurut

fungsi dan keenangannya

disajikan pada Tabel ".

Pengembangan jaringan jalan

saat ini di DKI Jakarta

diarahkan untuk

meningkatkan jalan arteri

mengingat kondisi

aksesibilitas dari hampir

seluruh ilayah DKI Jakartamenuju pusat kota dirasakan

masih sangat kurang. al ini

ditandai dengan terjadinya

antrian kendaraan pada

daerah-daerah tertentu

terutama pada jam- jam sibuk

 pagi dan sore hari. 7elain itu

 program pengembangan jalan

 bebas hambatan yang juga

merupakan jalan arteri terus

dilakukan, sehingga bebanarus lalu lintas pada jaringan

 jalan kota akibat lalu lintas

regional dapat

diminimumkan.

Tingkat perjalanan penduduk

DKI Jakarta dan ilayah

B<T)B@K mengalami

 pertumbuhan yang relatif

tinggi sejalan dengan pengembangan jaringan jalan.

Tingkat perjalanan ini pada

akhirnya akan mempengaruhi

mobilitas penduduk dalam arti

tingkat perjalanan yang

dilakukan penduduk baik di

ilayah DKI Jakarta, maupun

B<T)B@K juga mengalami

 peningkatan. Tingkat

 perjalanan yang tinggi juga

mengidentifikasikandiperlukan pasokan sistem

transportasi untuk

menampung pertumbuhan

lalu-lintas sejalan dengan

Page 63: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 63/66

 peningkatan mobilitas

 penduduk. Tabel 2

menyajikan tingkat

 perjalanan ilayah DKI

Jakarta dan B<T)B@K

menurut moda angkutanyang digunakan. Dari

seluruh moda yang

digunakan, perjalanan

menggunakan transportasi

kendaraan bermotor

mempunyai komposisi

tertinggi dibandingkan

 perjalan tanpa menggunakan

transportasi kendaraan

 bermotor.

!3

Tabel 2. Komposisi

 perjalanan

orang di

Jabotabek 

menurut

moda

angkutan tahun "(((

5oda

Perjalanan

<rang arian

7eluruh 5oda

"0,!31,22(

 1on,!otori#ed of 'ransport 

1,*(",$$!

 !otori#ed of 'ransport 

"(,$3',''0

7epeda 5otor 

",0'*,'!"

5obil Pribadi

3,*(*,'(2

Bus

!(,021,3*3

K)

*!3,*"3

7umber9 Dinas Perhubungan DKI

Jakarta, "(($

Kondisi perjalanan baik di

ilayah DKI Jakarta dan

B<T)B@K terlihat pada

Tabel *, yang

Page 64: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 64/66

menunjukkan panjang

 perjalanan rata-rata menurut

maksud perjalanan dan

kelompok pendapatan. Pada

kondisi tersebut terlihat

 baha pertumbuhan tingkat perjalanan tersebut pada

 periode tahun !01'-!00(

adalah !.' pertahun.

Tabel *. Panjang

 perjalanan

rata-rata

menurut

maksud

 perjalanan dan

kelompok pendapatan

Kelompok 

Bekerja

7ekolah

Pendapatan

Tahun

!01'

"(((

!01'

"(((

Tinggi

1.01

!(.""

*.23

$.*2

5enengah

1.('

!(.(*

2.*$

*.'0

)tas

5enengah

Page 65: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 65/66

$.("

0.03

".3'

2.10

Baah

endah

'.'1

'.0'

".!*

!.03

7umber9 Dinas Perhubungan DKI

Jakarta, "(($

2.8. Kualita! U$ara

 Roadside DKI Jakarta

Tingginya +olume

kendaraan bermotor

terutama kendaraan pribadi

yang beroperasi di jalan-

 jalan DKI Jakarta telah

menimbulkan kema/etan

lalu lintas, pen/emaran

udara dan kebisingan, serta

tingginya konsumsi bahan

 bakar. Jika menga/u pada

 proyeksi peningkatan

 jumlah kendaraan hingga

"(!' kualitas udara

Jakarta akan semakin buruk jika tidak dikelola

dengan baik %K, "(("&.

Bahkan dari analisa yang

dilakukan oleh Pusat Data

dan )nalisis Tempo

%PD)T, "((*&

menunjukkan pada tahun

"(!* sektor transportasi di

Jakarta akan mati total bila

tidak ada pembenahan

sistem tranportasi untuk

umum. Perkiraan tersebut

didasarkan pada

 pertumbuhan kendaraan

 bermotor di Jakarta yang

men/apai !! pertahun,

sedangkan pertumbuhan

 panjang jalan-jalan di

Jakarta tidak men/apai !

%Dinas Perhubungan DKI

Jakarta, "(($&.

Pengukuran kualitas udara

roadside akibat pengaruh

sumber kendaraan

 bermotor di sepanjang ruas

 jalan dan di kaasan

industri di Pro+insi DKI

Jakarta juga sudah

dilakukan oleh pihak

Badan

Pengelolaaningkungan

idup %BPD& DKI

Jakarta pada Tahun "((3.

Pemantauan kualitas udara

roadside dilakukan pada

ruas jalan di ilayah DKI

Jakarta, meliputi9 Jl.

;asablan/a, Jl. Perintis

Kemerdekaan, Jl. 5..

Thamrin, dan Jl. Pulo

Kambing %Kaasan

industri Pulo :adung&.

5en/akup parameter

 pen/emar P5!(, 7<", ;<,

<2, =<", dan =<.

Page 66: BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

8/19/2019 BAB II Tinjauan Pustaka G09esu-4

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-g09esu-4 66/66

Berdasarkan hasil

 pengukuran tersebut didapat

 baha kualitas udara

roadside untuk nilai rata-

rata harian seluruh lokasi

 pengukuran masih

memenuhi baku mutu udara

ambien. Konsentrasi

 parameter P5-!( tertinggi

terjadi di ruas Jl. Pulo

Kambing, hal ini disebabkan

karena ilayah ini sesuai

untuk peruntukkannya yaitu

kegiatan industri yang salah

satu emisi terbesarnya

adalah partikel debu.

Parameter lainnya yang

dipantau seperti 7<",

konsentrasi tertinggi

terdapat di ruas Jl. Perintis

Kemerdekaan. 7edangkan

 parameter ;<, konsentrasi

tertinggi terjadi di ruas Jl.

5.. Thamrin hal ini

disebabkan karena

kepadatan +olume lalu lintas

yang tinggi dibandingkan

ruas jalan lainnya.

Kemudian untuk parameter

<2, konsentrasi tertinggi

terjadi pada ruas Jl. Pulo

Kambing. 7elanjutnya untuk 

 parameter =<" tertinggi

terjadi di ruas Jl.

;asablan/a. Tingginya

 parameter =<" dipi/u oleh

 pembakaran kendaraan bermotor dalam keadaan

ma/et.

*ET0D0L04I

7aktu $an Te#pat

Penelitian ini dilaksanakan

 pada bulan 5aret 5ei

"((1. okasi yang

menjadi tempat

 pengamatan adalah Jalan

5.. Thamrin. Jalan 5.

Thamrin dipilih sebagai

ilayah pengamatan

karena bersinggungan

dengan jalur Trans-JakartaKoridor ! yang dipandang

sebagai rute tersibuk, yaitu

Jakarta Pusat yang

meliputi ilayah

 perkantoran pemerintah

 pusat dan sasta. ute

yang dileati yaitu9

7tasiun Kota, :lodok,

<limo, 5angga Besar,

7aah Besar, armoni,

5onas, Bank Indonesia,

7arinah, Bundaran I,

Tosari, Dukuh )tas,

7etiabudi, Karet,

Bendungan ilir, Polda

5etro Jaya, :elora Bung

Karno, Bundaran 7enayan,

)l-)?har, dan Terminal

Blok 5. okasi studi

disajikan pada :ambar 3.

!$