Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS
A. Tinjauan Pustaka
A.1 Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of
Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep rechtsct muncul di abad ke-
19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada saatnya hampir bersamaan muncul
pula konsep negara hukum (Rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan dengan negara
hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahannya didasarkan pada
hukum. Konsep Negara hukum atau Rechtsataat menurut Julius Stahl mencakup 4 elemen,
yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;
4. Peradilan tata usaha Negara
Menurut Setiono, sebagaimana dikutip oleh M. Andi Firdaus defenisi perlindungan
hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-
wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban
15
dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai
manusia.1
Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu
dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap
dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama
manusia.2 Menurut Philipus Hadjon, bahwa perlindungan Hukum dibagi menjadi dua macam,
yaitu:3
1. Perlindungan hukum yang preventif, bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa
2. Perlindungan hukum yang represif, bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Secara
harfiah, perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu cara, proses, perbuatan
melindungi berdasarkan hukum, atau dapat pula diartikan sebagai suatu perlindungan
yang diberikan hukum.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa hukum berfungsi sebagai
perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus
dilaksanakan secara profesional. Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan
dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam memberikan perlindungan
dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain dengan :
1. Membuat peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk:
a. Memberikan hak dan kewajiban
b. Menjamin hak-hak para subyek hukum;
1 M. Andi Firdaus, Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Pada Bidang Usaha Perkebunan Di
Indonesia, Skripsi, Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, hal. 24,diakses dari
http://www.uinjkt.ac.id> pada tanggal 9 September 2018 2 Muchsin,Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,Skripsi, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2003, hal. 14, diakses dari <http://raypratama.blogspot.com/2015/04/teori-perlindungan-
hukum.html> pada tanggal 9 September 2018 3 Philipus Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu,1987, hal. 22.
16
2. Menegakkan peraturan (by law enforcement) melalui:4
a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya
pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perjanjian dan pengawasan
b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dengan
mengenakan sanksi pidana dan hukuman;
c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery;
remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.
Jika dilihat dalam konteks perlindungan hukum terhadap pekerja, maka dapat
defenisikan bahwa pekerja mendapatkan perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja
terkait dalam keselamatan dan kesehatan pekerja.
A.2 Penegak Hukum
Penegak hukum atau orang yang bertugas menerapkan hukum mencakup ruang
lingkup yang sangat luas, sebab menyangkut petugas pada strata atas, menengah, dan
bawah. Artinya, di dalam melaksanakan tugas-tugas penerapan hukum, petugas seyogianya
harus memiliiki suatu pedoman, diantaranya peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang
lingkup tugas-tugasnya. Di dalam hal penegak hukum dimaksud, kemungkinan petugas
penegak hukum menghadapi hal-hal sebagai berikut :
1) Sampai sejauh mana petugas terikat dari peraturan-peraturan yang ada?
2) Sampai batas-batas mana petugas berkenan memberikan kebijakan?
3) Teladan macam apakah yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada masyarakat.
4 ahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung : Universitas
Lampung, 2007, hal. 31.
17
4) Sampai sejauh manakah derajat sinkronisasi penugasan- penugasan yang
diberikan kepada para petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas pada
wewenangnya?
A.2.1 Sarana/Fasilitas
Fasilitas atau sarana amat penting untuk mengefektifkan suatu aturan
tertentu. Ruang lingkup sarana dimaksud yaitu sarana fisik yang berfungsi sebagai
faktor pendukung.
A.2.2. Warga Masyarakat
Salah satu faktor yang mengefektifkan suatu peraturan adalah warga masyarakat.
Yang dimaksud disini adalah kesadarannya untuk mematuhi suatu peraturan
perundang-undangan, yang kerap disebut derajat kepatuhan.Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu
indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.
A.3 Pengaturan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
A.3.1 Pengertian Pekerja
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menentukan bahwa :
“setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa :
18
“setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang Dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk Masyarakat”.
Secara sosiologis kedudukan pekerja adalah tidak bebas, sebagai orang yang
tidak mempunyai bekal hidup lain daripada itu, ia terpaksa bekerja pada orang lain,
majikan inilah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja. Mengingat
kedudukan pekerja yang lebih rendah daripada majikan maka perlu adanya campur
tangan pemerintah untuk memberikan perlindungan hukumnya.
Perlindungan hukum bagi buruh sangat diperlukan mengingat kedudukannya
yang lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin yaitu :
Perlindungan hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan
perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa
majikan bertindak seperti dalam perundang- undangan tersebut benar-benar
dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara
yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik permasalahan yaitu bagaimana bentuk
perlindungan hukum bagi pekerja yang diputus hubungan kerjanya oleh majikan
karena melakukan kesalahan berat. Selain itu juga bagaimana upaya hukum yang
dapat dilakukan oleh pekerja apabila pekerja tidak mendapatkan haknya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
A.3.2 Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja
Tujuan Pembangunan Ketenagakerjaan berdasarkan ketentuan Pasal 4 UU
No.13 Tahun 2003 adalah :
19
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi
b. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah
c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja merupakan suatu kegiatan
yang terpadu untuk dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi tenaga
kerja Indonesia. Melalui pemberdayaan dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga
kerja Indonesia dapat berpartisipasi secara optimal dalam pembangunan nasional,
namun dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaannya.
Pemerataan kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah negara
kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja dengan memberikan
kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja
Indonesia sesuai bakat, minat, dan kemampuannya. Demikian pula pemerataan
penempatan tenaga kerja perlu diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan di seluruh
sektor dan daerah.
Penekanan pembangunan ketenagakerjaan pada pekerja mengingat bahwa
pekerja adalah pelaku pembangunan, berhasil tidaknya pembangunan terletak pada
kemampuan dan kualitas pekerja. Apabila kemampuan pekerja (tenaga kerja) tinggi
maka produktifitas akan tinggi pula, yang dapat mengakibatkan kesejahteraan
meningkat, Tenaga kerja menduduki posisi yang strategis untuk meningkatkan
produktifitas nasional dan kesejahteraan masyarakat.
20
A.3.3 Bentuk Perlindungan Hak Pekerja Dalam Rangka Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Salah satu hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia adalah hak
atas jaminan sosial. Oleh karena itu, sering kali dikemukakan bahwa jaminan sosial
merupakan program yang bersifat universal/umum yang harus diselenggarakan oleh
semua Negara.
Menurut Imam Soepomo, yang dimaksud dengan Jaminan Sosial adalah
pembayaran yang diterima oleh pihak buruh, dalam hal buruh diluar kesalahannya
tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (Income Security)
dalam hak buruh kehilangan upah karena alasan diluar kehendaknya.
Berdasarkan Pasal 86 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan :
a. Setiap Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2) Moral dan Kesusilaan
3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) dilaksanakan
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini
meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
21
Kecelakaan Kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko
yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya.Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko risiko sosial seperti
kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik ataupun mental,
maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha, sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan
kerja yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan
rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai
berangkat kerja sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit
akibat hubungan kerja.
b. Jaminan Kematian
Pekerja/buruh yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja
akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada
kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu,
diperlukan Jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga
baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun dalam bentuk santunan
berupa uang.
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang
menjadi Peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.
Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga
baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
Pengusaha wajib menanggung iuran program Jaminan Kematian sebesar
22
0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp. 6 Juta terdiri dari
Rp.5 Juta santunan kematian dan Rp.1 Juta uang pemakaman.
c. Jaminan Hari Tua
Hari Tua dapat mengakibatkan terputusnya upah pekerja/buruh
karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat
menimbulkan kerisauan bagi pekerja/buruh dan mempengaruhi ketenangan
kerja sewaktu mereka masih bekerja, terutama bagi mereka yang
penghasilannya rendah. Jaminan Hari Tua memberikan kepastian
penerimaan penghasilan yang dibayarkan sekaligus dan atau berkala pada
saat pekerja/buruh mencapai usia lima puluh lima tahun atau memenuhi
persyaratan tertentu.
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan Kesehatan adalah Hak Tenaga Kerja (JPK) adalah
salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya
mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik
kesehatan, rumah sakit dan kebutuhan alat Bantu peningkatan fungsi organ
tubuh dan pengobatan secara efektif dan efisien. Pemeliharaan Kesehatan
dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja/buruh sehingga
dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan
di bidang penyembuhan.
Unsur yang terkandung dalam jaminan sosial tenaga kerja ini adalah sebagai
berikut :
a. Program Publik
23
Jaminan sosial merupakan program publik, yaitu suatu program
yang memberikan hak dan kewajiban secara pasti (compulsory) bagi
pengusaha dan pekerja/buruh berdasarkan Undang-Undang No. 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Hak yang diberikan berupa
santunan tunai dan pelayanan medis bagi pekerja/buruh dan keluarganya,
sedangkan kewajibannya berupa kepesertaan dan pembiayaan dalam
program ini.
b. Perlindungan
Jaminan sosial memberikan perlindungan yang sifatnya dasar
dengan maksud untuk menjaga hakikat dan martabat manusia jika
mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang dapat
dijangkau oleh setiap pengusaha dan pekerja/buruh sendiri.
c. Risiko Sosial Ekonomi
Risiko-risiko yang ditanggulangi terbatas pada peristiwa-peristiwa
kecelakaan sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia yang
mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan pekerja/buruh dan
membutuhkan perawatan medis.
Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh
dan majikan, yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh, mengikatkan
diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya, majikan, yang
mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar
upah,“pada pihak lainnya”mengandung arti bahwa pihak buruh dalam
melakukan pekerjaan itu berada di bawah pimpinan pihak majikan. Hubungan
kerja dilakukan oleh subyek hukum. Subyek hukum yang terikat dalam
24
hubungan kerja ini adalah pengusaha dan pekerja. Pengertian pekerja/buruh
berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu
“Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain”.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 membedakan pengertian antara
pengusaha, pemberi kerja dan perusahaan. Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 pengertian pemberi kerja yaitu :
“Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.”
A.4 Standar Operasional dan Prosedural Managemen Pertambangan Terkait
Keselamatan Kerja
Standar operasional dan prosedural terkait keselamatan kerja didaerah
pertambangan dapat merujuk pada Pasal 14 Peraturan Menteri Energi Dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan Pengawasan
Pertambangan Mineral Dan Batubara yang berbunyi :
1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi,dan
IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) huruf c dan huruf d.
2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
25
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk
terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, sifat,
atau luas area kerja.
3) Ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
b. keselamatan operasi pertambangan.
4) Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. keselamatan kerja pertambangan yang meliputi
1. manajemen risiko
2. program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan
terjadinya kecelakaan, kebakaran, dan kejadian lain yang
berbahaya
3. pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja
4. administrasi keselamatan kerja
5. manajemen keadaan darurat
6. inspeksi keselamatan kerja
26
7. pencegahan dan penyelidikan kecelakaan
b. kesehatan kerja pertambangan meliputi program
kesehatanpekerja/buruh, higienis dan sanitasi, ergonomis,
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh,
dan/atau diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja; dan
c. lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan
perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap
kondisi lingkungan kerja.
5) Keselamatan operasi pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan sebagai berikut :
1. merencanakan sistem pemeliharaan atau perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2. menunjuk penanggung jawab dalam sistem pemeliharaan
atau perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan; dan
3. melaksanakan sistem pemeliharaan atau perawatan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan standar nasional atau internasional yang diakui;
b. pengamanan instalasi
27
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan
pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan kelayakan
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan
g. keselamatan fasilitas pertambangan
h. keselamatan Eksplorasi
i. keselamatan tambang permukaan
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan k. keselamatan kapal
keruk/isap.
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi wajib melakukan ketentuan keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan Studi
Kelayakan, Dokumen Lingkungan Hidup, dan RKAB Tahunan yang telah
disetujui sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Hasil Penelitian
B.1 Profile Perusahaan PT. Freeport Indonesia
Merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan. PTFI menambang,
memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga,
emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi
Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas
dan perak ke seluruh penjuru dunia.
28
Kompleks tambang milik kami di Grasberg merupakan salah satu penghasil
tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan mengandung cadangan tembaga
yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain cadangan tunggal emas terbesar di
dunia. Grasberg berada di jantung suatu wilayah mineral yang sangat melimpah, di
mana kegiatan eksplorasi yang berlanjut membuka peluang untuk terus menambah
cadangan kami yang berusia panjang.
Freeport-McMoRan (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional
utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengelola
beragam aset besar berusia panjang yang tersebar secara geografis di atas empat
benua, dengan cadangan signifikan terbukti dan terkira dari tembaga, emas dan
molybdenum. Mulai dari pegunungan khatulistiwa di Papua, Indonesia, hingga gurun-
gurun di Barat Daya Amerika Serikat, gunung api megah di Peru, daerah tradisional
penghasil tembaga di Chile dan peluang baru menggairahkan di Republik Demokrasi
Kongo, kami berada di garis depan pemasokan logam yang sangat dibutuhkan di
dunia.
Freeport-McMoRan merupakan perusahaan publik di bidang tembaga yang
terbesar di dunia, penghasil utama di dunia dari molybdenum – logam yang
digunakan pada campuran logam baja berkekuatan tinggi, produk kimia, dan produksi
pelumas – serta produsen besar emas. Selaku pemimpin industri, FCX telah
menunjukkan keahlian terbukti untuk teknologi maupun metode produksi
menghasilkan tembaga, emas dan molybdenum. FCX menyelenggarakan kegiatan
melalui beberapa anak perusahaan utama; PTFI, Freeport-McMoRan Corporation dan
Atlantic Copper.
29
PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah cerminan keberagaman Indonesia kecil,
sarat keberagaman budaya dan suku menjadi kekuatan kami. Kami datang dari
berbagai propinsi di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, berkarya dan
berkontribusi bersama untuk negeri tercinta Indonesia.
PT Freeport Indonesia menyerap tenaga kerja langsung PTFI dan kontraktor
sebanyak 28.100 dengan komposisi pekerja langsung 7.031 dengan komposisi Pekerja
Non Papua 4.002 , Pekerja Asli Papua 2.893 dan Pekerja Asing 136.
Selain itu, PT Freeport Indonesia mempunyi visi dan misi dalam menjalankan
usahanya, berikut di bawah ini penulis sebutkan visi dan misinya sebagaimana dikutip
dari situs resmi PT Freeport Indonesia.5
Visi
Menjadi perusahaan tambang kelas dunia yang menciptakan nilai-nilai unggul
dan menjadi kebanggaan bagi seluruh pemangku kepentingan termasuk
karyawan, masyarakat, dan bangsa.
Misi
Berkomitmen untuk secara kreatif mentransformasikan sumber daya alam
menjadi kesejahteraan dan pembangunan yang berkelanjutan melalui praktek-
praktek pertambangan terbaik dengan memprioritaskan kesejahteraan dan
ketentraman karyawan dan masyarakat, pengembangan SDM, tanggung jawab
sosial dan lingkungan hidup, serta keselamatan dan kesehatan kerja.
5 https://ptfi.co.id/id/vision-and-mission, diakses pada tanggal 9 Januari 2019, Pukul 14:59.
30
B.2 Perlindungan Jaminan BPJS
Sebagai badan usaha, PT Freeport Indonesia wajib mendaftarkan pekerja dan
keluarganya menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan. Senior Manager Human
Resources Freeport Indonesia, Eko Nugroho, mengatakan sejak September 2014
Freeport Indonesia dan BPJS Kesehatan melakukan persiapan untuk bekerjasama.
Jumlah pekerja PT Freeport Indonesia dan keluarganya sekitar 13 ribu orang.
Kerjasama ini ditujukan agar seluruh pekerja Freeport Indonesia dan
keluarganya ikut menjadi peserta BPJS Kesehatan. Begitu pula dengan fasilitas
kesehatan (faskes) yang dimiliki Freeport Indonesia menjadi faskes yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan. Lewat persiapan itu, kendala yang dihadapi dalam proses
menuju kerjasama itu dapat dilewati dengan baik.
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama BPJS Kesehatan Cabang Jayapura
dengan RS dan Klinik PT Freeport Indonesia di kantor BPJS Kesehatan di Jakarta. PT
Freeport Indonesia mau melaksanakan kewajiban itu sebaik-baiknya. Apalagi, program
JKN/KIS menerapkan prinsip gotong royong antar pesertanya yakni peserta sehat
membantu yang sakit.
Dorongan yang dilakukan terhadap PT Freeport Indonesia untuk menjalin
kerjasama dengan BPJS Kesehatan menurut Eko juga dilakukan oleh serikat pekerja di
Freeport Indonesia. Menurutnya, serikat pekerja menginginkan agar ada jaminan
kesehatan bagi pekerja yang masuk usia pensiun. Sehingga, pekerja yang sudah pensiun
itu masih bisa memiliki jaminan kesehatan seumur hidup. Mekanisme itu
memungkinkan karena pekerja yang pensiun bisa melanjutkan kepesertaannya di BPJS
Kesehatan lewat mekanisme peserta mandiri.
31
Jaminan kesehatan yang diberikan Freeport terhadap pekerja dan keluarganya
sudah sangat baik. Freeport menggunakan mekanisme self insurance atau asuransi yang
dikelola sendiri. Walau kualitas pelayanan kesehatan dengan mekanisme itu tergolong
lebih baik, namun cakupan faskesnya terbatas.
Kerjasama dengan BPJS Kesehatan, berharap agar faskes yang melayani
pekerja Freeport dan keluarganya bisa lebih luas serta manfaat yang diterima selama ini
tidak berkurang. Mekanisme self insurance pun tetap berjalan. Freeport Indonesia
menjalankan mekanisme koordinasi manfaat atau coordination of benefits (COB) dalam
menggelar jaminan kesehatan untuk pekerja dan keluarganya. Yakni selain menjadi
peserta BPJS Kesehatan, Freeport Indonesia juga menyelenggarakan sistem self
insurance.
Dengan COB PT. Freeport memberikan manfaat lebih kepada pekerja dan
keluarganya daripada standar yang diberikan BPJS Kesehatan. Lewat mekanisme itu
maka pekerja Freeport dan keluarganya bisa mendapat pelayanan kesehatan di faskes
yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Sebab, BPJS Kesehatan tidak
menanggung biaya pelayanan kesehatan peserta di faskes yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan kecuali dalam keadaan darurat.
BPJS Kesehatan akan menanggung secara penuh pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pekerja Freeport dan keluarganya jika menjalankan prosedur yang
berlaku. Misalnya, melakukan rujukan berjenjang yakni melalui fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP) seperti klinik dan puskesmas. Ketika FKTP tidak mampu
menangani peserta maka dirujuk ke faskes tingkat lanjut seperti rumah sakit.
Asumsinya BPJS Kesehatan ini diambil oleh karyawan atau pegawai PT.
Freeport Indonesia yang memilki keluarga dengan lebih dari 2 (dua) anak sehingga
32
dapat diproteksi oleh BPJS Kesehatan namun ini juga diambil non-pegawai PT.
Freeport Indonesia untuk proteksi terkait dengan kesehatan kerja.
B.3 Kasus Kecelakaan Kerja
Fakta yang terjadi setiap pekerja PT. Freport Indonesia sebelum masuk ke
lapangan harus di check “safety first” apakah pekerja layak untuk masuk kedalam
lapangan atau lebih tepatnya di lokasi tambang. Pekerja dari barak atau rumah
diangkut ke tempat kerja sampai pulang kerja kembali kerumah sampai dinyatakan
aman. Kondisi yang sangat berbahaya dan peluang terjadi kecelakaan kerja ketika
mau berangkat atau kembali dari lokasi tambang6 ini terlihat dalam tabel dibawah.
Tabel I. PTFI Safety Performance 2016-2017
Accident Numbers
Description 2016 2017 Variance Status
Fatal 4 1 -75% Unsafe
Lost Time 27 21 -22% Safe
Restricted
Duty
18 17 -6% Safe
Medical
Treatment
69 33 -52% Safe
First Aid 136 90 -34% Safe
Occupational
Illness
0 0 0% Safe
Heavy
Equipment
Damage
479 284 -41% Safe
Light
Vehicle
Damage
328 270 -18% Safe
Stationary 88 56 -36% Safe
6 Hasil Wawancara dengan Yunus Ramba Papalangi General Foreman PT. Freeport Indonesia
33
Damage
Tabel. I diatas menjelaskan kecelakaan kerja PT. Freeprort Indonesia yang mengakibatkan
kematian, mendapatkan pertolongan pertama, mendapat perawatan medis serta peralatan atau
kendaraan yang mengalami kerusakan.
Hasil penelitian yang dilakukan Penulis juga menjelaskan ada beberapa gambar
kecelakaan kerja yang terjadi bukan hanya faktor alam namun juga karena faktor situasi
keamanan dimana ada gangguan dari pihak Kelompok Kriminal Bersenjata yang ada di
Papua.
Gambar I : Angkutan Pekerja PT. Freeport Indonesia Mengalami Kecelakaan
Di Lokasi Tambang
34
Gambar II : Kondisi Mobil Pengawas Lapangan PT. Freeport Indonesia Yang
Mengalami Kecelakaan di Lokasi Pertambangan
Gambar III : Kondisi Kencelakaan Kerja Mobil Pengawas
35
Gambar IV : Kondisi Kecelakaan Mobil Pengawas
Gambar V7 : Produksi Freeport Terganggu Karena Insiden Penembakan
7 https://fajar.co.id/2018/05/02/produksi-freeport-terganggu-karena-insiden-penembakan didownload 25 Januari
2019
36
Gambar VI8 : Longsor Freeport, Seorang Pekerja Tewas
Gambar I dan IV diatas ini merupakan salah satu contoh kasus kejadian
kecelakaan kerja disaat mengangkut pekerja tambang karna lokasi tambang di penuhi
kabut saat itu sehingga pandang sangat pendek menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja di antara mobil pengawas lokasi tambang dengan bus pengangkut pekerja
tambang. Sementara gambar V menjelaskan kendaraan PT. Freeport Indonesia yang
ditembak dan dibakar oleh salah satu oknum Kelompok Kriminal Bersenjata pada saat
kendaraan tersebut sedang dalam keadaan aktif kerja, kemudian gambar VI
menjelaskan salah satu proses evakuasi korban longsor di lokasi tambang bawah tanah
underground di lokasi PT. Freeport Indonesia.
B.4. Standard Operasional Perusahaan (SOP) di PT. Freeport Indonesia
8 https://www.viva.co.id/berita/nasional/538108-longsor-freeport-seorang-pekerja-tewas didownload 25 Januari
2019
37
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) selalu menjadi fokus utama PT.
Freeport Indonesia. Komitmen K3 adalah yang paling utama. Untuk memastikan hal
itu, selain mengimplementasikannya dalam bentuk kebijakan, strategi dan standar
operasi prosedur yang ketat, kami juga mengikuti berbagai sertifikasi internasional
tentang K3 seperti OHSAS 18001:2007 dan NOSA 5 Star Rating. Secara rutin
melakukan pemantauan atas sertifikasi yang diberikan. Oleh karena itu kami mampu
untuk terus memastikan bahwa kebijakan hingga implementasi K3 selalu dipantau dan
diperbaharui mengikuti perkembangan isu strategis di organisasi kerja kami untuk
mencapai hasil kualitas K3 terbaik.
Di tahun 2012 kami tidak menyelenggarakan audit OHSAS 18001:2007 karena
manajemen sedang berkonsentrasi pada rekonsiliasi pasca-pemogokan. Melaksanakan
sebuah program keselamatan untuk wilayah operasi dengan melibatkan 29.947
karyawan dan kontraktor merupakan sebuah tantangan tersendiri. Kegiatan operasi
kami mulai dari aktivitas penambangan dan peleburan, pengolahan bijih, pembangkit
tenaga listrik, operasi pengangkutan darat, udara, pengelolaan pelabuhan laut, dan
kapal laut, pusat-pusat pemukiman, asrama, dan pengelolaan hotel serta bandara.
Untuk itu, diperlukan kecermatan dan kerja sama tim yang handal dalam pengelolaan
keselamatan.
Hal itu melibatkan fokus pengelolaan dan penyeliaan; suatu sistem pengelolaan
keselamatan untuk setiap aspek operasi; pelatihan keterampilan dan penyeliaan
pendahuluan, dasar, dan khusus (safety induction) termasuk kursus penyegaran
tahunan (annual refresher); sebuah sistem untuk memantau hasil dan kemajuan dalam
mencapai sasaran-sasaran keselamatan; serta evaluasi menyeluruh atas sistem kerja
yang telah diterapkan.
38
B.5. Peraturan PT. Freeport Indonesia Terkait Keselamatan Kesehatan Kerja
Sehubungan dengan dibutuhkannya aturan-aturan terkait dengan keselamatan
kerja sesuai dengan amanat dari Undang-Undang maka PT. Freeport Indonesia terkait
dengan keselamatan kesehatan kerja dengan menjunjung tinggi hak hak dari karyawan
atau pegawai PT. Freeport Indoensia maka Perusahaan dan pekerja memenuhi dan
melaksanakan pedoman hubungan industrial yakni Pedoman Hubungan Industrial
2017 Pasal 28 Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Pertambangan yang berbunyi :
1. Pekerja Memiliki kewajiban untuk :
a. Area Kerja
1) Menjaga kebersihan dan kerapian di area kerja
2) Memenuhi ketentuan tentang tata cara mengubah bangunan,
instalasi listrik, sistem ventilasi sesuai ketentuan perusahaan.
b. Peralatan, Permesinan, dan Alat Pelindung Diri
1) Melakukan pemeriksaan pra-operasi dan berkata terhadap
peralatan, perakakas area kerja, seerta melakukan perbaikan dan
/ atau melaporkan kondisi yang tidak selamat kepada penyelia
agar dilakukan perbaikan
2) Memiliki lisensi dan sudah mengikuti pelatihan untuk
mengoperasikan peraltan/ permesinan
3) Mematahi dan melaksanakan prosedur keselamatan kerja di
Area Kerja termasuk prosedur Lockout Tagout Tryout, kerja
panas, bekerja diketinggian, ruang tertutup penggalian dan
pemaritan, penangnnan lumpur basah (wet muck), pengurfangan
39
batuan, konvoi haul truck, atau bekerja dengan bahan kimia
berbahaya.
4) Memakai dan merawat APD sesuai dengan area, jenis pekerjaan
dan ketentuan perusahaan.
c. Penanganan Kondisi Darurat dan Kebakaran
1) Menjaga dan memelihara kondisi peralatan darurat di
lingkungan perusahaan
2) Mematuhi ketentuan perusahaan yang berhubungan dengan
kondisi darurat dan bahaya kebakaran
3) Pekerja dilarang mengubah peralatan darurat
d. Pelaporan dan Penyelidikan K3LP
1) Melaoprkan kecelakaan/insiden, kejadian hampir celaka,
tumpahan konsentrat, minyak, oli, atau bahan berbahaya
beracun (b3) kepada Penyelia atau petugas yang ditunjuk atau
melalui jalur cepat komunikasi
2) Melaporkan kepada Penyelia Langsung atau penyelia pada
kesempatan pertama apabila menghadapi tugas/pekerjaan yang
dianggap tidak dapat selamat dan/atau tidak memenuhi
persyaratan K3LLP yang dapat mebahayakan keselatan
pekerja, orang lain, lingkujgan dan /atau barang-barang
perusahaan
1) Mengehntikan, memperbaiki dan/atau melaporkan tindakan dan
kondisi tidak selamat kepada penyelia, jalur komunikasi atau
petugas yang ditunjuk
40
2) Memberikan informasi yang benar dan tepat untuk proses
penyelidikan yang berhubungan dengan K3LLP
3) Mengamankan barang bukti yang berhubungan dengafn
kecelakaan atau kerjadian K3LLP tetap pada kondfisi apa adanya
untuk keperluan investigasi.
a. Prosedur
1) Memahami dan mematuhi standar, prosedur, kebijakandan perijinan
K3LLP dalam menjalankan tugas dan tnggungjawabnya di Area
Kerja, lingkungan perusahaan , dan/atau diluar lingkungan
perusahaan yang ditetapkan.
2) Bekerja sesuai dengan standar dan prosedur K3LLP untuk
mencegah kecederaan, kecelakaan dan/atau kerusakan barang milik
perusahaan
3) Menindaklanjuti hasil temuan-temuan inspeksi dan audit yang
dilakukan perusahaan
4) Bertanggungjawab atas tindakan-tindakan pribadinya sesuai dengan
praktek kerfja yang selamat sebagaimana diuraikan dalam standar,
prosedur dan kebijakan K2LLP Perusahaan
5) Mengikuti pemeriksaan kesehatan berkala yang penjadwalannya
ditentukan berdasarkan paparan intensitas resiko kesehatan di
tempat kerjanya dan/atau menurut peraturan perundag-undangan
yang berlaku
6) Menghadiri orientasi, pengarahan atau pelatihan K2LLP yang
dijadwalkan oleh Penyelia atau petugas yang ditunjuk
7) Mematuhi peraturan lalu lintas di lingkungan perusahaan.
41
C. Analisis
C.1 Implementasi Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT.
Freeport Indonesia.
Das sollen itu adalah peraturan hukum yang bersifat umum, sedangkan
das sein adalah suatu peristiwa konkret yang terjadi di masyarakat. Das sollen
dan das sein ditemukan dalam penelitian hukum. Das sollen adalah apa yang
seharusnya hukum sebagai fakta hukum yang diungkapkan para ahli hukum
dalam tataran teoritik (law in the books), yakni hukum dalam bentuk cita-cita
bagaimana seharusnya; sedangkan (das sein) lebih kepada hukum sebagai fakta
(yang senyatanya), yaitu hukum yang hidup berkembang dan berproses di
masyarakat (law in action).9
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batu Bara serta Pedoman Hubungan
Industrial 2017 Dalam Pedoman Kerja Bersama XIX dan Pedoman Hubungan
Industrial IX PT.Freeport Indonesia ini merupakan aturan-aturan ketenagakerjaan
yang dicita-citakan Das Sollen dalam melakukan perlindungan terkait kesehatan
dan keselamata tenaga kerja di PT. Freeport Indonesia, sementara Das Sein
standar aturan telah diterapkan namun tetap kecelakaan kerja terjadi dilingkungan
PT. Freeport Indonesia.
9 Sabian Utsman Metodologi Penelitian Hukum Progresif, (hal.17)
42
Dengan berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan maka
penulis menganalisis berdasarkan Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara
sederhana dimaksudkan dengan negara hukum adalah negara yang
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahannya didasarkan pada hukum.
Konsep Negara hukum atau Rechtsataat menurut Julius Stahl mencakup
4 elemen, yakni Pertama Perlindungan hak asasi manusia; Kedua Pembagian
kekuasaan, Ketiga Pemerintahan berdasarkan undang-undang dan Keempat
Peradilan tata usaha Negara. Dalam konsep Julius Stahl ini maka Negara hadir
dalam melindungi serta menjamin keberadaan hak-hak pekerja dan berdasarkan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tetang Ketenagakerjaan dan Peraturan
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan
Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara
Menurut Philipus Hadjon, bahwa perlindungan Hukum dibagi menjadi
dua macam, yaitu Pertama perlindungan hukum yang preventif, bertujuan untuk
mencegah terjadinya sengketa dan Kedua perlindungan hukum yang represif,
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Secara harfiah, perlindungan hukum
dapat diartikan sebagai suatu cara, proses, perbuatan melindungi berdasarkan
hukum, atau dapat pula diartikan sebagai suatu perlindungan yang diberikan
hukum. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No. 26 Tahun 2018 ini memberikan perlindungan
sekaligus mencegah terjadi sengketa antara pekerja dan PT. Freeport Indonesia
ini Indonesia terutama terkait jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
43
D. 2 Perlindungan Hukum Tenaga Kerja PT. Freeport Indonesia Berdasarkan
Peraturan Perundangan dan Pedoman Hubungan Industrial PT.Freeport
Indonesia 2015 Sehubungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
D.2.a. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja PT. Freeport Indonesia berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Penulis menganalisis kecelakaan kerja yang terjadi dilingkungan kerja
PT. Freeport Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan yakni dengan melihat Tujuan Pembangunan
Ketenagakerjaan berdasarkan ketentuan Pasal 4 Huruf (c) dan (d) UU No.13
Tahun 2003 adalah
(c) Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
(d) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Pasal ini dengan jelas mengatakan bahwa Negara menjamin setiap tenaga
kerja mendapat perlindungan dalam mewujudkan kesejahteraaan dan
meninggkat kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga. Ini mau mengatakan
bahwa perlindungan diberikan kepada tenaga kerja selalagi masih menjadi
bagian atau menjadi pekerja di perusahaan tersebut dalam hal ini PT. Freeport
Indoensia.
Kemudian Pasal 86 huruf (a) dan (b) Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan :
44
i. Setiap Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ii. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Sehubungan kecelakaan kerja yang terjadi dilokasi tambang
berdasarkan pada laporan Tabel I. Safety Performance 2016-2017 dan
Gambar I-IV serta Gambar VI akibat keadaan alam yang tidak mendukung
sehingga terjadi kecelakaan dan juga terjadi dikarenakan penyerangan oleh
kelompok bersenjata, perusahaan dalam hal ini PT. Freeport Indonesia mampu
memproteksi dengan memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja
yang menjadi korban, serta mitra PT. Freeport Indonesia seperti BPJS
Ketenagakerjaan juga ikut memproteksi korban kecelakaan kerja dengan
bentuk proteksi yang dilakukan :
1. Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan), antara lain:
1. pemeriksaan dasar dan penunjang;
2. perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
3. rawat inap dengan kelas ruang perawatan yang setara
dengan kelas I rumah sakit pemerintah;
4. perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU);
5. penunjang diagnostic;
6. pengobatan dengan obat generik (diutamakan) dan/atau
obat bermerk (paten)
7. pelayanan khusus;
45
8. alat kesehatan dan implant;
9. jasa dokter/medis;
10. operasi;
11. transfusi darah (pelayanan darah); dan
12. rehabilitasi medik.
Pelayanan kesehatan diberikan tanpa batasan plafon sepanjang sesuai
kebutuhan medis (medical need).Pelayanan kesehatan diberikan melalui
fasilitas kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan
(trauma center BPJS Ketenagakerjaan).Penggantian biaya (reimbursement)
atas perawatan dan pengobatan, hanya berlaku untuk daerah remote area atau
didaerah yang tidak ada trauma center BPJS. Ketenagakerjaan. Penggantian
biaya diberikan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Santunan berbentuk uang, antara lain:
a. Penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan
kerja/penyakit akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau kerumahnya,
termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan;.
1. Angkutan darat/sungai/danau diganti maksimal Rp1.000.000,- (satu
juta rupiah).
2. Angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000 (satu setengah juta
rupiah).
3. Angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000 (dua setengah juta
rupiah).
Perhitungan biaya transportasi untuk kasus kecelakaan kerja yang
menggunakan lebih dari satu jenis transportasi berhak atas biaya maksimal
46
dari masing-masing angkutan yang digunakan dan diganti sesuai
bukti/kuitansi dengan penjumlahan batasan maksimal dari semua jenis
transportasi yang digunakan
b. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), dengan perincian penggantian,
sebagai berikut:
1. 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah.
2. 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah.
3. 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% dari
upah.
Dibayarkan kepada pemberi kerja (sebagai pengganti upah yang
diberikan kepada tenaga kerja) selama peserta tidak mampu bekerja sampai
peserta dinyatakan sembuh atau cacat sebagian anatomis atau cacat
sebagian fungsi atau cacat total tetap atau meninggal dunia berdasarkan
surat keterangan dokter yang merawat dan/atau dokter penasehat.
c. Santunan Kecacatan
1. Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah
sebulan.
2. Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80
x upah sebulan.
3. Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan.
47
Jenis dan besar persentase kecacatan dinyatakan oleh dokter yang
merawat atau dokter penasehat yang ditunjuk oleh Kementerian
Ketenagakerjaan RI, setelah peserta selesai menjalani perawatan dan
pengobatan. Terkait dengan kecacatan diatur dalam Lampiran III Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
d. Santunan kematian dan biaya pemakaman
1. Santunan Kematian sebesar = 60 % x 80 x upah sebulan, sekurang
kurangnya sebesar Jaminan Kematian.
2. Biaya Pemakaman Rp3.000.000,-.
3. Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x
Rp200.000,- = Rp4.800.000,-.
Sementara berdasarkan Gambar.V didalam hasil penelitian terkait
penyerangan dari kelompok bersenjata kepada angkutan yang berisikan
pegawai PT.Freeport Indoensia maka tindakan yang pencegahan yang
dilakukan adalah bekerja sama dengan pihak POLRI dan TNI untuk mencegah
terjadinya penyerangan kembali. Namun apabila terjadi ada korban baik fatal
(meninggal) atau berat maupun ringan maka PT.Freeport Indonesia akan
mengcover sesuai dengan kesepakan terkait dengan kesepakatan terkait
keselamatan dan kecelakaan kerja.
Terkait dengan Pasal 86 pada point 1 Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 yang menjelaskan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT.
48
Freeport Indonesia telah melaksanakannya dengan menaruh didalam Pedoman
Hubungan Industrial IX 2015 terkait prosedural kesalamatan dan kesehatan
kerja dan Pedoman Kerja Bersama XIX 2015 yang menjelaskan hak-hak
pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja.
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 26 Tahun
2018 Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan Pengawasan
Pertambangan Mineral Dan Batubara
PT. Freeport Indonesia dengan melihat hasil penelitian terhadap
kecelakaan kerja baik itu sifatnya ringan , berat dan menyebabkan
kematian namun memilki kecenderungan menurun dari 2016-2017 dapat
di analisis bahwa perusahaan pertmbangan ini menjadi keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan nilai utama perusahaan, dengan melakukan
pencegahan insiden serius dan fatalitas. Pekerja yang mengutamakan
keselamatan kerja adalah pekerja yang produktif dan meyakini bahwa
dengan mengutamakan keselamatan pasti produksi akan mengikuti.
Prosedural keselamatan dan kesehatan kerja PT. Freeport Indonesia
tertuang didalam Pedoman Hubungan Industrial yang dibuat berdasarkan
Pasal 2 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 38 Tahun 2014
tentang Penerapan Manajemen Keselamatan Minerba yang bertujuan
Pertama meningkatkan efektifitas keselamatan pertambangan terencana
tersstruktur, terukur, dan terintegrasi, Kedua mencegah kecelakaan
tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian berbahaya. Ketiga
menciptakan kegitan operasional tambang aman , efisien dan produktif,
dan keempat menciptakan tenaga kerja sehat, aman, nyaman. Sekarang
49
Peraturan Menteri Ini Juga Teringrasi Pada Berdasarkan Pasal 14
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan Yang Baik Dan Pengawasan Pertambangan Mineral
Dan Batubara yang berbunyi :
1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi,dan IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan
ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) huruf c dan huruf d.
2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi,
dan IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan
keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung
diri, fasilitas, personil, dan biaya yang diperlukan untuk
terlaksananya ketentuan keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan
pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja,
sifat, atau luas area kerja.
3) Ketentuan keselamatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
50
b. keselamatan operasi pertambangan.
c. Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit terdiri atas:
d. keselamatan kerja pertambangan yang meliputi
3) manajemen risiko
4) program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan
terjadinya kecelakaan, kebakaran, dan kejadian lain yang
berbahaya
5) pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja
6) administrasi keselamatan kerja
7) manajemen keadaan darurat
8) inspeksi keselamatan kerja
9) pencegahan dan penyelidikan kecelakaan
e. kesehatan kerja pertambangan meliputi program
kesehatanpekerja/buruh, higienis dan sanitasi, ergonomis,
pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh,
dan/atau diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja; dan
f. lingkungan kerja pertambangan yang memuat peraturan
perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalian terhadap
kondisi lingkungan kerja.
51
Kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2016 sebanyak 4 (empat) orang
meninggal dan 2017 satu orang meninggal ini terjadi dikarenakan kelalain pekerja
yang tidak meperhatikan SOP yang berlaku dan disepakati bersama namun PT.
Freeport Indonesia berdasarkan Pasal 9 Peraturan dan Tata Tertib Keselamatan,
Kesehatan Pedoman Kerja Bersama XIX 2015 dimana perusahaan wajib mentaati
dan mematuhi perundnag-undangan keselamatan dan kesehatan kerja tambang, dan
berkomitment mencegah terjadi kecelakaan kerja dan menjaga kesehatan kerja,
kemudian pekerja wajib mengindahkan peraturan K3LLP dalam melaksana tugas
pekerjaan sehari-hari dan mencegah tidankan atau keadaan tidak aman. Ini dapat
dilihat dimana terjadi penurunan postif terjadinya kecelakaan kerja yang
menyebabkan kematian.
Pekerja 5 orang yang meninggal di dalam tugas mendapatkan jaminan
kecelakaan kerja/ tambang apabila menyebabkan kematian mendapatkan bayaran
sebanyak US$ 50,000 kepada tanggunganya yang diakui perusahaan dan tercatat di
Departemen SDM. Pembayaran ini merupakan tambahan atas pembayaran program
jaminan kematian BPJS Ketenagakerjaan dan pembayaran lainnya sesuai dengan
perundag-undangan yang berlaku.