Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. POLISI
A. Pengertian Polisi
Pertama kali istilah polisi ditemukan pada abad sebelum masehi di
negara Yunani “politeia” yang memiliki arti seluruh pemerintahan negara
kota. Karena pada saat masa itu kota merupakan negara-negara yang
berdiri sendiri yang disebut juga dengan polis. Dari istilah (politeia) dan
(polis) kemudian timbul istilah (lapolice) dalam negara Perancis, Belanda
menyebut (politeia), Inggris (police), Jerman (polzei), dan Indonesia
(polisi).1 Dalam kamus besar bahasa indonesia Polisi adalah badan
pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum.
2 Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lemaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3 Polisi adalah
aparat penegak hukum yang bertugas sebagai pemelihara keamanan,
ketertiban masyarakat.
Menurut W.J.S Poerwodarminto polisi adalah badan pemerintahan
(kelompok pegawai negeri yang bertugas memelihara keamanan dan
menjaga ketertiban umum dan pegawai negeri yang bertugas menjaga
keamanan dan menjaga ketertiban umum).4
1 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2005, hlm. 9-11
2 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Jakarta, 2008. hlm. 18
3 Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 pasal (1)
4 W.J.S Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, Hal. 763
B. Fungsi Polisi
Fungsi Polisi terdapat dalam pasal (2) Undang-Undang Kepolisian
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 “fungsi polisi adalah salah satu
fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan, dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat. 5
C. Tugas dan Wewenang Polisi
Tugas dan wewenang polisi diatur dalam Bab III Pasal 13-14
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.6 Pasal (13) “Tugas pokok Kepolisian Negara
Republik Indonesia adalah :
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum, dan
Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Pasal (14) : “Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas” :
a) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan
patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai
dengan kebutuhan.
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin
keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan.
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan
warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan.
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
5 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
6 Pasal 13-14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,
dan bentuk-bentuk pengawasan swakarsa.
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan
peraturan perundang-undangan lainnya.
h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisisan, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian
untuk kepentingan tugas kepolisian.
i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda,
masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban
dan/atau bencana termasukmemberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang
berwenang.
k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkungan tugas kepolisian, serta
l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
D. Tugas dan Fungsi Polisi Di Bidang Lalu Lintas
Tugas Polisi Lalu Lintas adalah melaksanakan Tugas Polri di
bidang Lalu-lintas yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
dalam pengendalian Lalu-lintas untuk mencegah dan meniadakan segala
bentuk gangguan serta ancaman agar terjamin keamanan, ketertiban,
keselamatan dan kelancaran Lalu-lintas di jalan umum.
Adapun beberapa tugas dari polisi di bidang Lalu Lintas sebagai beriku :
1) Operatif
a) Memeriksa kecelakaan lalu lintas
Didalam tugas polisi dalam memeriksa kecelakaan lalu
lintas sudah diatur dalam Perkap Kapolri. Kecelakaan lalu
lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda. Polisi dalam
melaksanakan tugasnya yang pertama dengan mendatangi
Tempat Kejadian Perkara Kecelakaan(TKP) dengan
langsung memberikan pertolongan kepada korban dan
selanjutnya melakukan olah TKP. Setelah olah TKP polisi
juga harus melaksanakan pengaturan kelancaran arus lalu
lintas setelah terjadi kecelakaan dan polisi melakukan
tindakan pengamanan barang bukti untuk menjaga
keutuhan agar barang bukti tetap terjamin kuantitas
dan/atau kualitasnya. Dan sampai dengan yang terakhir
melakukan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang kecelakaan lalu lintas yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
b) Mengatur Lalu Lintas
Polisi memiliki tugas dalam mengatur lalu lintas supaya
terciptanya keamanan, ketertiban, keselamatan dan
kelancaran lalu lintas dijalan umum. Akan tetapi pada saat
melaksanakan tugas mengatur lalu lintas dilapangan polisi
dapat memberhentikan pengguna kendaraan bermotor yang
melakukan pelanggaran yang terlihat, demi menjamin rasa
aman dan tertib untuk semua pengguna kendaraan dijalan
umum.
c) Menegakkan Hukum Lalu Lintas
Penegakan hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan
adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum bidang lalu lintas dan
angkutan jalan secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Norma-norma hukum dalam penyelenggaraan lalu lintas
dan angkutan jalan telah diaur dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Dalam hal ini polisi sudah menjadi tugas dan
tanggung jawab dari polisi dalam menegakkan norma
hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan sesuai dengan
peraturan yang mengaturnya.
2) Administrative
a) Mengeluarkan Surat Izin Mengemudi
Tugas administrative dari polisi dalam mengeluarkan surat
izin mengemudi sudah tertera dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia Pasal 14 ayat (1) “Dalam melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, Kepolisian
Negara Republik Indonesia bertugas : menyelenggarakan
segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dijalan”.
Dan juga terterda dalam pasal 15 ayat (2) yang berbunyi
“Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan lainnya berwenang :
memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor”. 7
Fungsi Polisi di Dalam Bidang Lalu Lintas:
Adapun beberapa fungsi yang harus dilaksanakan dengan melalui
kegiatan-kegiatan yang meliputi,
1. Penegakan Hukum Lalu Lintas (Police Traffic Law
Enforcement) yang dapat bersifat preventif adalah tindakan
kepolisian yang dilakukan oleh petugas lalu lintas maupun
polisi umum untuk melakukan tindakan pencegahan, dengan
cara mensoasialisasikan undang-undang yang telah berlaku,
upaya ini sama halnya dengan menanamkan sifat sadar hukum
sedari dini.
Dalam upaya preventif polisi menekankan atau memberi
bimbingan/arahan kepada pengendara kendaraan bermotor
untuk tidak melakukan pelanggaran lalu lintas agar masyaralat
tidak melakukan pelanggaran sehingga dapaet menurunkan
angka kecelakaan, sehingga dapat tercapai harapan keselamatan
untuk semua.
7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Sebagai contoh tindakan preventif dengan adanya giat PAM pagi
yang dilaksanakan oleh petugas kepolisian lalu lintas akan memberikan
rasa takut akan pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara anak
mengingat diKabupaten Semarang sendiri banyak pengendara anak yang
sudah menggunakan kendaraan bermotor.
Jadi dalam upaya preventif kesempatan tersebut ditutup. Adapun
cara lain yang dilakukan oleh kepolisian adalah melakukan sosialisasi atau
edukasi terkait dengan keselamatan berkendara dengan mengunjungi ke
berbagai sekolah-sekolah.
2. Penegakan Hukum Lalu Lintas secara represif adalah tindakan
kepolisian yang bersifat pemberian sanksi secara langsung,
diwujudkan dengan penindakan secara langsung oleh petugas
kepada setiap masyarakat yang melakukan pelanggaran. Misal
dalam giat razia yang dilakukan oleh kepolisian jika
pengendara tidak membawa atau tidak memiliki surat-surat
berkendara maka pengendara tersebut dikenakan sanksi. Adapu
pengendara anak yang kedapatan belum memiliki surat izin
mengemudi akan dikenakan sanksi secara langsung oleh
petugas yang ada dilapangan.
Pemberian sanksi tersebut secara tidak langsung akan membuat
para pengendara anak akan merasa jera dan tidak akan lagi mengulangi
perbuatan atau pelanggaran tersebut. Pengendara anak sudah seharusnya
mengerti akan bahaya yang akan ditimbulkan secara pribadi sanksi yang
diberikan oleh petugas kepolisian akan menolongnya agar terhindar dari
bahaya yang misal akan terjadinya kecelakaan lalu lintas yang menimpa
pengendara anak tersebut yang nantinya akan merugikan masa depan
mereka sendiri.
3. Pendidikan Masyarakat tentang Lalu Lintas sesuai dengan
pasal 14 ayat (1) huruf C Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, disebutkan bahwa
dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13, Kepolisian Republik Indonesia bertugas :
membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga
masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan.8
Selain itu polisi juga harus memberikan pendidikan lalu lintas
dimana Pendidikan Lalu Lintas (Dikmas Lantas) adalah segala kegiatan
yang meliputi segala usaha untuk menumbuhkan pengertian, dukungan
dan keikutsertaan masyarakat aktif dalam usaha menciptakan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. Masyarakat juga harus
dapat menangkap betul dari arahan atau sosialisasi yang diberikan oleh
kepolisian karena masyarakat itu sendiri yang mengendarai kendaraan
bermotor dijalan umum. Adapun tindakan kepolisian dalam upaya
mensosialisasikan tentang keselamat berkendara yaitu dengan mengadakan
Milenial Road Safety Festival yang diadakan beberapa bulan yang lalu, hal
seperti ini yang cukup sangat membatu pihak kepolisian dalam
mensosialisasikan tentang pentingnya keselamatan berkendara dijalan
umum, dengan adanya giat tersebut secara langsung melibatkan
masyarakat umum dalam berpartisipasi untuk mengkampanyekan
keselamatan berkendara dan menjadikan masyarakat yang paham akan
pentingnya keselamatan berkendara juga menjadikan masyarakat sopan
dan menghargai sesama pengguna kendaraan lain.
8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
2.1.2. PENGERTIAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN
Lalu lintas merupakan salah satu unsur bagian yang ada didalam
jalan raya. Jalan raya adalah jalur-jalur di atas permukaan bumi yang
sengaja dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan
kontruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas
orang, hewan, dan kendaraan yang mengangkut barang-barang dari tempat
yang satu ketempat yang lainnya dengan cepat dan mudah.9 Sedangkan
menurut Soerjono Soekanto jalan raya adalah suatu unsur yang sangat
penting dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, adanya jalan raya
merupakan salah satu kebutuhan yang cukup mendasar bagi manusia dan
sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.10
Pada dasarnya manusia
mempunyai hak dalam berlalu lintas untuk menunjang kebutuhannya
dengan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan bersama. Disilah
peran peran penegak hukum dalam menjalankan fungsinya.
Pengertian pelanggaran sendiri adalah Perbuatan yang oleh umum
baru disadari sebagai tindak pidana, karena undang-undang menyebutnya
sebagai delik, jadi karena ada undang-undang mengancam dengan pidana.
11 Pelanggaran juga terdapat dalam buku ke III Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur mengenai adanya sebuah larangan-
larangan yang telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman.
Adapun sanksi yang diberikan bisa berupa denda maupun dengan sanksi
kurungan penjara. Sebagai contoh pelanggaran lalu lintas dimana
seseorang dapat dikatakan melakukan pelanggaran jika sifat perbuatannya
sudah melawan hukum dan adanya peraturan yang mengaturnya didalam
undang-undang.
9 http://repository.warmadewa.ac.id/133/2/20loss.pdf, dikunjungi pada tanggal 06 Desember 2018 pada pukul 14.29 10 Soerjono Soekanto, Polisi dan Lalu Lintas, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm. 4 11 Sudarto,Daryanto, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999, hlm. 27
Adapun pelanggaran yang sifatnya sudah melawan hukum akan
tetapi dalam peraturan perundang-undangan belum diaturnya, maka
pelanggaran tersebut tidak dapat dipermasalahkan.
Pelanggaran lalu lintas merupakan pengabaian seseorang terhadap
tata tertib lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara bermotor, yang
dimana akibat pengabaian tersebut menimbulkan kecelakaan lalu lintas
bagi pengguna jalan lainnya, baik hilangnya nyawa maupun luka-luka.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berkendara menjadi penyebab
tingginya angka kecelakaan, misal dengan tidak memperhatikan dan
menaati peraturan lalu lintas yang sudah ada, tidak memiliki kesiapan
mental pada saat mengemudi atau mengemudi dalam kondisi lelah.
Kondisi ketidak siapan pengemudi dalam berkendara memungkinkan
terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan keselamatan pengguna
jalan yang lain.
2.1.3. PENGERTIAN KESADARAN HUKUM
Kesadaran hukum merupakan kondisi dimana diri kita sendiri patuh
dan mengerti tentang adanya suatu hukum yang berlaku, dimana dengan
adanya kepatuhan hukum akan menciptakan kondisi yang aman. Dengan
adanya rasa sadar terhadap hukum, masyarakat tidak perlu adanya
mengeluarkan atau memberikan sanksi akan tetapi biar hukum tersebut
yang memberikan sanksi kepada siapapun masyarakat yang telah
melanggar. Dengan terciptanya kesadaran hukum maka akan terciptanya
budaya hukum yang positif serta masyarakat akan mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kesadaran hukum adalah suatu kondisi dimana masyarakat mau
menghargai, mau mematuhi hukum dengan kesadaran sendiri, tanpa
adanya suatu paksaan dari siapapun. Secara sederhana kesadaran hukum
masyarakat pada hakikatnya adalah merupakan basis aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari, dan dijadikan acuan perilaku oleh warga
masyarakat.12
Menurut Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum sebenarnya adalah
kesadaran atau nilai nilai yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum
yang ada atau tentang hukum yang diharapkan.
Sedangkan menurut Paul Scholten, kesadaran hukum tidak lain
adalah suatu kesadaran yang ada di dalam kehidupan manusia untuk selalu
patuh dan taat kepada hukum. 13
2.1.4. PENGERTIAN KENDARAAN BERMOTOR
Pengertian kendaraan bermotor menurut Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 1 ayat (8)
“kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas
rel”. Kendaraan bermotor juga dapat diartikan suatu kendaraan yang
bergerak/ melaju dengan bantuan alat berupa mesin yang mempunyai
suatu ukuran dimensi tertentu yang dapat dikendarai dan menjadi sebuah
alat trasnportasi.
12 Suherman Toha, Dampak Penyuluhan Hukum Terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat, BPHN, Jakarta, 2011, hlm. 14 13 http://bhataramedia.com/forum/apa-pengertian-kesadaran-hukum-menurut-para-ahli/, dikunjungi pada tanggal 8 Desember 2018 pukul 14.32
Menurut Abbas Salim kendaraan bermotor adalah kendaraan diatas
aspal dan tanah seperti mobil sedan, truk, bis, trailer, pickup, kendaraan
beroda tiga dan beroda dua dan sebagainya.14
Kendaraan bermotor pastinya mempunyai surat-surat dalam
keabsahan untuk berjalan dijalan umum. Pastinya surat-surat tersebut
sudah dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan untuk mengetahui kendaraan
tersebut sudah teregistrasi atau belum. Setiap pengemudi kendaraan
bermotor yang hendak mengemudikan dijalan raya semestinya sudah harus
membawa surat tersebut, adanya surat tersebut sebagai tanda pengemudi
dan kendaraan tersebut sudah memenuhi syarat yang ditentukan oleh
pemerintah. Jika pengemudi tidak memiliki surat-surat tersebut maka
dapat dihukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5. PENGERTIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR
Pengertian pengemudi kendaraan bermotor terdapat pada Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
pada pasal 1 ayat (23) disebutkan bahwa “pengemudi adalah orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin
mengemudi”.
Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagai tanda kecakapan dalam
mengemudikan kendaraan bermotor yang dikeluarkan oleh Kepolisian
Republik Indonesia, kepada seseorang yang telah menjalani syarat
administratif, sehat jasmani dan rohani, dan juga telah memiliki
pemahaman yang cukup jelas mengenai rambu-rambu lalu lintas yang ada,
dan sudah menguasai atau terampil dalam mengemudikan kendaraan
bermotor.
14 Abbas Salim, Assuransi dan Manajemen Risiko-Ed.2-10, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 89
Adapun batas usia yang ditentukan didalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam
pasal 81 Ayat (2) batas mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) adalah
minimal sudah berusia 17 Tahun untuk golongan (SIM) A dan C.15
Dengan ditentukannya batas usia diharapkan sudah memiliki
tingkat kewaspadaan yang cukup dalam mengemudikan kendaraan
bermotor. Tetapi fakta yang terjadi dilapangan banyak anak-anak yang
sudah mengendarai kendaraan bermotor, tentunya mereka belum
memenuhi syarat dalam pembuatan suurat izin mengemudi.
2.1.6. PENEGAKAN HUKUM
Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah
merupakan keseluruhan kaidah serta semua asa yang mengatur pergaulan
hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban serta
meliputi berbagai lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya
kaidah sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat.16
Kehidupan dalam
masyarakat yang sedikit banyak berjalan dengan tertib dan teratur ini tidak
lepas dari adanya dukungan oleh adanya suatu tatanan. Karena dengan
adanya tatanan inilah kehidupan menjadi tertib, sehingga hukum dengan
adanya tatanan inilah kehidupan menjadi tertib, hukum merupakan bagian
integral dari kehidupan manusia. Hukum mengatur dan menguasai
manusia dalam kehidupan dan dalam kehidupan bersama.
15 Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 16 http://www.dosenpendidikan.com/40-pengertian-hukum-menurut-para-ahli-terlengkap/, dikunjungi pada tanggal 10 Desember 2018 pukul 10.00
Arief Barda Nawani menyatakan bahwa penegakan hukum adalah
suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan secara rasional, memenuhi
rasa keadilan dan berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan
terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada
pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non pidana, yang dapat
diintegrasikan yang satu dengan yang lainnya.
Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan,
berarti akan dilaksanaan politik hukum pidana, yaitu mengadakan
pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana sesuai
dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang
akan datang.17
Penegakan hukum juga memiliki arti keseluruhan kegiatan para
pelaksana penegak hukum kearah kebenaran hukum yang sesungguhnya,
keadilan, perlindungan hukum bagi setiap masyarakat yang ada dan
terciptanya kepastian hukum sesuai dengan peraturan yang sudah ada.
Penegakan hukum memiliki beberapa faktor guna menunjang
berjalannya tujuan dari penegakan hukum tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum :
Faktor Hukum
Yang dimaksud dengan faktor hukum adalah sesuatu yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang
bersifat memaksa, yaitu apabila dilanggar akan mendapat sanksi
yang tegas dan nyata.18
17 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 46 18 Yulies Tina Masriani. Pengantar Hukum Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. 2004, hlm. 13
Faktor Masyarakat
Masyarakat dibedakan menjadi dua tingkat kedalaman yang
berbeda. Pertama masyarakat yang langsung dan spontan
sedangkan yang kedua adalah masyarakat yang terorganisir dan
direfleksikan. Masyarakat dengan nilai spontan dinilai lebih kreatif
baik serta pemikiran maupun tingkah laku sedangkan masyarakat
yang terorganisir memiliki pola pikir yang baku dan banyak
perencanaan yang disengaja.19
Faktor Kebudayaan
Kebudayaan memiliki fungsi yang sangat besar bagi masyarakat
dan manusia. Masyrakat memiliki kebutuhan dalam bidang materiil
dan spiritual. Untuk memenuhi kebutuhannya sebagian besar
dipenuhi kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Tetapi kemampuan manusia sangat terbatas, dengan demikian
kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga
terbatas dalam memenuhi segala kebutuhan.20
Faktor Sarana dan Fasilitas
Tanpa adanya sarana fasilitas tertentu, maka tidak mungkin
penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau
fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
memadai, keuagan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal
tersebut tidak terpenuhi , maka mustahil penegakan hukum akan
tercapai tujuannya.21
19 Alvin S Johnson, Sosiologi Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 94 20 Soerjono Soekanto. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar, Rajawali Persada, Jakarta, 1990, hlm.39 21 Soerjono Soekanto. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar, Rajawali Persada, Jakarta, 1990, hlm 178
Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum diIndonesia ada beberapa jabatan untuk membantu
dan mengurus faktor-faktor penegakan hukum agar maksud dari
suatu hukum dapat berjalan dengan lancar dan adil, diantaranya:22
Pejabat Kepolisian
Jaksa
Hakim
2.1.7. PENGERTIAN ANAK
Didalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih didalam kandungan”.23
Sedangkan pengertian anak menurut
R.A. Kosnan adalah “Anak-Anak yaitu manusia muda dalam umur muda
dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena mudah terpengaruh untuk
keadaan sekitarnya”.24
Didalam pengertian-pengertian tersebut pemerintah
sebagai alat negara dalam melaksanakan tujuan negara sudah membuat
uraian mengenai batasan umur seseorang dapat dikatakan sebagai anak.
Sebagai perbandingan dari beberapa pengertian yang ada, berikut
pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan :
Menurut Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan “Anak adalah setiap
manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal
tersebut demi kepentingannya.25
22 Bambang Poernomo, Hukum Acara Pidana Indonesia, Amarta Buku, Yogyakarta, 1988, hlm. 25 23 Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 24 R.A. Kosnan, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, Sumur, Bandung, 2005, hlm. 113 25 Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana anak adalah “anak yang telah berusia 12 (dua
belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana.26
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak bahwa “seseorang yang belum mencapai umur
21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.27
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan
bahwa “anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas)
tahun.28
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dijelaskan dalam
pasal 330 “orang belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu
telah kawin. 29
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih didalam kandungan”.30
26 Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 27 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak 28 Pasal 45 KUHPidana, Pustaka Buana, Jakarta, 2014 29 Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Graha Media Press, Jakarta, 2013 30 Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2.1.1. ATURAN HUKUM MENGENAI PELANGGARAN LALU LINTAS
TENTANG KETIDAK LENGKAPAN SURAT-SURAT
KENDARAAN BERMOTOR
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai pelanggaran atau sifat
melawan hukum jika seseorang tersebut melakukan tindakan yang dilarang
oleh hukum sedangkan peraturan perundang-undangannya sudah
terbentuk.
Didalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sudah diatur mengenai kewajiban pengguna
kendaraan dijalan. Salah satu contoh bentuk pelanggaran yang sering
dilakukan baik pengendara roda dua maupun roda empat yaitu
kelengkapan dalam berkendara dijalan. Didalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sudah jelas
diterangkan mengenai kelengkapan berkendara, seringnya pengendara
roda dua yang mengabaikan penggunaan helm saat berkendara dan
pengendara roda empat yang sering melupakan untuk mengenakan sabuk
pengaman. Kewajiban dalam kelengkapan berkendara didalam pasal 57
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menyatakan bahwa :
Ayat (1) dan (2) “Setiap kendaraan Bermotor yang dioperasikan
dijalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan Bermotor,
perlengkapan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda
Motor berupa helm berstandar nasional indonesia”.31
31 Pasal 57 Ayat (1) sampai dengan Ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Adapula perlengkapan yang harus ada ketika mengendarai
kendaraan dijalan raya, wajib baginya mempunyai Surat Izin Mengemudi
(SIM) sebagai tanda kecakapan dalam mengemudikan kendaraan
bermotor. Seperti tertera dalam pasal 77 ayat (1) bahwa “Setiap orang
yang mengemudikan kendaraan Bermotor diJalan wajib memiliki Surat
Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang
dikemudikan”.32
Pengendara kendaraan bermotor juga diwajibkan dalam
kepemilikan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) yang
pengaturannya terdapat dalam pasal 106 ayat (5) Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkuta Jalan yang menyatakan bahwa “Pada saat diadakan
pemeriksaan Kendaraan Bermotor diJalan Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukan :”33
a. Surat Tanda Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda
Coba Kendaraan Bermotor;
b. Surat Izin Mengemudi;
c. Bukti lulus uji berkala;
d. Tanda bukti lain yang sah
Wajib hukumnya bagi setiap pengendara kendaraan bermotor yang
mengendarai kendaraan dijalan raya membawa surat-surat kelengkapan
berkendara yaitu surat izin mengemudi juga surat tanda nomor kendaraan
karena dua hal tersebut menjadi dasar dalam mengendarai kendaraan
bermotor dijalan raya, baik itu yang mengendarai kendaraan beroda dua
maupun kendaraan beroda empat atau lebih.
32 Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 33 Pasal 106 Ayat (5) ) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2.2. HASIL PENELITIAN
2.2.1. Data Pelanggaran Lalu Lintas Pada Anak Usia Di Bawah Umur Satlantas
Polres Semarang
Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis di
Satuan Lalu Lintas Polres Semarang terdapat 1.140 (seribu seratus empat
puluh) pelanggaran yang dilakukan oleh anak dibawah umur dengan
bentuk pelanggaran tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dan Surat Tanda
Nomor Kendaraan. Berikut tabel yang didapat penulis dari Satlantas Polres
Semarang :
Tabel 1.0
DATA PELANGGARAN LALU LINTAS PADA ANAK USIA DI
BAWAH UMUR SATLANTAS POLRES SEMARANG TAHUN 2018
NO BULAN USIA (0-16) TAHUN
JENIS PELANGGARAN
PENGENDARA ANAK
SIM STNK RANMOR
1. JANUARI 114 - - 114
2 FEBRUARI 108 - - 108
3 MARET 107 - - 107
4 APRIL 123 - - 123
5 MEI 85 - - 85
6 JUNI 4 - - 4
7 JULI 42 - - 42
8 AGUSTUS 113 - - 113
9 SEPTEMBER 151 - - 151
10 OKTOBER 128 - - 128
11 NOVEMBER 112 - - 112
12 DESEMBER 53 - - 53
JUMLAH 1.140 - - 1.140
Sumber: Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat 1.140 (seribu
seratus empah puluh) pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara anak dibawah
umur yang tidak memiliki surat izin mengemudi dan tidak membawa kelengkapan
surat-surat berkendara, hasil tersebut dalam jangka waktu satu tahun pada tahun
2018. Dari hasil tilang yang dilakukan oleh petugas kepolisian terhadap
pelanggaran yang berjumlah 1.140 seterusnya akan diteruskan ke Pengadilan
Negeri Ungaran.
Bripka Kemal menjelaskan tentang adanya tindakan yang dilakukan oleh
petugas kepolisian Satlantas Polres Semarang, yaitu dengan adanya giat
penyuluhan berupa sosialisai keberbagai sekolah yang berada dalam wilayah
Kabupaten Semarang terkait dengan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
pengendara anak, pihak kepolisian Satlantas Polres Semarang juga melakukan
penyuluhan kepada orangtua/wali siswa dan kepada guru terkait dalam pembinaan
siswa/siswinya supaya yang belum meliki surat-surat dalam berkendara agar tidak
menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju kesekolah ataupun juga tidak
mengendarai kendaraan bermotor hingga batas usia yang telah cukup. Satlantas
Polres Semarang juga melakukan giat operasi yang didalamnya menjaring/razia
kelengkapan surat-surat dalam berkendara, dalam operasi melakukan operasi ini
setiap anak yang membawa kendaraan bermotor menuju kesekolah kemudian
polisi melakukan pengecekan terhadap kepemilikan surat izin mengemudi dan
kelengkapan surat-surat berkendara, dalam faktanya banyak sekali pengendara
anak dibawah umur yang tidak mempunyai surat-surat berkendara maupun
membawa kelengkapan surat dalam berkendara, kemudian polisi melakukan
tindakan dengan membawa kendaraan tersebut untuk dibawa ke kantor Satlantas
Polres Semarang untuk ditindak lanjuti. Selanjutnya polisi melakukan
pemanggilan orangtua/wali sebagai cara pembinaan terhadap anak tersebut.
Namun jika masih ada anak yang telah dibina akan tetapi masih tetap saja
melakukan pelanggaran maka polisi akan bertindak tegas dengan melakukan
penilangan dan seterusnya akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
2.2.2. Hasil Wawancara Dengan Pengendara Di Bawah Umur Dengan
Adanya Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
` Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pengendara anak dibawah
umur yang mengendarai kendaraan di jalan umum di wilayah Kabupaten
Semarang, dengan melakukan wawancara sebanyak 50 anak yang masih usia
dibawah umur, terdapat pada tabel berikut :
TABEL 2.0
Hasil Wawancara Mengenai Beberapa Faktor Penyebab Pengendara
Di Bawah Umur Mengemudikan Kendaraan
No Faktor Penyebab Jumlah Presentase
1. Transportasi 19 38%
2. Dorongan Sendiri 6 12%
3. Menghemat Ongkos 5 10%
4. Dorongan Pergaulan 4 8%
5. Waktu Jarak Tempuh 11 22%
6. Dorongan Keluarga 5 10%
Jumlah 50 100%
Sumber : diolah hasil wawancara tahun 2018
Penulis dalam memperoleh data tersebut menggunakan metode
accidental sampling. Accidental sampling adalah metode penentuan
sample tanpa sengaja, peneliti mengambil sampel yang kebetulan
ditemuinya pada saat itu. Dalam data yang telah terurai diatas penulis tidak
sengaja bertemu dengan pengendara anak dibawah umur yang masih
berstatus SMA yang hendak pulang sekolah dengan mengendarai
kendaraan bermotor disitu penulis melakukan wawancara dengan
responden sebanyak 50 (lima puluh) orang untuk mewakili pengendara
anak dibawah umur yang berada di Kabupaten Semarang.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan responden sebanyak 50
(lima puluh) orang dapat disimpulkan bahwa 19 (sembilan belas) atau 38%
yang memberikan jawaban atas faktor penyebab pengendara anak dibawah
umur telah mengendarai kendaraan bermotor adalah karena faktor
transportasi yang kurang memadai, 6 (enam) atau 12% yang menjawab
karena faktor dorongan diri sendiri, 5 (lima) atau 10% yang menjawab
karena adanya faktor lebih menghemat biaya, 4 (empat) atau 8% yang
menjawab karena faktor pergaulan, 11 (sebelas) atau 22% yang menjawab
karena faktor waktu jarak tempuh, 5 (lima) atau 10% yang menjawab
karena faktor dorongan keluarga.34
Terdapat 19 (sembilan belas) anak yang mengatakan dalam
wawancara dengan penulis mereka yang bertempat tinggal jauh dengan
lokasi sekolah tidak adanya sarana transportasi yang memadai untuk
menuju kesekolah sehingga ke sembilan belas anak tersebut lebih memilih
menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju kesekolah dan
merupakan satu-satunya alat transportasi yang dapat digunakan dengan
mudah dan lebih cepat. Yang menjawab dengan faktor dorongan diri
sendiri terdapat 6 (enam) orang mereka berfikir, dengan mengendarai
34 Wawancara dengan 50 pelajar SMA sebagai pengendara kendaraan bermotor yang usianya masih dibawah umur di Kabupaten Semarang. Pada tanggal 8 sampai12 Oktober 2018
kendaraan bermotor menuju kesekolah dan merasa dirinya sudah mampu
atau mahir dalam mengendarai kendaraan bermotor sehingga
memposisikan dirinya layak mengendarai kendaraan bermotor dijalan
umum. Kemudian, dari hasil wawancara terdapat 5 (lima) orang
pengendara anak dibawah umur yang mengatakan lebih menghemat
ongkos menggunakan kendaraan sendiri, mereka juga menambahkan
alasan jika sisa uang mereka bisa digunakan dalam membeli perlengkapan
sekolah dan untuk memenuhi sarana belajar seperti melakukan fotocopy
soal-soal ujian untuk mereka pelajari.
Dan dari data diatas faktor selanjutnya yang menyebabkan
pengendara anak menggunakan kendaraan bermotor adalah faktor
pergaulan disini terdapat 4 (empat) orang anak yang mereka mengaku akan
lebih mudah dikenali dan mendapat banyak teman jika mereka
menggunakan kendaraan sendiri kesekolah, dengan adanya faktor ini yang
mendukung pengendara anak lebih memilih berangkat menuju kesekolah
dengan kendaraan bermotor, disamping itu ada sedikit tambahan informasi
dari anak tersebut jika menggunakan kendaraan bermotor pasti akan lebih
mudah mendapat seorang pacar terlebih apabila memiliki kendaraan yang
sangat bagus. Yang menjawab faktor waktu jarak tempuh 11 (sebelas)
orang, yang disini jarak antara rumah dengan sekolah sebenarnya tidak
terlalu jauh akan tetapi kesebelas anak ini lah yang mereka mengatakan
sering berangkat pada waktu yang hampir bel tanda masuk berbunyi,
mereka berfikir dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh antara rumah
dengan sekolah mereka menganggap dengan waktu yang hampir masuk
sekolah mereka bisa kejar dengan menggunakan kendaraan bermotor
dengan kecepatan tinggi.
Faktor yang terakhir terdapat 5 (lima) orang pengendara anak yang
menyebutkan bahwa dorongan dari keluarga yang menyebabkan mereka
mengendarai kendaraan bermotor, kedua orang tua mereka tidak melarang
anaknya mengendarai kendaraan bermotor karena kesibukan orang tua
mereka. Akan tetapi orang tua mereka sadar bahwa anak tersebut belum
memiliki surat izin mengemudi, tapi dengan kesibukan kedua orang tua
nya pengendara anak tersebut diperbolehkan atau mendapat izin dari orang
tua untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Penulis juga melakukan wawancara dengan anggota kepolisian
Satlantas Polres Semarang dan melakukan wawancara dengan salah satu
orang tua pengendara anak dibawah umur. Bripka Kemal mengatakan
bahwa salah satu dari faktor penyebab pengendara anak dibawah umur
telah mengendarai kendaraan didasarkan pada banyaknya orang tua di
zaman sekarang yang memberikan kebebasan kepada anak mereka
sehingga dengan mudah si anak tersebut dapat pergi kemanapun, ada juga
faktor tingginya gengsi yang berkembang dilingkungan kehidupan anak.
Bripka Kemal selanjutnya mengatakan “bahwa orang tua pada saat ini
memberikan segala keinginan anaknya terlebih dalam keinginan
berkendara, disini orang tua mengabaikan akan keselamatan anaknya
sendiri akan tetapi juga akan membahayakan pengguna kendaraan yang
lain, bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan yang
menyebabkan tingkat fatalitas yang tinggi akan mengganggu masa depan
anak itu sendiri”.35
35 Wawancara dengan anggota Satlantas Polres Semarang Bripka Faisal Kemal Pasha. Pada tanggal 7 September 2018 pukul 10.00
Bapak Zamawi merupakan salah satu dari orang tua yang
memperbolehkan anaknya dalam mengendarai kendaraan bermotor, beliau
mengatakan bahwa memberi izin kepada anaknya untuk mengendarai
kendaraan bermotor sendiri menuju kesekolahnya, bapak Zamawi
sebenarnya telah sadar hukum bila anak tersebut belum memiliki surat izin
mengemudi dengan melihat usia anak tersebut yang belum cukup
umurnya. Ia menganggap bahwa anak tersebut sudah cakap dalam
mengendarai kendaraan bermotor dan bisa berhati-hati dijalan umum,
sehingga membiarkan anak tersebut membawa kendaraan bermotor
menuju kesekolahnya.36
2.2.3. Tindakan Hukum Yang Dilakukan Oleh Petugas Kepolisian Satuan
Lalu Lintas Kabupaten Semarang
Setelah adanya wawancara penulis dengan seorang anggota
kepolisian satuan lalu lintas Polres Semarang, dalam upaya penegakan
hukum yang berlaku sesuai dengan peraturan perundang-undangan maka
satuan kepolisian lalu lintas melakukan upaya preventif dan represif.
Kasat lantas Polres Semarang AKP Sandhi mengatakan penting bagi
kami dalam rangka melaksanakan pencegahan sebelum terjadi
pelanggaran lalu lintas yaitu bertujuan dalam terciptanya rasa tertib,
aman dan keselamatan berkendara bersama, apabila sudah terjadi
pelanggaran maka kami akan melakukan upaya represif sebagai bentuk
pemberian efek jera terhadap para pelanggar lalu lintas.
Upaya preventif yang dilakukan oleh satuan lalu lintas Polres
Semarang yaitu dengan melakukan sosialisasi rasa tertib berlalu lintas
keberbagai sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Semarang
serta melakukan giat razia lalu lintas.
36 Wawancara dengan salah satu orang tua dari pengendara anak dibawah umur. Pada tanggal 9 September 2018 pukul 18.30
Selanjutnya AKP Sandhi dan jajarannya juga melakukan beberapa
program dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik khususnya
dalam bidang lalu lintas hal tersebut bertujuan untuk memberikan rasa
keamanan, ketertiban dan memberikan perlindungan, pengayoman
kepada masyarakat.37
Program tersebut adalah :
Patroli Keamanan Sekolah
Dalam hal ini suatu organisasi untuk memberikan rasa partisipasi
para pelajar dalam mempelajari lalu lintas yang lebih mendalam.
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas
Program ini dilakukan untuk menurunkan angka korban
kecelakaan lalu lintas dan memberikan gambaran tentang
banyaknya korban yang meninggal akibat kecelakaan.
Safety Riding
Safety riding merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan beberapa organisasi terkait yang dilakukan disuatu
lapangan yang luas dengan tujuan meningkatkan rasa tertib
berlalu lintas.
Traffic Manajement Centre
Pusat menejemen lalu lintas tentang informasi, komunikasi, dan
pengendalian serta kontrol.
Kawasan Tertib Lalu Lintas
Merupakan konsep dengan melibatkan beberapa instansi terkait
untuk memberikan kawasan yang tertib dan teratur yang
sebelumnya kawasan semrawut.
37 Wawacara dengan AKP Sandhi Wiedyanoe, S.I,K. Kasat Lantas Polres Semarang. Pada tanggal 6 September 2018 pukul 11.00
Penegakan Hukum
Merupakan tindakan kepolisian dalam menciptakan rasa tertib,
aman dan memberikan edukasi terhadap pengguna jalan yang
merasa terganggu akibat dari pelanggaran hukum dan
mewujudkan adanya rasa kepastian hukum.
Polisi Sahabat Anak
Dengan program ini polisi mencoba memberikan edukasi sedari
dini kepada anak-anak dan dengan tujuan kelak menjadi orang
dewasa sudah memiliki rasa tertib berlalu lintas.
Selanjutnya upaya represif merupakan upaya akhir yang
dilakukan oleh kepolisian dalam bertujuan untuk memberikan
rasa penyesalan terhadap pelanggar lalu lintas dimana tujuan
kami baik dalam mencegah potensi laka lantas yang dalam jangka
waktu yang panjang akan menyelamatkan masa depan mereka.
Namum adanya petugas kepolisian yang berada langsung
dilapangan yang sedang melaksanakan tugasnya sering yang
menyalahgunakan kekuasaannya, yaitu dengan menerima suap
atau masih kurangnya rasa profesionalisme yang tertanam dalam
diri seorang anggota kepolisian dimana masih banyak dijumpai
para anggota yang masih menganggap nilai profesionalitas
dengan sebelah mata.
2.3. ANALISIS
2.3.1. Faktor Yang Melatar Belakangi Pengendara Anak Dibawah Umur
Dalam Mengendarai Kendaraan Bermotor Tanpa Memiliki Surat Izin
Mengemudi
Banyak faktor yang mempengaruhi tindakan anak dibawah
umur dalam mengendarai kendaraan bermotor, yaitu dengan
faktor kemajuan teknologi yang semakin memudahkan
mengendarai kendaraan bermotor pada saat ini tidak lagi perlu
susah payah dalam menghidupkan kendaraan bermotor yaitu
dengan memencet tombol kendaraan akan bisa langsung menyala.
Juga dipengaruhi oleh semakin murahnya harga sebuah kendaraan
bermotor didealer yang ada saat ini, juga dipengaruhi oleh
meningkatnya daya beli masyarakat dimana setiap rumah pada
saat ini sedikitnya memiliki dua buah kendaraan bermotor hal ini
menunjukan tingkat perekonomian yang meningkat dimasyarakat.
Banyak kita jumpai setiap pagi saat hendak waktu berangkat
sekolah, banyak sekali pengendara anak yang mengendarai
kendaraan bermotor. Tentunya pengendara anak tersebut masih
belum memiliki surat izin mengemudi, mengingat umur mereka
yang belum memenuhi syarat dalam pembuatan SIM. Namun
perlu kita ketahui adanya beberapa faktor yang membuat
pengendara anak tersebut senantiasa selalu mengendarai
kendaraan bermotor untuk berangkat kesekolah. Beberapa faktor
tersebut adalah :
Lingkungan
Faktor inilah yang menyebabkan banyaknya
pengendara anak dibawah umur, karena dalam lingkungan
adanya timbul rasa gengsi yang mengharuskan setiap anak
dapat mengendarai kendaraan bermotor sehingga anak
tersebut tidak lagi merasakan gengsi dihadapan
lingkungan mereka.
Keluarga
Keluarga sejatinya menjadi lingkungan terdekat
atau lingkungan sosial yang pertama bagi setiap anak.
Didalam keluarga ini kita diajarkan bagaimana sikap
sopan santun, ramah, menghormati orang lain dan lain-
lain.
Akan tetapi ada beberapa orang tua yang telah
mengajarkan cara mengendarai kendaraan bermotor sejak
dini pada anak mereka, dan apabila anak tersebut sudah
terlihat mampu dapat menguasai kendaraan bermotor
bukan tidak mungkin orang tua tersebut akan memberikan
izin kepada anak untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Kurangnya pengetahuan akan undang-undang
Didalam masyarakat kita masih terdapat orang-
orang yang belum paham akan perundang-undangan yang
berlaku, apalagi dengan anak dibawah umur yang belum
sama sekali mengerti akan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sudah semestinya dalam bermasyarakat kita
perlu saling memberikan informasi yang cukup untuk
sesama kelak akan menjadikan masyarakat yang sadar
akan hukum yang berlaku.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 77
mewajibkan setiap orang yang mengemudikan kendaraan
bermotor dijalan wajib memiliki surat izin mengemudi
yang sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikan
dan melihat dari pasal 81 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 telah dijelaskan seluruh batas usia untuk
mendapatkan surat izin mengemudi. Akan tetapi anak-
anak dibawah umur yang mengemudikan kendaraan
bermotor belum semuanya mengetahui akan adanya isi
dari peraturan tersebut. Adanya pengertian yang berbeda
tentang deskripsi anak tersebut, sehingga membuat
tafsiran usia anak juga akan bebrbeda.
Adanya perbedaan mengenai usia yang dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Undang-
Undang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Pengadilan Anak. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
sama sekali tidak menyebutkan tentang pengertian anak.
Akan tetapi dalam pasal 81 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 menjelaskan untuk mendapat Surat Izin
Mengemudi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 77,
setiap orang harus memenuhi persyaratan usia,
administratif, kesehatan, dan lulus ujian. Selanjutnya Ayat
(2) menyebutkan syarat usia sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) ditentukan paling rendah sebagai berikut : Usia
17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A,C,
dan D. Usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin
Mengemudi B I, dan Usia 21 (dua puluh satu) tahun Surat
Izin Mengemudi B II. Disini penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan usia anak dibawah umur
adalah yang masih berusia dibawah 17 (tujuh belas)
tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak Pasal (1)
Ayat (3) merumuskan pengertian anak adalah “Anak yang
berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak
adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,
tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana.” Selanjutnya menurut
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak terdapat dalam Pasal (1) Ayat (1) yang
menyebutkan bahwa pengertian anak adalah “Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (depalan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Melihat dari ketiga pengertian tentang anak yang termuat
dalam sebuah peraturan perundang-undangan semuanya
memiliki perbedaan. Wawancara yang dilakukan oleh
penulis dengan pihak Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
menyebutkan bahwa peraturan yang dipakai untuk
menunjukkan pengertian usia anak yaitu yang termuat
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yaitu anak yang belum
mencapai usia 17 (tujuh belas) tahun.
Kurangnya kesadaran hukum masyarakat
Kesadaran hukum yang harus ada dalam setiap diri
seseorang, adanya tentang keserasian antara ketertiban dan
ketentraman yang dikehendaki atau sepantasnya.
Kesadaran hukum sering dikaitkan dengan penataan
hukum, pembentukan hukum, dan kefektivitas hukum.
Kesadaran hukum merupakan kesadaran nilai-nilai yang
terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada.
Kesadaran hukum berkaitan dengan kepatuhan hukum,
hal yang membedakannya yaitu dalam kepatuhan hukum
ada rasa takut akan sanksi.
Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadran
atau nilai-nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang
hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.
Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang
fungsi hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap
kejadian-kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang
bersangkutan.38
Umumnya manusia akan taat denga hukum dan
penegakannya atas dasar imitasi, sugesti, identifikasi dan
simpatik baik secara terpisah maupun akumulatif.39
Kesadaran masyarakat akan hukum begitu adanya
mengetahui akan adanya sanksi bukan dari diri mereka,
begitu juga mengapa pengendara anak berani mengendarai
kendaraan bermotor itu dikarenakan kurangnya kesadaran
hukum, tidak untuk anak saja akan tetapi berlaku juga
untuk masyarakat luas. Karena penulis berfikir kurangnya
jaminan kepastian hukum yang membuat kurangnya
masyarakat akan hukum yang berlaku. Masyarakat juga
masih beranggapan bahwa aparat penegak hukum sebagai
alat pelaksana negara masih belum benar-benar bisa
melaksanakan atau menerapkan peraturan yang ada.
38 Soerjono Soekanto, Kesadaran hukum dan Kepatuhan Hukum, edisi pertama, Rajawali, Jakarta, 1982, hlm. 182 39 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologs Hukum Bagi Kalangan Hukum, penerbit alumni, Bandung, 1979, hlm. 51
2.3.2. Tindakan Yang Dilakukan Oleh Petugas Kepolisian Dalam
Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
Upaya yang dilakukan oleh petugas kepolisian lalu lintas dalam
menindak atau menangani pelanggaran lalu lintas yang khususnya
dilakukan oleh pengendara anak dibawah umur yaitu dengan upaya
preventif dan represif. Polisi adalah hukum yang hidup, melalui polisi
janji-janji dan tujuan hukum untuk mengamankan serta melindungi
masyarakat menjadi kenyataan.40
Dari hasil wawancara penulis dengan pengendara anak dibawah
umur terdapat faktor transportasi yang menjadi paling tinggi angkanya,
hal ini artinya sarana prasarana khususnya dibidang transportasi yang
dikelola oleh pemerintah belum berjalan dengan maksimal hal ini yang
menjadikan faktor transportasi sebagai faktor yang utama menjadikan
pengendara anak menggunakan kendaraan sendiri menuju kesekolah.
Sejalan dengan hal ini polisi sebagai aparat penegak hukum sudah
seringkali memberikan sanksi bagi pengendara anak dibawah umur yang
kedapatan sedang mengendarai kendaraan bermotor, akan tetapi sanksi
tersebut tidak membuat pengendara anak tersebut menjadi jera. Oleh
karena itu polisi harus mengambil suatu tindakan terhdap pengendara
anak yang melanggar pelanggaran lalu lintas.
Dalam menjalankan setiap tugasnya polisi menghadapi suatu
pilihan yang sulit yaitu mencari pilihan antara titik hukum dan ketertiban.
Pada saat itulah seorang polisi harus menentukan pilihannya dan
didapankan dengan diskresi. Suatu tindakan diskresi yang diambil oleh
petugas kepolisian lalu lintas Kabupaten Semarang merupakan suatu
prinsip moral dan prinsip kelembagaan yang ada, yaitu :
40 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum, Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, hlm. 113
Konsepsi moral akan memberikan kelonggaran kepada
seseorang, sekalipun sudah melakukan kejahatan, dan
Tujuan institusional polisi akan lebih terjamin, apabila
hukum tidak dijalankan dengan kaku sehingga
menimbulkan rasa tidak suka dikalangan warga negara
biasa yang patuh pada hukum. 41
Dapat diartikan ini memberikan kesempatan kepada pengendara
anak dibawah umur yang telah melakukan pelanggaran lalu lintas agar
mereka tidak kembali lagi melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut,
dan pada dasarnya Polri bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terciptanya rasa aman, ketertiban didalam
lingkungan masyarakat serta demi tegaknya hukum dan terselenggaranya
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan
berdasarkan hak asasi manusia.42
Dengan demikian hal tersebut juga
menjadi tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam
melaksanakan tugasnya Satuan Lalu Lintas Polres Semarang sudah
sangat maksimal, akan tetapi demi terwujudnya lalu lintas yang aman dan
nyaman perlu adanya penanganan yang ekstra terhadap pengendara anak
dibawah umur, demi terciptanya tugas pokok yang telah melekat pada
institusi Polri.
Dalam melaksanakan tugasnya setiap anggota kepolisian memiliki
kewenangan dalam bertindak yang sesuai atau menurut penilaiannya
sendiri itu bersifat benar, sesuai dengan pasal 18 yang tertera dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia bahwa “untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri”.43
41 Ibid, hlm. 132 42 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia 43 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia
Tindakan diskresi seperti ini masih memerlukan kontrol baik dari
dalam institusi polri itu sendiri maupun kontrol yang dari masyarakat
sosial. Secara pengalaman , hal ini dapat dimaklumi sebagai fenomena
yang wajar karena ketakutan terhadap penyalahgunaan kekuasaan
sehingga kontrol terhadap kekuasaan pemerintah perlu dilakukan secara
maksimal.44
Menurut penulis jika tindakan tersebut yang dilakukan oleh
petugas kepolisian sudah sesuai peraturan yang ada, maka tindakan
tersebut kemungkinan akan berdampak baik terkhusus terhadap
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara anak dibawah
umur.
Penanganan yang dilakukan pihak kepolisian terhadap pengendara
anak dibawah umur dengan menggunakan metode preventif. Upaya ini
dengan melakukan sosialisasi keberbagai sekolah-sekolah yang berada
dalam lingkup Kabupaten Semarang, penyuluhan tersebut berisi upaya
dalam melaksanakan ketertiban lalu lintas, mengajarkan pemahaman
dalam rambu-rambu lalu lintas yang ada serta menumbuhka rasa hormat
atau saling menghormati pengguna jalan yang lain. Langkah tersebut
diharapkan memberikan dampak yang baik, atau sebisa mungkin
mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
pengendara anak dibawah umur yang berada di wilayah Kabupaten
Semarang.
Adapula yang dilakukan oleh petugas kepolisian dengan
melaksanakan razia lalu lintas, sebagai petugas kepolisian lalu lintas
berhak memberhentikan kendaraan bermotor dan menanyakan
kelengkapan surat-surat berkendara maupun kelengkapan yang terdapat
pada kendaraan bermotor, serta meminta keterangan kepada pengendara
atau melakukan tindakan lain yang menurut hukum secara bertanggung
jawab.
44 Krisna Djaya Darumurti, Diskresi Kajian Teori Hukum Dengan Postscript dan Apendik, Genta Publishing, Yogyakarta, 2016, hlm. 43
Dalam pemeriksaan kendaraan bermotor dapat dilakukan secara
incidental sesuai dengan kebutuhan. Penegakan hukum yang dilakukan
oleh petugas kepolisian merupakan sebagai bentuk dalam tanggung
jawab polri sebagai alat penyelenggara negara dan memberikan rasa
aman, nyaman dan memberikan pengayoman kepada seluruh masyarakat
demi terciptanya kepastian hukum yang berlaku. Dari beberapa program
yang dilakukan polri dalam upaya penegakan hukum merupakan
terciptanya akuntabilitas kepada publik sebagai upaya untuk
mengimplementasikan polisi masyarakat dalam bidang lalu lintas. Dari
beberapa program yang dilaksanakan oleh petugas kepolisian diatas,
berharap akan mengurangi jumlah pelanggaran lalu lintas yang
disebabkan oleh pengendara anak dibawah umur. Semakin tahun
pelanggaran lalu lintas diKabupaten Semarang semakin meningkat hal itu
disebabkan karena kurangnya rasa keberhati-hatian dalam mengendarai
kenadaraan bermotor, akan tetapi Satuan Lalu Lintas Polres Semarang
akan selalu melakukan upaya preventif maupun dengan upaya represif
dalam penegakan hukum yang dilakukan oleh pengendara kendaraan
bermotor terkhusus oleh pengendara anak dibawah umur.
Upaya yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas Kabupaten
Semarang merupakam upaya untuk meminimalisir terjadinya
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara anak dibawah
umur maupun pengendara lain.
2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Kepolisian Lalu Lintas
Terhadap Anak Dibawah Umur Sebagai Pengendara Kendaraan
Bermotor
Hal yang dilakukan oleh petugas kepolisian lalu lintas dalam
penanganan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara anak
dibawah umur terdapat faktor yang sering disebut dengan police trafic
law enforcement yaitu penindakan hukum terhadap pelanggar lalu lintas
dan kecelakaan lalu lintas yang sebagai represif. Adapun tindkaan
preventifnya dengan pengaturan, penjagaan dan melaksanakan patroli
rutin.
Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 5 angka (3) huruf e bahwa “urusan
pemerintahan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan
pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu
lintas , serta pendidikan berlalu lintas, oleh karena Kepolisian Republik
Indonesia”.45
Dalam pengertian pasal tersebut penegakan hukum secara
sah dilakukan oleh Kepolisian Lalu Lintas. Kepolisian senantiasa
melaksanakan tugasnya sebagai aparat penegak hukum, polri merupakan
alat negara berfungsi dalam menjamin keamanan dalam negeri maupun
menciptakan rasa aman, ketertiban dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat demi terciptanya
kepastian hukum.
45 Pasal 5 angka (3) huruf e Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Berkaitan dengan lalu lintas jalan didalam Undang-undang Nomor
2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
terdapat pada pasal 14 ayat (1) huruf b menyatakan bahwa Polri bertugas
menyelenggaran semua kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dijalan.46
Terdapat juga dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia, seluruh anggota polri wajib
menaati peraturan perundang-undangan dalam menjalankan tugasnya.
Apabila ditemui anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya yang sudah termuat
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peratuan
Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia maka akan dijatuhkan
sanksi sesuai dengan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
kepada anggota polri yang melakukan pelanggaran maka sanksi yang
diberikan berupa tindakan disiplin dan/atau hukuman disiplin. Jadi
aparatur negara juga harus tunduk dalam melaksanakan tugasnya dan
kewenangannya serta larangannya. Ketika ada anggota polisi yang
melakukan diskresi harus dilihat dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 bahwa hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang
sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan.
Setiap pelanggar lalu lintas dijalan pastinya akan mendapat sanksi
dari pihak kepolisian hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yaitu dengan
hukuman pokok kurungan, dan hukuman denda, dan dapat pula
dijatuhkan hukuman berupa pencabutan surat izin mengemudi atau ganti
rugi terhadap pelanggaran lalu lintas dengan melibatkan pengendara yang
lain. Hal tersebut termuat dalam pasal 281 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
46
Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Keberhasilan atau tidaknya penegakan hukum tergantung pada
dasarnya sistem hukum itu sendiri. Teori lawrence menurut Sudikno
Mertukusumo mengenai sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kewenangan lemabaga
penegak hukum telah diatur didalam undang-undang. Peran yang
dilakukan oleh petugas kepolisian lalu lintas sangat lah penting itu terjadi
karena pentingnya kewajiban yang dipegang untuk memberikan
pengetahuan akan lalu lintas serta menjaga ketertiban, kelancaran arus
lalu lintas. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis Satuan Lalu
Lintas Polres Semarang sudah sangat baik dalam menjalankan tugasnya,
dari melakukan upaya preventif hingga upaya yang dilakukan secara
represif menjadikan pengendara anak maupaun pengendara lain supaya
akan patuh terhadap hukum yang berlaku. Adanya sosialisai keberbagai
sekolah sebagai salah satu program yang sangat baik terkhusus bagi
pengendara anak dibawah umur yang belum memenuhi syarat dalam
berkendara dijalan umum. Penulis juga melihat tugas pokok dari
kepolisian sudah berjalan sangat baik, akan tetapi masih ada sedikit
kendala yang harus diperhatikan.
Kendala yang dihadapi penulis mengenai struktur hukum atau
penegak hukum adalah kurangnya ketegasan dalam mengambil
keputusan dalam menangani pelanggaran yang dilakukan oleh
pengendara anak dibawah umur. Belum maksimalnya penegakan hukum
tersebut dikarenakann adanya kebijakan-kebijakan yang diambil dari luar
yang bertentangan dengan hukum yang ada. Kebijakan tersebut menurut
sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh petugas kepolisian lalu lintas
dengan pengendara anak dibawah umur.
Seperti yang telah dijelaskan diatas masih ada beberapa anggota
kepolisian yang masih kurang dalam kesejahteraannya dikarenakan upah
kerja dengan biaya kehidupan sehari-hari masih jauh lebih banyak, hal
tersebut yang menyebabkan ada beberapa anggota kepolisian lalu lintas
yang bertindak tidak sesuai dengan kewenangannya. Anggota polisi juga
merupakan anggota masyarakat jika mereka telah lepas dinas, dan
memiliki rasa yang sama dengan masyarakat yang lain. Hal ini yang
menjadikan beberapa anggota kepolisian dalam melaksanakan tugasnya
melakukan kompromi dengan masyarakat yang terkena tilang maupun
yang melanggar lalu lintas, adapula sebagai orang tua pengendara anak
yang dipanggil untuk mendampingi pengendara anak yang telah
melakukan pelanggaran lalu lintas meminta kepada polisi untuk tidak
diproses ketahan selanjutnya dengan menyodorkan beberapa uang
sebagai arti perdamaian. Oleh karena itu harus adanya pengawasan dalam
tubuh polri sehingga tidak akan lagi adanya praktek semacam ini, yang
bisa jadi akan merusak nama kelembagaan Polri, sebagai penegak hukum
di Negara Indonesia.
Sebagai penegak hukum harus bertindak konsekuen dan
bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambil, begitu juga dalam
menghadapi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengendara
anak. Pihak sekolah juga diharapkan dalam membina pengendara anak
dibawah umur.
Penulis berharap agar penegak hukum diwilayah Kabupaten
Semarang tidak lemah, sehingga akan membentuk mentalitas polri yang
baik apabila masih diketemukan adanya anggota kepolisian yang lemah
akan mentalitasnya akan mengakibatkan penegakan hukum tidak berjalan
dengan sebagaimana mestinya. Apabila peraturan yang telah ada dibuat
dengan sangat baik seharusnya para penegak hukum juga
melaksanakannya dengan baik hal itu akan sejalan dengan apa yang
diharapkan oleh semua lembaga ataupun sesuai dengan keinginan
masyarakat. Segala bentuk kompromi harus segera dihilangkan supaya
terciptanya budaya hukum yang baik serta menciptakan rasa
menghormati orang lain beserta dengan jabatannya. Penulis yakin
pelanggaran lalu lintas diwilayah Kabupaten Semarang akan turun jika
kita bersama-sama dalam memahami peraturan yang sudah ada.