32
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi Secara bahasa, kata supervisi berasal dari kata bahasa Inggris supervision yang berarti pengawasan (Tim, 2001a: 84). Kata ini berasal dari dua kata super dan vision yang berarti melihat, mengontrol, dengan teliti pekerjaan secara keseluruhan (Thaib, 2005: 2). Sedang menurut istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman supervisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000: 16-17): a. Sistematis, artinya supervisi dilaksanakan secara terencana, teratur, dan terus-menerus (kontinyu). b. Obyektif, artinya supervisi dilaksanakan dari data hasil observasi yang dilaksanakan sebelumnya. c. Menggunakan alat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang. Secara gaya bahasa (etimologi) kata supervisi berasal dari kata super yang artinya mempunyai kelebihan tertentu diatas rata-rata seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat, jabatan dan kualias,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10657/2/T2_942014050_BAB II... · menilai yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap aktivitas,

  • Upload
    haanh

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SupervisiSecara bahasa, kata supervisi berasal dari kata

bahasa Inggris supervision yang berarti pengawasan

(Tim, 2001a: 84). Kata ini berasal dari dua kata super

dan vision yang berarti melihat, mengontrol, dengan

teliti pekerjaan secara keseluruhan (Thaib, 2005: 2).

Sedang menurut istilah, pengertian supervisi

mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai

suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan

mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara

memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang

telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman

supervisi yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai

berikut (Sahertian, 2000: 16-17):

a. Sistematis, artinya supervisi dilaksanakan secara

terencana, teratur, dan terus-menerus (kontinyu).

b. Obyektif, artinya supervisi dilaksanakan dari data

hasil observasi yang dilaksanakan sebelumnya.

c. Menggunakan alat yang dapat memberikan

informasi sebagai umpan balik untuk dapat

melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan

di masa yang akan datang.

Secara gaya bahasa (etimologi) kata supervisi

berasal dari kata super yang artinya mempunyai

kelebihan tertentu diatas rata-rata seperti kelebihan

dalam kedudukan, pangkat, jabatan dan kualias,

8

keahlian sedang visi artinya memandang, melihat,

memantau atau mengawasi.

Menurut Burhanudin dan Mulyasa supervisi

adalah mengawasi, memandang, memantau dan

menilai yang dilakukan oleh pejabat atasan terhadap

aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahannya.

2.1.1 Supervisi Akademik

Supervisi akademik menurut Mulyasa segala

usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memimpin

guru dan karyawan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar, mentimulasi, menyeleksi, dan merevisi

perkembangan bahan ajar, metode, dan evaluasi

pembelajaran.

Jadi supervisi akademik kepala sekolah melalui

pendampingan adalah usaha kepala sekolah untuk

mendampingi guru, dan karyawan sebagai mitra kerja

sehari-hari dalam meningkatkan atau memperbaiki

kompetensi menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) guru sesuai dengan pedoman yang

berlaku, termasuk juga di SD Negeri Purworejo 3

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

2.1.2 Model Supervisi Akademik

Menurut Sahertian (2008), model supervisi terdiri dari:

1. Model supervisi konvensional

Model supervisi konvensional adalah model

supervisi yang menganut paham bahwa supervisor

sebagai seseorang yang memiliki power

9

untuk menentukan nasib kepala sekolah dan guru.

Dalam kegiatan supervisinya supervisor yang

bergaya konvensional akan melihat kesalahan

kepala sekolah, guru, dan karyawan bahkan selalu

mengawasi kepala sekolah, guru, dan karyawan.

Model supervisi ini adalah supervisor selalu mencari

kesalahan orang yang disupervisi, sehingga dalam

menjalankan tugasnya sewenang-wenang tidak mau

menerima masukan dari orang yang disupervisi

meskipun usulan yang dikemukakan itu baik.

2. Model supervisi artistik

Model supervisi artistik menuntut seorang

supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus

berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki

sikap arif.

Menurut Sergiovanni model supervisi artistik

memiliki beberapa ciri khas, antara lain:

a. Memerlukan perhatian agar lebih banyak

mendengarkan dari pada berbicara.

b. Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.

c. Mengutamakan sumbangan yang unik dari

guru-guru dalam rangka mengembangkan

pendidikan bagi generasi muda.

d. Menuntut untuk memberi perhatian lebih

banyak terhadap proses kehidupan kelas.

e. Memerlukan suatu kemampuan berkomuni

kasi yang baik dalam cara mengungkapkan apa

yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat

membuat orang lain menangkap dengan jelas

ciri ekspresi yang diungkapkan itu.

10

f. Memerlukan kemampuan untuk menafsirkan

makna dari peristiwa yang diungkapkan.

Jadi supervisi artistik adalah supervisi yang

menuntut seorang supervisor dalam menjalankan

tugasnya harus lebih berpengetahuan, menpunyai

keterampilan lebih, dan memiliki sikap arif

bijaksana, banyak mendengarkan, mempunyai

pengetahuan yang cukup, sumbangan yang lebih

baik, memberi perhatian lebih terhadap proses

belajar mengajar, berkomunikasi yang baik dalam

menjalankan tugasnya dari pada orang yang

disupervisi, sehingga terjadi suasana kekeluargaan

dan tugas supervinya juga berhasil dengan baik.

3. Model supervisi ilmiah

Model supervisi ilmiah adalah sebuah model

supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk

menjaring data atau informasi dan menilai kinerja

kepala sekolah dan guru dengan cara menyebarkan

angket. Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Supervisi dilaksanakan secara berencana dan

berkesinambungan atau berkelanjutan.

b. Supervisi dilaksanakan dengan sistematis dan

menggunakan prosedur serta teknik tertentu.

c. Supervisi dilaksnakan dengan menggunakan

alat atau instrumen pengumpulan data.

d. Supervisi dilaksanakan dapat menjaring data

yang apa adanya (obyektif).

Jadi supervisi ilmiah adalah supervisi yang

dilaksanakan pengawas atau kepala sekolah untuk

11

menilai kinerja kepala sekolah atau guru dengan

cara memberikan angket untuk diisi oleh kepala

sekolah atau guru, kemudian dicari pemecahannya

dilakukan dengan terencana, kesinambungan,

sistematis, menggunakan alat atau instrumen yang

dibutuhkan untuk memperoleh data yang

diperlukan secara baik dan apa adanya (obyektif).

4. Model supervisi klinis

Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan

berdasarkan adanya keluhan dari guru yang

disampaikan kepada supervisor. Supervisi klinis ini

berbentuk supervisi yang difokuskan pada

peningkatan pembelajaran dengan melalui siklus

yang sistematik, dalam perencanaan pengamatan

serta analisis yang intensif dan cermat tentang

penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan

mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

Jadi supervisi klinis adalah supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor

berdasarkan dari laporan keluhan yang dihadapi

guru untuk mencari pemecahan keluhan tersebut,

agar dalam menjalankan tugas proses belajar

mengajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki.

Kesimpulan dari keempat supervisi di atas yang

paling cocok dan sering diterapkan di sekolah

khususnya di sekolah dasar adalah supervisi klinis.

Supervisi klinis dapat membantu guru dalam

memecahkan permasalahan pembelajaran yang

dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar

setiap hari.

12

Model supervisi yang penulis pakai dalam

penelitian ini adalah model supervisi klinis yaitu

untuk membantu keluhan guru dalam menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP

dalam proses belajar mengajar, agar guru mampu

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dengan baik sesuai yang diharapkan oleh

pemerintah, sekolah yang bersangkutan, dan

masyarakat. Sehingga dalam proses belajar

mengajar setiap hari guru melaksanakan tugasnya

dengan mantap dan percaya diri, dapat menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

baik dan benar.

2.2 Pendampingan2.2.1 Pengertian Pendampingan

Pendampingan adalah suatu aktivitas atau

kegiatan untuk mengetahui, mendengar dan membantu

guru dalam mengatasi permasalahan yang dijumpai

dalam upaya untuk melaksanakan kegiatan belajar

mengajar yang lebih efektif sehingga dapat mencapai

tujuan yang telah di tetapkan (Elvi Maliani, 2014: 36).

Pengertian lain dari pendampingan adalah pantauan

sejauh pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah

sudah sesuai dengan rencana dan program yang telah

ditetapkan (Kemendikbud, 2012: 6). Hal ini sesuai

dengan pengertian bahwa pendampingan adalah proses

pembimbingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah,

kepala sekolah, dan guru inti yang telah mengikuti

diklat melalui kegiatan pemantauan, konsultasi,

13

penyampaikan informasi, modeling, mentoring, dan

coaching (Kemendikbud, 2013: 5).

Sedangkan Timothy Gallwey berpendapat bahwa

pendampingan merupakan suatu upaya untuk

membuka jalan seseorang dalam belajar sehingga

potensinya dapat berkembang maksimal lewat proses

belajar, bukan mengguruinya. Sebagaimana Eric

Parsloe dalam (Modul Usaid Prioritas, 2013: 41)

mendefinisikan bahwa pendampingan dimaksudkan

untuk mendukung dan mendorong seseorang

mengelola belajarnya agar ia dapat mengembangkan

potensinya secara maksimal, mengembangkan

keterampilan, meningkatkan kualitas kinerja, dan

menjadi orang seperti yang ia inginkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pendampingan berarti bantuan dari kepala sekolah

atau supervisor yang sukarela mendampingi seseorang

atau pun dalam kelompok untuk memenuhi

kebutuhan dan pemecahan masalah dari masing-

masing individu maupun kelompok. Pendampingan

yang dimaksud di penelitian ini adalah pendampingan

kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan

kompetensi menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) KTSP tahun 2006.

Oleh karena itu pendampingan harus

menumbuhkan keberanian pada guru untuk mencoba

hal-hal baru tanpa rasa takut salah, takut gagal.

Pendampingan harus menumbuhkan rasa percaya diri

guru, refleksi diri, kesadaran bahwa “Saya mampu dan

mau”, melakukan perbaikan terus menerus walaupun

14

tanpa pengawasan dari pengawas sekolah, kepala

sekolah, maupun dari teman sejawat.

2.2.2 Pendamping di Sekolah

Ada sejumlah orang yang mungkin dapat

berperan dalam melakukan pengawasan dan

pendampingan di sekolah. Beberapa di antara mereka

mungkin memiliki lebih dari satu peran yaitu:

a. Pengawas sekolah

b. Kepala Sekolah

c. Fasilitator

d. Guru senior

Bagi kepala sekolah sangatlah penting

memahami proses pendampingan. Kepala sekolah

memiliki peran administratif dan kekuasaan di sekolah.

Mereka seyogyanya mendukung proses pendampingan

dan memahami strategi dan bantuan apa yang dapat

menolong guru berkembang secara profesional. (Modul

USAID Prioritas, 2013: 43)

2.2.3 Ciri-ciri Pendamping yang Baik

Menurut Timothy Gallwey dalam (Modul USAID

Prioritas, 2013: 43) dalam apa yang dilaksanakan

pendamping yang baik yaitu sebagai berikut:a. Memiliki komitmen yang tinggi

Mereka menyadari bahwa untuk mengembangkan hubungan dan perubahan membutuhkan waktu yang panjang. Pendamping yang baik menentukan secara jelas dan rinci peran dan tanggung jawab mereka. Mereka mengunjungi terdamping secara teratur dan membuat catatan pertemuan. Catatan tersebut bukan untuk disampaikan kepada pengawas, tetapi untuk

15

melihat perkembangan dan keberhasilan.b. Memiliki sikap gender sensitive dan inklusif

serta menerima guru yang didampingi.Seorang pendamping yang baik memiliki sikap gender sensitive dan inklusif serta menerima guru yang didampingi tanpa membuat penilaian dan menerima terdamping sebagai profesional yang sedang berkembang.

c. Terlatih dalam memberikan bantuanPendamping yang baik membimbing terdamping sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Mereka menggunakan berbagai pendekatan termasuk kesempatan mengamati orang lain. Mereka mengembangkan kemampuannya dalam memberikan umpan balik dan refleksi yang efektif.

d. Sebagai model pembelajarPendamping yang baik memperlihatkan keterbukaan mereka untuk belajar dari rekan dan mengakui bahwa mereka sedang belajar juga. Mereka bukan ahli dalam segala hal. Mereka memodelkan perilaku yang reflektif dan cara bagaimana memperoleh serta mengembangkan pengetahuan atau pemahaman mereka.

e. Selalu memberikan harapan dan optimisme.Pendamping yang baik membuat si terdamping yakin bahwa pencapaian hasil yang baik sangatlah mungkin. Mereka mencari tanda-tanda perkembangan atau perbaikan dan merayakannya. Pendamping yang baik memahami kekecewaan dan kesulitan yang dihadapi terdamping serta menjelaskan bagaimana mengatasinya.

2.2.4 Langkah-langkah Pendampingan

Menurut Timothy Gallwey dalam (Modul USAID

Prioritas, 2013: 40) dalam fasilitas dan pendampingan

ada lima langkah yang baik yaitu sebagai berikut:

a. Pendamping memberikan penghargaan

Pada tahap ini kepala sekolah memberikan

penghargaan kepada guru yang menyusun Rencana

16

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP sudah baik.

Penghargaan tidak berupa uang atau matari tapi

dapat berupa ucapan terima kasih, sanjungan, dan

ungkapan rasa suka dari kepala sekolah atau

atasan. Penghargaan yang diberikan tentu saja

tidak berlebihan cukup ucapan bagus atau terima

kasih sehingga merasa dihargai hasil karyanya.

b. Terdamping melakukan sendiri refleksi kritis

Terdamping setelah menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP diminta

pendamping mengungkapkan sendiri kelemahan

atau kekurangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (KTSP) yang dibuatnya sendiri

berdasarkan pengetahuannya. Pada tahap ini

pendamping mengiventarisir semua kelemahan

terdamping tetap dalam suasana yang harmonis

dan manusiawi sehingga terjalin suasana

kekeluargaan.

c. Terdamping merencanakan sendiri perbaikan-

perbaikan

Pada tahap ini pendamping menanyakan bagaimana

bila terdamping menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran RPP (KTSP) lagi apa yang perlu

diperbaiki dan dilakukan. Pendamping bisa

memberikan tambahan solusi berdasarkan kaidah

penyusunan RPP (KTSP) yang benar secara teori.

Terdamping diberikan kesempatan menyelesaikan

RPPnya tanpa mengganggu kegiatan baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

17

d. Pendamping memberikan usul, saran atau

mendiskusikan hal-hal yang dapat meningkatkan

kemampuan guru dalam menyusunrencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP.

Pada tahap ini pendamping memberikan saran atau

usulan yang baik untuk meningkatkan

kemampuannya. Pedamping harus mempunyai

dasar teori atau sumber yang terpercaya. Usulan

pendamping didiskisukan bersama secara akrab

kekeluargaan. Setelah terdamping mantap dan

yakin bisa melakukan maka dengan sendirinya

akan melakukan secara ikhlas tanpa merasa ada

paksaan dari kepala sekolah atau atasannya.

e. Mengembangkan rencana tindak lanjut

Rencana tindak lanjut merupakan tahap terakhir

dari kegiatan pendampingan. Pada tahap ini

pendamping mengamati produk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP yang dibuat

terdamping. Pendamping memberikan komentar

terhadap RPP yang dibuat terdamping. Komentar

mengarah pada perbaikan bila produk masih

kekurangan, peningkatan bila sudah baik.

Terdamping kemudian merencanakan tindak lanjut

untuk perbaikan produk Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disusunnya secara suka

rela.

2.2.5 Manfaat Pendampingan

Pendampingan di sekolah sangat tepat dilakukan

oleh kepala sekolah dan banyak memberikan manfaat

18

bagi guru. Adapun beberapa manfaat pendampingan

bagi guru sebagai berikut:

a. Meningkatkan kinerja guru dengan semangat

saling belajar, tukar pendapat dan pengalaman

antara pendamping dan yang didampingi;

b. Meningkatkan kinerja guru dua kali lebih cepat

dibandingkan dengan hanya memberi pelatihan

tanpa pendampingan;

c. Memberi jalan keluar atau solusi dengan lebih

fokus terhadap keterbatasan yang dimiliki;

d. Membentuk pribadi yang reflektif dapat

menganalisa kelebihan dan kekurangannya.

Oleh karena itu agar pendampingan berhasil

dengan baik seorang pendamping harus membantu

terdamping dalam mengembangkan keterampilan

profesional dalam suasana yang mendukung dan tidak

menegangkan. Pendamping bisa berperan sebagai

pencari solusi, bukan bagian dari masalah, pemberi

umpan baik, dan memberikan pengarahan.

Pendamping yang baik juga bisa menjadi model

atau tauladan dalam pekerjaannya, memiliki

kecakapan interpersonal yang tinggi, keterampilan

berkomunikasi yang efektif dan keterampilan untuk

mempengaruhi orang lain.

2.3 Pengertian KompetensiKompetensi dari kata bahasa Inggris “Competent”

yang berarti kemampuan, kompetensi adalah

kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas

dengan baik.

19

Mulyasa (2013: 25) mengungkapkan kompetensi

dari kata “Competent” yang berarti kemampuan,

kompetensi merupakan kemampuan individual dan

mampu menguasai atau melaksanakan suatu

pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau

peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat

memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill)

dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok

(team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang

terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam

melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan

keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja.

2.3.1 Kompetensi guru

Kompetensi guru adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya

(Saragih, 2006: 29).

Gordon dalam Mulyasa (2007: 38-39)

menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam

konsep kompetensi sebagai berikut:a. Pengetahuan (knowledge): yaitu kesadaran

dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

b. Pemahaman (understanding): yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melakukan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

20

c. Kemampuan (skill): adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan dalam belajar para peserta didik.

d. Nilai (value) adalah suatu standar yang telah diyakini dan secara spikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan demokratis, dan lain-lainnya).

e. Sikap (attitude): yaitu (senang, tidak senang) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah atau gaji, dan sebagainya.

Dari beberapa kompetensi guru di atas, dapat

disimpulkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi

berupa pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,

sikap dan minat untuk mendidik peserta didik dengan

sebaik-baiknya, hal ini agar peserta didik dapat

menyerap ilmu atau informasi dengan baik.

Wina Sanjaya (2006: 18) mengategorikan ke

dalam tiga kompetensi yaitu: kompetensi pribadi,

kompetensi profesional, dan komptensi sosial

kemasyarakatan. Kompetensi pribadi adalah

kemampuan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik.

Kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan membimbing peserta

didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalan standar nasional pendidikan. Kompetensi sosial

adalah kemampun sebagai bagian dari masyarakat

21

untuk berkomunikasi dan begaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua atau wali peserta didik, dan msyarakat

sekitar.

Jadi kompetensi guru, dapat diartikan

kemampuan yang dapat memberikan suatu gambaran

perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge)

seorang atau kelompok (team work) serta potensi diri

yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan

(ability), nilai (value) dan sikap (attitude) dalam

melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan

keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Seorang

guru harus mempunyai kompetensi yang tersebut di

atas agar dalam berhubungan dengan peserta didik,

tenaga kependidikan, dan masysrakat tidak canggung

dan penuh keyakinan yang mantap. Sehingga bekerja

dengan penuh keyakinan dan tidak ragu lagi dalam

menjalankan tugasnya.

2.3.2 Indikator-Indikator Kompetensi Guru

Indikator-indikator kompetensi guru dalam

proses belajar mengajar, menurut pendapat Nana

Sudjana (2002: 18) adalah: menguasai bahan pelajaran,

kemampuan mendiaknosa tingkah laku siswa,

kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar,

kemampuan mengukur hasil belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (2004) dalam Pupuh

Fathurohman dan Sobry Sutikno (2007: 45-46) ada

sepuluh kompetensi dasar yang harus dimilliki guru

22

dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar

mengajar yaitu:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar mengajar

c. Mengelola Kelas

d. Menggunakan media atau sumber belajar

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk pendidik dan pengajar.

h. Menganal fungsi dan program pelayanan bimbingan

dan penyeluhan.

i. Mengenal dan menyelenggrakan administrasi

sekolah.

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-

hasil pendidikan guru keperluan pengajaran.

2.4 RPP Kurikulum 2006 (KTSP)2.4.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Kurikulum 2006 (KTSP)

Perencanaan proses pembelajaran meliputi

Program Tahunan (PROTA), Program Semester

(PROMES), silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Hal penting yang berhubungan

dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang

disusun sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Menurut Kurniawati menyatakan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu

rencana jangka pendek untuk menetapkan komponen-

komponen pembelajaran secara sistematis. Untuk

mencapai proses belajar mengajar yang akan dicapai

23

sesuai dengan tujuan pendidikan yang lebih efektif dan

efisien yang disusun secara logis, rasional, sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, lembaga pendidikan,

dan masyarakat.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) kepala sekolah bersama guru, dan komite

sekolah menyusun kurikulum, perencanaan

pembelajaran yang meliputi: Program Tahunan,

Program Semester, silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk mengarahkan kegiatan

belajar peserta didik agar kompetensi dasar yang

diharapkan. RPP sebagai acuan guru dalam

berinteraksi dengan peserta didik dalam proses belajar

mengajar harus memuat kompetensi dasar yang akan

dicapai. Oleh sebab itu, didalam RPP harus memuat

hal-hal yang berkaitan langsung dengan aktivitas

proses belajar mengajar untuk mencapai penguasaan

kompetensi dasar yang sudah ditentukan.

2.4.2 Komponen RPP (KTSP) Tahun 2006

Penyusunan RPP KTSP harus dilaksanakan sesuai

langkah-langkah: identitas mata pelajaran, standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian

kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, materi

prasyarat, alokasi waktu, metode pembelajaran,

merumuskan kegiatan pembelajaran (Supinah, tahun

2008: 27-32).

Komponen RPP (KTSP)

Langkah-langkah menyusun RPP (KTSP)

1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran

24

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan

pendidikan, kelas, semester, program atau program

keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran,

jumlah pertemuan, waktu pertemuan.

2. Menuliskan Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi

kompetensi minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada

setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

pelajaran.

3. Menuliskan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kompetensi

pokok atau utama yang harus dikuasai peserta

didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam

suatu pelajaran.

4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat

diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan

ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi

acuan penilaian mata pelajaran. Indikator

pencapaian kompetensi dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat

diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,

sikap, dan keterampilan peserta didik.

5. Menuliskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan

hasil belajar peserta didik yang diharapkan dicapai

25

sesuai dengan kompetensi dasar yang telah

ditentukan.

6. Materi Ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro-

sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-

butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian

kompetensi.

7. Menuliskan Materi Prasyarat

Materi prasyarat ini merupakan materi atau

kompetensi yang harus sudah dimiliki atau

dikuasai oleh peserta didik yang berkaitan dengan

materi atau kompetensi yang akan dipelajari.

Misalnya dalam pembelajaran matematika, materi

prasyarat ini sangat perlu, karena dalam

pembelajaran matematika antara materi satu

dengan yang lain saling berkaitan satu sama lain.

Pada proses pembelajaran, kompetensi ini dapat

diukur melalui kegiatan pendahuluan, inti, dan

penutup.

8. Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah waktu yang ditentukan sesuai

dengan keperluan untuk pencapaian Kompetensi

Dasar dan beban belajar dalam proses belajar

mengajar.

9. Menentukan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah metode yang

digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana

proses belajar mengajar supaya peserta didik

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat

indikator yang telah ditetapkan guru sebelumnya.

26

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan

situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik

dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak

dicapai pada setiap mata pelajaran. Pada bagian ini

dituliskan semua metode yang sesuai dengan materi

yang diajarkan kepada peserta didik yang akan

digunakan selama proses belajar mengajar sedang

berlangsung.

10. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan adalah merupakan kegiatan awal

dalam suatu pertemuan pembelajaran yang

ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses belajar

mengajar. Pada pendahuluan ini secara garis

besar dapat memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Deskripsi singkat

Deskripsi singkat adalah penjelasan singkat

tentang isi pelajaran yang berhubungan

dengan kompetensi yang diharapkan dalam

proses belajar mengajar. Hal ini

dimaksudkan agar pada permulaan kegiatan

proses belajar mengajar di dalam pikiran

peserta didik mendapat jawaban secara

ringkas tentang isi pelajaran yang akan

dipelajari.

2) Relevansi

Relevansi adalah keterkaitan isi pelajaran

yang sedang dipelajari dengan pengetahuan

27

yang telah dimiliki peserta didik atau dengan

pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari di

lingkungan masyarakat. Dalam hal ini dapat

juga dengan mengingatkan kembali materi

prasyarat dengan cara memberi pertanyaan-

pertanyaan pada awal proses belajar

mengajar (apersepsi).

3) Tujuan

Tujuan adalah kemampuan atau kompetensi

yang akan dicapai oleh peserta didik pada

akhir proses belajar mengajar yang telah

dilakukan.

4) Penjelasan

Penjelasan adalah keterangan atau uraian

yang memperkuat tentang hasil belajar

peserta didik dalam proses belajar mengajar

baik belajar dalam kelompok maupun belajar

peserta didik secara mandiri.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran

untuk mencapai Kompetensi Dasar peserta

didik. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

aktif, interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Kegiatan inti ini dilakukan secara

28

sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Pada kegiatan inti ini peserta didik mendapat

fasilitas atau bantuan untuk mengembangkan

potensinya secara penuh atau optimal. Pada

kegiatan inti secara garis besar berlangsung hal-

hal berikut.

1) Memulai proses belajar mengajar dengan

mengajukan masalah (soal) yang nyata (riil)

bagi peserta didik sesuai dengan

pengalaman dan tingkat pengetahuannya,

sehingga peserta didik segera terlibat dalam

proses belajar mengajar secara bermakna;

2) Permasalahan yang diberikan kepasa peserta

didik tentu harus diarahkan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam proses

belajar mengajar;

3) Peserta didik mengembangkan model-model

simbolik secara informal terhadap persoalan

atau masalah yang diajukan dalam proses

belajar mengajar;

4) Pembelajaran berlangsung secara aktif,

interaktif, dimana peserta didik menjelaskan

dan memberikan alasan terhadap jawaban

yang diberikannya, memahami jawaban

temannya (peserta didik lain), menyatakan

setuju atau tidak setuju, dan mencari

alternatif jawaban yang lain.

29

c. Penutup

Penutup adalah merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mengakhiri aktivitas proses

belajar mengajar yang dapat dilakukan dalam

bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian

dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut,

yaitu seperti berikut.

1) Penarikan kesimpulan dari apa-apa yang

telah dipelajari dalam proses belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai;

2) Melakukan tinjauan ulang (refleksi) terhadap

setiap langkah yang ditempuh atau terhadap

hasil proses belajar mengajar yang telah

dilakukan;

3) Pemberian tugas atau latihan, setelah

dilakukan kesimpulan dan tinjauan ulang

tentang proses belajar mengajar yang telah

dilakukan, peserta didik diberi tugas atau

latihan untuk mengetahuai materi yang

telah diajarkan sudah dikuasai peserta didik

tau belum.

d. Penilaian Hasil Belajar

Setelah tugas dan latihan diberikan kepada

peserta didik, prosedur dan instrumen penilaian

proses dan hasil belajar disesuaikan dengan

indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

pada standar penilaian yang telah ada, sehingga

hasilnya diharapkan dapat nlebih baik.

30

e. Menentukan Media, Alat, Bahan, dan Sumber

Belajar.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada

standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta

materi ajar, kegiatan proses belajar mengajar,

dan indikator pencapaian kompetensi. Pada

bagian ini dituliskan semua media, alat, bahan,

dan sumber belajar yang sesuai dengan materi

pelajaran yang diberikan kepada peserta didik

selama proses belajar mengajar berlangsung.

Tabel: 2.1 Contoh Format RPP Mengacu pada

Standar Proses

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan :Kelas/Semester :Mata Pelajaran :Jumlah Pertemuan :

A. Standar Kompetensi :B. Kompetensi dasar :C. Indikator :D. Tujuan Pembelajaran :E. Materi Ajar :F. Materi Prasyarat :G. Metode Pembelajaran :H. Alokasi Waktu :I. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Pendahuluan :2. Inti :3. Penutup :

J. Penilaian Hasil Belajar :K. Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar :

31

2.5 Penelitian Tindakan Sekolah2.5.1 Pengertian Penelitian Tindakan Sekolah

Penelitian tindakan sekolah menurut Nana Sujana

(2009: 8) Penelitian Tindakan Sekolah (school action

research) disingkat PTS. Penelitian Tindakan Sekolah

merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh

pengawas atau kepala sekolah pada saat melaksanakan

tugasnya. Diwaktu tugas pengawasan, penelitian untuk

pengawas dalam mengembangkan profesinya,

difokuskan pada masalah-masalah yang berkaitan

dengan keilmuan dan praktik yang merupakan

tanggung jawab kepengawasan sekolah sebagai tugas

profesionalnya.

Penelitian tindakan sekolah adalah suatu proses

pelaksanaan penelitian yang diperankan oleh pelaksana

kegiatan (guru, kepala sekolah, atau

pengawas), mereka meneliti tindakannya sendiri

dengan sistematis dan menggunakan teknik penelitian

secara berhati-hati. Penelitian tindakan merupakan

teknik untuk melibatkan orang-orang bekerja untuk

meningkatkan keterampilan, teknik, dan strategi dalam

melaksanakan pekerjaan. Penelitian tindakan adalah

studi tentang bagaimana kita dapat melakukan

perubahan (Eileen Ferrance: 2000. P 6).

Penelitian tindakan sekolah (PTS) merupakan

upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan,

dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi

lebih produktif, efektif, dan efisien. Dengan bersandar

pada pendapat Stringer (1996: 9) yang mengartikan

penelitian tindakan sebagai “diciplined inquiry (research)

32

which seeks focused efforts to improve the quality of

people’s organizational, community and family lives”

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah

penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di sekolah

untuk lebih profesional terhadap pekerjaannya,

memperbaiki kerja dan melakukan inovasi sekolah

serta mengembangkan ilmu pengetahuan terapan

(professional knowledge).

Berdasarkan uraian di atas tersebut, ciri utama

Penilaian Tindakan Sekolah (PTS) adalah melakukan

tindakan nyata untuk melakukan inovasi sekolah

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,

diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang

berpikir kritis, kreatif, inovatif, pintar menyelesaikan

masalah, dan mempunyai naluri kewirausahaan.

Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK atau PTS

disebut juga Classroom Action Research (CAR). Saat ini

Penilaian Tindakan Sekolah (PTS) sedang berkembang

dengan pesatnya di negera-negara maju seperti Inggris,

Amerika, Australia dan Canada. Beberapa peneliti

pendidikan terakhir ini menaruh perhatian yang

sangat besar terhadap Penilaian Tindakan Sekolah

(PTS).

Apabila dicermati, kecenderungan baru ini

mengemuka karena jenis penelitian ini mampu

menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih

menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan

dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola

proses belajar mengajar di kelas atau implementasi

berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai

33

indikator keberhasilan proses dan hasil pembela

jaran yang terjadi pada peserta didik atau keberhasilan

proses dan hasil implementasi berbagai program

sekolah.

2.6 Penelitian yang RelevanPenelitian sebelumnya tentu ada yang relevan

dengan penelitian yang peneliti tulis, penelitian

tersebut bisa digunakan sebagai bahan referensi dalam

penelitian ini. Ada 5 penelitian yang mempunyai

kesamaan dengan penelitian yang peneliti kaji antara

lain:

1. Peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan

silabus dan RPP melalui pendampingan profesional

dengan pendekatan kooperatif di SD daerah binaan

V Cabang Dinas P dan K Kecamatan Wanasari

Kabupaten Brebes pada semester I tahun pelajaran

2008/2009 oleh Salimudin terjadi peningkatan

13,44% dari siklus 1. Penelitian ini mempunyai

kesamaan dalam meningkatkan kompetensi guru

dalam menyusun perancanaan pembelajaran.

Perbedaannya terletak pada tindakan yang

digunakan yaitu menggunakan kegiatan

pendampingan profesional yang dilakukan oleh

kepala sekolah bersama guru.

2. Upaya peningkatan minat dan kemampuan

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) melalui supervisi akademik bagi guru

SDNegeri Kauman 02 semester 2 tahun pelajaran

2009/2010 oleh Nur Sa’adah, S.E Dinas Pendidikan

34

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Batang dari nilai

rata-rata 57,8 pada kondisi awal, menjadi 59,6 pada

siklus 1 dan 63,3 pada siklus 2.

3. Peningkatan Kemampuan Menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi

Akademik Bagi Guru SD Negeri Tambakroto

Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun

Pelajaran 2015/2016 oleh Sugeng Harnanto, S.Pd

UPTD Dikpora Kecamatan Sayung Kabupaten

Demak dari kondisi awal nilai rata-rata 57,9 siklus

1 menjadi 68,7 dan 71,8 pada siklus 2.

4. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun

RPP Kurikulum 2013 Bimbingan Berkelanjutan di

SDN 163085 Tebing Tinggi tahun pelajaran

2013/2014 oleh T. Sitorus terjadi peningkatan 14%

dari siklus 1”. Kesamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama meningkatkan kompetensi guru

dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Perbedaan

terletak pada kegiatan tindakan yang dilakukan

kalau penelitian sebelumnya menggunakan

bimbingan berkelanjutan yang bisa dilakukan oleh

kepala sekolah sendiri dan memerlukan waktu yang

cukup lama. Sedangkan penelitian ini

mendatangkan narasumber yang berkompeten dan

waktu yang diperlukan relatif singkat atau sehari

saja.

5. “Training Teachers to Design Interaktive Home Works

oleh Battle-Bailey tahun 2013”. Strategi pelatihan

guru di sekolah dapat membantu guru dalam

menyusun rancangan pembelajaran. Rencana

35

pembelajaran berhasil untuk membantu peserta

didik dan orang tua mengembangkan disposisi

positif untuk kegiatan belajar di rumah. Kesamaan

dengan penelitian ini menggunakan tindakan yang

sama dalam meningkatkan kompetensi guru dalam

menyusun rencana pembelajaran.

“Instructional design using an in-house built teaching

assistant robot to enhance elementary school English-

as-a-foreign-language learning oleh Wen Chi Vivian

tahun 2013”.

Makalah pada jurnal internasional ini menyajikan

kegiatan pelatihan untuk rencana pelaksanaan

pembelajaran dalam program bahasa Inggris mutakhir

di sekolah dasar. Peserta didik SD Senang dengan

Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Taiwan dan

terjadi interaksi komunikatif dengan guru.

Secara umum penelitian sebelumnya mempunyai

kesamaan dalam meningkatkan kompetensi guru

dalam menyusun RPP. Penelitian ini dengan keadaan

yang berbeda menyesuaikan dengan situasi dan kondisi

lokasi penelitian. Penelitian ini lebih fokus pada

peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP

(KTSP) tahun 2006, sedangkan tindakan yang

dilakukan “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala

Sekolah Melalui Pendampingan Untuk Meningkatkan

Kompetensi Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Guru di SD Negeri Purworejo 3 Kecamatan

Bonang Kabupaten Demak”. Karena sebagian besar

guru di sekolah tempat penelitian mempunyai bekal

36

kompetensi pedagogik dalam menyusun RPP yang

cukup baik.

2.7 Kerangka BerpikirKondisi nyata di SD Negeri Purworejo 3

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, sebagian besar

guru belum memenuhi tuntutan kompetensi guru

secara penuh. Misalnya menyusun RPP, penggunaan

RPP dalam proses belajar mengajar, penggunaan alat

peraga atau sarana prasarana, dan pelaksanaan

evaluasi pembelajaran belum terlaksana secara

maksimal.

Melihat kenyataan yang ada tersebut, masih

kurang dari harapan yang diinginkan sekolah, sehingga

kepala sekolah bersama guru mengupayakan kondisi

pembelajaran di kelas secara baik dan maksimal.

Dengan mengadakan supervisi akademik melalui

pendampingan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh

guru untuk mengadakan peningkatan kinerja

diharapkan akan tercipta kinerja guru yang lebih baik,

aktif, dan kreatif. Langkah yang kepala sekolah

lakukan untuk mencapai harapan tersebut dengan

melakukan supervisi akademik melalui pendampingan

untuk meningkatkan kinerja guru dalam menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KTSP,

mengelola pembelajaran, serta membangun komitmen

guru untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.

Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan

pada bagan sebagai berikut:

37

Gambar: 2.1 Kerangka berpikir

Sumber: (Makawimbang, 2013: 39

2.8 Hipotesis TindakanBerdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir

di atas maka peneliti mengambil kesimpulan sementara

(hipotesis) sebagai berikut: “Supervisi akademik kepala

TAHAP PERTEMUAN AWAL

1. Menganalisis rencana supervisi

2. Menetapkan bersama aspek yang akan disupervisi

TAHAP OBSERVASI SUPERVISI

1. Mencatat peristiwa selama observasi supervisi

2. Catatan obyektif dan selektif

TAHAP TEMUAN BALIKAN

1. Mencatat hasil supervisi bersama guru

2. Menganalisis perilaku guru3. Bersama menetapkan aspek-aspek

yang harus dilakukan untuk membantu keterampilan menyusun RPP selanjutnya

38

sekolah melalui pendampingan dapat meningkatkan

kompetensi menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran bagi guru di SD Negeri Purworejo 3

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak semester 2

tahun pelajaran 2015/2016”.