23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes Aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus meciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat luas mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah. (Singgih & Upik, 2006). Nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai vektor penyakit, semuanya tergolong subgenus Stegomyia, dengan ciri-ciri tubuhnya bercorak hitam putih pada toraks (dada), abdomen (perut) dan tungkai (kaki). Corak ini merupakan sisik yang menempel di luar tubuh nyamuk. Corak putih pada dorsal dada (punggung) Aedes aegypti berbentuk seperti siku yang berhadapan (iyre-shaped). (Singgih & Upik, 2006). 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus

dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga

merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya.

Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di

seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan

pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus meciptakan

siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit

demam berdarah, masyarakat luas mampu mengenali dan mengetahui cara-cara

mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit

demam berdarah. (Singgih & Upik, 2006).

Nyamuk Aedes aegypti yang berperan sebagai vektor penyakit,

semuanya tergolong subgenus Stegomyia, dengan ciri-ciri tubuhnya bercorak

hitam putih pada toraks (dada), abdomen (perut) dan tungkai (kaki). Corak ini

merupakan sisik yang menempel di luar tubuh nyamuk. Corak putih pada

dorsal dada (punggung) Aedes aegypti berbentuk seperti siku yang berhadapan

(iyre-shaped). (Singgih & Upik, 2006).

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

2

1. Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Borror, et al (1989), klasifikasi nyamuk Aedes aegypti yaitu

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Sub family : Culicinae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna. Nyamuk

betina meletakkan telurnya di dinding tempat perindukannya 1-2 cm di atas

permukaan air. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata 100 butir

telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari menetas menjadi larva lalu

mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh menjadi pupa dan

akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa

memerlukan waktu kira-kira 9 hari. (Sutanto; at all, 2015).

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan

ukuruan nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar

yang hitam dengan bintik-bintik putih terutama pada kakinya. Morfologinya

yang khas adalah gambaran lira (lyre-form) yang putih pada punggungnya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

3

(mesonotum). (Sutanto; at all, 2015).

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

3. Telur Nyamuk Aedes aegypti

Telur Aedes aegypti terdeposisi satu persatu ditempat barair tepat

sejajar dengan garis air. Nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan telurnya

pada beberapa tempat (oviposition) selama sekali siklusnya. Embrio

berkembang secara sempurna setelah 48 jam atau 2 hari pada lingkungan yang

lembab dan hangat. Embrionisasi yang telah sempurna, dapat bertahan selama

beberapa tahun dan akan menetas di tempat dengan air yang menggenang.

Kemampuan telur untuk bertahan maupun menetas tergantung pada kondisi

lingkungan (WHO, 2011).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

4

Gambar 2.2 Telur Nyamuk Aedes aegypti

4. Larva Nyamuk Aedes aegypti

Stadium larva adalah tahap larva dari nyamuk, setelah telur menetas

maka akan berubah menjadi larva. Perkembangan larva tergantung pada suhu,

kepadatan populasi dan ketersediaan makanan. Umunya, larva berkembang

pada suhu 28◦C, sekitar 10 hari. Sedangkan, pada suhu air 30-40

◦C, larva akan

berkembang menjadi pupa dalam waktu 5 hari (Singgih & Upik, 2006).

Larva lebih menyukai air bersih, namun tetap dapat hidup dalam air

yang keruh, baik bersifat asam ataupun basa. Larva nyamuk Aedes aegypti

terbagi atas 4 tahapan perkembangan yang disebut instar, yakni instar I, II, III,

IV. Setiap pergantian instar ditandai dengan pergantian kulit yang disbeut

ekdisis. Setelah larva mencapai instar IV, maka akan berubah menjadi pupa

(lerva memasuki masa dorman atau inaktif, tidur). (Singgih & Upik, 2006).

Berdasarkan morfologi dan penampakannya, setiap instar memiliki ciri

masing-masing, yaitu:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

5

a. Larva instar I : Ukuran paling kecil yang memiliki panjang 1-2 mm, sifon

belum berwarna hitam, dan badan masih terlihat tembus terhadap cahaya.

b. Larva instar II : Ukuran bertambah besar, yang memilki panjang 2,5-3,9

mm, sifon masih belum terlihat dengan jelas.

c. Larva instar III : Ukuran lebih besar lagi dengan panjang 5 mm dan sifon

sudah terlihat lebih berwarna gelap dibandingkan dengan warna badan,

serta gigi sisir sudah terlihat di segmen abdomen ke-8.

d. Larva instar IV : Memiliki panjang 7-8 mm.

Berdasarkan lama harinya, perkembangan larva dari instar I menjadi instar

II terjadi selama 1-2 hari, kemudian instar II menjadi larva instar III

berlangsung 2-3 hari, dan larva instar III menjadi larva instar IV

membutuhkan waktu 2-3 hari. Untuk menjadi pupa dan nyamuk dewasa dari

instar IV masing-masing membutuhkan waktu 2-3 hari. (Gandahusada, 2006).

Gambar 2.3 Larva Nyamuk Aedes aegypti

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

6

5. Pupa Nyamuk Aedes aegypti

Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8

hari dan berubah menjadi pupa (kepompong). (Sigit; at all, 2006). Pupa

nyamuk Aedes aegypti. mempunyai bentuk tubuh bengkok, dengan bagian

kepala dada (cephalothoraks) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian

perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Tahap pupa pada

nyamuk Aedes aegypti. umumnya berlangsung selama 2- 4 hari. Saat nyamuk

dewasa akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang pupa, pupa akan

naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk

persiapan munculnya nyamuk dewasa (Achmadi, 2011).

Gambar 2.4 Pupa Nyamuk Aedes aegypti

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

7

6. Dewasa Nyamuk Aedes aegypti

Tubuh nyamuk dewasa terdiri dari 3 bagian yaitu: kepala (caput),

dada (thorax) dan perut (abdomen). Badan nyamuk berwarna hitam bercak

dan garis putih, tampak jelas pada bagian kaki dari nyamuk Aedes aegypti.

Tubuh nyamuk dewasa memiliki panjang 5 mm. Pada bagian kepala

terpasang sepasang mata majemuk, sepasang antena dan sepasang palpi.

Antena berfungsi sebagai organ peraba dan pembau. Pada nyamuk betina,

antena berbulu pendek dan jarang (tipe pilose) dan pada nyamuk jantan

berbulu panjang dan lebat (tipe plumose). Thorax terdiri dari 3 ruas, yaitu

prothorax, nesothorax, dan methathorax. Abdomen terdiri dari 8 ruas.

Pada ujung atau ruas terakhir terdapat alat kopulasi berupa cercei (betina)

dan hypogeum (jantan) (Depkes RI, 2007).

Jenis kelamin nyamuk Aedes aegypti dibedakan dengan

memperhatikan jumlah probosis. Pada nyamuk jantan memiliki probosis

ganda sedangkan pada nyamuk betina memiliki probosis tunggal (Djakaria,

2008). Nyamuk jantan mempunyai probosis untuk menghisap sari bunga atau

tumbuhan yang mengandung gula. Sedangkan pada nyamuk betina, probosis

akan menembus kulit dan menghisap darah. Nyamuk Aedes aegypti betina

pada umumnya menghisap darah manusia karena memerlukan protein yang

terkandung dalam darah untuk pembentukan telur agar dapat menetas jika

dibuahi oleh nyamuk jantan. Setelah dibuahi, nyamuk Aedes aegypti

betina akan mencari tempat hinggap yang lembab dan agak gelap

sambil menunggu pembentukan telurnya. Setelah menetas, telur tersebut

ditempatkan di tempat yang lembab dan basah (Hoedojo R, 2008).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

8

Gambar 2.5 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti

7. Perilaku Makan dan Resting Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk betina menghisap darah manusia 2-3 hari sekali biasanya

lebih dari satu orang, pada pagi atau sore hari dan biasanya pada jam

09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Posisi menghisap darah sejajar dengan

permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti sekitar 100

m. Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes aegypti akan beristirahat

sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti hidup

domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam rumah untuk

beristirahat, seperti pada baju yang tergantung, kelambu dan tirai, sedangkan

jika di luar rumah, maka nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tanaman-

tanaman di luar rumah (Kemenkes, 2011).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

9

8. Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti

Tempat perindukan masing-masing jenis nyamuk berbeda tergantung

dengan perilaku tiap jenis nyamuk. Adaptasi yang berbeda dari tiap jenis

nyamuk juga berpengaruh terhadap jumlah lokasi yang dapat dijadikan

sebagai tempat perindukannya. Jenis nyamuk yang memiliki adaptasi yang

luas akan memiliki tempat perindukkan yang beragam, sehingga angka

ketahanan hidupnya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis nyamuk yang

adaptasinya sempit (Sari, dkk., 2008).

Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat – tempat

berisi air bersih yang berdekatan dengan rumah penduduk, biasanya tidak

melebihi jarak 500 meter dari rumah. Aedes aegypti hidup di daerah

pemukiman dan berkembang biak pada genangan air bersih buatan manusia.

Adapun tempat perindukannya dibedakan menjadi:

1. Tempat perindukan sementara yaitu kaleng bekas, ban bekas, talang air,

vas bunga, dan barang-barang yang dapat menampung air bersih.

2. Tempat perindukan permanen ialah tempat yang merupakan

penampungan air untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi,

gentong air, bak penampungan air hujan, dan reservoir air.

3. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air yang terdapat pada

lubang – lubang pohon (Ishartadiati, 2012).

9. Nyamuk Aedes aegypti sebagai Vektor Demam Berdarah

Vektor adalah anthropoda yang dapat memindahkan/menularkan

suatau “infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

10

rentan (susceptible host). (Iskandar, 1985).

Salah satu jenis anthropoda yang menjadi Penyebab penyakit Dengue

adalah Arthrophod borne virus, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Virus

berukuran kecil (50 mm) ini memiliki single standard RNA. Virion-nya

terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan terbungkus dalam

amplop lipoprotein. Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran

panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu

nucleocapsid atau protein core (C), membrane-associated protein (M) dan

suatu protein envelope (E) serta gen protein non struktural (NS). (Kepmenkes

RI DITJEN PP & PL, 2011).

10. Penularan Nyamuk Aedes aegypti

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes

albopictus dewasa betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam

tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti sering

menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit) dan siang hari

(sampai sebelum matahari terbenam). Orang yang beresiko terkena demam

berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun dan sebagian

besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh. (Zulkoni,

2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam

Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkungan (environment), dan

faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan

respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

11

(ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim).

Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial

ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit yang juga

ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini

telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4. (Zulkoni,

2010).

B. Pengendalian Vektor Nyamuk Aedes Aegypti

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara

yang paling utama untuk memberantas penyakit DBD, hal ini dilakukan karena

vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virus DBD belum tersedia.

Pemberantasan ini dilakukan dengan memberantas nyamuk dewasa ataupun

jentiknya (Depkes RI, 2005).

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara

penyemprotan atau fogging dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang

bisa digunakan antara lain golongan Organophospate, Carbamat, dan Pyretroid

sintetic. Dalam waktu singkat penyemprotan dapat membatasi penularan. Akan

tetapi pemberantasan ini harus diikuti dengan tindakan pemberantasan jentik.

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan

istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) dilakukan dengan

cara:

1. Fisik

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dilakukn secara fisik yang

biasanya dikenal dengan istilah 3M Plus, yaitu Menguras dan menyikat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

12

bak mandi, bak WC, dan lain-lain. Menutup tempat penampungan air

rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain). Mengubur, menyingkirkan

atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban bekas dan

lain lain), Plus yaitu program abatisasi.

2. Kimiawi

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larvasida) atau dikenal dengan larvasidasi.

Pengendalian secara kimia ini ada dua macam yaitu dengan menggunakan

senyawa kimia nabati misalnya : menggunakan ekstrak serai, ekstrak daun

pandan wangi. Kemudian dengan menggunakan senyawa kimia sintetik,

dan yang biasa digunakan antara lain adalah abate.

3. Biologi

Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan

memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian

ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai

bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga

bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya

metode ini lebih rumit dan hasilnya pun lebih lambat terlihat

dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Misalnya dengan

memelihara ikan pemakan jentik, dengan menggunakan Bacillus

thuringiensis.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

13

C. Pepaya (Carica Papaya L.)

Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m.

Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun.

Dapat hidup pada ketinggian tempat 1 m - 1.000 m dari permukaan laut dan

pada suhu udara 22°C-26°C. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik

akar, batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan. (Warisno, 2003).

1. Taksonomi Tanaman Pepaya

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya

(Carica Papaya L.) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Caricales

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

(Warisno, 2003)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

14

a b

c d

Gambar 2.6 a. Pohon pepaya, b. Daun pepaya, c. Bunga pepaya, d. Buah

pepaya

2. Morfologi Tanaman Pepaya

Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan

dan Amerika Selatan bagian utara. Tanaman Pepaya telah menyebar luas di

Indonesia. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa

Belanda yaitu papaja dan selanjutnya diambil dari bahasa Arawak yaitu

papaya. Tanaman pepaya dapat tumbuh di daerah basah dan kering, dataran

rendah dan dataran tinggi (Santoso, 2013).

Tanaman pepaya merupakan perdu tinggi kurang lebih 10 meter, tidak

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

15

berkayu, silindris, berongga, putih, kotor. Daun tunggal, bulat, ujung runcing,

pangkal bertorek, tepi bertorek, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm,

pertulangan menjari, pangkal tangkai 25-100 cm dan hijau. Bunga tunggal,

bertekuk bintang, diketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua.

Bunga jantan terletak pada tandan, yang serupa malai, kelopak kecil, kepala

sari bertangkai pendek atau duduk, kuning, mahkota bentuk terompet, tepi

bertajuk lima, bertabung panjang dan putih kekuningan. Bunga betina berdiri

sendiri, mahkota lepas, kepala putik lima, duduk bakal buah beruang satu dan

putih kekuningan. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar

dibungkus selaput tipis yang berisi cairan, masih muda putih dan setelah tua

hitam. Akarnya tunggang, bercabang bulat dan putih kekuningan

(Depkes, 2000).

Menurut Depkes (2000) di Indonesia, pepaya memiliki nama lokal,

antara lain: Pente (Aceh), Sikailo (Mentawai), Kates (Palembang), Kalikih

(Mentawai), Gedang (Lampung), Gedang (Sunda), Papaya (Manado),

Papae (Ambon), Kates (Jawa Tengah) dan Tapaya (Ternate).

3. Manfaat Tanaman Pepaya

Tanaman pepaya adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat dari

akar, daun, batang, bunga, buah, biji hingga getahnya. Berikut adalah manfaat

dari bagian tanaman pepaya:

a. Akar Pepaya

Air rebusan aku pepaya dapat diminum sebagai obat cacing keremi, air

sari akar pepaya dapat diminum untuk pengobatan penyakit ginjal dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

16

kandungan kencing, serta air rendaman akar pepaya Gandul (Gantung)

yang dicampur dengan arak dan kayu putih dapat dioleskan kepada tulang-

tulang yang sakit. (Rukmana, 1995).

b. Daun Pepaya

Daun pepaya muda sumber vitamin A. Daun pepaya muda yang ditumbuk

halus untuk diperas air sarinya, kemudian diminum akan berkhasiat

sebagai obat malaria, kejang perut, dan sakit panas. (Rukmana, 1995).

c. Batang Pepaya

Ampas parutan batang pepaya yang ditambah gula dan garam dapat

dimakan dan berkhasiat sebagai obat menghilangkan rasa mual di perut.

(Muljana, 1997).

d. Bunga Pepaya

Bunga pepaya dapat digunakan sebagai obat prangsang makan untuk anak

kecil. Selain itu rebusan bunga pepaya juga dapat dipakai sebagai obat

mujarab dan manjur sekali untuk penyakit kuning. (Muljana, 1997)

e. Buah Pepaya

Buah pepaya banyak mengandung vitamin A dan C. (Muljana, 1997).

Selain itu buah pepaya juga memiliki banyak serat sehingga memperlancar

pencernaan dan dapat dikonsumsi dengan mengolah menjadi banyak

menu.

f. Biji Pepaya

Minyak biji pepaya yang berwarna kuning dan mengandung asam oleat

71,60%, asam palmiat 15,13%, asam linoleat 7,68%, asam atrearat 3,60%

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

17

dan asam-asam lemak lainnya dalam jumlah persentase yang kecil.

(Rukmana, 1995).

g. Getah Pepaya

Getah pepaya yang sering disebut “papain” merupakan bahan yang

mengandung enzim proteolitik. Papain ini berguna untuk melunakkan

daging, menghaluskan kulit pada industry penyamakan kulit, bahan baku

industry farmasi dan bahan kecantikan. (Rukmana, 1995).

4. Senyawa Kimia Daun Pepaya

Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang

diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain, alkaloid,

saponin, dan flavonoid (Priyono, 2007).

Tabel 2.1 Pemeriksaan Kimia dari Daun Pepaya

Konstitusi

Bioassay

Daun Hijau Daun Kuning Daun Coklat

Saponin + + +

Tannins - - -

Cardiac glycoside + + +

Alkaloid + + +

Sumber : Ayoola (2010) dalam Wardani (2012)

Tabel 2.2 Kandungan Biochemical Daun Pepaya

Bahan Aktif Kandungan (ppm)

Alkaloid 1300 - 4000

Flavonoid 0 – 2000

Tannin 5000 – 6000

Dehydrocarpaine 1000

Pseudocarpaine 100

Sumber: Cornell University (2009) dalam Wardani (2012)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

18

a. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang bersifat racun yang

terkandung di dalam daun pepaya. Beberapa sifat khas dari flavonoid yaitu

memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang pahit, dapat larut dalam air dan

pelarut organik, dan juga mudah terurai pada temperatur tinggi.

Dinata (2009), mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang

dapat bersifat menghambat makan serangga. Flavonoid berfungsi sebagai

inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem pernapasan nyamuk yang

dapat mengakibatkan larva nyamuk Aedes aegypti mati. Bagi tumbuhan

pepaya itu sendiri flavonoid memiliki peran sebagai pengatur kerja

antimikroba dan antivirus.

b. Alkaloid

Senyawa alkaloid yang terdapat pada daun pepaya adalah alkaloid

carpain. Alkaloid dapat menyebabkan gangguan system pencernaan pada

larva karena senyawa alkaloid bertindak sebagai racun perut (Stomach

poisons) yang masuk melalui mulut larva.

c. Enzim papain

Enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan

jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk menghidrolisis protein

eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan ikatan peptida dalam protein

sehingga protein akan menjadi terputus. Enzim papain dapat banyak

ditemukan pada daun pepaya. Walaupun dalam dosis yang rendah, dan

apabila enzim papain masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti

akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

19

menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. Bahkan akibat dari

ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya dapat menyebabkan

kematian pada larva (Nani dan Dian, 1996).

d. Saponin

Senyawa lain pada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida

dan larvasida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang

memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga

dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses

pergantian kulit pada serangga (Dinata, 2009).

Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman pepaya seperti akar, daun,

batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin berkemampuan membentuk

busa jika dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat

menurunkan tegangan permukaan sehingga dapat merusak membran sel

serangga (Mulyana, 2002).

5. Larvasida

Pemakaian bahan kimia untuk memberantas larva nyamuk dikenal

sebagai larvaciding. Bahan kimianya disebut larvasida. Racun serangga

untuk pemberantasan larva nyamuk jarang sekali digunakan dalam bentuk

bahan murninya. Formulasi racun serangga diperlukan untuk mempermudah

aplikasi, mengatur dosis, meningkatkan efektivitas dan keamanan dalam

penggunaannya. Jenis larvasida antara lain golongan minyak mineral dan

golongan organofosfor-temefhos. Golongan minyak mineral yang membunuh

larva nyamuk dengan daya racun tertentu dan juga dengan cara mati lemas.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

20

Minyak tersedot ke dalam system pernapasan larva nyamuk waktu

mengambil udara dan racunnya membunuh larva sangat cepat. (Gandahusada,

1998).

Golongan organofosfor-temefhos nahan murni temefhos berwarna coklat,

suatu cairan yang kental dan stabil pada temperatur kamar. Temefhos

mempunyai sifat daya racun yang rendah terhadap binatang berdarah panas,

ikan dan organisme non target.

6. Ekstrasi

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut

yang sesuai. Ekstraksi dilakukan untuk menarik dan memisahkan senyawa

yang mempunyai kelarutan berbeda-beda dalam berbagai pelarut komponen

kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan maupun hewan

dengan menggunakan bahan pelarut organik tertentu. Proses ekstraksi ini

didasarkan pada kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel secara osmosis yang mengandung zat

aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara di dalam dan di luar sel, mengakibatkan terjadinya

difusi pelarut organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini

berlangsung terus menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif

di dalam dan di luar sel (Ditjen POM, 2000).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

21

7. Efektivitas Aquadest

Aquadest adalah zat kimia yang istimewa, terdiri dari dua atom

hydrogen dan satu atom oksigen dengan rumus kimia (H2O). Aquadest

bersifat netral (pH=7) dalam keadaan murni. Aquadest tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau. Aquadest bersifat polar karena adanya perbedaan

muatan. Aquadest merupakan pelarut yang baik karena kepolarannya,

konstanta dielektrik yang tinggi dan ukurannya yang kecil, terutama untuk

senyawa ionik dan garam yang polar. Sifat aquadest yang bersifat polar dapat

melarutkan senyawa tanin dan flavonoid yang mempunyai efek menghambat

dan membunuh larva nyamuk Aedes aegypti (Khafidhoh, 2015 dalam Jie,

2018).

D. Hipotesis Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi dari ekstrak daun pepaya untuk

mematikan larva Aedes aegypti.

2. Ada pengaruh perbedaan waktu kontak untuk mematikan larva Aedes

aegypti.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

22

E. Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka Teori

Sumber : Depkes RI (2005), Priyono (2007), Wardani (2012)

Fisik

Pengendalian

Vektor Nyamuk

Aedes aegypti

Kimia

wi

Biolog

i

Insektisida

Kematian Larva

Nyamuk Aedes

Nabati

Berasal

dari

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.poltekkes-tjk.ac.idrepository.poltekkes-tjk.ac.id/506/4/BAB II.pdf3 (mesonotum). (Sutanto; at all, 2015). Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes

23

F. Kerangka Konsep

Gambar 2.8 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Konsentrasi Ekstrak

1,5%, 3%, 5%, 8% dan

10%

Variabel Bebas

Waktu kontak

4jam, 8jam, 12jam dan

24jam

Variabel Terikat

Kematian Larva

Nyamuk Aedes aegypti

Variabel Terkendali

1. pH

2. Suhu

3. Volume Air