Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Energi Angin
Energi angin telah lama di kenal dan di manfaatkan manusia. Sejak zaman
dahulu orang telahmemanfaatkan energi angina. Lebih dari dari 5.000 tahun yang
lalu. Orang mesir kuno menggunakan angin untuk berlayar kapal di sungai nil.
Kemudian orang orang membangun kincir angina untuk menggiling gandum dan
biji bijian lainya. Naska terua tentang kincir angin terdapat dalam tulisan arab dari
abad ke-9 masehi yang menjelaskan bahwa kincir angina yang di oprasikan di
perbatasan iran dan afganistan sudah ada sejak beberapa abad sebelumnya,kadang
disebut Persian windmill.kincir angin dikenal paling awal adalah di Persia (iran).
Cara baru untuk menggunakan energi angina akhirnya menyebar di seluruh
dunia pada abad ke-11,orang orang timur tengah yang menggunakan kincir angin
secara luas untuk produksi pangan, pedagang yang pulang membawah ide ini ke
eropa. Belanda menyempurnakan kincir angina,dan diadaptas untuk menguras
danau dan rawa-rawa di Delta 19,mereka mulai menggunakan kincir angina utuk
memompa air di pertania dan pertenakan, dan kemudian untuk menghasilkan
listrik untuk rumah dan industry.
2.2 Pengertian Angin
Angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar di akibatkan oleh rotasi
bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin
bergerak dari dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara
rendah.apabila dipanaskan udara memuai.udara yang memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik.apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya
5
berkurang,udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yangbertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah, di atas tanah udara
menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunya
udara dingin ini dinamakan konveksi.
Secara singkat dapat di jelaskan bahwa angin adalah udara yang bergerak
menurut Buys ballot, ahli ilmu cuaca dari perancis, Angina adalah massa udara
yang bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum.
Gerakan massa udara yang arahnya horizontal di kenal dengan istilah angin.
Sumber: Pengertian dan Macam-macam Angin - Ilmu Pengetahuan.html, abdul hadi 2.3 Jenis-Jenis Angin
2.3.1 Angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah darat yang umumnya terjadi
pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. angin ini bisa
dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari mencari ikan di laut.
Gambar 2.1: gambar angin laut
2.3.2 Angin darat
Angin darat adalah angina yang bertiup dari arah darat kearah laut,1yang
pada umumnya terjadi saat malam hari dari jam 20:00 sampai jam 06:00. Angina
6
jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan
perahu bertenaga angina sederhana.
Gambar 2.2 : angin darat
2.3.3 Angin Lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah ke puncak gunung dan
biasa terjadi pada siang hari.
Gambar 2.3: Angin lembah
2.3.4 Angin Gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah
gunung dan tejadi pada malam hari.
7
Gambar 2.4: angin gunung
2.3.5 Angin Font
Angin Font adalah angin yang terjadi setelah terjadinya hujan orografis atau
hujan pegunungan (yaitu jenis hujan yag trjadi pada daerah lereng pegunungan,
hujan ini berasal dari gerakan udara yang mengandung uap air yang terhalang oleh
pegunungan).Angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperature dan
kelengasan yang berbeda.
Gambar 2.5 : angin font
2.3.6 Angin Muson
Angin muson adalah angina yang berhembus secara periodic yaitu minimal 3
bulan dengan setiap periode dengan yang lain akan memiliki pola berlawanan
yang bergantian arah secara berlawanan setiap setengah tahunya.
8
Angin muson terdiri dari dua jenis yaitu:
a) Angin Muson Barat
Angin muson barat adalah angina yang mengalir dari benua asia (musim
dingin) ke benua australia (musim panas) dan hal ini di sebabkan karena angina
melewati tempat yang luas seperti perairan dan Samudra.
b) Angin Muson Timur
Angin muson timur adalah sebaliknya dari angin muson barat.Angin yang
mengalir dari benua Australia (musim dingin) ke benua asia (musim panas)
sedikit curah hujan (kemarau) di Indonesia bagian timur karena angina melewati
celah-celah sempit dan berbagai gurun (gibson,australia besar dan victoria)
Gambar 2.6 : angin muson barat dan muson timur
2.4 Sejarah Turbun Angin
Sebetulnya turbin angin yang pertama kali di gunakan adalah di Persia pada
abad ke-5. Kemudian turbin angina tersebut menyebar ke seluruh Eropa. Di
belanda sendiri sendiri turbin angina angina di gunakan pertama kali sekitar abad
ke-13. Dengan adanya perkembangan teknoligi dan arsitektur, pengguna turbin
angina pun juga berkembang. Sekitar abad ke -17, banyak terjadi revolusi di
negara-negara Eropa.karena factor tersebut, masyarakat di belanda menggunakan
turbin angin untuk kepentingan lain. Tidak hanya di gunakan sebagai alat untuk
9
mengalihkan dan bendungan air, turbin angin juga di pergunakan sebagai salah
satu saran pembatu dalam bidang pertanian dan industry. Turbin angina memang
memegang peran penting dalam berbagai bidang di negara ini.
2.5 Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang di gunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angina ini pada awalnya di buat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi,keperluan irigasi,dll.
Turbin angina terdahulu banyak di gunakan di Denmark, belanda, dan negara
negara eropa lainya dan lebih dikenal dengan windmill.
Turbin angin pada prinsipnya dapat di bedakan atas dua jenis turbin
berdasarkan arah putarannya. Turbin angin yang berputar pada poros horizontal di
sebut dengan turbin angin poros horizontal atau Horisontal axis wind turbine
(HAWT), sementara yang berputar pada poros vertical di sebut dengan turbin
angin poros vertical atau vertical axis wind turbine (VAWT).
Sumber : Laporan PDT1, Sutiyo guntoro, Freddi andrias
2.6 Jenis -jenis turbin
2.6.5 Turbin angin Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
Turbin angin horisontal adalah model umum yang sering kita lihat pada turbin
angin. Desainnya mirip dengan kincir angin, memiliki blade yang mirip propeller
dan berputar pada sumbu vertikal. Turbin angin horisontal memiliki shaft rotor
dan generator pada puncak tower dan harus diarahkan ke arah angin bertiup.
Turbin-turbin kecil mengarah ke angin dengan menggunakan wind plane yang
diletakkan dirotor, sementara untuk turbin yang lebih besar dilengkapi dengan
sensor yang terhubung dengan motor servo yang mengarahkan blade sesuai
10
dengan arah angin. Sebagian besar turbin yang besar memiliki gearbox yang
merubah kecepatan putar rotor yang ditransfer ke generator menjadi lebih cepat.
Gambar 2.7 : turbin angin horisontal
Kelebihan Turbin Angin Horisontal:
Towernya yang tinggi memunkikan untuk mendapatkan angin dengan
kekuatan yang lebih besar.
Pada beberapa area, setiap 10 meter ada kenaikan tambahan kekuatan
angin 20% dan peningkatan daya 34%. Efisiensi lebih tinggi, karena
blades selalu bergerak tegak lurus terhadap arah angin, menerima daya
sepanjag putaran.
Sebaliknya pada turbin vertikal, melibatkan gaya timbal balik yang
membutuhkan permukaan airfoil untuk mundur melawan angin sebagian
bagian dari siklus. Backtracking melawan angin menyebabkan efisiensi
lebih rendah.
Kekurangan Turbin Angin Horisontal:
Dibutuhkan konstruksi tower yang besar untuk mendukung beban blade,
11
gear box dan generator.
Komponen-komponen dari turbin angin horisontal (blade, gearbox dan
generator) harus diangkat ke posisinya pada saat pemasangan.
Karena tinggi, maka turbin ini bisa terlihat pada jarak yang jauh, banyak
penduduk lokal yang menolak adanya pemandangan ini.
Membutuhkan kontrol sebagai mekanisme untuk mengarahkan blade
kearah angina
Pada umumnya membutuhkan sistem pengereman atau peralatan yang
pada saat angin kencang dapat digunakan untuk mencegah turbin
mengalami kerusahakan.
2.6.6 Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)
Turbin angin vertikal memiliki shaft rotor vertikal. Kegunan utama dari
penempatan rotor ini adalah turbin angin tidak perlu diarahkan ke arah angin
bertiup. Hal ini sangat berguna pada daerah dimana arah angin sangat variatif atau
memiliki turbulensi. Dengan sumbu vertikal, generator dan komponen primer
lainnya dapat ditempatkan dekat dengan permukaan tanah, sehingga tower tidak
perlu pendukung dan hal ini menyebabkan maintenance lebih mudah. Kekurangan
utama dari turbin angin vertikal adalah menciptakan dorongan saat berputar.
Sangat sulit untuk memasang turbin angin di tower, sehingga jenis tower ini
biasanya dipasang dekat dengan permukaan. Kecepatan angin lebih lambat pada
altitude yang rendah, sehingga energi angin yang tersedia lebih rendah.
12
gambar 2.8: turbin vertical
Kelebihan Turbin Vertikal:
• Sebuah turbin angin bisa terletak dekat tanah, sehingga lebih mudah untuk
menjaga bagian yang bergerak.
Turbin vertikal memiliki kecepatan startup angin rendah dibandingkan
turbin horizontal.
Turbin vertikal dapat dibangun di lokasi di mana struktur yang tinggi
dilarang.
Kekurangan Turbin Vertikal:
Kebanyakan turbin vertikal memiliki penurunan efisiensi dibanding turbin
horisontal, terutama karena hambatan tambahan yang mereka miliki
sebagai pisau mereka memutar ke angin. Versi yang mengurangi drag
menghasilkan lebih banyak energi, terutama yang menyalurkan angin ke
daerah kolektor.
13
Memiliki rotor terletak dekat dengan tanah di mana kecepatan angin lebih
rendah dan tidak mengambil keuntungan dari kecepatan angin tinggi di
atas.
Karena tidak umum digunakan terutama karena kerugian serius yang
disebutkan di atas, mereka muncul baru untuk mereka yang tidak akrab
dengan industri angin. Hal ini sering membuat mereka subjek klaim liar
dan penipuan investasi selama 50 tahun terakhir.
2.7 Turbin Archimedes windmill
Turbin angin Archimedes windmill,merupakan konsep baru dari model
HAWT (Horizontal Axis Wind Turbin), turbin ini dirancang dengan menggunakan
prinsip-prinsip spiral Archimedes. Tidak dengan HAWT tradisional yang
menggunakan gaya angkat untuk mengambil alih energi angin, Archimedes
windmill menggunakan gaya angkat serta gaya tarik. Archimedes windmill dapat
memanfaatkan energi kinetik dari energi angin. Struktur khusus inilah yang
menentukan karakteristik aerodinamika dari jenis turbin ini. Secara khusus,
kelebihan struktur spiral dari Archimedes windmill mampu diaplikasikan dalam
berbagai keadaan, karena jenis turbin angin ini mampu beroperasi pada kecepatan
angin yang relatif rendah sekalipun. Selain itu, Archimedes windmill dapat
mengikuti arah angin secara otomatis karena terdapat bantalan pada tumpuan
pondasi konstruksi yang dikendalikan secara pasif karena gaya drag.
14
Gambar 2.9: Skema blade Archimedes windmill
(a) Pandang samping sudu Archimedes windmill
(b) Geometri sudu Archimedes windmill 0,5 kW
(Sumber: Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic Characteristics of
an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade
Gambar 2.1 menunjukkan diagram skematik dari Archimedes windmill denan
kapasitas daya 0.5 kW. Tiga baling-baling dihubungkan satu sama lain dengan
sudut sebesar 120° dan masing-masing sudu memiliki susunan yang simetris di
sekitar poros dan bentuknya mirip dengan piramida segitiga. Diameter luar
Archimedes windmill untuk kapasitas 0,5 kW adalah 1,5 m. Persamaan
aerodinamis untuk memprediksikan torsi yang berhubungan dengan kecepatan
sudut diperkirakan dengan menggunakan empat asumsi berikut:
1. Fluida incompresible dan aliran steady.
2. Fluida yang bergerak menuju volume atur sejajar dengan sumbu yang
berputar.
3. Jumlah aliran massa pada tiga outlet blade sama satu dengan yang lain.
4. Kecepatan outlet relatif konstan dan arah kecepatan sejajar dengan arah
tangensial tepi blade.
15
Menurut Kyung Chun Kim et al (2014) untuk menyediakan torsi dan tenaga
pada Archimedes windmill, persamaan momentum pada volume aturnya dapat
diketahui menggunakan persamaan (2.1).
𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕 ∫ (𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑉𝑉)𝜌𝜌𝜌𝜌 𝑉𝑉� + ∫ (𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑉𝑉)𝜌𝜌𝑉𝑉 . 𝑛𝑛� 𝜌𝜌𝑑𝑑 = ∑(𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝐹𝐹)
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 (2.1)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
CV : Volume atur
V : Kecepatan angin (m/s)
r : Radius blade (m)
F : Gaya turbin (N)
A : Luas permukaan blade (m2)
Persamaan (1) merupakan persamaan momentum sudut berdasarkan volume
atur. Dengan asumsi aliran steady, maka persamaannya dapat disederhanakan
menjadi persamaan (2.2).
∫ (𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝑉𝑉)𝜌𝜌𝑉𝑉 .𝑛𝑛� 𝜌𝜌𝑑𝑑 = ∑(𝑟𝑟 𝑥𝑥 𝐹𝐹) 𝐶𝐶𝐶𝐶 (2.2)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
CV: Volume atur
V : Kecepatan angin (m/s)
r : Radius blade (m)
F : Gaya turbin (N)
A : Luas permukaan blade (m2)
persamaan kontinuitas pada volume atur tetap ditunjukkan oleh Persamaan (2.3).
16
𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕𝜕 ∫ 𝜌𝜌𝜌𝜌 𝑉𝑉� + ∫ 𝜌𝜌𝜌𝜌 .𝑛𝑛� 𝜌𝜌𝑑𝑑 = 0
𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 ......................................................... (2.3)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
𝑉𝑉� : Kecepatan absolut angin pada sisi masuk sudu (m/s)
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
W : Kecepatan relatif angin pada sisi masuk sudu (m/s)
A : Luas permukaan blade (m2)
Dari asumsi aliran steady, maka persamaan (3) menjadi nol karena
kerapatannya konstan. Persamaan (3) dapat disederhanakan lagi menjadi
persamaan (2.4).
-min + mout = 0 ................................................................. (2.4)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
�̇�𝑚𝑖𝑖𝑖𝑖 : Tingkat aliran massa yang masuk pada volume atur (kg/s)
�̇�𝑚𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 : Tingkat aliran massa yang keluar pada volume atur (kg/s)
Parameter bentuk dapat didefinisikan sebagai pengembangan persamaan-
persamaan yang lain. Parameter bentuk meliputi 𝛾𝛾, R1, dan S1, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Pertama, 𝛾𝛾 didefinisikan sebagai sudut antara
sumbu rotasi dengan ujung blade, R1 adalah jarak vertikal ujung blade terluar dari
sumbu rotasi, R2 adalah jarak vertikal ujung blade dalam dari sumbu rotasi dan S1
adalah jarak horisontal antara ujung pisau depan hingga bagian blade terluar.
17
Gambar 2.10 Bentuk parameter dari Archimedes windmill.
(Sumber: Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic Characteristics of an
Archimedes Spiral Wind Turbine Blade)
Aliran massa pada arus masuk dan arus keluar didefinisikan oleh Persamaan
(2.5) dan (2.6) dengan menggunakan parameter bentuk yang telah ditentukan
sebelumnya.
�̇�𝑚𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝜌𝜌⋃ sin 𝛾𝛾 𝑥𝑥 𝜋𝜋 � 𝑅𝑅1+𝑅𝑅22
� 𝑆𝑆1∞ .................................................... (2.5)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
�̇�𝑚𝑖𝑖𝑖𝑖 : Tingkat aliran massa yang masuk pada volume atur (kg)
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
⋃ ∞ : kecepatan aliran bebas dari udara (m/s)
𝛾𝛾 : Sudut antara sumbu rotor dengan ujung blade (o)
R : Jari-jari blade (m)
S1 : Jarak horisontal antara ujung blade (m)
�̇�𝑚 𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 = 3𝜌𝜌 𝑑𝑑𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 𝜌𝜌𝜃𝜃 ............................................................................ (2.6)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014) Dimana:
18
�̇�𝑚𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕: Tingkat aliran massa yang keluar pada volume atur (kg)
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
𝜌𝜌𝜃𝜃 : Komponen tangensial untuk kecepatan relatif (m/s)
Aout : Hasil penjumlahan luasan A1 dan A2 (m2)
Parameter bentuk tambahan dapat diturunkan melalui prosedur geometris,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Gambar 2.3a menyajikan diagram
skematik area outlet dan spesifikasi relatif. L1 merupakan jarak antara pusat sisi
belakang dengan posisi x yang tegak lurus terhadap ujung blade terluar. L2 adalah
jarak antara posisi tengah sisi belakang dengan posisi x yang tegak lurus terhadap
ujung balde terdalam. Dari gambar 2.3a, Aout dapat ditunjukkan oleh daerah A1
dan A2 dengan menggunakan parameter bentuk, seperti yang ditunjukkan
Persamaan (2.7) dan (2.8).
Gambar 2.11: Definisi Aout, U, V and W
(Sumber: Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic Characteristics of an
Archimedes Spiral Wind Turbine Blade)
𝑑𝑑𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 = 𝑑𝑑1 + 𝑑𝑑2 ................................................................................. (2.7)
𝑑𝑑𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 = 12𝑅𝑅1𝐿𝐿1 − 1
2𝑅𝑅2𝐿𝐿1 + 1
2(𝑅𝑅1 − 𝑅𝑅2)(𝐿𝐿2 − 𝐿𝐿1) = 1
2(𝑅𝑅1 − 𝑅𝑅2)𝐿𝐿2 ........ (2.8)
19
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
A1 : Luas area sisi keluar 1 (m2)
A2 : Luas area sisi keluar 2 (m2)
R : Radius blade (m)
L1 : Jarak antara pusat titik belakang dengan titik x yang tegak lurus (m/s)
L2 : Jarak antara pusat tengah dengan titik x yang tegak lurus (m/s)
Gambar 2.11 b menunjukkan segitiga kecepatan pada batas outlet, yang
merupakan hubungan geometris antara kecepatan relatif (W), kecepatan absolut
(V) dan kecepatan tangensial (U). Dalam kasus ini, β adalah sudut antara antara
W dan U, dan mout dinyatakan sebagai persamaan (2.9).
�̇�𝑚𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 = 3𝜌𝜌𝑑𝑑𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕𝜌𝜌𝜃𝜃 = 3𝜌𝜌 12
(𝑅𝑅1 − 𝑅𝑅2)𝐿𝐿2 𝑥𝑥 𝜌𝜌 cos𝛽𝛽 ............................. (2.9)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
�̇�𝑚𝑜𝑜𝑜𝑜𝜕𝜕 : Tingkat aliran massa yang keluar pada volume atur (kg/s)
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
𝜌𝜌𝜃𝜃 : Komponen tangensial untuk kecepatan relatif (m/s)
𝜌𝜌 : Kecepatan relatif angin pada sisi masuk sudu (m/s)
𝛽𝛽 : Sudut antara 𝜌𝜌𝜃𝜃 dengan W (o)
Karena min = mou
𝜌𝜌𝑈𝑈∞ sin 𝛾𝛾 𝑥𝑥 𝜋𝜋 �𝑅𝑅1+𝑅𝑅22
� 𝑆𝑆1 = 32𝜌𝜌(𝑅𝑅1 − 𝑅𝑅2)𝐿𝐿2 𝑥𝑥 𝜌𝜌𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝛽𝛽 ...................... (2.10)
20
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
⋃ ∞ : kecepatan aliran udara bebas (m/s)
𝛾𝛾 : Sudut antara sumbu rotor dengan ujung blade (o)
S1 : Jarak horisontal antara ujung blade (m)
Maka didapat:
𝜌𝜌 = 𝜋𝜋𝑈𝑈∞ sin𝛾𝛾(𝑅𝑅1+𝑅𝑅2)𝑆𝑆13(𝑅𝑅1−𝑅𝑅2)𝐿𝐿2𝑥𝑥 cos𝛽𝛽
......................................................................... (2.11)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014
Dimana:
𝜌𝜌 : Kecepatan relatif angin pada sisi masuk sudu (m/s)
⋃ ∞ : kecepatan aliran bebas (m/s)
𝛾𝛾 : Sudut antara sumbu rotor dengan ujung blade (o)
S1 : Jarak horisontal antara ujung blade (m)
L2 : Jarak antara posisi tengah dengan titik x yang tegak lurus (m)
𝛽𝛽 : Sudut antara 𝜌𝜌𝜃𝜃 dengan W (o)
21
Gambar 2.12 Segitiga kecepatan pada batas outlet blade.
(Sumber: Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic Characteristics of an
Archimedes Spiral Wind Turbine Blade)
Gambar 2.12 menunjukkan segitiga kecepatan U, V dan W. α adalah sudut
antara V dan Vθ. Vθ berarti komponen tegak lurus dari V pada batas outlet.
Kecepatan absolut (V) dapat dinyatakan pada persamaan (2.12).
𝑉𝑉2 = 𝜌𝜌2 + 𝑈𝑈2 − 2𝜌𝜌𝑈𝑈 cos𝛽𝛽 ,𝑉𝑉𝜃𝜃 = 𝑉𝑉 cos𝛼𝛼 .............................................. (2.12)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
V : Kecepatan absolut aliran angin (m/s)
𝜌𝜌 : Kecepatan relatif angin pada sisi masuk sudu (m/s)
U : Kecepatan tangensial sisi masuk sudu (m/s)
𝛽𝛽 : Sudut antara 𝜌𝜌𝜃𝜃 dengan W (o)
α : Sudut antara 𝑉𝑉𝜃𝜃 dengan V (o)
Dari Persamaan (2.12), α yang didefinisikan oleh sudut antara V dan Vθ,
dapat diwakili oleh Persamaan (2.13).
𝑉𝑉 sin𝛼𝛼 = 𝜌𝜌 sin𝛽𝛽 → sin𝛼𝛼 = 𝑊𝑊𝐶𝐶
sin𝛽𝛽 .......................................................... (2.13)
𝛼𝛼 = sin−1(𝑊𝑊𝐶𝐶
sin𝛽𝛽) ........................................................................................ (2.14)
22
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
V : Kecepatan absolut angin (m/s)
𝜌𝜌 : Kecepatan relatif angin pada sisi masuk sudu (m/s)
𝛽𝛽 : Sudut antara 𝜌𝜌𝜃𝜃 dengan W (o)
α : Sudut antara 𝑉𝑉𝜃𝜃 dengan V (o)
Momen transfer fluida oleh blade sama besarnya dengan torsi, dan memiliki
arah yang berlawanan.
𝑇𝑇𝑠𝑠ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝜕𝜕 = ∫ (𝑟𝑟𝑥𝑥𝑉𝑉)𝜌𝜌𝑉𝑉.𝑛𝑛�𝜌𝜌𝑑𝑑 = 𝐶𝐶𝐶𝐶 ∫ (𝑟𝑟𝑉𝑉 cos𝛼𝛼)𝜌𝜌(𝑉𝑉 cos𝛼𝛼)𝜌𝜌𝑑𝑑 = 3𝜌𝜌𝑉𝑉2𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊2𝛼𝛼 ∫ 𝑟𝑟𝜌𝜌𝑑𝑑𝐿𝐿
0 𝐶𝐶𝐶𝐶
(2.15)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
T : Torsi (Nm)
CV: Volume atur
V : Kecepatan absolut angin (m/s)
r : Radius blade (m)
α : Sudut antara 𝑉𝑉𝜃𝜃 dengan V (o)
𝜌𝜌 : Rapat massa (kg/m3)
Gambar 2.12 menyajikan batas outlet, seperti yang ditunjukkan, maka
persamaan (2.16) dapat diperoleh.
23
Gambar 2.13 Batas outlet
(Sumber: Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic Characteristics of an
Archimedes Spiral Wind Turbine Blade)
𝑇𝑇𝑠𝑠ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝜕𝜕 = 3𝜌𝜌𝑉𝑉𝜃𝜃2 𝑥𝑥 (𝑅𝑅2− 𝑅𝑅1)6𝐿𝐿1(𝐿𝐿2− 𝐿𝐿1)
𝑥𝑥 [𝑅𝑅2 (2𝐿𝐿23 + 𝐿𝐿13 + 𝐿𝐿1𝐿𝐿23) − 𝐿𝐿1𝑅𝑅1 (𝐿𝐿1 + 𝐿𝐿2) 2] ..... (2.16)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
Dimana:
T : Torsi (Nm)
R : Radius blade (m)
𝑉𝑉𝜃𝜃 : Komponen tangensial untuk kecepatan absolut (m/s)
L1 : Jarak antara pusat titik belakang dengan titik x yang tegak lurus (m)
L2 : Jarak antara pusat tengah dengan titik x yang tegak lurus (m)
Sementara itu, kekuatannya adalah hasil perkalian torsi dengan kecepatan
sudut, dan dapat dinyatakan dengan persamaan (2.17).
𝑃𝑃 = 𝑇𝑇𝑠𝑠ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝜕𝜕 𝑥𝑥 𝜔𝜔 .................................................................................... (2.17)
(Kyung Chun Kim et al, Experimental and Numerical Study of the Aerodynamic
Characteristics of an Archimedes Spiral Wind Turbine Blade 2014)
24
Dimana:
P : Daya (Watt)
T : Torsi (Nm)
𝜔𝜔 : Kecepatan sudut (rad/s)
2.8 Komponen – Komponen Utama Turbin
pada pembakit listrik tenaga angin ( PLTA ) ini menpunyai komponen –
komponen pendukung. Komponen – komponen pendungkung turbin pembakit
tenaga angin diantara lain adalah :
2.8.1 Rotor
Rotor ini berfungsi untuk mengubah energi angina menjadi energi gerak atau
menjadi energi mekanik.
2.8.2 Generator
Generator adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan turbin
angin. Generator dapat mengubah energi getar menjadi energi listrik. Prinsip yang
mempengaruhi kerja generator adalah
a) Bila hanya sebuah konduktor saja yang diputar dalam sebuah medan
magnet, maka gaya listrik yang dihasilkan juga sedikit (kecil).
b) Bila konduktor yang digunakan semakin banyak maka akan dihasilkan
gaya listrik semakin besar. Demikian pula bila konduktor diputar semakin
cepat di dalam medan magnet, maka bertambah besar pula gaya listriknya.
c) Konduktor yang berbentuk coil (kumparan), jika jumlahnya semakin
banyak maka gaya listrik yang terjadi akan semakin besar.
25
2.8.3 kerangka
Kerangka merupakan dudukan utama dari turbin angin. Fungsinya tempat
dudukan turbin serta perlengkapannya. Bila gaya dari angin maka gaya tersebut di
serap oleh tower.
2.8.4 Poros ( Shaf )
Poros berfungsi untuk meneruskan tenaga dari rotor untuk menggerakan
generator. Supaya tenaga berpindah dari poros satu ke poros lain, meskipun perlu
bantuan dari komponen lain yang dipasang pada poros .
2.8.5 Transmisi
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada turbin menjadi
putaran tinggi. Transmisi mempunyai beberapa jenis di antaranya:
1. Pully
2. Gear
3. Rantai
2.8.6 Bearing
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi meneruskan gaya gesek yang
kecil antara dua permukaan ke satu arah. Adapulah fungsi utama dari bearing
yaitu:
1. Meredam gaya gesek
2. Mengurangi gesekan
3. Mengarakan bagian benda yang bergerak. Dan memudahkan pergerakan
poros / shaf.
26