Upload
lyque
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teoritis
2.1.1. Pariwisata
Pariwisata secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta yang terbentuk
dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti berulang atau berkali kali
sedangkan wisata berarti perjalan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan
yang dilakukan secara berulang ulang. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi , pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi.
Menurut WTO (2014), Pariwisata merupakan kegiatan manusia dengan
melakukan perjalanan ke negara atau daerah diluar aktivitas sehari hari untuk tujuan
pribadi ataupun tujuan bisnis. Weaver dan Oppermann dalam Robiatul
(2016), dalam penelitian nya bahwa pariwisata berkembang dari aktivitas lokal
berkembang dalam memajukan ekonomi global sekitar 6 persen dan menciptakan
sekitar 200 juta pekerjaan di seluruh dunia selama satu dekade dari abad ke dua
puluh.
Menurut J.Spillane (1989), mendefinisikan pariwisata secara luas, yakni
sebuah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dilakukan perorangan atau
11
kelompok, bersifat sementara, sebagai upaya untuk mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan ilmu. Spillane juga mengelompokan pariwisata menjadi beberapa
bagian berdasarkan motivasi nya yaitu :
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourisme)
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar uang baru, untuk
memenuhi keingin-tahuannya, untuk mendapatkan ketenangan, untuk menikati
keindahan alam dan sebagainya.
2) Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourisme)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan
pemanfaatan hari-hari liburnya digunakan untuk beristirahat, untuk memulihkan
kembali kesegaran jasmani dan rohaninya yang akan menyegarkan keletihan dan
kelelahannya.
3) Pariwisata untuk Kebudayaan ( Cultural Tourisme)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan
untuk belajar di pusat pusat pengajaran dan riset, untuk mendalami adat-istiadat,
kelembagaan dan cara hidup rakyat di negara lain, untuk mengunjungi monumen
sejarah, dan sebagainya.
4) Pariwisata untuk Olah Raga (Sport Tourisme)
Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olah raga baik untuk mempraktikan sendiri
dan berlatih atau menarik perhatian tidak hanya olah ragawan nya sendiri tetapi
penonton atau penggemarnya. sendiir
12
5) Pariwisata untuk Urusan Dagang Besar ( Business Tourism)
Jenis pariwisata ini menekankan bahwa kesempatan yang di gunakan oleh orang
yang melakukan perjalan bisnisnya menggunakan waktu bebasnya untuk
menikmati dirinya sebagai wiatawan untuk mengunjungi berbagai objek wisata
dan jenis pariwisata lain.
6) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourisme)
Jenis pariwisata ini merupakan negara yang tertarik dan menganggap jenis
pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan bangunan yang khusus
dilengkapi untuk menunjang concention tourism.
Selain itu, Gamal Suwantoro dalam (Abdillah, 2015), membagi bentuk
perjalan menjadi beberapa segi berdasarkan maksud dan tujuannya, yaitu :
1) Wisata liburan (holiday tour), merupakan suatu perjalanan wisata yang
dilakukan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan
menghibur diri.
2) Wisata Pengenalan (familiarization tour), merupakan suatu perjalanan yang
bertujuan untuk mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai
kaitan dengan pekerjaan.
3) Wisata Pendidikan ( educational tour), merupakan suatu perjalanan wisata
dengan tujuan memberi gambaran,studi, perbandingan maupun pengetahuan
mengenai bidang kerja yang dikunjungi.
4) Wisata pengetahuan (scientific tour), merupakan suatu perjalanan wisata dengan
tujuan guna mendapat pengetahuan atau penyelidikan terhadap suatu bidang
ilmu pengetahuan.
13
5) Wisata keagamaan (pileimage tour) merupakan bentuk perjalanan wisata dengan
tujuan untuk melakukan ibadah keagamaan.
6) Wisata program khusus (special mission tour), merupakan perjalanan wisata
dengan tujuan untuk mengisi kekosongan khusus.
7) Wisata perburuan (hunting tour) merupakan perjalanan wisata dengan tujuan
untuk melakukan perburuan binatang yang diizinkan sebagai hiburan.
2.1.2. Wisatawan
Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 2009, wisatawan adalah orang yang
melalukan wisata. Terdapat empat alasan utama dalam hal perilaku wisatawan yaitu
:
1) Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan yang jauh dari tempat
tinggalnya untuk mengunjungi tempat atau negara lain.
2) Setiap perjalanan wisata umumnya meiliki waktu minimum tetapi bersifat
sementara dan bukan untuk menetap di tempat baru yang di kunjungi.
3) Perilaku wisata muncul pada waktu luang.
4) Perjalanan wisata melibatkan hubungan emosional antara wisatawan dengan
beberapa karakteristik tempat yang dituju.
Sedangkan menurut Karyono (1997) wisatawan dapat dikategorikan
berdasarkan sifat dan lokasi perjalanan sebagai berikut :
1) Wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang melalukan perjalanan wisata
menuju negara lain yang buka negara dimana dia tinggal.
14
2) Wisatawan domestik merupakan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata
di negaranya sendiri.
Menurut Spillane (1987) definisi wisatawan adalah pengunjung sementara
yang tinggal kurang dari 24 jam di Negara yang di kunjungi dan tujuan
perjalanannya adalah :
1) Pesiar yaitu keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan,
olahraga.
2) Hubungan dagang, kepentingan keluarga, konferensi serta misi.
Wisatawan memiliki berbagai tujuan dalam melakukan kegiatan pariwisata.
Hal ini terjadi karena setiap wisatawan memiliki berbagai kepentingan dan
keinginan tersendiri mengenai pilihan wisata yang akan di kunjungi. Wisatawan
memiliki berbagai minat, motif dan ekspektasi, karater, sosial-ekonomi, budaya
dan sebagainya. Dengan demikian wisatawan akan melakukan perjalanan yang
berbeda beda sesuai dengan kebutuhan yang diingkinkan.
2.1.3. Objek wisata dan daya tarik wista
Menurut Undang Undang no 10 Tahun 2009 tentang kepariwistaan, objek
wisata atau tujuan wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau
lebih wilayah administrasi yang didalamnya terdapat daya tarik wisata. Sedangkan
daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Kemudian menurut Marpaung
dalam (Antariksa, 2011) objek dan daya tarik wisata merupakan aktifitas dan
15
fasilitas yang berhubungan, yang menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk
datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Menurut Karyono (1997) bahwa objek
wisata adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan
daya tarik agar orang-orang mau datang untuk mengunjungi ke tempat wisata
tersebut.
Jackson dalam (Gaol, 2014) mengelompokan jenis jenis objek wisata
menjadi tiga, yaitu:
1. Wisata alam, seperti : laut, pantai, gunung, danau , sungai,fauna, kawasan
lindung, cagar alam, pemandangan alam dan sebagainya.
2. Wisata budaya, seperti : upacara kelahiran, pakaian adat, kain tenun, bangunan
bersejarah dan sebagainya.
3. Wisata buatan, seprti : sarana dan fasilitias olahraga, permainan, ketangkasan ,
taman nasional dan sebagainya.
2.1.4. Permintaan dan Penawaran
2.1.4 1. Teori Permintaan dan Penawaran
Dalam buku pengantar Ilmu Ekonomi, Pratama Rahardja dan Mandala
Manurung (2008), bahwa permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu
barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Sedangkan menurut
Case and Fair (2007) dalam ilmu ekonomi istila permintaan (demand) merujuk pada
suatu hubungan tertentu antara jumlah barang tertentu yang akan dibeli oleh rumah
tangga dengan harga barang tersebut pada periode tertentu, cateris paribus. Faktor
faktor yang pempengaruhi permintaan dari sisi konsumen yaitu, pendapatan dan
kekayaan konsumen, barang itu sendiri, harga barang lain, selera dan preferensi
16
konsumen serta ekspektasi tentang harga dimasa depan. Sedangkan penawaran
adalah jumlah dari suatu barang tertentu yang bersedia atau mau ditawarkan pada
harga tetentu selama periode tertentu, cateris paribus. Faktor faktor yang
mempengaruhi penawaran dari segi produsen yaitu, harga barang tersebut, harga
input, teknologi, ekspektasi atau harapan dimasa depan.
2.1.4 2. Permintaan dan Penawaran Pariwisata
Mathieson, Wall dan Pearce dalam (Maulana,2016) bahwa pada umumnya
permintaan pariwisata adalah jumlah orang yang melakukan perjalanan dengan
menggunakan fasilitas pariwisata selama berada di tepat yang merupan bukan
tempat tinggalnya. Menurut Yoeti, permintaan pariwisata dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) Potential Demand adalah seseorang yang memiliki izin untuk melakukan
perjalanan pariwisata tetapi belum memiliki waktu luang untuk melakukan
perjalanan wisata
2) Actual Demand adalah semua orang yang sedang melakukan kegiatan
pariwisata ke suatu wilayah sebagai tujuan wisata.
Menurut Yoeti (1990), penawaran dalam pariwisata mencakup semua
daerah tujuan wisata yang di tawarkan kepada wisatawan, dan penawaran dalam
pariwisata dapat di bagi ke dalam beberapa bagian, yaitu benda yang terdapat di
alam, hasil ciptaan manusia, prasarana pariwisata, serta tata cara hidup
masyarakat.
Sessa dalam (Maulana, 2016) mengelompokan penawaran pariwisata ke
dalam beberapa kategori antara lain:
17
1. Sumber daya pariwisata, yang terdiri dari sumber daya alam dan manusia pada
suatu wilayah
2. Infrastruktur umum dan pariwisata, terdiri dari infrastruktur, transportasi dan
telekomunikasi.
3. Fasilitas reseptif, yang menerima pengunjung meliputi akomodasi perusahaan,
makanan dan minuman serta apartemen.
4. Fasilitas hiburan dan olahraga, memberikan fokus pada aktivitas wisatawan.
5. Layanan penerimaan wisata, meliputi travel agent, kantor turis, perusahaan
penyewaan mobil, pemandu wisata, ahli bahawa dan pengelola pengunjung.
Menurut Yoeti (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap
kunjungan ke objek wisata antara lain:
1) Harga
2) Daya tarik wisata itu sendiri, baik itu berupa fasilitas dan hiburan.
3) Kemudahan untuk berkunjung berupa sarana dan prasarana.
4) Pelayanan dan informasi umum terhadap daerah wisata sebelum wisatawan
melakukan perjalanan.
5) Images of tourist destination, atau gambaran dari daerah wisata yang dapat
dilihat oleh wisatawan sebelum wisatawan berkunjng ke daerah wisata tersebut
Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat hal yang harus
diperhatikan dalan penawaran pariwisata, yaitu :
1) Attraction (daya tarik); merupakan daerah tujuan wisata untuk menarik para
wisatawan, baik berupa alam maupun masyarakat dan budaya.
18
2) Accesable (Transportasi); merupakan aspek yang bertujuan untuk
memudahkan para wisatawan domestik atau mancanegara dalam mencapai
tujuan wisata.
3) Amenities (fasilitas); fasilitas menjadi salah satu syarat daerah wisata agar
wisatawan dapat dengan nyaman mengunjungi daerah wisata.
4) Ancillary (kelembagaan); lembaga pariwisata yang menaungi wisatawan yang
akan memberikan rasa aman dan nyaman.
2.1.5 Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan suatu cara untuk menganalisis mengenai
keterkaitan antara beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk
menyederhanakan bentuk hubungan dengan beberapa variabel yang diteliti, yang
berarti juga dapat mencerminkan tentang struktur data dari suatu penelitian yang
diteliti (Suliyanto,2005). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengelompokan atau
mereduksi variabel atau indikator kedalam variabel lain. Dalam analisis faktor
variabel-variabel dikelompokan berdasarkan korelasi antar variabel variabel
tersebut dengan faktornya sehingga, varibel variabel yang ada akan mempunyai
korelasi yang tinggi, sedangkan dengan variabel dalam kelompok yang lain akan
mempunyai korelasi yang relatif sedikit .
Menurut Supranto (2004), langkah langkah dalam analisis faktor adalah
sebagai berikut :
1. Tabulasi data, yaitu penyusunan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner,
kemudian data dikumpulkan dan ditabulasikan.
19
2. Pembentukan matriks korelasi, yaitu matriks yang membuat koefisien korelasi
dari semua pasangan variabel dalam sebuah penelitian. Barlett’s Test of
Sphericity adalah uji statistik untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak
saling berkorelasi dalam suatu populasi. Kemudian dapat pula menggunakan
Keiser-Mayer-Olkin (KMO) measure of sampling Adequacy (MSA), untuk
menunjukan apakah model sudah memenuhi syarat atau tidak.
3. Ekstaksi faktor, merupakan ekstrksi terhadap sekumpulan variabel dengan
KMO<0,5 dimana dapat membentuk satu atau lebih faktor. Metode yang
digunakan yaitu principal component analysis (PCA) dan common factor.
Kemudian didapatkan nilai statistik sebagai indikator utama yakni tabel
communalities, tabel total variance explained dengan kriteria eigenvalue, scree
plot yang merupakan gambar grafik dari total variance explained, tabel
component matrix dimana nilai yang dijadikan acuan adalah factor loading dan
tabel rotated component matrix.
4. Rotasi faktor, merupakan penyederhanaan faktor dengan dua metode rotasi,
yaitu orthogonal factors dan oblique factors.
5. Penentuan banyaknya faktor, memiliki beberapa kriteria, yaitu kriteria
eigenvalue, apriori, presentasi varians dan scree test.
6. Interpretasi faktor
7. Hitung skor faktor
8. Penamaan faktor dan memilih variabel pengganti.
20
2.1.6 Travel Cost Method
Travel Cost Method (TCM) merupakan teknik survey penelitian dengan
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada sampel pengunjung di lokasi
penelitian untuk mengetahui tempat tinggalm frekuensi kunjungan ke lokasi,
infomasi perjalanan, tujuan, biaya yang dikeluarkan, dan lain lain. Biaya kunjungan
dapat dihitung dan dikaitkan dengan faktor faktor lain yang berhubungan sehingga
membentuk kurva permintaan (Das, 2003)
Travel Cost Method digunakan untuk menilai penggunaan suatu rekreasi.
Model ini biasanya diaplikasikan pada benefit cost analysis. Travel Cost Model
merupakan demand-based model. Travel Cost Method juga dapat dibedakan
menjadi dua, sesuai permintaan wisatawan, dengan permintaan terhadap tempat
wisata dan permintaan pada beberapa tempat wisata. Travel Cost Method terbagi
menjadi dua jenis, yaitu Zonal Travel Cost Method dan Individual Travel Cost
Method.
2.1.6.1 Zonal Travel Cost Method
Zonal Travel Cost Method (ZTCM) merupakan suatu pendekatan penilaian
ekonomi dengan mengumpulkan informasi dari jumlah kunjungan ke tempat
rekreasi dari berbagai daerah atau zona. Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur
nilai dari jasa rekreasi dari sebuah tempat secara keseluruhan, Dalam pendekatan
ini, meningkatnya jarak perjalanan akan meningkatkan pula biaya biaya perjalaan
dan waktu yang dibutuhkan, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti
untuk memperhitungkan jumlah kunjungan diberbagai harga. Informasi tersebut
21
dapat digunakan untuk membentuk fungsi permintaan dan mengestimasi consumer
surplus , atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dari sebuah tempat.
2.1.6.2 Individual Travel Cost Method
Individual Travel Cost Method (ITCM) merupakan suatu pendekatan
penilaian ekonomi dengan menghubungkan jumlah kunjungan pertahun dengan
biaya perjalanan dan variabel spesifik individu lainnya seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan dan pendapatan (Herath, & Kennedy 2004).
ITCM merupakan metode dalam penelitian ini karena sesuai dengan
pertimbangan menurut Ward & Beal (2000) dalam Latinopoulus & Chatzigeorgeou
(2010), yaitu :
1. Jumlah wisatawan yang meyakini bahwa suatu lokasi tersebut cukup berharga
untuk dijadikan tempat rekreasi.
2. Tidak terdapatnya data yang lengkap mengenaik tingkat kunjungan wisatawan
berdasarkan zona asal.
3. Effisien dan menghemat waktu, melakukan wawancara terhadap responden
secara pribadi terhadap poin poin penting di lokasi merupakan langkah efektif
untk menghemat waktu dan mendapatkan data yang akurat.
Menurut Bulov dalam (Djiohansah, 2014), Berikut merupakan fungsi ITCM:
Vij= f(Pij,Tij,Qij,Sj,Yi)
(2.1)
22
Keterangan :
Vij = Jumlah kunjungan oleh pengunjung i Ke tempat wisata j
Pij = Total biaya perjalanan
Tij = Biaya waktu luang
Qij = Kualitas Tempat Rekreasi
Sj = Substitusi tempat rekreasi
Yi = Pendapatan Individu
2.1.7 Surplus Konsumen dan Willingness to Pay
Gambar 2.1
Kurva Permintaan Individu
Surplus konsumen menurut Samuelson dan Nordhaus dalam (Djijono,
2002) terdapatnya manfaat atau keuntungan yang dirasakan konsumen dimana
mengacu pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun, karena konsumen
membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir.
Menurut Pindyck &Rubinfield (2009), Surplus konsumen adalah
perbedaan antara jumlah maksimum yang tersedia dibayar konsumen untuk sebuah
23
barang dengan jumlah sebenarnya yang dibayarkan konsumen. Surplus konsumen
mengukur berapa banyak kelebihan untuk setiap individu, secara agregar, atas suatu
barang di pasar , karena konsumen yang berbeda menilai konsumsi barang tertentu
secara berbeda dan jumlah maksimum yang bersedia dibayar berbeda pula.
Sementara itu, Pearch dan Morran dalam (Djijojo, 2002) mengungkapkan
bahwa willingness to pay atau kesediaan membayar menggambarkan berapa besar
jumlah yang individu keluarkan untuk mendapatkan seluruh manfaat wisata dari
objek wisata.
2.2. Kajian Empiris
2.2.1. Penelitian Oliani, Rossy dan Gesvasoni, 2011. “What are Attractiveness
Factors That Influence the Choice of a Tourist Destination- A Study of Brazilian
Touris Consumer.
Menganalisis faktor faktor yang dapat mempengaruhi konsumen Brazil
untuk menentukan tujuan wisata serta mengetahui perilaku konsumen. Penelitian
dengan 150 orang responden, kemudian responden mengisi kuesioner yang berisis
faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan daerah tujuan wisata. Faktor yang
paling penting dalam penelitian ini adalah proses melakukan wisata oleh individu
yang diwawancarai terkait dengan daya tarik wisata. Aspek yang perlu di nilai
antara lain : letak geografis, iklim, sejarah dan tradisi, kualitas sumber daya alam,
kualitas objek wisata perkotaan, kebijakan publik, akomodasi, transportasi serta
berapa waktu yang di butuhkan untuk mencapai objek wisata tersebut.
24
Penelitian yang dilakukan dengan wawancara ini menunjukan daya tarik
yang menjadi pertimbangan wisatawan dan disajikan dengan analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil survey, aspek yang paling penting menurut responden adalah
transportasi, kualitas sumber daya alam dan akomodasi. Semakin mudan dan
banyak alternaif pilihan transportasi di suatu daerah tujuan wisata maka akan
semakin besar kemungkinan daerah tujuan wisata tersebut dipilih oleh konsumen
Brazil. Selain itu kualitas sumber daya alam dan akomodasi menjadi hal penting
lainya, karena semakin banyak objek wisata alam di suatu daerah tujuan wisaa dan
semakin mudah akomodasi di suatu daerah maka kemungkinan daerah tujuan
wisata tersebut dipilih oleh konsumen Brazil.
2.2.2. Penelitian Valle, Guerreiro,Mendes dan Silva 2011, The Cultural Offer
as a tourist product in coastal destinations: The Cast of Algarve, Portugal.
Penelitian ini menganalisis mengenai wisatawan dengan tujuan bepergian
mengunjungi pantai serta menganalisis peran penawaran budaya sebagai pelengkap
produk pariwisata pesisisr Algarve. Penelitian menggunakan metode statistik
multivariat, yaitu factor analysis dan Chi square Automatic Interaction Detection
(CHAID) analysis. Kuesioner di bagikan kepada wisatawan yang mengunjungi
Algarve pada musim panas 2007.Tujuan penelitian ini mengenai apakah motivasi
utama wisatawan adalah matahari dan pantai serta mencari tawaran budaya?. Hasil
jawaban responden menunjukan bahwa sebanyak 375 wisatawan mengalami
tingkat kepuasan tertinggi ketika daerah tujuan wisata yang mereka kunjungi
menawarkan wisata budaya di daerah tersebut. Wisata budaya dapat memberi
25
manfaat terhadap wisatawan seperti menambah pengalaman, serta memperluas
pengetahuan dan wawasan intelektual. Penelitian ini menunjukan bahwa budaya
merupakan faktor yang berkontribusi terhadap pemilihan tujuan wisata bagi para
wisatwawan.
2.2.3. Penelitian Chae, Wattage, & Pascoe, 2012, Recreation Benefit From a
Marine Protected Area : A travel Cost Analysis of Laundy.
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui nilai manfaat rekreasi yang
dilakukan di pulau Lundy dengan menggunakan travel cost method. Penilaian
manfaat rekreasi ini melalui consumer surplus dan willingness to pay, face-to-tface
interviews selama bulan Juli sampai Agustur 2005. Kuesioner berjumlah 161
dengan model permintaan rekreasi destinasi dengan teknik count data regression
dan poisson regression model dimana penelitian ini mewakili frekuensi perjalanan
individu.
Y = exp (β0 + β0X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + μi
Keterangan :
Y : Jumlah kunjungan ke Pulau Lundy
X1: TC1 (tarif ferry atau helikopter + biaya motor), TC2 (tarif ferry atau
helikopter + total biaya motor), TC3 (TC2+opportunity cost of travel
time).
X2: Pendapatan
X3: Keanekaragaman hayati
26
X4: Umur
X5:NTZ (no take zone)
μi : error
Hasil dari penelitian ini adalah willingness to pay berkunjung ke Pulau
Laundy adalah sebesar £574 setiap perjalanan. Hasil ini menunjukan bahwa Pulau
Laundy merupakan destinasi tujuan rekreasi dan konservasi yang baik.
2.2.4. Penelitian Ram Shrestha, Taylor Stein, dan Julie (2007), “Valuing
nature-based recreation in public nature areas of the Apalachicola River region,
Florida”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permintaan rekreasi alam wisata
di daerah perairan yaitu sungai Apalachicola di Florida. Penelitian ini
menggunakan pendekatan individual travel cost method. Model permintaan yang di
bentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y= f (C, A,T,s, ε)
Keterangan :
Y = Jumlah perjalanan rekreasi yang dilakukan dalam periode 12 bulan
C = Biaya perjalanan
A = vektor dari level of naturalness
S = variabel sosioekonomi yang mempengaruhi Y
ε = error term
Level of naturalness merupakan variabel dummy untuk
mendeskripsikan keadaan alamiah kawasan wisata dengan skala 1 (daerah alami
27
yang tidak ada fasilitas apapun) sampai dengan 5 (daerah alami dengan fasilitas
yang lengkap). Penelitian ini memiliki level of naturalness 1 yang secara signifikan
menambah jumlah kunjungan dengan kegiatan memancing dan berperahu yang
dapat menjadi andalan karena secara signifikan menaikan jumlah kunjungan wisata.
Analisa yang digunakan adalah poisson dan negatif binomial. Hasil dari analisa ini
adalah biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan ke kawasan
wisata serta pengunjung memiliki WTP sebesar $74,18 perkunjungan. Total
economic value dari tempat wisata tersebut mencapai $484.56 juta. Penelitian ini
menunjukan bahwa pengelola tidak harus menambah fasilitas tambahan karena
keadaan alam yang alamilah yang disukai pengunjung.
2.2.5. Penelitian Zhang (Zhang et al, 2014) yang berjudul “The
Recreational Value of Gold Coast Beach Australia : An Aplication of Travel Cost
Method”
Penelitian ini menggunakan Invidual Travel Cost Method (ITCM).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai ekonomi The Gold Beach,
merupakan sebuah pantai yang terletak di Benua Australia. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biaya perjalanan, faktor sosio-ekonomi,
lokasi lain, dan kualitas lingkungan sebagai variabel independen. Model regresi
yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
E(y I x) = exp(β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 )
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 291 responden.
Hasilnya menunjukan bahwa biaya perjalanan, jenis kelamin, dan jumlah kelompok
28
merupakan faktor yang berpengaru signifikan terhadap jumlah kunjungan
wisatawan ke lokasi penelitian yaitu Gols Coast Beach dalam kurun waktu satu
tahun. Consumer surplus dari setiap individu setiap kunjungan yaitu sebesar
$10,05-$19,98 serta nilai total ekonomi dari objek wisata tersebut adalah $500 Juta.
2.2.6. Penelitian Fanita Osha Tazkia dan Banatul Hayati (2012) yang
berjudul : “Analisis Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas
Kalianget, Kabupaten Wonosobo dengan Pendekatan Travel Cost “
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai manfaat rekreasi Objek
Wisata Pemandian Air Panas Kalianget dengan menggunakan pendekatan
Individual Travel Cost Method. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan
regresi linear berganda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh biaya perjalanan
pengunjung , biaya perjalanan ke objek wisata lain, pendapatan, jarak, tujuan
berkunjung dan tujuan kunjungan terhadap jumlah kunjungan ke Objek Wisata
Pemandian Air Panas Kalianget, sehingga dapat di formulasikan sebagai beriukut :
Y = f(X1,X2,X3,X4,X5,X6)
Keterangan :
Y : Jumlah permintaan wisata pemandian Air Panas Kalianget
X1 : Biaya perjalanan ke Objek wisata Pemandian Air Panas Kalianget
X2 : Biaya pejalanan ke Objek wisata lain (Dieng)
X3 : Pendapatan rata rata-rata keluarga perbukan
X4 : Jarak
X5 : Kelompok kunjungan
29
X6 : Tujuan kunjungan
Hasil penelitian ini adalah ada beberapa variabel bebas yang signifikan
terhadap variabel terkait yaitu Jumlah permintaan di objek wisata Pemandian Air
Panas Kalianget adalah biaya perjalanan individu dan pendapatan rata rata
perbulan. Sedangkan variabel bebas yang mempunyai pengaruh tidak signifikan
pada jumlah permintaan secara statistik adalah variabel biaya perjalanan ke objek
wisata lain (Dieng), jarak, kelompok tujuan serta kunjungan. Surplus konsumen per
individu per tahun sebesar Rp. 469.476 atau Rp. 93.895,2 setiap inidividu per satu
kali kunjungan dan nilai total ekonomi kawasan Objek Wisata Pemandian Air Panas
Kalianget adalah Rp.23.903.443.008
2.2.7 Matriks
Tabel 2.1 Matriks
No Jurnal Model Analisa
1. What are Attractiveness
Factors That Influence the
Choice of a Tourist
Destination- A Study of
Brazilian Touris Consumer.
- Menganalisis faktor
faktor yang dapat
mempengaruhi
konsumen Brazil
untuk menentukan
tujuan wisata serta
mengetahui perilaku
konsumen. Penelitian
dengan 150 orang
responden. Hasilnya
adalah bahwa aspek
yang paling penting
menurut responden
adalah transportasi,
kualitas sumber daya
alam dan akomodasi
2. The Cultural Offer as a tourist
product in coastal destinations:
The Cast of Algarve, Portugal
- Penelitian ini
menunjukan bahwa
faktor budaya
merupakan faktor
yang berkontribusi
terhadap pemilihan
30
tujuan wisata bagi
para wisatwawan.
3 Recreation Benefit From a
Marine Protected Area : A
travel Cost Analysis of Laundy.
Y = exp (β0 + β0X1
+ β2X2 + β3X3 +
β4X4 + β5X5 + μi
. Penilaian manfaat
rekreasi ini melalui
consumer surplus
dan willingness to
pay, face-to-tface.
Responden berjumlah
161 dengan model
permintaan rekreasi
destinasi dengan
teknik count data
regression dan
poisson regression
model. Hasil dari
penelitian ini adalah
willingness to pay
berkunjung ke Pulau
Laundy adalah
sebesar £574 setiap
perjalanan. Hasil ini
menunjukan bahwa
Pulau Laundy
merupakan destinasi
tujuan rekreasi dan
konservasi yang baik.
4 Valuing nature-based
recreation in public nature
areas of the Apalachicola River
region, Florida”.
Y= f (C, A,T,s, ε)
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
individual travel cost
method. Analisa yang
digunakan adalah
poisson dan negatif
binomial. Hasil dari
analisa ini adalah
biaya perjalanan
signifikan
mempengaruhi
jumlah kunjungan ke
kawasan wisata
5 The Recreational Value of Gold
Coast Beach Australia : An
Aplication of Travel Cost
Method, Zhang, et al, 2014
E(y I x)
= exp(β0 + β1X1 +
β2X2 + β3X3 + β4X4 )
Penelitian dengan
menggunakan
pendekeatan
Individual Travel
31
Cost Method, dengan
jumlah responden
291 orang. Hasilnya
adalah variabel biaya
perjalanan, jenis
kelamin, dan jumlah
kelompok (number of
party) berpengaruh
besar terhadap jumlah
kedatangan
wisatawan.
6. Analisis Permintaan Objek
Wisata Pemandian Air Panas
Kalianget, Kabupaten
Wonosobo dengan Pendekatan
Travel Cost
Y =
f(X1,X2,X3,X4,X5,X6)
Penelitian ini
bertujuan untuk
menganalisis nilai
manfaat rekreasi
Objek Wisata
Pemandian Air Panas
Kalianget dengan
menggunakan
pendekatan
Individual Travel
Cost Method. Hasil
penelitian ini
menunjukan bahwa
dari 6 variabel ada 2
variabel bebas yang
signifikan
32
2.3.Kerangka Pemikiran
Wisatawan yang berkunjung ke Geger Bintang Gunung Putri memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda beda dalam segala bentuk pemenuhannya. Dalam
hal ini perlu diidentifikasi variabel daya tarik serta faktor faktor wisata yang
memiliki pengaruh terhadap keputusan wisatawan untuk memilih objek wisata yang
hendak dikunjungi. Penelitian ini akan menganalisis faktor faktor yang menjadi
daya tarik wisata serta menduga willingness to pay yang mengunjungi objek wisata
Geger Bintang Gunung Putri Lembang. Setelah diketahui faktor faktor terkait dan
willingness to pay maka dilakukan analisis. Setelah diketahui hasil analisisnya
maka dapat ditarik kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan referensi bagi
pengelola untuk meningkatkan daya tarik wisatawan dengan cara pengembangan,
perbaikan serta pemeliharaan infrastruktur fasilitas umum.
Diagram 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengembangan objek
wisata Geger Bintang
Gunung Putri
Faktor-faktor daya
tarik wisata Willingness to pay
pengunjung
Analisis faktor Individual Travel
Cost Method
Rekomendasi
Pengelola
Peningkatan Daya
Tarik wisata