35
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Penawaran Penelitian ini membahas mengenai pedagang kaki lima dari sisi penawaran yang dijelaskan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki di sekitar Pemkot Cimahi. Oleh karena itu, teori penawaran perlu diaplikasikan ke dalam penelitian ini, dikarenakan terwujudnya pendapatan pedagang kaki lima juga merupakan salah satu interaksi supply dan demand, dimana hal ini tidak akan terwujud hanya dari permintaan saja, namun juga ada penawaran dari pedagang. 2.1.2 Definisi Penawaran Gregory Mankiw (2000) mengatakan bahwa pada penawaran, kuantitas yang ditawarkan berhubungan positif dengan harga barang. Kuantitas yang ditawarkan meningkat ketika harga meningkat dan menurun ketika harga menurun. Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan ini dinamakan hukum penawaran (law of supply) dengan menganggap hal lainnya sama, ketika harga barang meningkat,maka kuantitas barang tersebut yang ditawarkan akan meningkat. Menurut T.Gilarso (2003) penawaran adalah jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga selama jangka waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Penawaran

Penelitian ini membahas mengenai pedagang kaki lima dari sisi penawaran

yang dijelaskan melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang

kaki di sekitar Pemkot Cimahi. Oleh karena itu, teori penawaran perlu diaplikasikan

ke dalam penelitian ini, dikarenakan terwujudnya pendapatan pedagang kaki lima

juga merupakan salah satu interaksi supply dan demand, dimana hal ini tidak akan

terwujud hanya dari permintaan saja, namun juga ada penawaran dari pedagang.

2.1.2 Definisi Penawaran

Gregory Mankiw (2000) mengatakan bahwa pada penawaran, kuantitas yang

ditawarkan berhubungan positif dengan harga barang. Kuantitas yang ditawarkan

meningkat ketika harga meningkat dan menurun ketika harga menurun. Hubungan

antara harga dan kuantitas yang ditawarkan ini dinamakan hukum penawaran (law of

supply) dengan menganggap hal lainnya sama, ketika harga barang meningkat,maka

kuantitas barang tersebut yang ditawarkan akan meningkat.

Menurut T.Gilarso (2003) penawaran adalah jumlah dari suatu barang

tertentu yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga selama jangka waktu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

14

tertentu,ceteris paribus. Dari perumusan tersebut dapat dilihat bahwa pengertian

penawaran menunjuk pada hubungan fungsional antara jumlah yang mau dijual (Qs)

dan harga per satuan (P). Berapa jumlah barang yang ditawarkan atau mau dijual

dipengaruhi oleh harga barang bersangkutan.

2.1.3 Hukum Penawaran

Hukum penawaran menjelaskan bahwa jumlah barang yang ditawarkan

berbanding sejajar dengan tingkat harga. Artinya, jika harga barang naik, maka

jumlah barang dan jasa yang ditawarkan akan naik juga. Sebaliknya, jika harga turun,

maka jumlah penawaran barang dan jasa akan turun juga.

Dari hukum penawaran sangat jelas bahwa harga dan jumlah penawaran

berkorelasi positif. Jadi barang dan jasa yang ditawarkan pada suatu waktu tertentu

akan sangat tergantung pada tingkat harganya. Pada kondisi dimana faktor-faktor lain

tidak berubah. Jika barang dan jasa naik, maka penjual cenderung menjual barang dan

jasa dalam jumlah yang lebih banyak. dan sebaliknya, jika barang dan jasa harganya

turun, maka penjual cenderung menurunkan jumlah barang dan jasa yang

ditawarkannya.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

Penawaran dan produksi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal-hal yang

mendorong dan menghambat kegiatan produksi berpengaruh terhadap jumlah

penawaran. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi penawaran:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

15

1. Harga barang itu sendiri

Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah

barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika harga barang yang

ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun.

2. Harga barang pengganti

Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan

jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang

pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah.

3. Biaya produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses

produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya

untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi

meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen

akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan

karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka

produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan

meningkat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

16

4. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang

ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam

menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern

akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual

barang dengan jumlah yang banyak.

5. Pajak

Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. Jika suatu barang tersebut menjadi

tinggi, akibatnya permintaan akan berkurang, sehingga penawaran juga akan

berkurang.

6. Restribusi

Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

7. Perkiraan Harga Pada Masa Depan

Perkiraan harga pada masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah

penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan

penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

17

jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan

jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya perusahaan akan

mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak laku.

2.1.5 Kurva Penawaran

Menurut Haryati (2007), kurva penawaran adalah kurva yang menghubungkan

titik – titik kombinasi antara harga dengan jumlah barang yang diproduksi atau

ditawarkan. Kurva penawaran merupakan garis pembatas jumlah barang yang

ditawarkan pada tingkat harga tertentu. Pada tingkat harga yang ditentukan, penjual

bersedia menawarkan lebih sedikit tetapi penjual tidak mau menawarkan lebih

banyak. Penjual bersedia menerima harga yang lebih tinggi bagi suatu jumlah

tertentu, tetapi penjual tidak bersedia menawarkan jumlah itu dengan harga yang

lebih rendah. Konsep ini sering disebut dengan kesediaan minimum penjual

menerima harga (willingness to accept).

Ciri-ciri kurva penawaran, yaitu :

Digambarkan dari kiri atas ke kanan bawah;

Berlereng negatif di akibatkan hubungan yang terbalik (negatif) antara P dan

Q, Jika P naik maka Q turun Jika P turun maka Q

Bergerak ke atas dari kiri ke kanan; dan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

18

Hubungan positif antara harga dan jumlah yang ditawarkan dalam hal ini

apabila harga. meningkat, jumlah penawaran meningkat dan apabila harga

turun, jumlah penawaran turun.

2.1.6 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Penawaran

Pergerakan Kurva Penawaran

Pergerakan kurva penawaran merupakan pergerakan yang terjadi di

sepanjang kurva penawaran yang diakibatkan oleh berubahnya jumlah produk yang

ditawarkan produsen sebagai akibat dari perubahan harga produk tersebut.

Pergerakan ini sejalan dengan Hukum Penawaran, yaitu ketika harga

barang naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah, sehingga

titik pada kurva penawaran akan bergerak ke kanan.

Harga (P)

P2

P1

Q1 Q2 Kuantitas (Q)

Gambar 2.1

Pergerakan Kurva Penawaran

B

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

19

Pergeseran Kurva Penawaran

kurva penawaran juga bisa mengalami pergeseran, baik ke kanan

maupun ke kiri. Pergeseran ini terjadi karena berubahnya jumlah produk yang

ditawarkan produsen sebagai akibat dari berbagai faktor kecuali faktor harga

produk tersebut.

Berbagai faktor yang dimaksud diantaranya adalah harga input,

teknologi, harapan (ekspektasi), dan jumlah penjual.

Gambar 2.2

Pergeseran Kurva Penawaran

2.2 Teori Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh

konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada waktu tertentu.

Pada setiap kegiatan transaksi dalam perekonomian pastinya akan terdapat

dua aspek yang saling berhubungan, yaitu permintaan (Demand) dan penawaran

(Supply). Harga barang dan kuantitas barang atau jasa yang saling mempengaruhi .

P1

Q0 Q2 Q1

Harga (P)

Kuantitas (Q)

S1

S0

S2

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

20

Permintaan dan penawaran akan saling bertemu dan akan membentuk satu titik

pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang).

2.2.1 Definisi Permintaan

Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand)

mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara

jumlah suatu barang yang akan dibeli orang dan harga barang tersebut. Permintaan

adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai

kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain

tetap sama (=ceteris paribus).

2.2.2 Hukum Permintaan

Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana

hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik, maka jumlah

barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka

jumlah barang yang diminta akan meningkat.

Hukum permintaan menyatakan bahwa harga sebuah barang meningkat,

kuantitas (jumlah) uang diminta akan turun, sebaliknya jumlah (kuantitas) barang

yang diminta naik. Jika harga sebuah barang mengalami penurunan. Dalam hal ini

kuantitas yang diminta berhubungan negative dengan harga barang. Hukum yang

berlaku dalam ilmu ekonomi tidaklah berlaku mutlak tetapi bersifat ceteris paribus.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

21

2.2.3 Kurva Permintaan

Menurut Haryati (2007), kurva permintaan adalah kurva yang

menghubungkan antara harga barang (ceteris paribus) dengan jumlah barang yang

diminta. Kurva permintaan menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga

tertentu, ceteri paribus (keadaan lain tetap sama). Kurva permintaan menggambarkan

harga maksimum yang konsumen bersedia bayarkan untuk barang bermacam-macam

jumlahnya per unit waktu. Konsumen tidak besedia membayar pada harga yang lebih

tinggu untuk sejumlah tertentu, tetapi pada jumlah yang sama konsumen bersedia

membayar dengan harga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan kesediaan

maksimum konsumen mau bayar atau willingness to pay.

2.2.4 Pergeseran Kurva Permintaan

Sesuai dengan hukum permintaan, kurva permintaan dapat bergeser ke kanan

atau ke kiri, jika keadaan lain yang ceteris paribus tidak dipenuhi. Apabila

pendapatan seseorang bertambah, maka permintaan barang cenderung bertambah,

sehingga kurva bergeser ke kanan. Sebaliknya apabila pendapatan seseorang turun,

maka permintaan juga turun hal ini akan menggeser kurva kea rah kiri.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

22

Gambar 2.3

Pergeseran Kurva Permintaan

2.3 Teori Perusahaan

Menurut Drs. Lincolin Arsyad, M.Sc. (1993), model dasar dari suatu

perusahaan bisnis diperoleh dari teori perusahaan (theory of the firm). Dalam versi

yang paling tradisional, tujuan suatu perusahaan adalah maksimalisasi laba di mana

manajer/pemilik suatu perusahaan dianggap selalu berupaya memaksimumkan laba

jangka pendek perusahaannya. Kemudian, jika penekanan tujuan terhadap laba

tersebut mulai bergeser atau mulai diperluas sehingga mencangkup dimensi

ketidakpastian (uncertainty) dan waktu, maka tujuan perusahaan menjadi maksimisasi

kekayaan, dan bukan lagi sekedar maksimisasi laba jangka pendek, sekarang ini

tujuan maksimisasi kekayaan atau maksimisasi nilai tersebut dianggap sebagai tujuan

utama dari suatu unit usaha.

P1

Q0 Q2 Q1

Harga (P)

Kuantitas (Q)

D1 D0 D2

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

23

2.4 Penerimaan (Revenue)

Penerimaan (revenue) yaitu penerimaan pedagang dari hasil penjualan

outputnya (Boediono, 2000). Ada beberapa konsep revenue yaitu:

1. Total Revenue (TR) yaitu total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total

revenue adalah output kali harga jual output

TR = P.Q

Keterangan:

TR : total revenue (total pendapatan)

P : harga jual barang

Q : output

2. Averange Revenue (AR) adalah penerimaan produsen per unit output yang

dijual.

Sehingga AR tidak lain adalah harga (jual) output perunit (Q)

3. Marginal Revenue (MR) yaitu kenaikan dari TR yang dikarenakan oleh

tambahan penjualan 1 unit output.

Keterangan:

∆TR = tambahan pendapatan total

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

24

∆Q = tambahan output.

2.5 Struktur Pasar

Perbedaan jumlah penjual dan pembeli akan membentuk perbedaan stuktur

pasar. Struktur pasar juga akan mempengaruhi perilaku setiap penjual dan pembeli

terhadap perubahan harga barang atau jasa yang ada di pasar tersebut. Berikut ini

adalah uraian lengkap tentang macam – macam bentuk pasar berdasarkan

strukturnya;

1. Pasar Persaingan Sempurna

Jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang banyak dan

produk yang dijual bersifat homogen. Persaingan akan terjadi apabila penjual

dan pembeli dalam jumlah besar mengadakan saling hubungan secara aktif

dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-

harga yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan.

Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri :

o Jumlah penjual dan pembeli banyak

o Barang yang dijual bersifat homogen

o Penjual bersifat mengambil harga (price taker)

o Posisi tawar komsumen kuat

o Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata

o Sensitif terhadap perubahan harga

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

25

o Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Adalah pasar dimana terdapat satu atau beberapa penjual yang

menguasai pasar atau harga, serta satu atau beberapa pembeli yang menguasai

pasar atau harga. Jika suatu perusahaan dapat mempengaruhi harga pasar,

maka pasar tempat perusahaan itu menjual produknya digolongkan sebagai

pasar persaingan yang tidak sempurna. Keberadaan sejumlah pihak yang

menguasai pasar atau harga akan melahirkan keberagaman bentuk-bentuk

pasar persaingan tidak sempurna.

Jenis Pasar Persaingan Tidak Sempurna :

1. Monopoli

Kata monopoli berasal dari bahasa Yunani, mono, yang artinya satu,

dan poli, yang artinya penjual. Dari dua kata tersebut maka monopoli

menunjuk pada suatu kondisi di mana dalam suatu pasar hanya ada satu

penjual, sehingga tidak ada pihak lain yang menyaingi.

Dalam monopoli, penjual tersebut adalah satu-satunya produsen

dalam industri, dan tidak ada industri lain yang memproduksi barang

subtitusinya. Seorang monopolis dapat bertindak sebagai penentu harga (price

maker). Jika ia ingin menaikkan harga, maka ia pun dapat melakukannya

dengan cara mengurangi jumlah produknya. Sekarang ini, perusahaan yang

seratus persen bersifat monopoli jarang kita temui. Mungkin hanya beberapa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

26

produksi jasa saja, seperti telekomunikasi, gas, air, dan listrik yang benar-

benar dikuasai oleh penjual tunggal.

2. Pasar Persaingan Monopolistik

Suatu pasar dikatakan memiliki bentuk pasar persaingan monopolistik

jika pada pasar tersebut terdiri dari beberapa penjual/produsen dan pembeli.

Selain itu, pada barang atau jasa tersebut, baik kualitas, bentuk, dan ukuran,

saling berlainan, atau sering diistilahkan sebagai product differentiation

(pembedaan produk).

Pada pasar persaingan monopolistik dapat kita temukan unsur-unsur

monopoli sekaligus unsur-unsur persaingan. Produk-produk pada pasar

persaingan monopolistik adalah homogen atau sejenis, antara lain sabun cuci,

sabun mandi, minyak goreng, air mineral, dan beras. Barang-barang semacam

itu dibuat oleh beberapa pabrik (lebih dari satu pabrik) dan pada

masingmasing barang tersebut memiliki merek atau cap dagang sendirisendiri.

Lebih jauh, hak paten untuk tiap merek memperlihatkan unsur monopoli

dalam pasar tersebut. Merek dagang yang sudah ada tidak boleh ditiru oleh

produsen lain, meskipun produk yang dijual sama. Sementara un ur

persaingannya terlihat dari adanya keberagaman merek, kemasan, cita rasa,

bahkan juga harga untuk jenis produk yang sama.

Bagaimana kondisi penentuan harga dalam pasar persaingan

monopolistik? Dalam pasar ini, para produsen atau penjual mempunyai sedikit

kebebasan untuk menentukan harga jual produknya sendiri. Lebih bebas

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

27

daripada pasar persaingan sempurna, tetapi tidak sebebas pada pasar

monopoli. Alasannya, kalau harga produknya terlalu mahal, maka konsumen

akan beralih ke produk lain yang sejenis.

Ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut.

o Jumlah penjual atau produsen cukup banyak, namun tidak sebanyak

pada pasar persaingan sempurna.

o Masing-masing penjual atau produsen masih dapat mempengaruhi

harga, meskipun tidak mutlak.

o Barang yang diperjualbelikan tidak homogen sekali, melainkan ada

perbedaan ( product differentiation), meskipun perbedaan tersebut

hanya pada warna, merek, mutu, dan ukuran.

o Ada pembatasan dalam pendirian perusahaan, meskipun tidak sesulit

pada monopoli dan tidak semudah pada pasar persaingan sempurna.

3. Pasar Oligopoli

Adalah pasar (industri) yang terdiri dari hanya sedikit perusahaan

(produsen). Setiap perusahaan memiliki kekuatan (cukup) besar untuk

mempengaruhi harga pasar. Produk dapat homogen atau terdiferensiasi.

Perilaku setiap perusahaan akan mempengaruhi perilaku perusahaan lainnya

dalam industri.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

28

Ciri pasar oligopoli

o Hanya sedikit perusahaan dlam industri (few members of firms).

Secara teoritis sulit sekali untuk menetapkan berapa jumlah

perusahaan didalam pasar, agar dapat dikatakan oligopoli. Namun

untuk dasar analisi, biasanya jumlah perusahaan diasumsikan kurang

dari sepuluh. Dalam kasus tertentu hanya terdapat dua perusahaan

(duopoli).

o Produknya homogen atau terdiferensiasi (homogen of diffrerential

product). Dalam pasar oligopoli bentuk persaingan adalah persaingan

harga (pricing strategy) dan non harga (non pricing strategy). Contoh

pasar oligopoli yang menghasilkan produk diferensiasi adalah industri

mobil, rokok, film, kamera. Sedangkan yang menghasilkan produk

homogen adalah industri baja, ppa peralon, seng dan kertas.

Semakin tinggi tingkat differensiasi perusahaan makin tidak

tergantung pada kegiatan perusahaan-perusahaan lainnya. Berarti

oligopoli dengan produk diferensiasi lebih mudah memprediksi reaksi-

rekasi dari perusahaan lawan.

o Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi (interpendence

decisions). Keputusan dalam penentuan harga dan jumlah output yang

berpengaruh ke prusahaan lainnya. Untuk menahan produsen masuk,

maka perusahaan yang sudah ada menetapkan harga limit yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

29

membuat perusahaan menikmati laba super normal dibawah tingkat

maksimum.

o Kompetisi non harga seperyi iklan purna jual, membentuk citra baik

dan mempengaruhi konsumen.

2.6 Definisi dan Kriteria UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang

berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan

undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang- Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

30

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil

atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2.6.1 Kriteria UMKM

Untuk membedakan sebuah usaha apakah itu termasuk usaha mikro, usaha

kecil, atau usaha menengah, oleh pemerintah diberikan batasan berdasarkan undang

undang sesuai dengan kriteria jenis usaha masing masing yang didasarkan atas

peredaran usaha dan atau jumlah aktiva yang dimiliki sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah :

Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah)

2. Kriteria Usaha Kecil adalah :

Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 ( lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

31

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua setengah milyar

rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah :

Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima

puluh milyar rupiah)’.

2.6.2 Klasifikasi Usaha Kecil Menengah

Dalam perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4(empat)

kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan

kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor

informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi

belum memiliki sifat kewirausahaan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

32

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor

4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)

2.7 Pedagang Kaki Lima Sebagai Bagian Dari Usaha Kecil Di Sektor Informal

Di dalam UU. Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dijelaskan bahwa

yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta

kepemilikan.

Adapun usaha kecil tersebut meliputi : usaha kecil formal, usaha kecil

informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal adalah usaha yang telah

terdaftar, tercatat dan telah berbadan hukum, sementara usaha kecil informal

adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum,

antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang

keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional

adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan

secara turun temurun dan/atau berkaitan dengan seni dan budaya.

Dalam UU. Nomor 9 Tahun 1995 juga ditetapkan beberapa Kriteria Usaha

Kecil, antara lain (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta

rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) memiliki

hasil penjualan tahunan paling banyak 1 (satu) milyar rupiah; (3) milik

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

33

warga negara Indonesia; (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi,

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha

besar; (5) berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Usaha Kaki Lima adalah bagian dari

Kelompok Usaha Kecil yang bergerak di sektor informal, dikenal dengan istilah

“Pedagang Kaki Lima” (Fransiska.R. Korompis, 2005 : 8-9).

2.8 Pengertian Sektor Informal

Konsepsi sektor informal mendapat sambutan yang sangat luas secara

internasional dari para pakar ekonomi pembangunan, sehingga mendorong

dikembangknnya penelitian pada beberapa negara berkembang termasuk Indonesia

oleh berbagai lembaga penelitian pemerintah, swasta, swadaya masyarakat dan

universitas. Hal tersebut terjadi akibat adanya pergeseran arah pembangunan

ekonomi yang tidak hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi makro semata,

akan tetapi lebih kearah pemerataan pendapatan. Swasono (1987) dalam

Fransiska.R.Korompis (2005) mengatakan bahwa adanya sektor informal bukan

sekedar karena kurangnya lapangan pekerjaan, apalagi menampung lapangan kerja

yang terbuang dari sektor informal akan tetapi sektor informal adalah sebagai pilar

bagi keseluruhan ekonomi sektor formal yang terbukti tidak efisien. Hal ini dapat

menunjukan bahwa sektor informal telah banyak mensubsidi sektor formal,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

34

disamping sektor informal merupakan sektor yang efisien karena mampu

menyediakan kehidupan murah.

Konsep mengenai sektor ’formal’ dan ’informal’ pertama kali diperkenalkan

oleh Hart J.K lewat tulisannya yang berjudul Informal Income Opportunities and

Urban Employment in Ghana pada tahun 1971. Konsep ini kemudian dikembangkan

dan diterapkan oleh International Labour Office (ILO) dalam penelitian di

delapan kota Dunia Ketiga yaitu Free Town (Sierra Leone), Lagos dan Kana

(Nigeria), Kumasi (Ghana), Kolombo, Jakarta, Manila, Kardoba dan Campina

(Brazil). (Hart, 1973 dalam Bambang Supriyadi, 2007).

Pengertian yang populer dari pekerjaan informal pada awalnya adalah

sederhana, yakni suatu pekerjaan yang sangat mudah dimasuki, sejak skala tanpa

melamar, tanpa ijin, tanpa kontrak, tanpa formalitas apapun, menggunakan

sumberdaya lokal, baik sebagai buruh ataupun usaha milik sendiri yang dikelola

dan dikerjakan sendiri, ukuran mikro, teknologi seadanya, hingga yang padat karya,

teknologi adaptatip, dengan modal lumayan dan bangunan secukupnya. Mereka

tidak terorganisir, dan tak terlindungi hukum.

Istilah “sektor informal” muncul, ketika teori pembangunan mengalami

krisis sebagai akibat dari berkembangnya kesadaran bahwa model pertumbuhan

ekonomi tidak berhasil dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi

kemiskinan di negara-negara sedang berkembang ( Bernabe dalam Tri Widodo,

2006 ). Istilah sektor informal tersebut pertama kali dicetuskan untuk

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

35

menggambarkan sebagian angkatan kerja di perkotaan yang berada diluar pasar

tenaga formal. Pandangan pertama mengenai sektor informal adalah sektor dimana

individu-individu bekerja untuk dirinya sendiri (self-employed). Setelah itu

pengkategorian ini digunakan untuk menunjukkan cara-cara hidup diluar

perekonomian dengan upah formal, baik sebagai alternatif atau sebagai alat untuk

manambah pendapatan. Meskipun ide awal mengenai sektor informal hanya

terbatas pada orang yang bekerja untuk dirinya sendiri, pengenalan konsep tersebut

memungkinkan untuk memasukkan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya diabaikan

dalam model-model teoritis pembangunan dan di dalam neraca ekonomi nasional.

2.8.1 Ciri-Ciri Sektor Informal

Salah satu permasalahan penting yang terdapat di kawasan perkotaan adalah

tumbuh dan berkembangnya sektor informal. Ini merupakan sektor alternatif yang

antara lain ditandai oleh (1) mudah untuk dimasuki ataupun untuk keluar, (2)

ketergantungan pada sumberdaya asli atau endogenous resources, (3) kepemilikan

dan pengelolaan bersifat kekeluargaan, (4) usahanya berskala kecil dengan tingkat

mobilitas yang sangat tinggi, (5) labor-intensive dengan teknologi tradisional, (6)

tidak membutuhkan keahlian tertentu sebagaimana pada sektor formal, dan (7)

pasarnya bersifat kompetitif tetapi tidak disertai regulasi yang jelas (Gilbert &

Gugler, 1984 dalam Antonius Tarigan,2003).

Sektor informal bersifat sangat heterogen, sulit ditarik garis pembeda yang

jelas dengan sektor formal, malahan terdapat kesatuan rangkaian antara usaha

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

36

berskala kecil dengan yang berskala besar, illegal dan legal serta yang produktif

dengan yang kurang produktif. Aktivitas yang mereka jalankan sangat beragam,

mulai dari penjaja makanan, jasa ojek, sampai pada para penjual barang-barang

elektronik bajakan. Mereka tidak memiliki cukup modal untuk meningkatkan skala

usahanya sehingga bahkan tidak cukup untuk sekedar menghidupi keluarganya.

Orientasinya bukan pada pemupukan modal, tetapi lebih pada upaya memperoleh

pendapatan cash yang langsung dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga (Rakodi, 1993: 211 dalam Antonius Tarigan). Dengan karakter ini,

sektor informal bisa menjadi sarana menuju sektor formal tetapi juga bisa menjadi

tujuan itu sendiri. Atau ada juga yang melihatnya sebagai proses yang tidak terakom

nodasi dalam kerangka institusional dan legal suatu masyarakat sebagaimana

aktivitas formal lainnya (Portes, et.al., 1989 dalam Antonius Tarigan).

2.9 Pedagang Kaki Lima

1. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Menurut pengamatan dari Fakultas Hukum Unpar dalam hasil penelitiannya

yang berjudul “Masalah Pedagang Kaki Lima di Kotamadya Bandung dan

penertibannya melalui operasi TIBUM 1980”, menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan pedagang kaki lima ialah orang (pedagang-pedagang) golongan ekonomi

lemah, yang berjualan barang kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dengan

modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain, baik berjualan di

tempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki lima diambil dari pengertian tempat di

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

37

tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet). Tempat ini umumnya terletak ditrotoar,

depan toko dan tepi jalan.

2. Ciri - Ciri Pedagang Kaki Lima ialah :

a. Kegiatan usaha, tidak terorganisir secara baik

b. Tidak memiliki surat izin usaha

c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam

kerja.

d. Bergerombol di trotoar, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat dimana

banyak orang ramai.

e. Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari

mendekati konsumen.

3. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima

Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini Kartono adalah

sebagai berikut :

a. Kekuatan Pedagang Kaki Lima

1. Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit

didapat pada negara-negara yang sedang berkembang

2. Dalam prakteknya mereka biasa menawarkan barang dan jasa dengan

harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani pajak

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

38

3. Sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja pada pedagang

kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang yang ditawarkan relatif

lebih murah (terlepas dari pertimbangan kualitas)

b. Kelemahan pedaganga kaki lima, antara lain :

1. Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub marginal dengan

modal kecil, modal yang relatif kecil menyebabkan laba relative kecil

padahal pada umumnya banyak anggota keluarga bergantung pada hasil yang

minim ini. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimana hasil yang mereka

capai pas-pasan untuk sekedar hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk

akumulasi modal

2. Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka unsur

efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan mempengaruhi

kelancaran usaha.

3. Ada kalanya pedagang kaki lima melihat pedagang kaki lima lainnya

yang sukses dengan jenis barang dagangan tertentu mengikuti jejak mereka

menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat,

sehingga sebagian dari mereka berguguran dan terpaksa harus gulung

tikar.

4. Sering kali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga yang

tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang pedagang kaki lima

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

39

kurang positif. Disamping itu, tidak jarang diantara mereka terjadi persaingan

yang menjurus tidak sehat yang sangat merugikan banyak pihak.

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

1. Modal

Modal merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki oleh

setiap perusahaan. Dengan modal, sebuah perusahaan dapat melaksanakan aktivitas

produksi dan aktivitas – aktivitas bisnis lainnya. Tanpa modal (yang berbentuk

uang), sebuah perusahaan tetap dapat berjalan, namun aktivitasnya akan sangat

terbatas.

Definisi dan Pengertian Modal Menurut Para Ahli

1. Prof. Bakker

Menurut Prof. Bakker, modal dapat diartikan sebagai barang – barang

konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang ada dalam

neraca bagian debit, maupun berupa daya beli atau pun nilai tukar barang –

barang yang tercatat di neraca bagian kredit

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

40

2. Lawrence J. Gitman

Menurut Lawrence J. Gitman, pengertian modal adalah pinjaman

jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan, atau pun setiap hal yang ada di

bagian kanan neraca perusahaan selain kewajiban saat ini.

3. Bambang Riyanto

Menurut Bambang Riyanto, modal merupakan hasil produksi yang

digunakan kembali untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam

perkembangannya, kemudian modal ditekankan pada nilai, daya beli, atau pun

kekuasaan menggunakan yang ada dalam barang – barang modal.

4. Drs. Moekijat

Menurut Drs. Moekijat, modal dapat dirumuskan menjadi beberapa

rumusan dasar. Modal normalnya dianggap terdiri dari uang tunai, kredit, hak

membuat, serta menjual sesuatu (berupa paten), mesin – mesin dan gedung –

gedung. Akan tetapi, sering juga istilah modal digunakan untuk

menggambarkan hak milik total yang terdiri dari jumlah yang ditanam,

surplus, dan keuntungan – keuntungan yang tidak dibagi.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

41

2. Lama Usaha

Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lamanya

seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi

produktivitasnya (kemampuan/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi dan

mampu menekan biaya produksi lebih kecil dari pada hasil penjualan. Semakin lama

menekuni bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang

selera ataupun perilaku konsumen. Keterampilan berdagang makin bertambah dan

semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil di jaring

(Wicaksono, 2011). Keahlian keusahawaan merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang untuk mengorganisasikan dan menggunakan faktor-faktor lain dalam

kegiatan memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat (Sukirno, 1994).

3. Jam Kerja Per Hari

Analisis mengenai keterkaitan jam kerja adalah bagian dari teori ekonomi

mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja tentang kesediaan waktu yang

akan mereka berikan untuk bekerja. Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam

kerja panjang atau pendek merupakan keputusan dari individu masing-masing

(Nicholson dalam Wicaksono, 2011).

Menurut UU No.25 Tahun 1997, waktu kerja adalah waktu untuk melakukan

pekerjaan, dapat dilakukan pada siang hari dan/atau malam hari, siang hari adalah

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

42

antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00, sedangkan malam hari adalah waktu antara

pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00.

Dalam penelitian in, yang dimaksud dengan jam kerja adalah lamanya waktu

yang digunakan pedagang untuk menjalankan usahanya mulai sejak buka hingga

tutup setiap harinya. Semakin lama jam kerja yang digunakan pedagang untuk

menjalankan usahanya, maka semakin besar pula peluangnya untuk mendapatkan

pendapatan yang lebih.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat (UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun

2003).Soetomo (1990) menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan faktor produksi

yang sangat dominan dalam kegiatan produksi, karena faktor produksi inilah yang

mengkombinasikan berbagai faktor produksi yang lain guna menghasilkan suatu

output.Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan

harus diperhitungkan dalam proses produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya

dalam hal jumlah namun juga dalam hal kualitas dan macam-macam tenaga kerja

yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengankebutuhan

pada tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimum (Soekartawi dalam Dewi,2014).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

43

2.10 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Hasil

1

Faktor – Faktor

Yang

Mempengaruhi

Pendapatan

Pedagang Kaki

Lima (Studi Kasus

Di Pasar Besar

Kota Malang)

Yandhi

Fernand

o

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa

terdapat empat variabel yang berpengaruh

terhadap pendapatan yaitu jam kerja,

tanggungan keluarga, modal, dan pengalaman

kerja. Terdapat pula dua variabel yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

yaitu usia dan tingkat pendidikan.

2

Analisis Faktor –

Faktor Yang

Mempengaruhi

Pendapatan

Pedagang Kaki

Lima Di pasar Raya

Padang

Fatmaw

ati

Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel

modal, jam kerja, dan pengalaman berpengaruh

terhadap pendapatan pedagang kaki lima yang

ditunjukan dengan nilai koefisien sebesar 1,583.

Nilai koefisien ini signifikan karena nilai f

hitung (74,857) lebih besar dari f tabel (2,14)

sedangkan nilai koefisien determinasi diperoleh

sebesar 0,709. Hal ini berarti bahwa ketiga

varibel tersebut berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan pedagang kaki lima yang dilakukan secara simultan.

2.11 Kerangka Penelitian

Di dalam perkembangan sektor informal merupakan sektor yang diandalkan

dalam penanggulangan pengangguran dimana tenaga kerja yang terserap di sektor ini

semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun peningkatan tersebut tidak sejalan

dengan fenomena pendapatan sektor informal jika dibandingkan dengan usaha sektor

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

44

formal. Dimana terdapat kesenjangan usaha antara sektor formal dan informal, salah

satunya adalah tingkat pendapatan.

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel bebas

dan variabel terikat. Dengan demikian maka kerangka pemikiran peneliti dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Pedagang Kaki Lima (sebagai variabel terikat) yang

dipengaruhi oleh Modal, Lama Usaha, Jam Kerja, dan Pengalaman Kerja (sebagai

variabel bebas).

Modal dapat mempengaruhi pendapatan, karena semakin banyak modal yang

dimiliki, maka akan memperbesar volume usaha serta diharapkan akan menambah

laba usaha/pendapatan. Modal merupakan input dari faktor produksi yang sangat

penting dalam upaya untuk menentukan tinggi rendahnya pendapatan, namun bukan

berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan

(Suparmoko, 1986).

Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lama seorang

pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya

(kemampuan profesionalnya/keahliannya), sehingga dapat menambah efisiensi dan

mampu menekan biaya produksi lebih kecil daripada hasil penjualan. Semakin lama

menekuni bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang

selera ataupun perilaku konsumen (Wicaksono, 2011).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

45

Jam kerja dapat mempengaruhi pendapatan usaha karena semakin tinggi jam

kerja diduga akan meningkatkan probabilitas omset yang diterima dan pendapatan

pedagang. Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja panjang atau

pendek merupakan keputusan dari individu masing-masing (Nicholson dalam

Wicaksono, 2011).

Tenaga kerja dapat mempengaruhi pendapatan usaha, karena semakin banyak

jumlah tenaga kerja, maka akan semakin tinggi juga output yang diperoleh dan

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pedagang (Soetomo, 1990).

Dalam kerangka pemikiran dimana terdapat hubungan antara Modal, Lama

Usaha, Jam Kerja, dan Tenaga Kerja terhadap pendapatan. Hal ini dapat dilihat pada

kerangka pemikiran di bawah ini:

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

46

Gambar 2.3

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individu.

: Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara berkelompok.

Modal

Lama Usaha

Jam Kerja

Tenaga Kerja

Pendapatan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …repository.unpas.ac.id/31673/5/BAB II.pdf · dengan maksud memaksimumkan keuntungan dan kepuasan atas dasar harga-harga yang ditentukan

47

2.12 Hipotesis Penelitian

1. Modal berpengaruh terhadap pendapatan PKL di Ciawitali Kota Cimahi.

2. Lama Usaha berpengaruh terhadap pendapatan PKL di Ciawitali Kota Cimahi.

3. Jam Kerja berpengaruh terhadap pendapatan PKL di Ciawitali Kota Cimahi.

4. Tenaga Kerja berpengaruh Kerja terhadap pendapatan PKL di Ciawitali Kota

Cimahi.