Upload
truongdan
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
II-1 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PARIWISATA DI INDONESIA.
Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun
2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah
komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data
tahun 2010, jumlah wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia sebesar 7
juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan
menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat.
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di
Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.500 pulau yang
6.000 diantaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia
setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara
kepulauan terbesar dan berpenduduk ke empat besar terbanyak di dunia. Pantai-
pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan
berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di
Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya
yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis
dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi
Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali
merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7
lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam
daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan
UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu
wayang, keris, batik dan angklung.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering
dikunjungi oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan, Banten, dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia
II-2 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura
dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak
yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari
kawasan Asia (tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan
pertama disusul RRC, Korea Selatan, Taiwan dan India. Jumlah pendatang
terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari negara Britania Raya disusul oleh
Perancis, Belanda dan Jerman. Pengelolaan kepariwisataan, kebijakan
nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan di
Indonesia diatur oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.
Indonesia memiliki sejarah kebudayaan pariwisata sejak abad sejak abad 14.
Kakawin Nagarakretagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk telah
mengelilingi Kerajaan Majapahit yang kini menjadi daerah Jawa Timur
menggunakan pedati dengan iring-iringan pejabat negara. Setelah masuknya
Bangsa Belanda ke Indonesia pada awal abad ke-19, daerah Hindia Belanda
mulai berkembang menjadi daya tarik bagi para pendatang yang berasal dari
Belanda. Gubernur Jenderal pada saat itu memutuskan pembentukan biro wisata
yang disebut Vereeging Toeristen Verkeer yang gedung kantornya juga
digunakan untuk maskapai penerbangan Koninklijke Nederlansch Indische
Luchtfahrt Maatschapijj (kini disebut dengan KLM). Hotel-hotel mulai
bermunculan seperti Hotel des Indes di Batavia, Hotel Oranje di Surabaya
dan Hotel De Boer di Medan. Tahun 1913, Vereeneging Touristen Verkeer
membuat buku panduan mengenai objek wisata di Indonesia. Sejak saat
itu, Bali mulai dikenal oleh wisatawan mancanegara dan jumlah kedatangan
wisman meningkat hingga lebih dari 100% pada tahun 1927. Pada 1 Juli 1947,
pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sektor pariwisata Indonesia
dengan membentuk badan yang dinamakan HONET (Hotel National & Tourism)
yang diketuai oleh R. Tjitpo Ruslan. Badan ini segera mengambil alih hotel -
hotel yang terdapat di daerah sekitar Jawa dan seluruhnya dinamai Hotel
Merdeka. Setelah Konferensi Meja Bundar, badan ini berganti nama menjadi NV
HORNET. Tahun 1952 sesuai dengan keputusan presiden RI, dibentuk Panitia
II-3 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Inter Departemental Urusan Turisme yang bertugas menjajaki kemungkinan
terbukanya kembali Indonesia sebagai tujuan wisata.
Pada masa Orde Baru, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia bertumbuh secara
perlahan. Pemerintah pernah mengadakan program untuk meningkatkan jumlah
kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang disebut dengan Tahun Kunjungan
Indonesia. Program ini meningkatkan kunjungan turis internasional hingga
400.000 orang. Selain itu pada tahun 1992, pemerintah mencanangkan Dekade
Kunjungan Indonesia, yaitu tema tahunan pariwisata sampai dengan tahun 2000.
Kepercayaan dunia internasional terhadap pariwisata Indonesia mulai mengalami
penurunan pada insiden pengeboman Bali tahun 2002 yang menyebabkan
penurunan wisatawan yang datang ke Bali sebesar 32%. Aksi teror lainnya
seperti Bom JW Marriott 2003, Pengeboman Kedutaan Besar Australia, Bom
Bali 2005 dan Bom Jakarta 2009 juga mempengaruhi jumlah kedatangan wisman
ke Indonesia. Aksi terorisme di Indonesia ini mengakibatkan dikeluarkannya
peringatan perjalanan oleh beberapa negara seperti Australia dan Britania
Raya pada tahun 2006. Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia mengadakan
program Tahun Kunjungan Indonesia 2008 untuk meningkatkan jumlah
wisatawan nusantara dan wisatawan asing ke Indonesia, selain itu program ini
sekaligus untuk memperingati 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Dana
yang dikeluarkan untuk program ini sebesar 15 juta dolar Amerika Serikat yang
sebagian besar digunakan untuk program pengiklanan dalam maupun luar
negeri. Hasil dari program ini adalah peningkatan jumlah wisatawan asing yang
mencapai 6,2 juta wisatawan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,5 juta
wisatawan. Sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia melanjutkan program "Tahun
Kunjungan Indonesia" pada tahun 2009 dengan target 6,4 juta wisatawan dan
perolehan devisa sebesar 6,4 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan pergerakan
wisatawan nusantara ditargetkan 229,95 juta perjalanan dengan total pengeluaran
lebih dari 128,77 triliun rupiah. Program ini difokuskan ke "pertemuan, insentif,
konvensi dan pertunjukan serta wisata laut". Pada tahun 2010, pemerintah
II-4 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Indonesia mencanangkan kembali "Tahun Kunjungan Indonesia serta Tahun
Kunjung Museum 2010". Program ini dilakukan untuk mendorong kesadaran
masyarakat terhadap museum dan meningkatkan jumlah pengunjung
museum. Pada tahun 2011, pemerintah Indonesia menetapkan Wonderful
Indonesia sebagai manajemen merek baru pariwisata Indonesia, sementara untuk
tema pariwisata dipilih "Eco, Culture, and Mice". Logo pariwisata tetap
menggunakan logo "Tahun Kunjungan Indonesia" yang dipergunakan sejak tahun
2008. Berikut Data statistik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan
nusantara di Indonesia Tahun 2004-2010.
Tabel. 2.1
Dari data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara
dan pendapatan devisa per tahunnya terus meningkat, hanya pada tahun 2005-2006 saja yang
mengalami penurunan.
II-5 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Tabel. 2.2
Dari data statistik di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan nusantara ke berbagai
tujuan di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan serta jumlah rupiah
pengeluaran yang juga mengalami peningkatan.
Perkembangan pembangunan ekonomi pariwisata Indonesia dapat dijabarkan pada uraian
dibawah ini :
1. Ekonomi Pariwisata.
a. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduknya suatu
negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila
II-6 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Pertumbuhan peningkatan
GNP riil ini juga tak bisa lepas dari meningkatnya jumlah wisatawan.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan
ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan,
sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya
pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam
struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian
seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik. Selanjutnya
pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini
terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi, Pembangunan sebagai suatu proses, Pembangunan sebagai suatu
usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita, Peningkatan pendapatan
perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.
Tabel 2.3
II-7 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. Pembangunan sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya bahwa pembangunan merupakan
suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Sebagai
contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung menjadi dewasa, tetapi untuk
menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan. Demikian pula,
setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk menuju
kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
c. Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
Perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan
perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena
kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan
masyarakat.
d. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam
jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini
tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus
menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam ataupun
kekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara tersebut
mengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat sementara
yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara rata-rata
meningkat dari tahun ke tahun.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi
yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya
II-8 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan
keahlian atau kewirausahaan. Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan
kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil
hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku
produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaandibutuhkan untuk
mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih
tinggi (disebut juga sebagai proses produksi). Sumber daya manusia juga
menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas
penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan
seberapa besar produktivitas yang ada. Sementara itu, sumber
daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut.
Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah
kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-
barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas. Faktor nonekonomi
mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
2. Perbedaaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi.
a. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang.
- Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan.
- Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
- Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi
- Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak
II-9 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. Pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi yang dimaksud diatas dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan
termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
- Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
- Memperhatikan pertambahan penduduk.
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
- Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi
perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara membawa dampak,
baik positif maupun negatif, yaitu :
a) Pengaruh Positif Pembangunan Ekonomi.
Pengaruh Positif Pembangunan Ekonomi yang dimaksud diatas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
- Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian
akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi.
- Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan
pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran.
- Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi
secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
- Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan
struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur
II-10 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh
negara akan semakin beragam dan dinamis.
- Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga
- dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengaruh Negatif Pembangunan Ekonomi
Pengaruh Negatif Pembangunan Ekonomi yang dimaksud diatas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
- Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik
mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
- Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
- Hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani.
3. Perkembangan Sektor Pariwisata Nasional.
Sektor Pariwisata merupakan Urutan kelima komoditas yang berkontribusi
terbesar terhadap pendapatan negara. Sektor pariwisata menyumbang
penerimaan negara sebesar 8,554 miliar dolar AS. Artinya, urutan kelima dari
komoditas yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan negara.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, sektor
pariwisata sepanjang tahun 2011 mengkontribusikan 8,554 miliar dolar AS
bagi devisa Negara. Kontribusi sektor pariwisata itu meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar 7,6 miliar dolar AS. Nilai kontribusi
tersebut menempatkan pariwisata dalam ranking kelima di bawah migas, batu
bara, minyak kelapa sawit, dan karet olahan. Kontribusi PDB Pariwisata pada
2011 sebesar Rp. 296,97 triliun atau 4 persen. Dari sisi penyerapan tenaga
kerja pada 2011 sebanyak 8,53 juta orang bergerak di bidang pariwisata atau
mencapai kontribusi 7,72 persen. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata
pada 2011 mencapai Rp10,72 triliun atau berkontribusi 3,85 persen. Upah dari
sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp96,57 triliun atau naik dibandingkan
II-11 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
2010 yang sebesar Rp. 84,80 triliun. Berdasarkan data Kemenparekraf,
kontribusi PDB pariwisata terhadap PDB nasional pada 2011 mencapai 2,91
persen (angka sangat sementara). Dari persentase itu, restoran
menyumbangkan kontribusi terbesar yakni 2,28 persen disusul hotel 0,35
persen serta rekreasi dan hiburan 0,28 persen.
B. KAJIAN TEORI.
1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata dalam etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri
dari dua kata yaitu pari´ dan wisata´. Pari berarti banyak, berkali-kali atau
berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Maka kita dapat mengartikan
pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang
lainnya. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya
dalam jangka waktu sementara. Selain batasan tersebut diatas, banyak definisi
lain yang dikemukakan para ahli pariwisata menurut :
a. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti
(1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah
dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para
pengunjung lainnya.
b. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)
menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya
semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha
atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk
II-12 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
c. Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
d. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu :
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif
lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga
merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata, penginapan dan transportasi.
e. Menurut pendapat dari James J. Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa
pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan
mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah dan lain-lain.
f. Definisi yang di kemukakan oleh A.J. Burkart dan S. Medik (1987)
Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya
hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-
tempat tujuan itu.
g. Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam Oka Yoeti (1994,
116.) Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar
yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam
suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari
daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam
dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan
tetap.
II-13 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
h. Menurut pendapat Anonymous (1986) Pariwisata adalah kegiatan seseorang
dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan
pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.
i. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Yoeti, (1991:103).Pariwisata
berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai
banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat
j. diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim
dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata
”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan ”Tour”.
k. Menurut pendapat RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
l. Suyitno (2001) tentang Pariwisata sebagai berikut :
- Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata
akan kembali ke tempat asalnya.
- Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,
akomodasi, restoran, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.
- Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
- Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya
dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah
yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat
asal.
m. Richardson and fluker (2004) Tourism comprises the activities or
persons, travelling to and staying in place outside their usual environment for
not more than one consecutive year for leisure,bussines and other purpose.
n. Franklin (2003) Tourism becomes absolutely everyting associable with acts
of tourist,or put into it’s proper tantological form “tourism is touri”. (Editor :
Rafans Manado – dari berbagai sumber).
II-14 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
o. Menurut Oka Yoeti, Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat
lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat
yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna
bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
p. Menurut Herman V. Schularad, Pariwisata adalah sejumlah kegiatan
terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang
secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman
dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan
negara.
q. Menurut Salah Wahab (1975:55), Pariwisata yaitu pariwisata adalah salah
satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi
dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup
serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai
sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik
seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan
transportasi.
2. Pariwisata Dan Wisatawan
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi
atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.
Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan
paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi,
merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Definisi yang lebih
lengkap, turisme adalah industri jasa yang menangani jasa mulai
dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa
bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga
menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman
baru dan berbeda lainnya. Banyak negara, bergantung banyak dari industri
pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang
II-15 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri
pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-
Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non
lokal. Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-
usaha yang terkait di bidang tersebut. Wisata diartikan sebagai kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Direktorat
Jenderal Pariwisata 1990).
Pariwisata (tourism) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud
bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati perjalanan tersebut, guna
pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam
(Yoeti 1980). Secara umum pariwisata itu adalah segala kegiatan dalam
masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo 2000).
Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan,
mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik
wisata; memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa; memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat; dan mendorong pendayagunaan produksi nasional
Menurut undang – undang pemerintah nomor 10 tahun 2009 tentang
II-16 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
kepariwisataan; Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjunginya
dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah orang yang melakukan
wisata.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah
daerah dan pengusaha. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan. Daerah tujuan wisata atau Destinasi Pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau atau lebih wilayah administrasi yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata. Asas Kepariwisataan yaitu :
Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas : manfaat, kekeluargaan, adil
dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan,
demokratis, kesetaraan dan kesatuan. Tujuan pariwisata adalah sebagai berikut:
- Kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
- Meningkatkan kesajhteraan rakyat
- Menghapus kemiskinan
- Mengatasi pengangguran
- Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
- Memajukan kebudayaan
- Mengangkat citra bangsa
- Memupuk rasa cinta tanah air
II-17 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
- Memperkukuh jadi diri dan kesatuang bangsa
- Mempererat persahabatan antar bangsa
3. Industri Pariwisata
Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang adalah
suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai
cerobong asap dengan menggunakan mesin dalam proses produksinya.
Demikianlah gambaran industri pada umumnya, tetapi tidak demikian dengan
industri pariwisata (Herman Bahar, 2002 : 23). Kalau kita ikuti pengertian-
pengertian kata industri seperti yang telah diuraikan dalam bagian terdahulu, maka
kita cendrung untuk memberikan batasan terhadap industri pariwisata yaitu: industri
pariwisata adalah kumpulan bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-
sama menghasilkan barang dan jasa ( goods and services) yang dibutuhkan
wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya. Menurut R.S Darmajadi
(2002:8), Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang
usaha yang secara bersama sama mengahasilkan produk-produk maupun jasa
atau pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak
langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya. Pengertian industri pariwisata
akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau
pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan
demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen yang
memerlukan pelayanan tertentu. Menurut Yoeti (1980) industri pariwisata yaitu
sebagai kumpulan dari bermacam– macam perusahaan yang secara bersama
menghasilkan barang – barang dan jasa – jasa (goods and services) yang
dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama
dalam perjalanan. Inti dari definisi ini adalah bahwa selama perusahaan tertentu
menghasilkan produk dan jasa yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dari
wisatawan dan traveller, maka perusahaan itu merupakan bagian dari industri
pariwisata. Pariwisata sebagai industri yang dikemukakan oleh Soekadijo (2000).
Industri pariwisata memiliki tiga produk utama, yaitu atraksi wisata (festival,
pantai dan lainnya), jasa wisata (hotel, restoran dan lainnya), dan angkutan
II-18 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
wisata (kapal, mobil dan lainnya). Ketiga produk ini saling terkait satu sama lain
dan ketiganya harus ada agar suatu aktivitas bisa dikatakan sebagai pariwisata.
Aspek pemasaran berfungsi agar antara penawaran dari produsen dan permintaan
dari konsumen bertemu dan menghasilkan aktivitas wisata. Soekadijo (2000)
mengungkapkan bahwa industri pariwisata memiliki perbedaan bila
dibandingkan dengan industri yang lain yaitu :
a. Pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan.
Produk pariwisata harus dinikmati di tempat dimana produk itu
tersedia.
b. Wujud dari produk pariwisata akhirnya ditentukan oleh konsumen itu
sendiri, yaitu wisatawan. Bagaimana bentuk-bentuk komponen produk
wisata itu akhirnya tersusun menjadi suatu produk pariwisata yang utuh,
pada dasarnya wisatawan yang menyusunnya. Sebagai contoh, wisatawanlah
yang menentukan media transportasi, lokasi penginapan, dan atraksi yang
ingin dilihat.
c. Apa yang diperoleh oleh konsumen setelah ”mengkonsumsi” produk
pariwisata adalah pengalaman.
4. Pariwisata Bahari
Pembangunan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah upaya
mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari
dikawasan pesisir dan lautan Indonesia berupa kekayaan alam yang indah,
keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan
hias. Objek wisata bahari yang memiliki potensi besar salah satunya adalah
wilayah pantai. Pada umumnya Indonesia memiliki kondisi pantai yang alami,
terutama memiliki pantai yang landai, ombak yang besar dan
berkesinambungan (Syah; 2003).
Namun dilihat dari kontribusi wisata bahari terhadap dunia pariwisata di
Indonesia secara umum masih sangat minim, padahal di Negara tetangga
II-19 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
seperti Malaysia wisata bahari mampu menyumbang 60% terhadap sektor
kepariwisataan.
Wisata bahari adalah jenis wisata khusus yang memiliki aktivitas yang
berkaitan dengan kelautan, baik diatas permukaan laut (marine) maupun
kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan laut (sub marine). Daya tarik
yang paling penting dalam wisata bahari didasarkan pada daya tarik
sumberdaya alam dan kelautan (marine attractions). Selain itu, adat istiadat
dan budaya masyarakat pesisir juga dapat merupakan bagian dari objek dan
daya tarik wisata bahari. Wisata bahari (marine tour) adalah suatu kunjungan
ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck
diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro 2001)
diacu dalam Hadi (2003). Wisata bahari (marine tourism) adalah wisata yang
objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape)
maupun bentang darat pantai (coastal seascape). Di wilayah pantai dapat
dilakukan berbagai kegiatan wisata bahari, baik pada bentang laut maupun
pada bentang darat pantai (Hadi 2003).
5. Pemasaran Pariwisata
Wahab (2003) membatasi pemasaran wisata sebagai upaya – upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan atau badan
usaha pariwisata pada taraf internasional, nasional dan lokal guna memenuhi
kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi masing – masing
dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata.
Cooper et al (1993) mengatakan bahwa produk pariwisata memiliki tiga
karakteristik, yaitu :
a. Intangibility, artinya produk tidak bisa dengan mudah dilihat atau dinilai.
Kendala tempat dan waktu menyulitkan para pemasar untuk menunjukkan
nilai tambah produk yang mereka jual.
b. Perishability, yang berarti bahwa produk pariwisata tidak dapat disimpan
untuk dijual dimasa depan. Sebagai contoh, kamar hotel atau cottage yang
kosong, kursi pesawat yang tidak terisi penuh menunjukkan pendapatan
II-20 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
yang hilang dan tidak dapat diperoleh kembali.
c. Inseparability, artinya produk diproduksi dan dikonsumsi secara
d. bersamaan. Semisal pertunjukkan kesenian, dimana produk ini diproduksi
ketika diadakan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan oleh wisatawan
yang menonton. Implikasinya adalah sulit untuk memastikan kepuasan
seluruh konsumen. Cooper et al (1993) menyampaikan bahwa produk
pariwisata terkait dengan proses pengambilan keputusan yang kompleks
karena konsumen menghadapi berbagai resiko ketika akan memutuskan
untuk mengkonsumsi produk pariwisata. Resiko – resiko tersebut yaitu :
1) Resiko ekonomi atau finansial, ketika produk pariwisata yang dibeli
tidak memberikan manfaat yang sebelumnya diharapkan.
2) Resiko fisik seperti kecelakaan dan penyakit.
3) Resiko psikologi, yaitu resiko yang muncul ketika calon konsumen
melihat bahwa pembelian produk wisata tertentu mungkin tidak
mengapresiasikan citra yang mereka ingin dapatkan.
C. TRANSPORTASI.
1. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah suatu proses pemindahan melalui jalur perpindahan baik
melalui prasarana alami seperti udara, sungai, laut, atau buatan manusia (man
made) seperti jalan raya, jalan rel, dan jalan pipa. Objek yang diangkut dapat
berupa orang maupun barang dengan menggunakan alat/sarana angkutan serta
sistem pengaturan dan kendali tertentu yakni adanya manajemen lalu lintas,
sistem operasi, maupun prosedur perangkutan. Dalam sistem transportasi,
jalan merupakan unsur yang paling mendukung keberlangsungan sarana
transportasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
II-21 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan ait, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Secara umum definisi transportasi adalah pemindahan manusia atau barang
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin (Nasution, 2004). Transportasi dapat
dikatakan sebagai sebuah kebutuhan turunan karena transportasi timbul
disebabkan adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai melalui
transportasi. Misalnya pengiriman barang, berpergian, bekerja dan lain-lain.
Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan antara asal dan tujuan.
Perjalanan dilakukan melalui suatu lintasan tertentu yang menghubungkan asal
dan tujuan, menggunakan alat angkut atau kedaraan dengan kecepatan
tertentu. (Nasution:2004). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang
(muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Unsur-unsur
transportasi meliputi :
a. Manusia yang membutuhkan
b. Barang yang dibutuhkan
c. Kendaraan sebagai alat/sarana
d. Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi
e. Pengelola transportasi
Transportasi memiliki tiga fungsi diantaranya :
a. Melancarkan arus barang dan jasa
b. Menunjang perkembangan pembangunan
c. Sebagai sarana penunjang industri pariwisata
2. Moda Transportasi
Moda transportasi terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Transportasi udara adalah salah satu sarana atau angkutan yang digunakan
untuk memindahkan barang atau jasa dari satu tempat ke tempat yang
lainnya melalui jalur udara.Adapun jenis-jenis alat transportasi udara
diantaranya pesawat dan helicopter.
b. Transportasi laut adalah sarana atau angkutan yang dipergunakan
II-22 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
untuk memindahkan barang atau jasa dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan memalui jalur laut. Jenis kendaraan yang biasa digunakan adalah
kapal atau perahu.
c. Transportasi darat adalah sarana yang digunakan sebagai alat pemindah
baik barang atau jasa dengan melalui jalur darat. Transportasi darat
merupakan sarana yang biasa digunakan sebagia besar masyarakat karena
sering kita jumpai di jalan-jalan seperti mobil pribadi atau kendaraan
umum, sepedamotor. Dan ada juga kereta api yang khusus berjalan di atas
rel.
Transportasi darat sangat diminati para wisatawan dalam berwisata karena
sangat mudah dan terjangkau. Semua orang tentu pernah menaiki sepeda motor,
mobil, sepeda atau kereta api. Karena jenis alat transportasi ini sangat sering
kita jumpai di hadapan kita. Bila kita berjalan pasti kita melihat jenis kendaraan
ini lalu lalang di sekitar kita. Dalam berpariwisata alat transportasi ini juga yang
umum digunakan para wisatawan karena sangat mudah didapat dan akses
perjalannya juga sangat beragam. Di area wisata juga sering kita jumpai
prasarana berupa parkir gratis serta adanya akses jalan tol yang dapat
mempermudah perjalanan.
3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan.
Kata ASDP yang berarti “Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan”
merupakan istilah yang terdiri dari dua aspek yaitu “Angkutan Sungai dan
Danau” atau ASD dan “Angkutan Penyeberangan. Sistem transportasi terdiri
dari 5 macam yaitu moda yaitu moda angkutan jalan (jalan raya), moda
angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin
belum dikenal luas), dan moda angkutan laut.
Angkutan Perairan Daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah
lain dari Angkutan Sungai dan Danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama
dikenal oleh manusia bahkan terbilang tradisional. Sebelum menggunakan
angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi, manusia telah
memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga di
II-23 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat
pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian
sungai seperti Palembang.
Angkutan Perairan Daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa
Inggris yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu
Navigation d’Interieure atau juga voies navigables yang memiliki makna yang
sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang
berada di kawasan daratan seperti sungai, danau dan kanal.
Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Bagian Ketiga
Angkutan Sungai dan Danau
Pasal 18
(1) Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang
perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan
kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal
serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
(2) Kegiatan angkutan sungai dan danau antara Negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik
Indonesia dan pemerintah negara tetangga yang bersangkutan.
(3) Angkutan sungai dan danau yang dilakukan antara dua negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera
Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.
(4) Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan secara terpadu
dengan memperhatikan intra-dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan
sistem transportasi nasional.
(5) Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan
trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur.
(6) Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali
mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal.
II-24 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Pasal 19
(1) Untuk menunjang usaha pokok dapat dilakukan kegiatan angkutan
sungai dan danau untuk kepentingan sendiri.
(2) Kegiatan angkutan sungai dan danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan
usaha dengan izin Pemerintah.
Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan sungai dan danau diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Angkutan Penyeberangan
Pasal 21
(1) Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan
usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal
berkewarganegaraan Indonesia.
(2) Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik
Indonesia dan pemerintah negara yang bersangkutan.
(3) Angkutan penyeberangan yang dilakukan antara dua negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera
Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.
Pasal 22
(1) Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta
api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya.
(2) Penetapan lintas angkutan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan;
II-25 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. fungsi sebagai jembatan;www.legalitas.org
c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan
antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan
pengangkutnya;
e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi
keterpaduan angkutan antar-dan intramoda.
(3) Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan
teratur.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan angkutan penyeberangan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Moda angkutan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai
prasarana utamanya namun perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah
Perhubungan, istilah perairan daratan didefinisikan sebagai semua perairan
danau, terusan dan sepanjang sungai dari hulu sampai dengan muara
sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan tentang wilayah
perairan daratan.
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang
terputus karena adanya perairan. Dalam bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan
istilah ferry transport. Lintas penyeberangan Merak – Bakauheni dan
Palembang – Bangka bahkan juga Inggris – Perancis adalah beberapa contoh
yang sudah dikenal masyarakat.
Jadi angkutan sungai dan danau serta angkutan penyeberangan adalah dua moda
angkutan yang berbeda. Kedua angkutan ini tidak dapat disamakan. Perbedaan
ini akan berbeda pula pada sarana (kapal) dan prasarananya (pelabuhan), dan
tentunya akan berbeda pula pada standar kualitas dan pelayanannya. Di
Indonesia, sebagai negara kepulauan, angkutan penyeberangan atau ferry
II-26 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
transport merupakan jembatan antar-pulau yang melintasi lautan. Oleh
karenanya, sarana prasarana angkutan penyeberangan lebih menyerupai sarana
prasarana angkutan pelayaran. Di dalam penelitian ini akan lebih banyak
menyoroti angkutan sungai danau yang berbeda dengan angkutan pelayaran.
Beberapa pengertian lain yang menyangkut transportasi Sungai Danau dalam
peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1) Angkutan Sungai dan Danau Untuk Kepentingan Sendiri adalah kegiatan
angkutan sungai dan danau yang dilakukan untuk melayani kepentingan
sendiri dalam menunjang usaha pokoknya (PP No. 22 tahun 2011).
2) Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan
menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa,
anjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau
hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan
danau.
3) Termasuk dalam perairan Indonesia adalah perairan daratan antara lain
sungai, danau, waduk, kanal, dan terusan (UU No. 17 tahun 2008,
Penjelasan Pasal 4).
4) Salah satu jenis angkutan di perairan adalah angkutan sungai dan danau
(UU No. 17 tahun 2008, Pasal 6 huruf b).
5) Yang dimaksud perairan sungai dan danau meliputi sungai, danau,
waduk, kanal, terusan, dan rawa. (UU No. 17 tahun 2008, penjelasan
Pasal 163 Ayat (3)).
6) Alur dan perlintasan sebagaimana diatur dalam pasal 187 UU No. 17
tahun 2008 tentang Pelayaran:
a) Pada alur-pelayaran sungai dan danau ditetapkan kriteria klasifikasi
alur.
b) Penetapan kriteria klasifikasi alur-pelayaran sungai dan danau
dilakukan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan teknis
dari Menteri yang terkait.
c)
II-27 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
4. Pengelompokan Angkutan Sungai.
Angkutan sungai dan danau dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai
berikut:
a. Muara sungai dan bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Seperti
yang terjadi di Palembang, Banjarmasin dan beberapa daerah daerah lain, di
mana kondisi perairan yang ada sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
sungai. Dapat digunakan oleh kapal-kapal atau pelayaran laut, sepanjang
kedalaman alur mencukupi. Cocok untuk angkutan barang curah serta peti
kemas.
b. Sungai besar yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, bisa dilayari kapal laut
sepanjang dilengkapi dengan pintu/ lock yang sesuai dengan ukuran kapal.
c. Perairan lebar atau danau yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, angkutan
dengan kapal khusus sungai, tongkang yang dilengkapi pintu/lock atau kolam
pemindahan kapal, sehingga bisa digunakan untuk angkutan peti kemas.
d. Terusan/ kanal sempit, merupakan alur pelayaran buatan digunakan untuk
angkutan ukuran kecil, tidak cocok untuk peti kemas.
Prinsipnya, semua perairan sungai, danau atau kanal, bisa dilayari oleh jenis
angkutan ini sepanjang kedalaman alur dan lebarnya memadai agar bisa
dikendalikan dengan baik. Di berbagai negara maju, jenis angkutan yang
digunakan dilengkapi kolam pemindahan kapal (lock) yang bisa mengendalikan
kedalaman alur pelayaran sungai dan danau, sehingga daerah yang bisa
dihubungkan dengan pelayaran perairan daratan menjadi lebih luas.
Di negara negara Eropa, jenis angkutan perairan daratan ini bisa dikembangkan
menjadi sub sistem transportasi yang terpadu. Berdasarkan pengalaman tersebut, di
Indonesia yang juga terdapat banyak sungai besar dan danau, jenis angkutan ini
perlu dikembangkan.
Tak hanya untuk angkutan barang dan penumpang, pelayaran perairan daratan juga
dapat dimanfatkan untuk berbagai tujuan. Misalnya untuk tujuan wisata air dengan
menelusuri sungai yang sangat diminati oleh wisatawan. Tak terkecuali untuk
berpetualang menikmati keindahan alam di daerah-daerah pedalaman.
II-28 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Namun selama ini, angkutan perairan daratan ini banyak dimanfaatkan untuk
angkutan barang seperti yang banyak dijumpai di Sungai Musi, Sungai Barito,
Sungai Kahayan, sungai Kapuas, Sungai Mahakam, Sungai Membramo, serta
sungai besar lainnya. Selain barang juga banyak digunakan untuk angkutan
penumpang.
5. Klasifikasi Terminal Penyeberangan.
Untuk kepentingan penyelenggaraan pelabuhan sungai, danau dan penyeberangan
ditetapkan klasifikasi pelabuhan. Klasifikasi pelabuhan ditetapkan dengan
memperhatikan:
a. fasilitas pelabuhan yang terdiri dan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang;
b. volume operasional pelabuhan;
c. peran dan fungsi pelabuhan.
Fasilitas pokok meliputi:
a. perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;
b. kolam pelabuhan;
c. fasilitas sandar kapal;
d. penimbangan muatan;
e. terminal penumpang;
f. akses penumpang dan barang ke dermaga;
g. perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa;
h. fasilitas penyimpanan bahan bakar (Bunker);
i. instalasi air, listrik dan komunikasi;
j. akses jalan dan atau rel kereta api;
k. fasilitas pemadam kebakaran;
l. tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.
Fasilitas penunjang meliputi:
a. kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa
kepelabuhanan;
II-29 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. tempat penampungan limbah;
c. fasilitas usaha yang menunjang kegiatan pelabuhan;
d. area pengembangan pelabuhan.
Klasifikasi angkutan penyeberangan menurut PP No. 61 Tahun 2009 ayat 1 point
13 dapat djelaskan:
Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kenderaan beserta muatannya.
Selanjutnya pada point 14 dapat diselaskan:
Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal
yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk
mengangkut penumpang dan atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan
angkutan sungai dan danau.
Selanjutnya dapat dijelaskan:
Pasal 6
(1) Jenis pelabuhan terdiri atas:
a. Pelabuhan laut; dan
b. Pelabuhan sungai dan danau
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) digunakan untuk
melayani:
a. Angkutan laut; dan/ atau
b. Angkutan penyeberangan
(3) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) secara hierarki
terdiri atas:
a. Pelabuhan utama
b. Pelabuhan pengumpul; dan
c. Pelabuhan pengumpan
(4) Kebijakan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan.
Kebijakan Transportasi Sungai Danau dan Penyeberangan sebagai berikut :
II-30 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
a. Memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana
serta pengelolaan angkutan SDP;
b. Meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang telah jenuh
dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antar moda dan kesinambungan
transportasi darat yang terputus di dalam pulau (sungai dan danau) dan antar
pulau;
c. Pengembangan pelayanan ASDP di Jawa dan Madura diarahkan untuk
mendukung pariwisata dan angkutan lokal pada lintas penyeberangan antar
provinsi antar pulau seperti: Merak - Bakauheni, Jakarta - Pangkal Pinang,
Semarang-Banjarmasin, Lamongan-Balikapapan, Lamongan-Makassar-Takalar
dan Ketapang-Gilimanuk.
d. Selain itu dilanjutkan dengan pengembangan lintas penyeberangan antar
Kabupaten/Kota;
e. Pengembangan ASDP di Bali dan Nusa Tenggara diarahkan untuk kegiatan
transportasi lokal dan menunjang pariwisata di danau Bedugul, Batur dan
Kelimutu; lintas penyeberangan antarnegara seperti Kupang-Dili, dan rencana
kajian untuk Kupang-Darwin, serta lintas penyeberangan antar provinsi antar
pulau menuju pulau Jawa dan pulau Sulawesi. Pengembangan lintas
penyeberangan antar Kabupaten/Kota diperlukan keterpaduantar moda dan
dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan permintaan pada jaringan
transportasi jalan;
f. Pengembangan ASDP di Kalimantan diarahkan pada jaringan transportasi
sungai untuk menjangkau seluruh daerah pedalaman dan terpencil yang
didominasi oleh perairan yang tersebar luas; jaringan transportasi pe-
nyeberangan pada lintas antar provinsi dan antar pulau terutama dengan pulau
Sulawesi, seperti Balikpapan-Mamuju, Nunukan-Manado, serta dengan pulau
Jawa dan Sumatera, dan perencanaan lintas internasional Tarakan-Nunukan-
Tawao;
II-31 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
g. Pengembangan ASDP di Sulawesi diarahkan pada jaringan transportasi danau
dengan prioritas tinggi di danau Tempe, danau Towuti, dan danau Matano; serta
pada lintas penyeberangan dalam provinsi dan antar provinsi;
h. Pengembangan ASDP di Maluku dan Papua diarahkan untuk meningkatkan
lintas antar provinsi dan antar kepulauan dalam provinsi;
i. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan ASDP dengan mengembangkan angkutan
sungai di Kalimantan, Sumatera dan Papua yang memiliki sungai cukup besar;
mengembangkan angkutan danau untuk menunjang program wisata;
meningkatkan pelayanan penyeberangan sebagai penghubung jalur jalan yang
terputus di perairan, terutama pada lintasan ASDP di Sabuk Selatan (Sumatera-
Jawa-Bali-NTB-NTT);
10) Mendorong peran serta pemerintah daerah dan swasta dalam penyelenggaraan
ASDP; mendorong penyelesaian revisi UU. No. 21 tahun 1992 tentang
Pelayaran serta peraturan pelaksanaannya; melaksanakan restrukturisasi
kelembagaan dalam moda ASDP, agar tercapai efisiensi, transparansi serta
meningkatkan peran swasta di bidang ASDP.
II. Penetapan terminal penyeberangan .
a. Penetapan Terminal Penyeberangan Kelas I
1) volume angkutan: penumpang > 2000 orang/hari dan kendaraan > 500
unit/hari;
2) frekuensi > 12 trip/hari;
3) dermaga > 1000 GRT;
4) waktu operasi > 12jam/hari;
5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:
perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;
kolam pelabuhan;
fasilitas sandar kapal;
fasilitas penimbangan muatan;
terminal penumpang;
II-32 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
akses penumpang dan barang ke dermaga;
perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan
jasa;
fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker);
instalasi air, listrik dan komunikasi;
akses jalan dan/atau rel kereta api;
fasilitas pemadam kebakaran;
tempat tunggu kendaraan bermotor sebelum naik ke kapal.
b. Penetapan terminal penyeberangan kelas II:
1) volume angkutan:penumpang : 1.000 – 2.000 orang/hari dan kendaraan :
250 – 500 unit/hari;
2) frekuensi 6 -12 trip/hari;
3) dermaga 500 – 1000 GRT;
4) waktu operasi 6 -12 jam/hari;
5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:
perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran;
kolam pelabuhan;
fasilitas sandar kapal;
fasilitas penimbangan muatan,
terminal penumpang;
akses penumpang dan barang ke dermaga;
perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan
jasa;
fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker).
c. Penetapan pelabuhan penyeberangan kelas III:
1) volume angkutan: penumpang < 1000 orang/hari; dan kendaraan < 250
unit/hari;
2) frekuensi < 6 trip/hari;
3) dermaga < 500 GRT;
4) waktu operasi < 6 jam/hari;
II-33 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
5) fasilitas pokok sekurang-kurangnya meliputi:
perairan tempat labuh termasuk alur pelayanan;
Kolam pelabuhan;
fasilitas sandar kapal;
fasilitas penimbangan muatan;
terminal
perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan
jasa.
III. Hirarki, Peran dan Fungsi Pelabuhan Penyeberangan.
Hirarki peran dan fungsi pelabuhan penyeberangan terdiri dari:
a. pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi/antar Negara;
b. pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota;
c. pelabuhan penyeberangan lintas dalam kabupaten/Kota;
Pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi dan antar Negara ditetapkan dengan
memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan nasional dan jalan
antar Negara.
Pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota ditetapkan dengan memperhatikan
fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan Propinsi.
Pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten/Kota ditetapkan dengan
memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan Kabupaten /Kota.
Pelabuhan sungai dan danau menurut peran dan fungsi terdiri dari:
1. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan antar propinsi;
2. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan antar kabupaten/Kota
dalam propinsi;
3. pelabuhan sungai dan danau yang melayani angkutan dalam Kabupaten/Kota.
D. PELAYANAN
1. Pelayanan
Menurut Hodges (dalam Sutarto, 2002:123) secara etimologis, kata pelayanan
berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani
II-34 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
kepentingan dan kemauan orang lain. Selanjutnya menurut Sinambela
(2007:5) dalam Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, dikatakan bahwa
pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian pelayanan yaitu :
Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan lembaga
atau aparat pemerintah maupun swasta.
Objek yang dilayani adalah masyarakat (publik) berdasarkan
kebutuhannya
Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa
Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya.
Menurut Komaruddin (1993:448), bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas
kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan
untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen. Lebih jauh
dikemukakan oleh Daviddow dan Uttal (dalam Lukman, 2001:5) bahwa
pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertingi kepuasan pelanggan
(whatever enhances customer satisfaction). Pendapat tersebut dipertegas oleh
Sianipar (1999:4), bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani,
membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan
seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang
terdiri dari individu, golongan, dan organisasi (sekelompok orang anggota
organisasi).
Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal
menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelayanan publik harus memperoleh
perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh karena merupakan tugas
dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur pemerintah. Tingkat kualitas
kinerja pelayanan publik memiliki dampak yang luas dalam berbagai aspek
kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, upaya penyempurnaan pelayanan publik harus dilakukan secara
II-35 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
terus menerus dan berkelanjutan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran
aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.
2. Kualitas.
Istilah kualitas menurut Crosby (dalam Nasution, 2001:16) merupakan
Conformance to Requirement, yaitu sesuai dengan yang di syaratkan atau di
standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk. Menurut Deming (dalam Nasution,
2001:16) kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan sepenuhnya. Suatu
produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya
pada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas
suatu produk.
Dalam pandangan lain, Tjiptono (1996:51) mengemukakan konsep
kualitas sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk yang terdiri atas kualitas
desain dan kualitas kesesuaian yang memuaskan konsumen. Tjiptono
(1997:129) berpendapat bahwa keunggulan suatu produk jasa adalah
tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut,
apakah sudah sesuai dengan harapan konsumen sebab kepuasan konsumen
sangat tergantung pada kualitas suatu produk serta kualitas pelayanan yang
diberikan oleh pengelolanya-Garvin (dalam Nasution, 2001:16) mengatakan
bahwa kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa
manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Dengan demikian mutu
adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan pelayanan yang lebih baik,
lebih murah, lebih cepat, lengkap dan tuntas. Dengan kata lain jika suatu
produk, jasa atau proses yang dihasilkan tidak memenuhi harapan pelanggan
berarti produk, jasa atau proses itu kurang bermutu. Maka pelayanan kepada
pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan. Sejalan dengan itu dikatakan pula bahwa pengertian mutu dapat
diartikan sebagai hasil kinerja untuk suatu proses pekerjaan yang sesuai
standar sebagaimana diharapkan oleh pelanggan.
II-36 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Eduarson (dalam Tjiptono, 1997:53) menyatakan bahwa kualitas lebih
menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan. Kualitas memiliki
hubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan memberikan suatu
dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat
dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan
perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta
kebutuhan mereka.
3. Kualitas Pelayanan
Menurut Sianipar (1999:32) kualitas pelayanan difokuskan kepada cara
penyerahan dan pada saat penggunaan sejauhmana dapat memenuhi
ketentuan-ketentuan dasar desain atau kesepakatan serta waktu pemeliharaan
dan perbaikan. Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk
mengimbangi harapan pelanggan.
Menurut Wyekof (dalam Tjiptono, 1997:59) kualitas jasa atau pelayanan
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain
ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan
yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.Dengan
memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian
antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik
menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang
bertugas melayani masyarakat.
Kualitas Pelayanan merupakan penilaian atas sejauhmana suatu jasa sesuai
dengan apa yang seharusnya diberikan atau disampaikan (Tjiptono, 1997:45).
Lebih lanjut Tjiptono (1997:45) mengatakan bahwa kualitas diukur melalui
penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap kualitas
pelayanan sebuah organisasi. Kualitas pelayanan merupakan salah satu
indikator dalam mengukur efektifitas kinerja organisasi baik swasta maupun
publik.
II-37 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Menurut Vincent Gasperz (dalam Sianipar, 1999:18-19) ada 10 (sepuluh)
dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa pelayanan :
a. Kepastian waktu pelayanan. Ketepatan waktu yang diharapkan berkaitan
dengan waktu proses atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan,
pemberian jaminan atau garansi dan menanggapi keluhan.
b. Akurasi pelayanan. Hal ini berkaitan dengan realibilitas pelayanan, bebas
dari kesalahan.
c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Personil yang
berada pada garis depan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan
eksternal harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan
yang tercermin melalui penampilan pribadi, bahasa tubuh, tutur kata, dan
sopan santun.
d. Tanggung jawab. Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau
permintaan dan penanganan keluhan masyarakat.
e. Kelengkapan. Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup pelayanan,
ketersediaan prasarana pendukung dan pelayanan komplementer.
f. Kemudahan mendapatkan pelayanan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya
outlet petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.
g. Variasi model pelayanan. Hal ini berkaitan dengan inovasi untuk
memberikan pola-pola baru pelayanan.
h. Pelayanan pribadi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan dalam
memberikan dan menanggapi kebutuhan khas.
i. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Kenyamanan memperoleh
pelayanan berkaitan dengan tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan
data dan petunjuk.
j. Atribut pendukung pelayanan.
Moenir (2000:47), mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan
dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Dalam hal ini perannya
akan lebih besar dan bersifat menentukan manakala dalam kegiatan-kegiatan
jasa di masyarakat terdapat kompetisi atau persaingan dalam usaha merebut
II-38 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
pelanggan. Garvin (dalam Nasution, 2001:17) mengemukakan 5 (lima) macam
perspektif yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk :
1) Transcendental Approach, dalam pendekatan ini kualitas dapat dirasakan
atau diketahui, tetapi sulit untuk dioperasionalisasikan. Sudut pandang ini
biasanya diterapkan dalam dunia seni.
2) Product - Based Approach, menganggap bahwa kualitas sebagai
karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur
3) User - Based Approach, didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas
paling tinggi.
4) Manufacturing - Based Approach, memperhatikan praktek - praktek
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai
kesesuaian atau sama dengan persyaratan.
5) Value - Based Approach, memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif sehingga produk yang
memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai.
Akan tetapi, yang paling bernilai adalah barang dan jasa yang tepat dibeli.
Christoper (dalam Sianipar, 1999:6) mengatakan pelayanan pelanggan
(masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan) yang berkesinambungan antara
waktu pemesanan dan waktu barang dan jasa diterima, digunakan dengan tujuan
memuaskan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang.
Menurut Granroos (dalam Sutopo, 2002:11) ada 6 (enam) kriteria untuk menilai
kualitas pelayanan yang baik, yaitu :
a. Profesionalisme dan Keterampilan.
Para pelanggan menyadari bahwa pemberi pelayanan dan para petugas
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah secara profesionalisme.
II-39 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. Sikap dan Perilaku
Para pelanggan merasakan bahwa para petugas pelayanan memperhatikan dan
tertarik untuk memecahkan masalah secara spontan dan ramah.
c. Aksesibilitas dan Fleksibilitas
Para pelanggan merasakan bahwa pemberi pelayanan, lokasinya, waktu,
kegiatan para pegawai dan sistem operasionalnya dirancang dan beroperasi
dengan baik, sehingga mudah memiliki akses kepada konsumen, dan
kesemuanya dipersiapkan agar sesuai dengan permintaan dan keinginan
pelanggan.
d. Reliabilitas dan Kepercayaan
Para pelanggan mengetahui bahwa mereka mempercayai pemberi pelayanan,
para petugas pelayanan akan menepati janjinya dan melakukan pekerjaannya
dengan sepenuh hati.
e. Perbaikan
Para pelanggan menyadari apabila ada kesalahan, dan terjadi hal-hal tidak
diperhitungkan sebelumnya, maka pihak pemberi pelayanan akan segera
mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan.
f. Reputasi dan Kredibilitas
Para pelanggan percaya bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan para pemberi
pelayanan dapat dipercaya dan berusaha memiliki kinerja yang baik.
Jika suatu organisasi ingin berkualitas, maka apa yang ingin dilakukan oleh
sebuah organisasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan anggota organisasinya
dan masyarakat luas sebagai pengguna jasa. Apa yang menjadi tujuan, minat,
dari karyawan dan apa yang masyarakat inginkan seharusnya merupakan
feedback pada sebuah organisasi.
Dimensi-dimensi jasa yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi
jasa, seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (dalam
Nasution 2001:18) adalah sebagai berikut:
a. Bukti langsung (Tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
II-40 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
b. Keandalan (Reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang
c. dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
d. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
e. Jaminan (Assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-
raguan.
f. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Kualitas menurut Kottler harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir
pada persepsi pelanggan (dalam Tjiptono 1997:61) hal ini berarti bahwa citra
kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak
penyedia jasa, melainkan sudut pandang atau persepsi pelanggan.
Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan sehingga
merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Sebagai pihak yang
ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan maka perwujudan
pelayanan menurut Moenir (2000:41) yang didambakan adalah :
a. Adanya kemudahan dalam kepentingan dan pelayanan yang cepat dalam
arti tanpa hambatan yang kadang-kadang dibuat-buat.
b. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran, atau kata-kata
lain yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu baik dengan alasan
untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan.
c. Mendapat perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan
yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.
d. Pelayanan yang jujur. Terus terang apabila ada hambatan karena sesuatu
masalah yang tidak dapat dihindarkan hendaknya diberitahukan sehingga
orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu.
II-41 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
E. KAJIAN SEBELUMNYA
Mendukung Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan
Penyeberangan Dalam Mendukung Pariwisata”, diperlukan referensi
berupa kajian-kajian sebelumnya yang berkaitan dengan pelayanan ASDP
dalam mendukung pariwisata. Tim konsultan mencoba mengambil beberapa
kajian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam studi ini. Kajian dimaksud
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penelitian Kajian Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan
Pada Kawasan Pariwisata (2008).
Penelitian ini dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Transportasi
Sungai Danau dan Penyeberangan, Direktorat Lalu Lintas Dan Angkutan
Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat pada tahun 2008, bertujuan untuk:
a. Mengetahui kondisi angkutan penyeberangan yang terdapat pada
kawasan pariwisata.
b. Menilai tingkat kepuasan dan kebutuhan konsumen terhadap pelayanan
angkutan penyeberangan pada kawasan pariwisata.
c. Menilai potensi pengembangan lintas penyeberangan dalam
mendukung kegiatan pariwisata.
d. Menyusun langkah akademik (konstruksi) standar pelayanan minimal
angkutan penyeberangan pada kawasan pariwisata.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis
perundangan dan ruang lingkup Penelitian Kajian Pelayanan Minimal
Angkutan Penyeberangan Pada Kawasan Pariwisata, maka dapat
disimpulkan bahwa penting dan urgent untuk segera dilakukan melalui
penerbitan Peraturan Menteri Perhubungan yang akan menjadi landasan
hukum bagi pelaksanaannya dilapangan. Isi peraturan Menteri tersebut
dapat mengacu pada materi yang terkandung didalam ruang lingkup
naskah akademik yang penyusunannya sudah didasarkan pada analisis
perundangan, analisis konsepsional dan analisis hasil survey lapangan.
II-42 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
Rekomendasi dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis
perundangan dan ruang lingkup Penelitian Kajian Pelayanan Minimal
Angkutan Penyeberangan Pada Kawasan Pariwisata, maka dapat
direkomendasikan Penerbitan Peraturan Menteri Perhubungan tentang
standar pelayanan minimal angkutan penyeberangan pada kawasan wisata
perlu dilakukan setelah melalui proses public hearing dengan penyedia
jasa angkutan penyeberangan dikawasan wisata, pengelola objek wisata,
dan Dinas Pemerintah Daerah setempat. Selain itu juga dapat ditempuh
melalui sosialisasi yang intensif perihal perlunya Standar Pelayanan
Minimal ini bagi kemajuan layanan angkutan penyeberangan, kemajuan
pariwisata daerah, yang pada akhirnya berimplikasi pada perbaikan
kesejahteraan seluruh stakeholder angkutan dan pariwisata di Indonesia.
2. Penelitian Pra Studi Kelayakan Lintas Penyeberangan Kepulauan
Kangean – Bali Utara (2010).
Penelitian ini dilakukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Transportasi
Sungai Danau dan Penyeberangan, Direktorat Lalu Lintas Dan Angkutan
Sungai, Danau, Dan Penyeberangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
pada tahun 2010. Output yang dihasilkan dari prastudi ini antara lain:
a. Penetapan Kriteria Lintas Penyeberangan
Dalam menetapkan lintas penyeberangan, terlebih dahulu perlu dilihat
definisi dari angkutan penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan jaringan jalan dana atau jaringan jalur kereta api
yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kenderaan beserta muatannya (PP No. 22 Th 2011 Tentang Angkutan
di Perairan).
Penetapan lintas penyeberangan dilakukan dengan memperhatikan
pengembangan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api yang
telah ada maupun yang direncanakan dan tersusun dalam satu kesatuan
tatanan transportasi nasional. Lintas penyeberangan berfungsi untuk
menghubungkan simpul pada jaringan jalan dan atau jaringan jalur
II-43 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
kereta api. (Permen No. KM 26 Tahun 2012 Tentang Angkutan
Penyeberangan). Dalam menetapkan lintas penyeberangan perlu
ditetapkan terlebih dahulu kriteria penilaian yang digunakan dalam
kajian ini antara lain:
1) Apakah dipergerakan asal tujuan perjalanan pelayaran termasuk
kedalam lintas penyeberangan eksisting.
2) Apakah dipergerakan asal tujuan merupakan pergerakan yang
terjadi pada jaringan jalan dan atau jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan.
3) Apakah dilokasi asal tujuan terdapat pelabuhan.
4) Apakah pengembangan asal tujuan sesuai dengan dokumen
perencanaan di pusat, propinsi, dan kabupaten.
5) Apakah pengembangan asal tujuan sesuai dan termasuk kedalam
rencana pengembangan penyeberangan dalam cetak biru
transportasi penyeberangan.
6) Apakah dipergerakan asal tujuan perjalanan memiliki kebutuhan
akan angkutan penyeberangan (potential demand).
b. Perkiraan kebutuhan trip perjalanan
Dalam menghitung perkiraan trip perjalanan digunakan pendekatan
penggunaan beberapa alternatif sarana kapal termasuk kapasitas kapal.
Alternatif penggunaan kapal penyeberangan cukup banyak dan
disesuaikan kebutuhan dengan mempertimbangkan beberapa aspek
potensi demand, aspek alur pelayaran, aspek keselamatan, dan aspek
ekonomis. Dengan menggunakan alternatif penggunaan kapal
penyeberangan dengan mempertimbangkan potensi demand penumpang
diatas, selanjutnya dapat diperoleh perkiraan trip perjalanan pada
masing-masing usulan lintas penyeberangan.
c. Perkiraan kebutuhan sarana kapal penyeberangan
Sebagaimana disampaikan diatas, alternatif penggunaan sarana kapal
penyeberangan cukup banyak. Dengan menggunakan alternatif
penggunaan kapal penyeberangan dan dengan mempertimbangkan
II-44 Studi Peningkatan Pelayanan Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Dalam Mendukung Pariwisata
potensi demand penumpang selanjutnya dapat diperoleh perkiraan
kebutuhan sarana kapal penyeberangan pada masing-masing usulan
lintas penyeberangan.
d. Kebutuhan pelabuhan penyeberangan
Kebutuhan pelabuhan penyeberangan dilakukan berdasarkan kriteria
lokasi pelabuhan penyeberangan yaitu:
1) Sesuai dengan RTRW Nasional, propinsi, kabupaten/ kota.
2) Sesuai potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah.
3) Potensi sumber daya alam.
4) Perkembangan lingkungan strategi baik nasional maupun
nasional.
5) Keterpaduan intra dan antar moda.
6) Adanya aksesibilitas terhadap hinterland.
7) Untuk pelabuhan utama berpedoman pada pada jaringan jalan
nasional dan jalur kereta api nasional.
8) Untuk pelabuhan pengumpul berpedoman pada pada jaringan
jalan nasional dan jalur kereta api nasional.
9) Untuk pelabuhan pengumpan regional berpedoman pada pada
jaringan jalan propinsi dan jalur kereta api propinsi.
10) Untuk pelabuhan pengumpan lokal berpedoman pada pada
jaringan jalan kabupaten/ kota dan jalur kereta api kabupaten/
kota.