Upload
dangkhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang Konsep The Nine
Golden Habits, Konsep Motivasi Kerja, Konsep Kinerja, Kerangka Berpikir dan
Hipotesis.
A. KONSEP THE NINE GOLDEN HABITS
1. Pengertian
Misi Muhammadiyah sebagaimana ditulis dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Dalam
Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, misi tersebut diaktualisasikan
dengan cara : (1) menegakkan Tauhid yang murni berdasar Al-Qur’an dan As-
Sunnah ; (2) menyebarluaskan dan memajukan Ajaran Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahihah/ maqbulah ; (3) mewujudkan
Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Misi tersebut
merupakan langkah-langkah untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita
Muhammadiyah, yaitu “Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
(Muktamar Muhammadiyah ke-46, 2010)
Dalam rangka untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya itu, maka yang harus diwujudkan terlebih dahulu adalah
terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Pribadi muslim yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
sebenar-benarnya adalah pribadi yang bertauhid murni, bebas dari gejala-gejala
kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, serta pribadi yang selalu meneladani seluruh
segi kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, pribadi terbaik sepanjang jaman
(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).
Usaha untuk mewujudkan diri menjadi pribadi muslim yang sebenar-
benarnya tidak dapat dilakukan dengan cara instan. Dalam usaha ini, seseorang
harus melaksanakan upaya-upaya pembenahan diri secara terus-menerus. Karena
itu, prosesnya sangatlah panjang. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan
pribadi muslim yang sebenar-benarnya adalah keberhasilan seseorang dalam
membiasakan amalan-amalan yang melekat pada dirinya sehingga menjadi ciri-
ciri atau identitas pribadinya.
Hanya saja, dengan tanpa disadari, kita telah banyak melewatkan waktu-
waktu berharga untuk menjalani kebiasaan-kebiasaan positif setiap hari. Padahal,
kebiasaan merupakan aktivitas yang dilakukan berulang-ulang sehingga pusat
kendalinya bergeser dari otak sadar ke bawah sadar. Aktivitas yang berada dalam
kendali otak sadar perlu energi yang lebih besar. Sedangkan, aktivitas yang berada
dalam kendali otak bawah sadar lebih ringan melakukannya dan energi yang
diperlukannya juga lebih sedikit (Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).
Bagaimanapun, kepribadian dan kualitas diri seseorang dibentuk oleh
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Apabila kebiasaan-kebiasaan seseorang
itu terbentuk oleh lingkungan di mana ia berada, maka secara otomatis ia
membentuk dirinya sebagaimana kebanyakan orang-orang yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lingkungannya. Tentu sangatlah beruntung apabila ia berada di tengah-tengah
orang-orang shaleh. Sebab, ia dapat memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi
ciri-ciri orang shaleh. Namun, apabila ia berada di lingkungan orang-orang yang
kurang peduli kepada tuntunan agama, maka kebiasaan yang akan terbangun tentu
juga akan jauh dari tuntunan agama.
Terkait dengan hal itu, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
menerbitkan Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang didalamnya
terdapat konsep The Nine Golden Habits sebagai upaya untuk merealisasikan
terbentuknya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dalam rangka mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang merupakan tujuan dan cita-cita
dari Muhammadiyah.
Habits atau kebiasaan adalah perbuatan yang telah dilakukan berulang-
ulang dan terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga melakukannya tanpa
dipikir-pikir lagi. Imej tentang seseorang ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaannya.
The Nine Golden Habits adalah pedoman pelaksanaan amalan-amalan
Islami yang berisi sembilan kebiasaan-kebiasaan pokok dalam rangka
mewujudkan pribadi muslim yang sebenar-benarnya. Keberhasilan dalam
melaksanakan kesembilan kebiasaan-kebiasaan tersebut, merupakan tonggak
penting dalam meringankan langkah melaksanakan amalan-amalan Islami lainnya
(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).
Kesembilan kebiasaan-kebiasan tersebut adalah: pertama, Kebiasaan
Shalat ; membiasakan untuk ; (a) Shalat wajib di awal waktu dan berjamaah di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
masjid diiringi shalat sunnah Rawatib; (b) Shalat Tahajud (qiyamulllail) di setiap
sepertiga malam terakhir; dan (c) Shalat Dhuha setiap pagi.
Kedua, Kebiasaan Puasa ; di samping melaksanakan puasa Ramadhan juga
membiasakan berpuasa Sunnah (puasa tiap hari Senin dan Kamis atau puasa tiap
tanggal 13, 14 dan 15 bulan qomariyah/ puasa Ayyaumul bid atau puasa seperti
puasanya Nabi Dawud, dan puasa-puasa sunnah yang lainnya).
Ketiga, Kebiasaan berzakat, infaq dan shadaqah (ZIS) ; membiasakan
mengeluarkan lebih dari 2,5% dari total pendapatan untuk ZIS. Diupayakan setiap
hari ber-Infaq seberapapun besarnya, sehingga tertanam jiwa suka ber-Infaq
(Ruhul Infaq).
Keempat, Kebiasaan membaca Al-Qur’an ; membiasakan membaca Al-
Qur’an pada waktu-waktu tertentu, misalnya: sehabis maghrib, menjelang subuh,
ba’da shubuh dan diwaktu-waktu lain, serta berusaha mengkhatamkannya
minimal 1 kali dalam sebulan. Disamping itu juga memahami arti/makna dan
tafsir yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
Kelima, Kebiasaan membaca kitab/ buku ; dibiasakan setiap hari membaca
kitab-kitab termasuk hadits-hadits Nabi, buku-buku yang bermanfa’at, buku
motivasi, iptek, sejarah, ketrampilan, dll, minimal 1 jam setiap hari.
Keenam, Kebiasaan beradab Islami dalam setiap aktivitas yang dilakukan ;
Adab bicara, makan/minum, berpakaian, tidur. Adab terhadap masjid, terhadap
rumah. Adab terhadap orang tua. Adab bertemu dengan teman dan orang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bersilaturrahim, dan mengunjungi orang sakit. Adab bersin, menguap, buang
hajat, dan adab-adab Islami yang lainnya.
Ketujuh, Kebiasaan mengaji dan berada dalam komunitas orang shaleh ;
membiasakan untuk mengikuti kajian-kajian al-Islam minimal sekali dalam
seminggu dan berkumpul dengan orang-orang yang shaleh.
Kedelapan, Kebiasaan beroganisasi kemasyarakatan dan sosial ;
membiasakan untuk aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang
memberikan kemanfaatan bagi orang lain dan bernilai Ibadah, misalnya; aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, kegiatan-kegiatan di lingkungan
tempat tinggal yang tujuannya untuk kebaikan bersama.
Kesembilan, Kebiasaan berpikir positif dan murah senyum ; membiasakan
untuk senantiasa berkhusnudzon terhadap orang lain, tidak berbicara atau
mendengarkan tentang aib dan keburukan sesama muslim, tidak mudah marah
atau mampu menahan marah, tidak mudah menyalahkan orang lain, memaklumi
dan mema’afkan kesalahan orang lain, menghilangkan sifat iri, dengki, hasut, dll
(Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, 2012).
Proses pembimbingan dilakukan dengan menjadikan sembilan kebiasaan
tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian pegawai dengan dijadikan sebagai
indikator kedisiplinan, penilaian condite dan prestasi pegawai.
Peraturan kepegawaian hendaknya memberikan ruang, memotivasi, dan
mengapresiasi pelaksanaannya dengan baik. Insya Allah, setiap pegawai
AUMKES bergerak menuju pribadi muslim yang sebenar-benarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Penilaian (Assesment)
Penilaian (Assesment) diperlukan untuk menilai seberapa jauh pembiasaan
terjadi, sehingga memungkinkan dilaksanakan intervensi yang dapat membantu
proses pembiasaan. Penilaian (Assesment) dilakukan oleh masing-masing
pegawai, didata, direkap, dan dievaluasi oleh bagian Binroh.
Setiap pegawai melakukan penilaian diri (self assesment) secara periodik.
Berikut ini contoh Skala Penilaian Diri (Self Assesment) The Nine Golden Habits
menurut Buku Pedoman Sistematisasi Dakwah AUMKES yang diterbitkan oleh
Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Skala Penilaian The Nine Golden Habits
a. Kebiasaan Pertama ; Shalat fardhu di awal waktu, berjama’ah
Shalat Tathawwu’ :
1) Shalat fardhu diawal waktu :
(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu
2) Shalat fardhu berjama’ah :
(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu
3) Shalat fardhu berjama’ah di Masjid hari ini :
(0) Tidak ada (5) ≤ 3 Shalat fardhu (10) 5 Shalat fardhu
4) Shalat Tahajud hari ini :
(0) Tidak Melaksanakan (10) Melaksanakan
5) Shalat Dhuha hari ini :
(0) Tidak Melaksanakan (10) Melaksanakan
6) Shalat Rawatib hari ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(0) Tidak (5) Melakukan ≤ 3 kali (10) Melakukan semuanya
b. Kebiasaan Kedua : Berpuasa Sunnah
1) Bagi yang memilih 3 hari dalam sebulan (Ayyaumul bid) ; diisi
pada hari-hari yang dijadwalkan puasa :
(0) Tidak (10) Ya
2) Bagi yang memilih puasa hari Senin dan Kamis ; diisi hanya
pada hari Senin dan Kamis :
(0) Tidak (10) Ya
3) Bagi yang memilih seperti puasanya Nabi Daud ; diisi setiap 2
hari sekali :
(0) Tidak (10) Ya
c. Kebiasaan Ketiga : Ber-ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) ; > 2,5%
(0) Tidak Melakukan (10) Melakukan ≥ 2,5%
d. Kebiasaan Keempat : Beradab Islami
Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut :
(0) Bila tak satupun pernyataan tersebut terpenuhi ;
(5) Bila ≤ 3 pernyataan terpenuhi ;
(10) Bila 5 pernyataan terpenuhi semua ;
1) Adab Bicara :
a) Tidak berbohong
b) Tidak menggunjing
c) Tidak berkata kotor atau mencaci atau melaknat
d) Tidak bermuka masam atau cemberut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
e) Tidak bertele‐tele atau mengobrolkan yang tidak perlu
2) Adab Makan :
a) Tidak lupa membaca Basmalah ketika mulai dan berdoa
setelah selesai
b) Tidak pernah dengan tangan kiri
c) Tidak pernah mencacat makanan
d) Tidak pernah menyisakan makanan
e) Tidak pernah sampai kekenyangan
3) Adab Tidur :
a) Berwudhu sebelum tidur
b) Membersihkan tempat tidur
c) Membaca beberapa ayat Al‐Qur’an
d) Berdoa dan berdzikir sebelum tidur
e) Berdoa ketika bangun tidur
4) Adab Berpakaian :
a) Tidak pernah terbuka aurat ketika di luar rumah atau
bertemu dengan bukan muhrim
b) Tidak menyerupai lawan jenis
c) Tidak pernah memakai dari bagian kiri terlebih dahulu atau
melepas dari bagian kanan
d) Tampil rapi
e) Tidak mengeluarkan bau tak sedap
5) Adab Bersin dan Menguap :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Tidak pernah lupa mengucap Alhamdulillah ketika bersin
b) Tidak pernah lupa mendoakan orang di dekatnya yang
bersin dan mengucap Yarhamkumullah
c) Tidak pernah membiarkan diri menguap tanpa menutup
dengan tangan
d) Berusaha menahan menguap
6) Adab Buang Hajat :
a) Tidak pernah di tempat sembarangan
b) Tidak menghadap kiblat
c) Berdoa ketika masuk dan keluar WC
d) Selalu melangkahkan kaki kiri ketika masuk WC dan kaki
kanan ketika keluar WC
e) Memegang kemaluan dan beristinjak dengan tangan kiri
7) Adab Terhadap Orang Tua :
a) Tidak membentak keduanya
b) Tidak bicara kotor atau mencaci keduanya
c) Tidak menolak panggilan dan permintaan keduanya, kecuali
ajakan syirik
d) Mengunjungi keduanya
e) Berdoa bagi keduanya
8) Adab Terhadap Tetangga :
a) Saling membantu dalam kebaikan
b) Memberikan hadiah (makanan/ yang lainnya)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c) Selalu menjaga hubungan baik
d) Memberikan pertolongan kalau ada kesulitan
e) Saling berkunjung
9) Adab Terhadap Rumah :
a) Setiap masuk mengucap salam
b) Masuk dengan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri
c) Selalu meminta ijin bila masuk bukan kamarnya
d) Selalu menjaga kebersihan kamar
e) Berpamitan dengan penghuni rumah lainnya bila mau pergi
10) Adab Terhadap Masjid :
a) Bersegera ke Masjid ketika waktu shalat tiba
b) Tidak lupa berdoa dalam perjalanan menuju, masuk dan
keluar Masjid
c) Tidak lupa Shalat Tahiyatul Masjid ketika memasukinya
d) Berbaju bagus dan tidak menimbulkan bau tak sedap
e) Selalu menempati shaf sesuai aturan
11) Adab Bepergian :
a) Tidak lupa pamitan dengan anggota keluarga
b) Tidak lupa berdo’a ketika naik kendaraan dan duduk di
tempat yang sesuai
c) Berdzikir selama dalam perjalanan
d) Tidak mengambil atau mengganggu hak orang lain selama
perjalanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e) Tidak bebergian untuk kesia‐siaan atau maksiat
12) Adab Bertemu :
a) Mengucap salam setiap bertemu
b) Menjawab setiap salam yang diberikan
c) Selalu tersenyum
d) Berjabat tangan kepada sesama jenis dan muhrim
e) Memberikan penghormatan
13) Adab Bertamu : (diisi pada hari bertamu) ;
a) Mengucapkan salam
b) Masuk setelah dipersilahkan
c) Menikmati hidangan yang disajikan
d) Berdo’a untuk tuan rumah
e) Berpamitan segera setelah urusannya selesai
14) Adab Menerima Tamu : (diisi pada hari ada tamu ke rumah) ;
a) Menjawab salam
b) Menyambut dengan ramah
c) Menjamu
d) Mendahulukan yang tua ketika menjamu
e) Mengiringi tamu ketika pulang
15) Adab Dalam Majlis : (diisi pada hari menghadiri majlis) ;
a) Mengucapkan salam ketika datang
b) Menempati tempat duduk yang sesuai atau disediakan
untuknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Menyimak pembicaraan dalam majlis
d) Berbicara dengan seijin pimpinan majlis
e) Tidak melakukan sesuatu yang mengganggu kehidmatan
majlis
16) Adab Menjenguk Orang Sakit: (diisi pada hari menjenguk orang sakit)
a) Mengucap salam
b) Menggembirakan si sakit dan keluarganya
c) Mendo’akan si sakit
d) Memberikan bantuan
e) Tidak berlama‐lama
e. Kebiasaan Kelima : Membaca Al‐Qur’an
1) Membaca Al‐Qur’an ;
(0) Tidak (5) Membaca < 1 juz (10) Membaca ≥ 1 juz
2) Membaca Tarjamah atau Tafsir Al‐Qur’an ;
(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit
f. Kebiasaan Keenam : Membaca Kitab dan Buku Bermanfaat
1) Membaca Tuntunan Islam (Kitab-kitab, Al-Hadits)
(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit
2) Membaca Buku Positif (Motivasi, Sejarah, Ilmu Pengetahuan, dll)
(0) Tidak (5) Membaca < 30 menit (10) Membaca ≥ 30 menit
g. Kebiasaan Ketujuh : Pengajian
1) Mengikuti Pengajian Pegawai Berkala ;
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Mengikuti Pengajian Anggota Berkala di ranting/ cabangnya ;
(di isi pada hari sesuai jadwal pengajian)
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
3) Mengikuti Pengajian Umum Berkala ;
(diisi pada hari sesuai jadwal pengajian)
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
4) Mengikuti Pengajian Akbar PDM/ PWM ;
(diisi pada hari sesuai jadwal pengajian akbar)
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
h. Kebiasaan Kedelapan : Berjama’ah dan Berorganisasi
1) Mengikuti kegiatan Jama’ah Muhammadiyah di ranting/ cabang
di luar pengajian ;
(diisi pada hari sesuai jadwal kegiatan)
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
2) Mengikuti rapat Muhammadiyah (pimpinan, majelis, ortom, panitia) ;
(diisi pada hari sesuai jadwal rapat)
(0) Tidak mengikuti (10) Mengikuti
i. Kebiasaan Kesembilan : Berpikir Positif
1) Tidak sekalipun berbicara atau mendengarkan tentang aib atau
keburukan sesama muslim
2) Tidak sekalipun menyalahkan orang lain
3) Tidak sekalipun melampiaskan kemarahan kepada orang lain dengan
kata‐kata kotor dan perbuatan yang tak layak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain yang dilakukan
terhadap anda
5) Menilai setiap peristiwa yang dihadapi dari sisi positif ; yakni
bersyukur bila peristiwanya menyenangkan dan bersabar bila
peristiwanya tidak menyenangkan
6) Mampu menahan marah
Scoring dilakukan dengan mengisi sebagai berikut :
(0) Tidak ada satupun pernyataan tersebut di atas terpenuhi
(5) Bila ≤ 3 pernyataan tersebut terpenuhi
(10) Bila semua pernyataan tersebut terpenuhi
Petunjuk Pengisian :
a. Mengisi evaluasi diri setiap hari sebelum tidur malam
b. Isilah setiap amalan dengan skor 0 – 10 sesuai dengan yang
dilakukan sebagai berikut ;
1) Amalan shalat, adab Islami, tilawah Al-Qur’an, membaca, dan
berpikir positif diisi setiap malam
2) Amalan puasa, ZIS, pengajian, berjama’ah/ berorganisasi diisi sesuai hari/
jadwal pelaksanaaan
c. Jumlahkan skor masing‐masing item amalan pada setiap akhir bulan.
d. Hitung rerata ;
( Σ Score ) ________________________________________________
Σ frekwensi hari yang harus melaksanakan dalam sebulan
Nilai rerata ideal adalah : 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Profil Perawat Muslim yang Sebenar‐Benarnya
a. Menjadi Pribadi Muslim yang sebenarbenarnya adalah impian hidupnya.
Pribadi Muslim yang sebenar-benarnya dapat digambarkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Bidang Aqidah
a) Bertauhid murni (Misi Muhammadiyah), bebas dari gejala-gejala
kemusyrikan, bid’ah, dan khurafat (MKCH/ Matan Keyakinan dan
Cita-cita Hidup warga Muhammadiyah).
b) Yakin bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada
para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah
dan rahmat Allah kepada ummat manusia sepanjang masa dan
menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan
ukhrawi (MKCH).
c) Yakin bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
adalah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-Qur’an dan yang
tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah,
larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hamba-
Nya di dunia dan akhirat (Penjelasan Muqaddimah AD
Muhammadiyah).
d) Yakin bahwa hanya hukum Allah yang sebenar-benarnya dan satu-
satunya yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi
utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (masyarakat) dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menuju hidup bahagia dan sejahtera yang hakiki, di dunia dan
akhirat (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah).
e) Menjadikan seluruh hidup dan kehidupannya semata-mata untuk
beribadah kepada Allah (beramal shaleh) guna mendapatkan
keridhaan-Nya (Penjelasan Muqaddimah AD Muhammadiyah)
2) Bidang Akhlak
a) Berakhlak mulia, meneladani Nabi Muhammad SAW: jujur, amanah,
istiqamah, memiliki iffah, berani, tawadhu’, malu, sabar, pema’af,
dermawan, dan sifat-sifat mulia lainnya.
b) Meninggalkan akhlak buruk seperti dusta, khianat, mudah tergoda, tak
punya harga diri, malas, penakut, takabur, pemarah, pendendam,
kikir, dan akhlak buruk lainnya.
c) Melaksanakan birrul walidain (berbakti kepada orang tua), berbuat
baik kepada orang lain, suka menolong dan memuliakan orang lain.
d) Melaksanakan adab Islami dalam setiap langkah kegiatannya: ketika
bicara, menyampaikan salam, berjumpa, bertamu dan menjamu,
bepergian, di jalan, ke masjid, menjenguk orang sakit, dalam majlis,
makan minum, tidur, berpakaian, bersin dan menguap, bergaul,
bertetangga, membaca Al-Qur’an, meminta izin, bertamu, buang
hajat, tidur, bergaul dengan saudara, bergaul dengan istri/suami,
berdoa, dll. Kesemuanya dilaksanakan sesuai dengan yang
dituntunkan Rasulullah SAW.
3) Bidang Ibadah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Taat dan tertib beribadah mahdhah seperti yang dituntunkan Rasulullah
SAW:
a) Tertib Thaharah (bersuci) ; Ia berwudhu, mandi, bertayamum, dan
beristinjak dengan benar dan baik sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
b) Tertib Shalat ; Ia terbiasa melaksanakan shalat wajib di awal waktu dan
berjama’ah, shalat rawatib, tahajud setiap malam, dhuha setiap pagi.
Semua kewajiban shalat ia laksanakan. Semua gerakan, bacaan, dan
tata caranya seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, tidak ditambahi
atau dikurangi. Ia hafal seluruh bacaan shalat, wirid dan do’a-do’a
sesudahnya. Ia mengerti arti kata demi kata bacaan-bacaan tersebut.
c) Tertib ber-ZIS (zakat, infaq, shadaqah) ; Ia selalu menyisihkan
sekurang-kurangnya 2,5 % dari total penghasilannya untuk ZIS. Semua
hartanya ia zakati sesuai ketentuan syar’i.
d) Tertib Puasa ; melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik, termasuk
melaksanakan amalan-amalan yang dituntunkan di dalamnya. Juga
melaksanakan puasa-puasa sunnah yang dituntunkan Nabi. Ia
membiasakan puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaumul bid), puasa
hari senin dan kamis, atau seperti puasanya Nabi Daud as.
e) Serius mempersiapkan pendanaan ibadah-ibadah yang memerlukan
dana besar (haji, umrah, qurban, aqiqah, dll) dengan menabung. Ia rela
hidup sederhana demi terlaksananya ibadah-ibadah tersebut.
f) Ketika ada tetangga atau keluarganya yang meninggal, dapat
melaksanakan pengurusan jenazah dengan baik (memandikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mengkafani, menshalati, dan menguburkan sesuai tuntunan
Rasulullah).
4) Bidang Mu’amalat
a) Kehidupan Berkeluarga :
(1) Membiasakan perilaku Islami dalam keluarga.
(2) Mendidik anak-anaknya memahami dan mengamalkan ajaran
Islam sehingga menjadi anak-anak yang shalih/ shalihah.
(3) Membina keluarganya menjadi keluarga sakinah.
b) Hidup Bermasyarakat :
(1) Berprinsip memberikan manfaat kepada orang lain, senang berbuat
baik dan menolong orang.
(2) Melaksanakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar
sebagai jihad mewujudkan masyarakat di sekitarnya menjadi
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
(3) Hidup berjama’ah bersama orang-orang yang se-Iman.
c) Dalam melaksanakan jual beli dan kehidupan ekonominya didasarkan
atas prinsip-prinsip syari’ah.
d) Banyak beramal untuk kemashalatan ummat, seperti membangun dan
menyelenggarakan sekolah, madrasah, panti asuhan yatim, poliklinik,
rumah sakit, pengajian, dll.
b. Melaksanakan “The Nine Golden Habits”, sebagai proses menuju
pribadi muslim yang sebenar‐ benarnya.
c. Menjalani profesi perawat sesuai dengan ajaran Islam :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Menjalani profesi perawat sebagai bagian ibadah untuk
mendapatkan ridha Allah SWT dan memberikan kemanfaatan kepada
orang lain.
2) Menjalani profesi perawat berdasarkan standar kompetensi perawat
sesuai ajaran Islam.
B. KONSEP MOTIVASI KERJA
1. Definisi
Motivasi merupakan unsur penting dalam suatu aktivitas kerja, karena
motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan perilaku.
Motivasi adalah kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan atau gerakan yang mengarah dan menyalurkan perilaku
kearah mencapai kebutuhan yang member kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan (Sinungan, 2003).
Definisi lain tentang motivasi dijelaskan oleh Stephen P. Khobbins dan
Marry Coulter sebagaimana dikutip oleh (Winardi, 2007) bahwa motivasi adalah
kesediaan untuk melaksanakan upaya dalam mencapai tujuan keorganisasian yang
dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu.
Ada juga yang mendefinisikan motivasi adalah suatu keinginan yang
terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan
tindakan-tindakan (Terry dalam Hasibuan, 2005).
Motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak dan berperilaku ( Notoatmodjo, S, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sedangkan motivasi kerja menurut Mangkunegara dalam Nursalam (2011)
adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkikan, mengarahkan dan
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
2. Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2007) Adalah sebagai berikut:
a. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau
kenikmatan. Hedonism adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat
duniawi.
b. Teori Naluri
Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga
dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri yaitu:
dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri)
mengembangkan diri dan dorongan nafsu (naluri) mengembangkan /
mempertahankan jenis.
Dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun
tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat
dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Menurut teori ini, untuk
memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu
dikembangkan.
c. Teori reaksi yang dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Toeri ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang
dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari
lingkungan kebudayaan ditempat dan hidup dan dibesarkan. Toeri ini disebut juga
“toeri lingkungan kebudayaan”.
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi
yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini
bila ingin memotivasi seseorang harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu
atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang
dimilikinya.
e. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan.
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada
hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan baik fisik maupun kebutuhan
psikis. Menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha
mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan
dimotivasinya.
Menurut Lady and Becker dalam Nursalam (2011), salah satu teori
kebutuhan adalah teori Maslow. Teori ini dikembangkan oleh Abraham Maslow yang
terkenal dengan kebutuhan FAKHA (Fisiologis, Aman, Kasih sayang, Harga diri, dan
Aktualisasi diri) dimana memandang kebutuhan manusia sebagai lima macam hierarki,
mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
yang paling menonjol atau kuat bagi mereka pada waktu tertentu. Lima tahapan atau lima
hierarki kebutuhan menurut Maslow meliputi;
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological needs)
Kebutuhan fisilogis ini merupakan kebutuhan pokok yang paling
mendasar, setiap manusia pasti membutuhkannya. Manusia tidak akan mencari
kebutuhan lain sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi. Adapun kebutuhan dasar
tersebut adalah kebutuhan untuk makan dan minum, kebutuhan untuk bernafas,
seksualitas, perlindungan fisik.
2) Kebutuhan keamanan dan kenyamanan (Safety and security needs)
Manusia membutuhkan perlindungan dan keamanan dari berbagai
marabahaya. Seperti pertentangan, perang, lingkungan dimana dia hidup.
3) Kebutuhan untuk rasa memiliki (Belongingness needs)
Manusia butuh untuk diterima oleh masyarakat sekitar, kelompok
sehingga nantinya memudahkan untuk saling berinteraksi satu sama lain,
berafiliasi, butuh untuk dicintai dan mencintai.
4) Kebutuhan harga diri (Self esteem needs)
Manusia butuh untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain, hal
ini sebagai bentuk diterimanya manusia oleh lingkungan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization needs)
Kebutuhan yang paling tinggi derajatnya menurut Abraham
Maslow ini adalah kebutuhan aktualisasi diri. Yaitu kemampuan untuk
menggunakan semua potensi dirinya baik secara keilmuan/ kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
maupun keterampilan/ skill, serta kemampuan untuk mengemukakan/
mengembangkan ide-ide cemerlangnya.
Ada juga teori motivasi dalam perspektif Islam yang dikembangkan oleh
Akhmad Muwafik Saleh dalam bukunya yang berjudul Bekerja dengan Hati
Nurani. Beliau mengatakan selama ini, banyak orang bekerja untuk mengejar
materi belaka demi kepentingan duniawi, mereka tak sedikitpun memerdulikan
kepentingan akhirat kelak. Oleh karena itu sudah saatnya para pekerja bekerja
dengan motivasi yang dapat memberikan kepribadian yang baik dan dibenarkan
oleh Islam yang harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut (Saleh, 2009) :
a. Niat Baik dan Benar (Mengharap Ridha Allah SWT)
Sebelum seseorang bekerja, harus mengetahui apa niat dan motivasi dalam
bekerja, niat inilah yang akan menentukan arah pekerjaan. Jika niat bekerja hanya
untuk mendapatkan gaji, maka hanya itulah yang akan didapat. Tetapi jika niat
bekerja sekaligus untuk menambah simpanan akhirat, mendapat harta halal, serta
menafkahi keluarga, tentu akan mendapatkan sebagaimana yang diniatkan.
Rasulullah SAW bersabda : Dari Sa’ad bin Abu Waqqash ra, Rasulullah SAW
bersabda kepadanya : “Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan (bekerja)
yang kamu niatkan untuk mencari keridhaan Allah niscaya kamu akan diberi
pahala sebagai apa yang kamu sediakan untuk makan istrimu“ (HR. Bukhari-
Muslim).
b. Taqwa dalam Bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Taqwa di sini terdapat dua pengertian. Pertama, taat melaksanakan perintah
dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Kedua, sikap tanggung jawab seorang
muslimterhadap keimanan yang telah diyakini dan diikrarkannya. Orang yang
bertaqwa dalam bekerja adalah orang yang mampu bertanggung jawab terhadap
segala tugas yang diamanhkan.
Orang yang bertaqwa atau bertanggung jawab akan selalu menampilkan
sikap-sikap positif, untuk itu orang yang bertaqwa dalam bekerja akan
menampilkan sikap-sikap sebagai berikut :
1) Bekerja dengan cara terbaik sebagai wujud tanggung jawab terhadap
kerja dan tugas yang diamanahkan.
2) Menjauhi segala bentuk kemungkaran untuk dirinya dan orang lain
dalam bekerja. Misalnya, tidak malas-malasan, merugikan rekan kerja,
dsb.
3) Taat pada aturan.
4) Hanya menginginkan hasil pekerjaan yang baik dan halal.
Allah SWT menjamin balasan kepada orang-orang yang bertaqwa dalam
kehidupan ini, termasuk dalam bekerja. Firman Allah SWT dalam (QS. At-Talaq :
2–3) yang artinya : “… Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia (Allah SWT) memberinya rizki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya…”
c. Ikhlas dalam Bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Ikhlas adalah syarat kunci diterimanya amal perbuatan manusia disisi
Allah SWT. Suatu kegiatan atau aktivitas termasuk kerja jika dilakukan dengan
keikhlasan maka akan mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri
orang yang bekerja dengan ikhlas yaitu :
1) Bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
2) Bersih dari segala maksud pamrih dan ria.
3) Penuh semangat dalam mengerjakan seluruh tugas pekerjaan.
4) Tidak merasa rendah karena makian atau cercaan sehingga tidak
mengurangi semangat dalam bekerja.
Allah SWT berfirman dalam (QS. Ali Imran : 29) yang artinya :
“Katakanlah, jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
menampakkannya, Allah pasti mengetahuinya”.
Mencari rezeki yang halal dalam agama Islam hukumnya wajib. Ini
menandakan bagaimana penting mencari rezeki yang halal. Dengan demikian,
motivasi kerja dalam Islam bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagai
kewajiban ibadah fardlu lainnya. Islam sangat layak untuk dipilih sebagai jalan
hidup (way of life). Islam tidak hanya berbicara tentang moralitas akhlak, tetapi
juga memberikan peletakan dasar tentang konsep-konsep membangun kehidupan
dan peradaban tinggi.
Islam menganjurkan umatnya agar memilih aktivitas dan karir yang benar-
benar selaras dengan kecenderungan dan bakatnya. Dengan demikian, Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
meletakkan dasar yang kuat akan kebebasan berusaha. Hanya saja, untuk
menghindari gejala-gejala kejahatan, Islam meletakkan batasan-batasan. Tujuan
itu dinyatakan dalam Al-Qur’an dengan ungkapan bahwa bekerja adalah ibadah.
Menurut syari’at, keridhaan Allah SWT tidak akan didapatkan jika kita
tidak melaksanakan tugas tekun, sungguh dan sempurna (Qardhawi, 1997).
Ambisi seorang mukmin dalam bekerja yang paling utama adalah mendapatkan
ridha Allah SWT. Dari ambisi yang mulia ini timbul sikap jujur, giat dan tekun.
Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 105) yang artinya : Dan katakanlah :
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan
dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu
bahwa yang satu dianugerahi derajat lebih tinggi dari yang lain, tetapi
dimaksudkan bahwa kelebihan itu tidak lain dari pada kelebihan keahlian dalam
bidang masing-masing. Dengan demikian, setiap orang pasti mempunyai
kelebihan atas orang lain dalam bidang kerja tertentu dan dengan adanya
kelebihan inilah setiap orang memerlukan bantuan orang lain untuk dapat
terselenggaranya kebutuhan-kebutuhan hidupnya (Basyir, 1997
3. Jenis-Jenis Motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Menurut Nursalam dan Ferry Efendi (2008), motivasi di bagi menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia
menjadi puas. Motivasi instrinsik didorong oleh kemauan dari dalam diri sendiri
dan keinginan untuk mendapatkan kebutuhan rasa aman untuk mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi instrinsik berisi: (1) Penyesuaian terhadap minat, (2)
Perencanaan yang penuh variasi, (3) Umpan balik dan (4) Kesempatan peserta
untuk menyesuaikan.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan
kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang berpengetahuan,
disamping juga karena pengaruh dari orang lain.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar yang merupakan
pengaruh dari orang lain atau lingkungan, misalnya dalam bidang pendidikan
terdapat minat yang positif tehadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat
manfaatnya. Beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain:
1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi,
menghargai pendapatnya, pikirannya.
2) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan
pendidikannya.
3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Pendidikan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan
bidang studi
5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta terhadap profesinya.
Motivasi ekstrinsik dapat diperoleh dari tetangga, keluarga, sahabat dan
teman, informasi dari media masa, radio, TV, serta dari penyuluhan tenaga
kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya).
Motivasi ekstrinsik berisi: (1) Penyesuaian dengan minat, (2)
Perencanaan yang penuh variasi, (3) Respon klien, (4) Kesempatan klien yang
aktif, (5) Kesempatan klien menyesuaikan tugasnya dan (6) Adanya kegiatan yang
menarik.
4. Unsur-unsur Motivasi
Menurut Sunaryo (2004), unsur-unsur motivasi sebagai berikut:
a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya
memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar
b. Motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi.
c. Motivasi merupakan reaksi pikiran dari beberapa alternatif pencapaian tujuan.
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia.
5. Proses Terjadinya Motivasi
Motivasi timbul karena adanya ketidak seimbangan dalam diri individu.
Akibat ketidak seimbangan tersebut maka akan menimbul kan kebutuhan untuk
segera dipenuhi sehinga terjadi keseimbangan atau hemoestatis. Caranya adalah
manusia itu harus berperilaku. Jadi, pada awalnya motivasi itu timbul karena
adanya ketidak seimbangan yang menimbulkan kebutuhan. Kebutuhan dipandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sebagai kekurangan adanya sesuatu pada diri individu yang menuntut untuk
segera dipenuhi agar terjadi keseimbangan. Adanya kekurangan tersebut,
berfungsi sebagai dorongan yang menyebabkan individu berperilaku untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Tujuan Motivasi
Menurut Hamzah B (2007), sasaran motivasi meliputi :
a. Mendorong manusia untuk melakukan aktifitas yang didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan.
b. Menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai.
c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
7. Fungsi Motivasi
Purwanto (2007) mengemukakan, fungsi motivasi adalah mendorong
timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya, sebagai
pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan, sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar
kecinya motivasi menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
8. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Helleriegel dan Slocum sebagaimana dikutip Sujak (1990:249) ada tiga
faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi (1) perbedaan karakteristik individu,
(2) perbedaan karakteristik pekerjaan, dan (3) perbedaan karakteristik lingkungan
kerja atau organisasi. Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap
dan minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja
keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai motivasi
keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi untuk
memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan
keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe penilaian
yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu
membutuhkan pengorganisasian dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan
kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai peraturan,
kebijakan, sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada setiap pegawainya.
Chung & Megginson dalam Gomes (2001:180) menjelaskan, motivasi
melibatkan (1) faktor-faktor individual dan (2) faktor-faktor organisasional.
Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan
(goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Faktor-faktor
organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job
security), sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise),
dan pekerjaan itu sendiri (job itself).
C. KONSEP KINERJA
Menurut Mangkunegara (2005), yang dimaksud kinerja adalah prestasi kerja
atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang
dalam jangka waktu tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sedangkan menurut Hafizurrachman (2009), kinerja adalah penampilan
kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan
tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan.
Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006).
Kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan pekerjaan memiliki unsur
kuantitas hasil, kualitas hasil, ketepatan waktu hasil, kehadiran dan kemampuan
bekerjasama.
1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mathis dalam Hafizurrachman (2009) ada 3 faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu kemamapuan pribadi untuk melakukan pekerjaan
tersebut (ability), tingkat usaha yang dicurahkan (effort) dan dukungan organisasi
(support).
Menurut Notoatmodjo (1998) kinerja karyawan dalam suatu organisasi
dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi dan
kemampuan atau ketrampilan. Sedangkan faktor eksternal adalah sistem
kompensasi dan lingkungan kerja. Sedangkan menurut Simmamora (1997) faktor
yang mempengaruhi kinerja menjadi 3 faktor, yaitu :
a. Faktor individu, yang meliputi kemampuan, keahlian, latar belakang individu
dan demografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan
motivasi.
c. Faktor organisasi meliputi sumber daya, kepemimpinan dan kompensasi.
2. Penilaian Kinerja Perawat
Perawatan yang dilakukan oleh perawat termasuk bagian dari pelayanan
kesehatan yang selalu menjadi tempat curahan keluhan pasien. Oleh karena itu
kinerja perawat harus seoptimal mungkin. Menurut Handoko (1999) penilaian
kinerja adalah suatu proses yang sistematis dimana organisasi menilai prestasi
kerjanya. Penilaian kinerja dilakukan sampai sejauh mana kinerja tersebut sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (Desler, 1997).
Ada beberapa metode dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perawat.
1) Manajemen kinerja berfokus pada input/individu (People Oriented
Performance Management / POP-MAN)
POP-MAN adalah manajemen kinerja yang berfokus pada manusia (Ruky
dalam Soeroso, 2003). Penilaian kinerka yang cocok untuk rumah sakit kecil yaitu
metode peringkat/dirangking (forced ranking), dilakukan dengan merangking
karyawan dari peringkat terbaik sampai peringkat terburuk. Faktor yang dinilai
adalah hasil pekerjaan, kecakapan kerja, kemampuan mengatur pekerjaan,
bertanggungjawa dalam pemeliharaan alat, bertanggung jawab atas pekerjaan,
minat, inisiatif, loyalitas, kerjasama dalam tugas, sikap terhadap atasan, bawahan,
rekan sekerja, disiplin, kreatifitas, kejujuran, ketekunan dalam bekerja, cara
berpakaian, kepemimpinan, kemampuan membuat rencana, cara komunikasi dan
kemampuan mengorganisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Manajemen kinerja berfokus pada proses (Process Oriented Performance
management/ PROPER-MAN)
Tehnik penilaian ini berfokus pada baik buruknya karyawan dalam
melaksanakan tugasnya. Apabila metode ini dilaksanakan dengan baik maka akan
muncul peningkatan mutu pelayanan dan mutu sumber daya manuasia. Cara
tersebut dapat digunakan untuk rencana penggajian berbasis ompetensi
(computency based payment) (Soeroso,2003).
3) Manajemen kinerja berfokus pada out put (Result Performance Management)
Penilaian kerja ini memfokuskan perhatiannya pada out put atau pencapaian
sasaran.
4) Manajemen berorientasi sasaran (Management by Objective /MBO)
Dalam suatu organisasi unsur atasan dan bawahan sangat penting. Atasan dan
bawahan bekerja sesuai tugas dan fungsinya dalam mengerjakan tugas untuk
mencapai tujuan organisasi. Konsep MBO adalah bahwa organisasi didirikan
untuk tujuan tertentu (Peter F Drucker, dalam Soeroso 2003). Menurut
Schermerhom R John dalam Dharma (2005) inti MBO adalah proses penetapan
sasaran bersama atasan dan bawahan. Secara bersama antara atasan dengan
bawahan mengembangkan sejumlah sasaran dan tolok ukur keberhasilan yang
spesifik dalam kerangka waktu yang telah disepakati bersama kemudian
melakukan evaluasi bersama secara berkala. Pada akhir periode yang telah
disepakati, bawahan dinilai berdasarkan kinerja yang telah dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Sumber-Sumber Penilaian
Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh setiap elemen dalam organisasi
(Dharma, 2005). Penilaian kinerja tersebut adalah :
a. Penilaian atas diri sendiri
Penilaian atas diri sendiri merupakan proses pendekatan yang terstruktur
sehingga menjadi dasar pembicaraan dengan manajer dalam pertemuan atas
evaluasi kinerja individu itu sendiri.
b. Penilaian oleh bawahan
Bawahan dapat melakukan penilaian dan berkomentar tentang aspek-aspek
tertentu dari kinerja atasannya. Penilaian dari bawahan terhadap atasan dapat
dibuat secara formal sebagai bagian dari prosedur evaluasi.
c. Penilai oleh rekan sejawat
Dikenal dengan pear assessment, yaitu penilaian dibuat oleh teman sejawat
dalam anggota tim yang berada pada suatu kelompok yang sama.
d. Penilaian oleh multi assessment
Penilaian ini dilakukan oleh banyak unsur. Penilaian kinerja dilakukan oleh
atasan terhadap bawahan dan sebaliknya bawahan juga dapat menilai atasan.
Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh teman sejawat melalaui tim yang ada pada
kelompok yang sama.
4. Evaluasi Kinerja Perawat
Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dilihat dari mutu asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien. Pada dasarnya yang dijadikan acuan
dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
standard praktek keperawatan yang sekaligus menjadi pedoman bagi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2011). Menurut Depkes
(2001) kinerja perawat dapat dievaluasi berdasarkan disiplin kerja, sikap dan
perilaku serta kemampuan perawat dalam menerapkan standart asuhan
keperawatan.
a. Disiplin Kerja
Disiplin dalam bekerja merupakan tiang dalam sebuah organisasi. Apabila
tiang tersebut rapuh di tambah lagi pondasinya yang tidak baik, maka organisaai
tersebut akan roboh. Disiplin kerja di definisikan sebagai suatu sikap yang
menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan- peraturan yang
berlaku, baik peraturan yang tertulis maupun peraturan tidak tertulis, sanggup
untuk menjalankanya serta tidak mengelak untuk menerima sangsi-sangsinya
apabila di kemudian hari di dapatkan melanggar tugas dan kewenangan yang di
berikan (Siagian, 2000). Begitu pentingnya sebuah kedisiplinan dalam sebuah
organisasi sehingga meminta kita untuk selalu berhati-hati jangan sampai ada
keteledoran / kelalaian (neiglejent) dalam tugas serta penyimpangan dan
pemborosan dalam melakukan tugas.
Menurut davis dan newstroom (1994), di sitasi purwito (2001) mengatakn
bahwa : disiplin merupakan tindakan menejemen yuntuk menegakkan standart
organisasi, sifatnya bisa preventif maupun koretif. Dikatakan disiplin preventif
apabila tindakan yang dilakukan untuk mendorong pegawai mentaati standart dan
peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran dikemudian hari, disini yang dituntut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
adalah kedisiplinan pribadi atas dasar kesadaran [pribadi dan bukan paksaan dari
pihak atasan.
Sedangkan disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah
pelanggaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai pembelajaran, agar orang
lain tidak mengulangi kesalahan yang sama, serta mempertahankan standart
kelompok agar tetap konsisten. Penegakan disiplin dilakukan dengan segera, bisa
dengan melalui peringatan pada tahap awal, harus konsisten dan tidak pandang
bulu.
b. Sikap dan Perilaku
Keberadaan sikap dan perilaku merupakan perwujudan dari adanya
sebuah kebutuhan. Perilaku dikatakan baik dan wajar apabila ada penyesuaian diri
(adaptation) yang harus diselaraskan dengan peran manuisa sebagai makhluk
individu, sosial dan berketuhanan. Apabila manusia dapat menyesuaikan diri
dengan baik, maka disitulah letak kebahagiaan (Purwanto, 1992). Perilaku
manusia berasal dari adanya dorongan yang muncul dalam diri individu,
sedangkan dorongan tu sendiri merupakan sebuah uasaha untuk memenuhi
kebutuhan yang ada dalam diri manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia berprilaku dalam segala aktivitasnya
dan banyak hal yang mengharuskan seseorang untuk berperilaku. Perilaku sendiri
mempunyai arti yang konkret daripada jiwa, karena lebih konkret itulah, maka
perilaku lebih mudah untuk dipelajari daripada jiwa, melalui perilaku jiwa
seseorang dapat diketahui. Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia :
1) Keturunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keturunan sering disebut sebagai pembawaan sifat atau herediter. Teori
genetika yang disampaikan oleh Gregor Mendel adalah sebagai berikut:
a) Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan.
b) Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunan.
c) Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah
dan menerima pasangan faktor keturunan.
2) Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga akhirnya
akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial dalm bergaul satu sama
lainnya. Pengaruh lingkungan pada individu meliputi dua sasaran yaitu
lingkungan yang akan membuat individu sebagai makhluk sosial serta lingkungan
yang akan membuat wajah budaya bagi individu.
c. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan menurut Hamid, (2001) adalah suatu proses atau
kegiatan praktek keperawatan yang diberikan oleh perawat pada pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Berpedoman pada standart keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggungjawab keperawatan. Agar nantinya didapatkan mutu pelayanan
keperawatan yang baik serta pasien merasa puas terhadap kinerja perawat, maka
hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, seorang perawat
perlu melakukan berbagai langkah yang terstruktur dan sistematis berdasarkan
proses keperawatan. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat dijadikan
tolak ukur evaluasi kinerja perawat. Standart praktik keperawatan telah dijabarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
oleh PPNI (2000) yaitu mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
(Nursalam, 2011).
1) Pengkajian: Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
2) Diagnosa Keperawatan: Setelah semua data terkumpul, maka langkah
berikutnya adalah menegakkan atau merumuskan diagnosa keperawatan.
3) Intervensi: Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah pasien dan meningkatkan kesehatan pasien.
4) Implementasi: Dalam pelaksanaan, perawat tinggal menerapkanya pada
klien sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
5) Evaluasi: Ada dua macam evaluasi, yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil :
a) Evaluasi proses dilakukan setiap kali melakukan implementasi, atau
bisa dilakukan setiap shiff.
b) Evaluasi hasil adalah evaluasi yang anda lakukan sesuai dengan tujuan
yang telah dipilih sebelumnya/sesuai dengan tujuan yang hendak di
capai.
6) Dokumentasi: Perawat harus mendokumentasikan /mencatat semua apa
yang telah dilakukan sebagai bukti sosial asuhan yang di berikan pada
klien dan sekaligus sebagai wahana komunikasi antar perawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. Kinerja dalam perspektif Islam
Kerja pada hakekatnya adalah manifestasi dari amal kebajikan. Sebagai
sebuah amal, maka niat dalam menjalankannya akan menentukan penilaian.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya nilai
amal itu ditentukan oleh niatnya”.
Budaya kerja umat Islam dalam masa globalisasi saat ini, banyak yang
mengadopsi budaya-budaya asing karena diyakini begitu maju dan berkembang.
Budaya asing tidak selamanya negative maupun positif, dengan catatan sesuai
dengan Islam. Budaya penghargaan atas waktu dan ketepatan dalam memenuhi
janji, selalu dianggap sebagai budaya asing, padahal itu adalah bagian dari ajaran
Islam (Hafinuddin dan Tanjung, 2003).
Budaya kerja Islam berarti mengaktualisasikan seluruh potensi iman, pikir,
dan zikir, serta keilmuan kita untuk memberikan nilai kebahagiaan. Inti atau
sumber inspirasi budaya kerja Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang diikat
dalam satu kata, yaitu akhlak.
Dalam Islam, manusia dituntut untuk minta tolong pada Allah SWT dan
mengakui keterbatasan dirinya. Allah lebih mencintai orang-orang yang selalu
meminta daripada yang enggan meminta, karena seolah-olah manusia itu
berkecukupan. Firman Allah SWT (QS. Al-Mukmin : 60) yang artinya :
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
jahannam dalam keadaan hina”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Apabila manusia rajin bekerja dan berupaya, ia akan menciptakan budaya
kerja yang disiplin, keras kemauan dan tidak cepat putus asa. Ia akan terus berdo’a
dan meminta tolong dan ridha-Nya, agar usahanya membuahkan hasil. Sifat ini
akan membawa manusia ke perilaku rendah hati, takut takabur dan senantiasa
menyadari baik kelemahan maupun kekuatannya.
Dalam bukunya Managemen Syari’ah dalam Praktek, Didin Hafinuddin
dan Hendri Tanjung mengatakan, penghayatan terhadap nilai atau makna hidup,
agama, pengalaman dan pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan sikap
kerja professional, sedangkan apresiasi nilai yang bersifat aplikatif akan
membuahkan akhlakul karimah, diantaranya :
a. Ash-Sholeh (Baik dan Bermanfa’at)
Sesuai dengan firman Allah SWT (QS. An-Nahl: 97) yang artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
b. Al-Itqon (Kemantapan)
Kualitas kerja yang itqan atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan,
kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang Islami. Di dalam (QS. An-Nahl: 88)
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu
sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Al-Ihsan (Melakukan yang Terbaik atau Lebih Baik Lagi)
Kualitas Ihsan mempunyai dua makna dan memberikan dua pesan, yaitu :
Pertama, ihsan berarti ‘yang terbaik’ dari yang dapat dilakukan.
Kedua, ihsan mempunyai makna ‘lebih baik’ dari prestasi atau kualitas pekerjaan
sebelumnya. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang
muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan, idealnya ia tetap berbuat
yang lebih baik, hatta ketika membalas keburukan orang lain. Dalam (QS.
Fussilat : 34) yang artinya : “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia”.
d. Al-Mujahadah (Kerja Keras dan Optimal)
Dalam (QS. Al-Ankabut : 69) Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
e. Tanafus dan Taawun (Berkompetisi dan Tolong-Menolong)
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas
amal saleh. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani
yang bersifat “amar” atau perintah. Ada perintah “fastabiqul khairat” (maka,
berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan). Firman Allah SWT (QS. Al-
Baqarah : 108) yang artinya : “Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada
Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah
sesat dari jalan yang lurus”.
f. Mencermati nilai waktu.
Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Ashr : 1-3) yang artinya : “Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia benar-benar dalam kerugian
apabila tidak dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk bekerja.
g. Shiddiq.
Sifat Shiddiq berarti memiliki kejujuran dan selalu melandasi ucapan,
keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada pertentangan yang
disengaja antara ucapan dan perbuatan. Firman Allah SWT (QS. At-Taubah : 119)
yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
h. Istiqomah.
Sifat Istiqomah berarti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik
meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan
ditampilkan dengan keteguhan, kesabaran, serta keuletan, sehingga menghasilkan
sesuatu yang optimal. Misalnya, interaksi yang kuat dengan Allah SWT dalam
bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dll. Semua proses itu akan
menumbuhkan suatu sistem yang memungkinkan kebaikan, kejujuran, dan
keterbukaan ter-aplikasi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
i. Fathanah.
Sifat Fathanah berarti mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan
menumbuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika
seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan,
peraturan, informasi, baik yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun usaha
secara umum. Firman Allah (QS. Yusuf : 55) yang artinya : Berkata Yusuf :
“Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku adalah
orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.
j. Amanah.
Sifat Amanah berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap
tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal. Sifat
amanah harus dimiliki oleh setiap mukmin, apalagi yang memiliki pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. (QS. An-Nisa’ : 58) menjelaskan :
“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha
mendengar lagi maha melihat”.
k. Tabligh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Sifat Tabligh berarti mengajak sekaligus memberi contoh kepada pihak
lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan
persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan
kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Agus Sarwo Prayogi (2008). Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja
perawat di ruang rawat inap RSD Panembahan Senopati. Pengambilan sample
menggunakan purposive sampling sebanyak 67 orang perawat pelaksana dan
dianalisa menggunakan uji korelasi pearsons product moment, dengan tingkat
kemaknaan 5%. Hasil penelitian didapatkan p = 0,020, artinya ada hubungan
yang bermakna antara motivasi kerja dan kinerja perawat pelaksana dengan
korelasi positif rendah.
2. Widyana Idayu (2012). Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Perawat
dalam Memberikan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Langsa. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Sample
diambil dengan tehnik cluster random sampling berjumlah 70 orang.
Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan hasil terdapat hubungan yang
positif antara motivasi kerja dan kinerja perawat.
3. Iswatun (2013). Hubungan Beban Kerja dan Motivasi Kerja dengan Kinerja
Perawat di RSUD dr. Soegiri Lamongan. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Besar sample 30 responden, dengan menggunakan tehnik total sampling
(sampling jenuh). Hasilnya, ada hubungan secara bersama-sama yang
signifikan dari beban kerja dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di
RSUD Dr. Soegiri Lamongan, dimana faktor motivasi lebih kuat dari pada
beban kerja dengan uji regresi logistik didapatkan nilai F=3,632 p=0,040,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
R=0,446, R2=0,20 dan nilai OR motivasi sebesar 32,625 dengan CI 95%
2,497 sampai 426,321.
4. Sujono Riyadi (2007). Hubungan Motivasi kerja dan Karakteristik individu
dengan Kinerja Perawat di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep Madura. Besar
sample 110 orang dan dianalisa menggunakan uji statistik Multiple Linear
Regression. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan antara motivasi dan
kinerja perawat.
5. Alaik Allama (2012). Pengaruh Motivasi Kerja Islam dan Budaya Kerja Islam
terhadap Produktivitas Kerja Karyawan BMT di Kudus. Penelitian ini
menggunakan tehnik random sampling berjumlah 45 responden. Berdasarkan
uji statistic diperoleh nilai f hitung sebesar 77,001. Besarnya pengaruh
tersebut ditunjukkan sebesar Adjusted r square sebesar 0.786 yang berarti ada
pengaruh sebesar 78,6%, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi kerja Islam dan budaya kerja Islam terhadap
produktivitas kerja karyawan BMT.
6. Sudalhar (2011). Pengaruh Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja
Perawat di Rumah Sakit ‘Aisyiyah Bojonegoro. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pra experimental (one group pra-test post-test
design). Besar sample 34 responden, dengan menggunakan purposive
sampling. Hasilnya didapatkan terdapat pengaruh yang bermakna antara
Penerapan Asuhan Keperawatan Islami terhadap Kepuasan Kerja Perawat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
G. Kerangka Pikir :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian tentang Hubungan Implementasi The Nine Golden Habits dan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan Tahun 2013.
Implementasi The Nine Golden Habits :
1. Kebiasaan Shalat 2. Kebiasaan Puasa 3. Kebiasaan ZIS 4. Kebiasaan Tila-
wah al-Qur’an 5. Kebiasaan Adab
Islami 6. Kebiasaan ikut
Kajian Islam 7. Kebiasaan
Berorganisasi 8. Kebiasaan Mem-
baca Kitab dan Buku Ber-manfa’at
9. Berpikiran Positif
Motivasi Kerja Perawat :
Motivasi kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow : 1. Fisiologis 2. Aman 3. Kasih sayang 4. Harga diri 5. Aktualisasi diri
Motivasi dalam perspektif Islam : 1. Niat baik & benar 2. Takwa dalam
bekerja 3. Ikhlas dalam
bekerja
Faktor yang mempengaruhi kinerja :
a) Kemampuan pribadi (ability), usaha yang dicurahkan (effort), dukungan organisasi (support).
b) Motivasi, gaji, variasi kerja, beban kerja pengawas/supervisor, promosi dan kondisi kerja
Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan The Nine Golden Habits :
- Kebijakan Manajemen
- Kesadaran Pribadi
- Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi motivasi:
-Umur -Herediter -Lingkungan -Fasilitas -Situasi/kondisi -Aktivitas
Kinerja Perawat Meningkat : 1) Disiplin Kerja 2) Sikap dan Perilaku 3) Penerapan Standard Asuhan
Keperawatan
Standard Kinerja Islami ; 1) Ash-Sholeh 2) Al-Itqon 3) Al-Ihsan 4) Al-Mujahadah 5)Tanafus &Taawun 6) Tepat Waktu 7) Istiqomah 8) Shidiq 9) Amanah 10) Tabligh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
H. Hipotesis :
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan implementasi The Nine Golden
Habits dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Semakin baik pelaksanaan The Nine Golden Habits, maka kinerjanya semakin
baik.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan motivasi kerja dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Semakin baik motivasi
kerja, maka kinerjanya semakin baik.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama antara implementasi
The Nine Golden Habits dan motivasi kerja dengan kinerja perawat di Rumah
Sakit Muhammadiyah Lamongan.