22
11 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendengaran Manusia Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear) seperti pada Gambar 2.1. Ketiga bagian tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing- masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di sekitar manusia. Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga (earflap) dan saluran telinga manusia (ear canal) yang panjangnya kurang lebih 2 cm. Fungsi utama bagian luar telinga ini adalah sebagai saluran awal masuknya gelombang suara di udara ke dalam sistem pendengaran manusia. Bagian tengah (middle ear) terdiri dari gendang telinga (eardrum) dan tiga tulang, yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan stirrup (stapes). Bagian tengah telinga manusia, tepatnya pada bagian belakang gendang telinga berhubungan dengan hidung melalui tabung eustachius (arah masuknya gelombang suara dari saluran telinga luar dianggap sebagai bagian depan gendang telinga). Telinga dalam disebut juga sebagai labirin terletak di dalam tulang temporal. Bagian dalam membentuk suatu rongga tertutup disebut labirin membranasea yang berisi endolimfe, dikelilingi oleh cairan perilimfe yang terbungkus dalam kapsul otik bertulang disebut labirin tulang. Labirin tulang memiliki bagian vestibuler dan koklear. Bagian vertibuler yaitu vestibulum dan kanalis semisirkularis berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

  • Upload
    ngocong

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

11

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pendengaran Manusia

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear),

bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear) seperti pada Gambar 2.1.

Ketiga bagian tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-

masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di

sekitar manusia.

Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga (earflap) dan saluran telinga manusia

(ear canal) yang panjangnya kurang lebih 2 cm. Fungsi utama bagian luar telinga ini

adalah sebagai saluran awal masuknya gelombang suara di udara ke dalam sistem

pendengaran manusia.

Bagian tengah (middle ear) terdiri dari gendang telinga (eardrum) dan tiga

tulang, yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan stirrup (stapes). Bagian tengah telinga

manusia, tepatnya pada bagian belakang gendang telinga berhubungan dengan hidung

melalui tabung eustachius (arah masuknya gelombang suara dari saluran telinga luar

dianggap sebagai bagian depan gendang telinga).

Telinga dalam disebut juga sebagai labirin terletak di dalam tulang temporal.

Bagian dalam membentuk suatu rongga tertutup disebut labirin membranasea yang

berisi endolimfe, dikelilingi oleh cairan perilimfe yang terbungkus dalam kapsul otik

bertulang disebut labirin tulang. Labirin tulang memiliki bagian vestibuler dan koklear.

Bagian vertibuler yaitu vestibulum dan kanalis semisirkularis berhubungan dengan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

12

fungsi keseimbangan, sedangkan bagian koklear yaitu koklea berhubungan dengan

fungsi pendengaran.

Secara fisik gendang telinga dapat berlubang karena beberapa hal yang bersifat

traumatik, seperti tertusuk oleh benda-benda lancip yang masuk terlalu dalam hingga

mencapai gendang telinga, retak pada tulang tengkorak, noise blast seperti ledakan yang

sangat keras, percikan arang las pada proses pengelasan, atau karena percikan zat-zat

kimia tertentu, misalnya asam. Selain penyebab-penyebab traumatik, lubang pada

gendang telinga juga dapat terjadi karena adanya infeksi pada bagian tengah telinga

yang menjalar hingga gendang telinga. Saat hal ini terjadi, terkadang akan keluar darah

dari telinga.

Gangguan lubang pada telinga menyebabkan gangguan pada sistem pendengaran

manusia dan biasanya tidak disertai oleh rasa sakit. Sebagian besar kasus-kasus yang

terjadi adalah temporary hearing loss dan umumnya gendang telinga yang berlubang

dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari

kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan beberapa jenis kasus berat

pada gendang telinga harus melalui operasi yang disebut tympanoplasty.

Gelombang suara yang mencapai gendang telinga akan membangkitkan getaran

pada selaput gendang telinga tersebut. Getaran yang terjadi akan diteruskan pada tiga

buah tulang, yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan stirrup (stapes) yang saling

terhubung di bagian tengah telinga (middle ear) yang akan menggerakkan fluida (cairan

seperti air) dalam organ pendengaran berbentuk keong (cochlea) pada bagian dalam

telinga (inner ear).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

13

Selanjutnya, gerakan fluida ini akan menggetarkan ribuan sel berbentuk rambut

halus (hair cells) di bagian dalam telinga yang akan mengkonversikan getaran yang

diterima menjadi impuls bagi saraf pendengaran. Oleh saraf pendengaran (auditory

nerve), impuls tersebut dikirim ke otak untuk diterjemahkan menjadi suara yang kita

dengar. Terakhir, suara akan ”ditahan” oleh otak manusia kurang lebih selama 0,1 detik

(Tambunan, 2005).

Gambar 2.1 Anatomi Telinga Manusia Sumber : Tambunan, 2005.

2.2 Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang

berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal

memahami pembicaraan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

14

2.2.1 Pengukuran ambang pendengaran

Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapat

didengar telinga (Buchari, 2007). Terdapat beberapa test yang dilakukan untuk

mengetahui fungsi pendengaran manusia, yaitu test sederhana/klasik (test berbisik dan

garpu tala) dan test pendengaran subjektif (audiometri).

a. Test sederhana/klasik.

- Test berbisik

Merupakan tes yang bersifat semi kuantitatif, dilakukan dengan tujuan

untuk menentukan derajat ketulian secara kasar. Menurut Buchari (2007),

secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat

ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut :

Tabel 2.1 Gradasi gangguan pendengaran akibat bising.

No Gradasi Parameter

1 Normal Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 meter)

2 Sedang Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m

3 Menengah Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m

4 Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak >1,5 m

5 Sangat Berat Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak <1,5 m

6 Tuli Total Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Sumber : Buchari, 2007.

- Test garpu tala

Merupakan tes yang bersifat semi kuantitatif, menggunakan garpu tala

dengan frekuensi 512 Hz. Bunyikan garpu tala pada posisi horizontal di dekat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

15

telinga, pindahkan garpu tala pada posisi vertical ke dekat telinga. Tanyakan

dalam posisi garpu tala horizontal/vertikal pasien mendengar lebih jelas.

Gambar 2.2 Penggunaan Garpu Tala

Membandingkan hantaran tulang (A) dengan hantaran udara (B) pada

telinga yang diperiksa. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila masih

terdengar dan dinyatakan negative apabila tidak terdengar. Interpretasi hasil

pengukuran adalah sesuai dengan kriteria berikut :

• Hasil test positif apabila A>B, dinyatakan normal

• Hasil test positif apabila A=B, dinyatakan tuli sensorineural

• Hasil test negatif apabila A<B, dinyatakan tuli konduktif

Kesalahan pemeriksaan pada tes ini dapat terjadi baik berasal dari

pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu

tala tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki

garpu tala mengenai aurikulum pasien. Kesalahan dari pasien misalnya pasien

lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

16

b. Test subjektif (audiometri)

Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran.

Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang

pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih daapt didengar telinga.

Adapun prosedur pengukuran audiometer adalah sebagai berikut :

1. Subjek diminta untuk duduk tenang pada ruangan yang tingkat

kebisingannya tidak lebih dari 40 dB (A)

2. Periksa kebersihan telinga, bila ada salah satu yang sakit maka tes dulu

telinga yang sehat tetapi bila semua sehat tes dulu yang kanan

3. Pasang headphone pada telinga

4. Pastikan audiometer dalam posisi siap digunakan (posisi on)

5. Atur skala, atur frekuensi

6. Tes pada frekuensi 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 3000Hz, 4000Hz, 6000Hz,

dan 8000 Hz

7. Instruksikan bila mendengar untuk memberikan kode lalu catat.

8. Catat hasil pengukurannya.

Menurut International Organization for Standardization (ISO) dalam

Pujiriani (2008) diklasifikasikan ketulian menjadi beberapa derajat (berdasarkan

ambang batas pendengaran pada pemeriksaan audiometri), yaitu:

1. Normal, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri berkisar

antara 0-25 dB (A).

2. Tuli ringan, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri

berkisar antara 26-40 dB (A).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

17

3. Tuli sedang, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri

berkisar antara 41-60 dB (A).

4. Tuli berat, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri

berkisar antara 61-90 dB (A).

5. Sangat berat, jika ambang pendengaran pada pemeriksaan audiometri >90

dB (A).

2.2.2 Pengaruh kebisingan bagi kesehatan

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap manusia, baik gangguan

auditori (gangguan pendengaran) maupun gangguan-gangguan non auditori (gangguan

fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan,

performa kerja menurun, kelelahan, dan stres).

Menurut ILO (1996) dikemukakan bahwa suatu metode sederhana untuk

menganalisis pajanan kebisingan, caranya adalah dengan berdiri pada jarak selebar bahu

dari pekerja. Jika analis tidak dapat berbicara pada tingkat suara normal dan harus

berteriak untuk dapat berkomunikasi dengan pekerja, berarti tingkat kebisingan sudah

terlalu tinggi dan harus dikurangi.

Jika kebisingan sudah seperti kondisi itu, maka akan menimbulkan gangguan

pada pekerja yang ada pada tempat kerja tersebut. Berikut ini akan dijelaskan lebih

lanjut mengenai beberapa gangguan yang terjadi akibat kebisingan :

1. Gangguan auditori (gangguan pendengaran)

Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan yang

paling serius terjadi adalah gangguan terhadap pendengaran, karena dapat menyebabkan

hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

18

bersifat sementara, tetapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya

dengar pekerja akan hilang secara menetap atau tuli.

a. Gangguan pendengaran sementara (temporary threshold shift)

Pada keadaan ini, terjadi kenaikan nilai ambang pendengaran secara

sementara setelah adanya pajanan terhadap suara dan bersifat reversibel. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran nilai ambang pendengaran

(hearing threshold level) ini adalah level suara, durasi pajanan, frekuensi yang diuji,

spektrum suara, dan pola pajanan temporal. Faktor-faktor lain seperti usia, jenis

kelamin, status kesehatan, obat-obatan ototoksik, dan keadaan pendengaran sebelum

pajanan juga mempengaruhi pergeseran nilai ambang pendengaran.

b. Gangguan pendengaran permanen (permanent threshold shift)

Terkadang, setelah seseorang terpajan bising berlebih dalam jangka waktu

yang lama, telinga orang tersebut mengalami kehilangan pendengaran yang bersifat

permanen. Kehilangan pendengaran permanen tidak akan pernah dapat disembuhkan

(ireversibel). Jenis kerusakan telinga ini dapat disebabkan oleh pajanan bising dalam

jangka waktu yang lama, namun pada beberapa kasus disebabkan oleh pajanan

bising tingkat tinggi dalam waktu yang singkat.

2. Gangguan non auditori

a. Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis yang terjadi akibat bising dapat berupa peningkatan

tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, kontriksi pembuluh darah kecil

(perifer) terutama pada bagian kaki, pucat, dan gangguan sensoris. Salah satu

gangguan fisiologis akibat bising yang terjadi pada telinga adalah telinga berdenging

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

19

(tinnitus). Tinnitus sebenarnya bukanlah penyakit, melainkan gejala awal yang dapat

menyebabkan sejumlah kondisi medis, seperti berkurang atau hilangnya

pendengaran. Tinnitus dapat dipastikan menimbulkan ketidaknyamanan serta

menghilangkan konsentrasi saat melakukan segala macam aktivitas.

b. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis yang dapat terjadi berupa rasa tidak nyaman, kurang

konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain sebagainya. Pemajanan dalam jangka waktu

yang lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis dan penyakit

jantung koroner.

c. Gangguan komunikasi

Sebagai acuan, risiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila

komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan berteriak. Gangguan komunikasi

ini menyebabkan pekerjaan menjadi terganggu, bahkan mungkin terjadi kesalahan,

terutama bagi para pekerja baru yang belum berpengalaman.

2.2.3 Penyebab gangguan pendengaran

Menurut penelitian yang dilakukan Pujiriani (2008), menyebutkan bahwa bahaya

bising dihubungkan dengan beberapa faktor penyebabnya, yaitu :

a. Intensitas

Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan

logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat

didengar. Tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel (dB (A)).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

20

b. Frekuensi

Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 20 hingga

20000 Hz. Frekuensi bicara terletak pada rentang 500-2000 Hz. Bunyi dengan frekuensi

tinggi merupakan bunyi yang paling berbahaya.

c. Durasi

Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya pajanan, dan terlihat

berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu untuk

mengukur semua elemen lingkungan akustik (meskipun sulit untuk melaksanakannya).

Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam dan memadukan

bunyi.

d. Sifat

Sifat ini mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil,

berfluktuasi, intermiten). Berdasarkan sifat ini, bising yang sangat berbahaya adalah

bising impulsif, yang terdiri dari satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi

kurang dari satu detik.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Arini (2005) faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap gangguan pendengaran akibat kerja (occupational hearing loss),

adalah sebagai berikut :

1. Intensitas suara yang terlalu tinggi (kebisingan).

2. Usia karyawan.

3. Ketulian yang sudah ada sebelum bekerja (Pre-employment hearing impairment).

4. Tekanan dan frekuensi bising tersebut.

5. Lamanya bekerja.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

21

6. Penggunaan alat pelindung telinga.

7. Gaya hidup pekerja yang merokok.

Umur merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap kerentanan

pada gangguan pendengaran akibat bising. Pada penelitian Sutanto (2001), menyatakan

bahwa pengaruh intensitas kebisingan terhadap tenaga kerja yang bekerja di lingkungan

bising dihitung mulai dari ia masuk bekerja pada umur 20 tahun sampai dengan 60

tahun. Faktor usia erat kaitannya dengan penurunan fungsi pendengaran karena faktor

penuaan (presbiakusis), dimana sudah mulai ditemukan pada usia 40 tahun dan sudah

banyak dijumpai pada usia 60 – 65 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nelson, dkk (2005) yang dikutip dari

Bashiruddin (2009) menyatakan bahwa gangguan pendengaran yang terjadi pada laki-

laki ambangnya lebih tinggi dibanding pada perempuan. Kejadian gangguan

pendengaran pun presentasenya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini

mungkin disebabkan oleh laki-laki yang lebih banyak bekerja pada lingkungan kerja

yang bising serta terdapatnya perbedaan secara hormonal antara laki-laki dengan

perempuan.

Selain itu prilaku merokok juga dapat mempengaruhi gangguan pendengaran,

menurut European Agency for Safety and Heath at work (2009), zat yang terkandung di

dalam rokok merupakan zat yang paling sering ditemui juga memapar langsung kepada

perokok. Zat tersebut memberikan efek ototoksik pada fungsi sel rambut yang

menimbulkan nicotine-like receptors pada sel rambut. Secara tidak langsung merokok

mempengaruhi suplai pembuluh darah ke koklea. Tembakau mengandung hidrogen

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

22

sianida dan bahan asfiksian yang dapat mengganggu fungsi stria vaskularis bila terpapar

dengan jumlah yang besar.

2.3 Kebisingan

2.3.1 Definisi kebisingan

Bunyi merupakan sensasi yang timbul di dalam telinga akibat getaran udara atau

media lain. Namun secara fisik, bunyi adalah getaran energy mekanik yang dirambatkan

melalui media sebagai gelombang. Setiap makhluk hidup memiliki batas frekuensi

gelombang dengar yang bervariasi. Pendengaran manusia hanya terbatas pada

gelombang dengan frekuensi 20-20000 Hz, sedangkan lumba-lumba dapat mendengar

pada frekuensi lebih dari 20000 Hz.

Secara umum, kebisingan didefinisikan sebagai suara-suara yang tidak

dikehendaki. Kebisingan juga merupakan suara yang salah, di tempat yang salah, dan

pada waktu yang salah. Sementara dalam bidang kesehatan kerja, kebisingan diartikan

sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran, baik secara kualitatif (penyempitan

spektrum pendengaran) maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran),

berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, dan pola waktu (Buchari, 2007).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi maupun suara-suara

yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat

menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian).

2.3.2 Jenis-jenis kebisingan

Menurut Roestam (2004) berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising

dapat dibagi atas 5 bagian, adalah sebagai berikut :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

23

1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif

tetap dalam batas kurang lebih 5 dB (A) untuk periode 0,5 detik berturut-turut.

Misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar.

2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga

relative tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada

prekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.

3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus

menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,

kebisingan di lapangan terbang.

4. Bising impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40

dB (A) dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.

Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

5. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising implusif, hanya saja disini terjadi

secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.

Dari semua jenis bising menurut sifatnya, bising yang dianggap lebih sering

merusak pendengaran adalah bising yang bersifat kontinyu, terutama yang memiliki

spectrum frekuensi lebar dan intensitas yang tinggi. Sementara itu, Buchari (2007)

mengelompokkan bising menurut pengaruhnya terhadap manusia, yaitu :

1. Bising yang mengganggu (irritating noise).

Bising jenis ini memiliki intensitas yang tidak terlalu keras. Contohnya adalah

suara orang mendengkur.

2. Bising yang menutupi (masking noise).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

24

Masking noise merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara

tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan

pekerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari

sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise).

Damaging noise adalah bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas.

Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2.3.3 Sumber kebisingan

Kebisingan dapat muncul dari berbagai sumber. Di lingkungan kerja, bising

dapat timbul dari berbagai benda maupun situasi yang berada di dalam maupun di luar

lingkungan kerja. Beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya bising antara lain

mesin-mesin yang berada di sekitar pekerja, proses-proses kerja, suara pekerja itu

sendiri, suara orang yang lalu-lalang, sampai bunyi yang berasal dari luar lingkungan

kerja (Pujiriani, 2008).

2.3.4 Intensitas bising

Intensitas bising atau intensitas suara adalah suatu vektor yang dihitung secara

kuantitas dan merupakan hasil dari tekanan suara dan komponen partikel percepatan

yang searah dengan vektor intensitas. Intensitas suara merupakan kekuatan suara dalam

satuan area. Intensitas suara berhubungan langsung dengan kekuatan suara dan tekanan

suara (Barron, 2003).

Berdasarkan pada penelitian Basham, dkk (2003) yang dikutip dari Arini (2005)

menyatakan bahwa intensitas suara merupakan rata-rata aliran energi suara yang

melewati satuan unit pada daerah suara. Desibel sebagaimana digunakan dalam akustik,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

25

merupakan satuan yang mengekspresikan rasio dari dua kuantitas yang menunjukkan

proporsi kekuatan. Intensitas suara tidak diukur langsung tetapi didapatkan dari

pengukuran tekanan suara. Level intensitas suara diekspresikan dalam yaitu rasio

logaritma intensitas suara di suatu lokasi.

Kebisingan dengan intensitas tinggi cenderung berakibat lebih buruk daripada

yang berintensitas rendah. Intensitas kebisingan diukur menggunakan sound level meter

dengan satuan desibel atau dB (A). Batas pajanan bising yang diperkenankan biasanya

pada atau kurang dari 60 dB (A), paparan sehari-hari di atas rata-rata batas kebisingan

yaitu diatas 85dB (A) dirasakan tidak aman karena dapat merusak sel rambut.

2.3.5 Frekuensi

Sebuah frekuensi berhubungan dengan gelombang harmonik sederhana atau

gelombang sinusoidal. Frekuensi ini berhubungan dengan frekuensi getaran dari suara

dan tidak bergantung pada material yang menghantarkan suara. Frekuensi dinyatakan

dalam Hertz (Hz) yaitu sama dengan putaran/detik. Pengertian fisika dari frekuensi

gelombang suara penting dalam kontrol kebisingan. Frekuensi yang dapat didengar oleh

telinga manusia terletak antara 16 - 20000 Hz. Frekuensi bicara terdapat antara 250 -

4000 Hz.

Telinga manusia lebih sensitif terhadap suara dengan frekuensi rendah dari pada

frekuensi tinggi sehingga frekuensi tinggi menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dari

pada frekuensi rendah (Barron, 2003).

2.3.6 Pengukuran kebisingan

Untuk mengetahui tingkat kebisingan alat yang digunakan adalah sound level

meter. Mekanisme kerja sound level meter apabila ada benda bergetar, maka akan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

26

menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini,

selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Adapun prosedur pengukuran sound

level meter adalah sebagai berikut :

1. Lakukan persiapan alat, pasang baterai dan tekan tombol ‘on’.

2. Kalibrasi alat dengan kalibrator, sehingga alat pada monitor sesuai

dengan angka kalibrator.

3. Pilih selektor pada posisi slow karena jenis bising yang akan diukur adalah

bising impulsif .

4. Tentukan lokasi pengukuran.

5. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit

dengan kurang lebih 3 kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka

yang ditunjukkan pada monitor.

6. Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan

1.3.7 Pengendalian kebisingan pada lingkungan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu program yang didasari

pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard)

dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya

yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko

kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi (Rijanto, 2010).

Terdapat undang-undang yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan

kerja di Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut : Undang-undang No. 1 Tahun

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

27

1970 tentang Keselamatan Kerja, undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang

kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang ini

menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan

badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan

dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan

kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pekerja juga berkewajiban

memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

Lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap

harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan

karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi

karyawan. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka

karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya, melakukan aktivitas sehingga waktu

kerja dipergunakan secara efektif. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang

terbentuk antara sesama karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta

lingkungan fisik tempat karyawan bekerja.

Menurut Buchari (2007), pada prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat

kerja terdiri dari :

1. Pengendalian secara teknis

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media

yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

28

bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan

hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi.

Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :

a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang

bergerak, menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan,

mengganti alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan

yang lebih baik.

b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara

dan melumasi semua bagian yang bergerak.

c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari

pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.

d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk

mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu

benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda.

e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang

kerja. Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan

bising.

2. Pengendalian secara administratif

Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh

kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah,

cara mengurangi paparan bising, melindungi pendengaran dan pengaturan jam

kerja yang sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.

51/MEN/1999 tentang nilai ambang batas faktor fisik di tempat kerja. Selain itu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

29

juga nilai ambang batas kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar

85 dB (A) untuk waktu pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Akan

tetapi NAB tersebut bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja

tidak akan terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada

saja.

Tabel 2.3. Nilai Ambang Batas Bising menurut Kepmenaker No.Kep. 51/MEN/1999

Waktu pemajanan kebisingan perhari Intensitas kebisingan dalam dB (A)

8 jam/hari 85 4 jam/hari 88 2 jam/hari 91 1 jam/hari 94

30 menit/hari 97 15 menit/hari 100 7,5 menit/hari 103 3,75 menit/hari 106 1,88 menit/hari 109 0,94 menit/hari 112

28,12 detik/hari 115 14,06 detik/hari 118 7,03 detik/hari 121 3,52 detik/hari 124 1,76 detik/hari 127 0,88 detik/hari 130 0,44 detik/hari 133 0,22 detik/hari 136 0,11 detik/hari 139

3. Pemakaian alat pelindung telinga

Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat

untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan.

Jenis-jenis alat pelindung telinga :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

30

a. Sumbat telinga (ear plugs), dimasukkan dalam telinga sampai menutup

rapat sehingga suara tidak mencapai membrane timpani. Sumbat telinga

dapat mengurangi bising s/d 30 dB (A).

b. Tutup telinga (ear muff), menutupi seluruh telinga eksternal dan

dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB (A).

c. Helmet (enclosure), menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk

mengurangi bising maksimum 35dB (A).

2.4 Kerajinan Gamelan

Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak

dapat dipisahkan, ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat. Terciptanya karya

seni, khususnya dalam seni Karawitan, karena adanya kebutuhan seniman dalam

menginterpretasikan daya imajinasinya dan instuisinya yang didukung oleh kemampuan

teknik yang dimilikinya hingga terlahir suatu bentuk karya seni yang memiliki nilai-nilai

keindahan dan dapat dinikmati, dirasakan sehingga dapat menimbulkan rasa puas baik

bagi penikmat dan seniman pelaku.

Pengrajin gamelan merupakan orang yang bekerja untuk memproduksi kerajinan

gamelan. Bengkel pembuatan gamelan (tempat kerja) merupakan tempat pengrajin

gamelan bekerja untuk memproduksi gamelan, di Bali dinamakan prapen. Gamelan

adalah benda seni sebagai penghasil bunyi yang merupakan sarana seniman dalam

menuangkan ide-ide kreatifnya dalam menghasilkan suatu karya seni music

tradisi/karawitan. Karya tersebut memiliki unsur keindahan yang dapat dirasakan baik

oleh seniman pencipta, pelaku, serta dinikmati oleh masyarakat penikmat seni. Gamelan

tidak saja dikenal oleh seniman, namun gamelan sudah sangat populer dalam tatanan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

31

budaya masyarakat Bali, karena selalu eksis dalam berbagai konteks sosial budaya

masyarakat Bali. Dengan penampilan dan penyajiannya yang kharismatik dalam setiap

event, baik dalam konteks budaya spiritual maupun entertaimen, sangat menarik untuk

mendapat dukungan dan perhatian dari masyarakat (Djelantik, 1999).

2.4.1 Gambaran lokasi pembuatan gamelan

Desa Tihingan terletak di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Desa Tihingan ini merupakan pusat kerajinan pembuatan gamelan di Bali. Masyarakat

desa ini sangat terkenal di Bali karena keahliannya membuat instrumen (gamelan) gong.

Hal ini dapat dibuktikan dengan nama para Pande Tihingan yang terdapat pada

perangkat gamelan-gamelan yang ada di desa-desa di Bali. Keahlian membuat gamelan

ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh meluhur mereka yang telah berabad-abad

lamanya.

Berbagai macam gamelan Bali dibuat secara tradisional namun dengan

bentuknya yang artistik khas Bali. Selain gong, masyarakat di desa ini dapat juga

membuat berbagai macam gamelan Bali lainnya seperti: semara pegulingan, gender

wayang, kelentangan/angklung dan lain-lainnya yang bahannya terbuat dari logam

kerawang. Masyarakat Desa Tihingan rata-rata bermata pencaharian sebagai Pande

(pembuat atau pengrajin) gamelan, ini bisa terlihat dari banyaknya bengkel kerja yang

terdapat di sana (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kbupaten Klungkung, 2011).

2.4.2 Gambaran proses pembuatan gamelan

Dalam proses pembuatan gamelan dikerjakan oleh pekerja yang memiliki

keahlian yang sama mulai dari proses persiapan pencampuran bahan, persiapan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · dapat sembuh dengan sendirinya asal selama proses penyembuhan telinga aman dari kemasukan benda-benda apa pun, termasuk air. Penyembuhan

32

perapian, pengaturan penempaan dan yang terakhir adalah finishing serta penyelarasan

nada gamelan. Semua proses kerja tersebut dapat dikerjakan oleh semua pekerja yang

disesuaikan dengan waktu kerja dari masing-masing pekerja (Djelantik, 1999).

Pembuatan gamelan biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, dari semua tahap

pembuatan gamelan proses penempaan memegang peranan yang penting terhadap

keberhasilan dalam pembentukan dari berbagai jenis gamelan yang akan di bentuk.

Penempaan untuk membentuk gamelan menggunakan palu yang besar, dilakukan

dengan urutan melingkar hingga pukulan awal dan akhir saling bertemu dan bergerak

mundur hingga beberapa kali pukulan, begitu seterusnya hingga diperoleh diameter yang

diinginkan. Pada proses penempaan inilah menghasilkan bunyi bising impulsif yang

dapat mengganggu pendengaran pekerja pengrajin gamelan.