Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecemasan
Kecemasan atau yang biasanya disebut ansietas dapat terjadi pada
setiap pasien dan anggota keluarga pasien yang sedang berada di rumah
sakit, kecemasan pada setiap orang berbeda-beda (Morrrison & Burnard,
2009). Rasa takut dan rasa waspada yang tidak jelas juga dapat dialami
oleh orang yang mengalami kecemasan, hal tersebut menyebabkan rasa
yang tidak menyenangkan pada setiap orang (Pieter, Janiwarti & Marti,
2011).
Faktor yang menyebabkan kecemasan yang terjadi pada pasien di
ruang ICU/ICCU dapat disebabkan karena faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, faktor lainnya yang mendukung dalam mempengaruhi
kecemasan pasien yang sudah dijelaskan pada penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan
komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien, yaitu salah satu
faktornya penyebab kecemasan pasien adalah penanganan yang dialami
oleh pasien di ICU. Tindakan penangan yang akan terjadi pada pasien,
perawat perlu meminta persetujuan pasien, namun jika perawat atau tenaga
kesehatan tidak memberikan komunikasi terapeutik yang baik dengan
13
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
pasien dampaknya pasien akan mengalami kecemasan dan kebingungan,
seharusnya perawat perlu menjelaskan alasan akan dilakukaknnya
penanganan, memberi tahu informasi yang valid terhadap tindakan
penanganan. Jika hal tersebut tidak berjalan dengan baik akan
memperlambatan persetujuan (inform consent) dan jika perawat
melakukan komunikasi yang baik akan menghasilkan mutu pelayanan
yang bagus. Kemudian dalam penelitian untuk mengukur kecemasan
pasien dengan menggunakan alat ukur kuesioner Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS) dan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
komunikasi perawat akan menggunakan kuesioner yang telah digunakan
dalam penelitian sebelumnya dan kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan
dalam penelitian ini.
a. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Keliat, Wiyono, & Susanti (2011), tanda dan gejala pada
kecemasan ada 3 hal diantaranya:
1) Respon fisik (mungkin ditemukan) : nafas pendek, nadi, dan
tekanan darah naik, mulut keringat anoreksia, diare/ konstipasi,
gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, dan sulit tidur.
2) Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak mampu
menerima rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya.
14
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, bicara
berlebih dan cepat, perasaan tidak aman.
b. Penyebab Kecemasan
Penyebab ansietas menurut Keliat (2011) yaitu :
1) Perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu.
2) Pengalaman traumatis seperti perpisahan, kehilangan atau bencana.
3) Rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.
4) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan terhadap kebutuhan dasar.
5) Ancaman konsep diri (identitas diri, harga diri, dan perubahan peran).
c. Faktor Predisposisi Dan Faktor Presipitasi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Struart (2013), pada faktor predisposisi berbagai teori telah
dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan :
a) Dalam pandangan psikoanalitisi, ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan
superego. Id memiliki dorongan insting dan impuls primitive,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
15
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama
rentan mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga
tumpang tindih antara gangguan ansietas dan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkana bahwa otak mengandung
reseptor khusus untu benzodiazepine, obat-obatan untuk
meningkat neuregulator inhibisi asam gama- aminobutirat
(GABA), yang berberperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan umum
individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata
sebagai predisposisi ansietas. Anietas mungkin disertai dengan
16
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Mariyam (2008) mengatakan faktor faktor yang
memperngaruhi tingkat kecemasan, anatara lain :
a) Faktor Internal
(1) Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan
bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan
kenyamanan, reassurance dan nasehat- nasehat.
(2) Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman
menghadapi stress dan upaya cara menghadapinya akan cenderung
menganggap stress adalah masalah yang bias diselesaikan. Tiap
pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari
pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stress.
(3) Jenis Kelamin
Bahwa jenis kelamin merupakan faktor internal yang dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Bahwasanya jenis
kelamin perempuan pada umumnya lebih rentan mengalami
17
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kecemasan dibandingkan jenis kelamin laki-laki, karena dirasa
perempuan lebih mempunyai perasaan yang sensitive terhadap
permasalahan, sehingga mekanisme koping perempuan lebih kurang
baik dibandingkan laki-laki.
b) Faktor Eksternal
(1) Pengetahuan
Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan kemampuan
intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya
diri dalam menghadapi stress mengikuti berbagai kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu
tersebut.
(2) Pendidikan
Pendidikan pula dapat meningatkan kemampuan mengahadapi
stress. Semakin tinggi kehidupan seseorang akan mudah dan semakin
mampu menghadapi sstres yang ada.
(3) Financial / Material
Asset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan
individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan finansial,bila hal
ini terjadi dibandingkan orang lain yang asset finansialnya terbatas.
18
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
(4) Keluarga
Keluarga kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran
pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri
dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan
yang dihadapi suami akan dapat memberikan dukungan kepada
kondisi stress suaminya
(5) Sosial Budaya
Dukungan sosial dan sumber-sumber masyarakat serta
lingkungan sekitar akan sangat membantu seseorang dalam
menghadapi stressor, pemecahan masalah bersama-sama dan tuka
pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu
lebih siap menghadapi stress yang akan datang.
d. Tingkatan Kecemasan
Menurut Stuart (2013) menyatakan bahwa ada beberapa tingkatan ansietas,
terbagi menjadi beberapa yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas
berat, dan panik.
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan (ansietas) ringan berhubungan dengan ketegangan
peristiwa kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Orang yang
mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan
19
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
kreativitas. Respon-respon fisiologis orang yang mengalami ansietas
ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan
darah dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala
pada lambung. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan
adalah lapang persepsi melebar, dapat menerima rangsangan yang
kompleks, berkonsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan
masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi dari orang yang
mengalami ansietasringan adalah tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
2) Kecemasan Sedang
Pada ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang lebih penting dan mengesampingkan hal yang lain .
Respon fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah
sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare, konstipasi, dan gelisah. Respon kognitif orang yang
mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang menyempit,
rangsangan dari luar sulit diterima, berfokus terhadap apayang
menjadi perhatian. Respon perilaku dan emosi orang yang mengalami
ansietas sedang adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas
tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.
3) Kecemasan Berat
Pada ansietas berat lapangan persepsinya menjadi sangat
sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal yang rinci dan
20
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
spesifik serta mengabaikan hal-hal lain. Semua ditunjukan untuk
mengurangi ketegangan. Individu sulit berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain. Respon-respon fisiologis ansietas berat adalah napas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, sakit kepala,
penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif orang
yang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat
sempit dan tidak mampu untuyk menyelesaikanmasalah.Respon
perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi
yang cepat dan blocking.
4) Panik
Pada tingkatan panic berhubungan dengan terrperangah,
ketakutan, dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
mampu melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan.
Respon-respon fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik,
sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik yang sangat
rendah. Sementara respon-respon kognitif penderita panik adalah
lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir
secara logis. Respon perilaku dan emosinya terlihat dengan adanya
agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, blocking,
kehilangan kontrol diri, dan memiliki persepsi yang kacau.
21
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Sumber : Stuart (2013)
Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas
2. Komunikasi Terapeutik
a. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara perawat
dengan pasien secara aktif, mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukan sikap mau menerima dan mau memahami
sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang
dirinya, serta memberikan informasi tentang kondisi pasien yang dirawat
di ruang ICU (Videbeck, SL. 2008). Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar di mana kegiatan dan tujuan
dipusatkan ntuk kesembuhan pasien Uripni (dalam Taufik 2010).
Keberadaan komunikasi terapeutik memiliki peranan yang penting dalam
membantu seorang klien dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kesimpulan dari Damaiyanti (2008) terapeutik merupakan kata sifat yang
dihubungkan dengan seni dari penyembuhan sehingga terapeutik juga
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
22
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Terapi atau pengobatan, adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya
mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis.
Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Di
antara psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Therapy berarti
pengobatan; terapeutik. Seorang yang ahli dalam pengobatan penyakit atu
gangguan lainnya disebut therapist. Therapeutik adalah yang berkaitan
dengan terapeutik atau terapi.
Menurut Kusumawati (2011) Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan, serta
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi)
yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan
pasien.
Menurut Abdolrahimi et al. (2017) komunikasi adalah fenomena yang
rumit dengan berbagai jenis yang memainkan peran penting dalam
memberikan perawatan etis. Jenis komunikasi utama, komunikasi
terapeutik antara penyedia layanan kesehatan dan pasien, merupakan
subjek penting dalam literatur keperawatan. Meskipun subjek ini adalah
yang lama, kemajuan terbaru di bidang perawatan kesehatan dan
pendekatan perawatan yang berpusat pada pasien telah meningkatkan
pentingnya komunikasi terapeutik. Periode beberapa waktu perawat
melakukakan komunikasi terpeutik dengan pasien atau keluarga untuk
23
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengurangi masalah fisik. Jika komunikasi terapeutik gagal akan
mengakibatkan kecemasan, depresi depresi, harga diri rendah dan
keberhasilan menjadi menurun. Penting bahwa perawat perlu mendalami
tentang komunikasi terapeutik untuk memastikan komunikasi yang efektif
dengan pasien maupun dengan keluarga pasien.
b. Sikap Terapeutik
Menurut Taufik (2010) sikap terapeutik dibagi menjadi beberapa yaitu
berhadapan dengan lawan bicara, memepertahankan kontak mata,
membungkuk ke arah lawan biacara, memperlihatkan sikap terbuka dan
rileks.
c. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
1) Menurut (Taufik, 2010) komunikasi terapeutik dibagi menjadi
beberapa yaitu :
a) Keikhlasan
Dalam upaya memberikan bantuan pada klien, seorang tenaga
kesehatan harus dapat menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan
yang dimiliki pasien, sehingga dapat mengkomunikasikan dengan
tepat.
b) Empati (emphaty), berbagai aspek empati :
(1) Aspek mental
24
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunkan
paradigm orang lain tersebut. Aspek mental juga berarti
memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.
(2) Aspek verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman
terhadap perasan dan alasan reaksi emosional klien. Aspek verbal
dalam menunjukkan empati memerlukan hal-hal sebagai berikut :
keakuratan, kejelasan, kealamiahan, dan mengecek.
(3) Aspek nonverbal
Aspek nonverbal yang diperlukan adalah kemampuan
menunjukkan empati dengan kejahatan dan kesejatian.
2) Menurut Potter and Perry (2013) Teknik komunikasi terapeutik ada
beberapa yaitu:
a) Mendengarkan Aktif (Active Listening) - Memperhatikan apa
yang dikatakan klien, secara verbal dan non-verbal. Duduk
menghadap klien, buka postur, condong ke arah klien, kontak
mata, dan rileks.
b) Berbagi Pengamatan (Sharing Observations) - Membuat
pengamatan dengan berkomentar tentang bagaimana orang lain
terlihat, terdengar, atau bertindak.
25
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c) Berbagi Empati (Sharing Empathy) - Kemampuan untuk
memahami dan menerima realitas orang lain, untuk merasakan
perasaan secara akurat, dan untuk mengkomunikasikan
pemahaman
d) Berbagi Harapan (Sharing Hope) - Mengomunikasikan “rasa
kemungkinan” kepada orang lain. Dorongan saat umpan balik
yang tepat dan positif.
e) Berbagi Humor (Sharing Humor) - Memberikan kontribusi pada
perasaan kebersamaan, kedekatan dan keramahan.
Mempromosikan komunikasi positif dengan cara-cara berikut;
pencegahan, persepsi, perspektif.
f) Berbagi Perasaan (Sharing Feelings) – Perawat dapat membantu
klien mengekspresikan emosi dengan melakukan pengamatan,
mengakui perasaan, dan mendorong komunikasi, memberikan
izin untuk mengekspresikan perasaan "negatif" dan memodelkan
kemarahasn yang sehat.
g) Menggunakan Sentuhan (Using Touch) - Bentuk komunikasi
paling kuat. Sentuhan kenyamanan seperti memegang tangan,
sangat penting untuk klien yang rentan yang mengalami
penyakit berat.
h) Diam (silence) - Waktu bagi perawat dan klien untuk mengamati
satu sama lain, memilah perasaan, memikirkan bagaimana
mengatakan sesuatu, dan mempertimbangkan apa yang telah
26
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
dikomunikasikan secara verbal. Perawat harus memungkinkan
klien untuk memecah keheningan.
i) Memberikan Informasi (Providing Information) - Informasi
yang relevan penting untuk membuat keputusan, mengalami
lebih sedikit kecemasan, dan merasa aman dan aman.
j) Klarifikasi (Clarifying)- Untuk memeriksa apakah pemahaman
itu akurat, atau untuk lebih memahami, perawat mengulangi
pesan yang tidak jelas atau ambigu untuk memperjelas arti
pengirim.
k) Fokus (Focusing) - Memperhatikan satu ide yang diekspresikan
atau bahkan satu kata.
l) Parafrase (Paraphrasing) – Mengulangi pesan orang lain lebih
singkat dengan menggunakan kata-kata sendiri. Ini terdiri dari
pengulangan dalam kata-kata yang lebih sedikit dan lebih segar
ide-ide penting dari klien.
m) Mengajukan Pertanyaan yang Relevan (Asking Relevan
Questions)– Untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan. Hanya mengajukan satu pertanyaan
pada satu waktu dan sepenuhnya mengeksplorasi satu topik
sebelum pindah ke area lain. Pertanyaan-pertanyaan terbuka
memungkinkan untuk mengambil pokok pembicaraan dan
memperkenalkan informasi terkait tentang suatu topik.
27
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
n) Meringkas (Summarizing) - Menyatukan informasi untuk
dokumentasi. Memberi klien rasa yang Anda pahami. Ini adalah
tinjauan singkat dari aspek-aspek kunci dari suatu interaksi.
Meringkas membawa rasa penutupan.
o) Pengungkapan Diri (Self Disclosure) - Pengalaman pribadi
yang benar-benar nyata tentang diri, secara sengaja diungkapkan
kepada orang lain untuk tujuan menekankan baik persamaan dan
perbedaan pengalaman. Pertukaran ini ditawarkan sebagai
ekspresi keaslian dan jujur oleh perawat dan pengungkapan
harus relevan dan tepat.
p) Konfrontasi (Cofrontation) - Membantu klien menjadi lebih
sadar akan ketidakkonsistenan dalam perasaan, sikap,
keyakinan, dan perilakunya. Hanya untuk digunakan setelah
kepercayaan telah ditetapkan, & harus dilakukan dengan lembut,
dengan kepekaan.
3. Ruang Intenive Coronary Care Unit
a. Sejarah dan Definisi Intensive Coronary Care Unit
Sebelum Intensive Coronary Care Unit (ICCU) ada, pengobatan
penyakit Infark miokard akut dan penyakit kardiovaskuler yang lainnya di
lakukakn di bangsal medis umum dan diarahkan pada penyembuhan infark
dan pencegahan rupture jantung. Ini biasanya melibatkan periode bedrest
yang lama dan dukungan tenaga keperawatan intensif yang sedikit
jumlahnya. Unit perawatan koroner/ jantung pertama kali dibangun pada
28
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
tanggal 20 Mei 1962 oleh Hughes di kota Kansas, dan dengan cepat diikuti
di Toronto, Sydney, New York, Philadelphia pada tahun 1972 (Thompson,
2011).
Dengan adanya permintan masyarakat medis yang meminta untuk
penegmbangan unit serupa, sehingga pada awal 1970an banyak rumah
sakit besar memiliki fasilitas untuk memeantau pasien koroner akut, baik
sebagai dari bangsal umum atau unit perawatan intensif terpisah. Setelah
pembentukan unit perawatan coroner, angka kematian pasien semakin
menurun jumlah angka kematiannya.
ICU/ICCU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi- fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staff medik, perawat, dan staff lain yang
berpengalaman dalam peneglolaan keadaan- keadaan tersebut. Fungsi
utama ICU/ ICCU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian
medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatn dan
perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).
ICU/ICCU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan
staff yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditunjukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit
akut, cedera atau penyulit- penyulit yang mmengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang diharapkan masih
reversible (Kemenkes, 2011).
29
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Intensive care unit/ intensive caardiac care unit (ICU/ICCU) adalah
layanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan secara
terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih
khusus dan berisi perlatan pemantauan dan dukungan khusus untuk pasien
yang membutuhkan perawatan dan observasi intensif dan komprehensif,
karena syok, trauma, atau kondisi yang mengancam jiwa
(http://kamuskesehatan.com).
b. Staff ICU/ ICCU
Dasar pengelolaan pasien ICU/ICCU adalah pendekatan
multidisiplin dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang dan keahliannya serta bekerjasama
dalam satu tim yang dipimpin oleh seorang Dokter intensive/ spesialis
anestesiologi. Berdasarkan ketetapan KEMENKES tim Intensive Care
terdiri dari:
1) Intensive/ spesialis anestesiologi atau dokter spesialis yang
berkompeten dalam ilmu kedokteran intensive care sesuai ICU/ ICCU.
2) Perawat intensive care
3) Dokter ahli mikrobiologi klinik
4) Ahli farmasi klinik
5) Ahli nutrisi klinik, dietisen
6) Fisioterapi
7) Tenaga lain yang sesuai dengan klasifiksi ruang ICU/ ICCU
30
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Dalam unit perawatan intensive semua staff multidisiplin
mempunyai lima karakter berdasarkan pada ketetapan Kementrian
Kesehatan RI antara lain:
1) Staff medik dan keperawatan yang purna waktu sebagai keoala
dengan otoritas dan tanggung jawab penuh terhadap managemen
ruangan
2) Staff medic, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi
klinik dan mikrobiologi klinik yang berkolaborasi dengan
pendektan multisiplin.
3) Mempergunakan standart, protocol guidline untuk emmastikan
pelayanan yang konsisten baik dokter, perawat ataupun staff yang
lainnya.
4) Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi
bagi managemen ruang intensive care
5) Menekankan pada pelayanan yang sudah terseertifikaso,
pendidikan, pelatihan, masalah etik dan pengutamaan pasien.
Seorang perawat yang bertugas di ruang ICU/ICCU melaksanakan
tiga tugas utama yaitu life support, memonitor keadaan pasien, dan
perubahan keadaan pasien akibat pengobatamm fan mencegah komplikasi
yang mungkin terjadi pada pasien
Standar minimum untuk semua staff harus merupakan kemampuan
untuk menilai pasien akut, kemampuan untuk menerapkan, mendukung
kehidupan langsung dan pemahaman tentang obat jantung modern dan
31
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
prosedur pemberiannya. Rasio staff keperawatan tergantung pada kondisi
local dan pada ketajaman pasien, yang ditentukan oleh kebijakan masuk.
Tingkat dan arah tenaga keperawatan berdasarkan pada keahlian yang
bervariasi dengan masing-masing model perawatan coroner. Keterampilan
minimum untuk staff termasuk penilaian klinis pasien jantung, life support
jantung dasar dan lanjutan, pengetahuan saat ini, obat jantung, dan
prosedur.
c. Perlatan Di Ruang ICU/ ICCU
Peralatan memadai baik kualitas dan kuantitas akan mendukung
dan membantu lancarnya pelayanan di ruang ICU/ICCU. Peralatan dasar
yang digunkan di ICU/ICCU menurut KEMENKES Derektorat Jendral
Bina Upaya Kesehatan (2011) sebagai berikut :
1) Ventilasi mekanik
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
3) Alat hisap
4) Peralatan akses vaskuler
5) Peralatan monitor invasive dan non invasive.
Perlatan monitor invasive antara lain:
1) Monitor tekanan darah invasive
2) Tekanan vana sentral
3) Tekanan bagian pulmonalis (Swan Ganz)
Sementara perlatan monitor non invasive anatara lain:
1) Tekanan darah
32
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) EKG dan laju jantung
3) Saturasi oksigen (pulse oximetry)
4) Kapnograf
5) Defiblilator dan alat pacu jantung
6) Alat pengukur suhu pasien
7) Perlatan drain thorax
8) Pompa infuse dan pompa syiringe
9) Peralatan portable untuk trasnportasi (ventilator dan monitor)
10) Tepat tidur khusus
11) Lampu untuk tindakan
12) Continous Renal Rplacement Therapy
d. Manajemen Mutu Di Ruang ICCU
Prinsip dalam pengingkatan mutu berkelanjutan dan manajemen
kualitas total telah digariskan dalam literature yang cukup besar pada
peningkatan kualitas dan kesehatan. Prinsip-prinsip terus menerus
dikembangkan untuk peluang perbaikan, yang siap untuk diterapkan dalam
perawatan janyung adalah persepsi pasien sebagai konsumen yang layak,
tidak hanya keunggulan dalam perawatan medis , tetapi juga dalam semua
aspke perawatan mereka sebagai pribadi.
Ini merupakan tantangan yang mulai jauh lebih luas dari pada proses
tradisional jaminan kualitas atau perbaikan. Sementara jaminan kualitas
sangat penting dan membuntuhkan sumber daya yang dialokasikan untuk
33
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
itu, itu hanya mewakili bagian yang sempit dari spectrum managemen
kualitas total dalalm managemen perawatan jantung modern.
Unit perawatan koroner perlu memiliki focus pada managemen
kualitas total yang mencakup arah yang jelas dari unit ini, tim yang
bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan jaminan kualitas serta
pengumpulan data terus menerus ulang tujuan dan sasaran
Yang penting dalam kegiatan unit perawatan jantung adalah jaminan
kualitas yang mendefinisikan masalah, pemantauan hasilnya, mereview
hasil, membuat rencana untuk perbaikan, melaksanakan, dam memanatau
hasil dengan maksud untuk perbaikan terus- menerus dan menjadi bagian
dari filosofi semua anggota perawatan koroner (Thompson, 2011).
Unit perawatan koroner modern yang merupakan bagian dari system
secara keseluruhan, dengan mecakup hubungan dekat dengan masyarkat,
pelayanan medis darurat EMS (Electronic Medical Systems), area
perawatan kritis rumah sakit lain (ICU, ED), Cath Lab (Catheterization
Laboratory) dan daerah procedural CABG (Coronary Artery Bypass
Graffing) dan PCI. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai pengaruh eksternal,
pendektan system akan menyebabkan hasil yang lebih baik.
e. Indikasi Paien Masuk ICU/ ICCU
Pada dasarnya pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU adalah pasien
dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversible (pulih kembali)
mengingat ICU adalah ruang perawatan yang membutuhkan biaya tinggi
dan peralatan serta tenaga yang khusus. Pasien yang layak dirawat di
34
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
ICU/ICCU menurut KEMENKES RI Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan (2011) adalah :
a. Pasien yang memerlukan perawatan intensive medis oleh tim intensive
care.
b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
kosntan, terus menerus dan metode titrasi.
c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan
tindakan segera untuk mencegah dampak dekompensasai fisiologis,
yang termasuk ke dalam sakit kritia yaiitu penyakit janyung koroner.
35
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Kerangka Teori
Sumber :Kemenkes RI (2011), Mariyam (2008), Marliyn (2010), Stuart (2013),
Potter and Perry (2013), Taufik (2010)
Gambar : 2.3 Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi
kecemasan:
Faktor
Predisposisi
Faktor
Presipitasi
- Internal
- Ekternal
Pelaksanaan
Komunikasi
Terapeutik
Tingkat kecemasan:
Pasien diruang
ICCU :
-Kristis (tidak
stabil)
-Pasien yang
terancam jiwa
dan nyawanya
Teknik Komunikasi
Terapeutik
1. Tidak Ada
Kecemasan
2. KecemasanRingan
3. Kecemasan Sedang
4. Kecemasan Berat
36
Hubungan Pelaksanaan Komunikasi..., Wahyu Sri Utami, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
C. Kerangka Konsep
Gambar : 2.4 Kerangka konsep
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini :
Ha : Ada Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo
Tingkat kecemasan
pasien di ICCU:
1. Tidak Ada
Kecemasan
2. Kecemasan
Ringan
3. Kecemasan
Sedang
4. Kecemasan
Berat
Pelaksanaan komunikasi
terapeutik