43
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Gagal Jantung 1. Definisi Gagal Jantung Dekompensasi kordis (gagal jantung) merupakan keadaan abnormal dimana terdapat gangguan fungsi jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dalam kondisi istirahat maupun aktivitas normal (Murwani, 2009). Definisi lain disampaikan oleh Nugroho (2011) gagal jantung dapat diartikan sebagai kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan oksigen. Menurut Black & Hawks (2014) gagal jantung adalah suatu kondisi fisiologis ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (ditentukan sebagai konsumsi oksigen). Sedangkan menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia (2017) menyebutkan bahwa gagal jantung terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah suatu keadaan dimana otot jantung tidak dapat memompa atau mengalami disfungsi yang mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh dalam kondisi istirahat maupun beraktivias.

BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gagal Jantung

1. Definisi Gagal Jantung

Dekompensasi kordis (gagal jantung) merupakan keadaan abnormal

dimana terdapat gangguan fungsi jantung yang mengakibatkan

ketidakmampuan jantung dalam memompa darah keluar untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh dalam kondisi istirahat maupun aktivitas

normal (Murwani, 2009). Definisi lain disampaikan oleh Nugroho (2011)

gagal jantung dapat diartikan sebagai kondisi dimana jantung tidak

mampu memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh

untuk keperluan metabolisme dan oksigen.

Menurut Black & Hawks (2014) gagal jantung adalah suatu kondisi

fisiologis ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (ditentukan sebagai konsumsi

oksigen). Sedangkan menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah

Indonesia (2017) menyebutkan bahwa gagal jantung terjadi saat jantung

tidak mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah

suatu keadaan dimana otot jantung tidak dapat memompa atau

mengalami disfungsi yang mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan tubuh dalam kondisi istirahat maupun

beraktivias.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

8

2. Organ dalam Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem peredaran darah manusia tersusun atas organ-organ yang berperan

dalam pengangkutan darah di dalam tubuh. Adapun organ penyusun sistem

peredaran darah pada manusia, meliputi:

Gambar 2.1 Anatomi Jantung

Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-pada-

sistem-peredaran-darah.html

a. Jantung

Jantung merupakan organ vital di tubuh manusia yang bertugas

sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini terletak di antara

paru-paru, di tengah dada, tepatnya di bagian belakang sisi kiri tulang

dada. Jantung memiliki ukuran yang sedikit lebih besar dari kepalan

tangan.

Di dalam jantung terdapat empat ruangan yang terbagi menjadi dua

bilik (ventrikel) dan dua serambi (atrium). Serambi dan bilik kiri

jantung berisi darah bersih yang kaya akan oksigen, sedangkan bilik

dan serambi kanan berisi darah kotor. Selain memiliki empat ruangan,

jantung juga mempunyai empat katup yang berguna untuk menjaga

supaya darah tetap mengalir ke arah yang benar. Detak jantung orang

normal berkisar antara 60-100 kali per menit. Namun ada

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

9

pengecualian, misalnya pada atlet yang bugar, detak jantungnya bisa

di bawah 60 kali per menit.

Gambar 2.2 Pembuluh Darah

Sumber : https://pustakasehatku.blogspot.com/2015/09/penyakit-

pada-sistem-peredaran-darah.html

b. Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan sistem peredaran darah berbentuk tabung

otot elastis atau pipa yang berfungsi membawa darah dari jantung ke

bagian tubuh lain, ataupun sebaliknya. Pembuluh darah bisa

dibedakan menjadi dua, yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh

balik (vena).

1) Pembuluh Darah Arteri.

Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah keluar

dari jantung, baik ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru. Darah

yang dialirkan pembuluh arteri mengandung banyak oksigen,

kecuali pada arteri pulmonalis, yang khusus membawa darah kotor

untuk dialirkan ke paru. Darah bersih yang dipompa keluar dari

jantung akan melalui pembuluh darah utama (aorta) dari bilik kiri

jantung. Aorta ini kemudian bercabang menjadi pembuluh darah

yang lebih kecil (arteri), yang menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Berikut adalah ciri ciri pembuluh darah arteri :

a) Tempat mengalirnya darah yang dipompa dari bilik kiri.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

10

b) Merupakan pembuluh yang liat dan elastic.

c) Tekanan pembuluh lebih kuat dari pembuluh balik.

d) Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat

di luar jantung.

e) Terdiri dari, aorta, arteriol dan kapiler.

f) Dindingnya terdiri dari, lapisan dalam (endothelium), lapisan

tengah (otot polos), lapisan luar (jaringan ikat).

2) Pembuluh Darah Vena.

Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah

kembali ke jantung, dari seluruh tubuh atau dari paru-paru. Vena

cava membawa darah kotor yang mengandung karbon dioksida dari

seluruh tubuh, yang kemudian akan dialirkan ke paru-paru untuk

ditukar dengan oksigen melalui proses pernapasan. Sedangkan vena

pulmonalis (vena paru) membawa darah bersih yang kaya oksigen

dari paru-paru menuju jantung.

Berikut adalah ciri-ciri pembuluh darah vena :

a. Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah dikenali.

b. Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastic dibandingkan

arteri.

c. Tekanan pembuluh lebih lemah dibandingkan arteri.

d. Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula

semilunaris).

e. Pembuluh vena terdiri dari Vena cava superior, Vena cava

interior dan vena cava pulmonalis.

c. Darah

Darah adalah komponen terpenting dari sistem peredaran darah. Darah

memiliki fungsi sebagai pembawa nutrisi, oksigen, hormon, antibodi,

serta berbagai zat lainnya, dari dan ke seluruh tubuh. Darah manusia

terdiri dari beberapa bagian, yang meliputi plasma darah dan sel-sel

darah.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

11

a. Plasma darah, merupakan cairan berwarna kekuningan pada darah

yang bertugas membawa zat-zat penting, seperti hormon, protein,

dan faktor pembekuan darah.

b. Sel darah merah (eritosit), sebagai pembawa oksigen dan karbon

dioksida.

c. Sel darah putih (leukosit), membantu mempertahankan tubuh dari

infeksi virus, kuman, jamur, dan parasit.

d. Keping darah (trombosit), dibutuhkan tubuh untuk membantu

proses pembekuan darah.

3. Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem peredaran darah manusia dapat terbagi menjadi tiga, yakni sirkulasi

sistemik, sirkulasi pulmonal, dan sirkulasi koroner. Ketiga sirkulasi ini

saling bekerja sama untuk memastikan kelangsungan hidup manusia.

a. Sirkulasi Sistemik

Sirkulasi sistemik merupakan sirlukasi darah yang mencakup seluruh

tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah yang mengandung oksigen

mengisi serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis, usai melakukan

pelepasan karbon dioksida di paru-paru. Kemudian, darah yang sudah

berada di serambi kiri diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya

disalurkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta).

Darah yang dipompa melewati aorta akan terus mengalir hingga ke

bagian paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan berbagai

zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir kembali

menuju serambi kanan jantung untuk mengalami proses pembersihan

darah.

b. Sirkulasi Pulmonal

Sirkulasi pulmonal (paru), ini merupakan sirkulasi darah dari jantung

menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat darah

yang mengandung karbon dioksida dari sisa metabolisme tubuh

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

12

kembali ke jantung melalui pembuluh vena besar (vena cava). Lalu,

memasuki serambi kanan dan diteruskan ke bilik kanan jantung.

Selanjutnya, darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke

paru-paru melalui arteri pulmonalis, untuk melakukan pertukaran gas

karbon dioksida dengan oksigen. Setelah itu, darah bersih yang kaya

oksigen akan memasuki serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.

c. Sirkulasi Koroner

Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan

oksigen dan nutrisi supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Darah yang menutrisi jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke

otot-otot jantung. Maka dari itu, sumbatan pada arteri koroner bisa

mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung, sehingga

meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Gambar 2.3 Peredaran Darah pada Manusia

Sumber : https://www.softilmu.com/2014/11/sistem-peredaran-darah-

manusia.html

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

13

4. Macam-macam Peredaran Darah Manusia

Peredaran darah manusia termasuk peredaran darah tertutup, artinya

peredaran darah selalu beredar di dalam pembuluh darah. Peredaran darah

manusia adalah peredaran darah ganda, karena darah melewati jantung dua

kali yang terdiri dari :

a. Peredaran darah besar

Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah

yang kaya oksigen dari ventrikel kiri yang diedarkan ke seluruh

jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan

tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena

menuju atrium kanan.

Peredaran darah besar : Ventrikel kiri → Aorta → Pembuluh arteri →

Pembuluh kapiler → Pembuluh vena → Atrium kanan.

b. Peredaran darah kecil

Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang mengalirkan darah

dari jantung ke paru paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya

karbondioksida dari ventrikel kanan dialirkan ke paru paru melalui

arteri pulmonalis, di alveolus paru paru darah tersebut bertukar dengan

darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke

atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis.

Peredaran darah kecil : Ventrikel kanan → Paru paru → Atrium kiri.

5. Patofisiologi pada Gagal Jantung

Ketika jantung mulai gagal, mekanisme diaktifkan untuk mengkompensasi

kerusakan fungsi dan mempertahankan curah jantung. Mekanisme

kompensasi utama adalah mekanisme Frank-Starling, respon

neuroendokrin termasuk sktivasi sistem saraf simpatis dan RAAS, dan

hipertrofi miokardium.

Penurunan curah jantung pada awalnya menstimulasi baroreseptor aorta,

yang pada gilirannya menstimulasi sistem saraf simpatis (SNS). Stimulasi

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

14

SNS menghasilkan respons jantung dan vaskular lewat pelepasan

norepinefrin. Norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan

kontraktilitas dengan menstimulasi reseptor beta jantung. Curah jantung

membaik saat frekuensi jantung dan volume sekuncup meningkat.

Norepinefrin juga menyebabkan vasokontriksi arteri dan vena, meningkat

aliran balik vena ke jantung. Peningkatan aliran balik vena maningkatkan

pengisian ventrikel dan peregangan miokardium, meningkatkan tenaga

kontraksi (mekanisme Frank-Starling). Peregangan berlebihan serabut otot

yang melebihi batasan fisiologisnya menghasilkan kontraksi yang tidak

efektif.

Aliran darah direstribusikan ke otak dan jantung untuk mempertahankan

perfusi ke organ vital ini. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan renin

dilepaskan dari ginjal. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron

menghasilkan vasokontriksi tambahan dan menstimulasi korteks adrenal

untuk menghasilkan aldosteron (RAAS) dan hipofisis posterior untuk

melepaskan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron menstimulasi

reabsorpsi antrium pada tubulu ginjal, meningkatkan retensi air. ADH

bekerja di tubulus ginjal untuk menghambat eksresi air dan menyebabkan

vasokontriksi. Efek hormon ini adalah vasokontriksi signifikan dan retensi

garam dan air, dengan hasil peningkatan volume vaskular. Peningkatan

pengisian ventrikel meningkatkan tenaga kontriksi, yang memperbaiki

curah jantung. Peningkatan volume vaskular dan aliran balik vena juga

meningkatkan tenaga atrium, menstimulasi pelepasan hormon tambahan,

faktor natriuretik atrium (atrial natriuretic factor, ANF) atau atriopeptin.

Faktor natriuretik atrium menyeimbangkan efek hormon lain hingga

derajat tertentu, meningkatkan eksresi natrium dan air dan menghambat

pelepasan norepinefrin, renin, dan ADH. Hormon ini dianggap sebagai

cara pencegahan alamiah yang menghambat dekompensasi jantung berat.

Remodeling vaskular terjadi saat ruang jantung dan miokardium

beradaptasi dengan volume cairan dan tekanan meningkat. Ruang tersebut

berdilatasi untuk mengakomodasi kelebihan cairan yang dihasilkan oleh

peningkatan volume cairan dan pengisian yang tidak komplet. Pada

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

15

awalnya, regangan tambahan ini menyebabkan kontraksi yang lebih

efektif. Hipertrofi ventrikel terjadi saat sel serabut otot jantung yang ada

membesar, meningkatkan elemen kontraktilnya (aktin dan miosin) dan

memaksa kontraksi.

Meskipun respons ini dapat membantu dalam pengaturan jangka pendek

curah jantung, kini dikenali bahwa respons ini mempercepat perburukan

fungsi jantung. Awitan gagal jantung ditandai dengan dekompensasi,

hilangkan kompensasi yang efektif. Gagal jantung memburuk akibat

mekanisme berlebihan yang pada awalnya mempertahankan stabilitas

sirkulasi.

Frekuensi jantung yang cepat memperpendek waktu pengisian diastolik,

mengganggu perfusi arteri koroner, dan meningkatkan kebutuhan oksigen

miokardium. Iskemia yang terjadi lebih lanjut mengganggu curah jantung.

Reseptor-beta di jantung menjadi kurang sensitif terhadap stimulasi SNS,

menurunkan frekuensi jantung dan kontraktilitas. Ketika reseptor-beta

menjadi kurang sensitif, cadangan norepinefrin dalam otot jantung menjadi

berkurang. Sebaliknya, reseptor-alfa dalam pembuluh darah perifer

menjadi sangat sensitif terhadap stimulasi persistem, meningkatkan

vasokontriksi dan meningkatkan afterload dan kerja jantung.

Pada awalnya, hipertrofi dan dilatasi ventrikel meningkatkan curah

jantung, tetapi distensi kronik menyebabkan dinding ventrikel akhirnya

menipis dan memburuk. Dengan demikian tujuan hipertrofi terkalahkan.

Selain itu, kelebihan beban kronik pada ventrikel yang berdilatasi akhirnya

meregangkan serabut melebihi titik optimal untuk kontraksi efektif.

Ventrikel terus berdilatasi untuk mengakomodasi kelebihan cairan, tetapi

jantung kehilangan kemampuan untuk berkontraksi secara kuat. Otot

jantung akhirnya dapat menjadi sangat lebar sehingga suplai darah koroner

menjadi tidak adekuat, menyebabkan iskemia

Distensi kronik menghabiskan cadangan ANF atrium. Efek norepinefrin,

renin, dan ADH muncul dan jalur renin-angiotensin terus menerus

distimulasi. Mekanisme ini akhirnya meningkatkan tekanan hemodinamik

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

16

pada jantung dengan meningkatkan preload maupun afterload. Ketika

fungsi jantung menurun, sedikit darah dikirimkan ke jaringan dan ke

jantung itu sendiri. Iskmia dan nekrosis miokardium lebih lanjut

melemahkan jantung yang sudah gagal dan siklus tersebut berulang.

Pada jantung normal, cadangan jantung memungkinkan jantung untuk

menyesuaikan curahnya untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, dan

meningkatkan curah jantung hingga 5 kali kadar basal selama latihan fisik.

Pasien gagal jantung mempunyai cadangan jantung minimal hingga tidak

ada. Pada saat istirahat, mereka mungkin tidak terpengaruh, namun bila

ada stresor menurunkan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrisi. Manifestasi intoleransi aktivitas pada saat pasien

istirahat mengindikasikan tingkat dekompensasi jantung berat.

6. Peredarah darah pada gagal jantung

Kerja pompa mekanik otot jantung mendorong darah dikirim ke sistem

pembuluh paru dan sistemik untuk reoksigenasi dan pengiriman ke

jaringan. Curah Jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompa dari

ventrikel dalam 1 menit. Curah jantung digunakan untuk mengkaji kinerja

jantung, khususnya fungsi ventrikel kiri. Curah jantung efektif bergantung

pada massa otot fungsional yang adekuat dan kemampuan ventrikel untuk

bekerja sama. Curah jantung secara normal diatur oleh kebutuhan oksigen

tubuh. Ketika pemakaian oksigen meningkat, curah jantung meningkat

untuk mempertahankan fungsi selular. Cadangan jantung adalah

kemampuan jantung untuk meningkatkan CO guna meningkatkan

kebutuhan metabolik. Kerusakan ventrikel mengurangi cadangan jantug.

Curah jantung adalah hasil frekuensi jantung dan volume sekuncup.

Frekuensi jantung mempengaruhi curah jantung dengan mengendalikan

jumlah kontraksi ventrikel per menit. Ini dipengaruhi oleh sistem saraf

otonom, katekolamin, dan hormon tiroid. Aktivasi respons stres

menstimulasi sistem saraf simpatis, meningkatkan frekuensi dan

kontraktilitas jantung. Kenaikan frekuensi jantung meningkatkan curah

jantung. Namun, frekuensi jantung yang sangat cepat memperpendek

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

17

waktu pengisian ventrikel (diastol), menurunkan volume sekuncup dan

curah jantung. Di sisi lain, frekuensi jantung yang lambat menurunkan

curah jantung semata karena sikulus jantung yang lebih sedikit.

Volume sekuncup, volume darah yang dikeluarkan setiap kali denyut

jantung, ditentukan oleh preload, afterload, dan kontraktilitas miokardium.

Preload adalah volume darah ventrikel pada distol akhir. Darah dalam

ventrikel mengeluarkan tekanan ke dinding ventrikel, meregangkan

serabut otot. Semakin besar volume darah semakin besar tenaga kontraksi

ventrikel untuk mengeluarkan darah. Volume diastolik akhir bergantung

pada jumlah darah yang kembali ke ventrikel (aliran balik vena) dan daya

distensi atau kekakuan ventrikel.

Afterload adalah tenaga yang diperlukan untuk mengeluarkan darah ke

dalam sirkulasi. Tenaga ini harus cukup kuat untuk melawan tekanan arteri

dalam sistem pembuluh darah paru dan sistemik. Ventrikel kanan harus

menghasilkan tenaga cukup untuk membuka katup pulmonaris dan

mengeluarkan darah kedalam arteri pulmonaris. Ventrikel kiri

mengeluarkan darah ke dalam sirkulasi sistemik dengan melawan

resistensi arteri dibelakang katup aorta. Peningkatan resistensi vaskular

sistemik meningkatkan afterload, merusak volume sekuncup dan

meningkatkan kerja miokardium.

Kontraktilitas adalah kemampuan alamiah serabut otot jantung untuk

memendek selama sistol. Kontraktilitas diperlukan untuk melawan tekanan

arteri dan mengeluarkan darah selama sistol. Kerusakan kontraktilitas

mempengaruhi curah jantung dengan menurunkan volume sekuncup.

Freksi ejeksi adalah presentase darah dalam ventrikel yang dikeluarkan

selama sistol. Freksi ejeksi normal adalah sekitar 60%.

7. Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi gagal jantung menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah

Indonesia (2017) adalah :

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

18

a. Gagal Jantung Kiri

Gagal jantung kiri merupakan kondisi ketika terjadi penurunan curah

jantung akibat dari kelemahan ventrikel kiri. Saat terdapat kelemahan

ventrikel kiri maka semakin banyak darah yang tersisa di akhir setiap

sistole. Sisa darah ini skan semakin bertambah pada fase diastole. Hal

ini membuat tekanan akhir sistole semakin tinggi dan dapat

menghambat aliran darah dari atrium.

b. Gagal Jantung Kanan

Gagal jantung kanan merupakan kondisi ketika ventrikel kanan tidak

mampu lagi memompa darah keluar, sehingga tekanan akhir diastole

ventrikel kanan semakin meninggi. Kondisi ini menyebabkan tekanan

di atrium kanan naik dan menghambat pengisian atrium.

c. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif merupakan kondisi ketika seseorang

mengalami gagal jantung kanan dan kiri. Kondisi yang berawal dari

gagal jantung kiri atau kanan terlebih dahulu. Namun, biasanya gagal

jantung kongestif diawali oleh gagal jantung kiri. Tanda dan gejala

yang ditimbulkannya pun meruapakan kombinasi antara gagal jantung

kanan dan kiri.

Menurut Aspiani (2017), New York Heart Association (NYHA)

membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas yaitu :

Tabel 2.1 Klasifiksi gagal jantung berdasarkan berat ringannya aktivitas.

Kelas

NYHA

Batasan Karakteristik

Kelas I Tidak ada batasan; aktivitas fisik yang biasa tidak

menyebabkan dispnea napas, palpasi atau keletihan.

Kelas II Gangguan aktivitas ringan; merasa nyaman ketika

beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan

dan palpasi.

Kelas III Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata; merasa nyaman

ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dan biasa

dapat menimbulkan gejala.

Kelas IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apa pun tanpa merasa

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

19

tidak nyaman; gejala gagal jantung kongestif ditemukan

bahkan pada saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin

bertambah ketika melakukan aktivitas apa pun.

8. Etiologi

Menurut Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia (2017). Disfungsi

otot jantung paling sering disebabkan oleh :

a. Penyakit arteri koroner. Aterosklerosis arteri koroner merupakan

penyebab utama gagal jantung. Penyakit arteri koroner ini ditemukan

pada lebih dari 60% pasien gagal jantung.

b. Iskemia/infark miokard. Iskemia menyebabkan disfungsi miokardial

akibat hipoksia dan asidosis akibat akumulasi asam laktat. Sedangkan

infark miokard menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung.

Hal ini menyebabkan otot jantung kehilangan kontraktilitasnya

sehingga menurunkan daya pemompaan jantung. Luasnya daerah infark

berhubungan langsung dengan berat ringannya gagal jantung.

c. Kardiomipati. Merupakan penyakit pada otot jantung dan dapat

dibedakan menjadi 3 jenis yaitu dilatasi, hipertrofi, dan restriktif.

d. Hipertensi. Hipertensi sistemik maupun pulmonar meningkatkan

afterload (tahanan terhadap ejeksi jantung). Kondisi ini dapat

meningkatkan beban jantung dan memicu terjadinya hipertrofi tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas sehingga dapat melewati

tingginya afterload, namun hal tersebut justru mengganggu saat

pengisian ventrikel selama diastole. Akibatnya, curah jantung semakin

turun dan menyebabkan gagal jantung.

e. Penyakit katup jantung. Katup jantung berfungsi untuk memastikan

bahwa darah mengalir dalam satu arah dan mencegah terjadinya aliran

balik. Disfungsi katup jantung membuat aliran darah ke arah depan

terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung, dan

meningkatnya beban jantung. Beberapa kondisi tersebut memicu

terjadinya gagal jantung diastolik.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

20

Menurut Asikin, Nuralamsyah & Susaldi (2016) penyebab gagal

jantung berdasarkan jenisnya, yaitu :

Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya.

Jenis Gagal Jantung Penyebab

Gagal Jantung

Kiri

Gagal jantung

sistolik

- Diabetes melitus

- Hipertensi

- Penyakit katup jantung

- Aritmia

- Infeksi dan inflamasi

(miokarditis)

- Kardiomiopati

peripartum/idiopatik

- Penyakit jantung koroner

(PJK)

- Penyakit jantung kongenital

- Kelainan endokrin, kondisi

neuromuskular, dan penyakit

reumatologi

Gagal jantung

diastolik

- Penyakit jantung koroner

(PJK)

- Diabetes melitus

- Hipertensi

- Penyakit katup jantung

(stenosis aorta)

- Kardiomiopati

restriktif/hipertrofi

- Perikarditis konstriktif

Gagal Jantung Kanan - Gagal ventrikel kiri

- Penyakit jantung koroner

- Hipertensi pulmonal

- Stenosis katup pulmonalis

- Emboli paru

- Penyakit jantung kronis

- Penyakit neuromuskular

Sumber : M. Asikin, M. Nuralamsyah, Susaldi (2016).

Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kelainannya.

Penyebab gagal jantung Deskripsi

Kelainan mekanik Peningkatan beban tekanan :

- Sentral (stenosis aorta, dan lain-

lain)

- Perifer (hipertensi sistemik, dan

lain-lain)

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

21

Peningkatan beban volume

(regurgitasi katup, pirau, peningkatan

beban awal, dan lain-lain)

Obstruksi terhadap pengisian ventrikel

(stenosis mitral atau trikuspid)

Tamponade perikardium

Pembatasan miokardium atau

endokardium

Aneurisma ventrikel

Disnergi ventrikel

Kelainan miokardium Primer

- Kardiomiopati

- Miokarditis

- Kelainan metabolik

- Toksisitas (alkohol dan kobalt)

- Presbikardia

Kelainan disdinamik sekunder (akibat

kelainan mekanik)

- Deprivasi oksigen (penyakit jantung

koroner)

- Kelainan metabolik

- Peradangan

- Penyakit sistemik

- Penyakit paru obstruktif kronis

(PPOK)

Perubahan irama jantung atau

urutan hantaran.

- Terjadi fibrilasi

- Takikardia atau bradikardia ekstrem

- Arus listrik yang tidak sinkron

(gangguan konduksi)

Sumber : M. Asikin, M. Nuralamsyah, Susaldi (2016).

9. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun

psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan

kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow dalam

teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima

kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri

dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

22

a. Konsep dasar manusia

Menurut Hidayat (2009) Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang

dikemukakan Abraham Maslow dapat dikembangkan untuk

menjelaskan kebutuhan dasar manusia yaitu :

1) Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan

memiliki prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi oleh manusia

untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut terdiri dari pemenuhan

oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman), nutrisi

(makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan

suhu tubuh, dan kebutuhan seksual.

2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi

perlindungan fisik dan perlindungan psikologis

a) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman

terhadap tubuh atu hidup. Ancaman tersebut dapat berupa

penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.

b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari

pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang

dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena

merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan

orang lain.

3) Kebutuhan rasa cinta serta memiliki dan dimiliki, antara lain

memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan

keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan

sebaginya.

4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang

lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan

diri. Selain iti, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam

hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang

lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

23

Pemenuhan kebutuhan dasar manusia, bagi penderita Gagal

Jantung (CHF) akan mengalami perubahan dan gangguan dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu :

1) Oksigenasi

Pada gagal jantung kiri, darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri

mengalami hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan

hipertrofi. Aliran darah dari paru ke atrium kiri terbedung.

Akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru dan

arteri pulmonalis meninggi. Bendungan terjadi juga di paru

yang akan mengakibatkan edema paru, sesak waktu bekerja

atau waktu istirahat.

2) Cairan

Penurunan curah jantung mengaktifkan mekanisme yang

menyebabkan peningkatan retensi garam dan air. Sehingga

menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan tekanan

lebih lanjut dalam kapiler yang menyebabkan edema.

3) Nutrisi

Penimbunan darah di hepatika menyebabkan hepatomegali dan

kemudian menyebabkan terjadinya asites. Kongesti pada

pembuluh saluran pencernaan menyebabkan anoreksia dan

mual.

4) Pola aktivitas

Penurunan suplai oksigen ke jaringan dapat menimbulkan

kelemahan, sehingga aktivitas sehari-hari tidak terpenuhi,

termasuk dalam memenuhi aktivitas perawatan diri.

5) Istirahat dan tidur

Pasien dapat mengalami ortopnea (sulit bernapas saat berbaring

terlentang), yang membutuhkan pemakaian dua atau tiga bantal

atau sandaran bila tidur. Dan terdapat kerusakan pada

penukaran gas yang dapat merangsang Retikulo Activity

Sistem (RAS) sehingga penderita akan selalu terjaga.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

24

6) Eliminasi

Gejala seperti penurunan berkemih, nokturia, dan diare atau

konstipasi. Contohnya nokturia, berkemih lebih dari satu kali

pada malam hari, terjadi saat cairan edema dari jaringan yang

tergantung direabsorpsi saat pasien telentang.

7) Gangguan kebutuhan rasa aman

Timbul perasaan cemas akan penyakit yang diderita dan

ancaman kematian. Adanya rasa nyeri kuadran kanan atas pada

abdomen dapat terjadi akibat pembesaran hati mengakibatkan

terjadinya gangguan rasa nyaman.

8) Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri

Perasaan tidak berharga karena tidak bisa melakukan peran dan

fungsinya akibat adanya sakit.

10. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan terhadap derajat

latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya,

secara khas gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik. Namun,

semakin berat kondisi gagal jantung, semakin menurun toleransi terhadap

latihan, dan gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih ringan.

(Asikin, Nuralamsyah, &Susaldi. 2016).

Menurut Ardiansyah (2012) menyebutkan tanda dan gejala sebagai

berikut :

1) Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang

mengganggu pertukaran gas.

2) Ortopnea, yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.

3) Paroximal, yakni noktura dispnea. Gejala ini biasnya terjadi setelah

pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan dibawah atau

setelah pergi berbaring ke tempat tidur.

4) Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan

dahak/lendir (sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai

darah dalam jumlah banyak.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

25

5) Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang

kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen

yang normal, disamping menurunnya pembuangan sisa katabolisme.

6) Kegelisahan akibat gangguan oksigenisasi jaringan, stres akibat

munculnya rasa sesak saat bernafas dan karena si penderita

mengetahui bahwa jantngnya tidak berfungsi dengan baik.

7) Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan dengan tanda

dan gejala sebagai berikut :

a) Edema ekstremitas bawah.

b) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas batas

abdomen.

c) Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan

status vena dalam rongga abdomen.

d) Rasa ingin kencing pada malam hari, yang terjadi karena perfusi

renal dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.

e) Badan lemah, yang di akibatkan oleh menurunnya curah jantung,

gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme

yang tidak adekuat dari jaringan.

Menurut Aspiani (2017) tanda dan gejalanya sebagai berikut :

1) Gagal Jantung Kiri

Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar,

sesak nafas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan/atau

batuk berdarah, fungsi ginjal menurun. Tanda dan gejala kegagalan

ventrikel kiri:

a) Kongesti vaskuler pulmonal atau terjadinya bendungan darah

pada jantung dan patu.

b) Dispnea, nyeri dada dan syok.

Dispnea adalah istilah kedokteran untuk kondisi sesak, sesak

napas diartikan sebagai kondisi dimana dibutuhkan usaha

berlebih untuk bernapas dan aktivitas bernapas menjadi aktivitas

sadar. Syok kardiogenik adalah kondisi di mana jantung

mengalami gangguan secara mendadak, sehingga tidak mampu

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

26

mencukupi pasokan darah yang dibutuhkan oleh tubuh hal ini

yang menyebabkan nyeri pada dada.

c) Ortopnea, dispnea noktural paroksismal

Serangan mendadak distres pernafasan berat pada malam hari.

d) Batuk iritasi, edema pulmonal akut

Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala

sulit bernapas akibat terjadinya penumpukan cairan di dalam

kantong paru-paru (alveoli).

e) Penurunan curah jantung

Penurunan curah jantung adalah ketidak adekuatan pompa darah

oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

f) Gallop atrial, gallop ventrikel

Bunyi jantung IV (atrial gallop) disebabkan kontraksi atrium yang

mengalirkan darah ke ventrikel yang kompliansnya menurun.

g) Crakles paru

Crackles merefleksikan kongesti pulmonal dapat terbentuk

karena depresi fungsi miokardium.

h) Distrimia pulsus alternans

Pulsus Alternans adalah nadi yang mempunyai denyutan yang

kuat dan lemah berganti-ganti. Hal ini menandakan adanya

kerusakan pada otot jantung. Disritmia adalah suatu kelainan

ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh pembentukan

impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau

keduanya.

i) Peningkatan berat badan

j) Pernapasan chyne stokes

k) Bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal

2) Gagal Jantung Kanan

Edema, anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut. Tanda dan gejala

kegagalan ventrikel kanan:

a) Curah jantung rendah

b) Distensi vena jugularis

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

27

c) Edema

d) Disritmia

e) Suara jantung ketiga dan suara jantung keempat ventrikel kanan

f) Hipersonor pada perkusi

g) Imobilisasi diafragma rendah

h) Peningkatan diameter pada antero posterial

11. Komplikasi

Komplikasi akibat gagal jantung menurut Lemone,dkk. (2018)

menyatakan bahwa :

Mekanisme kompensasi yang dimula pada gagal jantung dapat

menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali

kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh

pembengkakan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan

abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah

kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat

memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura

dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung

berat adalah syok kardiogenik dan edema paru akut.

1) Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel

kiri. Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada perfusi jaringan

dan penghantaran oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala

yang khas terjadi pada kasus syok kardiogenik yang disebabkan oleh

infark miokardium akut. Gangguan ini disebabkan oleh hilangnya

40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di

seluruh ventrikel, karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

persediaan oksigen miokardium.

2) Edema paru – paru

Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang

muncul dibagian tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang

menyebabkan cairan interstitial paru-paru meningkat dari batas

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

28

negative menjadi batas positif. Penyebab kelainan paru-paru yang

paling umum adalah:

a. Gagal jantung sisi kiri (penyakit katub mitral) yang

mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler paru-paru, sehingga

membanjiri ruang intersisisal dan alveoli.

b. Kerusakan pada membrane kapiler paru-paru yang disebabkan

oleh infeksi seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan

berbahaya (misalnya gas klorinatau gas sulfur dioksida), masing–

masing infeksi tersebut menyebabkan kebocoran protein plasma,

sehingga dengan cepat cairan keluar dari kapiler.

12. Penatalaksanaan dan Therapi

Penatalaksanaan gagal jantung menurut Oktavianus & Febriana (2014)

dibagi menjadi dua penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi :

1. Medis

Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap

merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung. Terapi

Farmakologi pada gagal jantung, yaitu sebagai berikut :

a. Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilakan:

peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume

darah, peningkatan diuresis, dan mengurangi edema.

b. Terapi diuretik

Diberikan untuk memacu sekresi natrium dan air melalui ginjal

penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia

dan hipokalemia.

c. Terapi vasodilator

Obat-obatan fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi

tekanan terhadap penyembuhan darah oleh ventrikel. Obat ini

memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas

vena sehingga tekanan pengisian ventrkel kiri dapat diturunkan.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

29

2. Keperawatan

Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan

pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna

perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup,

morbiditas dan prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat

didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk

menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat

memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal

jantung.

Terapi Nonfarmakologis:

a. Diit rendah garam.

Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol, atau

menghilangkan edema.

b. Membatasi cairan.

Mengurangi beban jantung dan menghindari kelebihan volume

cairan dalam tubuh.

e. Mengurangi berat badan .

f. Menghindari alkohol.

g. Manajemen stres.

Respon psikologi dapat mempengaruhi peningkatan kerja jantung.

h. Mengurangi aktifitas fisik.

Kelebihan aktifitas fisik mengakibatkan peningkatan kerja jantung

sehingga perlu dibatasi.

Penatalaksanaan berdasarkan kelas New York Heart Association (NYHA)

menurut kasron (2012), adalah sebagai berikut :

a. Kelas I : Non farmakologi, meliputi diit rendah garam, batasi cairan,

menurunkan berat badan, menghindari alkohol dan rokok,

aktifitas fisik manajemen stres.

b. Kelas II dan III : Terapi pengobatan, meliputi : diuretik, vasodilator,

ace inhibitor, digitalis, dopamineroik, oksigen.

c. Kelas IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

30

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas klien

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, No. RM, dan diagnosa medis.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit

yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien CHF

biasanya sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia

miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.

Dan juga memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang

lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi

obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya

efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi

yang timbul. Sering kali pasien menafsirkan suatu alergi sebagai efek

samping obat.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut Aspiani (2017), riwayat kesehatan pada klien dengan gagal

jantung yaitu :

1) Menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati, gangguan

konduksi, obat seperti penyekat beta.

2) Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung, anemia,

hipertermia.

Keluhannya :

1) sesak saat bekerja, dispnea noktural proksismal, ortopnea.

2) Lelah, pusing.

3) Nyeri dada.

4) Bengkak pada kaki.

5) Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen.

6) Urine menurun.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

31

Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat

beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas

(Wijaya & Yessi, 2013).

d. Riwayat kesehatan keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh

keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia

produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada

keturunannya (Muttaqin, 2012).

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dinilai mulai dari head to toe adalah :

1) Keadaan umum

Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau composmentis

(GCS 14-15) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi

sistem saraf pusat.

2) Mata

a) Kunjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya an-ikterik

b) Palpebra biasanya bengkak

3) Hidung

Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis

4) Mulut

Bibir biasanya terlihat pucat

5) Wajah

Wajah terlihat lelah dan pucat

6) Leher

Terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP)

7) Sistem pernafasan

a) Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan

beberapa bantal.

b) Batuk dengan atau tanpa sputum.

c) Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigenasi atau medikasi.

d) Pernafasan takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot aksesori.

e) Sputum mungkin becampur darah, merah muda/berbuih

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

32

f) Edema pulmonal

g) Bunyi nafas : adanya krakels banner dan mengi (Wijaya & Yessi,

2013).

8) Jantung

a) Adanya jaringan parut pada dada.

b) Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan

Katup)

c) Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya

hipertrofi jantung (Kardiomegali)

d) Adanya bunyi jantung S3 atau S4.

e) Takikardia

9) Abdomen

a) Adanya pembesaran hati (hepatomegali)

b) Adanya pembesaran kelenjar limpa (splenomegali)

c) Adanya penumpukan cairan di rongga perut (asites)

10) Eliminasi

a) penurunan frekuensi kemih

b) urine berwarna gelap

c) nokturia (berkemih pada malam hari)

d) diare/konstipasi

11) Ekstremitas

a) terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik

b) adanya edema

c) sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013).

Menurut Aspiani (2017) pemeriksaan fisik pada gagal jantung meliputi

:

1) Inspeksi :

a) Respirasi meningkat, dispnea

b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.

c) Vena leher, dengan JVP meningkat.

d) Kulit bersisik, pucat

e) Edema kaki, skrotum.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

33

f) Asites abdomen.

2) Palpasi :

a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau

hipertrofi ventrikel.

b) Pulsasi perifer menurun.

c) Hati teraba.

d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik

meningkat

e) Edema menyebabkan piting.

3) Auskultasi :

a) Suara paru menurun,

b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard

menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur

terkadang juga terjadi.

4) Pemeriksaan fisik pada sistem tubuh

c) Aktivitas dan istirahat

- Adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat

- Sakit dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas

d) Sirkulasi

- Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung,

endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, asites,

takikardia.

- Disritmia, fibrilasi atrial (AF), kontraksi ventrikel prematur.

- Bunyi S3 gallop, adanya sistolik atau diastolik, murmur,

peningkatan JVP.

- Adanya nyeri dada, sianosis, pucat, ronchi, hepatomegali.

e) Status mental

- Cemas, ketakutan, gelisah, marah, peka.

- Stres berhubungan dengan penyakitnya, sosial, finansial.

f) Eliminasi

- Penurunan volume urine, urine yang pekat.

- Nokturia, diare dan konstipasi.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

34

g) Makanan dan cairan

- Hilang nafsu makan, mual dan muntah.

- Edema di ektremitas bawah, asites.

h) Neurologi

- Pusing, pingsan, kesakitan.

- Letarg, bingung, disorientasi, peka.

i) Rasa nyaman

- Sakit dada, kronik/akut angina.

j) Respirasi

- Dispnea pada waktu aktivitas, takipnea.

- Tidur dan duduk, riwayat penyakit paru.

k) Rasa aman

- Perubahan status mental

- Gangguan pada kulit.

l) Interaksi sosial

- Aktivitas sosial berkurang.

f) Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Dosen keperawatan Medikal-Bedah (2017) adalah :

1) Laboratorium; Immunoassay peptida natriuretik tipe B meningkat.

2) Pencitraan; Foto thoraks menunjukkan peningkatan tanda vaskular

pulmoner, edema interstisial, atau efusi pleura dan kardiomegali.

3) Prosedur diagnostik; - Elektrokardiografi memperlihatkan

regangan atau pembesaran atau iskemia jantung. Pemeriksaan ini

juga dapat memperlihatkan pembesaran atrium, takikardia,

ekstrasistole, atau fibrilasi atrial (AF). – Pemantauan tekanan arteri

pulmonal biasanya menunjukkan peningkatan arteri pulmonal dan

tekanan baju arteri pulmoner, tekanan akhir diastole ventrikel kiri

pada gagal jantung kiri, dan peningkatan atrium kanan atau vena

sentral pada gagal jantung kanan.

Menurut Udjianti, Wajan J (2010) studi diagnostik chf adalah :

1) Hitung sel darah lengkap : anemia berat atau anemia gravis

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

35

2) Hitung sel darah putih : Leukositosis atau keadaan infeksi lain

3) Analisa Gas Darah (AGD) : menilai derajat gangguan

keseimbangan asam basa baik metabolik maupun respiratorik

4) Fraksi lemak : peningkatan kadar kolesterol, trigeliserida, LDL

yang merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan

5) Serum katekolamin : Pemeriksaan untuk mengesampingkan

penyakit adrenal

6) Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut

7) Tes fungsi ginjal dan hati : menilai efek yang terjadi akibat CHF

terhadap fungsi hepar atau ginjal

8) Tiroid : menilai peningkatan aktivitas tiroid

9) Echocardiogram : menilai senosis/inkompetensi, pembesaran

ruang jantung, hipertropi ventrikel

10) Cardiac scan : menilai underperfusion otot jantung, yang

menunjang penurunan kemampuan kontraksi

11) Rontgen toraks : untuk menilai pembesaran jantung dan edema

paru

12) Katerisasi jantung : menilai fraksi ejeksi ventrikel

13) EKG : menilai hipertropi atrium/ventrikel, iskemia, infark, dan

disritmia

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal

jantung (CHF) menurut Black & Hawks (2014) adalah :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gagal jantung atau

disritmia atau keduanya ditandai dengan takikardia, aritmia,

penurunan nadi perifer, ortopnea, oliguria, suara jantung S3 atau S4.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan filtrasi

glomerulus, penurunan curah jantung, peningkatan produksi hormon

antidiuretik (ADH) dan aldosteron serta retensi air serta natrium

ditandai dengan oliguria, edema, penambahan berat badan dalam

periode waktu yang singkat, kongesti pulmonal, suara napas

tambahan.

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

36

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cairan di alveoli

ditandai dengan perubahan membran alveolar-kapiler.

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

curah jantung.

5. Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah

jantung ditandai dengan frekuensi jantung atau tekanan darah tidak

normal sebagai respons terhadap aktivitas, perubahan EKG yang

menunjukkan aritmia atau iskemia.

6. Risiko integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan

dan aktivitas ditandai dengan gangguan sirkulasi.

7. Risiko kecemasan berhubungan dengan penurunan curah jantung,

hipoksia, diagnosis gagal jantung, dan ketakutan terhadap kematian

dan cacat ditandai dengan sikap ketakutan, kecemasan, peningkatan

ketegangan, kegelisahan, fokus pada diri sendiri dan khawatir.

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

37

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2. Intervensi Keperawatan

No.

Dx

Diagnosa Kepeawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

1. 1. Penurunan curah

jantung berhubungan

dengan gagal

jantung ataudisritmia

ataukeduanya.

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan efektivitas

pompa jantung dengan

KH :

klien akan mengalami

peningkatan curah

jantung yang

dibuktikan dengan

irama jantung reguler,

denyut jantung,

tekanan darah,

pernapasan, dan

keluaran urine

1. Kaji tekanan darah untuk

mengetahui hipotensi atau

hipertensi dan laju

pernapasan untuk

takipnea.

1. Hipotensi dapat mengindikasikan penurunan

curah jantung dan dapat menyebabkan

penurunan perfusi arteri koroner. Hipertensi

dapat disebabkan vasokontriksi kronis dan

dapat mengindikasikan ketakutan atau

kecemasan dan peningkatan laju pernapasan

dapat mengindikasikan keletihan atau

peningkatan kongesti pulmonal.

2. Kaji denyut jantung dan

iramanya, amati adanya

takikardia. Secara kantinu,

amati adanya disritmia.

2. Takikardia dapat meningkatkan kebutuhan

oksigen dan miokardium dan dapat menjadi

suatu mekanisme kompensasi terkait dengan

penurunan keluaran jantung (peningkatan

denyut jantung untuk kompensasi penurunan

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

38

volume sekuncup). Pembesaran ventrikel

menurunkan konduksi impuls jantung dan

dapat menyebabkan disritmia. Disritmia

selanjutkan akan melemahkan curah jantung

dengan mengurangi waktu pengisian ventrikel

dan kontraktilitas miokardial dan dengan

meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.

3. Dokumentasi irama

jantung dan jika terjadi

disritmia. Ukur dan catat

denyut jantung, tiap strip

interval QRS, PR, dan

QT dan segmen ST dan

catat adakah deviasi dari

kondisi semula.

3. Disritmia yang sering meliputi kontraksi

prematur atrium, kontraksi prematur ventrikel,

dan takikardia paroksimal atrial. Perubahan

pada segmen ST dapat mengindikasikan

iskemia miokardium, yang dapat terjadi karena

penurunan perfusi arteri koroner.

4. Laporkan disritmia

kepada dokter, atau ikuti

protokol untuk tindakan

emergensi

4. Disritmia dapat mengurangi curah jantung.

Perhatian tambahan harus diberikan pada

disritmia ventrikular karena dapat

meningkatkan kemungkinan kematian

mendadak.

5. Monitor hail laboratorium

untuk mengetahui nilai

isoenzim, peptida atrial,

CK, LDH, AST, BUN,

kreatinin, uji fungsi hati,

pemeriksaan darah

lengkap, elektrolit,

glukosa, fungsi tiroid,

5.Nilai laboratorium ini dapat mengindikasikan

infark miokardium, gagal jantung berat, gagal

ginjal, atau gagal hati. Penyakit tiroid dapat

mencetuskan gagal jantung.

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

39

profil lipid.

6. Auskultasi denyut

jantungdan amatiadakah

suara jantung seperti

murmur, S3 atau S4.

6. waktu pengisian yang terlambat, ejeksi yang

tidak sempurna dan perubahan struktural di

dalam jantung dapat dan kelebihan cairan

dapat menyebabkan suara jantung abnormal

yang terdeteksi pada auskultasi. S3 dapat

mengindikasikan ventrikel yang nonkomplian

atau kaku, dan S4 dapat mengindikasikan

ventrikel yang mengalami distensi berlebihan

lemah.

7.Monitor suara paru untuk

mngetahui suara ronchi

dan amati adanya batuk.

7. peningkatan tekanan intraventrikular

ditransmisikan kembali ke sirkulasi pulmonal,

meningkatkan tekanan hidrostatik kapiler

pulmonal dan melebihi tekanan onkotik cairan

yang bergerak di dalam septum interalveolar;

yang ditandai dengan hasil auskultasi

menunjukkan ronchi, peningkatan napas

pendek dan produksi psutum. Hal ini

mengindikasikan penurunan lanjut curah

jantung dan kemungkinan terjadinya edema

paru. Batuk dapat diakibatkan peningkatan

cairan di paru atau akibat obat inhibitor ACE.

8. Monitor asupan dan

keluaran dan analisa

temuan dan jika

diperlukan. Amati warna

dan jumlah urine jika

perlu.

8. Jika asupan lebih banyak dari keluaran, klien

berisiko mengalami kelebihan cairan dan tidak

mengekskresikan cairan karena dekompensasi

jantung. Urine gelap dan pekat dan oliguria

menunjukkan penurunan perfusi ginjal.

Diuresis diharapkan terjadi pada klien yang

mendapatkan terapi diuretik.

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

40

9. Kaji perubahan status

mental.

9. Perubahan status mental dapat

mengindikasikan penurunan perfusi serebri

atau hipoksia.

10. Kaji pulsasi perifer dan

amati kekuatan kualitas

nadi, dan adanya pulsus

alternans.

10. Penurunan kekuatan denyut perifer sering

ditemukan pada klien dengan penurunan

curah jantung dan penurunan lanjutan pada

denyut nadi dari angka awal dapat

menunjukkan adanya gagal jantung yang

lebih parah. Pulsus alternans dapat dideteksi

dan mengindikasikan gagal jantung berat.

11. Berikan obat yang telah

diresepkan dan evaluasi

respons klien terhadap

efek yang diinginkan

(sebutkan).

11. Obat yang diresepkan digunakan untuk

meningkatkan respons kontraktilitas dan

menurunkan preload atau afterload dan

efeknya harus dievaluasi. Kadar terapentik

dan efek samping harus dimonitor.

2. Kelebihan volume

cairan b.d penurunan

filtrasi glomerulus,

penurunan curah

jantung, peningkatan

produksi hormon

antidiuretik (ADH) dan

aldosteron serta retensi

air serta natrium.

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan

keseimbangan cairan

dengan KH :

- Klien akan

menunjukkan

keseimbangan cairan

yang adekuat yang

dibuktikan dengan

keluaran yang

seimbang atau lebih

banyak dari asupan,

1. Monitor asupan dan

keluaran (lebih atau

kurang).

1. Keseimbangan asupab dan keluaran

mencerminkan status cairan (bergantung pada

status klien).

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

41

suara pernapasan yang

jernih, dan edema

yang berkurang.

2. Timbang berat badan

klien setiap hari dan

bandingkan dengan berat

badan sebelumnya.

2. Berat badan adalah indikator sensitif dan

peningkatan berat badan mengindikasikan

kelebihan volume cairan.

3. Auskultasi suara napas

tiap 2 jam dan jika perlu,

amati adanya ronchi dan

monitor produksi

sputum berbusa.

3. Jika tekan hidrostatik kapiler pulmonal

melebihi tekanan onkotik, cairan bergerak di

dalam septum interalveolar dan ditandai

dengan suara ronchi pada auskultasi. Septum

berbusa, berwarna merah muda merupakan

suatu indikator klien mengalami edema paru.

4. Kaji adanya edema

perifer, jangan

mengangkat tungkai jika

klien sesak napas.

4. Gagal jantung menyebabkan kongesti vena,

yang mengakibatkan peningkatan tekanan

kapiler. Jika tekanan hidrostatik melebihi

tekanan interstisial, cairan akan bocor keluar

kapiler dan muncul sebagai edema di tungkai,

sakrum, dan skrotum. Pengangkatan tungkai

meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

5. Kaji distensi vena

jugularis, hepatomegali,

dan nyeri abdomen.

5. Peningkatan volume pada vena cava terjadi

akibat pengosongan atrium kanan yang tidak

adekuat. Kelebihan cairan ditarnsmisikan ke

vena jugularis, hati dan abdomen serta dapat

diamati sebagai distensi.

6. Anjurkan pembatasan

cairan dan/atau diet

rendah natrium.

6. Penurunan tekanan darah sistemik dapat

menyebabkan stimulasi aldosteron yang akan

menyebabkan peningkatan absorpsi natrium

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

42

tubulus ginjal, diet rendah natrium membantu

mencegah peningkatan retensi natrium yang

akan menurunkan retensi natrium. Pembatasan

cairan dapat digunakan untuk mengurangi

kelebihan volume.

7. Berikan terapi diuretik

setiap resep dan evaluasi

efektivitas terapi.

Kosongkan kantong

kateter urine sebelum

pemberian diuretik

untuk mencatat volume

urine yang dikeluarkan.

7. Diuretik sering diresepkan untuk

meningkatkan diuresis cairan yang

terakumulasi. Perawat sebaiknya menemukan

peningkatan keluaran urine, perbaikan

pernapasan dan penurunan berat badan setelah

lien mendapatkan terapi diuretik.

3. Gangguan pertukaran

gas b.d cairan di alveoli

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan pertukaran

gas kembali normal

dengan KH :

- Klienakan

mengalami

perbaikan

pertukaran gas yang

dibuktikan denagn

penurunan dispnea,

tidak ada sianosis,

analisis gas darah

arteri yang normal

dan penurunan

1. Auskultasi suara

pernapasan.

1. Auskultasi menunjukkan adanya ronchi yang

mengindikasikan kongesti pulmonal.

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

43

kongesti pulmonal

pada pemeriksaan

auskultasi.

2. Berikan oksigen sesuai

resep. Monitor kondisi

mukosa nasal apakah

terjadi kekeringan dan

cedera kulit karena

saluran oksigen.

2. Terapi oksigen akan memperbaiki oksigenasi

dengan meningkatkan jumlah oksigen yang

tersedia untuk dihantarkan. Pemberian oksigen

yang tidak mengalami humidifikasi dapat

mengeringkan dan mencederai mukosa hidung.

Saluran yang diletakkan kuat akan

menyebabkan ulkus akibat tekanan pada wajah

dan telinga.

3. Kaji laju pernapasan dan

irama pernapasan

3. Peningkatan laju pernapasan mengindikasikan

oksigenasi yang terganggu dan penurunan laju

pernapasan dapat mengindikasikan ancaman

gagal napas.

4. Kaji sianosis. 4. Sianosis sirkumoral atau sianosis pada ujung

jari atau ujung hidung mengindikasikan

hipoksia karena kekurangan oksigen di

jaringan perifer. Sianosis adalah tanda lanjut

dari oksigenasi yang buruk.

5. Posisikan klien untuk

memfasilitasi

pernapasan dan amati

adanya dispnea

nokturnal paroksimal.

5. Posisi fowler dan penempatan klien pada

posisi ortopnea/tegak lurus memfasilitasi

pergerakan diafragma. Dispnea nokturna

peroksismal dapat terjadi karena pada klien

yang berada pada posisi berbering terlentang.

Aliran balik vena ke jantung

bertambah.Peningkatan ini akan meningkatkan

preload dan akan meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler pulmonal dan menyebabkan

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

44

edema paru

6. Monitor pulsasi/denyut

oksimitri. Gerakkan

probbe untuk

meyakinkan kontak yang

baik dengan kulit atau

telinga.

6. SaO2 yang rendah menandakan hipoksia.

7. Lakukan analisis gas

darah.

7. Analisis gas darah arterial menandakan apakah

klien mengalami hipoksia, asidosis, atau

keduanya.

8. Berikan diuretik sesuai

resep, dan monitor

efektivitasnya.

8. Diuretik meningkatkan kehilangan cairan di

dalam alveoli dan sistemik.

4. Keidakefektifan perfusi

jaringan b.d penurunan

curah jantung

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan perfusi

jaringan teratasi

dengan KH :

- Klien akan

memiliki perfusi

jaringan yang

adekuat yang di

buktikan dengan

kulit yang hangat

dan kering, pulsasi

perifer dan keluaran

urine yang adekuat.

1. Amati warna dan suhu

kulit.

1. Kulit yang pucat dan dingin menandakan

penurunan perfusi jaringan.

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

45

2. Monitor pulsasi / denyut

nadi perifer

2. Penurunan pulsasi / denyut nadi menandakan

penurunan perfusi jaringan akibat

vasokonstriksi pembuluh darah

3. Berikan lingkungan

yang hangat.

3. Lingkungan yang hangat meningkatkan

vasodilatasi yang akan menurunkan preload

dan meningkatkan perfusi jaringan

4. Monitor keluaran urine. 4. Penurunan perfusi ke ginjal dapat

menyebabkan oliguria.

5. Lindungi kulit dari

trauma dengan

memberikan kaos kaki

katun atau bot bulu

domba.

5. Kulit yang tidak mendapatkan perfusi yang

baik akan lebih lama sembuh jika mengalami

cedera.

5. Risiko intoleransi

activitas b.d penurunan

curah jantung

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan toleransi

aktivitas dengan KH :

- Klien akan

mengalami

peningkatan tingkat

aktivitas tanpa

dipsnea.

1. Beri jarak tindakan /

aktivitas keperawatan.

1. Periode istirahat membantu menghilangkan

kelelahan dan penurunan beban kerja jantung.

2. Menjadawalkan periode

istirahat.

2. Periode istirahat membantu menghilangkan

kelelahan dan penurunan beban kerja jantung

3. Monitor respons klien

terhadap aktivitas.

3. Dispnea, kakikardia, angina, diaforesis, dan

hipotensi semuanya menandakan aktivitas

tersebut meningkatkan kebutuhan miokardium

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

46

lebih banyak daripada yang di sediakan oleh

jantung. Waktu yang di perlukan untuk tanda

vital kembali ketingkat semula

mengindikasikan derajat penurunan kondisi

jantung.

4. Tingkatkan aktivitas

sesuai perintah dokter

berdasarkan arahan

rehabilitas keperawatan.

4. Aktivitas fisik yang meningkat secara bertahap

dan tepat dapat membantu kliaen mendapatkan

kondisi jantung yang optimal dan memperbaiki

toleransi aktivitas.

5. Instruksikan klien untuk

menghindari aktivitas

yang meningkatkan

beban jantung.

5. Aktivitas seperti naik tangga, bekerja dengan

lengan diatas kepala atau gerakan lengan

berkelanjutan dapat menyebabkan kelelahan

berlebihan dan membutuhkan curah jantung

lebih banyak daripada yang dapat di suplai

oleh tubuh.

6. Risiko gangguan

integritas kulit b.d

penurunan perfusi

jaringan dan aktivitas

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan integritas

kulit baik dengan KH :

- Klien akan

mengalami risiko

gangguan kulit

lebih rendah.

1. Posisikan ulang klien

tiap 2 jam jika klien

dapat bergerak sendiri.

Geser dari sisi ke sisi

tiap 2 jam jika klien

tidak dapat bergerak.

1. Mengubah posisi lebih sering mengurangi

pembentukan ulkus karena tekanan dengan

mengurangi jumlah waktu paparan tekanan

pada daerah tertentu.

2. Berikan kasur atau

matras terapeutik jika

klien berada di tempat

tidur.

2. Matras dan kasus dapat meredistribusikan

tekanan dapat mengurangi tekanan pada

sakrum jika klien duduk ditempat tidur.

3. Kaji kulit, terutama 3. Kemerahan menandakan peningkatan tekanan

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

47

penonjolan tulang. Cari

adanya kemerahan pada

tiap sif jaga dan jika

diperlukan. Gunakan alat

pelindung jika terdapat

kemerahan pada kulit.

Inspeksi juga pada tiap

lipatan kulit pada klien

yang obes.

pda suatu daerah dan merupakan tanda

pertama luka pada kulit. Daerah yang berisiko

antara lain sakrum, koksik, tumit, siku, dan

bagian belakang kepala.

4. Angkat tumit dari tempat

tidur jika klien

mengalami gerakan

spontan halus pada

tungkai.

4. Prominensia posterior pada tumit sangat

berisiko mengalami cedera pada klien dengan

posisi fowler.

5. Bantu klien untuk

perawatan pagi hari dan

lumasi kulit.

5. Klien dapat mengalami kesulitan merawat kulit

mereka sendiri dan perawat harus memastikan

kulit bersih dan memiliki kelembapan yang pas

untuk mencegah kulit yang peah-pecah.

7. Risiko kecemasan b.d

penurunan curah

jantung, hipoksia,

dianosis gagal jantung

dan ketakutan terhadap

kematian dan cacat

Setelah dilakukan

tindaka keperawatan

kepada ... selama ...

diharapkan cemas

teratasi dengan KH :

- Klien tidak akan

mengalami

manifestasi

kecemasan dan

dapat

mengekspresikan

1. Berikan lingkungan

yang tenang.

1. Lingkungan yang tenang mengurangi

kecemasan tambahan.

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

48

kekhawatirannya.

2. Jelaskan sebelumnya

mengenai prosedur dan

regimen rutin.

2. Dengan memberikan informasi yang lengkap,

klien tidak akan merasakan cemas mengenal

perawatan rutin yang diberikan.

3. Berikan dukungan

emosional pada klien

dan orang lain

yangpenting.

3. Dengan memberikan klien dengan

pendukungnya untuk mengeluarkan kecemasan

dan rasa takut, perawat membantu mereka

mengurangi kecemasan.

4. Anjurkan klien untuk

bertanya.

4. Dengan klien bertanya, perawat memberikan

forum diskusi terbuka dengan klien

5. Berikam klien sistem

dukungan tambahan.

5. Dukungan orang tambahan seperti pemimpin

agama, pekerja sosial, konselor, dan perawat

klinis spesialis dapat meningkatkan sistem

dukungan klien dengan mengurangi

kecemasan.

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU

49

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan

terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan yang telah

disusun untuk mencapai tujuan yang diinginkan meliputi peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi

koping.

Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila

klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan. Selama tahap implementasi keperawatan, perawat terus

melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling

sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah hasil perkembangan berdasarkan tujuan

keperawatan yang hendak dicapai sebelumnya (Mitayani, 2010). Evaluasi

yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evalusi formatif yang disebut

juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang

dilaksanakan terus menerus terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan. Evaluasi keperawatan pada studi kasus ini disesuaikan dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan prioritas.