Upload
vukhanh
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Teori Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif adalah
faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmodjo, 2003).
b. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup
dalam domain kognitif ada 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu
tantang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, menyatakan, mendefinisikan, dan sebagainya.
2) Memeahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya bisa
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan
dari kasus yang diberikan.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi. Kata kerja untuk kemampuan ini yaitu dapat membedakan,
mengelompokkan, memisahkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap materi atau obyek.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), sebelum
orang menghadapi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
a) Awerenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
pengetahuan stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b) Interest, yakni orang yang mulai tertarik dengan stimulus.
c) Evaluation (menimbang-nimbang), baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adaption, dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
c. Faktor -faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak pengetahuannya rendah pula.
Undang–undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV pasal 13 dengan tegas bahwa jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang
dapat saling melengkapai (Lukman, 2010). Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh
pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui,
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
2) Massa media/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya tehnologi akan bersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, sebagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhdap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukannya. Setatus ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatn tertentu,
sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan terhadap individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbale
balik atau yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh tiap individu.
5) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal
mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa, sedangkan
pada usia tua (>60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya
menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin
banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahaun
(Cuwin, 2009). Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
hidup :
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa pengetahuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan
bertambahnya usia.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara
modern (ilmiah).
1) Cara tradisional (non ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan
sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematik dan logis.
Cara menentukan pengetahuan secara tradisional antara lain :
a) Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil akan
dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima
pendapat yang diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas
tanpa menguji atau membuktikan kebenaran terlebih dahulu
berdasarkan fakta atau berdasarkan penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa
lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari
pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
d) Melalui jalan piker
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia
telah menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
2) Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada saat ini lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung
dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan
objek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
e. Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat,
dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informasi ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
f. Kreteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan sekala yang bersifat kualitatif,
yaitu:
1) Baik : hasil presentase 76 - 100%
2) Cukup : hasil presentase 56 - 75%
3) Kurang : hasil presentase < 56%
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali vitamin, mineral dan obat
(Prasetyono, 2009).
ASI diciptakan dengan komposisi yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi sehingga diharapkan pemberian ASI dapat secara
eksklusif. Pemberian ASI secara eksklusif adalah hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, bubur, biscuit dan
sebagainya, dalam jangka waktu setidaknya selama 4 bulan tetapi
mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2000).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada awal
kehidupan bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan bahan makanan lain.
b. Komposisi ASI
Komposisi ASI menurut Kristiansari (2009), ASI adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organik yang
disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan
utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini
berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam:
1) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuning kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI
mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan
sel-sel epitel, dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin
sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c) Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi
dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan.
2) ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan dari mulai hari keempat sampai hari kesepuluh
3) ASI mature
ASI yang dihasilkan milai hari kesepuluh sampai seterusnya.
c. Nilai Gizi ASI
Menurut Prasetyono (2009), komposisi zat gizi dalam ASI
adalah sebagai berikut:
1) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu berfariasai setiap hari, dan jumlahnya lebih
banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan
PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI.
2) Protein.
Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan
PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya
terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey” ASI
lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang PASI. Kasein yang tinggi
dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang
relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang
diberi PASI sering menderita susah buang air besar (sembelit), bahkan
daire dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan
adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI
3) Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI
berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi
ketimbang PASI. Hal ini disebabkan ASI lebih banyak mengandung
enzim pemecah lemak (lipase). Jenis lemak dalam ASI mengandung
bayak Omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam
pembentukan sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah
dilengkapi ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak mengandung
enzim, karena enzim mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak
adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI, sehingga
menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat
dalam ASI sangat tinggi dan perandingannya dengan PASI adalah 6:1.
Asam lenoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf
otak bayi.
4) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun
kadarnya relativ rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai
berumur 6 bulan. Zat besi dan kasium dalam ASI merupakan mineral
yang sangat setabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat
sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat
diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang biasa reserap
dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%.
ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan klor
yang lebih sedikit ketimbang PASI. Meskipun sedikit, ia tetap
mencukupi kebutuhan bayi. Kandungan mineral dalam PASI cukup
tinggi. Jika sebagian besar tidak dapat diserap, maka akan dapat
memperberat kerja usus bayi, serta mengganggu sistem keseimbangan
dalam pencernaan, yang biasa merangsang pertumbuhan bakteri yang
merugikan. Inilah yang menjadikan perut bayi kembung, dan ia pun
gelisah lantaran gangguan metabolisme.
5) Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai,
berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit
vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa
penyakit polio (rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila
kulitnya sering terkena sinar matahari.
Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai
hal ini, perlu diketahui bahwa vitamin tersebut bisa ditambah dalam
vitamin D yang larut lemak, dan jumlah vitamin A, tiamin, dan
vitamin C bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
d. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat ASI bagi bayi menurut Kristiansari (2009),
memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang
ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian
ASI adalah:
1) Bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik
bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan
yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal
baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Frekuensi
menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan
bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak
sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
b) Mengandung antibody
Mekanisme pembentukan antiodi pada bayi adalah sebagai
berikut: apabila ibu mendapatkan infeksi maka tubuh ibu akan
membentuk antibody dan akan disalurkan dengan bentuan
jaringan limposit. Antibody dipayudara disebut mammae
associated immunocompetent lymphoid tissue (BALT) dan
untuk penyakit saluran pencernaan ditransfer melalui Gut
associated immunocompetent lymphoid tissue (GALT)
c) ASI mengandung komposisi yang tepat
Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu
terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua
zat gizi yang diperluan untuk kehidupan 6 bulan pertama
d) Terhindar dari alergi
Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi.
e) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak
bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan
terbatas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak
lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak
f) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk
perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke bayi yang
mangakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang
lebih baik.
2) Bagi ibu
a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui setelah melahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan
berkurang. Disebabkan karna pada ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
kontriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan
lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian
ibu yang melahirkan.
b) Mengurangi terjadinya anemi
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau
anemi karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi
perdarahan.
c) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan
cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum
haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12
bulan.
d) Lebih cepat langsing kembali
Oleh karena menyusu memerlukan energi maka tubuh akan
mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
Dengan demikin berat badan ibu yang menyusui akan lebih
cepat kembali keberat badan sebelum hamil.
e) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya
kemungkinan penderita kanker payudara dan indung telur
berkurang. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa menyusui
akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara.
Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui
sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian
kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%.
Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu
dari peneliti ini menunjukkan bahwa resiko terkena kanker
indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-
25%.
3) Bagi keluarga
a) Menghemat pengeluaran (lebih ekonomis/murah)
Dengan memberi ASI berarti menghemat
pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan
persiapan pembuatan minum susu formula. Selain itu,
pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat
bayi saat bayi sakit.
b) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus
menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol,
dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian
susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari,
apalagi jika persediaan susu habis pada malam hari maka kita
harus repot mencarinya.
c) Praktis
Mudah dibawa kemana-mana (protable) sehingga
saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk
minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik
untuk memasak atau menghangatkan susu. Air susu ibu dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap
dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.
4) Bagi negara
Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara
karena hal-hal berikut:
a) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula,
perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
b) Menghemat untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret
dan sakit saluran nafas.
c) Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.
d) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkulitas untuk membangun Negara.
e) Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari
kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi
Indonesia.
e. Cara Meningkatkan Produksi ASI
Cara meningkatkan produksi ASI menurut Soraya, (2008) adalah
sebagai berikut:
1) Susui bayi sesering mungkin/tingkatkan frekuensi menyusui, Jika anak
belum mau menyusu karen masih kenyang, perahlah/pompalah ASI.
Jika makin sering diminta (disusui/ diperas/dipompa) maka makin
banyak yang ASI yang diproduksi.
2) Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orang tua
merasa bahwa ASI nya masih sedikit atau takut anak tidak kenyang,
banyak yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian
susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar.
Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama
pemberian susu formula dengan dot. Begitu bayi diberikan susu
formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan,
sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula
diberikan makin sedikit ASI yg diproduksi.
3) Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu
yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
4) Istirahat yang cukup ditempat tidur.
5) Lakukan perawatan payudara, Massage/pemijatan payudara dan
kompres air hangat & air dingin bergantian.
f. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui
Kebutuhan zat gizi ibu menyusui menurut Dudek (2001)
adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air
susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding
selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu
dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu
normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika
menyusui.
2) Protein. Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal
ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang
dianjurkan.
3) Cairan Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan
cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari, dalam
bentuk air putih, susu dan jus buah.
4) Vitamin dan mineral Kebutuhan vitamin dan mineral selama
menyusui lebih tinggi dari pada selama hamil.
g. Tehnik Menyusui
Sesungguhnya ada tiga posisi dasar menyusui yang harus
diketahui oleh ibu agar proses menyusui berjalan lancar dan zaman yaitu
sebagai berikut:
1) Posisi mulut bayi dan payudara ibu (pelekatan)
a) Bayi datang dari arah bawah, sehingga bayi mendongkak dengan
hidung bayi berhadapan dengan puting payudara. Dagu bayi
ditempelkan pada payudara, dan pipi bayi tampak
menggelembung
b) Bibir bawah, dagu, dan pipi bayi dirangsang dengan payudara.
Tindakan ini bertujuan agar mulut bayi terbuka lebar. Saat itu,
bayi didekatkan di payudara dengan cara menekan punggung dan
bahu bayi. Ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau
membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga
bayi sulit bernafas.
c) Ibu memastikan bahwa mulut bayi berada pada posisi
sedemikian rupa, sehingga gusinya menggigit daerah areola atau
disekeliling puting payudara ibu.
d) Areola bagian atas mesti terlihat lebih luas ketimbang bagian
bawah. Saat itu, mulut bayi terbuka lebar sedangkan bibir
bawahnya berputar keluar.
h. Posisi Badan Ibu
Tata laksana posisi ini adalah bayi berbaring menyamping
dengan wajah menghadap dada ibu, sehingga mulut bayi dekat dengan
putting payudara ibu, sedangkan perutnya menempel pada perut ibu,
telinga, bahu, lengan bagian atas, dan pinggul bayi harus barada pada satu
garis lurus.
1) Posisi ibu duduk
a) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta
kaki dipijakkan ketanah secara rata.
b) Ibu bisa menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk
menjaga berat badan bayi, dan agar bayi sejajar payudara ibu.
2) Posisi ibu tidur miring
Posisi miring biasanya dinilai kurang tepat karena posisi
payudara diatas kepala, sehingga mulut bayi sulit mencapai puting
payudara ibu. Bila keadaan ini terus berlanjut, bayi akan frustrasi
dan mulai menangis. Oleh karena itu, jika ibu menyukai posisi
miring, hendaknya ibu mengusahakan agar puting payudaranya
sejajar mulut bayi dan lebih mudah mencapai puting payudara, dan
bayi pun lebih leluasa menghisapnya.
3) Posisi ibu tidur terlentang
Sama halnya dengan posisi miring, posisi ibu tidur
terlentang juga dilihat kurang tepat. Sebab air susu yang dihisap bayi
seharusnya menurun, bukan keatas. Hal ini akan membuat bayi
bekerja keras sekuat tenaga untuk memompa naik air susu.
4) Posisi badan ibu dan bayi
Setelah perlekatan, bayi akan terlihat semangat
menyusu, selanjutnya gerakannya akan melambat, bahkan bayipun
dapat tertidur saat menyusu kepada ibunya. Bila hal ini terjadi,
sebaiknya ibu membangunkan bayi dengan menyentuh pipinya,
menggoyang-goyangkan tangannya, atau menggelitik telapak
kakinya agar ia menghisap ASI lagi.
i. Cara Memeras ASI
Cara sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya. Untuk
memeras payudara, ibu dapat menempatkan tangan disalah satu payudara,
tepatnya ditepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari
telunjuk. Tangan ditekan kearah dada, lalu ibu jari dan telunjuk ditekan
secara bersamaan. Jari-jari tetap dipertahankan ditepi areola, jangan
sampai bergeser keputing payudara. Tindakan ini diulang secara teratur
untuk memulai aliran susu. Selanjutnya jari-jari diputar secara perlahan
disekeliling payudara supaya seluruh saluran susu dapat tertekan, setelah
itu ibu melakukan tindakan tersebut disisi payudara lain. Jika diperlukan,
ibu memijat payudara saat memerasnya. Sebaiknya, ibu memeras kedua
payudara, dan meletakkan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan
dibawah payudara yang diperas (Prasetyono, 2009).
j. Penyimpanan ASI perah
Ibu menyimpan ASI perah dalam ruang yang sejuk, dengan
suhu maksimal 32oC. Semakin rendah suhu, akan semakin bertahan lama
hingga 3-4 bulan. ASI yang disimpan dalam ruangan bersuhu 32oC dapat
bertahan sampai 12 jam, sedangkan ASI yang disimpan dalam lemari es
pada suhu 0-4oC bisa bertahan selama 1-2 hari. Sementara itu, ASI yang
disimpan dalam freezer mampu bertahan hingga 3-4 bulan. Sebaiknya
wadah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan ASI terbuat dari
plastik polietilen atau gelas kaca. (Pasetyono, 2009)
k. Pemberian ASI perasan
Ketika memberikan ASI perahan kepada bayi, ibu mesti
menghangatkannya terlebih dahulu. Namun, ASI jangan dipanaskan diatas
api, karena akan menyebabkan beberapa enzim penyerapan mati
kepanasan. Pemberian ASI yang dihangatkan tidak boleh menggunakan
botol susu dan dot, melainkan disuapin memakai sendok (Prasetyono,
2009).
1. Pendidikan kesehatan
a. Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
prilaku pendidikan (Notoatmojdo, 2003).
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik)
untuk memelihara (mengatasi masalah), dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2005).
Menurut machfoedz, (2005), pendidikan kesehatan adalah
sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap
kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan
kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah semua
kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap,
dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Dilakukannya pendidikan kesehatan betujuan untuk
memberdayakan individu, kelompok, dan masyarakat agar mampu
menumbuhkan prilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
yang bersumber dari masyarakat. Perubahan prilaku yang terjadi yaitu
perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan kearah yang lebih baik
(Mochfoedz, 2005).
c. Sasaran pendidikan kesehatan
Untuk dapat mencapai hasil yang efektif, menurut
Notoatmodjo 2003, sasaran pendidikan kesehatan dapat dipilih menjadi
tiga, yaitu: sasaran primer, sasaran sekunder, sasaran tersier. Sasaran
primer biasanya disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang terjadi,
seperti kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, remaja putri dan
wanita usia subur untuk masalah kesehatan reproduksi, ibu hamil dan
menyusui untuk kesehatan ibu dan anak dan anak sekolah untuk kesehatan
remaja.
Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh agama
dan tokoh adat. Tujuan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok
ini yaitu diharapkan mereka memberikan contoh prilaku sehat, kepada
masyarakat disekitarnya (Notoatmodjo, 2003).
Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan kelompok ini akan mempunyai dampak
terhadap prilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan
masyarakat umum (sasaran primer) (Notoatmodjo, 2003).
d. Tempat penyelenggaraan
Menurut Arixs (2007), penyelenggaraan pendidikan kesehatan
dapat dilakukan diberbagai tempat diantaranya adalah:
1) Di instansi pelayanan dan sekolah
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan diRS, Puskesmas, Klinik dan
sekolah yang dapat langsung diberikan kepada individu, kelompok dan
keluarga, mengenai penyakit, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Tetapi dapat juga diberikan secara tidak langsung misalnya melalui
poster, gambar, pamplet dan lain sebagainya.
2) Di masyarakat
Pendidikan kesehatan di masyarakat dapat dilakuan melalui
pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan secara
menyeluruh dan terorganisir sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat.
e. Materi atau pesan
Materi atau pesan yang akan diasampaikan kepada peserta
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan
dapat dirasakan langsung manfaatnya. Menurut Notoatmodjo (2003),
materi pendidikan kesehatan yang disampaikan sebaiknya:
1) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti peserta dalam
bahasa kesehariannya
2) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti sasaran
3) Saat menyampaikan materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran.
4) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran
dalam masalah kesehatan yang mereka hadapi.
f. Metode
Didalam menyampaikan pendidikan kesehatan atau pendidikan
seks pada remaja ada 3 metode yang digunakan yaitu metode pendidikan
individual (perorangan), metode ini bersifat individual yang berguna
untuk membina perilaku baru yang dapat berupa bimbingan dan
penyuluhan serta wawancara; metode pendidikan kelompok, metode ini
terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok besar meliputi ceramah
dan seminar sedangkan kelompok kecil meliputi diskusi kelompok, curah
pendapat, bola salju, kelompok kecil-kecil, role play dan permainan
simulasi. Metode pendidikan yang terakhir adalah metode pendidikan
massa, metode ini ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau
publik yang dapat berupa ceramah umum, pidato-pidato melalui media
elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan di media cetak, serta bill
board yang dipasang di pinggir jalan. (Notoatmodjo, 2007).
Diawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan
individual, kelompok dan massa (publik).
1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang
bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau
seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku
atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini
disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta
membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini). Bentuk
dari pendekatan ini, antara lain :
a) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif,
setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela
dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b) Interview (Wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam lagi.
2) Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus
mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal
pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain
dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula
pada besarnya sasaran pendidikan.
a) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain :
(1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.
(2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b) Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita
sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
kelompok kecil antara lain :
(3) Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat
bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,
misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan
diskusi/penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka
dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
(4) Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya,
pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau
jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan
pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru
setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota
dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
(5) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah
lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh
kelas.
(6) Kelompok Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz
group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak
dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari
tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
(7) Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya
sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan
sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
(8) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau
papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai nama sumber.
g. Media
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan
karena alat-alat tersebut merupakan alat penyaluran (channel) untuk
menyampaikan informasi kesehatan yang digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan kesehatan bagi penerima pesan. Berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi
tiga, yakni : media cetak, media elektronik dan media papan (bill board)
(Machfoedz, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005), media pendidikan kesehatan
didasarkan cara produksinya dikelompokkan menjadi :
1) Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak terdiri dari :
a) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan
dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.
b) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui
lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun
gambar.
c) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat
maupun kombinasi.
d) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya
berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
f) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang
biasanya ditempel di tempat umum.
g) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk
member informasi dan menghibur.
2) Media
Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Adapun macam media elektronik :
a) Televisi
b) Radio
c) Video
d) Slide
e) Film
3) Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar
ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara
statis, misal :
a) Pameran
b) Banner
c) TV Layar Lebar
d) Spanduk
e) Papan Reklame
A. KERANGKA TEORI
Gambar 1.1
(Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan prilaku kesehatan)
B. Kerangka Konsep
Gambar 2.1
Pengetahuan ASI
eksklusif sebelum
pendidikan kesehatan
Pengetahuan ASI
eksklusif sesudah
pendidikan kesehatan
Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan
- Pendidikan formal
- Pendidikan non formal
- Pendidikan kesehatan
-
-
Pengetahuan
Usia
Massa media / informasi
- Radio
- Majalah
- Televisi
Sosial budaya dan
ekonomi
lingkungan
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2003).
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ada perbedaan pengetahuan ibu bekerja tentang ASI Eksklusif sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan.