21
26 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Pemerintah Daerah 2.1.1. Definisi Pemerintah Daerah menurut UU 23 Pasal 1 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berprinsip pada asas otonomi. Sumber daya manusia atau pada pemerintahan daerah biasanya disebut aparatur daerah harus mempunyai kualitas yang memadai sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dangan baik. Terkait dengan kualitas atau kemampuan SDM, kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu 1 . Dalam 1 Robbins. 2008.Perilaku Organisasi TerjemahanMolan, Benyamin. Jakarta, PT.Indeks.hlm.175

BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Pemerintah Daerah II.pdfOtonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hak, wewenang ... Jakarta, PT.Indeks.hlm.175. 27 ... Kepala Unit Pelaksana

  • Upload
    ngodung

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

26

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Pemerintah Daerah

2.1.1. Definisi

Pemerintah Daerah menurut UU 23 Pasal 1 Tahun 2014 mengenai

Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sedangkan

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi

dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan hak,

wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berprinsip pada asas otonomi.

Sumber daya manusia atau pada pemerintahan daerah biasanya disebut

aparatur daerah harus mempunyai kualitas yang memadai sehingga dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya dangan baik. Terkait dengan kualitas atau

kemampuan SDM, kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu1. Dalam

1 Robbins. 2008.Perilaku Organisasi TerjemahanMolan, Benyamin. Jakarta, PT.Indeks.hlm.175

27

penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam pengelolaan aset,

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik sangat dibutuhkan oleh aparatur

pemerintahan untuk mengamankan dan mengoptimalkan asetnya. Sumberdaya

manusia adalah pemegang kunci dari semua aktivitas2. Banyaknya modal yang

berhasildikumpulkan, akan hilang tanpa makna jika sumber daya manusia

sebagai pengelolanya tidak memiliki kapasitas yang tepat untuk mengurus

modal tersebut.

Penerapan dan pelaksanaan sistem akuntansi barang milik negara dapat

berjalan dengan efektif dan efisien jika seluruh pegawai yang menangani

sistem akuntansi barang milik negara mengerti dan memahami tentang sistem

akuntansi barang milik negara tersebut3. Hal inimembuktikan bahwa sumber

daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting yang bisa

mendorong terciptanya laporan barang yang berkualitas. Penelitian terdahulu

yang dilakukan dalam menganalisis pengaruh faktor sumber daya manusia

terhadap kualitas laporan keuangan, mengungkapkan adanya pengaruh yang

signifikan dari kualitas sumber daya manusia terhadap keterandalan laporan

keuangan dan ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah daerah4.

Dalam kesehariannya, yang diperlukan oleh masyarakat dari pemerintah

daerah adalah pelayanan yang baik. Baik atau buruknya pelayanan yang

2Ishak, M.,2002.Akuntansi dan Aspek-Aspek perilaku.Paper.Kota Magelang.hlm.2 3Rynandi, Oscar. 2008.Evaluasi Penerapan Sistem Akuntansi terhadap Barang Milik Negara pada Sektor Publik :Studi Kasus pada Kepolisian Daerah Kalimantan Barat.Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6. Nomor 1.hlm.3

4Andriani, Wiwik. 2010 Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan dan Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah : Studi pada Pemerintah Daerah Kab. Pesisir Selatan . Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Volume 5 Nomor 1..hlm.15

28

dilakukan oleh petugas pemerintah daerah harus selalu berpedoman pada

Standar pelayanan minimal. Standar pelayanan miniman berisi ketentuan

mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan

Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara

minimal.

2.1.2. Kewenangan

Simon (1997) mengemukakan bahwa wewenang dapat diartikankekuatan

untuk membuat suatu keputusan yang membimbing tindakan-tindakanindividu

lainnya. Wewenang merupakan hubungan antara dua invidu , satunya “atasan”,

dan yang lainnya “bawahan”5. Sedangkan Bagir Manan (1997)menyebutkan

wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht).

Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat.Dalam

hukum, Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten enplichten)6.

Dalam negara hukum yang berdasarkan asas legalitas, tersirat bahwa

wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang-undangan, artinya

sumber wewenang pemerintah adalah dari peraturan perundang-undangan.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 Pasal 5 ayat (1) bahwa Kepala Daerah selaku pemegang

kekuasaan pengelolaan barang milik daerah memiliki kewenangan dan

5Herbert A Simon. 1997Administrative Behavior: A Study of Decision-Making Processes in

AdministrativeOrganizations. New York. The Free Press.. hlm. 179. 6Bagir Manan dan Kuntana, Magnar. 1997. Beberapa Masalah Hukum Tata Negara. Bandung.

Almni.. hlm.150

29

bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang milik

daerah. Dalam melaksanakan wewenang tersebut, Kepala Daerah dibantu oleh:

1. Kepala Daerah

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola;

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik

daerah selaku pembantu pengelola;

4. Kepala SKPD selaku pengguna;

5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;

6. Penyimpan barang milik daerah; dan

7. Pengurus barang milik daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 Pasal 6 ayat (1)

mengatur bahwa,

1. Kepala Daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik

daerah, mempunyai wewenang :

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan

bangunan;

c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;

d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang

memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik Daerah

sesuai batas kewenangannya; dan

30

f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau

bangunan

2. Sekretaris Daerah selaku pengelola, berwenang dan bertanggungjawab:

a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan

barang milik daerah;

d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan

barang milik daerah yang telah disetujui oleh Kepala Daerah;

e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik

daerah; dan

f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik

daerah

3. Kepala Biro/Bagian Perlengkapan/Umum/Unit pengelola barang milik

daerah bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan

barang milik daerah yang ada pada masing-masing SKPD

4. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna barang milik

daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui

pengelola;

31

b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan

penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan

perolehan lainnya yang sah kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah

dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan

kepada Kepala Daerah melalui pengelola;

g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya kepada Kepala Daerah melalui

pengelola;

h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran

(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada

dalam penguasaannya kepada pengelola.

32

5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna barang milik

daerah, berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi unit kerja yang

dipimpinnya kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

bersangkutan;

b. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya;

c. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi unit kerja

yang dipimpinnya;

d. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

f. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna

Semesteran (LBKPS) dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan

(LBKPT) yang berada dalam penguasaannya kepada kepala satuan kerja

perangkat daerah yang bersangkutan.

6. Penyimpan barang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan

barang yang berada pada pengguna/kuasa pengguna; dan

7. Pengurus barang bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaian

pada masing-masing pengguna/kuasa pengguna.

33

Kewenangan membuat suatu kebijakan terletak pada seorang pimpinan

tertinggi7.

2.1.3. Kelembagaan

Pengertian dari kata kelembagaan adalah suatu sistem badan sosial atau

organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Aspekkata kelembagaan memiliki inti kajian kepada perilaku dengan nilai,

norma danaturan yang mengikuti dibelakangnya. Menurut doktrin

Montesquieu yang sebenarnya tidak pernah diterapkan dalam praktik yang

nyata, lembaga-lembaga negara diidealkan hanya terdiri atas tiga lembaga

utama penyelenggaraan kekuasaan negara, yaitu parlemen, pemerintah, dan

pengadilan yang mencerminkan fungsi-fungsi legislative, executive, dan

judicial. Secara yuridis, lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

lembaga formal danlembaga non-formal. Kelembagaan lokal dan area

aktivitasnya terbagi menjaditiga kategori, yaitu kategori sektor publik

(administrasi lokal dan pemerintahlokal); kategori sektor sukarela (organisasi

keanggotaan dan koperasi); kategorisektor swasta (organisasi jasa dan bisnis

swasta). Bentuk resmi suatu lembagayaitu lembaga garis (line organization,

military organization); lembaga garis danstaf (line and staff organization);

lembaga fungsi (functional organization).Jadi pengertian dari kelembagaan

adalah suatu sistem sosial yang melakukanusaha untuk mencapai tujuan

tertentu yang memfokuskan pada perilaku dengannilai, norma dan aturan yang

mengikutinya, serta memiliki bentuk dan areaaktivitas tempat berlangsungnya.

7Prajudi Atmosudirdjo. 1994. Hukum Administrasi Negara.Ghalia Indonesia.Jakarta.hlm. 78

34

2.2. Aset Daerah (Barang Milik Daerah)

2.2.1. Definisi

BarangmilikdaerahmenurutPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014 TentangPengelolaanBarangMilik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (2) adalah

semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah atau perolehanlainnya yang sah. Jika dilihat dari sifatnya, aset

daerah dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:(i) barang yang diperoleh dari

hibah/sumbangan atau yang sejenis; (ii) barang yang diperoleh sebagai

pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; (iii) barang yang diperoleh sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan (iv) barang yang diperoleh berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Untuk aset yang sudah lama dan tidak dapat digunakan secara optimal

lagi oleh pemerintah daerah, aset tersebut dapat dilakukan penghapusan, selain

itu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dihapus, karena

biaya operasional dan pemeliharaannya lebih besar dari manfaat yang

diperoleh. Namun dalam pelaksanaan penghapusan dan pemindahtanganan,

masih terdapat penghapusan dan pemindahtanganan yang tidak sesuai dengan

mekanisme yang berlaku karena pelaksanaannya tidak berdasarkan peraturan

yang berlaku dan dapat menimbulkan kemungkinan adanya penyalahgunaan

wewenang ataupun tindakan untuk menguntungkan diri sendiri yang akan

merugikan daerah.

35

2.2.2. Jenis dan Bentuk Aset Daerah

Klasifikasi terhadap kekayaan atau aset milik Negara/daerah berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah pada Pasal 2 yaitu barang milik Negara/daerah meliputi :

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D;

b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah

Barang – barang atau aset pemerintah yang sah tersebut dikelompokan

menjadi dibagi menjadi dua yaitu Aset Tidak Bergerak dan Aset Bergerak yang

intinya sebagai berikut :

1. Aset Tidak Bergerak

Aset tidak bergerak juga disebut dengan aset tetap yaitu kekayaan perusahaan

yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan

diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk

dijual kembali8. Definisi lain menyebutkan bahwa aset tetap dimiliki tidak

untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan dan memiliki nilai

yang cukup besar9. Berikut klasifikasi aset tetap10.

a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

b. Gedung dan Bangunan

8Mulyadi. Sistem. 2001. Akuntansi. Edisi ke-3. Salemba Empat.Jakarta. .hlm.591 9Soemarso,S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. PT. Rineka Citra.Jakarta .hlm.20 10Skousen et al. 2005. Akuntansi Intermedit 2, Edisi 15. Salemba Empat. Jakarta. Hlm.429

36

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Contohnya (kantor, pabrik,

rumahd dinas, asrama dll)

2. Aset Bergerak

a. Alat – Alat Besar

Peralatan dan Mesin ,Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan

kendaraan bermotor, alat elektonik, sarana dan prasarana kantor, dan

peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari

12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

b. Kendaraan Dinas

Fasilitas dari setiap kantor pemerintahan yang diberikan kepada setiap

pejabat atau pegawai yang menduduki setiap jabatan yang membutuhkan

sarana untuk melakukan dinas keluar kantor. Contohnya ( mobil dinas, dan

motor dinas ). Kendaraan perorangan dinas sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 Penjualan Barang Milik

Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas Pasal 1 angka 3 merupakan

barang milik negara/daerah berupa kendaraan bermotor yang digunakan

oleh Pejabat Negara, pegawai Aparatur Sipil Negara, anggota Tentara

Nasional Indonesia (TNI), dan anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Polri) untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada jabatan yang

diembannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pejabat

Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga tinggi negara sebagaimana

37

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

dan Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang, antara

lain:

a. Presiden dan Wakil Presiden

b. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

d. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah

e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada

Mahkamah Agung serta Ketua, Wakil Ketua dan Hakim pada semua

badan peradilan, kecuali Hakim ad hoc;

f. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Mahkamah Konstitusi

g. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan

h. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Yudisial

i. Ketua, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi

j. Menteri dan jabatan setingkat menteri

k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang

berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh

l. Gubernur dan Wakil Gubernur

m. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota

n. Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang

Kendaraan perorangan dinas meliputi kendaraan dinas bermotor roda

empat angkutan darat milik negara/daerah yang lazimnya digunakan untuk

angkutan perorangan, termasuk namun tidak terbatas pada sedan, jeep, dan

38

minibus. Kendaraan Perorangan Dinas dapat dijual tanpa melalui lelang

kepada Pejabat Negara pemegang tetap kendaraan tersebut dengan syarat

Kendaraan Perorangan Dinas:

a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:

1) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya, untuk perolehan

dalam kondisi baru; atau

2) terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya, untuk

perolehan selain tersebut pada angka 1); dan

b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.

Pejabat Negara yang dapat membeli Kendaraan Perorangan Dinas

tanpa melalui lelang harus memenuhi persyaratan:

a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian selama 4 (empat)

tahun atau lebih secara berturut-turut, terhitung mulai tanggal

ditetapkan menjadi Pejabat Negara; dan

b. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak pidana dengan ancaman

hukuman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

Pengawasan, pengendalian, dan penatausahaan Barang Milik

Negara/Daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas mengikuti ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah. Pengelola Barang dan Pengguna Barang melakukan

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan penjualan dan penghapusan

Kendaraan Perorangan Dinas sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-

masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

39

c. Alat – Alat Kantor ( Sarana dan Prasarana Administrasi )

Alat – Alat atau disebut sarana dan prasana di kantor pemerintahan

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sarana dan prasarana habis pakai

yang terdiri dari kertas, karton, gunting, dll, serta sarana dan prasarana tahan

lama yang termasuk di dalamnya antara lain kursi, meja, computer, lampu,

printer, kamera, dll. Sarana dan prasana inilah yang sehari – hari diperlukan

pada kantor pemerintahan di Kabupaten Badung. Adapun anggaran yang di

rencanakan pada setiap bulan dan tahunnya, mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah pada Pasal 2 yaitu barang milik Negara/daerah barang yang

dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD adalah sah. Dapat kita

simpulkan aset ini merupakan salah satu dari sekian sarana dan prasarana

yang catat pada bagian aset dimana seharusnya juga dilakukan pengamanan

dan pemeliharaan karena barang tersebut dikeluarkan dari APBN/D yang

diusulkan di masing – masing SKPD pada setiap bulan atau tahunnya yang

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah pada Pasal 6 Angka 2 pada setiap

hurufnya dijelaskan mulai dari perencanaan, persetujuan,

pengadaan/realisasi, serta menggunakan Barang Milik Negara yang berada

dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga, dan mengamankan dan memelihara Barang Milik

Negara yang berada dalam penguasaannya.

d. Sarana dan prasarana Perpustakaan / barang kebudayaan

40

e. Sarana dan prasarana kantor, rumah dinas, asrama dan lain lain.

2.2.3. Pengelolaan Aset Daerah (Barang Milik Daerah)

Aset tetap yang digunakan perusahaan dalam kegiatan usahanya akan

mengalami keausan dan setelah jangka waktu tertentu aset tersebut sudah tidak

dapat digunakan lagi dan harus dikeluarkan pembukuan. Cara yang dapat

digunakan dalam pencatatan tersebut adalah dengan mengalokasikan harga

perolehan aset tetap tersebut, yang lazim disebut penyusutan. Penyusutan

adalah accountjing procces of allocating the cost of tangible assets to expense

in a systematic and rational manner to those periods expected to benefit from

the use to the assets11. Definisi lain menyebutkan bahwa Depreciation is

alocation of a plan asset’s cost to expense over its usefull life12.

Pengelolaan aset adalah dengan melakukan penghapusan dan

pemindahtanganan. Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014, Pasal 1 ayat (23) adalah tindakan menghapus Barang Milik

Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat

yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Penggunaan Barang,

dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik

atas barang yang berada dalam penguasaannya. Sedangkan Pemindahtanganan

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, Pasal 1 ayat (17) adalah

pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah. Pengelolaan barang

11Kieso, Weygant & Warfield. 2010Intermediate Accounting, 13 th Ed. John Willey and Sons.Inc..

America. hlm.540 12Harrison. Bamber, 2005. Horngen, et al. Accounting, 6 th Ed. Pearson Education Inc.America.

hlm.403

41

(aset) daerah menurut Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2014 Pasal 3 ayat (2)

mencakup 12 halyaitu

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

2. Pengadaan

3. Penggunaan

4. Pemanfaatan

5. Pengamanan dan pemeliharaan

6. Penilaian

7. Pemindahtanganan

8. Pemusnahan

9. Penghapusan

10. Penatausahaan

11. Pembinaan, pengawasandanpengendalian

BarangMilik Daerah (BMD) yang akan dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau barang yang

diperoleh dari perolehan lainnya yang sah dan diatur lebih lanjut dalam pasal 1

Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut

dijelaskan bahwa Barang Milik /Kekayaan Negara BM/KN yakni barang

bergerak/barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah

yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak

42

termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelolaolehBadan Usaha

Milik Negara) dan kekayaan pemerintahdaerah13.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 Tentang

PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2008, serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menjelaskan bahwa yang

disebut sebagai barang milik daerah adalah semuabarang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBN atau APBD atau berasal dari perolehan lain dengan

rincianse bagiberikut,

a. Barang yang diperolehdarihibahatausumbanganatau yang sejenis

b. Barang yang diperolehsebagaipelaksanaandariperjanjian/kontrak;

c. Barang yang diperolehberdasarkanketentuanundang-undang; atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Peraturan Daerah Kabupaten Badung sebagaimana diatur dalam Pasal 24

Nomor 1 Tahun 2009, menjelaskan bahwa Barang milik daerah ditetapkan status

penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, dan dapat

dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai

tugas pokokdan fungsi SKPD yang bersangkutan. Lebih lanjut tentang ketentuan

status BMD yang lebih khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sebagai

berikut:

13Solihin Dadang. Kamus Otonomi Daerah Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta. 2001. hlm. 17.

43

(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan

dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna dan/

atau Kuasa Pengguna.

(2) Evaluasi terhadap tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan sebelum penetapan kembali status

penggunaantanah dan/ atau bangunan tersebut.

(3) Bupati menetapkan barang milik daerah berupa tanahdan/ atau

bangunan yang harus diserahkan oleh pengguna karena sudah tidak

dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD

yang bersangkutan oleh karena itu Penggunadan/atau Kuasa Pengguna

wajib menyerahkan tanah dan/ atau bangunan yang tidak digunakan

tersebut kepada Bupati melalui Pengelola.

Barang Milik Daerah (tanah dan/ atau bangunan) yang tidak digunakan

sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD sebagaimana yang telah ditetapkan pada

Pasal 24 dan 25 maka akan dicabut penetapan status penggunaannya dan dapat

dialihkan kepada SKPD lainnya. Sedangkan sanksi bagi pengguna yang tidak

menyerahkan Barang Milik Daerah (tanah dan/ atau bangunan) yang tidak

digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan

kepada Bupati adalah berupa pembekuan dana pemeliharaan tanah dan/ atau

bangunan dimaksud. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Badung No.1 Tahun 2009 Pasal 26.

44

2.3. DeskripsiKelembagaan (Kantor Pemerintahan Kabupaten Badung

Bagian Pengelola Aset Daerah)

Pemerintah Kabupaten Badung bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten Badung telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten

Badung Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Perangkat Daerah Kabupaten Badung. Penetapan Peraturan Daerah ini sebagai

upaya memenuhi tuntutan masyarakat dalam menjalankan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Badung, dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dibentuk diharapkan mampu

membiarkan pelayan yang optimal kepada masyarakat. Berdasarkan Perda

Kabupaten Badung Nomor 7 tahun 2008, Adapun Bupati Badung pada saat ini

ialah A.A Gede Agung dan Wakil Bupati Badung I Made Sudiana S.H serta

Sekertaris Dearah ialah Kompyang R Swandika. Struktur Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:

1. Sekretaris Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, dalam pelaksanaan

tugasnya dibantu oleh:

a. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rrakyat terdiri dari:

1. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum

2. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat

3. Bagian Hukum dan HAM

b. Asisten Perekonomian dan Pembangunan terdiri dari:

1. Bagian Administrasi Pembangunan

45

2. Bagian Administrasi Perekonomian

c. Asisten Administrasi Umum terdiri dari:

1. Bagian Keuangan

2. Bagian Umum

3. Bagian Perlengkapan dan Asset Daerah

4. Bagian Humas dan Protokol

5. Bagian Organisasi dan Tata Laksana

2. Inspektorat Kabupaten Badung

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian, dan Pengembangan

4. Dinas Daerah terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah raga

b. Dinas Kesehatan

c. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

d. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika

e. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

f. Dinas Kebudayaan

g. Dinas Pariwisata

h. Dinas Bina Marga dan Pengairan

i. Dinas Cipta Karya

j. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan

k. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

l. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

m. Dinas Pendapatan/Pasedahan Agung

46

n. Dinas Pemadam Kebakaran

o. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

5. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari:

a. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

b. Badan Lingkungan Hidup

c. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa

d. Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

e. Badan Kepegawaian Daerah, Pendidikan, dan Pelatihan

f. Satuan Polisi Pamong Praja

g. Kantor Perpustakaan Daerah

h. Kantor Arsip Daerah

i. Kantor Pemberdayaan Perempuan

j. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

6. Lembaga Teknis lain: Badan Penanggulangan Bencana Daerah

7. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

8. Kecamatan yang terdiri dari:

a. Kecamatan Kuta Selatan

b. Kecamatan Kuta

c. Kecamtaan Kuta Utara

d. Kecamatan Mengwi

e. Kecamatan Abiansernal

f. Kecamatan Petang